Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan perawakan pendek pada anak, dengan menjelaskan definisi perawakan pendek, epidemiologi, etiologi, dan tahapan penegakan diagnosis melalui pemeriksaan tinggi badan, kecepatan pertumbuhan, dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti usia tulang. Pengobatan dan pemantauan akan disesuaikan dengan
3. Kelainan pertumbuhan perawakan pendek berhubungan dengan kelainan proporsi tubuh
●Perawakan pendek atau short stature didefinisikan sebagai tinggi badan di bawah
persentil ketiga atau kurang dari -2 standar deviasi (<-2 SD)
●Perawakan pendek dapat disebabkan oleh banyak penyebab. Kurang gizi dan penyakit
sistemik kronis adalah faktor etiologi yang umum, diikuti oleh defisiensi hormon
pertumbuhan (GHD) dan hipotiroidisme (Paul & Bagga, 2013).
●Pengukuran tinggi badan sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar secara berkala dan
kontinyu dibutuhkan untuk menilai apakah seorang anak tumbuh normal atau terganggu
(IDAI, 2017).
5. Definisi:
●Perawakan pendek atau short stature adalah tinggi badan yang berada di bawah persentil ke 3 atau -2
SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut atau kurva baku NCHS (IDAI, 2009).
●Perawakan pendek terbanyak adalah stunting. Stunting dihubungkan dengan malnutrisi dan infeksi kronis
(non endokrin). Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa stunting merupakan bagian dari perawakan
pendek namun, tidak semua perawakan pendek adalah stunting.
(IDAI, 2017)
6. Epidemiologi:
●Penyebab Short Stature pada anak di negara berkembang berbeda dengan negara maju.
●Berdasarkan hasil RISKESDAS 2010, dilaporkan bahwa 35.6% anak balita Indonesia termasuk kategori
stunted atau perawakan pendek karena pertumbuhan linearnya terhambat sehingga tidak akan mencapai
potensi genetiknya.
●Angka balita stunted tertinggi (58.4%) dan terendah (22.5%) ditemukan masing-masing pada propinsi
Nusa Tenggara Timur dan DI Jogjakarta. Menurut WHO, stunting merupakan suatu masalah kesehatan
masyarakat apabila angka stunting > 20%.
(IDAI, 2013)
7. Etiologi:
Diklasifikasi menjadi:
a.Etiologi yang diketahui (patologis)
- Proporsional ( malnutrisi, IUGR, penyakit kronik, kelainan endokrin)
-Tidak proporsional (kelainan tulang: kondrodistofi, dysplasia tulang, sindrom kallman, sindrom marfan, dll)
b.Etiologi tidak diketahui
- SS idiopatik (ISS)
- Perawakan pendek varian normal: familial SS (FSS) atau keterlambatan konstitusional pertumbuhan dan
pubertas (CDGP).
(Argente, 2016)
9. Etiologi:
Familial Short Stature
Anak dengan Familial short stature atau perawakan pendek familial pendek menurut definisi (tinggi < 3
persentil) tetapi normal menurut potensi genetiknya sendiri yang ditentukan oleh tinggi orang tuanya.
(Paul & Bagga, 2013)
Tanda (IDAI, 2009):
-Pertumbuhan selalu di bawah persentil 3
-Kecepatan pertumbuhan normal
-Umur tulang (bone age) normal
-Tinggi badan kedua orangtua pendek
-Tinggi akhir di bawah persentil 3
10. Etiologi:
Constitutional Growth Delay and Puberty
Pertumbuhan menunjukkan perlambatan sehingga tinggi dan berat badan turun di bawah persentil ke-3.
Permulaan pubertas dan percepatan pertumbuhan remaja juga tertunda pada anak-anak ini tetapi tinggi
akhir dalam batas normal .
(Paul & Bagga, 2013)
Tanda (IDAI, 2009):
-Perlambatan pertumbuhan linier pada tiga tahun pertama kehidupan
-Bone age terlambat
-Maturase seksual terlambat
-Tinggi akhir pada umumnya normal
-Pada umumnya terdapat riwayat pubertas terlambat pada keluarga
11. Etiologi:
Bayi Kecil Masa Kehamilan
2,5% bayi baru lahir dapat mengalami kecil masa kehamilan
Penyebab → insufiensi plasenta, kelainan maternal, kelainan pada fetus ( infeksi kongenital, dan kelainan
kromosom)
Usia 1-2 tahun → mencapai tinggi badan normal
15-20% keterlambatan pertumbuhan → gagal mengejar > 50% perawakan pendek
12. Etiologi:
Undernutrition
Pertumbuhan terhambat yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis adalah salah satu penyebab paling
umum untuk perawakan pendek di negara kita. pertumbuhan linear normal sangat sensitive terhadap
defisiensi kalori dan protein sehingga → gagal tumbuh berat.
(Paul & Bagga, 2013)
Kelainan sistemik
Kelainan jantung → hipoksia dan nutrisi banyak dipakai untuk kebutuhan jantung•Anemia sel sabit →
gangguan transport oksigen, kinerja jantung lebih besar, nutrisi banyak dipakai untuk eritropoeisis
Kelainan ginjal→ sindrom uremic dan tubular asidosis
DM tipe 1 → resistensi GH
13. Etiologi:
Defisiensi Hormon Pertumbuhan
Efek GH pada pertumbuhan dan penambahan ukuran organ, metabolism protein, lemak, karbohidrat.
GH diregulasi oleh hormone tyroid secara langsung di tingkat hipotalamus dan pituitary > stimulasi hepar
untuk mengeluarkan IGF-1, IGF-1 akan mestimulasi tulang untuk mengeluarkan IGF-1, IGF-1 berfungsi
untuk pematangan kondrosit dan pertumbuhan tulang.
Selama pubertas, hormone steroid seks (testosteron, estrogen), GH, hormon tiroid dan nutrisi akan
mempercepat laju pertumbuhan yang dikenal sebagai percepatan pertumbuhan pubertas.
(Novina & Walenkamp, 2019)
15. Penegakan Diagnosa :
1. Tinggi Badan 2. Kecepatan Pertumbuhan
Pengukuran tinggi badan secara serial
menggambarkan pola pertumbuhan atau kecepatan
pertumbuhan individu.
16. Penegakan Diagnosa :
Membandingkan dengan populasi normal
Tinggi harus diplot pada grafik pertumbuhan yang sesuai dan dinyatakan dalam centile atau sebagai
skor standar deviasi.
Perkiraan Tinggi Akhir
Tinggi badan orang tua secara signifikan mempengaruhi tinggi badan anak. Tinggi tengah orang
tua atau mid-parental height (MPH) memberikan perkiraan perkiraan potensi anak yang ditentukan
secara genetik.
(Paul & Bagga, 2013)
17. Penegakan Diagnosa :
Menilai proporsi tubuh
Proporsionalitas dinilai dengan rasio segmen atas atau
upper segment (US): segmen bawah atau lower segment
(LS) dan perbandingan rentang lengan dengan tinggi.
Biasanya, rasio US:LS adalah 1,7 saat lahir, 1,3 pada 3
tahun, 1,1 pada 6 tahun, 1 dalam 10 tahun, dan 0,9 pada
orang dewasa (Paul & Bagga, 2013).
18. Penegakan Diagnosa :
Pemeriksaan head-to-toe secara menyeluruh dengan
memperhatikan temuan yang didapat dan mengarahkan
kemungkinan penyebab .
(IDAI, 2013)
19. Penegakan Diagnosa :
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan Darah
Jika ada keraguan, maka pemeriksaan dalam table dibawah
harus dipertimbangkan.
(Cheetham & Davies, 2014)
20. Penegakan Diagnosa :
Bone Age
Penilaian usia tulang harus dilakukan pada semua
anak dengan perawakan pendek.
Usia tulang secara konvensional dibaca dari
radiografi tangan kiri dan pergelangan tangan baik
menggunakan atlas Gruelich-Pyle atau metode Tanner-
Whitehouse.
Hasil pemeriksaan ini memberikan perbandingan
gambaran tingkat penutupan epifisis atau benruk tulang
normal sesuai standar umur dan jenis kelamin (Paul &
Bagga, 2013).
22. Tatalaksana:
Prinsip umum manajemen untuk setiap anak yang datang dengan perawakan pendek
termasuk konseling orang tua dan saran diet.
Manajemen spesifik tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Untuk penyebab
fisiologis, konsolasi dan pemantauan tahunan tinggi dan berat badan sudah cukup (Paul &
Bagga, 2013).
Dalam banyak kasus, SS tidak memerlukan pengobatan dan edukasi dengan orang tua dan
anak akan menjadi tindakan medis yang paling penting. Menunggu dan melihat pasien setiap 6
bulan adalah tindakan yang tepat.
(Argente, 2016)
23. Tatalaksana:
Terapi dan monitoring
1. Perawakan pendek variasi normal tidak memerlukan pengobatan
2. Terapi perawakan pendek patologis sesuai dengan etiologi
3. Terapi hormon pertumbuhan dilakukan atas konsultasi dan pengawasan ahli endokrinologi
anak
4. Terapi pembedahan diperlukan pada kasus tertentu misalnya tumor intracranial
5. Terapi suportif diperlukan untuk perkembangan psikososial
6. Rujukan spesialis sesuai dengan etiologi