AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Idul adha 2014
1. Bertakwalah kepada Allah Ta’ala, jadilah seseorang yang selalu merasa diawasi oleh
Allah karena sesungguhnya Dia Maha Mengetahui, Maha Mendengar, dan Maha
Melihat. Ingatlah nikmat-nikmat Allah, nikmat Islam, agama dan jalan yang lurus, juga
nikmat diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadikan kita
umatnya, orang-orang yang mendapatkan petunjuk melalui ajarannya, dan orang-orang
yang berusaha mengikuti sunah-sunahnya. Maka segala puji bagi Allah atas semua
nikmat-nikmat yang agung tersebut.
حمد ال وهلل بر أك هللا ،بر أك هللا ،بر أك هللا
Ayyuhal mukminun ‘ibadallah
Kegembiraan bagi kita semua umat Islam dengan datangnya hari Id yang mulia dan
penuh keberkahan ini, hari raya kurban, hari raya kegembiraan dan suka cita. Hari raya
yang Allah hadiahkan kepada kita umat Islam, hari raya yang dipenuhi dengan cahaya
tauhid dan iman serta ketaatan kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya
kepada-Nya. Pada hari Idul Adha ini kaum muslimin mewujudkan keimanan mereka
dengan ibadah haji dan kurban.
Yang pertama, ibadah haji. Ibadah haji adalah ibadah yang diwujudkan dengan jiwa dan
harta, panggilan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebuah nikmat yang tidak didapatkan
oleh semua orang. Ada orang-orang yang memiliki harta namun ia tidak menyiapkan
hatinya untuk berangkat ke baitullah al-haram, sehingga tidak terwujud ibadah haji pada
dirinya. Ada juga mereka yang ingin berangkat namun tidak memiliki kemampuan harta
atau sedang mengalami sakit yang menghalangi mereka dari ibadah haji yang mulia.
Yang kedua adalah ibadah kurban, ibadah agung yang hanya boleh dipersembahkan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ق ُ قْ إقنَّصصت َّنُسصت إقمَحَيت إقنمم ُتقي ََُِ ِّبَر نتقصَّلُِلَ ق 162 ِّبَر نتقصقيُحَصُلَ ََ ُتَ َّيَت َُْ قصََ َقلَقَّت َلل َن ق ي َ
Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah ِّبَر.” (QS. Al-An’am: 162-163)
Oleh karena itu, bagi shahibul kurban hendaknya menghadirkan niat di hatinya, bahwa
ibadah kurban yang ia lakukan adalah perwujudan dari ibadah kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, menjauhkan diri dari bisikan-bisikan ingin dipuji sebagai dermawan atau
sebagai orang yang mampu karena membeli hewan kurban yang termahal, lalu dikenal,
na’udzubillah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menjelaskan
kedudukan orang yang suka minta dipuji oleh orang lain dalam beramal.
َلَنُم ن ُ ق ُن إقِص قلُنق َ ُيَ ِمصِ َقصِ ُتص َقَُ قَلي قتِ ق َّم َيَل ِيُ َ َّيَ :َِّلِن ََ َََِّلمُ قيت
2. “Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku tidak butuh terhadap orang-orang musyrik atas kesyirikan
yang mereka lakukan. Barangsiapa yang menyekutukan Aku dengan sesuatu yang lain,
akan Ku tinggalakan ia bersama kesyirikannya‘” (HR. Muslim 2985 ِّبَر
Dalam hadis lainnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkisah kepada para
sahabat,
ت َط ََََّّ إق ََه ُيَله ََْ ِّبَر :ََِّ هللاُيحت قلُنيِ ََ ُِيم قَ َ ُتَح ُتَ َ َّجقي قُتَّ قُ ق ٍَّ ُتِ :َ ُتَلَِّ (ط ََََّّ إق ََه َُّيَل ََْ
ََِّ َ قَ َ ُتَح َّن َقلَ ُنم:ت ( ق ِ َّصقنقَس قى َ ُتَلَّل ََُِّصني َلل َ ق َلن ُِنس َسَ َي َققتَهن َ هللايم ُهللاَجل طهللا ُتِ ِيِ قتمَه ُ ص :ََِّ ُ
َلُينقَّح َ ُتْيْ َََََََِّّّّ ُ ل َََََََِّّّّ ُتلت ُ ق ِ :َلل َ ُتَلَِّ َ ق ََِ ُإي ُ قَُيقِ ُْنَل َُْيَم َّص :ََّل َُ ق ِ : ْرقل َ ُتَلَِّت َ َُّيَل ََْ
ُيَله ََْ َللَيَِ َ َُتَّ ع ََُهت ُقِ َ ت َُتََُِّصني طَس قى ق َِ ق)ى
Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat
dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat ِّبَر
bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada
dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorang
pun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban
(memberikan sesaji) sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada
salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah.” Ia pun menjawab, “Aku tidak punya
apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya
dengan seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun
memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia
masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya,
“Berkorbanlah.” Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain
Allah ‘Azza wa Jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia
masuk surga.”
Oleh karena itu, kita harus mengikhlaskan ibadah kita semata-mata karena dan untuk
Allah Subhanahu wa Ta’ala, jangan kita niatkan ibadah kurban kita kepada selain-Nya.
حمد ال وهلل بر أك هللا ،بر أك هللا ،بر أك هللا
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah.
Perjalanan orang yang beriman dalam kehidupan dunia ini ada awal dan ada pula
akhirnya. Permulaannya adalah ketika terlahir ke dunia, dan ujungnya adalah surga.
Dalam proses perjalanan dari awal hidup hingga akhir hayat orang yang beriman diisi
dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, mereka merealisasikan perintah Allah
َنتقلنُلَ َنقنُتن ُِنس ََُّ ََََُُِّت
“Dan sembahlah Rab-mu hingga datangnya kematian.” (QS. Al-Hijr: 99)
Dan balasan mereka setelah kematian adalah surga. Surga adalah sebuah tempat
dimana seorang mukmin akan merasakan kenikmatan yang tak kunjung henti setiap
3. detiknya, kebahagiaan tersebut tidak pernah terpotong oleh kesedihan walaupun
sesaat. Allah telah menyiapkan bagi para hamba-hamba-Nya ini sesuatu yang tidak
pernah dilihat oleh mata mereka, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah
pula terbetik di dalam hati tentang keindahannya. Dalam sebuah hadis diriwayatkan
َّلِنت َ ََّّن َ َُْ ََتَلن ََِّ ُيهُلَ ق ُيهُلَ ََُنَ ََْ ََقي َّي قهيَنت ُيهُلَ َّيُي قََُْن ُهللالَ َّيتنَه َت ُبقنََّن ُهللالَ تتَلتَلن ُهللاَمََن ققَ َِّصُني َتتَن ق َن ِ
هت ُقِ ُهللاقجقَّ ِلقي ق اُيَل ُتقص ُهللاقجُنلقي ُ سَ َِّصُني َتٍَََُِ َّص َّه قسُلَ َ قيُمن ََِّ ق َُّيَل ُتقصمن ُهللاََ َُ: ن ُ َ قيقَن ِيُحَسُلَ َتَيحُسَ نتقَُيقل
زََّن ققت
“Bila penduduk surga telah masuk ke surga, maka Allah berfirman, “Apakah kalian ingin
sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian?” Mereka menjawab, “Bukankah
Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan
kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?” Nabi bersabda, “Lalu
Allah membukakan hijab pembatas, sehingga tidak ada satu pun yang dianugerahkan
kepada mereka (berupa kenikmatan surga) yang lebih dicintai daripada anugerah
(dapat ِّبَر memandang Rabb mereka. Kemudian beliau membaca firman Allah, “Bagi
orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga ِّبَر dan tambahannya.”
(HR. Muslim no. 181).
Ya Allah, kami mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu yang mulia dan
kerinduan dengan perjumpaan dengan-Mu.
حمد ال وهلل بر أك هللا ،بر أك هللا ،بر أك هللا
Ayyuhal mukminun
Untuk berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, seseorang haruslah memiliki
modal dan perbekalan agar bisa sampai dengan selamat menuju Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Para ulama menjelaskan setidaknya ada tiga bekal yang harus dipersiapkan
seseorang dalam perjalanannya menuju Allah. Ketiga hal itu adalah rasa cinta, rasa
harap, dan rasa takut kepada Allah. Tiga perkara ini layaknya asupan bagi hati sebagai
penggerak seluruh anggota badan.
Kemudian selain bekal amalan hati tersebut, seseorang tentu saja harus beramal
dengan anggota badannya. Mengerjakan kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan,
melakukan ibadah-ibadah keseharian yang dijelaskan oleh Alquran dan sunah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amal-amal ibadah inilah yang menjadi
perbekalan seseorang dalam perjalannya menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semakin
seorang giat melaksanakan ibadah, maka semakin ia menjadi mudah melaksanakan
ibadah lainnya, karena Allah senantiasa membimbingnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
نُ َ َُّصقص ُإلقي ُ سَ ط ُإيقَّ قََُِّ ُإلقي ُ لن َّصت ق ُ سُلَّقَّ َلَنُيَْ َُل َّنقلت إقل َََِّّ ُتصقلُنيِ َُْع َ ُإلقي َ ُ لنن قََُِّ َََقن َّصت
قلقَّ َ قُمََّن قَُلَ َي مَّت قلقَّ َأصُحن قَُلَ َلُِصح َُْيَم َلَنََُُّّسَ ََقِ ب َلَُّ قسََ ُِنس قَق َتُيَّلقَّ َّجقَّ إقيُصن إقنُلَ َليُه ق ت َّجقَّ َُقٍَُّن إقنُلَ َيَنت
َُِى إقيلتح ُتقيَتلُيَنقَِى إقيََِّنُحَ ُتقصلت َلُينقٍ
4. “Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu ia berkata,‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda, Sesungguhnya Allah telah berfirman,“Barangsiapa yang memusuhi
wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya, dan tidaklah
seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih
Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan apabila seorang hamba
senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah, pastilah Aku
mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia
gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk
melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya
yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku
akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dari-Ku pasti Aku akan
melindunginya’.” (HR. Bukhari ِّبَر
حمد ال وهلل بر أك هللا ،هللا إال هإل ال ،بر أك هللا ،بر أك هللا
Itulah nikmat bagi seseorang yang mengamalkan ketaatan kepada Allah, Allah akan
membimbing penglihatan, pendengaran, kaki, dan tangannya agar senantiasa
melakukan kebaikan lalu kemudian Allah kabulkan setiap permintaan mereka.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Dalam menempuh perjalanan ini seorang mukmin harus mewaspadai hal-hal yang
merusak perjalanannya tersebut. Diantara hal-hal yang merusak perjalanan seorang
hamba menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah:
Pertama: Kesyirikan.
Seorang muslim harus menjauhkan diri dari perbuatan ini sejauh-jauhnya dengan cara
mengetahui apa itu syirik dan hal-hal apa saja yang dikategorikan sebagai syirik.
Apabila seorang melakukan perbuatan syirik maka terhapuslah semua amal
kebaikannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لت ق قحَُّْلَ تقص ُتتيَمنلت ََيصِ ُتٍَُّسنل ُْم ُيَ ُتقصل َقيَُِّ ُتقص نتقَُلَ ِلقيت َُنلقي إ قتسََ َُلنت
“Dan telah diwahyukan kepadamu (Muhammad ِّبَر dan (nabi-nabi) yang sebelum kamu,
jika kamu mempersekutukan Allah, pasti hapuslah amal perbuatanmu, dan kamu pasti
tergolong orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar 65 ِّبَر
Yang kedua: Kebid’ahan
Diantara fungsi Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
agar manusia menyembah Allah dengan suatu ritual atau tata cara ibadah yang Allah
inginkan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Allah tugaskan untuk memberi
tahu dan mengajarkan para hamba-hamba-Nya bagaimana tata cara ibadah yang Dia
inginkan itu. Oleh karenanya, janganlah seorang beribadah kepada Allah dengan
prasangka-prasangka saja atau beribadah kepada Allah dengan alasan suatu
5. perbuatan telah diamalkan oleh ayah dan kakek-kakek mereka. Hendaknya semua
ibadah yang kita lakukan memiliki landasan dari syariat Islam yang mulia ini.
Yang ketiga: Kemaksiatan
Tidak diragukan lagi, kemaksiatan –secara umum- adalah penghalang dan perusak
perjalanan seseorang menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dosa-dosa maksiat
akan menghitamkan hati, semakin hitam dan gelapnya hati seseorang maka semakin
terhalang pula ia dari berbagai ketaatan. Oleh karena itu seorang mukmin harus
senantiasa waspada dari perbuatan dosa, dan selalu bertaubat kepada Allah Ta’ala dari
dosa-dosa yang telah ia kerjakan.
حمد ال وهلل بر أك هللا ،هللا إال هإل ال ،بر أك هللا ،بر أك هللا
Dalam perjalanan Anda wahai orang-orang yang beriman, Anda juga memiliki musuh
yang senantiasa mengganggu dan berusaha mengalihkan tujuan Anda dalam
mengarungi perjalanan ini, musuh Anda tersebut adalah setan, baik dari kalangan
manusia maupun dari bangsa jin. Banyak ayat dalam Alquran yang menyuruh kita
menjadikan setan sebagai musuh, mereka menggoda manusia dari arah kanan dan kiri,
dari depan dan juga dari belakang.
Dengan demikian –kaum muslimin yang dirahmati Allah, jamaah shalat Idul Adha yang
berbahagia- kita harus memiliki fokus dan semangat yang ekstra agar bisa selamat
dalam perjalanan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala, berjumpa dengan-Nya,
memandang wajah-Nya, Dzat yang menciptakan kita dan kita sembah seumur hidup
kita.
بر أك هللا ،هللا إال هإل ال ،بر أك هللا ،بر أك هللا حمد ال وهلل
‘Ibadallah
Semoga Allah menerima amalan saya dan juga amalan Anda sekalian, semoga Allah
senantiasa memberi taufik kepada kita untuk mengamalkan apa yang Dia cintai dan
ridhai, serta senantiasa menunjuki kita ke jalan yang lurus.
ََن ََ ُتََِ ُيقي ُهللاَمل ُ قغُفن َي ُتَ قغُفنُحَّ ط ُيَ قََم ُتقص ُتنقصقيُحَصَل ق قصَّحقلت ُهللاَملت إقل َ ق قغُفنُحَت َ ُتَللَهللاُن قسُ َل َ ُتَغَلف تَن َل
Khutbah Kedua
ت َّْيَّ ْ قَسن َّصم قلُنق َِّم َََّّص ََِّّقنٍ َِ ُنقَم ََُِصس ق قْ ََُصَلس ََُِصسَص ُتَ ََجُيَت َ َلل َُن ق ي َ َيَُست َ َُقي للقي َ ُتَ ََجُيَت َ ِع ُ ن
ُتنقِصُهَ قلقَُّسمت قلقلْ ِيِت هللاُيحت قلُنيِ ََ ُِيم ب َلَل ُتَح ت َيَََُِّ
Kaum muslimin, jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia
Di hari Idul Adha yang berbahagia ini, tentu kita tidak lupakan keadaan saudara-
saudara muslim kita yang lainnya; baik di Indonesia dan juga di luar negeri sana. Kaum
6. muslimin di Suriah dan Palestina, dan orang-orang Rohingya di Myanmar, mereka
semua adalah saudara-saudara kita. Berapa kali Idul Adha yang mereka lewati, namun
mereka tak kunjung mendapat ketenangan, kekhusyuan, dan kebahagiaan dalam
melaluinya sebagaimana mestinya.
َََص ُهللاقجقغٍََِّنت ُهللاقجقصَسَ نت ُهللاقنقََتن ُإق نتقيقصَُِصُلَ َََص ِصَسُلَت ق جُحَّلقَّ قَحهُلَ َ قصَّح َلل ََِِن تُعَِ َلُيقص ِمنََُ ََقي قَحهُلَ
“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah
bagaikan satu jasad, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh badan akan susah
tidur dan terasa panas.” (HR. Muslim 2586 ِّبَر.
Saudara-saudara kita di Palestina telah puluhan tahun hidup di bawah tekanan Yahudi,
mereka mengalami penyiksaan, pembunuhan, harga diri mereka direndahkan, anak-
anak dibunuh, dan lain sebagainya. Demikian juga yang terjadi di Suriah selama tiga
tahun ini. Apa yang mereka alami, lebih mengerikan dari penderitaan rakyat Palestina.
Pemerintah Suriah yang sangat zalim ini membunuh dan menyiksa rakyatnya dengan
cara yang sangat mengerikan, bahkan jauh lebih kejam dibanding orang-orang Yahudi.
Demikian juga umat Islam Rohingnya di Myanmar, mereka juga mengalami hal-hal
yang sangat memilukan dan menyedihkan.
Oleh karena itu jamaah yang dirahmati Allah, hendaknya kita mengingat saudara-
saudara kita yang mengalami musibah dan kesulitan, kita sertakan mereka dalam doa-
doa kita, kita salurkan bantuan kepada mereka, kepada lembaga-lembaga sosial yang
menyalurkan bantuan untuk mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ََََُِّل َّتم َّص َقَََُِّل قت ُتِ إق ََت قلُن قَْ قت ُتِ إق .
Artinya: “Allah itu akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong
saudaranya.” (Hadits shohih riwayat Muslim ِّبَر
حمد ال وهلل بر أك هللا ،هللا إال هإل ال ،بر أك هللا ،بر أك هللا
Yang terakhir, kami wasiatkan kepada kaum muslimin terutama kepada para orang tua
untuk mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan Islam, dengan akhlak yang
mulia. Orang tua hendaknya memperhatikan akidah anak-anak mereka, mendidik anak
agar mengesakan Allah, mentauhidkannya dan tidak menyekutukannya dengan
sesuatu apapun. Membentengi anak-anak dari akidah-akidah yang rusak seperti yang
tersebar di acara-acara televisi. Kemudian memperhatikan shalat mereka, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َُّح َ َّأُيََّ ُهللاَنت قزمُمَّلقَّ ُهللاَمََ ُتَ َ ُتَ َصقأ قَّهعصُلَ إق ُهللاَجُينَّ َ ُتَِ ق ت َُتنقيقح ُيِ َ َُّيََّ ُهللاَنت َُّجنيِ ُهللاَن َُتَّ ق ُعَت َُتنقيقح .أ
“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun. Dan pukullah
mereka karena meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Serta pisahkanlah ranjang
mereka.”
7. Shalat adalah perkara yang sering dilalaikan oleh orang tua dalam mendidik anak-
anaknya. Dengan anggapan anak masih kecil, para orang tua pun lalai untuk
memerintahkan dan mendidik anak mereka untuk terbiasa shalat sejak dini. Orang tua
masa kini lebih khawatir dengan masa depan anaknya kelak, apakah dapat sekolah
yang baik atau tidak, apakah berprestasi atau tidak, bagaimana peluang kerja, sehingga
mereka berlomba-lomba mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan belajar
tambahan. Tentu saja kekhawatiran ini adalah suatu yang bersifat naluriah dari orang
tua kepada anaknya. Namun semestinya shalat dijadikan prioritas. Anak yang pintar
dan kaya raya, harta dan kepintaran mereka tidak bermanfaat bagi orang tua yang telah
meninggal atau bahkan semasa hidup orang tua itu sendiri. Sedangkan anak yang taat
beribadah, anak yang shaleh, itu kebaikan bagi diri sang anak, penyejuk hati para orang
tua, dan investasi amal jariyah bagi keduanya.
Ketauhilah jamaah sekalian, kita semua adalah pemimpin yang memiliki amanah dan
kita akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang kita emban.
Menyambut Idul Adh-ha
َىَُ َ قََلن َ طُهللانقلنُحَص ٍَط قم ِلقي َ َّين ُتص ُ قَُجنت قََُُِلَت ق سُلَّقَّ ُإ قعُلن ُ قَُلَ قَق ََُصسُلَ ُتَص ط صُم قسقل قأقصَ ُيَّلقَّ َهللاَمُسنت َ ط صُم قسقَّ
َّ هللاَمُسنقل َّنقملَُ َهللاَجِص َقُيَت َُتن ق قَُيَصت ُتن ق قيََّص ََح ْ َل َح ُ َ َ َهللاُنقيِلَُ َهللاُنقمسُلَتَنت قٍُحقلُلَّقَّ ََُّْيَل هللا ُتَلنقلت َ قلُنق َ ُتَغينََُُّْصنق قَُّْيَل ُتن
َُِنُتن ق ي َ َيَُست ََ َُقي للقي َ ُتَ ََجُيَت َ ط ُن قمُلنَتطتَيَ ق ُن ُتقص َلُلس ط س ُ قَ ََُم َ ُتَن قََم ِيِ تَنت ََُصسُلَ َللت ََُيَصُلَ َلل ََلل َ
م َلَل ُتَح ت َيَََُِّ ََُِصسَص ُتَ ََجُيَت َ ُنقَِ ط ُإَّيِصينُحن هللايحت قُتنقََل قهللا ُتن ِلقي طَّتحُسقِقَّ ُهللاَجل ُتنقِقََُّّنَلت قلقلَ ِيِت قلُنيِ ََ ُِي
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Id yang berbahagiaَ
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kepada Allah yang telah
melimpahkan kepada kita nikmat yang begitu banyak. Saking banyaknya nikmat yang
diberikan, sehingga jika kita menghitung nikmat-nikmat-Nya tentu kita tidak akan
sanggup menghitungnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita syukuri nikmat-nikmat
tersebut agar nikmat tersebut tidak dicabut dan bahkan diberikan keberkahan sehingga
bertambah. Sebaliknya, jika kita kufuri nikmat-nikmat tersebut, seperti tidak mau
mengakui nikmat tersebut berasal dari Allah atau menggunakan nikmat-nikmat tersebut
untuk bermaksiat kepada-Nya, maka cepat atau lambat, Allah akan mencabutnya
ditambah lagi dengan dicatat sebagai dosa.
Banyak contoh yang membuktikan hal ini, seperti yang dialami oleh kaum Saba’ yang
Allah berikan kepada mereka kenikmatan dunia, saat mereka kufur terhadap nikmat
yang Allah berikan, maka kenikmatan tersebut Allah cabut, Dia mengirimkan banjir
besar kepada mereka dan mengganti kebun-kebun mereka yang sebelumnya
menghasilkan buah-buahan yang enak dimakan berubah menjadi kebun-kebun yang
buahnya terasa pahit. Demikian pula yang dialami Qarun yang dikaruniakan oleh Alah
harta yang banyak. Ia tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut, bahkan
mengatakan, bahwa kekayaan yang diperoleh itu adalah karena kepandaiannya,
sehingga Allah membenamkan dia dan rumahnya ke dalam bumi. Sesungguhnya orang
8. yang cerdas adalah orang yang mau mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa
orang lain.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Id yang berbahagiaَ
Saat ini kita berada di salah satu hari raya umat Islam, yaitu Idul Adh-ha; hari di mana
kita disyariatkan berkurban. Hari raya ini, Allah sebut dalam kitab-Nya dengan nama
hari Haji Akbar (lihat surah At Taubah: 3). Disebut demikian, karena sebagian besar
amalan haji dilakukan pada hari ini. Oleh karena itu, hari ini (yakni hari nahr) adalah hari
yang paling agung di sisi Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ق َلل َهللا ُتن ُهللاََ ق ُسُيَل َهللا ُتن َِّلِن قَ َُيقِ قهللاَُّنىَُ هللااَُِ ُتقي
“Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah Ta’ala adalah hari nahr (10
Dzulhijjah) kemudian hari qar (hari setelahnya).” (HR. Abu Dawud dengan isnad yang
jayyid, takhrij al-Misykaat 2:810)
Bahkan hari raya Idul Adh-ha lebih utama daripada hari Idul Fitri karena di hari Idul Adh-
ha terdapat shalat ‘Id dan berkurban, sedangkan dalam Idul Fitri terdapat shalat Ied dan
bersedekah, dan berkurban jelas lebih utama daripada bersedekah.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Id yang berbahagiaَ
Termasuk rahmat Allah dan kebijaksanaan-Nya adalah apabila Dia menyariatkan suatu
amal saleh, Dia mengajak semua orang melakukannya, dan jika di antara mereka ada
yang tidak sanggup melakukannya, maka Dia menyariatkan amal saleh yang lain
sehingga mereka yang tidak mampu melakukannya tetap memperoleh pahala, di mana
dengan amal saleh tersebut, Allah mengangkat derajat mereka dan menambah
pahalanya.
Contohnya adalah barangsiapa yang tidak mampu berwuquf di ‘Arafah, maka Allah
menyariatkan baginya puasa ‘Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah ِّبَر yang menghapuskan dosa
yang dikerjakan di tahun yang lalu dan yang akan datang, demikian pula menyariatkan
untuknya berkumpul pada hari Idul Adh-ha untuk shalat Ied, berdzikr, dan berkurban..
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Id yang berbahagiaَ
Sesungguhnya di antara amalan yang disyariatkan Allah pada hari raya ini adalah
berkurban. Berkurban adalah amalan yang utama, karena di sana seseorang
mengorbankan harta yang dicintainya karena Allah; yang menunjukkan bahwa ia lebih
9. mengutamakan kecintaan Allah daripada apa yang disenangi hawa nafsunya.
Berkurban memiliki banyak hikmah, di antaranya adalah sebagai rasa syukur kepada
Allah, membantu fakir-miskin dan menghibur mereka, merekatkan hubungan antara
orang kaya dengan orang miskin, dan hikmah-hikmah lainnya yang begitu banyak.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Id yang berbahagiaَ
Kurban merupakan sunah bapak para nabi, yaitu Ibrahim ‘alaihis salam yang diperkuat
oleh syariat yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam Alquran,
Allah Ta’ala berfirman:
ُ سُيَت َقَّ قل قَم
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” (QS. Al Kautsar: 2)
Sedangkan dalam hadis diterangkan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal di
Madinah selama sepuluh tahun dan selalu berkurban.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi dari
Ibnu Umar, ia (Tirmidzi ِّبَر berkata, “Hadis hasan.” ِّبَر
Menurut sebagian ulama, berkurban bagi yang mampu hukumnya wajib. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
َلل َّتم ُتص َّيُممَص ُتَّ ُلن م قََعن ُهللالت ِح
“Barangsiapa yang memiliki kemampuan, namun tidak mau berkurban, maka janganlah
sekali-kali mendekati tempat shalat kami (lapangan shalat ‘Id).” (Hadis hasan, Shahih
Ibnu Majah 2532)
Sedangkan yang lain berpendapat bahwa hukumnya sunat mu’akkadah (sunat yang
sangat ditekankan) beralasan dengan hadis berikut:
قي ق َّغُاَت قي ق ُِي ُتِ َُقحُصَنُي ِ قسَعن ُتَ ُهللاَمََسَ ََ َت ق ُه قسُلَ َّقَ َمقن ُهللاَنُنَ ََقي
“Apabila kamu melihat hilal (bulan sabit tanda tanggal satu) Dzulhijjah, sedangkan salah
seorang di antara kamu ingin berkurban, maka tahanlah (jangan dicabut) rambut dan
kukunya.” (HR. Muslim ِّبَر
Kata-kata “salah seorang di antara kamu ingin berkurban” menunjukkan sunatnya.
Namun untuk kehati-hatian, hendaknya seorang muslim tidak meninggalkannya ketika
ia mampu berkurban.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
10. Sidang shalat ‘Id yang berbahagia
Semua kebaikan dapat kita temukan ketika kita mempraktikkan petunjuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam semua urusan kita, sedangkan semua keburukan
akan kita temukan ketika kita menyelisihi petunjuk Nabi kita Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami pun mengingatkan sedikit
petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah kurban.
1. Usia hewan yang dikurbankan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قتُتُعَل تقص ِ َِه َ ُتَسَََُّّ ُهللاَمُنيِ َحُِن ُتقِ َ ِ ُيقحَص َُقي َ ُتَسََُّن َ
“Janganlah kamu menyembelih kecuali yang musinnah. Namun jika kamu kesulitan,
maka sembelihlah biri-biri (domba) yang jadza’ah.” (HR. Muslim dari Jabir radhiyallahu
‘anhu)
Maksud “musinnah“ adalah hewan yang sudah cukup usianya. Jika berupa unta, maka
usianya lima tahun. Jika berupa sapi, usianya dua tahun. Jika kambing, maka usianya
setahun, dan tidak boleh usianya kurang dari yang disebutkan. Adapun jika berupa biri-
biri/domba maka yang usianya setahun. Namun jika tidak ada biri-biri yang usianya
setahun maka boleh yang mendekati setahun (9, 8, 7 atau 6 bulan), tidak boleh di
bawah enam bulan –inilah yang dimaksud dengan jadza’ah-.
2. Hewan kurban yang utama
Hewan kurban yang utama adalah hewan kurban yang gemuk, banyak dagingnya,
sempurna fisik, dan indah dipandang. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor biri-biri yang putih bercampur
hitam lagi bertanduk, Beliau menyembelih keduanya dengan tangannya, mengucapkan
basmalah dan bertakbir, dan meletakkan kakinya di sisi hewan tersebut.” (HR. Bukhari ِّبَر
3. Adab menyembelih
Adabnya adalah dengan menghadap kiblat, mengucapkan basmalah dan takbir ketika
hendak menyembelihnya dan berbuat ihsan dalam menyembelihnya (seperti
menyegarkan hewan sembelihannya, menajamkan pisau dan tidak mengasahnya di
hadapan hewan tersebut).
4. Pembagian kurban
Sunnahnya adalah orang yang berkurban memakan dari hewan kurbannya,
menyedekahkannya kepada orang miskin dan menghadiahkan kepada kawan-
kawannya atau tetangganya, berdasarkan firman Alah Ta’ala:
11. نقلغُلَ ْقص َُّلَ َتَصقٍَُِت َّجُيقص َتَيَم
“Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al Hajj: 28)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
ت َتَيَمَتَ قََُْت َتَصقٍَُِ
“Makanlah, berilah kepada orang lain dan simpanlah.” (HR. Bukhari ِّبَر
Namun tidak mengapa disedekahkan semuanya kepada orang-orang miskin.
5. Waktu berkurban
Waktunya adalah setelah shalat Ied dan berakhir sampai tenggelam matahari tanggal
13 Dzulhijjah. Termasuk sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di hari raya Idul
Adh-ha adalah makan tidak dilakukan kecuali setelah shalat Ied, lalu menyembelih
hewan kurban dan memakan dagingnya.
6. Hewan yang tidak boleh dikurbankan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“َّهُ ُِلَت ,َّجَع ص َتقنَُّلَ َ نع ق صُلَت ,َّنَ تِ َتقنَُّلَ َ َ ُتُِلَ :إ قَّسعََُ إق َتقَهن َ أَُّ َإقلُيَن َ إقنُلَ َ َّغُهُِلَت َّجَُِيا َتقنَُّلَ َ ”
“Empat macam hewan yang tidak boleh dijadikan kurban, yaitu: hewan buta sebelah
yang jelas butanya, hewan sakit yang jelas sakitnya, hewan pincang yang jelas
pincangnya dan hewan kurus yang tidak bersumsum (sangat kurus).” (HR. Tirmidzi, ia
berkata, “Hasan shahih” ِّبَر
7. Bertakbir
Pada hari raya Idul Adh-ha disunnahkan bertakbir, baik takbir mutlak maupun
muqayyad. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
طَّْتصَيُُِص طهللاَُّنَ إق قَ هللاُحَ َتَ َمَُنت ُهللاَجل أق َّيص ََتَجُينقل
“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan agar mereka menyebut
nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (QS. Al Hajj: 28)
Hari yang ditentukan itu adalah hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12
dan 13 Dzulhijjah.
Takbir mutlak adalah takbir yang tidak dibatasi waktunya, yaitu mengucapkan, “Allahu
akbar-Allahu akbar. Laailaahaillallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamd.”
12. dengan menjaharkan suaranya bagi laki-laki, baik di masjid, di pasar, di rumah, di jalan
dan pada saat ia berangkat ke lapangan untuk shalat ‘Id.
Sedangkan takbir muqayyad adalah takbir yang dilakukan setelah shalat fardhu, yang
dimulai dari fajar hari Arafah, dan berakhir sampai ‘Ashar akhir hari tasyriq.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya tentang waktu takbir pada dua hari raya, maka
beliau rahimahullah menjawab, “Segala puji bagi Allah. Pendapat yang paling benar
tentang takbir ini yang jumhur ulama dan para ahli fiqih dari kalangan sahabat serta
imam berpegang dengannya adalah hendaklah takbir dilakukan mulai dari waktu fajar
hari Arafah sampai akhir hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah), dilakukan setiap
selesai mengerjakan shalat, dan disyariatkan bagi setiap orang untuk mengeraskan
suara dalam bertakbir ketika keluar untuk shalat Id. Hal ini merupakan kesepakatan
para imam yang empat.” (Majmu al -Fatawa 24:220)
Imam Bukhari menyebutkan dalam Shahihnya, bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu pernah
bertakbir di kubahnya di Mina. Maka orang-orang yang berada di masjid mendengarnya
lalu mereka bertakbir dan bertakbir pula orang-orang yang berada di pasar hingga kota
Mina bergemuruh dengan suara takbir. Ibnu Umar pernah bertakbir di Mina pada hari-
hari itu dan setelah shalat (lima waktu), di tempat tidurnya, di kemah, di majlis dan di
tempat berjalannya pada hari-hari itu seluruhnya. Maimunnah pernah bertakbir pada
hari kurban, dan para wanita bertakbir di belakang Aban bin Utsman dan Umar bin
Abdul Aziz pada malam-malam hari Tasyriq bersama kaum pria di masjid.”
Termasuk hal yang perlu diketahui pula adalah bahwa pada hari-hari tasyriq kita
diharamkan berpuasa kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan hadyu. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
9
ّلل َاه ،َكْ بَرأ رو َِررًكّللب ب َاه رْحردًبّللِ رو اَْربارك ب َ به ّللدًحرمًلا رو اَْرببرك ّللرربًكرأ ًورل رو رْْبالدال ّللهرل رْْ بَبًُّْللم ّللِدَْبإ َالبإ ّللدّللبًِرِ رال رو ّلل َاه دالبإ رهرلبإ رال
رِ رو ّللِردًَ رو رُردرَ ّللِردًحرو ّلل َاه َالبإ رهرلبإ رال ،رْوّللربودركًلا رِ بررك هللا ،ّللرربًكأ ّللهللا ّلل َاه دالبإ رهرلبإ رال ،ّللِردًحرو ر ارلًحر ا رًّرلرهرو ّللِردًبرَ رررَ
ّللدًحرمًلا بهلل رو .أكبر
برًْرم ًْبم ،ِرد باح رو عَمّلل رك بِبدًْبِبب درِردَحرو رو ،رًْْبمبًِّْللمًْبل َادًْبَ رًًّورًْلا رمرِر ًابَِلا بهللب ّللدًحرمًلرا ًُرِ رو ،ًّرمّلل ا بمدرمرك لرْرَ ّللِّللّللرك
بًّرارًكبهًا رو بمركر ًلا وّللِ رّللوهرو بهبِدرًِحبإ.
رو ردهُرا ْرم ر ًّْللمًلا ِباًّللأا ب ًّْللمًلا ر بلدرم ًَّّللََْال ، ر رل ر ًْ بررُرال ر ردًحرو ِرًِرأ َالبا رهرلبا رال ًْرا ّللدرًَُرأ ردهُرا َْمبم ر ًّْللمًلا ّللش بِلرا
بِّللا رو ردهُرا ْرم لبِّللا رو ر ّللل ًوّللِرر رو ر ّللدًبرَ َادَحرمّللم َْرا ّللدرًَُرأ رو لْربدري هًِرُ بالمّللك رلرْرَ ر َِبإ ّللرًْرًُلا ر بدرْبب ردهُرا ْرم .م
رو ،ًعرِدرمر ا َودرأ رو ،ًعرلدرِ بالالر رنَْرب ابالَِلا ،لرارمًَّللالم ردِببًْببوحر درِبدالِْ لرْرَ ّللًّبالْرِّللا رو بالمرَ ًَّّللََْرلاّلل ا رارَرِ بهبلَ لرْرَ رو ،ًعَم
بِبدردَ ب َِحر بهللا ًِبو ردرهرد رو ،بهبا رًوَردبب بهللا لرلبا ردَرد ًْرمرو بهببًحردَرأ ر.و
رْ ًوّللبَاّللالم ردلرو ًدربرو بهللا و روًبرابب رداَْبإ رو ًِبًِارِ رو ًًّّللكًْ بَ ًوّللأ ،بهللا رددرببَ :ّللدًِرب دَمرا!
13. رررا ًوركًلا ر درًِْرمًَرأ دَِبإ (1) ) ًرحرًِا رو ر بالبرربل بالمرَر)2و ّللرراًبر ً ا رّللوه ر رابِردُ َْبإ
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Pencipta dan Pemelihara alam semesta.
Tiada henti Allah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada seluruh hamba-Nya,
umat manusia di seluruh belahan bumi ini, juga kepada kita semua. Terlebih disaat
yang sangat berbahagia seperti ini, dimana kita ditakdirkan dapat diterima dan
bersimpuh dihadapan-Nya untuk menghadapkan segala kerendahan diri dan kehinaan
di hadapan Dzat Yang Maha Mulia dan Perkasa. Menghaturkan segala hajad dan
kebutuhan hidup di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa. Curhat atas segala kelemahan
diri dan dosa-dosa di hadapan Allah yang Maha Pengampun, di masjid yang mulia ini
bersama-sama melaksanakan sholat Idul Adha.
Untuk memperingati kejadian besar dalam sejarah kemanusiaan yang tiada tandingnya.
Pengorbanan hidup yang dilakukan oleh manusia-manusia pilihan, Nabiyullah Ibrahim
as beserta keluarganya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Habiibina Baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan perjuangan dan pengorbanan pula
Beliau telah berhasil menancapkan sendi-sendi iman dan tauhid di dada umatnya, juga
kepada keluarga dan sahabatnya serta pengikut-pengikutnya sampai hari kiamat yang
telah melanjutkan tongkat estafet dan komando kepemimpinan, sambung menyambung
sampai sekarang sehingga hasilnya bisa kita nikmati sampai saat ini.
Salah satu pengorbanan besar yang tercatat dalam sejarah kemanusiaan yang
diabadikan Allah dalam firman-Nya, seakan telah menjadi pondasi bangunan yang
kokoh kuat ketika Allah berkehendak menghidupkan dan membangun kota Mekkah Al-
Mukarromah. Pengurbanan yang sama sekali tidak masuk di akal sehat. Betapa
seorang ayah atas isyarat mimpi harus menyembelih satu-satunya putra tercinta dan
perintah itu dapat mereka berdua laksanakan dengan sempurna tanpa cacat. Perintah
Allah Swt. tersebut berawal dari bisikan mimpi yang mengusik tidur Abal Anbiya’,
Nabiyulloh Ibrahim As. Allah memberikan wahyu lewat mimpi benar kepada nabi-Nya
agar menyembelih putra semata wayangnya yang bernama Ismail. Ketika Ibrahim
terjaga dari tidurnya, ia mengira apa yang mengganggu tidurnya itu hanya bisikan setan
yang lalu lalang seperti bisa, sebab sangat tidak mungkin Allah Swt yang Maha
penyayang dan pengasih memerintahkan nabi-Nya untuk menyembelih putra yang
telah lama dinanti-nantikannya. Satu-satunya putra yang digadang-gadang menjadi
penerus perjuangan, pelanjut silsilah keturunan dan penyambung tongkat estafet
kenabian.
Namun demikian mimpi menakutkan itu tidak dibiarkan berlalu begitu saja tanpa arti.
Nabi Ibrahim As. mencoba merespon dengan akalnya, hasilnya dia menampik perintah
tersebut lantaran tidak bisa diterima logika. Ketika Allah kembali mengusiknya dengan
mimpi yang sama sampai tiga kali, baru Nabi Ibrahim Khalilullah ini sadar dan yakin
bahwa mimpi tersebut bukan sekedar bisikan setan yang lalu lalang melainkan perintah
14. langit yang dirahasiakan, maka hamba yang taat itu segera saja mencampakkan
akalnya dan menerima perintah tersebut dengan hati dan iman secara kafah sebagai
wujud ketundukan dan kepatuhan seorang hamba kepada Junjungannya yang Maha
Perkasa. Peristiwa sejarah tersebut diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:
رب دَمرْروبِربرأ درْ رمدري ورررا ارِدرم ًرّللًَِدرو ر ّللحربًِرأ ِبالِرأ بًّدرِرمًلا ِبو ورررأ ِبالِبإ َِرِّللب درْ رمدري رًَِِِال ّللهرِرم رنرْ ّللررمًّللأا درم ًمرًِاو
) رْْ برببَدَال رْبم ّلل َاه رهردُ ًْبإ ِبِّللد ب رارِ102) ) بْْببر ًْبل ّللهَْرا رو درمرًِْرأ دَمرْر)301و رددرِ ر)و ّللًّْبهاررًببإ درْ ًْرأ ّللِدرًِْ104) ًدري
) رْْبِبًِحّللمًلا ا بلً رِ ر بلرِرك دَِبإ درًْأالر ِرًَيدرَ105) ) ّْْللببّللمًلا ّلله ركربًلا روّللَرل ارِره َْبإ106) ) ًّْبَرَ اًببِبب ّللِدرًِْردرور)701و
) رْْ بر بُر ً ا ِبو بهًْرْرَ درًِكرررا ر)801و ررًببإ لرْرَ لًّ ركرِ) رًّْبه901ا
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmuَ” Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar”. – Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). – Dan Kami
panggillah dia: “Hai Ibrahim, – sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. – Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata – Dan Kami tebus anak
itu dengan seekor sembelihan yang besar – Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu ِّبَر”Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim”. (QS.Ash-Shofat/102 – 109)
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata – Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar”, demikian yang dinyatakan Allah dalam firman-
Nya di atas . Ujian yang benar-benar ujian yang diberikan Allah kepada kekasih-Nya itu,
ketika mampu dilaksanakan dengan sabar dan ikhlas maka Allah memberikan balasan
besar kepadanya. Wujud balasan itu tidak hanya diselamatkan dari ujian tersebut,
namun juga mendapatkan pujian yang abadi, derajat tinggi dan bahkan menjadi sebab
diturunkannya keberkahan Allah untuk Bumi di mana tempat ujian itu terjadi.
Ketika seorang anak dihadapkan kematian dengan pedang di tangan ayahnya sendiri,
anak itu dengan tulus berkata : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ketika seorang ayah harus melaksanakan perintah untuk menyembelih anak
tercintanya yang sedang berbaring lemas dipangkuannya dan menyiapkan lehernya
untuk digorok oleh tangannya sendiri, seorang bapak mampu melakukannya dengan
ihlas semata-mata karena melaksanakan perintah Allah, padahal perintah itu hanya
diterima melalui mimpi. Subhanallah !!! siapakah yang sanggup melakuan pekerjaan
yang tidak logis itu selain para kekasih-Mu Ya Allah. Seorang hamba yang lebih
mencintai-Mu dibandingkan cintanya kepada apa saja selain-Mu, meski kepada satu-
satunya calon penerus keturunan yang dibanggakannya … ََ
Ketika dengan sabar dan penuh keikhlasan Nabi Ibrahim As menjalankan perintah
tersebut, Allah bangga kepadanya. Sedetik sebelum mata pedang yang sudah diasah
tajam itu menyentuh leher anak yang matanya sudah terpejam, dengan kuasa-Nya
15. Allah Swt mengganti tubuh anak tersebut dengan seekor kambing kibas dari surga.
Inilah peristiwa besar dalam sejarah kemanusiaan yang mungkin tidak akan terulang
sepanjang zaman. Peristiwa sejarah mana yang menunjukkan pelajaran yang amat
sangat berharga, yakni apabila orang mau bersabar menghadapi ujian dan musibah
dan ridho serta ikhlas menjalaninya, meski nyawa taruhannya, bukan saja akan
mendapat pahala basar, namun juga ganti yang lebih baik dan sempurna. Terbukti
bahwa pengurbanan yang dilakukan dua manusia pilihan itu tidak sia sia, tidak hilang
begitu saja ditelan zaman, namun telah menjadi pondasi yang kokoh kuat atas
bangunan kota Mekkah al-Mukarromah dan keberkahan Allah yang dicurahkan di atas
kota itu dan sekitarnya sampai saat sekarang. Tanah yang asalnya mati dan gersang itu
menjadi kota yang paling makmur dan penuh berkah di muka bumi.
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Idul Adha identik dengan Idul Qurban, tapi qurban yang dimaksudkan khotib bukan
sekedar menyembelih hewan qurban kemudian dagingnya dibagikan kepada orang-
orang yang berhak menerima. Qurban yang dimaksudkan adalah melaksanakan
pengurbanan hakiki, yakni mengurbankan sebagian yang kita cintai, baik harta benda
maupun penghormatan untuk dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkannya, hal
itu dilakukan semata-mata melaksanakan “ta’abbudan lillah”, semata-mata mengabdi
kepada Allah dalam rangka memperingati dan mengenang pengurbanan besar yang
dilakukan Nabiyullah Ibrahim As beserta keluarganya. Pengurbanan mana yang
nantinya tidak hanya bisa dijadikan pelajaran dalam hidup saja, namun juga mampu
meningkatkan taraf kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Pengurbanan
yang mampu mengangkat hasrat kemanusian, meningkatkan kapasitas hidup dan
kemampuan pribadi, menjadi orang mulia baik dihadapan manusia maupun dihadapan
Rabbul Izzah, demikian itu yang pernah dilakukan dan didapatkan oleh Nabiyullah
Ibrahim as beserta keluarganya.
Disamping hal penting tersebut, ibadah qurban juga mengandung pesan kepada kita
agar memiliki jiwa sosial dan peka terhadap penderitaan sesama serta pembangunan
mental spiritual yang tangguh. Bahkan tidak hanya itu saja, ibadah qurban juga
sekaligus harus bisa merontokkan sifat-sifat basyariah yang tercela, kebiasaaan dan
karakter kemanusiaan yang jika dibiarkan bisa menjadi penyebab timbulnya kerusakan
di di muka bumi. Ungkapan rasa syukur atas segala anugerah yang diwujudkan dengan
menasarufkan sebagian harta yang kita miliki dengan membeli dan menyembelih
hewan qurban serta pendistribusian dagingnya kepada kalangan fuqoro wal masaakin
agar di hari raya ini mereka dapat menikmati kegembiraan yang sama, disamping
merupakan simbol agar kita mau berbagi kepada sesama serta ikut meringankan beban
hidup orang lain yang bisa membangun kekuatan persaudaraan antara sesama umat,
juga menguatkan jiwa kita secara pripadi dalam menghadapi tantangan dan kompetisi
hidup yang rasanya seakan tidak berkesudahan, terlebih apabila hal yang sangat positif
tersebut tidak hanya bisa dilakukan pada hari-hari tertentu saja, seperti hari Idul Adha
16. sekarang ini, tetapi juga setiap saat dan kesempatan yang ada, saat kita diberi
kemampuan dan kelebihan oleh Allah Swt.
Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Jika kita mengamati fenomena yang terjadi belakangan ini di mana tahun politik berarti
tahun kemunafikan, para Tokoh Partai Politik sedang memutar otak untuk menutupi
boroknya dengan kebohongan dan pencitraan, sekaligus mencari dana biaya
pencitraan yang tidak sedikit, hingga banyak dari kalangan mereka menjadi gelap mata,
berlomba-lomba mengeruk uang haram, memarup anggaran proyek di Kementrian
yang dikuasai supaya ikut kebagian uang rampokan, akibatnya di tahun politik ini
korupsi jadi semakin meraja lela dan membabi buta.
Tidak hanya itu saja, para Tokoh Partisan yang jelas-jelas terindikasi berbuat kejahatan,
korupsi dan menyalagunakan jabatan masih saja ngotot untuk memenangkan
pertarungan. Mereka tidak sungkan-sungkan tampil di panggung pencitraan padahal
boroknya tidak ketulangan, bahkan banyak bermunculan orang yang hanya
bermodalkan nekat, karena terbiasa merasa besar dikalangan sendiri kemudian muncul
di publik, akibat mabuk pujian dari para penjilat yang nebeng kehidupan hingga tidak
merasa malu dan mengukur kemampuan mendeklarasikan diri jadi calon Presiden.
Bahkan dari kalangan para Ustadz yang terhormat, yang dulunya jadi panutan rakyat
karena selalu membawa-bawa nama ayat Agama dan Dakwah, ketika menduduki
jabatan tinggi di Partai Politik, bahkan satu-satunya partai politik yang berani
menamakan diri Partai Dakwah, ternyata sama saja, setali tiga uang, kini sebagian
mereka ada yang duduk di kursi pesakitan, sementara waktu harus berpisah dengan
keluarga tercinta karena mempertanggungjawabkan perbuatan. Inilah realita dan
fenomena yang sampai saat ini setiap hari dan setiap saat masih saja disajikan oleh
media masa di Negeri ini, baik Elektronik/TV, media Cetak dan media Online.
Di hari yang suci ini, saat Kaum Muslimin di seluruh Dunia memperingati hari raya Idul
Qurban, kita boleh bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah kita harus menyotoh
mereka itu, para perusak kehidupan sesama sekedar untuk meraih kejayaan pribadi
maupun golongan?? , para perampok uang rakyat bahkan dengan mengatasnamakan
Agama dan Dakwah yang akhirnya terjerembab jadi terdakwa ?? Jika tidak, pertanyaan
berikutnya apa yang sudah kita perbuat untuk kejayaan kita sendiri, pengorbanan
macam apa yang sudah kita lakukan untuk mencapai peningkatan hidup yang kita
dambakan, untuk keberhasilan hidup kita sendiri bukan keberhasilan hidup orang lain.
Apakah kita hanya boleh menuntut saja tanpa berbuat apa-apa sementara orang lain
berkorban dan bahkan dikorbankan …?? Atau barangkali kita yang justru selalu
mengurbankan kepentingan orang lain untuk kelangsungan hidup kita ??, bahkan
menjadikan orang lain sebagai tumbal dan kambing hitam untuk sekedar
menyelamatkan kehidupan kita yang sedang terancam bahaya ??. Kita hanya berharap
hidup enak tapi enggan melakukan perjuangan..??, Apalagi kalau ternyata kita yang
17. selalu menjadi sebab terjadinya kerusakan di muka bumi dengan ucapan atau fitnah
dan adu domba yang kita lontarkan kepada sesama kawan kemudian kita berharap
mendapatkan kebaikan dari keburukan yang kita lakukan itu ?? apakah hal semacam
itu bisa terwujud sementara fenomena sejarah telah berbicara secara terang
benderang, bahwa tanpa pengorbanan jangan harap ada keberhasilan.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Inilah hikmah terbesar dari peringatan hari besar IDUL QURBAN yang sedang kita
peringati hari ini, bukan hanya untuk memperingati peristiwa sejarah kemanusia itu
saja, namun juga, disamping sebagai momentum untuk membersihkan jiwa dan pikiran
kita dari penyakit kehidupan yang mematikan, seperti korupsi, manipulasi,
menyalahgunakan jabatan dan penyakit kejiwaan lainnya yang tidak kalah mematikan,
seperti iri, dengki, hasud, dendam dan sombong yang bisa berujung fitnah dan adu
domba, juga untuk membangkitkan semangat dan kesadaran jiwa kita, dimana setiap
pribadi Muslim harus siap berkorban untuk kebahagiannya sendiri. Setiap kita harus
siap menyongsong keberhasilan dan peningkatan hidup dengan perjuangan dan
pengorbanan. Dimulai dari diri sendiri untuk tidak berpangkutangan saja dan bermalas-
malasan dan ketika berakibat buruk pada kehidupannya kemudian orang
mengkambinghitamkan nasib dan takdir. Padahal nasib dan takdir itu harus dimulai dari
diri sendiri, “siapa beramal sholeh maka itu untuk dirinya sendiri, dan siapa berbuat
jahat akibatnya akan ditanggung sendiri”. Maksudnya, barangsiapa menanam kebaikan,
akan menuai kebajikan dan barangsiapa menanam kejahatan dan kemalasan akan
menuai kehancuran. Itu berlaku untuk diri sendiri bukan untuk orang lain, itulah
sunnahtullah yang tidak ada perubahan untuk selama-lamanya.