SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
10 Amalan Ringan Pembuka Jalan Menuju Surga 
Allah dan Rasul-Nya banyak menyebutkan ganjaran surga dan 
mengancam dengan adzab neraka untuk memotivasi umat-Nya untuk banyak 
beramal shalih dan menjauhi segala larangan-Nya. Di samping itu Allah pun telah 
mengabarkan sifat-sifat surga dan neraka untuk lebih meningkatkan keinginan 
manusia untuk meraih surga dan menjauhi neraka. 
Di antara kenikmatan surga, Allah berfirman dalam sebagian ayat-ayat-Nya, 
عع–مَعتُأرَ مَِع أَتَ يََََُّع أََروَعرٍُمع أٍَُ عَ– نََس سدع ةَرَرَُعَ روفَ مِْعسةٍََافس مَعع–ةُ مََعساٍِمََََُُع ةَرَعَََّسعٍَََِِّتُع– ةَنعسسُعَََرٍَ س ىَلَع 
ىس مُعرِورٍَعَع أََرٍَؤَ لَُّع وِةَرأوسأُعع– س عَْ مَْعع– وَرعَُُنَرَعََاٍُعٍَّرََطسَِ مَعع– لَََََََُّّعاٍُعٍَّاََََََِس مَعع–سَنَفا س مَع رى عَََّ عسَرىسَُُّ مَع 
“Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya 
bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda 
yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman 
yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula 
mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa 
yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata 
jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS al-Waqi’ah: 15-23) 
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Allah Ta’ala 
berfirman, ‘Surga itu disediakan bagi orang-orang sholih, kenikmatan di dalamnya 
tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pula 
pernah terlintas dalam hati.’ Maka bacalah jika kalian menghendaki firman Allah 
Ta’ala (yang artinya), ‘Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, 
yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka 
kerjakan.’” (QS. As Sajdah [32] : 17) (HR. Bukhari & Muslim) 
Maka membayangkan seberapa besar kenikmatan surga – dan sesungguhnya lebih 
indah dari yang bisa kita bayangkan – tentu menjadi motivasi kuat bagi orang yang
beriman untuk meraihnya. Dan ini adalah bagian dari keimanan terhadap hari akhir 
dan iman kepada Allah Ta’ala. 
Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil penulis kitab Asyratus Sa’ah (Tanda-tanda 
Hari Kiamat) berkata, [“Sesungguhnya percaya kepada Allah, hari akhir, pahala 
serta siksaan memberi arah yang nyata terhadap perilaku manusia untuk berbuat 
kebaikan. Tidak ada undang-undang ciptaan manusia yang mampu menjadikan 
perilaku manusia tetap tegak dan lurus seperti beriman kepada hari akhir. Oleh 
karena itu, dalam masalah ini akan ada perbedaan perilaku antara (orang yang tak 
beriman kepada Allah dan hari akhir) dengan orang yang beriman kepada Allah dan 
hari akhir serta dia mengetahui bahwa dunia adalah tempat simpanan akhir sedang 
amal shalih adalah bekal untuk akhirat, sebagaimana firman Allah, 
اََُِ فس عِ لََُّامعرَََعََ وِاُفُِع وِاِر و 
“...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa ...”(QS al- 
Baqarah: 197) 
Dan sebagaimana komentar sahabat Umair Ibnu Hamam, “Menuju kepada Allah tak 
ada bekal lain kecuali takwa, amal akhirat dan sabar karena Allah dalam perjuangan. 
Dan semua bekal akan habis kecuali takwa, berbuat baik dan mencari petunjuk.” 
Nampak perbedaan antara perilaku orang beriman dengan yang tidak beriman 
kepada Allah, hari akhir, pahala dan siksaan. Maka bagi orang yang percaya hari 
pembalasan dia akan berbuat dengan melihat kepada timbangan langit, bukan 
timbangan bumi. Dan dia akan melihat hisab akhirat, bukan hisab dunia. Dia akan 
mempunyai perilaku tersendiri dalam kehidupan. Kita akan melihatnya istiqamah dan 
dalam berpikir, iman, tabah dalam kesulitan, sabar atas bencana demi mencari 
pahala, dan dia mengerti bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih 
kekal.”] 
Jalan menuju surga memang dipenuhi onak dan duri. Akan tetapi sesungguhnya ada 
banyak amalan-amalan yang mudah dilakukan namun Allah membalasnya dengan 
ganjaran yang sangat besar. Berikut ini disajikan beberapa amalan yang insya Allah 
ringan diamalkan namun bisa membawa pelakunya ke surga.
1. Berdzikir Kepada Allah 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
عاِتُعرِوأَاُ عََُتُرٍَُفُبُعلعسرُت مَََُّع ةََُ مٍَََُِّع سََُ سََ مََُِّع ةَنع وِةُ مََُُّعلعؤَ ةََُِ مََُِّع نَُّعرِو مٍََُُُِعلع تَُُ تََ مََُِّع وَنع وِاَرمٍَُُعسرُت مَََُّعاِتُع ع 
“Ada dua kalimat yang ringan bagi lisan, berat dalam mizan (timbangan amal) dan 
dicintai ar-Rahmaan: ‘Subhanallahu wa bihamdih’ (Maha Suci Allah dan dengan 
pujian-Nya kami memuji) ‘Subhanallah al-Azhiim’ (Maha Suci Allah Dzat Yang Maha 
Agung).” (HR Bukhari dan Muslim) 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
رََُمعأَاسر لَ عَ تَُ مَُّع ع وِ فٍُعمع ع و عْ ع ع عأ تَ عأَ مََُع وَالاع عٍَّنَةَأَراع ةَرَعُْ وِاطرٍسوع 
“Saya membaca: ‘Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar’, 
sungguh aku lebih cintai daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim no 2695 dan at- 
Tirmidzi) 
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
عٍََّ لٍَُعذفَ لاع بٍَِعأَرى نعوَسْعرٍُمع آَ مُِعاِتُعرٍُمعآُرعََُاِتُع 
“Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang dapat 
menyelamatkannya dari adzab Allah melainkan dzikir kepada Allah.” (HR ath- 
Thabrani dengan sanad yang hasan dan al-Allamah Ibnu Baz menjadikannya hujjah 
dalam kitab Tuhfah al-Akhyaar) 
2. Meridhai Allah, Islam dan Rasulullah 
ع ةَرَعُْفُ ىَبعَّ تُساٍَُفٍَعنَةانعاِتعس عٍََّرٍُمع رتفَعسرٍةُُ عََسََِ سلع مََُُعسَرنتُسعَ مََُُعسَرٍلُُاعؤَ عََُِاٍََاَِعسَََُُاعتُاَّتُع تََُ عَّ تُرَّعُرعََُُِ 
ةَُاعََىَتُ عََُّ ا ع مََََّع عََُُِّ ةَنعاِتُعأَرمعسَرَسََُُْعرََ عََرِو لٍََََُُِّع 
“Tidaklah seorang hamba muslim mengucapkan pada saat dia memasuki waktu pagi 
dan memasuki waktu petang: ‘radhiitu billahi rabba, wa bil islaami diina wa bi 
muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam nabiya (aku ridha Allah sebagai Rabb-ku, 
Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku)’ sebanyak tiga kali,
melainkan merupakan hak bagi Allah untuk meridhainya pada hari kiamat 
kelak.” (HR Ahmad dan dihasankan oleh al-Allamah Ibnu Baz dalam kitab Tuhfah al- 
Akhyaar) 
ع. 3 Menuntut عIlmu عSyar’i 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
رٍَمع ةََُاَعنَرََُبعَِّرََةسٍَُِوعرََُّعُْ رةبعٍَّاَُلََع سعوَسْعنَرََُبعَِّ وَنعرِو ىالُع 
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan 
mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim no 2699) 
4. Menahan Marah 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
عَُطَ ع ةَنعسسَ وُعرِو يََََُُِعاَُِنعسَ بََسع لَُّاع عُُرِوس عرٍَمع اَََ عََاَرَبا عَّ هس عرََنَُُِسَعَ ةَنعأَرمعسَىَسُ آَبسعفَ بَّسعاِتسعرََ عََرِو لٍََََُُِّع 
“Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal dia mampu untuk 
melampiaskannya, niscaya Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan 
para makhluk sampai Allah memilihkan untuknya bidadari-bidadari yang dia 
suka.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan disepakati oleh Syaikh al-Albani) 
5. Membaca Ayat Kursi 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
رِو ىالَع اعأَرمعسََرٍ اَععرٍَمعاَ أَََعذ لَََعرِوسرََلُُاعفستسعََس لعنَ عََُِوَرعَرٍََىَأسسْعرٍُمعفسسرَ لُع 
“Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat, maka tidak ada yang 
dapat menghalanginya untuk masuk surga kecuali jika dia mati.” (HR an-Nasaa’i dan 
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani) 
Maksudnya adalah jika dia mati, dia akan masuk surga dengan rahmat dan karunia 
Allah ‘Azza wa Jalla.
6. Menyingkirkan Gangguan di Jalan 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
ىََََّراعسِرأآُ عُ وِىاوََّع وَرَِفع أَََرَساعسََ بِع ةََََِِاسمع لَُّاع وِ ىالُع لَُّاعطَ عَََُاَنَأَ عَََّرٍُمعاَرعََُ وِان يََُُع 
“Sungguh aku telah melihat seorang lelaki mondar-mandir di dalam surga 
dikarenakan sebuah pohon yang dia tebang dari tengah jalan yang selalu 
mengganggu manusia” (HR. Muslim) 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
ع وِ ىالعَسََ لْعتُسَرنمُعطَ عَََُ ةَلاعاَرعََُنَ يَََُع لَََََِّّع عسُىَ اََُمعهَآَ عِ رمع وِسرٍةُُ مٍََُع عسَأآُرََُعَ أََّسرف لََُع اٍَعَ 
“Ada seorang lelaki berjalan melewati ranting pohon yang ada di tengah jalan, lalu 
dia berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku akan singkirkan ranting ini dari kaum muslimin 
agar tidak menganggu mereka.’ Maka dia pun dimasukkan ke dalam surga.” (HR 
Muslim) 
7. Membela Kehormatan Saudaranya di Saat Ketidakhadirannya 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
مع رَعُِأَ عََُُْ فََاع سع مع ر عَُُْ وِىاعَََّرََ عََ وِ لٍََََُُِّع رٍَمع فََعا 
“Barangsiapa membela harga diri saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan 
memalingkan wajahnya dari api neraka.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan 
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani) 
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 
رٍَمع اَ بَّسع سعطَاَع عٍََّتَرَمَعوَرَََُعُْ عطَاَع عٍََّتَرَمَعرَُ ةَرَمُعفَ لَََع وِ ىالعَ 
“Barangsiapa yang Allah lindungi dari keburukan apa yang ada di antara kedua 
rahangnya (yaitu mulut) dan keburukan yang ada di antara dua pahanya (yaitu 
kemaluannya), niscaya dia akan masuk surga.”(Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi 
dan disepakati oleh Syaikh al-Albani)
8. Menjauhi Debat Kusir Walaupun Benar 
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, 
بَُُّعَُّوُرٍَمع اََََِعرِو آََُمَع رمع مََََّع عٍَأَىَ عَّ عََْتُتَرَاَع لَُّاع تَََ عُِرِو ىالُعوُرٍَمع اََََِعرِو ع رمع مََََّعسعٍَُُُِّ تُتَرَاَع لَُّاع نَُُعرِو ىالُع 
تُتَرَاَع لَُّاعأَر ةَنعرِو ىالُعوُرٍَمعاَُمَُعسةَسعَِْس 
“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan 
debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah 
rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam 
keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga 
bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR Abu Dawud dan dihasankan oleh 
Syaikh al-Albani) 
ع. 9 Berwudhu’ عLalu عShalat عDua عRaka’at 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,”Tidaklah seorang muslim 
berwudhu’ lalu dia baguskan wudhu’nya, kemudian dia berdiri shalat dua raka’at 
dengan menghadapkan hatinya dan wajahnya pada kedua raka’at itu, melainkan 
surga wajib baginya.” (HR Muslim) 
10. Pergi Shalat ke Masjid 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Berikanlah kabar gembira bagi 
orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan untuk menuju masjid, mereka akan 
mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud dan 
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani) 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda, “Barangsiapa yang pergi ke 
masjid atau pulang dari masjid, niscaya Allah akan persiapkan baginya nuzul di 
dalam surga setiap kali dia pergi dan pulang.” (HR Bukhari dan Muslim) 
Imam an-Nawawi berkata, “Nuzul adalah makanan pokok, rizki dan makanan yang 
dipersiapkan untuk tamu.” 
11. (Bonus tambahan) Shalat عSunnah ع 2ع Raka’at عSetelah عWudhu
Amalan inilah yang dirutinkan oleh sahabat Bilal yang telah menjadikannya sebagai 
penghuni surga dengan kesaksian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. 
رَ نع رٍُةساع بٍَِععأَؤرىُلاعتُأرََ نع لٍََع رٍُةسَِْع لَُّاع عُِرعََُُِ لََُّى لاعرٍَُُأساعفسادعىَرأةَرَاَعتَرَمَع فَََاعُ لَُّاعرِو ىالُعاَ لََّع عٍََّ عَََّتُ لََِسلع فَُُع 
سرَ عَُ عٍََّسمََُِعوُلاعأَرمعأسنَةُ لا رىفُ عُأَى لاعوَرعَأَ نََِارََعنسسرَ بَعِ لَُّاع لُعوَرَلَعأَر عىَ عَََََّ اعنَةارَساعتُآَوُاَع وِانع 
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi 
wa sallam berkata kepada Bilal radhiyallahu anhu setelah shalat fajar, “Wahai Bilal, 
ceritakanlah kepadaku amalanmu dalam Islam yang paling engkau harapkan. 
Karena sesungguhnya aku mendengar suara terompahmu di hadapanku dalam 
surga.” Bilal berkata, ”Tidaklah aku mengamalkan suatu amalan yang lebih aku 
harapkan melainkan setiap kali aku bersuci pada malam atau siang hari aku selalu 
mengerjakan shalat yang bisa aku lakukan.” (HR Al-Bukhari no 1149 dan Muslim no 
2458) 
Wajibnya Makan dan Minum dengan 
Tangan Kanan 
Kita perhatikan banyak kaum muslimin yang belum tahu atau 
menganggap sepele adab makan minum dalam Islam. Di antara yang masih banyak dilakukan 
adalah makan dan minum menggunakan tangan kiri bahkan sambil berdiri. Padahal telah jelas 
perintah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam untuk makan dan minum dengan tangan 
kanan dan itu bukan sekedar keutamaan. 
Allah berfirman,
أَوُ عََْ آَ مِْع سَنُ تََسرَعَ أَر ع رَُّىَِلعْ سِنُ تََسرَعَ أَرمع أَرٍبَُُع رمع سَوَََُّسس مَع وِاآُ مََع رََّةرََآَُ عَُ 
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau 
ditimpa adzab yang pedih.” (QS An-Nur: 63) 
Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mengingatkan orang-orang yangmenentang perintah 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam yang itu merupakan jalan, manhaj, cara dan sunnahnya. 
Barangsiapa menyelisihinya secara lahir dan batin berarti dia berada di mulut jurang kebinasaan 
dan berada dalam bahaya bahwa hatinya akan ditimpa kekufuran dan kemunafikan serta ancaman 
adzab Allah ‘Azza wa Jalla. Na’udzubillah. 
Mengenai perintah makan dengan tangan kanan ini, dalam sebuah hadits, 
Dari Abu Muslim, ada juga yang mengatakan, Abu Iyas Salamah bin Amr bin al-Akwa radhiyallahu 
‘anhu bahwasanya ada seseorang yang makan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
salam dengan menggunakan tangan kirinya, maka beliau bersabda, “Makanlah dengan tangan 
kananmu.” “Aku tidak bisa,” jawab orang itu. Beliau pun mengatakan, “Kamu tidak akan pernah 
bisa.” Tidak ada yang menghalanginya menggunakan tangan kanan kecuali kesombongan. 
Akhirnya orang itu tidak dapat mengangkat tangannya ke mulutnya. (HR Muslim) 
Syaikh Salim bin Ied al-Hilali menjelaskan kandungan hadits tersebut sebagai berikut: 
-Kewajiban makan dengan menggunakan tangan kanan. Makan dengan tangan kiri tanpa alasan 
yang dibenarkan adalah haram. 
-Segala sesuatu yang mulia harus dilakukan dengan tangan kanan. Sebab Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wa salam menyenangi bagian kanan dalam menjalankan kesibukannya. 
-Menentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam merupakan perbuatan dosa. Oleh karena itu 
Rasulullah mendoakan keburukan bagi orang tersebut. Sebab penolakannya itu disebabkan oleh 
kesombongan dan penentangannya. 
-Pemberian nasihat kepada orang yang makan dan minum berlaku bagi laki-laki maupun 
perempuan dan juga anak-anak. 
-Diperbolehkan memberi nasihat kepada seseorang di hadapan umum, jika mengandung kebaikan 
bagi semua orang. 
-Diperbolehkan mendoakan keburukan bagi orang yang melakukan perbuatan haram karena 
penentangan dengan kesombongan dan terus menerus melakukannya. 
-Kesombongan dan keengganan menjalankan hukum-hukum syariat menyebabkan datangnya 
siksaan bagi pelakunya.
-Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan nabi sekaligus hamba-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi 
wa salam dengan mengabulkan doanya. 
Hadist lain yang memerintahkan untuk makan dengan tangan kanan di antaranya: 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan seorang anak kecil tatkala makan, “Wahai 
anak kecil bacalah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu!” (HR Bukhari 5376 dan 
Muslim 2022) 
Dari sini tampak betapa dianjurkan mendidik anak-anak sejak kecil untuk makan dan minum 
menggunakan tangan kanan. 
Pada suatu ketika pernah Rasulullah berkata kepada seorang wanita ketika makan dengan 
menggunakan tangan kirinya, “Janganlah engkau makan dengan menggunakan tangan kirimu, 
sungguh Allah telah menjadikan untukmu tangan kananmu.” Atau beliau mengatakan,“Sungguh 
Allah telah membebaskan untukmu tangan kananmu.” (HR Ahmad dalam Musnad (16756), 
dishahihkan al-Albani dalam Jilbab Mar’ah al-Muslimah) 
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaklah makan dengan tangan kanannya. 
Dan apabila minum maka minumlah dengan tangan kanannya, karena sesungguhnya setan makan 
dan minum dengan tangan kirinya.” (HR Muslim 2020, Timidzi 1800, Abu Dawud 3776) 
Dan terdapat keterangan bahwa barangsiapa yang menyerupai atau meniru suatu kaum maka dia 
termasuk golongan mereka. 
Dari dalil-dalil yang ada Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menyatakan haram apabila makan dan 
minum dengan mempergunakan tangan kiri. (Zaadul Ma’ad II/405 dengan tahqiq al-Arnauth cet 1) 
Penggunaan tangan kiri adalah sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa 
sallam, “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan 
tangan kanan dan janganlah cebok di kamar mandi dengan tangan kanan dan janganlah 
meniup/bernafas di dalam bejana.” (HR Muslim no 612) 
Segala macam aktivitas seperti di atas adalah kekhususan pekerjaan yang dimiliki oleh tangan kiri. 
Sedangkan tangan kanan dikhususkan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan yang 
bersih atau suci. Inilah aktivitas yang sesuai dengan aplikasi akhlak yang mulia dan kebaikan. 
Wallahu a’lam
Model-Model Para Pengghibah 
Sesungguhnya lisan merupakan organ tubuh yang 
sangat penting karena ialah yang menta’bir (mengungkapkan) apa yang 
terdapat dalam hati seseorang. Lisan tidak mengenal lelah dan tidak 
pernah bosan berucap, jika seseorang membiarkannya bergerak 
mengucapkan kebaikan maka ia akan memperoleh kebaikan yang 
banyak, adapun jika ia membiarkannya mengucapkan keburukan-keburukan 
maka ia akan ditimpa dengan bencana dan malapetaka, dan 
inilah yang lebih banyak terjadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda, 
وُ ىََُُّ عُْ لَُّا ذفَعََ رِتمُع نَََ أرؤََسعَ 
“Mayoritas dosa seorang anak Adam adalah pada lisannya.” [1] 
Oleh karena itu lisan merupakan salah satu sebab yang paling banyak 
menjerumuskan umat manusia ke dalam api neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
رِوسَسََع وِسَسعَ : رَُِ مَََُّّع وِىاعَََّ وِىاوََّع سَرفسَُلع أَرؤََسعَ 
“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua 
lubang, mulut dan kemaluan.” [2] 
Sesungguhnya penyakit-penyakit yang timbul karena lisan yang tidak 
terkendali sangatlah banyak, namun di sana ada sebuah penyakit yang 
paling merajalela dan menjangkiti kaum muslimin. Penyakit tersebut 
terasa sangat ringan di mulut, lezat untuk diucapkan, dan nikmat untuk 
didengarkan[3] (bagi orang-orang yang jiwa mereka telah terasuki hawa 
syaitan), namun dosanya sangatlah besar…. penyakit tersebut adalah 
ghibah (menyebut kejelekan saudara sesama muslim)[4] 
Betapa banyak persahabatan dua sahabat karib yang akhirnya terputus 
karena diakibatkan ghibah…??? 
Betapa banyak kedengkian yang tumbuh dan berkobar di dada-dada 
kaum muslimin dikarenakan ghibah…??? 
Betapa banyak permusuhan terjadi diantara kaum muslimin diakibatkan 
sebuah kalimat ghibah…??? 
Dan betapa banyak pahala amalan seseorang yang sia-sia dan gugur 
diakibatkan oleh ghibah yang dilakukannya…??? 
Serta betapa banyak orang yang disiksa dengan siksaan yang pedih 
dikarena ghibah yang dilakukannya…??? 
Namun perkaranya adalah sangat menyedihkan sebagaimana perkataan 
Imam An-Nawawi, “Ketahuilah bahwasanya ghibah merupakan perkara 
yang terburuk dan terjelek serta perkara yang paling tersebar di kalangan 
manusia, sampai-sampai tidaklah ada yang selamat dari ghibah kecuali
hanya sedikit orang”.[5] -Semoga Allah menjadikan kita menjadi “sedikit 
orang” tersebut yang selamat dari penyakit ghibah. Amiiin- 
Banyak kaum muslimin yang mampu untuk menjalankan perintah Allah 
ta’ala dengan baik, bisa menjalankan sunnah-sunnah Nabi shallallahu 
‘alaihi wa sallam, mampu untuk menjauhkan dirinya dari zina, berkata 
dusta, minum khomer, bahkan mampu untuk sholat malam setiap hari, 
senantiasa puasa senin kamis, namun… mereka tidak mampu 
menghindarkan dirinya dari ghibah. Bahkan walaupun mereka telah tahu 
bahwasanya ghibah itu tercela dan merupakan dosa besar namun tetap 
saja mereka tidak mampu menghindarkan diri mereka dari ghibah. 
Berkata Ibnul Qoyyim, “Dan merupakan perkara yang aneh adalah mudah 
bagi seseorang untuk menjaga dirinya dari memakan makanan yang 
haram, menjauhkan dirinya dari perbuatan dzolim, zina, mencuri, 
memimum minuman keras, memandang pada perkara-perkara yang 
diharamkan baginya, dan perkara-perkara haram yang lainnya, namun 
sulit baginya untuk menjaga gerak-gerik lisannya. Sampai-sampai ada 
diketahui orang yang terpandang dan merupakan contoh dalam 
permasalahan agama, zuhud, dan ibadah, namun ia mengucapkan 
sebuah kalimat yang menyebabkan kemurkaan Allah dan dia tidak perduli 
dengan ucapannya tersebut sehingga iapun terperosok ke neraka lebih 
jauh dari jarak antara timur dan barat hanya dikarenakan satu kalimat. 
Betapa banyak orang yang engkau lihat bersikap wara’ dalam menjauhi 
perbuatan-perbuatan keji, perbuatan dzolim namun lisannya ceplas-ceplos 
menjatuhkan harga diri orang-orang yang masih hidup maupun 
yang telah wafat dan dia tidak perduli dengan ucapannya tersebut.”[6] 
Berkata Al-Ghozaali, “Dan sebagian mereka berkata, “Kami mendapati 
para salaf, dan mereka tidaklah memandang sebuah ibadah (yang hakiki) 
pada puasa dan tidak juga pada sholat, akan tetapi mereka 
memandangnya pada sikap menahan diri dari (melecehkan) harkat dan 
harga diri manusia.”[7]
Model-Model Para Pengghibah 
Ibnu Taimiyah berkata -tatkala menjelaskan model-model para 
pengghibah-, 
1. Ada orang yang mengghibah untuk menyesuaikan diri (agar 
obrolannya nyambung) dengan teman-teman duduknya, para 
sahabatnya, atau karib kerabatnya. Padahal ia mengetahui 
bahwasanya orang yang dighibahi berlepas diri dari apa yang 
mereka katakan. Atau memang benar pada dirinya sebagian apa 
yang mereka katakan akan tetapi ia melihat kalau ia mengingkari 
(ghibah yang) mereka lakukan maka ia akan memutuskan 
pembicaraan, dan para sahabatnya akan bersikap berat (tidak 
enak) kepadanya dan meninggalkannya. Maka iapun memandang 
bahwa sikapnya yang menyesuaikan diri dengan mereka 
merupakan sikap yang baik kepada mereka dan merupakan bentuk 
hubungan pergaulan yang baik. Bisa jadi mereka marah –jika ia 
mengingkari mereka- maka iapun akan balas marah karena hal itu. 
Karenanya iapun tenggelam bersama mereka untuk berghibah ria. 
2. Diantara mereka (para tukang ghibah) ada yang berghibah ria 
dengan model yang bermacam-macam. Terkadang menampakkan 
ghibah dalam bentuk agama dan kebaikan, maka ia berkata, 
“Bukanlah kebiasaanku menyebutkan seorangpun kecuali hanya 
menyebutkan kebaikan-kebaikannya, dan aku tidak suka ghibah, 
tidak juga dusta. Hanya saja aku kabarkan kepada kalian tentang 
kondisinya”. Atau ia berkata, “Kasihan dia…”, atau “Ia orang yang 
baik namun pada dirinya ada begini dan begitu.” Dan terkadang ia 
berkata, “Jauhkanlah kami dari (pembicaraan) tentangnya, semoga 
Allah mengampuni kita dan dia,” namun niatnya adalah untuk 
merendahkannya dan menjatuhkannya. Mereka membungkus 
ghibah dengan label-lebel kebaikan dan label-lebel agama, mereka 
hendak menipu Allah dengan perbuatan mereka tersebut
sebagaimana mereka telah menipu makhluk (manusia). Dan 
sungguh, kami telah melihat dari mereka model-model yang banyak 
seperti ini dan yang semisalnya.[26] 
3. Diantara mereka ada yang menjatuhkan orang lain karena riya’ 
dalam rangka untuk mengangkat dirinya sendiri. Ia berkata, “Kalau 
seandainya tadi malam aku berdoa dalam sholatku untuk si fulan 
tatkala sampai kepadaku kabar tentang dirinya begini dan begitu…”, 
untuk mengangkat dirinya dan menjatuhkan orang itu di sisi orang 
yang menganggap orang itu baik. Atau ia berkata, “Si fulan itu 
pendek akalnya, telat mikirnya,” padahal maksudnya adalah untuk 
memuji dirinya, untuk menunjukan bahwa dirinya pandai dan lebih 
baik dari orang tersebut. 
4. Diantara mereka ada yang berghibah karena hasad (dengki), maka 
ia telah menggabungkan dua perkara buruk, ghibah dan hasad. Dan 
jika ada seseorang yang dipuji maka berusaha sekuat-kuatnya 
untuk menghilangkan (menangkis) pujian itu dengan 
merendahkannya dengan berkedok agama dan kebaikan, atau 
mewujudkan ghibah dalam bentuk hasad, kefajiran, dan celaan 
agar orang tersebut jatuh di hadapan matanya. 
5. Diantaranya ada yang mewujudkan ghibah dalam bentuk ejekan 
dan menjadikannya bahan mainan agar membuat yang lainnya 
tertawa karena ejekannya atau ceritanya (sambil meniru-niru gaya 
orang yang dihina) tersebut, serta perendahaannya terhadap orang 
yang ia ejek tersebut. 
6. Diantaranya ada yang menampakkan ghibah dalam bentuk sikap 
ta’jub (heran). Dia berkata, “Aku heran dengan si fulan, bagaimana 
ia sampai tidak mampu melakukan ini dan itu…”, “Aku heran 
dengan si fulan, kenapa bisa timbul darinya ini dan itu…kenapa bisa 
melakukan demikian dan demikian…” Maka ia menampakkan nama 
saudaranya (yang ia ghibahi tersebut) dalam bentuk sikap 
keheranannya.
7. Diantaranya ada yang mewujudkan ghibah dalam bentuk rasa 
sedih. Ia berkata, “Si fulan kasihan dia, sungguh aku sedih dengan 
apa yang telah dilakukannya dan yang telah terjadi pada dirinya..” 
Maka orang lain yang mendengar perkataannya itu bahwa ia sedang 
sedih dan menyayangkan saudaranya itu, padahal hatinya penuh 
dengan rasa dendam. Jika ia mampu maka ia akan menambah-nambah 
lebih dari kejelekan yang terdapat pada saudaranya itu. 
Bahkan terkadang ia menyebutkan hal itu dihadapan musuh-musuh 
saudaranya tersebut agar mereka bisa membalasnya 
(menghabisinya). Model yang seperti ini dan juga yang lainnya 
merupakan penyakit-penyakit hati yang paling parah, dan juga 
merupakan bentuk usaha untuk menipu Allah dan para hamba-hambaNya. 
8. Diantara mereka ada yang menampakkan ghibah dalam bentuk 
marah dan mengingkari kemungkaran. Dia menampakkan kata-kata 
yang indah (untuk mengghibahi saudaranya) dengan cara seperti ini 
(dengan alasan mengingkarai kemungkaran), padahal maksudnya 
bertentangan dengan apa yang ia nampakkan. Hanya Allahlah 
tempat meminta pertolongan.[8] 
Hukum Mendengarkan Ghibah 
Berkata Imam Nawawi dalam Al-Adzkar: ”Ketahuilah bahwasanya ghibah 
itu sebagaimana diharamkan bagi orang yang menggibahi, diharamkan 
juga bagi orang yang mendengarkannya dan menyetujuinya. Maka wajib 
bagi siapa saja yang mendengar seseorang mulai menggibahi 
(saudaranya yang lain) untuk melarang orang itu kalau dia tidak takut 
kepada mudhorot yang jelas. Dan jika dia takut kepada orang itu, maka 
wajib baginya untuk mengingkari dengan hatinya dan meninggalkan 
majelis tempat ghibah tersebut jika memungkinkan hal itu.
Jika dia mampu untuk mengingkari dengan lisannya atau dengan 
memotong pembicaraan ghibah tadi dengan pembicaraan yang lain, maka 
wajib bagi dia untuk melakukannya. Jika dia tidak melakukannya berarti 
dia telah bermaksiat. 
Jika dia berkata dengan lisannya, ”Diamlah,” namun hatinya ingin 
pembicaraan gibah tersebut dilanjutkan, maka hal itu adalah kemunafikan 
yang tidak bisa membebaskan dia dari dosa. Dia harus membenci ghibah 
tersebut dengan hatinya (agar bisa bebas dari dosa-pent). 
Jika dia terpaksa di majelis yang ada ghibahnya dan dia tidak mampu 
untuk mengingkari ghibah itu, atau dia telah mengingkari namun tidak 
diterima, serta tidak memungkinkan baginya untuk meninggalkan majelis 
tersebut, maka harom baginya untuk istima’ (mendengarkan) dan isgo’ 
(mendengarkan dengan saksama) pembicaraan ghibah itu. Yang dia 
lakukan adalah hendaklah dia berdzikir kepada Allah ta’ala dengan 
lisannya dan hatinya, atau dengan hatinya, atau dia memikirkan perkara 
yang lain, agar dia bisa melepaskan diri dari mendengarkan gibah itu. 
Setelah itu maka tidak mengapa baginya untuk mendengar ghibah (yaitu 
sekedar mendengar namun tidak memperhatikan dan tidak faham dengan 
apa yang didengar –pent), tanpa mendengarkan dengan baik ghibah itu 
jika memang keadaannya seperti ini (karena terpaksa tidak bisa 
meninggalkan majelis gibah itu –pent). Namun jika (beberapa waktu) 
kemudian memungkinkan dia untuk meninggalkan majelis dan mereka 
masih terus melanjutkan ghibah, maka wajib baginya untuk 
meninggalkan majelis”.[9] Allah ta’ala berfirman, 
رَِأِسرفع عَََِّ سَّمع وِاطرَنَع ىاسسَعَسَرى عََُُ اعَ ع ,اَرَبَُُع فَُُرَعَ رَُّلاع سََرَ سرُ اَُِن رىسرَعَ أََّرَ رَُع ذ ىََََُِّ رَُّلاع سََرَ سرُ مَع وِاآُرَمَع أَََرَاَع آَِ 
وِاا وَُّرٍَُمَع رِورَِ عَُ عٍَََ وِآُرعََُ تَرأفعَ 
“Dan apabila kalian melihat orang-orang yang mengejek ayat Kami, maka 
berpalinglah dari mereka hingga mereka mebicarakan pembicaraan yang 
lainnya. Dan apabila kalian dilupakan oleh Syaithon, maka janganlah
kalian duduk setelah kalian ingat bersama kaum yang dzolim.” (QS al- 
An’am: 68) 
Benarlah perkataan seorang penyair… 
تُرعْ وِىَرنيُع مُع وِةُ مََُُّع نَََر مُع رِو تَُِرَع مٍَََُّعُ رمع سنرمع رٍَُأَاَع 
رَََّّى تَُِرعْ وُ ةَََُُِّ عُْ طَرََُاْع رِو تَُِرَع مٍَََُّعُ رىفعَ لََُّىااَع 
Dan pendengaranmu, jagalah dia dari mendengarkan kejelekan 
Sebagaimana menjaga lisanmu dari mengucapkan kejelekan itu. 
Sesungguhnya ketika engkau mendengarkan kejelekan, 
Engkau telah sama dengan orang yang mengucapkannya, maka 
waspadalah. 
Dan meninggalkan mejelis ghibah merupakan sifat-sifat orang yang 
beriman, sebagaimana firman Allah ta’ala, 
رى عْس أَر سََرُ وِةار ع أٍَُُسر آَِ 
“Dan apabila mereka mendengar lagwu (kata-kata yang tidak 
bermanfaat) mereka berpaling darinya.” (QS al-Qhashas: 55) 
سرٍأرََُُُمَع وِةار ع مُع هسرعَ وِاآُرَمَع 
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) 
yang tiada berguna.” (QS al-Mu’minun: 3) 
Bahkan sangat dianjurkan bagi seseorang yang mendengar saudaranya 
dighibahi bukan hanya sekedar mencegah ghibah tersebut tetapi untuk 
membela kehormatan saudaranya tersebut, sebagaimana sabda 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عس فََعا ,أَرََُعُْ رَعُ رمع فََعا رٍَمع : اَ لََّع ةُ ة ن ةن وِىاتُ لاع مُع ع ى لَُا وِفارَفَ ع أَتُرلاع رمع 
وِىاعَََّ عََْس 
Dari Abu Darda’ radliyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa 
sallam bersabda, ‘Siapa yang mempertahankan kehormatan saudaranya 
yang akan dicemarkan orang, maka Allah akan menolak api neraka dari 
mukanya.'” (Riwayat At-Tirmidzi 1931 dan Ahmad 6/450, berkata Syaikh 
Salim Al-Hilali : “Shohih atau hasan”) 
Dan demikinlah pengamalan para salaf ketika ada saudaranya yang 
dighibahi mereka membelanya, sebagaimana dalam hadits-hadits berikut: 
رتسمع ةٍَُساع أَرَمَع : لَََََِّّع سَنَةُ لا ةُ ة ن ةن وِىاتُلاَع اَ عَََّ : اَ لََّع ى لَُا وٍََُّاَع رتمُع رِتَ مََّع رمع 
أَ عَ ,آَ وُِاَع سَِِرلع عَ : ةُ ة ن ةن وِىاتُلاَع لَََََِّّع ,سََرُ وَ عْس ع عَ سَمَُُع عَ ,سىٍَ يََُّّْع آَ وُِاَع : سََ لْع لَََََِّّع وِفَرطَساَُ 
ع ر عَْ اَعتُآَ عُِو رََترََُِلاع عس عا وُ عَْ عَ اَ لََّع رٍَمع وِاى عََُّ ةَن اََُعََ اَرفع عَ امع ع ر عَْ تُآَ وُِاَع سَرََُفعس عس عا وُ عَْ عَ اَ لََّع اَرفع بَََِِعس 
Dari ‘Itban bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi 
wa sallam menegakkan sholat, lalu (setelah selesai sholat) beliau berkata, 
‘Di manakah Malik bin Addukhsyum?’, lalu ada seorang laki-laki 
menjawab, ‘Ia munafik, tidak cinta kepada Allah dan Rosul-Nya,’ Maka 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Janganlah engkau berkata 
demikian, tidakkah engkau lihat bahwa ia telah mengucapkan la ila ha 
illallah dengan ikhlash karena Allah?, dan Allah telah mengharamkan api 
neraka atas orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlash 
karena Allah.'” (Bukhori dan Muslim) 
: تُ تَِسر اَع رِورَِ عَُ رَُّلاع وَُّوْع هس ع ةُ ة ن ةن وِىاتُلاَع اَ لََّع : اَ لََّع ى لَُا وٍََُّباع رتمُع رََأمُع رمع 
رتسمع أَ آَّعسسعٍ وَ عْس لَََََِّّع . رنسَرَعُْ رَُّلاع وِىااَسعَ ع تسرَفَ بِعس تََُ عَُْس ع سََرُ لَع : ةََُ لٍَعَ تَىُن رٍُمع سََ لْع لَََََِّّع وٍََُّاَا رتسمع رََأسمع أَََّلَع و لِْ ن ةن ع سََرُ سلع اََََََُّع ,رَََبَ عا ةَرَعُْ ةُرٍىَ ع سََرُ لَع ع ,اسرةاَع تُرَوَع : ى لَُا تَلَع 
ةُ ةَْ 
Ka’ab bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi 
wa sallam telah sampai di Tabuk, dan dia sambil duduk bertanya, ‘Apa 
yang dilakukan Ka’ab ?’, maka ada seorang laki-laki dari bani Salamah
menjawab, ‘Wahai Rasulullah, ia telah tertahan oleh mantel dan 
selendangnya.’ Lalu Mu’adz bin Jabal radliyallahu ‘anhu berkata, ‘Buruk 
sekali perkataanmu itu, demi Allah wahai Rasulullah, kami tidak 
mengetahui sesuatupun dari dia melainkan hanya kebaikan,’ Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun diam.” (Bukhori dan Muslim) 
*** 
[1] Hadits Shahih dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani (As-Shahihah no 
534) 
[2] Riwayat Thirmidzi 2004, Ahmad (2/291,292), dan lain-lain. Berkata 
Syaikh Salim Al-Hilali : “Isnadnya hasan” 
[3] Sebagaimana yang bisa kita saksikan bersama, jika ada sebuah 
majelis yang dibumbui dengan ghibah maka majelis tersebut terasa 
semarak dan asyik didengarkan oleh para hadirin, Wal’iyadzu billah 
[4] Sebagaimana akan datang definisinya 
[5] Sebagaimana dinukil oleh Al-Mubarokfuuri dalam Tuhfatul Ahwadzi 
VI/54 
[6] Al-Jawaabul Kaafii hal 111 
[7] Ihyaa Ulumiddiin III/143 
[8] Majmu’ fatawa XXVIII/236-238 
[9] Bahjatun Nadzirin 3/29, 30
Makna, Kandungan dan Tafsir Ayat Kursi 
Secara Ringkas
Ayat Kursi yang mulia dan penuh berkah ini terdiri atas 
sepuluh penggal kalimat. Di dalamnya terkandung tauhidullah, 
pengagungan terhadap-Nya serta penjelasan akan keesaan-Nya dalam 
kesempurnaan dan kebesaran, sehingga akan melahirkan penjagaan dan 
kecukupan bagi yang membacanya. Di dalam ayat ini terdapat lima 
Asma’ul Husna, juga terdapat lebih dari dua puluh sifat Allah, didahului 
dengan menyebutkan kemahaesaan Allah dalam peribadatan dan 
bathilnya beribadah kepada selain-Nya, kemudian disebutkan tentang 
kemahahidupan Allah yang sempurna yang tidak diiringi dengan 
kesirnaan. 
Disebutkan pula di dalamnya bahwa Allah adalah al-Qayyuum, yaitu Dia 
berdiri sendiri, tidak membutuhkan makhluk-Nya dan senantiasa 
mengatur seluruh urusan makhluk-Nya. Selain itu, juga tentang 
kemahasucian Allah dari segala sifat yang kurang, seperti mengantuk dan 
tidur, mengenai luasnya kerajaan-Nya. Bahwasanya semua yang ada di 
langit dan bumi adalah hamba-Nya, berada di bawah kekuasaan dan 
aturan-Nya. Dia juga menyebutkan bahwa di antara bukti-bukti 
keagungan-Nya ialah tidak mungkin bagi seorang pun dari makhluk-Nya 
untuk memberi syafaat di sisi-Nya kecuali setelah mendapat izin dari-Nya. 
Di dalamnya terdapat penetapan 
sifat ilmu bagi Allah, ilmu-Nya meliputi segala yang diketahui, Dia 
mengetahui yang telah terjadi, yang akan terjadi dan apa yang belum 
terjadi, begitu pula jika sesuatu itu terjadi akan seperti apa bentuk dan 
rupanya. Di dalamnya juga disebutkan tentang kemahabesaran Allah 
dengan menyebutkan kebesaran makhluk-Nya. Jika Kursi yang
merupakan salah satu dari makhluk-Nya meliputi langit dan bumi, maka 
bagaimana dengan Sang Pencipta yang Mahaagung dan Rabb Yang 
Mahabesar? 
Di dalamnya juga terdapat penjelasan tentang kesempurnaan kekuasaan- 
Nya. Di antara bentuk kesempurnaan kekuasaan-Nya adalah tidak 
memberatkan-Nya penjagaan terhadap langit dan bumi. Kemudian ayat 
ini ditutup dengan menyebutkan dua nama Allah yang agung, yaitu al- 
‘Alydan al-‘Azhiim. Di dalamnya mengandung penetapan akan 
kemahatinggian Allah, baik Dzat dan kekuasaan-Nya, juga penetapan 
kemahabesaran-Nya, dengan mengimani bahwa Dia memiliki segala 
makna kebesaran dan keagungan, tidak ada seorang pun yang berhak 
atas pengagungan dan pemuliaan selain Dia. 
Inilah kandungan global dari Ayat Kursi. Ayat yang agung ini mengandung 
makna-makna agung dan bukti-bukti mendalam serta rambu-rambu 
keimanan yang menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. 
Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya 
berkata, “Ayat yang mulia ini adalah ayat al-Qur’an yang paling agung 
dan yang paling utama. Hal ini dikarenakan kandungannya yang memuat 
perkara-perkara yang agung dan sifat-sifat yang mulia. Oleh karena itu, 
banyak hadits yang menganjurkan untuk membacanya dan 
menjadikannya sebagai wirid harian bagi manusia pada waktu-waktu 
yang dijalaninya, baik pagi maupun petang, juga ketika menjelang tidur 
dan setelah menunaikan shalat lima waktu. 
Allah memberitakan tentang diri-Nya yang mulia bahwa Dia ‘Laa ilaaha 
illa huwa’. Maksudnya tiada ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia. Dialah 
satu-satunya ilah yang berhak diibadahi, yang mengharuskan tertujunya 
seluruh bentuk peribadatan, ketaatan dan penyembahan hanya kepada- 
Nya. Ini karena kesempurnaan-Nya dan kesempurnaan sifat-Nya serta 
karena besarnya nikmat-Nya. Di samping itu, kewajiban makhluk adalah
menjadi hamba-Nya, menerapkan perintah-perintah-Nya dan menjauhi 
larangan-larangan-Nya. 
Seluruh sembahan selain Allah adalah bathil, beribadah kepada selain Dia 
pun bathil. Ini disebabkan segala sesuatu selain Allah adalah makhluk yang 
memiliki sifat-sifat yang kurang, diatur, dan membutuhkan yang lain dalam 
segala segi. Maka dari itu, makhluk tidak berhak sedikitpun untuk diibadahi. 
Adapun firman-Nya ‘Al-Hayyul Qayyuum’, dua nama mulia ini menunjukkan 
kepada seluruh asma’ul 
husna secara muthabaqah(adekusi), tadhammun (inklusi) 
dan luzum (konsekuensi). Sifat al-Hayyu Yang Mahahidup menunjukkan 
kepada Dzat yang memiliki sifat hidup yang sempurna, yang mencakup 
semua sifat-sifat Dzat seperti Maha Mendengar, maha Melihat, Maha 
Berilmu, Mahakuasa dan semisalnya. 
Al-Qayyuum Yang Maha Berdiri sendiri, Dialah yang tegak dengan 
kesendirian-Nya dan Yang Menegakkan yang lain. Sifat ini mencakup 
seluruh perbuatan yang dikerjakan oleh Rabbul Alamin, 
seperti istiwaa(bersemayam), nuzul (turun ke langit bumi pada sepertiga 
malam terakhir*), kalam (Berfirman), mencipta, memberi rizki, 
menghidupkan dan mematikan, dan segala bentuk pengaturan. Semua itu 
tercakup dalam asma-Nya, al-Qayyuum. Oleh karena itu sebagian ulama 
berkata, “Dua nama ini adalah asma Allah yang paling agung . Jika 
dipanggil dengan menyebut asma ini, niscaya Dia akan menjawab dan 
jika meminta dengan menyebut nama-Nya ini, niscaya Dia akan 
memberi.” 
Di antara bentuk kesempurnaan sifat hidup dan berdiri sendiri-Nya ini 
ialah Dia tidak tersentuh oleh kantuk dan tidur. Milik-Nyalah segala yang 
ada di langit dan di bumi. Dialah yang memiliki, sedangkan selain-Nya 
adalah yang dimiliki. Dialah Yang Maha Pencipta, Maha Pemberi Rizki, 
Maha Pengatur, sedangkan selain-Nya adalah diciptakan, diberi rizki dan 
diatur.
Mereka tidak memiliki sedikit pun, walaupun hanya sebesar dzarrah (biji 
sawi), sesuatu yang berada di langit maupun di bumi, baik bagi diri 
mereka sendiri maupun bagi orang lain. 
Oleh karena itu, Allah berfirman, “Siapakah yang dapat memberi syafaat 
di sisi Allah tanpa izin-Nya?” Maksudnya tidak ada seorang pun yang 
dapat memberikan syafaat di sisi-Nya tanpa izin dari-Nya. Syafaat itu 
seluruhnya hanya milik Allah semata. Akan tetapi, jika Allah berkehendak 
untuk merahmati siapa pun yang dikehendaki-Nya, Dia akan mengizinkan 
kepada salah seorang yang dimuliakan-Nya untuk memberikan syafaat 
kepadanya. Seorang pemberi syafaat tidak akan berani memulai memberi 
syafaat tanpa izin dari-Nya. 
Kemudian Allah berfirman, “Dia Maha Mengetahui apa yang berada di 
hadapan mereka,” yaitu segala sesuatu yang telah berlalu, “dan apa yang 
berada di belakang mereka,” yaitu apa yang akan terjadi. Ilmu Allah 
meliputi segala perkara secara rinci, yang permulaan dan yang paling 
akhir, yang tampak dan yang tersembunyi, yang ghaib maupun yang 
nyata. Adapun hamba, mereka tidak memiliki hak sedikitpun untuk 
mengurus hal ini dan tidak memiliki ilmu sedikitpun, kecuali apa yang 
telah Allah ajarkan kepada mereka. 
Oleh karena itu Allah berfirman, “…dan mereka tidak mengetahui apa-apa 
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi 
langit dan bumi…” Ini menunjukkan kesempurnaan keagungan-Nya dan 
luasnya kekuasaan-Nya. Kursi-Nya saja sedemikian besar yaitu meliputi 
langit dan bumi, sementara keduanya ini sangat besar dan sangat banyak 
pula penghuni keduanya. Kursi bukanlah makhluk Allah yang terbesar, 
bahkan masih ada lagi yang lebih besar darinya, yaitu ‘Arsy dan juga 
yang lainnya yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. 
Kebesaran makhluk-makhluk tersebut membuat akal pikiran menjadi 
bingung dan tiap-tiap pandangan menjadi tumpul, gunung-gunung 
bergerak, dan orang-orang pandai terangguk-angguk.
Bagaimana jika dihadapkan dengan penciptanya? Yang menyertakan pada 
penciptaannya hikmah dan rahasia yang dikehendaki-Nya. Yang menahan 
langit dan bumi agar tidak bergerak dengan tanpa merasa lelah dan letih. 
Oleh karena itu Dia berfirman, “…dan Dia tidak merasa berat dalam 
menjaga keduanya, dan Dia Mahatinggi…” dengan Dzat-Nya Dia 
bersemayam di atas ‘Arsy, yang Mahatinggi dengan kekuasaan-Nya 
terhadap seluruh makhluk, Yang Mahatinggi dengan kekuasaan-Nya 
karena kesempurnaan sifat-Nya. Mahabesar sehingga menjadi kecil dan 
remeh kedaulatan para diktator jika dihadapkan dengan kebesaran 
kekuasaan-Nya, kesombongan raja-raja yang congkak menjadi kecil di 
samping keagungan-Nya. Mahasuci Dzat yang memiliki kebesaran yang 
Agung nan tiada tara, Yang menundukkan dan menguasai segala 
sesuatu.” [Tafsir as-Sa’di hal. 110] 
*** 
Disusun ulang dan diringkas dari Keagungan Nilai-Nilai Tauhid dalam Ayat 
Kursi Bab Kandungan Ayat Kursi, karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul 
Muhsin al-Abbad al-Badr penerbit Pustaka Imam asy-Syafi’I 2007 
*Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “Rabb kita turun ke 
langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia 
berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan, siapa 
yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan, dan siapa yang yang 
memohon ampun kepadaKu, maka akan Aku ampuni.” [HR. Bukhari: 
1145 dan Muslim: 758]
10 Cara Mudah

More Related Content

What's hot

11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benarAnuar Zainal Sepri
 
Doa setelah sholat fardhu
Doa setelah sholat fardhuDoa setelah sholat fardhu
Doa setelah sholat fardhuRastra Permana
 
Pintu pintu pahaladanpenghapusdosa
Pintu pintu pahaladanpenghapusdosaPintu pintu pahaladanpenghapusdosa
Pintu pintu pahaladanpenghapusdosaHelmon Chan
 
Dzikir pagi dan petang
Dzikir pagi dan petangDzikir pagi dan petang
Dzikir pagi dan petangJuaria Muin
 
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?EKO PURNOMO
 
Wirid & Doa Selepas Solat Fadhu
Wirid & Doa Selepas Solat FadhuWirid & Doa Selepas Solat Fadhu
Wirid & Doa Selepas Solat FadhuRoslan Abdullah
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMuhsin Hariyanto
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMuhsin Hariyanto
 
25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfarSai Nudin
 
Menjadikan dunia ladang ahkirat
Menjadikan dunia ladang ahkiratMenjadikan dunia ladang ahkirat
Menjadikan dunia ladang ahkiratHelmon Chan
 
Dzikir dan Do'a Setelah Sholat
Dzikir dan Do'a Setelah SholatDzikir dan Do'a Setelah Sholat
Dzikir dan Do'a Setelah SholatMawar'99
 
60 pintu pahala dan pelebur dosa
60 pintu pahala dan pelebur dosa60 pintu pahala dan pelebur dosa
60 pintu pahala dan pelebur dosaHelmon Chan
 

What's hot (20)

11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
 
Doa setelah sholat fardhu
Doa setelah sholat fardhuDoa setelah sholat fardhu
Doa setelah sholat fardhu
 
Clothing in islam
Clothing in islamClothing in islam
Clothing in islam
 
Dzikrullah
DzikrullahDzikrullah
Dzikrullah
 
Pintu pintu pahaladanpenghapusdosa
Pintu pintu pahaladanpenghapusdosaPintu pintu pahaladanpenghapusdosa
Pintu pintu pahaladanpenghapusdosa
 
Dzikir pagi dan petang
Dzikir pagi dan petangDzikir pagi dan petang
Dzikir pagi dan petang
 
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?
 
Fadilah Dzikir
Fadilah DzikirFadilah Dzikir
Fadilah Dzikir
 
Wirid & Doa Selepas Solat Fadhu
Wirid & Doa Selepas Solat FadhuWirid & Doa Selepas Solat Fadhu
Wirid & Doa Selepas Solat Fadhu
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasan
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasan
 
Ihsanul amal
Ihsanul amalIhsanul amal
Ihsanul amal
 
Sakitmu Menyelamatkanmu
Sakitmu MenyelamatkanmuSakitmu Menyelamatkanmu
Sakitmu Menyelamatkanmu
 
25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar25 manfaat istighfar
25 manfaat istighfar
 
Menjadikan dunia ladang ahkirat
Menjadikan dunia ladang ahkiratMenjadikan dunia ladang ahkirat
Menjadikan dunia ladang ahkirat
 
Islam Jalan Hidup Sempurna
Islam Jalan Hidup SempurnaIslam Jalan Hidup Sempurna
Islam Jalan Hidup Sempurna
 
Idul adha 2014
Idul adha 2014Idul adha 2014
Idul adha 2014
 
Dzikir dan Do'a Setelah Sholat
Dzikir dan Do'a Setelah SholatDzikir dan Do'a Setelah Sholat
Dzikir dan Do'a Setelah Sholat
 
Rezeki, Bekerja, dan Tawakal
Rezeki, Bekerja, dan TawakalRezeki, Bekerja, dan Tawakal
Rezeki, Bekerja, dan Tawakal
 
60 pintu pahala dan pelebur dosa
60 pintu pahala dan pelebur dosa60 pintu pahala dan pelebur dosa
60 pintu pahala dan pelebur dosa
 

Similar to 10 Cara Mudah

Ketika Agama Digadaikan Demi Kesenangan Sesaat
Ketika Agama Digadaikan Demi Kesenangan SesaatKetika Agama Digadaikan Demi Kesenangan Sesaat
Ketika Agama Digadaikan Demi Kesenangan SesaatBidak 99
 
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benarAnuar Zainal Sepri
 
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’Language Explore
 
zikir setelah shalat berdasarkan sunnah rasulullah saw
zikir setelah shalat berdasarkan sunnah rasulullah sawzikir setelah shalat berdasarkan sunnah rasulullah saw
zikir setelah shalat berdasarkan sunnah rasulullah sawCaknur16
 
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kitakutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kitaMANDIANGIN1
 
Penjelasan Bacaan Dalam Solat 8. Tasyahhud
Penjelasan Bacaan Dalam Solat 8. TasyahhudPenjelasan Bacaan Dalam Solat 8. Tasyahhud
Penjelasan Bacaan Dalam Solat 8. TasyahhudBicara Ilmu
 
Memahami bacaan sholat-Takbir dan Doa Iftitah
Memahami bacaan sholat-Takbir dan Doa IftitahMemahami bacaan sholat-Takbir dan Doa Iftitah
Memahami bacaan sholat-Takbir dan Doa IftitahIyeh Solichin
 
Kuliah Maghrib Surau Al-Muwafaqah_Jumaat_4 Oktober 2016_Larangan Menyembunyik...
Kuliah Maghrib Surau Al-Muwafaqah_Jumaat_4 Oktober 2016_Larangan Menyembunyik...Kuliah Maghrib Surau Al-Muwafaqah_Jumaat_4 Oktober 2016_Larangan Menyembunyik...
Kuliah Maghrib Surau Al-Muwafaqah_Jumaat_4 Oktober 2016_Larangan Menyembunyik...Mohammad Hidir Baharudin
 
Pagar diri dan Rumah menurut al-Quran dan al-Sunnah
Pagar diri dan Rumah menurut al-Quran dan al-SunnahPagar diri dan Rumah menurut al-Quran dan al-Sunnah
Pagar diri dan Rumah menurut al-Quran dan al-SunnahSakinah Saptu
 
Khutbah Jumat
Khutbah JumatKhutbah Jumat
Khutbah JumatImadudin7
 
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 216 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2LAZNas Chevron
 
Diantara jalan menuju surga yang ringan dan mudah
Diantara jalan menuju surga yang ringan dan mudahDiantara jalan menuju surga yang ringan dan mudah
Diantara jalan menuju surga yang ringan dan mudahErman Hidayat
 
Kumpulan hadis ramadhan
Kumpulan hadis ramadhanKumpulan hadis ramadhan
Kumpulan hadis ramadhanMakna Pujarka
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihMuhsin Hariyanto
 
Bentuk-Bentuk Syafaat.pptx
Bentuk-Bentuk Syafaat.pptxBentuk-Bentuk Syafaat.pptx
Bentuk-Bentuk Syafaat.pptxA.RASHID A.HALIM
 

Similar to 10 Cara Mudah (20)

Doa hishnul muslim
Doa hishnul muslimDoa hishnul muslim
Doa hishnul muslim
 
Ketika Agama Digadaikan Demi Kesenangan Sesaat
Ketika Agama Digadaikan Demi Kesenangan SesaatKetika Agama Digadaikan Demi Kesenangan Sesaat
Ketika Agama Digadaikan Demi Kesenangan Sesaat
 
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
11388736 zikir-wirid-doa-selepas-solat-sembahyang-fardhu-yang-benar
 
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
Dzikir dan Doa ‘Asyurā’
 
zikir setelah shalat berdasarkan sunnah rasulullah saw
zikir setelah shalat berdasarkan sunnah rasulullah sawzikir setelah shalat berdasarkan sunnah rasulullah saw
zikir setelah shalat berdasarkan sunnah rasulullah saw
 
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kitakutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
kutbah jumat pada saat ini untuk membangun kita
 
Penjelasan Bacaan Dalam Solat 8. Tasyahhud
Penjelasan Bacaan Dalam Solat 8. TasyahhudPenjelasan Bacaan Dalam Solat 8. Tasyahhud
Penjelasan Bacaan Dalam Solat 8. Tasyahhud
 
Memahami bacaan sholat-Takbir dan Doa Iftitah
Memahami bacaan sholat-Takbir dan Doa IftitahMemahami bacaan sholat-Takbir dan Doa Iftitah
Memahami bacaan sholat-Takbir dan Doa Iftitah
 
Kuliah Maghrib Surau Al-Muwafaqah_Jumaat_4 Oktober 2016_Larangan Menyembunyik...
Kuliah Maghrib Surau Al-Muwafaqah_Jumaat_4 Oktober 2016_Larangan Menyembunyik...Kuliah Maghrib Surau Al-Muwafaqah_Jumaat_4 Oktober 2016_Larangan Menyembunyik...
Kuliah Maghrib Surau Al-Muwafaqah_Jumaat_4 Oktober 2016_Larangan Menyembunyik...
 
Memelihara keikhlasan
Memelihara keikhlasanMemelihara keikhlasan
Memelihara keikhlasan
 
Pagar diri dan Rumah menurut al-Quran dan al-Sunnah
Pagar diri dan Rumah menurut al-Quran dan al-SunnahPagar diri dan Rumah menurut al-Quran dan al-Sunnah
Pagar diri dan Rumah menurut al-Quran dan al-Sunnah
 
Sedekah dalam dakwah
Sedekah dalam dakwahSedekah dalam dakwah
Sedekah dalam dakwah
 
Khutbah Jumat
Khutbah JumatKhutbah Jumat
Khutbah Jumat
 
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 216 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
16 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi xvi 2013 tawakkal 2
 
Dzikir pagi
Dzikir pagiDzikir pagi
Dzikir pagi
 
Diantara jalan menuju surga yang ringan dan mudah
Diantara jalan menuju surga yang ringan dan mudahDiantara jalan menuju surga yang ringan dan mudah
Diantara jalan menuju surga yang ringan dan mudah
 
Kumpulan hadis ramadhan
Kumpulan hadis ramadhanKumpulan hadis ramadhan
Kumpulan hadis ramadhan
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Bentuk-Bentuk Syafaat.pptx
Bentuk-Bentuk Syafaat.pptxBentuk-Bentuk Syafaat.pptx
Bentuk-Bentuk Syafaat.pptx
 
Sujud Sahwi_M. Hidir Baharudin
Sujud Sahwi_M. Hidir BaharudinSujud Sahwi_M. Hidir Baharudin
Sujud Sahwi_M. Hidir Baharudin
 

More from mochammad rasyiid

Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baruPeran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu barumochammad rasyiid
 
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajerTingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajermochammad rasyiid
 
Komite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakitKomite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakitmochammad rasyiid
 
Proposal jakarta go ecosystem
Proposal jakarta go ecosystemProposal jakarta go ecosystem
Proposal jakarta go ecosystemmochammad rasyiid
 
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhurKeunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhurmochammad rasyiid
 
Penulisan proposal bisnis-sederhana
Penulisan proposal bisnis-sederhanaPenulisan proposal bisnis-sederhana
Penulisan proposal bisnis-sederhanamochammad rasyiid
 
Contoh format-pembukuan-sederhana
Contoh format-pembukuan-sederhanaContoh format-pembukuan-sederhana
Contoh format-pembukuan-sederhanamochammad rasyiid
 
Sebuah konsep branding dtw kampung batik
Sebuah konsep branding dtw kampung batikSebuah konsep branding dtw kampung batik
Sebuah konsep branding dtw kampung batikmochammad rasyiid
 
Pavlovian classical conditioning
Pavlovian classical conditioningPavlovian classical conditioning
Pavlovian classical conditioningmochammad rasyiid
 
Latihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemenLatihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemenmochammad rasyiid
 
12 cara alami untuk mengatasi alergi
12 cara alami untuk mengatasi alergi12 cara alami untuk mengatasi alergi
12 cara alami untuk mengatasi alergimochammad rasyiid
 
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2mochammad rasyiid
 
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2mochammad rasyiid
 
Kuis kepribadian menurut florence littauer
Kuis kepribadian menurut florence littauerKuis kepribadian menurut florence littauer
Kuis kepribadian menurut florence littauermochammad rasyiid
 

More from mochammad rasyiid (20)

Soal kombis
Soal kombisSoal kombis
Soal kombis
 
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baruPeran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
Peran inkubator bisnis meminimalkan kegagalan wu baru
 
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajerTingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
Tingkatan manajemen dan manajer dan keterampilan manajer
 
Uu desa
Uu desaUu desa
Uu desa
 
Perencanaan iec man2
Perencanaan iec man2Perencanaan iec man2
Perencanaan iec man2
 
Komite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakitKomite akreditasi rumah sakit
Komite akreditasi rumah sakit
 
Proposal jakarta go ecosystem
Proposal jakarta go ecosystemProposal jakarta go ecosystem
Proposal jakarta go ecosystem
 
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhurKeunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
Keunikan makna filosofi batik klasik sidoluhur
 
Penulisan proposal bisnis-sederhana
Penulisan proposal bisnis-sederhanaPenulisan proposal bisnis-sederhana
Penulisan proposal bisnis-sederhana
 
Contoh format-pembukuan-sederhana
Contoh format-pembukuan-sederhanaContoh format-pembukuan-sederhana
Contoh format-pembukuan-sederhana
 
Sebuah konsep branding dtw kampung batik
Sebuah konsep branding dtw kampung batikSebuah konsep branding dtw kampung batik
Sebuah konsep branding dtw kampung batik
 
Pavlovian classical conditioning
Pavlovian classical conditioningPavlovian classical conditioning
Pavlovian classical conditioning
 
Pemimpin nonmuslim haram
Pemimpin nonmuslim haramPemimpin nonmuslim haram
Pemimpin nonmuslim haram
 
Latihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemenLatihan soal uas pengantar manajemen
Latihan soal uas pengantar manajemen
 
12 cara alami untuk mengatasi alergi
12 cara alami untuk mengatasi alergi12 cara alami untuk mengatasi alergi
12 cara alami untuk mengatasi alergi
 
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
Formulir pendaftaran ukm ppm gelombang 2
 
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
Formulir pendaftaran ppm perbankan gelombang 2
 
Pengantar manajemen chapter
Pengantar manajemen chapterPengantar manajemen chapter
Pengantar manajemen chapter
 
Kuis kepribadian menurut florence littauer
Kuis kepribadian menurut florence littauerKuis kepribadian menurut florence littauer
Kuis kepribadian menurut florence littauer
 
Strategic management an 1
Strategic management an 1Strategic management an 1
Strategic management an 1
 

10 Cara Mudah

  • 1. 10 Amalan Ringan Pembuka Jalan Menuju Surga Allah dan Rasul-Nya banyak menyebutkan ganjaran surga dan mengancam dengan adzab neraka untuk memotivasi umat-Nya untuk banyak beramal shalih dan menjauhi segala larangan-Nya. Di samping itu Allah pun telah mengabarkan sifat-sifat surga dan neraka untuk lebih meningkatkan keinginan manusia untuk meraih surga dan menjauhi neraka. Di antara kenikmatan surga, Allah berfirman dalam sebagian ayat-ayat-Nya, عع–مَعتُأرَ مَِع أَتَ يََََُّع أََروَعرٍُمع أٍَُ عَ– نََس سدع ةَرَرَُعَ روفَ مِْعسةٍََافس مَعع–ةُ مََعساٍِمََََُُع ةَرَعَََّسعٍَََِِّتُع– ةَنعسسُعَََرٍَ س ىَلَع ىس مُعرِورٍَعَع أََرٍَؤَ لَُّع وِةَرأوسأُعع– س عَْ مَْعع– وَرعَُُنَرَعََاٍُعٍَّرََطسَِ مَعع– لَََََََُّّعاٍُعٍَّاََََََِس مَعع–سَنَفا س مَع رى عَََّ عسَرىسَُُّ مَع “Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS al-Waqi’ah: 15-23) Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Allah Ta’ala berfirman, ‘Surga itu disediakan bagi orang-orang sholih, kenikmatan di dalamnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pula pernah terlintas dalam hati.’ Maka bacalah jika kalian menghendaki firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’” (QS. As Sajdah [32] : 17) (HR. Bukhari & Muslim) Maka membayangkan seberapa besar kenikmatan surga – dan sesungguhnya lebih indah dari yang bisa kita bayangkan – tentu menjadi motivasi kuat bagi orang yang
  • 2. beriman untuk meraihnya. Dan ini adalah bagian dari keimanan terhadap hari akhir dan iman kepada Allah Ta’ala. Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil penulis kitab Asyratus Sa’ah (Tanda-tanda Hari Kiamat) berkata, [“Sesungguhnya percaya kepada Allah, hari akhir, pahala serta siksaan memberi arah yang nyata terhadap perilaku manusia untuk berbuat kebaikan. Tidak ada undang-undang ciptaan manusia yang mampu menjadikan perilaku manusia tetap tegak dan lurus seperti beriman kepada hari akhir. Oleh karena itu, dalam masalah ini akan ada perbedaan perilaku antara (orang yang tak beriman kepada Allah dan hari akhir) dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta dia mengetahui bahwa dunia adalah tempat simpanan akhir sedang amal shalih adalah bekal untuk akhirat, sebagaimana firman Allah, اََُِ فس عِ لََُّامعرَََعََ وِاُفُِع وِاِر و “...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa ...”(QS al- Baqarah: 197) Dan sebagaimana komentar sahabat Umair Ibnu Hamam, “Menuju kepada Allah tak ada bekal lain kecuali takwa, amal akhirat dan sabar karena Allah dalam perjuangan. Dan semua bekal akan habis kecuali takwa, berbuat baik dan mencari petunjuk.” Nampak perbedaan antara perilaku orang beriman dengan yang tidak beriman kepada Allah, hari akhir, pahala dan siksaan. Maka bagi orang yang percaya hari pembalasan dia akan berbuat dengan melihat kepada timbangan langit, bukan timbangan bumi. Dan dia akan melihat hisab akhirat, bukan hisab dunia. Dia akan mempunyai perilaku tersendiri dalam kehidupan. Kita akan melihatnya istiqamah dan dalam berpikir, iman, tabah dalam kesulitan, sabar atas bencana demi mencari pahala, dan dia mengerti bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih kekal.”] Jalan menuju surga memang dipenuhi onak dan duri. Akan tetapi sesungguhnya ada banyak amalan-amalan yang mudah dilakukan namun Allah membalasnya dengan ganjaran yang sangat besar. Berikut ini disajikan beberapa amalan yang insya Allah ringan diamalkan namun bisa membawa pelakunya ke surga.
  • 3. 1. Berdzikir Kepada Allah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عاِتُعرِوأَاُ عََُتُرٍَُفُبُعلعسرُت مَََُّع ةََُ مٍَََُِّع سََُ سََ مََُِّع ةَنع وِةُ مََُُّعلعؤَ ةََُِ مََُِّع نَُّعرِو مٍََُُُِعلع تَُُ تََ مََُِّع وَنع وِاَرمٍَُُعسرُت مَََُّعاِتُع ع “Ada dua kalimat yang ringan bagi lisan, berat dalam mizan (timbangan amal) dan dicintai ar-Rahmaan: ‘Subhanallahu wa bihamdih’ (Maha Suci Allah dan dengan pujian-Nya kami memuji) ‘Subhanallah al-Azhiim’ (Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Agung).” (HR Bukhari dan Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, رََُمعأَاسر لَ عَ تَُ مَُّع ع وِ فٍُعمع ع و عْ ع ع عأ تَ عأَ مََُع وَالاع عٍَّنَةَأَراع ةَرَعُْ وِاطرٍسوع “Saya membaca: ‘Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar’, sungguh aku lebih cintai daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim no 2695 dan at- Tirmidzi) Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, عٍََّ لٍَُعذفَ لاع بٍَِعأَرى نعوَسْعرٍُمع آَ مُِعاِتُعرٍُمعآُرعََُاِتُع “Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang dapat menyelamatkannya dari adzab Allah melainkan dzikir kepada Allah.” (HR ath- Thabrani dengan sanad yang hasan dan al-Allamah Ibnu Baz menjadikannya hujjah dalam kitab Tuhfah al-Akhyaar) 2. Meridhai Allah, Islam dan Rasulullah ع ةَرَعُْفُ ىَبعَّ تُساٍَُفٍَعنَةانعاِتعس عٍََّرٍُمع رتفَعسرٍةُُ عََسََِ سلع مََُُعسَرنتُسعَ مََُُعسَرٍلُُاعؤَ عََُِاٍََاَِعسَََُُاعتُاَّتُع تََُ عَّ تُرَّعُرعََُُِ ةَُاعََىَتُ عََُّ ا ع مََََّع عََُُِّ ةَنعاِتُعأَرمعسَرَسََُُْعرََ عََرِو لٍََََُُِّع “Tidaklah seorang hamba muslim mengucapkan pada saat dia memasuki waktu pagi dan memasuki waktu petang: ‘radhiitu billahi rabba, wa bil islaami diina wa bi muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam nabiya (aku ridha Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku)’ sebanyak tiga kali,
  • 4. melainkan merupakan hak bagi Allah untuk meridhainya pada hari kiamat kelak.” (HR Ahmad dan dihasankan oleh al-Allamah Ibnu Baz dalam kitab Tuhfah al- Akhyaar) ع. 3 Menuntut عIlmu عSyar’i Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, رٍَمع ةََُاَعنَرََُبعَِّرََةسٍَُِوعرََُّعُْ رةبعٍَّاَُلََع سعوَسْعنَرََُبعَِّ وَنعرِو ىالُع “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim no 2699) 4. Menahan Marah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, عَُطَ ع ةَنعسسَ وُعرِو يََََُُِعاَُِنعسَ بََسع لَُّاع عُُرِوس عرٍَمع اَََ عََاَرَبا عَّ هس عرََنَُُِسَعَ ةَنعأَرمعسَىَسُ آَبسعفَ بَّسعاِتسعرََ عََرِو لٍََََُُِّع “Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya, niscaya Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan para makhluk sampai Allah memilihkan untuknya bidadari-bidadari yang dia suka.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan disepakati oleh Syaikh al-Albani) 5. Membaca Ayat Kursi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, رِو ىالَع اعأَرمعسََرٍ اَععرٍَمعاَ أَََعذ لَََعرِوسرََلُُاعفستسعََس لعنَ عََُِوَرعَرٍََىَأسسْعرٍُمعفسسرَ لُع “Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat, maka tidak ada yang dapat menghalanginya untuk masuk surga kecuali jika dia mati.” (HR an-Nasaa’i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani) Maksudnya adalah jika dia mati, dia akan masuk surga dengan rahmat dan karunia Allah ‘Azza wa Jalla.
  • 5. 6. Menyingkirkan Gangguan di Jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ىََََّراعسِرأآُ عُ وِىاوََّع وَرَِفع أَََرَساعسََ بِع ةََََِِاسمع لَُّاع وِ ىالُع لَُّاعطَ عَََُاَنَأَ عَََّرٍُمعاَرعََُ وِان يََُُع “Sungguh aku telah melihat seorang lelaki mondar-mandir di dalam surga dikarenakan sebuah pohon yang dia tebang dari tengah jalan yang selalu mengganggu manusia” (HR. Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ع وِ ىالعَسََ لْعتُسَرنمُعطَ عَََُ ةَلاعاَرعََُنَ يَََُع لَََََِّّع عسُىَ اََُمعهَآَ عِ رمع وِسرٍةُُ مٍََُع عسَأآُرََُعَ أََّسرف لََُع اٍَعَ “Ada seorang lelaki berjalan melewati ranting pohon yang ada di tengah jalan, lalu dia berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku akan singkirkan ranting ini dari kaum muslimin agar tidak menganggu mereka.’ Maka dia pun dimasukkan ke dalam surga.” (HR Muslim) 7. Membela Kehormatan Saudaranya di Saat Ketidakhadirannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, مع رَعُِأَ عََُُْ فََاع سع مع ر عَُُْ وِىاعَََّرََ عََ وِ لٍََََُُِّع رٍَمع فََعا “Barangsiapa membela harga diri saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan memalingkan wajahnya dari api neraka.” (Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani) Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, رٍَمع اَ بَّسع سعطَاَع عٍََّتَرَمَعوَرَََُعُْ عطَاَع عٍََّتَرَمَعرَُ ةَرَمُعفَ لَََع وِ ىالعَ “Barangsiapa yang Allah lindungi dari keburukan apa yang ada di antara kedua rahangnya (yaitu mulut) dan keburukan yang ada di antara dua pahanya (yaitu kemaluannya), niscaya dia akan masuk surga.”(Dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan disepakati oleh Syaikh al-Albani)
  • 6. 8. Menjauhi Debat Kusir Walaupun Benar Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, بَُُّعَُّوُرٍَمع اََََِعرِو آََُمَع رمع مََََّع عٍَأَىَ عَّ عََْتُتَرَاَع لَُّاع تَََ عُِرِو ىالُعوُرٍَمع اََََِعرِو ع رمع مََََّعسعٍَُُُِّ تُتَرَاَع لَُّاع نَُُعرِو ىالُع تُتَرَاَع لَُّاعأَر ةَنعرِو ىالُعوُرٍَمعاَُمَُعسةَسعَِْس “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani) ع. 9 Berwudhu’ عLalu عShalat عDua عRaka’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,”Tidaklah seorang muslim berwudhu’ lalu dia baguskan wudhu’nya, kemudian dia berdiri shalat dua raka’at dengan menghadapkan hatinya dan wajahnya pada kedua raka’at itu, melainkan surga wajib baginya.” (HR Muslim) 10. Pergi Shalat ke Masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan untuk menuju masjid, mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda, “Barangsiapa yang pergi ke masjid atau pulang dari masjid, niscaya Allah akan persiapkan baginya nuzul di dalam surga setiap kali dia pergi dan pulang.” (HR Bukhari dan Muslim) Imam an-Nawawi berkata, “Nuzul adalah makanan pokok, rizki dan makanan yang dipersiapkan untuk tamu.” 11. (Bonus tambahan) Shalat عSunnah ع 2ع Raka’at عSetelah عWudhu
  • 7. Amalan inilah yang dirutinkan oleh sahabat Bilal yang telah menjadikannya sebagai penghuni surga dengan kesaksian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. رَ نع رٍُةساع بٍَِععأَؤرىُلاعتُأرََ نع لٍََع رٍُةسَِْع لَُّاع عُِرعََُُِ لََُّى لاعرٍَُُأساعفسادعىَرأةَرَاَعتَرَمَع فَََاعُ لَُّاعرِو ىالُعاَ لََّع عٍََّ عَََّتُ لََِسلع فَُُع سرَ عَُ عٍََّسمََُِعوُلاعأَرمعأسنَةُ لا رىفُ عُأَى لاعوَرعَأَ نََِارََعنسسرَ بَعِ لَُّاع لُعوَرَلَعأَر عىَ عَََََّ اعنَةارَساعتُآَوُاَع وِانع Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bilal radhiyallahu anhu setelah shalat fajar, “Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku amalanmu dalam Islam yang paling engkau harapkan. Karena sesungguhnya aku mendengar suara terompahmu di hadapanku dalam surga.” Bilal berkata, ”Tidaklah aku mengamalkan suatu amalan yang lebih aku harapkan melainkan setiap kali aku bersuci pada malam atau siang hari aku selalu mengerjakan shalat yang bisa aku lakukan.” (HR Al-Bukhari no 1149 dan Muslim no 2458) Wajibnya Makan dan Minum dengan Tangan Kanan Kita perhatikan banyak kaum muslimin yang belum tahu atau menganggap sepele adab makan minum dalam Islam. Di antara yang masih banyak dilakukan adalah makan dan minum menggunakan tangan kiri bahkan sambil berdiri. Padahal telah jelas perintah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam untuk makan dan minum dengan tangan kanan dan itu bukan sekedar keutamaan. Allah berfirman,
  • 8. أَوُ عََْ آَ مِْع سَنُ تََسرَعَ أَر ع رَُّىَِلعْ سِنُ تََسرَعَ أَرمع أَرٍبَُُع رمع سَوَََُّسس مَع وِاآُ مََع رََّةرََآَُ عَُ “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS An-Nur: 63) Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mengingatkan orang-orang yangmenentang perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam yang itu merupakan jalan, manhaj, cara dan sunnahnya. Barangsiapa menyelisihinya secara lahir dan batin berarti dia berada di mulut jurang kebinasaan dan berada dalam bahaya bahwa hatinya akan ditimpa kekufuran dan kemunafikan serta ancaman adzab Allah ‘Azza wa Jalla. Na’udzubillah. Mengenai perintah makan dengan tangan kanan ini, dalam sebuah hadits, Dari Abu Muslim, ada juga yang mengatakan, Abu Iyas Salamah bin Amr bin al-Akwa radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang yang makan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dengan menggunakan tangan kirinya, maka beliau bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu.” “Aku tidak bisa,” jawab orang itu. Beliau pun mengatakan, “Kamu tidak akan pernah bisa.” Tidak ada yang menghalanginya menggunakan tangan kanan kecuali kesombongan. Akhirnya orang itu tidak dapat mengangkat tangannya ke mulutnya. (HR Muslim) Syaikh Salim bin Ied al-Hilali menjelaskan kandungan hadits tersebut sebagai berikut: -Kewajiban makan dengan menggunakan tangan kanan. Makan dengan tangan kiri tanpa alasan yang dibenarkan adalah haram. -Segala sesuatu yang mulia harus dilakukan dengan tangan kanan. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menyenangi bagian kanan dalam menjalankan kesibukannya. -Menentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam merupakan perbuatan dosa. Oleh karena itu Rasulullah mendoakan keburukan bagi orang tersebut. Sebab penolakannya itu disebabkan oleh kesombongan dan penentangannya. -Pemberian nasihat kepada orang yang makan dan minum berlaku bagi laki-laki maupun perempuan dan juga anak-anak. -Diperbolehkan memberi nasihat kepada seseorang di hadapan umum, jika mengandung kebaikan bagi semua orang. -Diperbolehkan mendoakan keburukan bagi orang yang melakukan perbuatan haram karena penentangan dengan kesombongan dan terus menerus melakukannya. -Kesombongan dan keengganan menjalankan hukum-hukum syariat menyebabkan datangnya siksaan bagi pelakunya.
  • 9. -Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan nabi sekaligus hamba-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam dengan mengabulkan doanya. Hadist lain yang memerintahkan untuk makan dengan tangan kanan di antaranya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan seorang anak kecil tatkala makan, “Wahai anak kecil bacalah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu!” (HR Bukhari 5376 dan Muslim 2022) Dari sini tampak betapa dianjurkan mendidik anak-anak sejak kecil untuk makan dan minum menggunakan tangan kanan. Pada suatu ketika pernah Rasulullah berkata kepada seorang wanita ketika makan dengan menggunakan tangan kirinya, “Janganlah engkau makan dengan menggunakan tangan kirimu, sungguh Allah telah menjadikan untukmu tangan kananmu.” Atau beliau mengatakan,“Sungguh Allah telah membebaskan untukmu tangan kananmu.” (HR Ahmad dalam Musnad (16756), dishahihkan al-Albani dalam Jilbab Mar’ah al-Muslimah) “Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaklah makan dengan tangan kanannya. Dan apabila minum maka minumlah dengan tangan kanannya, karena sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR Muslim 2020, Timidzi 1800, Abu Dawud 3776) Dan terdapat keterangan bahwa barangsiapa yang menyerupai atau meniru suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka. Dari dalil-dalil yang ada Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menyatakan haram apabila makan dan minum dengan mempergunakan tangan kiri. (Zaadul Ma’ad II/405 dengan tahqiq al-Arnauth cet 1) Penggunaan tangan kiri adalah sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanan dan janganlah cebok di kamar mandi dengan tangan kanan dan janganlah meniup/bernafas di dalam bejana.” (HR Muslim no 612) Segala macam aktivitas seperti di atas adalah kekhususan pekerjaan yang dimiliki oleh tangan kiri. Sedangkan tangan kanan dikhususkan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersih atau suci. Inilah aktivitas yang sesuai dengan aplikasi akhlak yang mulia dan kebaikan. Wallahu a’lam
  • 10. Model-Model Para Pengghibah Sesungguhnya lisan merupakan organ tubuh yang sangat penting karena ialah yang menta’bir (mengungkapkan) apa yang terdapat dalam hati seseorang. Lisan tidak mengenal lelah dan tidak pernah bosan berucap, jika seseorang membiarkannya bergerak mengucapkan kebaikan maka ia akan memperoleh kebaikan yang banyak, adapun jika ia membiarkannya mengucapkan keburukan-keburukan maka ia akan ditimpa dengan bencana dan malapetaka, dan inilah yang lebih banyak terjadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وُ ىََُُّ عُْ لَُّا ذفَعََ رِتمُع نَََ أرؤََسعَ “Mayoritas dosa seorang anak Adam adalah pada lisannya.” [1] Oleh karena itu lisan merupakan salah satu sebab yang paling banyak menjerumuskan umat manusia ke dalam api neraka.
  • 11. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, رِوسَسََع وِسَسعَ : رَُِ مَََُّّع وِىاعَََّ وِىاوََّع سَرفسَُلع أَرؤََسعَ “Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, mulut dan kemaluan.” [2] Sesungguhnya penyakit-penyakit yang timbul karena lisan yang tidak terkendali sangatlah banyak, namun di sana ada sebuah penyakit yang paling merajalela dan menjangkiti kaum muslimin. Penyakit tersebut terasa sangat ringan di mulut, lezat untuk diucapkan, dan nikmat untuk didengarkan[3] (bagi orang-orang yang jiwa mereka telah terasuki hawa syaitan), namun dosanya sangatlah besar…. penyakit tersebut adalah ghibah (menyebut kejelekan saudara sesama muslim)[4] Betapa banyak persahabatan dua sahabat karib yang akhirnya terputus karena diakibatkan ghibah…??? Betapa banyak kedengkian yang tumbuh dan berkobar di dada-dada kaum muslimin dikarenakan ghibah…??? Betapa banyak permusuhan terjadi diantara kaum muslimin diakibatkan sebuah kalimat ghibah…??? Dan betapa banyak pahala amalan seseorang yang sia-sia dan gugur diakibatkan oleh ghibah yang dilakukannya…??? Serta betapa banyak orang yang disiksa dengan siksaan yang pedih dikarena ghibah yang dilakukannya…??? Namun perkaranya adalah sangat menyedihkan sebagaimana perkataan Imam An-Nawawi, “Ketahuilah bahwasanya ghibah merupakan perkara yang terburuk dan terjelek serta perkara yang paling tersebar di kalangan manusia, sampai-sampai tidaklah ada yang selamat dari ghibah kecuali
  • 12. hanya sedikit orang”.[5] -Semoga Allah menjadikan kita menjadi “sedikit orang” tersebut yang selamat dari penyakit ghibah. Amiiin- Banyak kaum muslimin yang mampu untuk menjalankan perintah Allah ta’ala dengan baik, bisa menjalankan sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mampu untuk menjauhkan dirinya dari zina, berkata dusta, minum khomer, bahkan mampu untuk sholat malam setiap hari, senantiasa puasa senin kamis, namun… mereka tidak mampu menghindarkan dirinya dari ghibah. Bahkan walaupun mereka telah tahu bahwasanya ghibah itu tercela dan merupakan dosa besar namun tetap saja mereka tidak mampu menghindarkan diri mereka dari ghibah. Berkata Ibnul Qoyyim, “Dan merupakan perkara yang aneh adalah mudah bagi seseorang untuk menjaga dirinya dari memakan makanan yang haram, menjauhkan dirinya dari perbuatan dzolim, zina, mencuri, memimum minuman keras, memandang pada perkara-perkara yang diharamkan baginya, dan perkara-perkara haram yang lainnya, namun sulit baginya untuk menjaga gerak-gerik lisannya. Sampai-sampai ada diketahui orang yang terpandang dan merupakan contoh dalam permasalahan agama, zuhud, dan ibadah, namun ia mengucapkan sebuah kalimat yang menyebabkan kemurkaan Allah dan dia tidak perduli dengan ucapannya tersebut sehingga iapun terperosok ke neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat hanya dikarenakan satu kalimat. Betapa banyak orang yang engkau lihat bersikap wara’ dalam menjauhi perbuatan-perbuatan keji, perbuatan dzolim namun lisannya ceplas-ceplos menjatuhkan harga diri orang-orang yang masih hidup maupun yang telah wafat dan dia tidak perduli dengan ucapannya tersebut.”[6] Berkata Al-Ghozaali, “Dan sebagian mereka berkata, “Kami mendapati para salaf, dan mereka tidaklah memandang sebuah ibadah (yang hakiki) pada puasa dan tidak juga pada sholat, akan tetapi mereka memandangnya pada sikap menahan diri dari (melecehkan) harkat dan harga diri manusia.”[7]
  • 13. Model-Model Para Pengghibah Ibnu Taimiyah berkata -tatkala menjelaskan model-model para pengghibah-, 1. Ada orang yang mengghibah untuk menyesuaikan diri (agar obrolannya nyambung) dengan teman-teman duduknya, para sahabatnya, atau karib kerabatnya. Padahal ia mengetahui bahwasanya orang yang dighibahi berlepas diri dari apa yang mereka katakan. Atau memang benar pada dirinya sebagian apa yang mereka katakan akan tetapi ia melihat kalau ia mengingkari (ghibah yang) mereka lakukan maka ia akan memutuskan pembicaraan, dan para sahabatnya akan bersikap berat (tidak enak) kepadanya dan meninggalkannya. Maka iapun memandang bahwa sikapnya yang menyesuaikan diri dengan mereka merupakan sikap yang baik kepada mereka dan merupakan bentuk hubungan pergaulan yang baik. Bisa jadi mereka marah –jika ia mengingkari mereka- maka iapun akan balas marah karena hal itu. Karenanya iapun tenggelam bersama mereka untuk berghibah ria. 2. Diantara mereka (para tukang ghibah) ada yang berghibah ria dengan model yang bermacam-macam. Terkadang menampakkan ghibah dalam bentuk agama dan kebaikan, maka ia berkata, “Bukanlah kebiasaanku menyebutkan seorangpun kecuali hanya menyebutkan kebaikan-kebaikannya, dan aku tidak suka ghibah, tidak juga dusta. Hanya saja aku kabarkan kepada kalian tentang kondisinya”. Atau ia berkata, “Kasihan dia…”, atau “Ia orang yang baik namun pada dirinya ada begini dan begitu.” Dan terkadang ia berkata, “Jauhkanlah kami dari (pembicaraan) tentangnya, semoga Allah mengampuni kita dan dia,” namun niatnya adalah untuk merendahkannya dan menjatuhkannya. Mereka membungkus ghibah dengan label-lebel kebaikan dan label-lebel agama, mereka hendak menipu Allah dengan perbuatan mereka tersebut
  • 14. sebagaimana mereka telah menipu makhluk (manusia). Dan sungguh, kami telah melihat dari mereka model-model yang banyak seperti ini dan yang semisalnya.[26] 3. Diantara mereka ada yang menjatuhkan orang lain karena riya’ dalam rangka untuk mengangkat dirinya sendiri. Ia berkata, “Kalau seandainya tadi malam aku berdoa dalam sholatku untuk si fulan tatkala sampai kepadaku kabar tentang dirinya begini dan begitu…”, untuk mengangkat dirinya dan menjatuhkan orang itu di sisi orang yang menganggap orang itu baik. Atau ia berkata, “Si fulan itu pendek akalnya, telat mikirnya,” padahal maksudnya adalah untuk memuji dirinya, untuk menunjukan bahwa dirinya pandai dan lebih baik dari orang tersebut. 4. Diantara mereka ada yang berghibah karena hasad (dengki), maka ia telah menggabungkan dua perkara buruk, ghibah dan hasad. Dan jika ada seseorang yang dipuji maka berusaha sekuat-kuatnya untuk menghilangkan (menangkis) pujian itu dengan merendahkannya dengan berkedok agama dan kebaikan, atau mewujudkan ghibah dalam bentuk hasad, kefajiran, dan celaan agar orang tersebut jatuh di hadapan matanya. 5. Diantaranya ada yang mewujudkan ghibah dalam bentuk ejekan dan menjadikannya bahan mainan agar membuat yang lainnya tertawa karena ejekannya atau ceritanya (sambil meniru-niru gaya orang yang dihina) tersebut, serta perendahaannya terhadap orang yang ia ejek tersebut. 6. Diantaranya ada yang menampakkan ghibah dalam bentuk sikap ta’jub (heran). Dia berkata, “Aku heran dengan si fulan, bagaimana ia sampai tidak mampu melakukan ini dan itu…”, “Aku heran dengan si fulan, kenapa bisa timbul darinya ini dan itu…kenapa bisa melakukan demikian dan demikian…” Maka ia menampakkan nama saudaranya (yang ia ghibahi tersebut) dalam bentuk sikap keheranannya.
  • 15. 7. Diantaranya ada yang mewujudkan ghibah dalam bentuk rasa sedih. Ia berkata, “Si fulan kasihan dia, sungguh aku sedih dengan apa yang telah dilakukannya dan yang telah terjadi pada dirinya..” Maka orang lain yang mendengar perkataannya itu bahwa ia sedang sedih dan menyayangkan saudaranya itu, padahal hatinya penuh dengan rasa dendam. Jika ia mampu maka ia akan menambah-nambah lebih dari kejelekan yang terdapat pada saudaranya itu. Bahkan terkadang ia menyebutkan hal itu dihadapan musuh-musuh saudaranya tersebut agar mereka bisa membalasnya (menghabisinya). Model yang seperti ini dan juga yang lainnya merupakan penyakit-penyakit hati yang paling parah, dan juga merupakan bentuk usaha untuk menipu Allah dan para hamba-hambaNya. 8. Diantara mereka ada yang menampakkan ghibah dalam bentuk marah dan mengingkari kemungkaran. Dia menampakkan kata-kata yang indah (untuk mengghibahi saudaranya) dengan cara seperti ini (dengan alasan mengingkarai kemungkaran), padahal maksudnya bertentangan dengan apa yang ia nampakkan. Hanya Allahlah tempat meminta pertolongan.[8] Hukum Mendengarkan Ghibah Berkata Imam Nawawi dalam Al-Adzkar: ”Ketahuilah bahwasanya ghibah itu sebagaimana diharamkan bagi orang yang menggibahi, diharamkan juga bagi orang yang mendengarkannya dan menyetujuinya. Maka wajib bagi siapa saja yang mendengar seseorang mulai menggibahi (saudaranya yang lain) untuk melarang orang itu kalau dia tidak takut kepada mudhorot yang jelas. Dan jika dia takut kepada orang itu, maka wajib baginya untuk mengingkari dengan hatinya dan meninggalkan majelis tempat ghibah tersebut jika memungkinkan hal itu.
  • 16. Jika dia mampu untuk mengingkari dengan lisannya atau dengan memotong pembicaraan ghibah tadi dengan pembicaraan yang lain, maka wajib bagi dia untuk melakukannya. Jika dia tidak melakukannya berarti dia telah bermaksiat. Jika dia berkata dengan lisannya, ”Diamlah,” namun hatinya ingin pembicaraan gibah tersebut dilanjutkan, maka hal itu adalah kemunafikan yang tidak bisa membebaskan dia dari dosa. Dia harus membenci ghibah tersebut dengan hatinya (agar bisa bebas dari dosa-pent). Jika dia terpaksa di majelis yang ada ghibahnya dan dia tidak mampu untuk mengingkari ghibah itu, atau dia telah mengingkari namun tidak diterima, serta tidak memungkinkan baginya untuk meninggalkan majelis tersebut, maka harom baginya untuk istima’ (mendengarkan) dan isgo’ (mendengarkan dengan saksama) pembicaraan ghibah itu. Yang dia lakukan adalah hendaklah dia berdzikir kepada Allah ta’ala dengan lisannya dan hatinya, atau dengan hatinya, atau dia memikirkan perkara yang lain, agar dia bisa melepaskan diri dari mendengarkan gibah itu. Setelah itu maka tidak mengapa baginya untuk mendengar ghibah (yaitu sekedar mendengar namun tidak memperhatikan dan tidak faham dengan apa yang didengar –pent), tanpa mendengarkan dengan baik ghibah itu jika memang keadaannya seperti ini (karena terpaksa tidak bisa meninggalkan majelis gibah itu –pent). Namun jika (beberapa waktu) kemudian memungkinkan dia untuk meninggalkan majelis dan mereka masih terus melanjutkan ghibah, maka wajib baginya untuk meninggalkan majelis”.[9] Allah ta’ala berfirman, رَِأِسرفع عَََِّ سَّمع وِاطرَنَع ىاسسَعَسَرى عََُُ اعَ ع ,اَرَبَُُع فَُُرَعَ رَُّلاع سََرَ سرُ اَُِن رىسرَعَ أََّرَ رَُع ذ ىََََُِّ رَُّلاع سََرَ سرُ مَع وِاآُرَمَع أَََرَاَع آَِ وِاا وَُّرٍَُمَع رِورَِ عَُ عٍَََ وِآُرعََُ تَرأفعَ “Dan apabila kalian melihat orang-orang yang mengejek ayat Kami, maka berpalinglah dari mereka hingga mereka mebicarakan pembicaraan yang lainnya. Dan apabila kalian dilupakan oleh Syaithon, maka janganlah
  • 17. kalian duduk setelah kalian ingat bersama kaum yang dzolim.” (QS al- An’am: 68) Benarlah perkataan seorang penyair… تُرعْ وِىَرنيُع مُع وِةُ مََُُّع نَََر مُع رِو تَُِرَع مٍَََُّعُ رمع سنرمع رٍَُأَاَع رَََّّى تَُِرعْ وُ ةَََُُِّ عُْ طَرََُاْع رِو تَُِرَع مٍَََُّعُ رىفعَ لََُّىااَع Dan pendengaranmu, jagalah dia dari mendengarkan kejelekan Sebagaimana menjaga lisanmu dari mengucapkan kejelekan itu. Sesungguhnya ketika engkau mendengarkan kejelekan, Engkau telah sama dengan orang yang mengucapkannya, maka waspadalah. Dan meninggalkan mejelis ghibah merupakan sifat-sifat orang yang beriman, sebagaimana firman Allah ta’ala, رى عْس أَر سََرُ وِةار ع أٍَُُسر آَِ “Dan apabila mereka mendengar lagwu (kata-kata yang tidak bermanfaat) mereka berpaling darinya.” (QS al-Qhashas: 55) سرٍأرََُُُمَع وِةار ع مُع هسرعَ وِاآُرَمَع “Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS al-Mu’minun: 3) Bahkan sangat dianjurkan bagi seseorang yang mendengar saudaranya dighibahi bukan hanya sekedar mencegah ghibah tersebut tetapi untuk membela kehormatan saudaranya tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
  • 18. عس فََعا ,أَرََُعُْ رَعُ رمع فََعا رٍَمع : اَ لََّع ةُ ة ن ةن وِىاتُ لاع مُع ع ى لَُا وِفارَفَ ع أَتُرلاع رمع وِىاعَََّ عََْس Dari Abu Darda’ radliyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapa yang mempertahankan kehormatan saudaranya yang akan dicemarkan orang, maka Allah akan menolak api neraka dari mukanya.'” (Riwayat At-Tirmidzi 1931 dan Ahmad 6/450, berkata Syaikh Salim Al-Hilali : “Shohih atau hasan”) Dan demikinlah pengamalan para salaf ketika ada saudaranya yang dighibahi mereka membelanya, sebagaimana dalam hadits-hadits berikut: رتسمع ةٍَُساع أَرَمَع : لَََََِّّع سَنَةُ لا ةُ ة ن ةن وِىاتُلاَع اَ عَََّ : اَ لََّع ى لَُا وٍََُّاَع رتمُع رِتَ مََّع رمع أَ عَ ,آَ وُِاَع سَِِرلع عَ : ةُ ة ن ةن وِىاتُلاَع لَََََِّّع ,سََرُ وَ عْس ع عَ سَمَُُع عَ ,سىٍَ يََُّّْع آَ وُِاَع : سََ لْع لَََََِّّع وِفَرطَساَُ ع ر عَْ اَعتُآَ عُِو رََترََُِلاع عس عا وُ عَْ عَ اَ لََّع رٍَمع وِاى عََُّ ةَن اََُعََ اَرفع عَ امع ع ر عَْ تُآَ وُِاَع سَرََُفعس عس عا وُ عَْ عَ اَ لََّع اَرفع بَََِِعس Dari ‘Itban bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegakkan sholat, lalu (setelah selesai sholat) beliau berkata, ‘Di manakah Malik bin Addukhsyum?’, lalu ada seorang laki-laki menjawab, ‘Ia munafik, tidak cinta kepada Allah dan Rosul-Nya,’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Janganlah engkau berkata demikian, tidakkah engkau lihat bahwa ia telah mengucapkan la ila ha illallah dengan ikhlash karena Allah?, dan Allah telah mengharamkan api neraka atas orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlash karena Allah.'” (Bukhori dan Muslim) : تُ تَِسر اَع رِورَِ عَُ رَُّلاع وَُّوْع هس ع ةُ ة ن ةن وِىاتُلاَع اَ لََّع : اَ لََّع ى لَُا وٍََُّباع رتمُع رََأمُع رمع رتسمع أَ آَّعسسعٍ وَ عْس لَََََِّّع . رنسَرَعُْ رَُّلاع وِىااَسعَ ع تسرَفَ بِعس تََُ عَُْس ع سََرُ لَع : ةََُ لٍَعَ تَىُن رٍُمع سََ لْع لَََََِّّع وٍََُّاَا رتسمع رََأسمع أَََّلَع و لِْ ن ةن ع سََرُ سلع اََََََُّع ,رَََبَ عا ةَرَعُْ ةُرٍىَ ع سََرُ لَع ع ,اسرةاَع تُرَوَع : ى لَُا تَلَع ةُ ةَْ Ka’ab bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah sampai di Tabuk, dan dia sambil duduk bertanya, ‘Apa yang dilakukan Ka’ab ?’, maka ada seorang laki-laki dari bani Salamah
  • 19. menjawab, ‘Wahai Rasulullah, ia telah tertahan oleh mantel dan selendangnya.’ Lalu Mu’adz bin Jabal radliyallahu ‘anhu berkata, ‘Buruk sekali perkataanmu itu, demi Allah wahai Rasulullah, kami tidak mengetahui sesuatupun dari dia melainkan hanya kebaikan,’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun diam.” (Bukhori dan Muslim) *** [1] Hadits Shahih dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani (As-Shahihah no 534) [2] Riwayat Thirmidzi 2004, Ahmad (2/291,292), dan lain-lain. Berkata Syaikh Salim Al-Hilali : “Isnadnya hasan” [3] Sebagaimana yang bisa kita saksikan bersama, jika ada sebuah majelis yang dibumbui dengan ghibah maka majelis tersebut terasa semarak dan asyik didengarkan oleh para hadirin, Wal’iyadzu billah [4] Sebagaimana akan datang definisinya [5] Sebagaimana dinukil oleh Al-Mubarokfuuri dalam Tuhfatul Ahwadzi VI/54 [6] Al-Jawaabul Kaafii hal 111 [7] Ihyaa Ulumiddiin III/143 [8] Majmu’ fatawa XXVIII/236-238 [9] Bahjatun Nadzirin 3/29, 30
  • 20. Makna, Kandungan dan Tafsir Ayat Kursi Secara Ringkas
  • 21. Ayat Kursi yang mulia dan penuh berkah ini terdiri atas sepuluh penggal kalimat. Di dalamnya terkandung tauhidullah, pengagungan terhadap-Nya serta penjelasan akan keesaan-Nya dalam kesempurnaan dan kebesaran, sehingga akan melahirkan penjagaan dan kecukupan bagi yang membacanya. Di dalam ayat ini terdapat lima Asma’ul Husna, juga terdapat lebih dari dua puluh sifat Allah, didahului dengan menyebutkan kemahaesaan Allah dalam peribadatan dan bathilnya beribadah kepada selain-Nya, kemudian disebutkan tentang kemahahidupan Allah yang sempurna yang tidak diiringi dengan kesirnaan. Disebutkan pula di dalamnya bahwa Allah adalah al-Qayyuum, yaitu Dia berdiri sendiri, tidak membutuhkan makhluk-Nya dan senantiasa mengatur seluruh urusan makhluk-Nya. Selain itu, juga tentang kemahasucian Allah dari segala sifat yang kurang, seperti mengantuk dan tidur, mengenai luasnya kerajaan-Nya. Bahwasanya semua yang ada di langit dan bumi adalah hamba-Nya, berada di bawah kekuasaan dan aturan-Nya. Dia juga menyebutkan bahwa di antara bukti-bukti keagungan-Nya ialah tidak mungkin bagi seorang pun dari makhluk-Nya untuk memberi syafaat di sisi-Nya kecuali setelah mendapat izin dari-Nya. Di dalamnya terdapat penetapan sifat ilmu bagi Allah, ilmu-Nya meliputi segala yang diketahui, Dia mengetahui yang telah terjadi, yang akan terjadi dan apa yang belum terjadi, begitu pula jika sesuatu itu terjadi akan seperti apa bentuk dan rupanya. Di dalamnya juga disebutkan tentang kemahabesaran Allah dengan menyebutkan kebesaran makhluk-Nya. Jika Kursi yang
  • 22. merupakan salah satu dari makhluk-Nya meliputi langit dan bumi, maka bagaimana dengan Sang Pencipta yang Mahaagung dan Rabb Yang Mahabesar? Di dalamnya juga terdapat penjelasan tentang kesempurnaan kekuasaan- Nya. Di antara bentuk kesempurnaan kekuasaan-Nya adalah tidak memberatkan-Nya penjagaan terhadap langit dan bumi. Kemudian ayat ini ditutup dengan menyebutkan dua nama Allah yang agung, yaitu al- ‘Alydan al-‘Azhiim. Di dalamnya mengandung penetapan akan kemahatinggian Allah, baik Dzat dan kekuasaan-Nya, juga penetapan kemahabesaran-Nya, dengan mengimani bahwa Dia memiliki segala makna kebesaran dan keagungan, tidak ada seorang pun yang berhak atas pengagungan dan pemuliaan selain Dia. Inilah kandungan global dari Ayat Kursi. Ayat yang agung ini mengandung makna-makna agung dan bukti-bukti mendalam serta rambu-rambu keimanan yang menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya berkata, “Ayat yang mulia ini adalah ayat al-Qur’an yang paling agung dan yang paling utama. Hal ini dikarenakan kandungannya yang memuat perkara-perkara yang agung dan sifat-sifat yang mulia. Oleh karena itu, banyak hadits yang menganjurkan untuk membacanya dan menjadikannya sebagai wirid harian bagi manusia pada waktu-waktu yang dijalaninya, baik pagi maupun petang, juga ketika menjelang tidur dan setelah menunaikan shalat lima waktu. Allah memberitakan tentang diri-Nya yang mulia bahwa Dia ‘Laa ilaaha illa huwa’. Maksudnya tiada ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia. Dialah satu-satunya ilah yang berhak diibadahi, yang mengharuskan tertujunya seluruh bentuk peribadatan, ketaatan dan penyembahan hanya kepada- Nya. Ini karena kesempurnaan-Nya dan kesempurnaan sifat-Nya serta karena besarnya nikmat-Nya. Di samping itu, kewajiban makhluk adalah
  • 23. menjadi hamba-Nya, menerapkan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Seluruh sembahan selain Allah adalah bathil, beribadah kepada selain Dia pun bathil. Ini disebabkan segala sesuatu selain Allah adalah makhluk yang memiliki sifat-sifat yang kurang, diatur, dan membutuhkan yang lain dalam segala segi. Maka dari itu, makhluk tidak berhak sedikitpun untuk diibadahi. Adapun firman-Nya ‘Al-Hayyul Qayyuum’, dua nama mulia ini menunjukkan kepada seluruh asma’ul husna secara muthabaqah(adekusi), tadhammun (inklusi) dan luzum (konsekuensi). Sifat al-Hayyu Yang Mahahidup menunjukkan kepada Dzat yang memiliki sifat hidup yang sempurna, yang mencakup semua sifat-sifat Dzat seperti Maha Mendengar, maha Melihat, Maha Berilmu, Mahakuasa dan semisalnya. Al-Qayyuum Yang Maha Berdiri sendiri, Dialah yang tegak dengan kesendirian-Nya dan Yang Menegakkan yang lain. Sifat ini mencakup seluruh perbuatan yang dikerjakan oleh Rabbul Alamin, seperti istiwaa(bersemayam), nuzul (turun ke langit bumi pada sepertiga malam terakhir*), kalam (Berfirman), mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, dan segala bentuk pengaturan. Semua itu tercakup dalam asma-Nya, al-Qayyuum. Oleh karena itu sebagian ulama berkata, “Dua nama ini adalah asma Allah yang paling agung . Jika dipanggil dengan menyebut asma ini, niscaya Dia akan menjawab dan jika meminta dengan menyebut nama-Nya ini, niscaya Dia akan memberi.” Di antara bentuk kesempurnaan sifat hidup dan berdiri sendiri-Nya ini ialah Dia tidak tersentuh oleh kantuk dan tidur. Milik-Nyalah segala yang ada di langit dan di bumi. Dialah yang memiliki, sedangkan selain-Nya adalah yang dimiliki. Dialah Yang Maha Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Maha Pengatur, sedangkan selain-Nya adalah diciptakan, diberi rizki dan diatur.
  • 24. Mereka tidak memiliki sedikit pun, walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi), sesuatu yang berada di langit maupun di bumi, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?” Maksudnya tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafaat di sisi-Nya tanpa izin dari-Nya. Syafaat itu seluruhnya hanya milik Allah semata. Akan tetapi, jika Allah berkehendak untuk merahmati siapa pun yang dikehendaki-Nya, Dia akan mengizinkan kepada salah seorang yang dimuliakan-Nya untuk memberikan syafaat kepadanya. Seorang pemberi syafaat tidak akan berani memulai memberi syafaat tanpa izin dari-Nya. Kemudian Allah berfirman, “Dia Maha Mengetahui apa yang berada di hadapan mereka,” yaitu segala sesuatu yang telah berlalu, “dan apa yang berada di belakang mereka,” yaitu apa yang akan terjadi. Ilmu Allah meliputi segala perkara secara rinci, yang permulaan dan yang paling akhir, yang tampak dan yang tersembunyi, yang ghaib maupun yang nyata. Adapun hamba, mereka tidak memiliki hak sedikitpun untuk mengurus hal ini dan tidak memiliki ilmu sedikitpun, kecuali apa yang telah Allah ajarkan kepada mereka. Oleh karena itu Allah berfirman, “…dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi…” Ini menunjukkan kesempurnaan keagungan-Nya dan luasnya kekuasaan-Nya. Kursi-Nya saja sedemikian besar yaitu meliputi langit dan bumi, sementara keduanya ini sangat besar dan sangat banyak pula penghuni keduanya. Kursi bukanlah makhluk Allah yang terbesar, bahkan masih ada lagi yang lebih besar darinya, yaitu ‘Arsy dan juga yang lainnya yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Kebesaran makhluk-makhluk tersebut membuat akal pikiran menjadi bingung dan tiap-tiap pandangan menjadi tumpul, gunung-gunung bergerak, dan orang-orang pandai terangguk-angguk.
  • 25. Bagaimana jika dihadapkan dengan penciptanya? Yang menyertakan pada penciptaannya hikmah dan rahasia yang dikehendaki-Nya. Yang menahan langit dan bumi agar tidak bergerak dengan tanpa merasa lelah dan letih. Oleh karena itu Dia berfirman, “…dan Dia tidak merasa berat dalam menjaga keduanya, dan Dia Mahatinggi…” dengan Dzat-Nya Dia bersemayam di atas ‘Arsy, yang Mahatinggi dengan kekuasaan-Nya terhadap seluruh makhluk, Yang Mahatinggi dengan kekuasaan-Nya karena kesempurnaan sifat-Nya. Mahabesar sehingga menjadi kecil dan remeh kedaulatan para diktator jika dihadapkan dengan kebesaran kekuasaan-Nya, kesombongan raja-raja yang congkak menjadi kecil di samping keagungan-Nya. Mahasuci Dzat yang memiliki kebesaran yang Agung nan tiada tara, Yang menundukkan dan menguasai segala sesuatu.” [Tafsir as-Sa’di hal. 110] *** Disusun ulang dan diringkas dari Keagungan Nilai-Nilai Tauhid dalam Ayat Kursi Bab Kandungan Ayat Kursi, karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr penerbit Pustaka Imam asy-Syafi’I 2007 *Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan, dan siapa yang yang memohon ampun kepadaKu, maka akan Aku ampuni.” [HR. Bukhari: 1145 dan Muslim: 758]