SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
4 Orang yang dilaknat Allah




Allâh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allâh.
Allâh melaknat orang yang mencaci-maki kedua orang- tuanya.
Allâh melaknat orang yang merubah tanda batas tanah (orang lain),
dan Allâh melaknat orang yang melindungi orang yang mengada-adakan perkara baru
dalam agama (bid’ah).

TAKHRIJ HADITS
HR Bukhari di Adabul Mufrad, bab (8) man la’ana Allâh man la’ana walidaih, no. 17.-Muslim, dalam
   Shahih Muslim, kitab al adhahi, no. 3657, 3658, 3659.- An Nasa-I, dalam as Sunan, kitab adh
   dhahaya, no. 4346, dan- Ahmad di berbagai tempat dalam Musnad-nya.

SYARAH HADITS

Di antara nikmat Allâh Ta'ala yang terbesar dan anugerah-Nya yang paling agung, yaitu dijadikannya
kita sebagai kaum Muslimin dan kaum Mukminin yang hanya beribadah kepada-Nya, dan yang
hanya mengikuti Nabi-Nya Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, serta menjadi pemberi kabar gembira
dan pemberi peringatan. Islam adalah agama yang mulia, tegak di atas al-Qur‘an dan Sunnah.
Allâh Ta'ala berfirman dalam al Qur‘an :




Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur‘an,
agar kamu menerangkan kepada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka.
(Qs. an-Nahl/16 : 44)

Al-Qur‘an adalah dzikr, dan Sunnah adalah dzikr, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam:
“Ketahuilah, bahwa aku telah diberi al-Qur‘an dan yang semisal dengannya”.

Al-Qur‘an adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam yang
merupakan mukjizat, dan membacanya terhitung sebagai suatu ibadah. Demikian pula Sunnah
(hadits) Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam adalah wahyu Allâh Ta'ala, seperti yang telah Dia
firmankan :
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al Qur‘an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
(QS an Najm/53 : 3-4)

Dan sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Amru bin ‘Ash radhiyallâhu'anhu, bahwasanya
dia pernah datang kepada Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam sambil bertanya :

“Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya, Anda terkadang berkata dalam keadaan marah dan terkadang
dalam keadaan ridha. Apakah boleh kita menulis semua yang Anda katakan?”

Maka Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab,

”Tulis semuanya, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah yang keluar dariku melainkan
haq (benar),”sambil menunjuk ke arah mulut beliau yang suci.

Hadits Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam adalah tafsir bagi ayat-ayat yang global dalam al-
Qur‘an dan pengkhusus bagi ayat-ayat yang umum, serta pengikat bagi ayat-ayat yang mutlak, dan
dia adalah wahyu Allâh Ta’ala. Di antara wahyu tersebut adalah diberinya Nabi Shallallâhu 'Alaihi
Wasallam jawaami’ul kalim, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan
Muslim, Pent), beliau bersabda :

“Aku diutus dengan jawaami’ul kalim”.

Arti jawaami’ul kalim adalah ucapan singkat, tetapi padat maknanya. Di antara jawaami’ul
kalim tersebut adalah hadits Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam yang merupakan pembahasan
kita sekarang yang tercantum dalam Shahih Muslim, dari seorang sahabat yang mulia dan seorang
khalifah yang mendapat petunjuk, yaitu Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu'anhu, bahwasanya
Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda :




Allâh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allâh.
Allâh melaknat orang yang mencaci-maki kedua orang- tuanya.
Allâh melaknat orang yang merubah tanda batas tanah (orang lain),
dan Allâh melaknat orang yang melindungi orang yang mengada-adakan
perkara baru dalam agama (bid’ah).

Hadits ini amat singkat, namun mengandung banyak perkara yang berharga, karena menjelaskan hak-
hak yang agung, yang menjadi landasan sosial masyarakat muslim. Jika kaum Muslimin telah
mengalami kemunduran, maka dengan mewujudkan hak-hak ini, mereka akan kembali menjadi umat
yang maju di tengah umat-umat yang lain. Di dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang hak
ibadah, hak sunnah, hak nafs (jiwa), dan hak orang lain. Jika kita mau merenungi keempat hak-hak
di atas, maka kita akan mendapatkan hal tersebut telah mencakup semua hak muslim, baik yang
berkaitan dengan dirinya, orang lain, dan yang berkaitan dengan Rabb-nya serta Nabi-Nya
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.

Hak ibadah adalah tauhid yang dijelaskan oleh Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dalam sabda
beliau :

“Allâh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allâh”.

Bagaimana seseorang bisa mengarahkan sembelihan kepada selain Allâh? Sedangkan tindakan
tersebut termasuk ibadah. Dan ibadah adalah sebuah nama yang mencakup hal-hal yang dicintai dan
diridhai oleh Allâh Ta'ala, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang
batin, sebagaimana yang telah Allâh Ta'ala firmankan :




Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku (sesembelihanku),
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allâh, Tuhan semesta alam,
tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku,
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allâh)”.
(QS al-An’am/6 : 162-163)

Menjaga hak tauhid dan ibadah, adalah kewajiban yang harus ditanamkan di dalam hati dan akal
pikiran, lalu diwujudkan dalam amal perbuatan dengan penuh keyakinan, tanpa ada sedikit pun
keraguan. Bagaimana tidak demikian, sedangkan kita tidaklah diciptakan, melainkan hanya untuk
beribadah kepada-Nya saja, sebagaimana firman Allâh Ta'ala :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia,
melainkan supaya mereka menyembahKu.
Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka,
dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allâh,
Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
(QS adz Dzariyaat : 56-58)

Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam sudah mengajarkan kepada sahabat-sahabat beliau yang
masih kecil, dan kepada yang dewasa tentang hak ibadah ini agar ditanamkan dalam hati, dan
tumbuh di dalam akal pikiran serta anggota badan.

Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallâhu'anhu –sepupu Nabi Shallallâhu 'Alaihi
Wasallam- bahwasanya Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam berkata kepadanya :

“Wahai, anak kecil. Aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa perkara. (Yaitu) jagalah Allâh,
maka pasti Allâh menjagamu. Jagalah Allâh, pasti engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika
engkau meminta, maka mintalah kepada Allâh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mintalah
kepada Allâh”.

Maka, tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Allâh. Tidak ada yang berhak dimintai
pertolongan melainkan Allâh. Tidak ada yang berhak dijadikan sumpah melainkan Allâh. Dan tidak
ada yang berhak di-istighasah-i, melainkan Allâh. Tidak ada yang berhak diserahi sesembelihan dan
nadzar, melainkan Allâh.

Tidak boleh bernadzar kepada Nabi, wali maupun siapa saja, meskipun memiliki kedudukan yang
tinggi. Dengan ini, (seorang muslim) bisa menjaga hak ibadah dan tauhidnya.

Kemudian Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda :

“Allâh melaknat orang yang melindungi muhditsan”.

Al-muhdits, adalah orang yang mengada-adakan hal baru dalam agama (bid’ah) dan
yang merubah Sunnah Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Dalam hal ini, terdapat pemeliharaan
terhadap hak Sunnah dan ittiba’ (mengikuti Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam).

Ketika kita mengikrarkan kalimat tauhid Lâ ilaha illallâh Muhammaddur Rasûlullâh,
maka, ucapan ini mengandung hak-hak, kewajiban-kewajiban serta konsekuensi-konsekuensi. Dan
kalimat tersebut, bukan hanya sekedar huruf-huruf yang dirangkai, atau ucapan yang terlepas begitu
saja dari lisan. Tetapi, dengan kalimat inilah berdiri langit dan bumi. Tidak diciptakan manusia,
melainkan untuk mewujudkan kandungan kalimat tersebut. Dan tidaklah diturunkan kitab-kitab
Allâh serta diutus para rasul, melainkan karenanya.

Kalimat Lâ ilaha illallâh, maknanya tidak ada yang berhak disembah dengan
benar, kecuali Allâh. Dan kalimat Muhammaddur Rasûlullâh, maknanya
tidak ada yang berhak diikuti, melainkan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.
Sebaik-baik perkara adalah apa yang disunnahkannya. Dan sejelek-jelek perkara adalah apa yang
beliau tinggalkan (bid’ah, Pent). Tidaklah beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam meninggal
dunia, melainkan beliau telah menjelaskan segala kebaikan kepada kita dan melarang dari segala
kejelekan.

Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban rahimahullâh dalam Shahih-nya dari sahabat Abu Dzar
al-Ghifari radhiyallâhu'anhu bahwasanya dia berkata :

“Tidaklah Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam meninggal dunia, melainkan telah dijelaskan
semuanya kepada kita, sampai-sampai burung yang terbang di udara telah beliau jelaskan kepada kita
ilmunya”.

Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang hak Sunnah yaitu hak Nabi Shallallâhu 'Alaihi
Wasallam. Tidak ada yang berhak diikuti, melainkan Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.
Beliaulah suri tauladan yang baik dan yang sempurna bagi kita; bagaimana tidak, sedangkan Allâh
Ta'ala telah berfirman tentang beliau :




Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu,
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh
dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allâh.
(Qs. al-Ahzab/33 : 21)

Allâh Ta'ala telah menjelaskan, bahwa satu-satunya jalan petunjuk, yang seorang hamba selalu
memohonnya lebih dari sepuluh kali sehari semalam di kala shalat fardhu, sunnah maupun nafilah
(yaitu, Tunjukilah kami jalan yang lurus), adalah dengan mengikuti sunnah Rasûlullâh
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.

Tidak ada jalan yang lurus melainkan dengan mengikuti Sunnah beliau Shallallâhu 'Alaihi
Wasallam, sebagaimana yang telah Allâh Ta'ala firmankan :

"Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk."
(QS an Nuur : 54)

Apabila kalian mengikuti Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, maka kalian akan mendapat
hidayah yang selalu kalian minta kepada Rabb kalian dikala siang dan petang hari. Inilah hak Allâh
Ta'ala, dan inilah hak Rasul-Nya Shallallâhu 'Alaihi Wasallam serta hak agama-Nya.
Maka apakah kita telah menjalankan semua hak-hak ini? Di bagian yang lain dari hadits ini terdapat
peringatan adanya dua kewajiban lain. Yang pertama, yang merupakan urutan kedua dari hadits di
atas, yaitu sabda beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :

“Allâh melaknat orang yang mencela kedua orang tuanya”.

Berbakti kepada kedua orang tua adalah suatu kewajiban dan kita mesti menjadi pemelihara
keduanya dengan baik. Mendo'akan mereka dan menjaga hak-hak mereka, tidak meremehkannya
serta tidak menjadi penyebab engkau mencaci kedua orang tuamu. Hak kedua orang tua, terkadang
bisa secara langsung disia-siakan oleh anak yang durhaka, yaitu dengan mencaci-maki ayah atau
ibunya karena mencari ridha sang istri, hawa nafsu maupun setannya. Dan sangat disesalkan, hal ini
terjadi (di tengah masyarakat kita, Pent).

Adapun yang kedua, secara tidak langsung, yaitu engkau berbuat sesuatu yang menyebabkan orang
lain mencaci-maki kedua orang tuamu. Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda :

“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci-maki kedua orang tuanya,”

Para sahabat bertanya,

”Bagaimana seseorang bisa mencaci-maki kedua orang tuanya?”,

Maka beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab :

“Dia mencaci-maki ayah orang lain, lalu orang lain itu mencaci maki kembali orang tuanya”.

Dan ini (termasuk) di antara arah tujuan syariat, yaitu menutup segala pintu (kejelekan) serta
membendung kerusakan. Engkau tidak boleh berbuat suatu yang mengakibatkan kerusakan yang
besar di kemudian hari. Tetapi amat disayangkan, perkara ini secara global banyak disepelekan oleh
sebagian kaum Muslimin, bahkan oleh Islamiyyin (orang-orang yang bersemangat membela Islam
tanpa bekal ilmu yang benar, Pent). Kita melihat, mereka bersemangat dalam banyak perkara dan
banyak berbuat sesuatu, dan mereka mengira hal tersebut sebagai suatu bentuk hidayah dan
kebenaran, namun hakikatnya tidak seperti itu
Mereka melakukan dengan semangat membara, yang mengakibatkan umat Islam menjadi santapan
lezat bagi umat-umat yang lain, dan menjadikan orang-orang kafir menguasai kaum Muslimin dan
merampas harta kekayaan mereka. Ini termasuk menutup segala pintu kejelekan.

Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam melarang kita mencaci-maki orang tua, maka bagaimana
jika kita melakukannya lebih dari itu? Yaitu mencaci-maki orang tua orang lain, lalu orang tersebut
mencaci-maki kedua orang tua kita? Ini termasuk dosa besar.

Jika kita melaksanakan ketaatan kepada mereka (kedua orang tua) maka ini termasuk menjaga hak
jiwa pribadi (nafs). Adapun meremehkan dan menyia-nyiakan mereka, maka akibat buruknya akan
menimpa dirinya sendiri.

Allâh Ta'ala berfirman, yang artinya :

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
(Qs. Al-Isra’ : 23)

Di dalam ayat ini Allâh Ta'ala menyatukan antara ketaatan kepada kedua orang tua dengan ibadah
hanya kepada-Nya saja, karena didalamnya terdapat unsur pemeliharaan terhadap hak jiwa sendiri,
ayah dan anak. Adapun hak yang terakhir yang disebutkan dalam hadits ini adalah yang berkaitan
dengan hak orang lain.

Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjelaskan dalam hadits ini empat hak yaitu :

1. Hak Allâh

2. Hak Nabi

3. Hak nafs

4. Hak orang lain

Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda :

“Allâh melaknat orang yang merubah tanda batas tanah orang lain”

Maksudnya adalah seseorang yang melanggar hak (tanah) orang lain baik itu tetangganya, kerabat,
saudaranya ataupun orang yang jauh darinya. Barangsiapa yang melanggar hak orang lain meski
kelihatannya sepele, niscaya akan terkena ancaman dalam hadits ini. Jika melanggar hak tanah orang
lain saja yang berkaitan dengan masalah dunia mengakibatkan terlaknat, maka bagaimana kalau
pelanggaran tersebut berkaitan dengan hak yang lebih besar dari itu seperti melanggar kehormatan
atau kemuliaan orang lain dengan menggunjingnya, mengadu domba, berdusta atas namanya ?

Renungkanlah sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :




“Dosa riba yang paling besar adalah
seseorang melanggar kehormatan saudaranya muslim”

Yaitu dengan menggunjingnya, berdusta atas namanya, berburuk sangka kepadanya atau dengan
mengadu domba antara dia dengan orang lain. Semua ini terlarang dan merupakan sebab
perampasan hak orang lain dan termasuk dosa besar.
Jika kita mengetahui sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :

“Satu dirham (hasil) riba yang dimakan oleh seseorang yang tahu (hukum-nya, pent) lebih besar
dosanya di sisi Allâh dari pada 36 kedustaan”

Apabila ini tingkat paling rendah akibat harta riba, maka bagaimana dengan riba yang paling besar ?
Ini semua dalam rangka menjaga hak-hak orang lain baik kerabat maupun orang yang jauh.

Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam ketika berpesan kepada Mu’adz bin Jabal, beliau bersabda :

“Dan pergauli manusia dengan akhlak yang baik”

Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam tidak mengatakan (pergaulilah) orang-orang mukmin atau
muslimin atau yang berpuasa saja atau orang-orang shalih atau shadiqin saja, tapi beliau malah
mengatakan (pergaulilah manusia) maksudnya semua manusia baik dia mukmin atau kafir, shaleh
atau thaleh. Karena dengan akhlak yang mulia disertai pemeliharaan terhadap hak pribadi dan hak
orang lain, kita dapat mengambil hati orang lain sehingga kita bisa menyerunya (kepada
kebenaran).

Sumber : khutbah Jum’at Syaikh Ali bin Hasan al Halabi al Atsari di Masjid al-Akbar
Surabaya, 18 Muharram 1427H bertepatan 17 Februari 2006.

More Related Content

What's hot

KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)Islamhouse.com
 
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1 Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1 Alvie Messi
 
Bacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBob Arrio
 
Pengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’atPengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’atVarli Arsol
 
Kewajiban menjaga shalat lima waktu
Kewajiban menjaga shalat lima waktuKewajiban menjaga shalat lima waktu
Kewajiban menjaga shalat lima waktuRisou Kun
 
Kesempurnaan iman
Kesempurnaan imanKesempurnaan iman
Kesempurnaan imanMas Jalal
 
Tafsir Surah al-Fatihah
Tafsir Surah al-FatihahTafsir Surah al-Fatihah
Tafsir Surah al-FatihahIdrus Abidin
 
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.Idrus Abidin
 
Tauhid rububiyyah dan uluhiyyah
Tauhid rububiyyah dan  uluhiyyah Tauhid rububiyyah dan  uluhiyyah
Tauhid rububiyyah dan uluhiyyah Alvie Messi
 
Meski Didzalimi Tetapi Berpahala
Meski Didzalimi Tetapi BerpahalaMeski Didzalimi Tetapi Berpahala
Meski Didzalimi Tetapi Berpahalatundungmemolo
 
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 2
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 2Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 2
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 2Alvie Messi
 

What's hot (18)

KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
KITAB TAUHID Hak Allah Atas Hamba (KITAB TAUHID)
 
Dalil syara (2)
Dalil syara (2)Dalil syara (2)
Dalil syara (2)
 
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1 Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 1
 
Tafsir surat al 'ashr
Tafsir surat al 'ashrTafsir surat al 'ashr
Tafsir surat al 'ashr
 
Bacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyah
 
Pengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’atPengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’at
 
Kewajiban menjaga shalat lima waktu
Kewajiban menjaga shalat lima waktuKewajiban menjaga shalat lima waktu
Kewajiban menjaga shalat lima waktu
 
Shodaqoh
ShodaqohShodaqoh
Shodaqoh
 
Kesempurnaan iman
Kesempurnaan imanKesempurnaan iman
Kesempurnaan iman
 
Tafsir Surah al-Fatihah
Tafsir Surah al-FatihahTafsir Surah al-Fatihah
Tafsir Surah al-Fatihah
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Adab Terhadap Al Qur'an
Adab Terhadap Al Qur'anAdab Terhadap Al Qur'an
Adab Terhadap Al Qur'an
 
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
 
Bidaah
BidaahBidaah
Bidaah
 
Tauhid rububiyyah dan uluhiyyah
Tauhid rububiyyah dan  uluhiyyah Tauhid rububiyyah dan  uluhiyyah
Tauhid rububiyyah dan uluhiyyah
 
Meski Didzalimi Tetapi Berpahala
Meski Didzalimi Tetapi BerpahalaMeski Didzalimi Tetapi Berpahala
Meski Didzalimi Tetapi Berpahala
 
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 2
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 2Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 2
Mengkaji surah al lahab dan an-nasr 2
 
Istiqomah 2
Istiqomah 2Istiqomah 2
Istiqomah 2
 

Similar to 4 orang yang dilaknat allah

Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Khoirun Nisa
 
Keutamaan berdzikir laa ilaaha illallah
Keutamaan berdzikir laa ilaaha illallahKeutamaan berdzikir laa ilaaha illallah
Keutamaan berdzikir laa ilaaha illallahErman Hidayat
 
KEAGUNGAN NABI DAN HAK-HAKNYA YANG HARUS KITA TUNAIKAN (1).pptx
KEAGUNGAN NABI DAN HAK-HAKNYA YANG HARUS KITA TUNAIKAN (1).pptxKEAGUNGAN NABI DAN HAK-HAKNYA YANG HARUS KITA TUNAIKAN (1).pptx
KEAGUNGAN NABI DAN HAK-HAKNYA YANG HARUS KITA TUNAIKAN (1).pptxRobbRobyansyah
 
Akhlaq muslim sejati
Akhlaq muslim sejatiAkhlaq muslim sejati
Akhlaq muslim sejatiSlight Hope
 
Al wajiz fi manhajis salaf
Al wajiz fi manhajis salafAl wajiz fi manhajis salaf
Al wajiz fi manhajis salafArdian DP
 
Alwajiz fil manhaj
Alwajiz fil manhajAlwajiz fil manhaj
Alwajiz fil manhajArdian DP
 
Apakah kita merayakan maulid nabi
Apakah kita merayakan maulid nabiApakah kita merayakan maulid nabi
Apakah kita merayakan maulid nabiArdian DP
 
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27Ustadz Ahmad Ridwan
 
Tawasul kepada allah
Tawasul kepada allahTawasul kepada allah
Tawasul kepada allahAki Untol
 

Similar to 4 orang yang dilaknat allah (20)

Berlaku istiqomah
Berlaku istiqomahBerlaku istiqomah
Berlaku istiqomah
 
Berlaku istiqomah
Berlaku istiqomahBerlaku istiqomah
Berlaku istiqomah
 
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
 
Keutamaan berdzikir laa ilaaha illallah
Keutamaan berdzikir laa ilaaha illallahKeutamaan berdzikir laa ilaaha illallah
Keutamaan berdzikir laa ilaaha illallah
 
KEAGUNGAN NABI DAN HAK-HAKNYA YANG HARUS KITA TUNAIKAN (1).pptx
KEAGUNGAN NABI DAN HAK-HAKNYA YANG HARUS KITA TUNAIKAN (1).pptxKEAGUNGAN NABI DAN HAK-HAKNYA YANG HARUS KITA TUNAIKAN (1).pptx
KEAGUNGAN NABI DAN HAK-HAKNYA YANG HARUS KITA TUNAIKAN (1).pptx
 
Akhlaq muslim sejati
Akhlaq muslim sejatiAkhlaq muslim sejati
Akhlaq muslim sejati
 
Idul adha 2014
Idul adha 2014Idul adha 2014
Idul adha 2014
 
Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)
 
TIGA LANDASAN UTAMA
TIGA LANDASAN UTAMATIGA LANDASAN UTAMA
TIGA LANDASAN UTAMA
 
Tauhid
TauhidTauhid
Tauhid
 
Tafsir surat al
Tafsir surat alTafsir surat al
Tafsir surat al
 
Al wajiz fi manhajis salaf
Al wajiz fi manhajis salafAl wajiz fi manhajis salaf
Al wajiz fi manhajis salaf
 
Alwajiz fil manhaj
Alwajiz fil manhajAlwajiz fil manhaj
Alwajiz fil manhaj
 
Apakah kita merayakan maulid nabi
Apakah kita merayakan maulid nabiApakah kita merayakan maulid nabi
Apakah kita merayakan maulid nabi
 
Hadist
HadistHadist
Hadist
 
Ayat dakwah
Ayat dakwahAyat dakwah
Ayat dakwah
 
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27
 
Tawasul kepada allah
Tawasul kepada allahTawasul kepada allah
Tawasul kepada allah
 
Syahadatain
SyahadatainSyahadatain
Syahadatain
 
Tabarruk
TabarrukTabarruk
Tabarruk
 

More from Abyanuddin Salam

Tentang Fenomena Hudutsnya Alam Semesta_Said Hawwa.pdf
Tentang Fenomena Hudutsnya Alam Semesta_Said Hawwa.pdfTentang Fenomena Hudutsnya Alam Semesta_Said Hawwa.pdf
Tentang Fenomena Hudutsnya Alam Semesta_Said Hawwa.pdfAbyanuddin Salam
 
TAWAKAL 229 - IBUMU IBUMU.docx
TAWAKAL 229 - IBUMU IBUMU.docxTAWAKAL 229 - IBUMU IBUMU.docx
TAWAKAL 229 - IBUMU IBUMU.docxAbyanuddin Salam
 
TAWAKAL 235 DZIKIR-DZIKIR YANG LAUR BIASA KASIATNYA.pdf
TAWAKAL 235 DZIKIR-DZIKIR YANG LAUR BIASA KASIATNYA.pdfTAWAKAL 235 DZIKIR-DZIKIR YANG LAUR BIASA KASIATNYA.pdf
TAWAKAL 235 DZIKIR-DZIKIR YANG LAUR BIASA KASIATNYA.pdfAbyanuddin Salam
 
TAWAKAL 231 AQIDAH DAN AKHLAQ JAHILIYYAH.pdf
TAWAKAL 231 AQIDAH DAN AKHLAQ JAHILIYYAH.pdfTAWAKAL 231 AQIDAH DAN AKHLAQ JAHILIYYAH.pdf
TAWAKAL 231 AQIDAH DAN AKHLAQ JAHILIYYAH.pdfAbyanuddin Salam
 
Tawakal 216 akhlaq agung dan kelembutan nabi saw.
Tawakal 216 akhlaq agung dan kelembutan nabi saw.Tawakal 216 akhlaq agung dan kelembutan nabi saw.
Tawakal 216 akhlaq agung dan kelembutan nabi saw.Abyanuddin Salam
 
Tawakal 212 tiada azab tanpa kedurhakaan
Tawakal 212 tiada azab tanpa kedurhakaanTawakal 212 tiada azab tanpa kedurhakaan
Tawakal 212 tiada azab tanpa kedurhakaanAbyanuddin Salam
 
Wanita wanita yang haram dinikahi
Wanita wanita yang haram dinikahiWanita wanita yang haram dinikahi
Wanita wanita yang haram dinikahiAbyanuddin Salam
 
Cara berfikir orang dzalim
Cara berfikir orang dzalimCara berfikir orang dzalim
Cara berfikir orang dzalimAbyanuddin Salam
 
Hadits tentang Khadijah,Aisyah,Fathimah
Hadits tentang Khadijah,Aisyah,FathimahHadits tentang Khadijah,Aisyah,Fathimah
Hadits tentang Khadijah,Aisyah,FathimahAbyanuddin Salam
 
Makanan halal dan haram dalam Islam
Makanan halal dan haram dalam IslamMakanan halal dan haram dalam Islam
Makanan halal dan haram dalam IslamAbyanuddin Salam
 

More from Abyanuddin Salam (20)

Tentang Fenomena Hudutsnya Alam Semesta_Said Hawwa.pdf
Tentang Fenomena Hudutsnya Alam Semesta_Said Hawwa.pdfTentang Fenomena Hudutsnya Alam Semesta_Said Hawwa.pdf
Tentang Fenomena Hudutsnya Alam Semesta_Said Hawwa.pdf
 
TAWAKAL 229 - IBUMU IBUMU.docx
TAWAKAL 229 - IBUMU IBUMU.docxTAWAKAL 229 - IBUMU IBUMU.docx
TAWAKAL 229 - IBUMU IBUMU.docx
 
TAWAKAL 235 DZIKIR-DZIKIR YANG LAUR BIASA KASIATNYA.pdf
TAWAKAL 235 DZIKIR-DZIKIR YANG LAUR BIASA KASIATNYA.pdfTAWAKAL 235 DZIKIR-DZIKIR YANG LAUR BIASA KASIATNYA.pdf
TAWAKAL 235 DZIKIR-DZIKIR YANG LAUR BIASA KASIATNYA.pdf
 
TAWAKAL 231 AQIDAH DAN AKHLAQ JAHILIYYAH.pdf
TAWAKAL 231 AQIDAH DAN AKHLAQ JAHILIYYAH.pdfTAWAKAL 231 AQIDAH DAN AKHLAQ JAHILIYYAH.pdf
TAWAKAL 231 AQIDAH DAN AKHLAQ JAHILIYYAH.pdf
 
Peristiwa hari akhir
Peristiwa hari akhirPeristiwa hari akhir
Peristiwa hari akhir
 
Tawakal 216 akhlaq agung dan kelembutan nabi saw.
Tawakal 216 akhlaq agung dan kelembutan nabi saw.Tawakal 216 akhlaq agung dan kelembutan nabi saw.
Tawakal 216 akhlaq agung dan kelembutan nabi saw.
 
Tawakal 212 tiada azab tanpa kedurhakaan
Tawakal 212 tiada azab tanpa kedurhakaanTawakal 212 tiada azab tanpa kedurhakaan
Tawakal 212 tiada azab tanpa kedurhakaan
 
Wanita wanita yang haram dinikahi
Wanita wanita yang haram dinikahiWanita wanita yang haram dinikahi
Wanita wanita yang haram dinikahi
 
Introspeksi diri
Introspeksi diriIntrospeksi diri
Introspeksi diri
 
Membina keluarga
Membina keluargaMembina keluarga
Membina keluarga
 
Anak sholeh
Anak sholehAnak sholeh
Anak sholeh
 
Cara berfikir orang dzalim
Cara berfikir orang dzalimCara berfikir orang dzalim
Cara berfikir orang dzalim
 
Hati2
Hati2Hati2
Hati2
 
Hadits tentang Khadijah,Aisyah,Fathimah
Hadits tentang Khadijah,Aisyah,FathimahHadits tentang Khadijah,Aisyah,Fathimah
Hadits tentang Khadijah,Aisyah,Fathimah
 
Hukum oral seks
Hukum oral seksHukum oral seks
Hukum oral seks
 
Food ingredient numbers
Food ingredient numbersFood ingredient numbers
Food ingredient numbers
 
Pemimpin dalam Islam
Pemimpin dalam IslamPemimpin dalam Islam
Pemimpin dalam Islam
 
Hati yang bersih
Hati yang bersihHati yang bersih
Hati yang bersih
 
Makanan halal dan haram dalam Islam
Makanan halal dan haram dalam IslamMakanan halal dan haram dalam Islam
Makanan halal dan haram dalam Islam
 
Tentang Adopsi Anak
Tentang Adopsi AnakTentang Adopsi Anak
Tentang Adopsi Anak
 

Recently uploaded

Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 

Recently uploaded (7)

Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 

4 orang yang dilaknat allah

  • 1. 4 Orang yang dilaknat Allah Allâh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allâh. Allâh melaknat orang yang mencaci-maki kedua orang- tuanya. Allâh melaknat orang yang merubah tanda batas tanah (orang lain), dan Allâh melaknat orang yang melindungi orang yang mengada-adakan perkara baru dalam agama (bid’ah). TAKHRIJ HADITS HR Bukhari di Adabul Mufrad, bab (8) man la’ana Allâh man la’ana walidaih, no. 17.-Muslim, dalam Shahih Muslim, kitab al adhahi, no. 3657, 3658, 3659.- An Nasa-I, dalam as Sunan, kitab adh dhahaya, no. 4346, dan- Ahmad di berbagai tempat dalam Musnad-nya. SYARAH HADITS Di antara nikmat Allâh Ta'ala yang terbesar dan anugerah-Nya yang paling agung, yaitu dijadikannya kita sebagai kaum Muslimin dan kaum Mukminin yang hanya beribadah kepada-Nya, dan yang hanya mengikuti Nabi-Nya Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, serta menjadi pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Islam adalah agama yang mulia, tegak di atas al-Qur‘an dan Sunnah. Allâh Ta'ala berfirman dalam al Qur‘an : Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur‘an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. (Qs. an-Nahl/16 : 44) Al-Qur‘an adalah dzikr, dan Sunnah adalah dzikr, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam: “Ketahuilah, bahwa aku telah diberi al-Qur‘an dan yang semisal dengannya”. Al-Qur‘an adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam yang merupakan mukjizat, dan membacanya terhitung sebagai suatu ibadah. Demikian pula Sunnah (hadits) Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam adalah wahyu Allâh Ta'ala, seperti yang telah Dia firmankan :
  • 2. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al Qur‘an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS an Najm/53 : 3-4) Dan sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Amru bin ‘Ash radhiyallâhu'anhu, bahwasanya dia pernah datang kepada Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam sambil bertanya : “Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya, Anda terkadang berkata dalam keadaan marah dan terkadang dalam keadaan ridha. Apakah boleh kita menulis semua yang Anda katakan?” Maka Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab, ”Tulis semuanya, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah yang keluar dariku melainkan haq (benar),”sambil menunjuk ke arah mulut beliau yang suci. Hadits Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam adalah tafsir bagi ayat-ayat yang global dalam al- Qur‘an dan pengkhusus bagi ayat-ayat yang umum, serta pengikat bagi ayat-ayat yang mutlak, dan dia adalah wahyu Allâh Ta’ala. Di antara wahyu tersebut adalah diberinya Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam jawaami’ul kalim, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim, Pent), beliau bersabda : “Aku diutus dengan jawaami’ul kalim”. Arti jawaami’ul kalim adalah ucapan singkat, tetapi padat maknanya. Di antara jawaami’ul kalim tersebut adalah hadits Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam yang merupakan pembahasan kita sekarang yang tercantum dalam Shahih Muslim, dari seorang sahabat yang mulia dan seorang khalifah yang mendapat petunjuk, yaitu Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu'anhu, bahwasanya Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda : Allâh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allâh. Allâh melaknat orang yang mencaci-maki kedua orang- tuanya. Allâh melaknat orang yang merubah tanda batas tanah (orang lain), dan Allâh melaknat orang yang melindungi orang yang mengada-adakan perkara baru dalam agama (bid’ah). Hadits ini amat singkat, namun mengandung banyak perkara yang berharga, karena menjelaskan hak- hak yang agung, yang menjadi landasan sosial masyarakat muslim. Jika kaum Muslimin telah
  • 3. mengalami kemunduran, maka dengan mewujudkan hak-hak ini, mereka akan kembali menjadi umat yang maju di tengah umat-umat yang lain. Di dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang hak ibadah, hak sunnah, hak nafs (jiwa), dan hak orang lain. Jika kita mau merenungi keempat hak-hak di atas, maka kita akan mendapatkan hal tersebut telah mencakup semua hak muslim, baik yang berkaitan dengan dirinya, orang lain, dan yang berkaitan dengan Rabb-nya serta Nabi-Nya Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Hak ibadah adalah tauhid yang dijelaskan oleh Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dalam sabda beliau : “Allâh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allâh”. Bagaimana seseorang bisa mengarahkan sembelihan kepada selain Allâh? Sedangkan tindakan tersebut termasuk ibadah. Dan ibadah adalah sebuah nama yang mencakup hal-hal yang dicintai dan diridhai oleh Allâh Ta'ala, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin, sebagaimana yang telah Allâh Ta'ala firmankan : Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku (sesembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allâh, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allâh)”. (QS al-An’am/6 : 162-163) Menjaga hak tauhid dan ibadah, adalah kewajiban yang harus ditanamkan di dalam hati dan akal pikiran, lalu diwujudkan dalam amal perbuatan dengan penuh keyakinan, tanpa ada sedikit pun keraguan. Bagaimana tidak demikian, sedangkan kita tidaklah diciptakan, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Nya saja, sebagaimana firman Allâh Ta'ala :
  • 4. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allâh, Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS adz Dzariyaat : 56-58) Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam sudah mengajarkan kepada sahabat-sahabat beliau yang masih kecil, dan kepada yang dewasa tentang hak ibadah ini agar ditanamkan dalam hati, dan tumbuh di dalam akal pikiran serta anggota badan. Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallâhu'anhu –sepupu Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam- bahwasanya Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam berkata kepadanya : “Wahai, anak kecil. Aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa perkara. (Yaitu) jagalah Allâh, maka pasti Allâh menjagamu. Jagalah Allâh, pasti engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allâh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mintalah kepada Allâh”. Maka, tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Allâh. Tidak ada yang berhak dimintai pertolongan melainkan Allâh. Tidak ada yang berhak dijadikan sumpah melainkan Allâh. Dan tidak ada yang berhak di-istighasah-i, melainkan Allâh. Tidak ada yang berhak diserahi sesembelihan dan nadzar, melainkan Allâh. Tidak boleh bernadzar kepada Nabi, wali maupun siapa saja, meskipun memiliki kedudukan yang tinggi. Dengan ini, (seorang muslim) bisa menjaga hak ibadah dan tauhidnya. Kemudian Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Allâh melaknat orang yang melindungi muhditsan”. Al-muhdits, adalah orang yang mengada-adakan hal baru dalam agama (bid’ah) dan yang merubah Sunnah Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Dalam hal ini, terdapat pemeliharaan terhadap hak Sunnah dan ittiba’ (mengikuti Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam). Ketika kita mengikrarkan kalimat tauhid Lâ ilaha illallâh Muhammaddur Rasûlullâh, maka, ucapan ini mengandung hak-hak, kewajiban-kewajiban serta konsekuensi-konsekuensi. Dan kalimat tersebut, bukan hanya sekedar huruf-huruf yang dirangkai, atau ucapan yang terlepas begitu saja dari lisan. Tetapi, dengan kalimat inilah berdiri langit dan bumi. Tidak diciptakan manusia, melainkan untuk mewujudkan kandungan kalimat tersebut. Dan tidaklah diturunkan kitab-kitab Allâh serta diutus para rasul, melainkan karenanya. Kalimat Lâ ilaha illallâh, maknanya tidak ada yang berhak disembah dengan
  • 5. benar, kecuali Allâh. Dan kalimat Muhammaddur Rasûlullâh, maknanya tidak ada yang berhak diikuti, melainkan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Sebaik-baik perkara adalah apa yang disunnahkannya. Dan sejelek-jelek perkara adalah apa yang beliau tinggalkan (bid’ah, Pent). Tidaklah beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam meninggal dunia, melainkan beliau telah menjelaskan segala kebaikan kepada kita dan melarang dari segala kejelekan. Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban rahimahullâh dalam Shahih-nya dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallâhu'anhu bahwasanya dia berkata : “Tidaklah Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam meninggal dunia, melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kita, sampai-sampai burung yang terbang di udara telah beliau jelaskan kepada kita ilmunya”. Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang hak Sunnah yaitu hak Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Tidak ada yang berhak diikuti, melainkan Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Beliaulah suri tauladan yang baik dan yang sempurna bagi kita; bagaimana tidak, sedangkan Allâh Ta'ala telah berfirman tentang beliau : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allâh. (Qs. al-Ahzab/33 : 21) Allâh Ta'ala telah menjelaskan, bahwa satu-satunya jalan petunjuk, yang seorang hamba selalu memohonnya lebih dari sepuluh kali sehari semalam di kala shalat fardhu, sunnah maupun nafilah (yaitu, Tunjukilah kami jalan yang lurus), adalah dengan mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Tidak ada jalan yang lurus melainkan dengan mengikuti Sunnah beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, sebagaimana yang telah Allâh Ta'ala firmankan : "Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk." (QS an Nuur : 54) Apabila kalian mengikuti Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, maka kalian akan mendapat hidayah yang selalu kalian minta kepada Rabb kalian dikala siang dan petang hari. Inilah hak Allâh Ta'ala, dan inilah hak Rasul-Nya Shallallâhu 'Alaihi Wasallam serta hak agama-Nya.
  • 6. Maka apakah kita telah menjalankan semua hak-hak ini? Di bagian yang lain dari hadits ini terdapat peringatan adanya dua kewajiban lain. Yang pertama, yang merupakan urutan kedua dari hadits di atas, yaitu sabda beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam : “Allâh melaknat orang yang mencela kedua orang tuanya”. Berbakti kepada kedua orang tua adalah suatu kewajiban dan kita mesti menjadi pemelihara keduanya dengan baik. Mendo'akan mereka dan menjaga hak-hak mereka, tidak meremehkannya serta tidak menjadi penyebab engkau mencaci kedua orang tuamu. Hak kedua orang tua, terkadang bisa secara langsung disia-siakan oleh anak yang durhaka, yaitu dengan mencaci-maki ayah atau ibunya karena mencari ridha sang istri, hawa nafsu maupun setannya. Dan sangat disesalkan, hal ini terjadi (di tengah masyarakat kita, Pent). Adapun yang kedua, secara tidak langsung, yaitu engkau berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain mencaci-maki kedua orang tuamu. Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda : “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci-maki kedua orang tuanya,” Para sahabat bertanya, ”Bagaimana seseorang bisa mencaci-maki kedua orang tuanya?”, Maka beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab : “Dia mencaci-maki ayah orang lain, lalu orang lain itu mencaci maki kembali orang tuanya”. Dan ini (termasuk) di antara arah tujuan syariat, yaitu menutup segala pintu (kejelekan) serta membendung kerusakan. Engkau tidak boleh berbuat suatu yang mengakibatkan kerusakan yang besar di kemudian hari. Tetapi amat disayangkan, perkara ini secara global banyak disepelekan oleh sebagian kaum Muslimin, bahkan oleh Islamiyyin (orang-orang yang bersemangat membela Islam tanpa bekal ilmu yang benar, Pent). Kita melihat, mereka bersemangat dalam banyak perkara dan banyak berbuat sesuatu, dan mereka mengira hal tersebut sebagai suatu bentuk hidayah dan kebenaran, namun hakikatnya tidak seperti itu Mereka melakukan dengan semangat membara, yang mengakibatkan umat Islam menjadi santapan lezat bagi umat-umat yang lain, dan menjadikan orang-orang kafir menguasai kaum Muslimin dan merampas harta kekayaan mereka. Ini termasuk menutup segala pintu kejelekan. Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam melarang kita mencaci-maki orang tua, maka bagaimana jika kita melakukannya lebih dari itu? Yaitu mencaci-maki orang tua orang lain, lalu orang tersebut mencaci-maki kedua orang tua kita? Ini termasuk dosa besar. Jika kita melaksanakan ketaatan kepada mereka (kedua orang tua) maka ini termasuk menjaga hak jiwa pribadi (nafs). Adapun meremehkan dan menyia-nyiakan mereka, maka akibat buruknya akan
  • 7. menimpa dirinya sendiri. Allâh Ta'ala berfirman, yang artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (Qs. Al-Isra’ : 23) Di dalam ayat ini Allâh Ta'ala menyatukan antara ketaatan kepada kedua orang tua dengan ibadah hanya kepada-Nya saja, karena didalamnya terdapat unsur pemeliharaan terhadap hak jiwa sendiri, ayah dan anak. Adapun hak yang terakhir yang disebutkan dalam hadits ini adalah yang berkaitan dengan hak orang lain. Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjelaskan dalam hadits ini empat hak yaitu : 1. Hak Allâh 2. Hak Nabi 3. Hak nafs 4. Hak orang lain Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Allâh melaknat orang yang merubah tanda batas tanah orang lain” Maksudnya adalah seseorang yang melanggar hak (tanah) orang lain baik itu tetangganya, kerabat, saudaranya ataupun orang yang jauh darinya. Barangsiapa yang melanggar hak orang lain meski kelihatannya sepele, niscaya akan terkena ancaman dalam hadits ini. Jika melanggar hak tanah orang lain saja yang berkaitan dengan masalah dunia mengakibatkan terlaknat, maka bagaimana kalau pelanggaran tersebut berkaitan dengan hak yang lebih besar dari itu seperti melanggar kehormatan atau kemuliaan orang lain dengan menggunjingnya, mengadu domba, berdusta atas namanya ? Renungkanlah sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam : “Dosa riba yang paling besar adalah seseorang melanggar kehormatan saudaranya muslim” Yaitu dengan menggunjingnya, berdusta atas namanya, berburuk sangka kepadanya atau dengan mengadu domba antara dia dengan orang lain. Semua ini terlarang dan merupakan sebab perampasan hak orang lain dan termasuk dosa besar.
  • 8. Jika kita mengetahui sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam : “Satu dirham (hasil) riba yang dimakan oleh seseorang yang tahu (hukum-nya, pent) lebih besar dosanya di sisi Allâh dari pada 36 kedustaan” Apabila ini tingkat paling rendah akibat harta riba, maka bagaimana dengan riba yang paling besar ? Ini semua dalam rangka menjaga hak-hak orang lain baik kerabat maupun orang yang jauh. Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam ketika berpesan kepada Mu’adz bin Jabal, beliau bersabda : “Dan pergauli manusia dengan akhlak yang baik” Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam tidak mengatakan (pergaulilah) orang-orang mukmin atau muslimin atau yang berpuasa saja atau orang-orang shalih atau shadiqin saja, tapi beliau malah mengatakan (pergaulilah manusia) maksudnya semua manusia baik dia mukmin atau kafir, shaleh atau thaleh. Karena dengan akhlak yang mulia disertai pemeliharaan terhadap hak pribadi dan hak orang lain, kita dapat mengambil hati orang lain sehingga kita bisa menyerunya (kepada kebenaran). Sumber : khutbah Jum’at Syaikh Ali bin Hasan al Halabi al Atsari di Masjid al-Akbar Surabaya, 18 Muharram 1427H bertepatan 17 Februari 2006.