Ringkasan dokumen kritikal review artikel tentang hubungan antara tata kelola perusahaan, kualitas pelaporan, dan nilai perusahaan berdasarkan data perusahaan-perusahaan terdaftar di Bursa Efek Jakarta adalah sebagai berikut:
Penelitian menguji hubungan antara skor tata kelola perusahaan dan kualitas pelaporan dengan nilai perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan berhubungan
1. CRITICAL REVIEW:
CORPORATE GOVERNANCE, REPORTING QUALITY, AND FIRM VALUE:
EVIDENCE FROM INDONESIA
(Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Matakuliah Metodologi Penelitian Positif)
Oleh:
1. Citra (146020300111006)
2. Rendy Mirwan Aspirandi (146020300111007)
3. Mohamad Anwar Thalib (146020300111008)
4. Sri Apriyanti Husain (146020300111009)
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
2. CORPORATE GOVERNANCE, REPORTING QUALITY, AND FIRM VALUE:
EVIDENCE FROM INDONESIA
Tulisan ini merupakan critical review terhadap artikel yang berjudul Corporate Governance,
Reporting Quality, and Firm Value: Evidence From Indonesia. Artikel ini ditulis oleh
Ferdinand Siagian, Sylvia V. Siregar, dan Yan Rahadian. Jurnal ini merupakan terbitan dari
Journal of Accounting in Emerging Economies, Vol. 3, No. 1, Tahun 2013, halaman 4-20,
dan dipublikasikan oleh Emerald Group.
PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tata kelola perusahaan dan kualitas pelaporan
berkaitan dengan nilai perusahaan. Peneliti menguji hubungan antara skor Corporate
Governance Indeks (CGI) perusahaan dan nilai perusahaan dengan menggunakan nilai Price-
to-Book Value (PBV), Tobin’s Q, dan Return on Asset (ROA). Selain itu, peneliti juga
menyelidiki hubungan antara perusahaan yang melaporkan skor indeks kualitas (RQI) dan
nilai perusahaan.
Penelitian ini berangkat dari permasalahan bahwa pasca krisis keuangan yang terjadi
pada tahun 1997 dan 1998, mengakibatkan pemerintah Indonesia melakukan beberapa upaya
untuk meningkatkan tata kelola perusahaan dan kualitas pelaporan. Hal ini dibuktikan oleh
BAPEPAM, selaku otoritas pasar modal yang mempromosikan tata kelola perusahaan dengan
mewajibkan anggota dewan independen dan komite audit yang diketuai oleh direktur
independen (Siagian dan Tresnaningsih, 2011). Kemudian, pada tahun 2002 BAPEPAM
mengeluarkan P3LKE yang memberikan panduan tentang apa yang harus dilaporkan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan kualitas laporan keuangan
yang dilaporkan kepada publik.
Adanya pemisahan kepemilikan dan kontrol menciptakan agency problem dalam
perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976; Fama dan Jensen, 1983). Akibatnya, manajer dapat
mengambil tindakan yang tidak baik untuk kepentingan para pemegang saham. Selain itu,
para manajer memiliki informasi yang lebih baik tentang perusahaan daripada pemegang
saham sehingga akan menimbulkan asimetri informasi. Oleh karena itu, pemerintah telah
mengeluarkan serangkaian mekanisme tata kelola perusahaan yang dapat diimplementasikan.
Tujuannya, untuk memastikan bahwa manajer akan bertindak demi kepentingan yang terbaik
bagi para pemegang saham. Tata kelola perusahaan dapat memaksa manajer untuk
3. mengungkapkan informasi penting sehingga asimetri informasi antara manajer dan pemegang
saham dapat diminimalkan. Sehingga, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dan memiliki
lebih banyak pengungkapan akan mengurangi agency problem dan akan memiliki nilai yang
lebih tinggi.
Untuk menguji hipotesis tersebut, peneliti mengembangkan dua indeks. Indeks pertama
adalah CGI yang digunakan untuk mengukur implementasi tata kelola perusahaan di
perusahaan publik. Indeks ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu hak pemegang saham,
perlakuan yang sama dari pemegang saham, peran stakeholder, pengungkapan dan
transparansi, dan tanggung jawab dewan. Indeks kedua adalah pelaporan dan pengungkapan
indeks (RQI) yang dikembangkan untuk mengukur kepatuhan perusahaan terhadap Pedoman
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten (P3LKE) yang dikeluarkan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal Indonesia (BAPEPAM). Penelitian ini menganggap
perusahaan yang mematuhi P3LKE merupakan perusahaan yang memiliki laporan berkualitas
tinggi.
Penelitian ini menggunakan sampel dari 125 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Adapun
hasil penelitian ini adalah tata kelola perusahaan berhubungan positif dengan nilai perusahaan
yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan skor CGI yang lebih tinggi memiliki nilai yang
lebih tinggi. Hasil ini konsisten untuk semua tiga proksi nilai perusahaan yang digunakan.
Selain itu, hasil penelitian menunjukan bahwa nilai RQI berhubungan negatif dengan semua
proxy untuk nilai perusahaan sehingga tidak mendukung hipotesis peneliti bahwa terdapat
hubungan positif antara kualitas pelaporan dan nilai perusahaan. Untuk itu, disarankan
penelitian lebih lanjut untuk meneliti mengapa perusahaan bernilai tinggi mengungkapkan
sedikit informasi, sesuai dengan P3LKE tersebut.
Sementara kontribusi dari penelitian ini adalah dapat dijadikan literatur terkait
penggunaan CGI di Indonesia, sebab penelitian CGI masih jarang dilakukan karena indeks
tersebut untuk perusahaan publik tidak tersedia. Jika dibandingkan penelitian lain yang
menggunakan proxy lain untuk kualitas pelaporan seperti manajemen laba atau akrual
diskresioner (Xie et al., 2003), konservatisme (Mayangsari, 2003), dan penyajian kembali
laporan keuangan (Agrawal dan Chadha, 2004), maka penelitian ini menggunakan indeks
pelaporan yang komprehensif yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal.
4. LITERATURE REVIEW DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pemisahan kepemilikan dan kontrol di perusahaan menciptakan masalah keagenan
(Jensen dan Meckling, 1976; Fama dan Jensen, 1983). Tata kelola perusahaan merupakan
seperangkat mekanisme yang dimaksudkan untuk mengurangi risiko lembaga yang
dihasilkan dari asimetri informasi (Asbaugh et al., 2004). Durnev dan Kim (2005)
menemukan perusahaan dengan tata kelola dan transparansi pada tingkat yang lebih tinggi
dinilai lebih tinggi di pasar saham. Asbaugh et al. (2004) menemukan bahwa perusahaan
dengan tata kelola yang lebih baik memiliki biaya modal yang lebih rendah sehingga nilai
perusahaan lebih tinggi. Gompers et al. (2003) menganalisis hubungan empiris antara indeks
tata kelola dengan kinerja perusahaan dan menemukan bahwa tata kelola perusahaan sangat
berkorelasi dengan return saham selama tahun 1990-an. Klapper dan Love (2002)
menggunakan data peringkat tata kelola perusahaan perusahaan di 14 negara berkembang dan
menemukan bukti bahwa tata kelola perusahaan berhubungan positif dengan kinerja operasi
dan nilai pasar. Konsisten dengan penelitian di atas Alves dan Mendes (2004) juga
menemukan dampak positif dari tata kelola perusahaan terhadap return saham. Beiner et al.
(2006) menemukan bahwa tata kelola perusahaan secara positif mempengaruhi nilai
perusahaan tetapi mereka juga menemukan kausalitas terbalik; perusahaan nilai yang lebih
tinggi mengadopsi praktik tata kelola perusahaan yang baik. Black et al. (2006) juga
mengembangkan CGI untuk semua perusahaan publik di Korea untuk tahun 2001 dan
menemukan bukti bahwa CGI yang lebih tinggi dikaitkan dengan Tobin’s Q yang lebih
tinggi. Sehingga peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:
H1. Perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang baik akan memiliki nilai yang
lebih tinggi.
Nagar et al. (2003) berpendapat bahwa manajer menghindari mengungkapkan
informasi pribadi karena pengungkapan tersebut mengurangi manfaat kontrol pribadi mereka.
Healy dan Palepu (2000) menyatakan bahwa pengungkapan perusahaan sangat penting untuk
berfungsinya pasar modal. Pada tahun 2002, BAPEPAM mengeluarkan P3LKE yang
menyediakan daftar item yang perlu dilaporkan dan diungkapkan oleh perusahaan yang
diperdagangkan di BEJ. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pelaporan yang akan
menghasilkan informasi yang lebih baik bagi para pengguna laporan keuangan. Botosan
(1997) menemukan bahwa pengungkapan yang lebih besar dikaitkan dengan biaya modal
yang lebih rendah bagi perusahaan-perusahaan yang menarik analis rendah berikut. . Lambert
dkk. (2007) menunjukkan secara teoritis bahwa kualitas informasi secara langsung
mempengaruhi biaya perusahaan 'modal dan peningkatan kualitas informasi jelas mengurangi
5. risiko non-diversifiable. Sengupta (1998) menemukan biaya yang lebih rendah dari utang
perusahaan dengan pengungkapan yang lebih baik. Healy et al. (1999) menyelidiki apakah
perusahaan menerima manfaat dari pengungkapan sukarela yang lebih tinggi dengan
memeriksa perubahan faktor pasar modal yang terkait dengan peningkatan peringkat
pengungkapan analis. Gelb dan Zarowin (2000) menemukan bukti bahwa kualitas
pengungkapan memberikan manfaat informasi ke pasar saham dan mempengaruhi harga
saham secara positif. Mitton (2002) menemukan bahwa selama krisis Asia pada 1997-1998
perusahaan dengan kualitas tinggi pengungkapan menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang lebih rendah. Baek et al. (2004) juga
menemukan bahwa selama krisis Korea pada tahun 1997 perusahaan dengan kualitas
pengungkapan tinggi mengalami penurunan harga saham terendah. Sehingga peneliti
membuat hipotesis sebagai berikut:
H2. Perusahaan dengan pengungkapan yang lebih luas akan memiliki nilai yang lebih
tinggi.
RESEARCH DESIGN
Sample Selection
Sampel kami terdiri dari 125 perusahaan yang diperdagangkan dalan JSX pada tahun
2003 dan 2004 yang menyerahkan sebuah laporan P3LKE untuk BAPEPAM dan telah
memiliki data CGI. Kami memperolah data keuangan dari pelaporan keuangan dalan data
base JSX. Dari database JSX kami mampu untuk mengumpulkan 411 perusahaan tahun data
RQI, untuk RQI kami mengumpulkan data dari laporan keuangan perusahaan-perushaan dan
mengevaluasi secara individu kualitas dari penggungkapan menurut pada P3LKE. Kami juga
mengoleksi data tata kelola perusahaan yang ada hanya untuk beberapa dari daftar
perusahaan, persimpangan antara kedua kelompok dari perusahaan menghasilkan 248
perusahaan tahun. Data kami gtidak seimbangkan panel karena tidak semua perusahaan
mempunyai data untuk kedua tahun, kami mengecualikan untuk kedua tahuan. Kamu
mengecualikan observasi dengan nilai buku negative dari equity (25 observasi) keragaman
ekstrem.
Empirical Test
Hipotesis pertama kami memprediksi bahwa tata kelola perusahaan adalah
berhubungan positif dengan nilai perusahaan, hipotesis kedua kami memprediksi hubungan
positif antara kualitas pelaporan dan nilai perusahaan. Test utama kami, kami mengukur nilai
6. perusahaan menggunakan pasar untuk rasio nilai buku (PBV). Kami undur PBV di nilai CGI
dan nilai RQI sementara pengontrolan untuk variabel yang mngkin berpengaruh pada nilai
perusahaan.
Miller (2005) berpendapat bahwa rasio PBV adalah sebuah langkah pengukuran yang
tepat dari nilai perusahaan. Rasio PBV yang lebih tinggi dirasakan oleh pasar sebagai
indicator dari sebuah kemampuan untuk memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi.
Kami menghitung PBV dengan membagi harga per saham dengan nilai buku per saham.
Skor CGI dikalkulasikan berdasarkan pada CGI yang kami kembangkan menggunakan
daftar tata kelola perusahaan dari IICD, Num dan Lam (2006), standar dan poor’s dan daftar
Universitas Negeri Singapura (2004) dan prinsip OECD, daftar ini dilengkapi menggunakan
kedua data dari laporan keuangan. Pertanyaan dibagi kedalam lima kelompak bersumber pada
prinsip OECD; hak-hak dari shareholders, perlakuan yang sama dari pemegang saham, aturan
dari stakeholders, pengungkapan dan trasparansi dan tanggung jawab dewan (OECD, 2004).
Untuk test utama kami tidak menempatkan bobot apapun pada kelompok.
Untuk RQI, kami mengikuti bimbingan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM. BAPEPAM
mengeluarkan 13 pedoman berbeda berdasarkan pada industry, jadi kami mengembangkan 13
daftar periksa yang berbeda dengan sekitar 650 item dalam masing-masing daftar periksa
(cheklist) tergantung pada industry, yang membuat proxy yang komprehensif untuk
mengukur kualitas pelaporan. Untuk masing-masing item, kami membaca catatan untuk
laporan keuangan untuk menentukan apakah sebuah item pada ceklis dilaporkan dan
diuangkapkan. Ada tiga kemungkinan jawaban untuk pertanyaan dalam cheklish (daftar
pemeriksaan); diungkapkan, tidak diungkapkan atau tidak berlaku (N/A).
Kami memasukan beberapa variabel control yang mungkin berpengaruh pada nilai
perusahaan dalam rekresi kami. Kami secara khusus mengontrol untuk ukuran perusahan,
pertumbugan dan leverage (pengaruh), kami menguntorl untuk ukuran perusahaan karena
ukuran perusahaan di ekspetasikan menjadi hubungan dengan nilai perusahaan (yermack,
1996), kami memasukan pertumbuhan sebayai sebuah variabel penjelasan karena nlai
perusahaan tergantung pada keuntungan investasi masa depan (Myers, 1977; Smith dan
Watts, 1992, Yermack, 1996) akhirnya, kami juga mengontrol sejumlah laverage karena itu
mungkin mempunyai dampak signifikan pada nilai perushaaan (Ross, 1977). Ros
menyarankan bahwa nilai dari sebuah perusahaan akan meningkat dengan laverage karena
peningkatan laverage, peningkatan persepsi pasar tentang bilai (Stuiz (1990) pendapat bahwa
peminjam bisa mempunyai kedua dampak pada nilai perusahaan positif dan negative.
7. Empirical Results
Konsisten dengan hipotesis pertama kami, kami menemukan hubungan positif antara
skor PBV dan CGI, keefisien CGI (X1) adalah positif dan signifikan pada 1 persen tingkat
menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan yang mengimplementasikan tatakelola
perusahaan yang lebih baik adalah lebih mempunyai nilai yang lebih tinggi. Magnitude
(leweng) menunjukan (3,7) besar, menunjukan bahwa sebuah peninkatan dalam skor CGI
adalah dihubungkan dengan besar peningkatan dalam nilai perusahaan
Kami menemukan hubungan negative dengan RQI dan nilai perusahaan, penemuan ini
tidak mendukung hipotesis kedua yang memprediksi sebuah hubungan positif, penemuan ini
menunjukan bahwa perusahaan2 dengan nilai yang lebih rendah cenderung untuk
mengungkapkan informasi yang konsisten dengan P3LKE. Satu kemungkinan penjelasan
adalah bawa nilai perusahaan rendah mencoba meengobah nilai mereka dengan
pengungkapan informasi yang lebih yang konsisten dengan P3LKE. Itu mungkin ketika
BAPEPAM isu P3LKE, manager dari nilai perusahaan yang rendah akan mengikuti petunjuk
lain untuk mempengaruhi persepsi pasar tentang perusahaan, pada kesempatan lain, nilai
perusahan yang tinggi mungkin tidak akan melihat petunjuk sebagai sesuatu yang penting dan
kesimpulannya, mungkin tidak akan mengikuti petunjuk dalam menentukan informasi apa
yang akan diungkapkan.
Konsisten dengan studi utama, kami menemukan bahwa, ukuran, pertumbukan dan
leveare berdampak pada niali perusahaan, keofisien pada ukuran perusaahn adalah positif dan
signifikan, keofisien pada pertumbuhan ditunjukan bahwa perusahaan-perusahaan dengan
pertumbuhan yang tinggi sudah mempunyai nilai yang lebih tinggi, leverage (LEV) adalah
sama berhubungan positif dengan nilai perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan ini tampaknya dapat memperoleh manfaat dari pengaruh mereka
Sensitivity Analysis
1. Tobin’s Q and ROA for firm value
Untuk menguji apakah kesimpulan kami adalah sensitive untu bagaimana kami
mengukur nilai-nilai perusahaan, kami juga menjalankan multivariate regresi mengginakan
Tobin’s Q dan pengembalian pada asset sebagai proxy kami untuk nilai perusahaan, karya
sebelumnya pada performa perusahaan telah menggunakan Tobin’s Q sebagai pengukur dari
nilai perusahaan (Demsetz dan Lehn, 1985; Marck dan kawan2, 1998) kami mengkalkulasi
Tobin’s Q dengan membandingkan nilai pasar dari sebuah stock perusahaan (MVEQ +
BVDEBT) dan nilai dari modal nilai buku perusahaan (BVEQ + BVDEBT). MVEQ adalah
8. nilai pasar dari modal dan BVEQ adalah nilai buku dari ekuitas. Kami menggunakan nilai
buku dari DEBT (BVDEBT) untuk kedua numenator (penghitung) dan denominator (angka
sebutan/persamaan) karena nilai pasar dari debt (peminjam) adalah tidak tersedia di
Indonesia, Tabel V menampilkan hasil regregi dari regressi Tobin’s Q dan ROA pada CGI,
RQI dan variabel control.
Keefisien pada CGI adalah positif dan signifikan untuk kedua regresi menggunakan
Tobin’s Q dan ROA, kesimpulan ini konsisten dengan hasil dari penggunaaan PBV dan
mendukung hipotesis pertama kami bahwa ada hubungan antara nilai perusahaan dan tata
kelola perusahaan bahkan ketika kami menggunakan proxy yang berbeda untuk nilai
perusahaan, konsisten dengan test utama kami hasil menunjukan bahwa sigbifikan secara
negative keofisien untuk RQI menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai yang lebih rendah
cenderung untuk embgungkapkan informasi lebih yang tentunya konsisten dengan P3LKE.
Pada umumnya, hasil dari pengujian sensitifitas kami mendukung hasil dari test utama
yang menemukan sebuah hubungan negative antara nilai perusahaan dan RQI dan hubungan
positif antara nilai perusahaan dan CGI. Hasil kami juga menunjukan bahwa independen
variabel pada model kami menjelaskan variasi dalam ROA lebih baik dari variasi pada PBV
(R2=0,208) dan untuk Tobin’s Q (R2= 0.159)
2. Bobot CGI
Pada test utama kami, kami menggunakan non-wighted CGI. Itu bermaksud bahwa
kami tidak emnaruh berat apapun pada lima group dari item dalam indek, analisis sensitive
ini, kami mengikuti rekomendasi IICD dan kalkulasi wighted CGI berdasarkan pada 20%
berat dan hak-hak dari shareholders, 15 persen berat pada tritmen sama dari shareholders, 15
persen berat pada aturan dari stakeholders, 25 persen berat pada pengungkapan dan
trasparansi dan 25 persen pada pertanggungjawaban. Table VI menunjukan hasil dari
berbagai regressing proxing untuk nilai perusahaan pada berat CGI, RQI dan control variabel
Test menggunakan berat skor CGI memeberikan hasil konsisten dengan test utama
bahwa CGI adalah berhubungan positif dengan niali perusahaan dan ROI adalah
berhubungan negative dengan nilai perusahaan. Konsisten dengan pengujian utama kami,
pengujian kami menggunakan berat CGI juga menunjukan bahwa variabel independen dalam
model penjelasan terbaik variasi dalam ROA (R2=0,238).
HASIL EMPIRIS
Peneliti menemukan korelasi positif yang signifikan antara tata kelola perusahaan dan
kualitas pelaporan pada tingkat 10%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang
9. menerapkan tata kelola perusahaan yang cenderung memiliki skor lebih tinggi RQI. RQI
berkorelasi positif dengan ukuran perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan besar
cenderung mematuhi P3LKE lebih. Tata kelola perusahaan juga berkorelasi positif dengan
ukuran cemara. Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan besar cenderung untuk
menerapkan tata kelola perusahaan.
Konsisten dengan hipotesis pertama, peneliti menemukan hubungan positif antara PBV
dan skor CGI. Koefisien CGI (α1) positif dan signifikan pada tingkat 1% menunjukkan
bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang lebih baik cenderung memiliki nilai yang lebih
tinggi. Besarnya kemiringan (3.7) besar, menunjukkan bahwa peningkatan nilai CGI
dikaitkan dengan besar lipatan nilai perusahaan.
Peneliti menemukan hubungan negatif antara RQI dan nilai perusahaan. Temuan ini
docs tidak mendukung hyphotheses kedua yang memprediksi hubungan positif. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan dengan nilai yang lebih rendah cenderung mengungkapkan
informasi lebih lanjut yang konsisten dengan P3LKE tersebut. Satu penjelasan yang mungkin
adalah bahwa perusahaan-perusahaan bernilai rendah mencoba untuk meningkatkan nilai-
nilai mereka dengan mengungkapkan informasi lebih lanjut yang konsisten dengan P3LKE.
Ada kemungkinan bahwa ketika isu BAPEPAM P3LKE, manajer perusahaan bernilai rendah
akan mengikuti bimbingan untuk mempengaruhi persepsi pasar tentang perusahaan. Di sisi
lain, perusahaan bernilai tinggi mungkin tidak melihat panduan ini sebagai sesuatu yang
penting dan karena itu, mungkin tidak mengikuti panduan dalam menentukan informasi apa
untuk mengungkapkan.
Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya. Peneliti menemukan SIZE,
GROWTH, dan LEV mempengaruhi nilai perusahaan. Koefisien untuk SIZE positif dan
signifikan menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar cenderung memiliki nilai yang
lebih tinggi. Peneliti juga menemukan koefisien positif dan signifikan terhadap GROWTH
menunjukkan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang lebih tinggi memiliki nilai yang
lebih tinggi. Laverage (LEV) juga positif terkait dengan nilai perusahaan menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan ini tampaknya dapat memperoleh manfaat dari pengaruh
mereka.
KESIMPULAN
Peneliti menyelidiki apakah tata kelola perusahaan dan kualitas pelaporan terkait
dengan nilai perusahaan. Peneliti memperkirakan bahwa asosiasi positif. Untuk menguji
hipotesis peneliti menggunakan rasio PBV, Tobin Q, dan ROA sebagai ukuran untuk nilai
10. perusahaan. Konsisten dengan hipotesis peneliti, peneliti menemukan bahwa tata kelola
perusahaan berhubungan positif dengan nilai perusahaan dan hasilnya konsisten untuk proxy
yang berbeda nilai perusahaan. Perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan yang
baik cenderung nilai yang lebih tinggi. Peneliti juga menemukan bahwa ukuran,
pertumbuhan, dan leverage yang positif terkait dengan nilai perusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan besar, perusahaan dengan lebih banyak kesempatan investasi atau
pertumbuhan yang tinggi, dan perusahaan yang memiliki leverage yang lebih tinggi
cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi.
Peneliti menemukan asosiasi negatif antara kualitas pelaporan dan berbagai proxy
peneliti nilai perusahaan. Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan bahwa perusahaan
dengan nilai-nilai yang lebih rendah cenderung mengungkapkan informasi lebih lanjut yang
mematuhi P3LKE tersebut. Satu penjelasan yang mungkin adalah yang memiliki nilai yang
tinggi mungkin berpikir bahwa mematuhi P3LKE tidak penting dan mereka tidak
mengikutinya ketika memutuskan tentang pengungkapan mereka. Di sisi lain, perusahaan
bernilai rendah mungkin melihat ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan nilai pasar.
Mereka memiliki insentif yang lebih tinggi untuk mematuhi dalam rangka untuk
meningkatkan nilai mereka.
Peneliti menemukan sedikit perbaikan dan signifikan dalam skor CGI dari tahun 2003
sampai 2004. Similary, ada perubahan signifikan dalam skor RQI dari tahun 2003 sampai
2004. Peneliti percaya bahwa baik CGI dan skor RQI dapat ditingkatkan untuk manfaat yang
diberikan kepada pemegang saham. Peneliti merekomendasikan bahwa pemerintah Indonesia
melanjutkan usahanya dalam mempromosikan tata kelola perusahaan dan dalam
meningkatkan kualitas pelaporan karena manfaat yang mereka berikan. Penelitian ini harus
menjadi pemicu bagi pemerintah untuk mempromosikan lebih lanjut pentingnya pelaporan
berkualitas tinggi dan tata kelola perusahaan untuk perusahaan publik di Indonesia.
Peneliti menyadari bahwa ada apossibilityof bias dalam menghitung skor RQI karena
kesulitan dalam memutuskan apakah suatu item tidak berlaku atau berlaku namun tidak
diungkapkan. Karena dalam kedua situasi informasi tersebut tidak bisa diamati peneliti
menggunakan pertimbangan dalam memutuskan apakah suatu item tidak berlaku atau tidak
diungkapkan.
Untuk penelitian masa depan, penting untuk menyelidiki mengapa perusahaan dengan
nilai tinggi tidak mengungkapkan informasi yang diperlukan oleh P3LKE. Hal ini juga
penting untuk menguji apakah ada perbaikan dalam CGI dan skor RQI dalam jangka panjang.
Hal ini dimungkinkan perusahaan publik bereaksi terhadap issuenceof bimbingan pada tahun
11. 2002 tetapi gagal untuk memperbaiki di tahun-tahun berikutnya. Akhirnya, penting juga
untuk melihat apakah di tahun-tahun berikutnya, asosiasi negatif antara kualitas pelaporan
dan perusahaan perubahan nilai ke positif yang akan menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap
P3LKE adalah nilai yang relevan.
KOMENTAR
Keunggulan penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini sangatlah berhati-hati dalam menguji atau membuktikan hipotesisnya
karena, dengan jelas peneliti menuliskan bahwa akan ada kemungkinan variabel bias
sehingga peneliti membuat satu variabel control untuk mengurangi bias tersebut
2. Tobin’s Q and ROA for firm value digunakan untuk membuktikan apakah akan terjadi
perbedaan denhan test yang berbeda atau tidak dan ternyata setelah menggunakan uji
Tobin’s Q and ROA for firm value tidak terdapat perbedaan, sehingga meningkatkan
tingkat kepercayaan pembaca tentang hasil penelitian ini
KRITIK
1. Abstrak yang ideal terdiri dari tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian dan
implikasi penelitian, serta key word. Abstrak dalam penelitian ini sudah disajikan secara
lengkap, baik dari segi tujuan penelitian, metode, hasil penelitian, dan key word.
Bahkan abstrak ini juga menyajikan keterbatasan, implikasi, dan orisinalitas penelitian.
Akan tetapi, pada keterbatasan penelitian peneliti tidak menjelaskannya dengan baik,
sebab yang disampaikan pada bagian tersebut hanya berupa pembahasan hasil
penelitian dan bukan keterbatasan penelitian. Selain itu, abstrak yang disajikan oleh
peneliti juga terlalu banyak dibanding abstrak pada umumnya.
2. Penyajian pendahuluan dalam penelitian ini tidak menunjukan adanya kesinambungan
atau keterkaitan antarparagraf. Misalnya, pada awal paragraf peneliti menyajikan tujuan
penelitian terlebih dahulu, lalu diikuti paragraf kedua berupa fenomena yang
melatarbelakangi diadakannya suatu penelitian. Padahal seharusnya awal sebuah
penyajian pendahuluan yang berupa latar belakang permasalahan harus diawali oleh
fenomena lalu diikuti oleh tujuan penelitian. Selain itu, antara paragraf kedua dan
ketiga, dari penjelasan secara umum tentang pasca krisis ekonomi, lalu masuk pada
paragraf selanjutnya yang menjelaskan agency problem, peneliti tidak menyebutkan
keterkaitan pasca krisis ekonomi dan agency problem. Tentunya, jika membaca sekilas
hal ini akan membingungkan para pembaca dalam memahami maksud peneliti.
12. 3. Antara hipotesis satu dengan dua tidak dibedakan sub judulnya. Jadi sedikit akn
membingungkan pembaca dalam memahami keterpisahan antar hipotesis.
4. Peneltian ini tidaklah memberikan gambaran model penelitiannya sehingga
membingungkan kami dalam membacanya.
REDESIGN
CORPORATE
GOVERNANCE (CGI)
X1
MORE DISCLOSURE (RQI)
X2
FIRM
VALUE
Y
UKURAN PERUSAHAAN
(SIZE)
log TOTAL ASSET
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
(GROWTH)
AVERAGE GROWTH SALES LAST 3
YEARSLEVERAGE (LEV)
DER
UMUR PERUSAHAAN
(AGE)
LAMANYA PERUSAHAAN
BERDIRI