Hematopoiesis adalah proses pembentukan sel darah yang terjadi di sumsum tulang, hati, dan limpa. Organ-organ tersebut menghasilkan eritrosit, leukosit, dan trombosit secara terus-menerus untuk menggantikan sel-sel darah yang telah mati.
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Hematopoiesis Proses
1. HAEMOPOESIS
Disusun oleh :
Raymond Dwi Prasetya (41160023)
Putu Evan Cahyadi (41160032)
Yulius Dennis Ariel (41160008)
Putu Clara Shinta Gelgel (41160011)
Yeremia Wicaksono Putro (41160018)
Arnold Januar Raya Anandita (41160099)
Umbu Muri Maramba Djawa (41160003)
Ika Irmawati Susanto (41160012)
Ferdinando Kendek (41160013)
Desak Nyoman Frilla Sastra Cahyani (41160028)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
2. BAB I
PENDAHULUAN
I.I LatarBelakang
Dalam kehidupan, pembentukan sel-sel darah sangat berperan penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan setiap individu. Darah sendiri adalah suatu suspensi partikel
dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit (Baldy, 2006). Darah mempunyai
fungsi penting dalam sirkulasi. Secara umum fungsi darah adalah sebagai alat transportasi
oksigen, karbondioksida, zat gizi, dan sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan
asam basa, mengatur cairan jaringan dan cairan ekstrasel, mengatur suhu tubuh, dan sebagai
pertahanan tubuh dengan mengedarkan anti bodi dan sel darah putih (Goorha et al, 2003).
Sel-sel darah tersebut mempunyai umur tertentu, sehingga dibutuhkan pembentukan sel-sel
darah baru yang disebut hematopoesis. Akan dipaparkan dengan jelas tentang hematopoesis
dari segala aspek.
I.II RumusanMasalah
1. Apa pengertian hematopoiesis?
2. Bagaimana proses pembentukan hematopoiesis?
3. Apasaja organ yang berpengaruh terhadap proses hematopoiesis?
4. Bagaimana mekanisme kerja tiap organnya?
I.II TujuanPenulisan
1. Dapat menjelaskan dengan baik apa sebenarnya tentang hematopoiesis
2. Membuka wawasan berpikir dan menambah ilmu pengetahuan
3. Memenuhi tugas kelompok patologi klinik
3. BAB II
PEMBAHASAN
Hematopoeiesis didefinisikan sebagai produksi dan diferensiasi, perkembangan serta
pematangan dari semua sel darah. Sumsum tulang mampu menghasilkan 3 miliar eritrosit
dimana 1 ½ miliar leukosit , dan 2 ½ miliar trombosit per hari per kg berat badan. Sumsum
tulang terdapat struktur dasar yang bermekanisme untuk :
1. Secara terus-menerus memasok sirkulasi perifer dengan sel-sel darah yang telah
matang .
2. Mobilisasi sumsum tulang untuk meningkatkan produksi jika kondisi hematologi
terjamin.
3. Mengompensasi hematopeisesis di luar sumsum tulang (yaitu di hati dan limpa),
bila sumsum tulang menurun produksinya.
Organ yang berperan dalam hematopoiesis, ialah Yolk sac, hati, dan limpa adalah
organ yang penting yang berkembang pada masa janin. Dimana Yolk sac memiliki andil
paling besar pada masa ini. Pada periode mesoblastik ini, dihasilkan eritoblast primitif dan
hemoglobin embrionik seperti hemoglobin Gower 1 dan Gower II. Hemoglobin tersebut
terbentuk sebagai tetramer dengan dua rantai alfa dikombinasikan dengan rantai epsilon atau
zeta . Hemoglobin embrionik tidak berkembang menjadi dewasa dan tidak berpartisipasi
dalam memasok oksigen. Pada periode hepatik , hati dan limpa mengambil alih peran
hematopoeitik. Leukosit dan megakariosit muali muncul dalam jumlah kecil. Hati berfungsi
sebagai organ utama penghasil sel eritroid, selain itu juga menghasilkan hemoglobin fetus
(HgbF)yang terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta. Hemoglobin A telah lengkap pada 3-6
bulan postpartum
Hematopoiesis dalam sumsum tulang disebut hematopoiesis intramedular , sedangkan
yang diluar disebut hematopoiesis ekstramedular terutama hati dan limpa. Karena hati dan
limpa memainkan peran sejak awal kehidupan janin maka mereka mempertahankan memori
kemampuan hematopoietiknya .
Sumsum tulang adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh, meliputi 3-6% dari
berat badan clan beratnya 1.500 gram pada masa dewasa. Sulit untuk menganggap sumsum
tulang sebagai organ, karena tidak padat clan jaringan sumsum tulang tersebut tersebar di
seluruh tubuh atau awalnya bisa disebut gudang hingga umur 18 tahun, selanjutnya hanya
tersisa di sternum, pelvis, sumsum tulang belakang. Sumsum tulang terdiri dari sumsum
kuning yang terdiri dari lemak clan sumsum merah yang mampu menghasilkan sel darah,
dengan pasokan nutrisi clan sirkulasi darah yang rumit. Dalam sumsum tulang ini terdapat sel
eritroid (eritrosit), sel mieloid (leukosit), clan megakariosit (trombosit). Leukosit memiliki
waktu hidup yang lebih pendek, yaitu 6-10 jam (neutrofil),sedangkan eritrosit memiliki
jangka hidup 120 hari. Dengan demikian, perlu tingkat produksi yang lebih tinggi pada
hematopoiesis normal. Banyak pengamatan dari Sumsum tulang memiliki kemampuan untuk
memperluas kapasitas produksi 6-8 kali untuk merespons terhadap kejadian anemia.
Akibatnya, sumsum tulang meningkatkan produksi retikulosit ke dalam sirkulasi perifer jika
ginjal mengalami hipoksia. Hal ini akan tampak pada ADI dengan terjadinya polikromasia
4. (peningkatan sel polikromatofilik, clan eritrosit berinti). Kedua jenis sel tersebut
menunjukkan bahwa sumsum tulang melakukan regenerasi sebagai respons terhadap suatu
peristiwa terjadinya anemia.
Spleen penting untuk aktivitas eritrosit, termasuk penyaringan, produksi, dan imunitas
selular. Dalam keadaan normal, spleen tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik. Spleen
berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di sisi kiri tubuh di bawah tulang rusuk, beratnya
sekitar 8 ons, bertekstur lembut, dan menerima 5% dari curah jantung per menit. Spleen
adalah organ yang dipenuhi darah, terdiri dari "bubur" merah, putih, dan zona marginal.
Fungsi bubur merah adalah filtrasi terutama untuk eritrosit, bubur putih berhubungan dengan
pengolahan limfosit, sedangkan zona marginal berkaitan dengan penyimpanan leukosit dan
trombosit. Ada empat tugas utama spleen yang berhubungan dengan viabilitas eritrosit dan
kemampuan imunologis.
1. Reservoir atau penyimpanan. Spleen berfungsi sebagai tempat penyimpanan sepertiga
massa trombosit yang beredar dan sepertiga dari massa granulosit yang dapat
dikeluarkan ke dalam sirkulasi perifer jika diperlukan.
2. Filtrasi. Spleen berperan dan bertanggung jawab dalam pemeriksaan untuk setiap
eritrosit dan trombosit yang mengalami kelainan. Eritrosit tua yang sudah tidak
elastisitas akan difagosit oleh spleen. Bilirubin, zat besi, dan produk samping globin
dilepaskan ke dalam plasma dan sirkulasi setelah proses penghancuran, yang
kemudian akan didaur ulang. Eritrosit dengan benda inklusi (Howell jolly body,
Heinz body, Pappenheimer body, dll) secara selektif akan dilisis tanpa merusak
integritas eritrosit normal yang masuk kembali ke dalam sirkulasi.
3. imunologi, yaitu sebagai organ limfoid sekunder terbesar. Spleen sebagai “gudang”
leukosit, sangat berperan dalam mendukung aktivitas fagositik pada proses
enkapsulasi organisme karena memiliki , misalnya Haemophilus injluenzae,
Streptococcus pneumoniae, atau Neisseria meningitidis. Spleen juga menyediakan
opsonizing antibody, yaitu zat yang mempengaruhi kapsul pada permukaan bakteri.
Setelah bakteri dalam keadaan tidak berkapsul, maka lebih mudah difagositosis oleh
sistem fagositik retikuloendotelial (RES) dan kurang mampu untuk menyebabkan
infeksi pada hospes.
5. Skema Diferensiasi Sel pada Haemopoiesis
Stem sel pluripoten pada haemopoiesis dapat bereplikasi menjadi sel progenitor yang
dapat berdiferensiasi. Sel progenitor yang matur dan yang telah memperoleh karakteristik
diferensiasi selnya dapat ditemukan di dalam darah. Selama proses maturasi sel progenitor,
faktor pertumbuhan (growth factor) menjadi sangat berperan. Pada skema di atas menunjukan
tahapan diferensiasi. Terdapat beberapa progenitor sel seperti :
CFU- G (Granulocyte Colony- Forming Unit)
CFU- E (Erythroid Colony- Forming Unit)
CFU- M (Macrophage Colony- Forming Unit)
CFU- MK( Megakaryocyte Colony- Forming Unit)
Eritroblast dengan cepat memproduksi hemoglobin dan mempersiapkan membran yang
dapat menyesuaikan bentuk apabila nukleusnya hilang. Nukleus pada eritroblast menjadi
tidak aktif, terkondensasi dan terpisah dari selnya yang menjadikannya sebagai retikulosit,
dan proses maturasi selanjutnya dapat menjadi eritrosit yang siap untuk di lepaskan ke darah.
Pada myelocytes atau sel granulosit dewasa, nucleus terkondensasi tetapi tetap dipertahankan
di dalam sel ketika granula yang mengandung enzim spesifik proteolitik berkembang dan
berakumulasi di sitoplasma. Perubahan serupa terjadi pada perkembangan sel monosit dan
makrofag. Pada tahap akhir megakariosit menjadi poliploid yang mereplikasikan DNA inti
beberapa kali tanpa mengalami sitokenesis. Pada saat yang bersamaan terjadi perkembangan
granula spesifik alfa, granula padat dan membran pemisah pada sitoplasma. Megakariosit
6. dapat membentuk trombosit dengan memecah atau mengeluarkan potongan-potongan kecil
ke dalam darah.
Proses Haemopoiesis diawali dengan adanya pluripoten stem sel. Prulipoten stem sel
ini berdeferensiasi menjadi lymphoid, myeloid dan eritroid. Prosesnya terjadi di dalam
sumsum tulang dan khusus untuk lymphoid terjadi di jaringan limpa. Eritroid akan
berdeferensiasi menjadi eritrosit dengan tahapan sebagai berikut : proeritroblast → eritroblast
basofilik → eritroblast polikromatik → eritoblast ortokromatik → retikulosit → eritrosit. Sel
myeloid berdeferensiasi menjadi myeloblast , lalu promyelosit. Promyelosit ini akan
berdeferensiasi menjadi 4 macam sel prekursor leukosit, yaitu : Eosinophilic, neutrophilic,
basophilic dan monoblast. Monoblast akan melepas monosit ke dalam darah, dan apabila
monosit sampai di jaringan disebut dengan makrofag. Megakariosit akan berdeferennsiasi
menjadi trombosit yang dilepaskan ke dalam darah. Pada jaringan limpatica terjadi
pembentukan limfosit T dan limfosit B dari sel limpoid(Greger dan Windhorst, 2013).
Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :
1. Mesoblastik
Dari embrio umur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang dihasilkan adalah HbG1,
HbG2, dan Hb Portland.
2. Hepatik
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi pada umur
12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini menghasilkan Hb.
7. 3. Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar limfonodi,
dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama
menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi terutama sel-sel
limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah di antaranya
adalah asam amino, vitamin, mineral, hormone, ketersediaan oksigen, transfusi darah, dan
faktor- faktor perangsang hematopoietik.
8. BAB III
KESIMPULAN
Hematopoeiesis adalah produksi dan diferensiasi, perkembangan serta pematangan
dari semua sel darah. Hematopoesis berguna agar tubuh kita selalu menghasilkan darah yang
baru yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Ada beberapa organ yang berperan dalam
hematopoesis seperti ginjal yang berfungsi menghasilkan kelenjar eritropoetin yang
merangsang pembentukan eritrosit, selain itu adanya sum – sum tulang belakang yang
berfungsi sebagai penghasil sel darah bagi tubuh, ada juga limpa dimana tempat eritrosit mati
dan sebaaagai sinyal sum – sum tulang untuk memproduksi eritrosit baru.
9. DAFTAR PUSTAKA
Greger, R. dan Windhorst, U. 2013. Comprehensive Human Physiology: From Cellular
Mechanisms to Integration. Springer Science & Business Media: Berlin