SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
TUGAS PENGANTAR MANAJEMEN 
PERBEDAAN BUDAYA 
Makalah 
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen 
yang dibina oleh Dra. Nurlaila Fadjarwati .,M.Si 
Oleh : 
Shafira Nurul Firdausta (125134057) 
Vivi Novita (125134060) 
1 AMP B 
Program Studi D4 Akuntansi Manajemen Pemerintahan 
Jurusan Akuntansi 
Politeknik Negeri Bandung
KATA PENGANTAR 
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya 
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Perbedaan 
Budaya”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk 
menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen program studi Akuntansi Manjemen 
Pemerintahan Politeknik Negeri Bandung. 
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak 
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, 
khususnya kepada : 
1. Ibu selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen yang telah meluangkan 
waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan 
dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini 
2. Rekan-rekan semua di kelas 1 AMP B. 
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan 
ii 
bantuan dalam penulisan makalah ini. 
4. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya 
dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan 
makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan 
kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. 
Bandung, September 2012 
Penulis
DAFTAR ISI 
Kata Pengantar ....................................................................................................... i 
Daftar Isi................................................................................................................. ii 
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 
1.2 Ruang Lingkup ...................................................................................... 2 
BAB II PEMBAHASAN MATERI ...................................................................... 3 
2.1 Karyawan Belajar Budaya Organisasi ................................................... 3 
2.2. Pengaruh Budaya Terhadap Manajer ................................................... 5 
2.3. Isu Budaya Organisasi Saat Ini di Lingkungan Manajer ...................... 7 
BAB III CONTOH PENERAPAN TEORI / KASUS ........................................... 14 
3.1 Contoh kasus “karyawan belajar organisasi” ....................................... 14 
3.2 Contoh kasus “Pengaruh budaya terhadap manajer” ........................... 15 
3.3 Contoh kasus “Isu budaya saat ini di lingkungan manajer” ................. 19 
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22 
ii
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
1.1. Latar Belakang 
Seiring dengan berkembangnya jaman, kegiatan ekonomi membuka 
peluang bagi berlangsungnya interaksi sosial dan bisnis, serta kerjasama yang 
produktif di antara bangsa-bangsa di dunia. Perusahaan multikultural 
merupakan salah satu bentuk nyata dari adanya interaksi antara berbagai 
bangsa di dunia ini. 
Perbedaan budaya yang terdapat dalam sebuah organisasi multikultural, 
dapat menjadi suatu potensi yang memberikan keuntungan, akan tetapi juga 
dapat menjadi hambatan bagi kemajuan suatu organisasi. Studi yang dilakukan 
oleh peneliti dari harvard business school, John Kotter dan James Heskett 
menunjukan bahwa budaya memiliki pengaruh yang kuat terhadap unjuk kerja 
organisasi. Perbedaan budaya disadari atau tidak membawa dampak yang 
cukup besar bagi kelangsungan suatu organisasi. Kebudayaan dalam 
organisasi akan mempengaruhi kinerja organisasi tersebut dalam mencapai 
suatu tujuan. 
Untuk dapat memanfaatkan peluang-peluang dari adanya perbedaan 
budaya tersebut kita perlu memahami nilai-nilai dan kebudayaan kita sendiri 
dan kebudayaan orang (masyarakat) lain, dan kemudian menggunakan 
pengetahuan itu untuk menggalang kerjasama yang produktif dalam dunia 
bisnis global yang bersifat multikultural.(Deveraux dan Johansen , 1994) 
Dunia kerja dalam abad ke-21 akan makin dicirikan oleh corak keragaman 
budaya. Konsekuansinya adalah perlunya perhatian dan upaya yang lebih 
besar untuk mengelola tenaga kerja yang beragam latar belakangnya. Para 
manajer masa depan perlu mamiliki kompetensi untuk mengelola perbedaan 
budaya tersebut.
2 
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis memilih judul makalah : Perbedaan 
Budaya 
1.2. Ruang Lingkup 
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi 
pada masalah : 
1. Karyawan belajar budaya organisasi 
2. Pengaruh budaya terhadap manajer 
3. Isu budaya organisasi saat ini di lingkungan manajer
BAB II 
PEMBAHASAN MATERI 
2.1. Karyawan Belajar Budaya Organisasi 
Menurut Stephen dan Mary (2005) Karyawan belajar tentang budaya 
organisasinya melalui berbagai cara, diantaranya sebagai berikut : 
3 
1. Cerita 
“kisah-kisah” dalam organisasi biasanya merupakan kenangan atas 
berbagai kejadian atau orang-orang penting, termasuk hal-hal seperti kisah 
pendirian organisasi, pelanggaran atas peraturan yang parah, dan renungan 
mengenai kesalahan-kesalahan di masa silam. Kisah-kisah perusahaan 
seperti itu memberikan banyak contoh bagi para karyawan untuk 
diteladani dan direnungkan. Juga memberikan pemahaman terhadap 
karyawan tentang apa yang menjadikan suatu perusahaan menjadi besar 
dan apa yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesuksesan itu. 
Untuk membantu para karyawan memahami budaya organisasi, 
kisah-kisah tersebut membuka jembatan dari masa sekarang ke masa lalu 
organisasi, sekaligus memberikan penjelasan serta pembenaran bagi 
praktik-praktik organisasi yang berlaku saat ini, menanamkan apa yang 
dianggap berharga dalam organnisasi, dan membangkitkan bayangan yang 
begitu lugas tentang apa yang menjadi tujuan organisasi. 
2. Acara-acara Simbolis (ritual) 
Ritual korporasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan 
secara berulang-ulang dalam sebuah organisasi, dengan tujuan 
mengekspresikan dan menanamkan lebih dalam nilai-nilai yang dianggap 
penting oleh organisasi. Di dalam sebuah perusahaan, tidak jarang ditemui 
acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup 
perusahaan. Sehingga tetap dipelihara keberadaannya.
Terdapat salah satu ritual korporasi yang paling terkenal yaitu upacara 
penyerahan penghargaan tahunan yang diadakan oleh perusahaan Mary 
Kay Cosmetics bagi para agen penjualnya. Ritual tersebut diharapkan 
dapat menjadi sarana pemacu semangat dengan memberikan pengakuan 
publik atas setiap kinerja penjualan. Lebih jauh lagi, dapat menegaskan 
kembali semangat, tekad, dan optimisme sang pendiri perusahaan yang 
berhasil membuat perusahaannya mencapai kesuksesan. Hal ini 
memberikan pesan kepada para agen penjualan bahwa mencapai sasaran 
penjualan mereka adalah hal yang sangat penting, dan melalui kerja keras 
serta keberanian mereka pun dapat mencapai kesuksesan. Acara ritual 
seperti ini memiliki peranan besar dalam membangkitkan motivasi dan 
harapan dalam diri karyawan. 
4 
3. Simbol-simbol Kebendaan 
Tata letak kantor atau pabrik milik organisasi, cara berpakaian para 
karyawan, kemewahan, gaya perabot, dan jenis mobil yang disediakan 
bagi para manajer puncak, serta penyediaan pesawat terbang pribadi milik 
perusahaan merupakan contoh simbol-simbol kebendaan. Simbol-simbol 
tersebut dapat menimbulkan reaksi emosional yang menciptakan nuansa 
kepribadian organisasi. 
Simbol-simbol kebendaan menyampaikan pesan kepada karyawan 
tentang siapa yang dianggap penting dan perilaku semacam apa (misalnya, 
berani mengambil resiko, konservatif, otoriter, serta individualistis) yang 
dianggap patut di dalam organisasi. 
4. Bahasa 
Bahasa organisasi dan unit-unit dalam sebuaah organisasi yang 
menggunakan bahasa sebagai cara untuk mengasosiasikan serta 
menyatukan para anggotanya ke dalam sebuah budaya. Dengan 
mempelajari bahasa ini, para anggota organisasi mengakui penerimaan
mereka terhadap budaya organisasi dan kesediaannya untuk membantu 
mempertahankannya. 
Seiring waktu, organisasi sering kali menciptakan istilah dan nama 
yang unik untuk menyebut perangkat kerja mereka, orang-orang penting 
dalam organisasi, para pemasok, para pelanggan, proses, atau produk 
mereka. Seorang karyawan baru biasanya akan kewalahan mengingat 
berbagai akronim yang dijumpainya, namun setelah beberapa waktu semua 
itu akan menjadi bagian alami dari bahasa pergaulannya sehari-haridalam 
organisasi. Bahasa berperan sebagai sebuah identitas bersama yang 
mengikat dan menyatukan para anggota organisasi. 
2.2. Pengaruh Budaya Terhadap Manajer 
Karena budaya organisasi dibatasi oleh hal-hal apa yang boleh dilakukan 
dan hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan, maka budaya sangat relevan dengan 
pekerjaan para manajer. Kendala dan batasan ini sering kali tidak muncul secara 
eksplisit; hal itu tidak dituliskan, bahkan jarang sekali diucapkan. Akan tetapi, 
hal-hal itu secara nyata ada, dan setiap manajer harus segera memahami apa yang 
boleh ia lakukan dan apa yang tidak boleh ia lakukan dalam organisasinya. 
5 
Sebagai contoh : 
a. Berlakulah seolah-olah anda sibuk meskipun sebenarnya tidak sibuk. 
b. Sebelum anda mengambil keputusan, sampaikan dulu kepada atasan anda 
sehingga ia tidak akan terkejut ketika mengetahuinya. 
c. Kita hanya perlu membuat produk sebaik apa yang dibuat oleh para 
pesaing. 
d. Jika anda ingin naik sampai ke puncak di sini, anda harus mampu menjadi 
pemain tim. 
Norma-norma tersebut tidak akan ditemukan dalam bentuk tertulis tapi 
norma tersebut merupakan contoh kebiasaan yang berlaku di berbagai organisasi 
di dunia nyata.
Kaitan antara norma-norma semacam ini dan perilaku manajemen cukup 
mudah dipahami. Dalam sebuah organisasi dengan budaya “ready-aim-fire”, para 
manajer akan mempelajaridan menganalisis usulan-usulan proyek secara sangat 
hati-hati dan mendalam sebelum menindaklanjuti usulan-usulan tersebut. 
Sebaliknya dalam sebuah organisasi dengan budaya “ready-fire-aim”, para 
manajer akan terlebih dahulu mengambil tindakan kemudian baru menganalisis 
akibat serta hasil dari tindakan tersebut. Atau, apabila sebuah organisasi menganut 
keyakinan bahwa laba dapat ditingkatkan melalui pemotongan berbagai biaya dan 
jalan terbaik bagi perusahaan untuk bertumbuh adalan meningkatkan laba secara 
perlahan namun stabil setiap triwulan. Para manajer disini tidak akan mau 
menjalankan program-program yang inovatif, beresiko, berjangka panjang, atau 
ekspansif. Dalam sebuah organisasi yang budayanya berlandaskan sikap 
ketidakpercayaan terhadap karyawan, para manajer kemungkinan besar akan 
menerapkan gaya kepemimpinan yang otoriter daripada demokratis. 
Budayalah yang menggariskan standar perilaku yang dapat diterima dan 
dianggap patut bagi para manajer. Keputusan manajer sangat dipengaruhi oleh 
budaya organisasi di mana ia bekerja. Budaya sebuah organisasi, terutama budaya 
yang kuat, akan memberikan pengaruh dan batasan-batasan pada cara manajer 
dalam menjalankan fungsi perencanaan, penataan, kepemimpinan, dan 
pengendalian. 
6 
1. Perencanaan 
i) Tingkat resiko yang diperbolehkan dalam rencana manajemen 
ii) Apakah rencana kerja harus dibuat oleh individu atau tim 
iii) Seberapa jauh manajemen mempertimbangkan faktor lingkungan 
dalam perencanaan
7 
2. Penataan 
i) Seberapa besar otonomi yang diberikan kepada karyawan dalam ruang lingkup 
kerja mereka 
ii) Apakah tugas-tugas harus dikerjakan secara perorangan atau berkelompok (tim). 
iii) Tingkat interaksi yang diperbolehkan bagi seorang manajer dengan rekan-rekannya 
dari departemen lain 
3. Kepemimpinan 
i) Tingkat kepedulian manajemen pada kepuasan para karyawan 
ii) Gaya kepemimpinan macam apa yang dianggap patut 
iii) Apakah segala bentuk perbedaan pendapat–bahkan yang konstruktif sekalipun 
harus ditekan dan dihilangkan 
4. Pengendalian 
i) Apakah penerapan mekanisme pengendalaian eksternal dianggap perlu ataukah 
para karyawan dianggap mampu mengendalikan tindakan mereka sendiri 
ii) Kriteria-kriteria apa saja yang harus ditekankan di dalam evaluasi kinerja 
karyawan. 
iii) Akibat (dan sanksi) apa yang akan timbul bila seorang manajer melampaui batas 
anggaran yang ditetapka 
2.3. Isu Budaya Organisasi Saat Ini di Lingkungan Manajer 
Terdapat lima isu budaya organisasi terkini yaitu, 
1. Menciptakan Budaya Beretika 
Isu dan kekuatan suatu budaya memengaruhi suasana etis sebuah organisasi 
dan perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah organisasi yang punya 
kemungkinan paling besar untuk membentuk standar dan etika tinggi adalah budaya 
yang tinggi toleransinya terhadap risiko tinggi, rendah, sampai sedang dalam hal 
keagresifan, dan fokus pada sarana selain juga hasil. 
Manajemen dapat melakukan beberapa hal dalam menciptakan budaya yang 
lebih etis. 
a. Model peran yang visibel 
Karyawan akan melihat perilaku manajemen puncak sebagai acuan standar 
untuk menentukan perilaku yang semestinya diambil.
8 
b. Komunikasi harapan etis 
Ambiguitas etika dapat diminimalkan dengan menciptakan dan 
mengomunikasikan kode etik organisasi. 
c. Pelatihan etis 
Pelatihan etis digunakan untuk memperkuat standar, tuntunan organisasi, 
menjelaskan praktik yang diperbolehkan dan yang tidak, dan menangani 
dilema etika yang mungkin muncul. 
2. Menciptakan Budaya Inovatif 
Budaya inovasi merupakan budaya yang ingin dimiliki oleh tiap bisnis. 
Namun, menciptakan budaya ini tidaklah mudah. Butuh komitmen untuk melakukan 
terobosan yang `berbeda` dari perusahaan-perusahaan pada umumnya. 
Ada beberapa hal yang dilakukan untuk menciptakan budaya yang inovatif, yaitu : 
a. Perusahaan harus dapat menghargai kreativitas. Kreativitas memungkinkan 
ide-ide inovasi untuk mengalir dengan baik. 
b. Menerapkan open communication, dimana karyawan dapat mengemukakan 
ide dan pendapatnya secara terbuka. Birokrasi harus minimum, sehingga 
komunikasi dapat tercipta tanpa hambatan. 
c. Perusahaan juga harus punya kolaborasi yang baik antar departemen. Dengan 
gabungan perspektif yang bermacam-macam antar departemen, maka ide 
inovasi akan tercipta lebih baik. 
d. Budaya inovasi hanya dapat tercipta jika ada komitmen dari pemimpinnya. 
Pemimpin harus mengembangkan skill-skill yang diperlukan untuk inovasi, 
baik 
e. untuk dirinya maupun karyawan-karyawan dalam perusahaan. 
3. Menciptakan Budaya yang Cepat Tanggap Terhadap Tuntutan Pelanggan ( 
Berorientasi Pelanggan) 
Ada beberapa variabel Kunci yang Membentuk Budaya Tanggap terhadap 
Pelanggan:
9 
a. Tipe Karyawan 
Organisasi berorientasi pelanggan yang berhasil, memperkerjakan karyawan 
yang terbuka dan ramah. 
b. Formalisasi yang Rendah 
Karyawan jasa perlu memiliki kebebasan untuk memenuhi tuntutan layanan 
pelanggan yang senantiasa berubah. Kaidah, prosedur dan aturan yang kaku 
menimbulkan kesulitan ini. 
c. Perluasan Formalisasi yang Rendah 
Penggunaan pemberdayaan secara luas. Karyawan yang diberdayakan memilik 
i keleluasaan keputusan untuk melakukan apa yang perlu demi menyenangkan 
pelanggan. 
d. Ketrampilan mendengar yang baik 
Karyawan dalam budaya yang tanggap terhadap pelanggan memiliki 
kemampuan mendengarkan dan memahami pesan yang dikirim oleh 
pelanggan. 
e. Kejelasan Peran 
Karyawan jasa bertindak sebagai “perentang batas” antara organisasi dan pelanggan. 
Mereka harus menyetujui baik tanpa bantahan terhadap permintaan pelanggan 
maupun majikan. Ini dapat menimbulkan ambiguitas dan konflik peran yang 
besar,yang mengurangi kepuasaan jabatan karyawan dan menghambat layanan kerja 
karyawan. Budaya tanggap terhadap pelanggan akan menguranagi ketidakpastian 
karyawan mengenai cara terbaik menjalankan pekerjaan mereka dan pentingnya 
aktivitas jabatan. 
Singkatnya budaya terhadap pelanggan memperkerjakan karyawan yang berorientasi 
pada layanan dengan ketrampllan mendengar yang baik dan keinginan bekerja 
melebihi batasan uraian jabatannya agar dapat melakukan apa yang perlu untuk 
menyenangkan pelanggan 
4. Menciptakan Budaya Tempat Kerja yang Mendukung Kebhinekaan (diversity)
Keragaman di tempat kerja mengacu pada berbagai perbedaan antara orang-orang 
dalam suatu organisasi. Keragaman tersebut mencakup keragaman ras jenis 
kelamin kelompok etnis usia kepribadian gaya kognitif kepemilikan fungsi organisasi 
pendidikan latar belakang dan banyak lagi. Kecerdasan terhadap keragaman akan 
mempengaruhi kualitas diri Anda. Di saat Anda ikhlas dan tulus melihat kekayaan 
keragaman; maka kinerja, motivasi, kesuksesan, dan interaksi Anda dengan orang lain 
akan menjadi keunggulan Anda dalam menjalani hari-hari Anda yang luar 
biasa.Keragaman di tempat kerja harus diarahkan untuk memberikan kontribusi 
kekayaan kepada stakeholders, serta meningkatkan kualitas kesadaran setiap pihak 
untuk menghindari konflik dan membangun keharmonisan yang solid. 
Setiap orang di dalam perusahaan harus merasa bangga dengan keragaman, 
harus merasa keragaman sebagai perbedaan yang saling melengkapi untuk prestasi 
dan kinerja yang luar biasa. Termasuk, para pemimpin harus cerdas mengelola 
keragaman untuk memaksimalkan kemampuan semua karyawan, agar bisa 
berkontribusi pada tujuan akhir organisasi. Masa depan keberhasilan setiap organisasi 
bergantung pada kemampuan untuk mengelola tubuh yang beragam bakat yang dapat 
membawa ide-ide inovatif perspektif dan pandangan untuk pekerjaan mereka. 
Tantangan dan masalah yang dihadapi keragaman di tempat kerja dapat diubah 
menjadi aset organisasi yang strategis jika sebuah organisasi dapat memanfaatkan 
multi ini beragam bakat. 
5. Membangun Tempat Kerja yang Diwarnai Spiritualitas 
Spiritualitas di tempat kerja adalah mengenai pemahaman diri pekerja sebagai 
makhluk spiritual yang jiwanya (the soul) memerlukan pemeliharaan di tempat kerja 
dengan menegakkan nilai-nilai; mengenai pengalaman akan rasa bertujuan dan 
bermakna dalam pekerjaannya; dan juga tentang mengalami perasaan saling 
terhubung dengan orang lain dan dengan komunitasnya di tempat kerja (Ashmos dan 
Duchon, 2000). Spiritualitas di tempat kerja merupakan salah satu jenis iklim 
psikologis di mana orang-orang (pekerja) memandang dirinya memiliki suatu 
kehidupan internal yang dirawat dengan pekerjaan yang bermakna dan ditempatkan 
dalam konteks suatu komunitas. Unit kerja yang memiliki tingkat spiritualitas yang 
10
tinggi berarti mengalami iklim tersebut, dan dapat diduga bahwa unit kerja tersebut 
akan mengalami kinerja yang lebih tinggi. 
Pengembangan siritualitas di tempat kerja dapat dimulai dari diri kita masing-masing 
secara pribadi. Namun, perkembangan spiritualitas di tempat kerja akan 
efektif bila didukung oleh lingkungan kerja yang sama-sama menyadari pentingnya 
spiritualitas di tempat kerja. 
Komponen spiritualitas kerja menurut Ashmos dan Duchon meliputi: 
a. Kehidupan batin sebagai identitas spiritual (inner life) 
Spiritualitas di tempat kerja merupakan penemuan kesempatan di tempat 
kerja untuk mengekspresikan berbagai aspek yang dimiliki seseorang, 
bukan hanya kemampuan menampilkan tugas-tugas fisik dan intelektual. 
Memahami spiritualitas di tempat kerja dapat dimulai dengan memahami 
bahwa setiap orang memiliki kehidupan batin maupun lahir dan bahwa 
pemeliharaan kehidupan batin dapat menghasilkan kehidupan lahir yang 
lebih bermakna dan produktif. 
b. Makna dan tujuan dalam bekerja (meaningful work) 
Setelah mengenal elemen spiritual dalam diri pekerja, diperlukan 
penerimaan bahwa para pekerja perlu terlibat dalam pekerjaan yang 
memberikan makna terhadap hidupnya. Pentingnya pekerjaan yang 
bermakna dinyatakan oleh seorang penulis bernama Fox, sbb: 
"Hidup dan penghidupan (mata pencaharian) bukan dua hal yang terpisah 
melainkan mengalir dari sumber yang sama, yaitu spirit. Spirit berarti 
hidup, dan hidup maupun penghidupan adalah menyangkut kehidupan 
dalam kedalaman, kehidupan dengan makna, tujuan, kegembiraan, dan 
perasaan memiliki kontribusi terhadap komunitas yang lebih luas. 
Spiritualitas kerja adalah menyangkut bagaimana membawa hidup dan 
penghidupan kembali bersama, dan spirit di dalamnya". 
c. Perasaan terhubung dengan komunitas (community) 
11
Spiritualitas di tempat kerja juga perihal bagaimana seseorang dapat hidup 
terkoneksi dengan orang lain. Birokrasi dan model manajemen organisasi 
ilmiah merekomendasikan spesialisasi, yang pada gilirannya menimbulkan 
perasaan terisolasi dan terasing di antara para pekerja. Namun, kini tempat 
kerja diakui sebagai suatu jenis komunitas itu sendiri. Kerja itu sendiri 
ditemukan sebagai suatu sumber pertumbuhan spiritualitas dan koneksi 
(hubungan) dengan orang lain.Perasaan menjadi bagian dari komunitas 
merupakan suatu elemen esensial bagi perkembangan spiritualitas. Banyak 
tradisi agama yang menekankan aspek persahabatan (fellowship) dari 
perkembangan spiritual. Mengenai hal ini Ashmos dan Duchon 
menyatakan bahwa persahabatan membantu para pepimpin dan anggota-anggotanya 
untuk menghadapi kesepian, kekecewaan, dan luka akibat 
organisasi modern dan untuk memastikan bahwa kondisi tersebut tidak 
berlanjut membusukkan spirit organisasi dan orang-orang di dalamnya. 
12
BAB III 
CONTOH PENERAPAN TEORI / KASUS 
3.1 Contoh penerapan teori / kasus tentang “karyawan belajar organisasi” 
40 Peserta Karyawan BPR Ikuti Pelatihan 
Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sulut bersama Perhimpunan Bank Perkreditan 
Rakyat Indonesia (Perbarindo) menggelar Pelatihan Model dan Analisa Kredit 
UMKM Kepada Pejabat dan Staf AO Kredit BPR se Sulut dan Gorontalo. 
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan analisa kredit dari 
karyawati BPR. 
"Pelatihan ini tujuannya untuk meningkatkan kemampuan analisa kredit BPR 
khusus di sektor pertanian dan pedesaan sehingga bpr makin berkembang di 
masyarakat," kata Kepala BI Sulut, Suhaedi, di Hotel Aston Manado, Kamis 
(26/7/2012), sekitar pukul 9.40 Wita. 
Dalam pelatihan ini diikuti sekitar 40 orang dengan 20 BPR, 17 BPR Sulut dan 3 BPR 
Gorontalo. Masing-masing BPR mengutus dua orang pegawainya. 
"Dalam memberikan kredit, harus mengetahui mengenai usahanya sendiri, 
kemudian dari calon debiturnya sehingga pemahaman kedua hal tersebut menjadi 
hal yang penting dalam meningkatkan," ujarnya. 
Suhaedi menjelaskan, masyarakat juga harus mengetahui usaha dengan baik dan 
bank pun semakin percaya dengan usaha tersebut. Dengan demikian, bank tak 
ragu lagi dalam memberikan kreditnya. 
"Kedepannya kita akan berikan pelatihan langsung ke lapangan. Ini juga dalam 
meningkatkan kemampuan mereka," ucap Suhaedi. 
14
3.2 Contoh penerapan teori / kasus tentang “Pengaruh budaya terhadap 
manajer” 
Manajemen ala Toyota 
Reputasi Toyota sebagai perusahaan otomotif yang sangat istimewa dalam hal 
inovasi terbukti membawa perusahaan ini ke tataran perusahaan yang sangat 
“profitable” dan mengatasi sejumlah produsen otomotif dunia lainnya, seperti 
General Motor, Ford, DaimlerChrysler, dan Honda. 
Keistimewaan Toyota terutama bersandar pada inovasi sebagai salah satu pilar 
yang paling kritikal dari keunggulan bersaingnya serta sistem pengembangan 
produk maupun filosofi desain yang berorientasi pada kualitas, cost reduction, dan 
kemampuan untuk menerobos pasar secara kreatif dan cerdas. 
Bahkan, dalam majalah Fortune edisi Februari 2006 dikatakan, Toyota is 
becoming a double threat: the world‟s finest manufacturer and a truly great 
innovator…that formula, a combination of production prowess and technical 
innovation, is unbeatable recipe for success…. 
Seperti lazimnya perusahaan Jepang pada umumnya, kehadiran Toyota ternyata 
tidak semata menjadi mesin uang, tetapi malah lebih daripada itu, Toyota ikut 
memberi kontribusi dengan pola pikir lean production, sebuah istilah yang 
ditampilkan dalam buku The Machine That Changed The World yang mengubah 
paradigma manufaktur mass production dari Ford. Bahkan, belakangan ini 
ekspresi yang lebih sering kita dengar tentang kiprah Toyota adalah pernyataan 
bahwa “Kami (Toyota) bukan hanya menghasilkan mobil, tetapi talenta yang 
berkualitas”. Setiap program pengembangan produk baru, setiap kualitas yang 
cacat dalam pabrik, dan setiap aktivitas kaizen merupakan peluang untuk 
mengembangkan talenta yang ada dalam perusahaan. 
Manajer sekaligus guru 
Ketika ditanya tentang apa tantangan yang terbesar sewaktu mengajarkan Toyota 
Way kepada para manajer Amerika, mantan Presiden Toyota Motor 
15
Manufacturing North America Atsushi Niimi mengatakan, “Mereka ingin menjadi 
manajer dan bukan guru.” Di Toyota setiap manajer harus menjadi seorang guru. 
Mengembangkan manusia-manusia unggul merupakan prioritas nomor satu di 
Toyota. 
Memang tidak pernah terbayangkan bahwa cikal bakal Toyota yang digagas oleh 
seorang sederhana bernama Sakichi Toyoda yang bekerja di daerah pedalaman di 
Jepang dan sekarang ini dikenal sebagai Toyota City in Japan justru telah 
mengubah secara radikal wajah manufaktur yang selama ini ada. The Toyota 
Production System (TPS) menjadi salah satu landasan sangat penting dari 
keunggulan bersaing Toyota dan yang membuat Toyota mencetak prestasi yang 
konsisten sejak perang dunia ke-2 sampai sekarang ini. 
Bahkan, pada tahun 1994- 2007, Toyota mampu menggandakan jumlah model 
mobil yang diproduksinya dengan tetap mempertahankan pengeluaran R & D 
sekitar 4 persen dari pendapatan. Sebuah prestasi yang telah menjadi bahan kajian 
yang tidak habis-habisnya oleh berbagai konsultan mancanegara dan sering kali 
dijadikan sebagai business case oleh berbagai perusahaan dari lintas industri. 
Tidak terhitung pula perusahaan yang mengopi TPS dengan harapan akan 
memperoleh daya saing serupa dengan Toyota. 
Kalau ditelusuri, informasi tentang TPS secara luas telah ada sejak 30 tahun lalu, 
tetapi tidak satu pun perusahaan yang dapat sempurna menduplikasi keberhasilan 
Toyota. Apa rahasianya? Ternyata, penampilan yang luar biasa konsisten dari 
kinerja Toyota merupakan hasil dari keunggulan manusia yang ditunjang oleh 
sistem yang mumpuni bagi talenta-talenta yang ada dalam perusahaan tersebut. 
Adalah pengetahuan dan kapabilitas dari orang yang membedakan satu 
perusahaan dari perusahaan lainnya. Tetapi, pertanyaan yang selalu menggelitik 
adalah mengapa begitu sulit sekali mengopi Toyota? 
Dalam bukunya Building the Bridge as You Walk on It, Robert Quinn 
menunjukkan bahwa tidak mungkin menduplikasi keberhasilan dari sebuah 
16
perusahaan lain hanya semata dengan melakukan imitasi pada tekniknya. Menurut 
dia, dalam mendiskusikan teknik, kita sering kali melupakan pentingnya 
relasional. Mungkin itu sebabnya banyak management fads yang gagal. 
Orang cenderung melakukan imitasi pada teknik, tetapi gagal untuk menjalani dan 
menghayatinya dalam suasana seperti halnya yang dilakukan oleh sang penemu. 
Teknik memang bernilai, tetapi orang tidak dapat membuat teknik itu berguna 
kalau tidak tertantang dan didukung oleh proses pembelajaran sehingga teknik 
tersebut menjadi berdaya guna. Dilemanya adalah orang cenderung ingin cepat 
mengopi penampilan prima dari Toyota, tetapi mereka tidak mau bekerja keras 
untuk mengubah perilakunya dengan mereplikasi budaya dan infrastruktur yang 
ada di Toyota. 
17 
Pengembangan talenta 
Dalam buku ini, Profesor Jeffrey K Liker, Direktur The Japan Technology 
Management Program, University of Michigan, dan David Meier, Presiden Lean 
Associate serta mantan Group Leader Toyota Manufacturing, selama 10 tahun, 
keduanya juga merupakan penulis dari buku best seller The Toyota Way, 
mengeksplorasi proses utama yang digunakan oleh Toyota sebagai sarana 
mengajar dan mengembangkan talenta. 
Pengembangan talenta di Toyota semuanya berangkat dari core concepts dan 
filosofi yang dibangun dari TPS. Dari 14 prinsip TPS, ada enam prinsip dalam 
filosofi Toyota yang berhubungan dengan pengembangan manusia. Keenam 
prinsip ini merefleksikan pentingnya people management, seperti setiap keputusan 
manajemen harus berdasar pada filosofi jangka panjang sekalipun akan 
mengorbankan tujuan finansial jangka pendek. 
Standardisasi proses merupakan landasan untuk perbaikan yang 
berkesinambungan. Setiap leaders harus memahami sepenuhnya pekerjaan dan 
menghayati filosofi serta mampu mengajarkannya pada yang lain. Kembangkan 
talenta yang istimewa dan tim yang mengikuti filosofi perusahaan. Jalinlah
hubungan dengan pemasok dan selalu memberikan tantangan dan membantu 
mereka untuk perbaikan, Serta jadilah organisasi pembelajar melalui refleksi yang 
tiada henti dan perbaikan terus- menerus. 
Di Toyota, kalau seorang manajer tidak mampu menciptakan suasana belajar, 
kinerja kelompoknya akan merosot. Toyota bekerja keras untuk menciptakan 
budaya di mana proses belajar mengajar sangat dihargai dan dilihat sebagai kunci 
sukses jangka panjang. Kenyataan seperti yang biasa kita lihat, manakala talenta 
tak dikembangkan dengan memadai, maka keseluruhan sistem akan menjadi 
pincang. 
Melalui buku ini, kedua penulis mempunyai intensi untuk mengeksplorasi 
hubungan antara upaya Toyota yang tidak kenal lelah dalam pengembangan 
manusia dan hasil yang dicapainya. Rahasia kesuksesan Toyota terletak pada 
kenyataan bahwa Toyota hanya merekrut talenta yang terbaik. 
Mungkin ada yang memperdebatkan apakah seseorang dilahirkan dengan talenta 
tertentu atau apakah talenta itu dibentuk? Pendirian Toyota jelas, berikanlah pada 
kami bibit talenta yang ada, kami akan menanamnya, memberikan pupuk, air, dan 
memelihara serta merawatnya, dan pada waktunya akan memanen buah-buah dari 
pekerja kami. 
Analogi ini lazim di dalam Toyota karena kalau kita melihat ke belakang pendiri 
perusahaan ini berasal dari komunitas petani. Analogi ini juga mengajarkan pada 
kita bahwa sekalipun seorang petani yang cerdas memilih bibit yang baik, bibit itu 
tidak dengan sendiri akan tumbuh dengan baik kalau tidak ada upaya dan kerja 
keras untuk merawatnya. 
Dan kunci sukses Toyota di sini adalah mengembangkan dan merawat talenta-talenta 
yang ada dalam sebuah atmosfer kerja yang menghargai proses belajar 
mengajar. Inilah learning point yang bisa kita ambil dari buku yang sangat 
inspirasional ini. 
18
1.3 Contoh penerapan teori / kasus tentang “Isu budaya saat ini di 
19 
lingkungan manajer” 
Apple, Perusahaan yang Sangat Merahasiakan Kegiatan 
Apple merupakan salah satu perusahaan yang bisa dibilang sangat merahasiakan 
setiap kegiatan yang ia lakukan. Kini, „secercah cahaya‟ mengenai perusahaan ini 
terkuak. Ingin tahu? 
Markas besar dengan pegawai kurang lebih 12 ribu ini terletak dekat dengan 
jantung Silicon Valley. Markas futuristik perusahaan ini nantinya berbentuk 
cakram dengan pembangkit listrik sendiri yang memuat warisan abadi Steve Jobs, 
desain apik dengan inti sangat efisien. 
Selama bertahun-tahun, perusahaan ini berhasil menarik minat ahli teknologi 
untuk bergabung dengan perusahaan yang berbasis di Cupertino, Amerika Serikat 
(AS) ini dengan harapan mampu menguak sedikit rahasia dari perusahaan yang 
sangat-rahasia ini. 
Hanya sedikit orang berhasil masuk ke dalam gedung utama Apple. Sekerumunan 
penjaga keamanan menyapa mereka yang memasuki gedung ini kemudian 
mengawal mereka kembali ke trotoar dan terkadang mengarahkan mereka ke arah 
toko di kampus tempat orang bisa membeli kaus berlogo Apple. 
Namun, sebuah buku baru yang dirilis di Inggris pekan ini akhirnya memberikan 
wawasan non partisan ke dalam kehidupan perusahaan ini sebagai karyawan 
Apple dan itu tak seperti yang diharapkan kebanyakan orang. 
Menurut Inside Apple, Apple merupakan kantor yang tak memiliki jendela, 
sebuah gedung yang menonjolkan ego dan etos ketakutan dengan nada 
„pemujaan‟. “Apple tak membicarakan Apple. Apple membicarakan produk 
Apple,” kata penulis buku tersebut sekaligus editor majalah Fortune Adam 
Lashinsky.
Mungkin, untuk alasan yang baik, ilusi mengenai pegawai dengan jiwa bebas 
sedang duduk-duduk di kursi berbentuk kacang yang sedang bermain gadget 
terbaru sebelum mereka makan siang gratis akan hancur begitu saja. 
Sebaliknya, aturan CEO diktator bertangan menyilang bisa ditemui, kata 
Lashinsky. Karyawan yang ada tak mengajukan pertanyaan dan mereka 
meninggalkan ego mereka begitu saja. Hanya ada satu orang yang diizinkan 
memiliki ego publik dan itu adalah Steve Jobs, katanya. 
“Apple merupakan tempat keras untuk kerja. Perusahaan ini memiliki lingkungan 
kerja yang sangat menuntut. Kantor ini bukan tempat yang menyenangkan seperti 
Google,” kata Lashinsky. 
Apple bukan tempat yang sangat bahagia namun kantor ini melahirkan orang yang 
bisa bertahan di lingkungan seperti itu, lanjutnya lagi. Karyawan Apple seperti 
potongan puzzle dan hanya satu orang mengetahui cara menyatukan dengan 
potongan-potongan itu, yakni seorang CEO yang diperankan Steve Jobs hingga 
diserahkan pada Tim Cook tahun lalu. 
Di tengah kabel, nodul dan desain papan sirkuit, Apple adalah perusahaan yang 
sangat rahasia, bahkan pekerjanya sendiri tak mengetahui apa yang mereka 
ciptakan, katanya. Ruang tak berjendela menjadi satu-satunya tempat di mana 
iPad atau iPhone baru didiskusikan, dan bahkan senior wakil presiden hanya bisa 
masuk ruang itu untuk mendiskusikan bagiannya saja sebelum diminta pergi, 
katanya. 
Informasi ketat dibatasi pada 100 orang yang dipilih langsung Steve Jobs. Saat 
membahas hari peluncuran produk, karyawan Apple berkumpul di sekitar televisi 
di kantin untuk mencari tahu produk baru itu. Mereka akan sama terkejutnya 
seperti orang lain, kata Lashinsky. 
Kerahasiaan berakar di tiap karyawan, kata Lashinsky. Siapa pun yang tertangkap 
mengungkapkan rahasia Apple baik disengaja atau tidak akan ditangani dengan 
cepat, PHK dari perusahaan. 
20
Dalam buku itu, seorang karyawan ingat bagaimana ia mendapat mimpi buruk 
atas ancaman yang dibuat untuk karyawan mengenai pelanggaran kerahasiaan. 
“Jobs akan berkata, „Apa pun yang bocor dari pertemuan ini, tak hanya PHK 
menanti juga penuntutan penuh yang bisa dilakukan pengacara kami‟. Anda harus 
berhati-hati,” kata karyawan itu pada Lashinsky. 
Bahkan, anggota staf yang telah keluar dari perusahaan ini terus mengalami 
ketakutan akan pembalasan, kata Lashinsky. “Kebrutalan Jobs terkait bawahannya 
mengesahkan kekerasan, intimidasi, dan tuntutan budaya di Apple. Di bawah 
Jobs, budaya ketakutan dan intimidasi berakar di seluruh perusahaan,” kata 
Lashinsky lagi. 
Bagi perusahaan yang sangat dihormati atas inovasinya membuat perlakuan kejam 
Apple pada karyawannya menjadi bagian rumus kesuksesan, papar Lashinsky. 
“Ini menciptakan etos setia antar staf untuk melindungi produk,” katanya. 
Tim Cook pernah berkata, “Ini merupakan bagian keajaiban Apple dan saya tak 
ingin orang lain mengetahui keajaiban kami karena saya tak ingin ada yang 
menyalin karya kami.” Terbukti, pekan ini Apple dinobatkan menjadi perusahaan 
paling berharga di dunia dengan nilai US$415 miliar (Rp3,72 kuantiliun atau 
Rp3.720 triliun). 
21
DAFTAR PUSTAKA 
Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen Edisi-10. Jilid 1. Edisi 
Bahasa Indonesia. PT Indeks, Jakarta. 
Antariksa, Yodhia. 2008. “IBM Way dan Total Values“. http://strategimanajemen.net 
/2008/01/07/ibm-way-toyota-values-dan-google-culture/ 
Goni, Roy. 2007. “Manajemen Ala Toyota”. http://iswekon.wordpress.com/2009/ 
02/05/manajemen-ala-toyota/ 
Neke, Defrianto. 2012. “40 Peserta Karyawan BPR Ikuti Pelatihan”. http://manado. 
tribunnews.com/2012/07/26/40-peserta-karyawan-bpr-ikuti-pelatihan 
Nugroho, Galih Purwo. 2009. “Budaya Organisasi”. http://www.scribd.com/doc/ 
24369362/Budaya-Organisasi 
Putri, Rinella. 2010. “Menciptakan Budaya Inovasi”. http://www.managementfile. 
com/journal.php?id=187&sub=journal&page=strategic&awal=0

More Related Content

What's hot

IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAANIMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAANHeru Fernandez
 
Bahan ajar manajemen keuangan endang stie rahmaniyah sekayu
Bahan ajar manajemen keuangan endang stie rahmaniyah sekayuBahan ajar manajemen keuangan endang stie rahmaniyah sekayu
Bahan ajar manajemen keuangan endang stie rahmaniyah sekayuEndangmasri
 
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGTrisnadi Wijaya
 
PPT PENENTUAN HARGA JUAL
PPT PENENTUAN HARGA JUALPPT PENENTUAN HARGA JUAL
PPT PENENTUAN HARGA JUALrisni sari
 
Temu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costingTemu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costingAni Andiyani
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemEster Emilia
 
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan DelegasiKekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan DelegasiSatya Pranata
 
Makalah lingkungan bisnis ( pengantar bisnis)
Makalah lingkungan  bisnis ( pengantar bisnis)Makalah lingkungan  bisnis ( pengantar bisnis)
Makalah lingkungan bisnis ( pengantar bisnis)Ruhilatul Ilma
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Kristalina Dewi
 
Matematika Ekonomi - Biaya Marginal
Matematika Ekonomi - Biaya MarginalMatematika Ekonomi - Biaya Marginal
Matematika Ekonomi - Biaya MarginalSonya Santoso
 
Tugas strategi pemasaran_nike_inc
Tugas strategi pemasaran_nike_incTugas strategi pemasaran_nike_inc
Tugas strategi pemasaran_nike_incJerry Dwi Oktavian
 
Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iyalifadli98
 
Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia
Perspektif Manajemen Sumber Daya ManusiaPerspektif Manajemen Sumber Daya Manusia
Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusianitalulu
 
"DESENTRALISASI" AKUNTANSI MANAJEMEN
"DESENTRALISASI" AKUNTANSI MANAJEMEN"DESENTRALISASI" AKUNTANSI MANAJEMEN
"DESENTRALISASI" AKUNTANSI MANAJEMENErmawati Syahrudi
 
Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku KonsumenTeori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumenvadilla mutia
 
Dasar-dasar struktur organisasi
Dasar-dasar struktur organisasiDasar-dasar struktur organisasi
Dasar-dasar struktur organisasiTika Nafisah
 
Makalah Budaya Organisasi
Makalah Budaya OrganisasiMakalah Budaya Organisasi
Makalah Budaya OrganisasiMuhammad Fajar
 

What's hot (20)

IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAANIMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
 
Bahan ajar manajemen keuangan endang stie rahmaniyah sekayu
Bahan ajar manajemen keuangan endang stie rahmaniyah sekayuBahan ajar manajemen keuangan endang stie rahmaniyah sekayu
Bahan ajar manajemen keuangan endang stie rahmaniyah sekayu
 
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
 
PPT PENENTUAN HARGA JUAL
PPT PENENTUAN HARGA JUALPPT PENENTUAN HARGA JUAL
PPT PENENTUAN HARGA JUAL
 
Temu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costingTemu 6-variable-costing
Temu 6-variable-costing
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem
 
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan DelegasiKekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
 
Makalah lingkungan bisnis ( pengantar bisnis)
Makalah lingkungan  bisnis ( pengantar bisnis)Makalah lingkungan  bisnis ( pengantar bisnis)
Makalah lingkungan bisnis ( pengantar bisnis)
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
 
Matematika Ekonomi - Biaya Marginal
Matematika Ekonomi - Biaya MarginalMatematika Ekonomi - Biaya Marginal
Matematika Ekonomi - Biaya Marginal
 
Tugas strategi pemasaran_nike_inc
Tugas strategi pemasaran_nike_incTugas strategi pemasaran_nike_inc
Tugas strategi pemasaran_nike_inc
 
#3 pendekatan sdm
#3 pendekatan sdm#3 pendekatan sdm
#3 pendekatan sdm
 
Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan i
 
Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia
Perspektif Manajemen Sumber Daya ManusiaPerspektif Manajemen Sumber Daya Manusia
Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia
 
"DESENTRALISASI" AKUNTANSI MANAJEMEN
"DESENTRALISASI" AKUNTANSI MANAJEMEN"DESENTRALISASI" AKUNTANSI MANAJEMEN
"DESENTRALISASI" AKUNTANSI MANAJEMEN
 
Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku KonsumenTeori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumen
 
Dasar-dasar struktur organisasi
Dasar-dasar struktur organisasiDasar-dasar struktur organisasi
Dasar-dasar struktur organisasi
 
Pendanaan/Modal
Pendanaan/ModalPendanaan/Modal
Pendanaan/Modal
 
Makalah Budaya Organisasi
Makalah Budaya OrganisasiMakalah Budaya Organisasi
Makalah Budaya Organisasi
 

Similar to PENGANTAR MANAJEMEN - PERBEDAAN BUDAYA

Execution strategy to lead the business in an environment
Execution strategy to lead the business in an environmentExecution strategy to lead the business in an environment
Execution strategy to lead the business in an environmentSetiono Winardi
 
Manajemen dan organisasi
Manajemen dan organisasi Manajemen dan organisasi
Manajemen dan organisasi Trianingrum
 
Makalah MSDM Strategis Kelompok 2.pdf
Makalah MSDM Strategis Kelompok 2.pdfMakalah MSDM Strategis Kelompok 2.pdf
Makalah MSDM Strategis Kelompok 2.pdfABDANAZAMSABILI
 
Makalah Informasi dan Proses Bisnis (Rismayani S. Kom. M. T.)
Makalah Informasi dan Proses Bisnis (Rismayani S. Kom. M. T.)Makalah Informasi dan Proses Bisnis (Rismayani S. Kom. M. T.)
Makalah Informasi dan Proses Bisnis (Rismayani S. Kom. M. T.)fantasyfikri
 
Link-Link MATERI Training_ "Professional Secretary" in Global Era
Link-Link MATERI Training_ "Professional Secretary" in Global EraLink-Link MATERI Training_ "Professional Secretary" in Global Era
Link-Link MATERI Training_ "Professional Secretary" in Global EraKanaidi ken
 
Makalah uts manajemen strategik
Makalah uts manajemen strategikMakalah uts manajemen strategik
Makalah uts manajemen strategikNurFirmansyah6
 
Struktur Dan Desain Organisasional Pengelolaan Perubahan Organisasional
Struktur Dan Desain Organisasional Pengelolaan Perubahan OrganisasionalStruktur Dan Desain Organisasional Pengelolaan Perubahan Organisasional
Struktur Dan Desain Organisasional Pengelolaan Perubahan OrganisasionalFox Broadcasting
 
Makalah bagan desain organisasi manajemen
Makalah bagan desain organisasi manajemenMakalah bagan desain organisasi manajemen
Makalah bagan desain organisasi manajemenSylvester Saragih
 
Link-Link MATERI Training "Professional SECRETARY in Global Era"
Link-Link MATERI Training "Professional SECRETARY in Global Era"Link-Link MATERI Training "Professional SECRETARY in Global Era"
Link-Link MATERI Training "Professional SECRETARY in Global Era"Kanaidi ken
 
Chapter 7 km role of organization culture
Chapter 7 km role of organization cultureChapter 7 km role of organization culture
Chapter 7 km role of organization culturedodyprasetyotrisandy
 
BukuDasarKepemimpinan.pdf
BukuDasarKepemimpinan.pdfBukuDasarKepemimpinan.pdf
BukuDasarKepemimpinan.pdfssuser091361
 
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISMAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISAgungPambudi29
 
1. introduction.
1. introduction.1. introduction.
1. introduction.Krisna Eko
 
(2022) Silabus Training_"PROFESSIONAL SECRETARY" in Global Era (Basic Training)
(2022) Silabus Training_"PROFESSIONAL  SECRETARY" in Global Era (Basic Training)(2022) Silabus Training_"PROFESSIONAL  SECRETARY" in Global Era (Basic Training)
(2022) Silabus Training_"PROFESSIONAL SECRETARY" in Global Era (Basic Training)Kanaidi ken
 

Similar to PENGANTAR MANAJEMEN - PERBEDAAN BUDAYA (20)

Makalah manajemen-suatu-perusahaan
Makalah manajemen-suatu-perusahaanMakalah manajemen-suatu-perusahaan
Makalah manajemen-suatu-perusahaan
 
Makalah manajemen-suatu-perusahaan
Makalah manajemen-suatu-perusahaanMakalah manajemen-suatu-perusahaan
Makalah manajemen-suatu-perusahaan
 
Execution strategy to lead the business in an environment
Execution strategy to lead the business in an environmentExecution strategy to lead the business in an environment
Execution strategy to lead the business in an environment
 
Manajemen dan organisasi
Manajemen dan organisasi Manajemen dan organisasi
Manajemen dan organisasi
 
Korelasi
KorelasiKorelasi
Korelasi
 
Makalah MSDM Strategis Kelompok 2.pdf
Makalah MSDM Strategis Kelompok 2.pdfMakalah MSDM Strategis Kelompok 2.pdf
Makalah MSDM Strategis Kelompok 2.pdf
 
Makalah Informasi dan Proses Bisnis (Rismayani S. Kom. M. T.)
Makalah Informasi dan Proses Bisnis (Rismayani S. Kom. M. T.)Makalah Informasi dan Proses Bisnis (Rismayani S. Kom. M. T.)
Makalah Informasi dan Proses Bisnis (Rismayani S. Kom. M. T.)
 
Link-Link MATERI Training_ "Professional Secretary" in Global Era
Link-Link MATERI Training_ "Professional Secretary" in Global EraLink-Link MATERI Training_ "Professional Secretary" in Global Era
Link-Link MATERI Training_ "Professional Secretary" in Global Era
 
STIE SERELO LAHAT
STIE SERELO LAHATSTIE SERELO LAHAT
STIE SERELO LAHAT
 
Makalah uts manajemen strategik
Makalah uts manajemen strategikMakalah uts manajemen strategik
Makalah uts manajemen strategik
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Struktur Dan Desain Organisasional Pengelolaan Perubahan Organisasional
Struktur Dan Desain Organisasional Pengelolaan Perubahan OrganisasionalStruktur Dan Desain Organisasional Pengelolaan Perubahan Organisasional
Struktur Dan Desain Organisasional Pengelolaan Perubahan Organisasional
 
Makalah bagan desain organisasi manajemen
Makalah bagan desain organisasi manajemenMakalah bagan desain organisasi manajemen
Makalah bagan desain organisasi manajemen
 
Link-Link MATERI Training "Professional SECRETARY in Global Era"
Link-Link MATERI Training "Professional SECRETARY in Global Era"Link-Link MATERI Training "Professional SECRETARY in Global Era"
Link-Link MATERI Training "Professional SECRETARY in Global Era"
 
Budaya organisasi
Budaya organisasiBudaya organisasi
Budaya organisasi
 
Chapter 7 km role of organization culture
Chapter 7 km role of organization cultureChapter 7 km role of organization culture
Chapter 7 km role of organization culture
 
BukuDasarKepemimpinan.pdf
BukuDasarKepemimpinan.pdfBukuDasarKepemimpinan.pdf
BukuDasarKepemimpinan.pdf
 
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISMAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
 
1. introduction.
1. introduction.1. introduction.
1. introduction.
 
(2022) Silabus Training_"PROFESSIONAL SECRETARY" in Global Era (Basic Training)
(2022) Silabus Training_"PROFESSIONAL  SECRETARY" in Global Era (Basic Training)(2022) Silabus Training_"PROFESSIONAL  SECRETARY" in Global Era (Basic Training)
(2022) Silabus Training_"PROFESSIONAL SECRETARY" in Global Era (Basic Training)
 

More from Shafira Nurul Firdausta (17)

Makalah turki
Makalah turkiMakalah turki
Makalah turki
 
Tata cara revisi anggaran tahun 2013 copy
Tata cara revisi anggaran tahun 2013   copyTata cara revisi anggaran tahun 2013   copy
Tata cara revisi anggaran tahun 2013 copy
 
Manpem
ManpemManpem
Manpem
 
Yang baru
Yang baruYang baru
Yang baru
 
Biografi calon menteri kabinet jokowi 2014
Biografi calon menteri kabinet jokowi 2014Biografi calon menteri kabinet jokowi 2014
Biografi calon menteri kabinet jokowi 2014
 
Ekonomi Publik
Ekonomi PublikEkonomi Publik
Ekonomi Publik
 
Dokumentasi sistem informasi akuntansi
Dokumentasi sistem informasi akuntansiDokumentasi sistem informasi akuntansi
Dokumentasi sistem informasi akuntansi
 
04.isi
04.isi04.isi
04.isi
 
Dokumentasi sistem informasi akuntansi
Dokumentasi sistem informasi akuntansiDokumentasi sistem informasi akuntansi
Dokumentasi sistem informasi akuntansi
 
Pajak pph pasal 22
Pajak pph pasal 22Pajak pph pasal 22
Pajak pph pasal 22
 
Contoh kasus pph pasal 22
Contoh kasus pph pasal 22Contoh kasus pph pasal 22
Contoh kasus pph pasal 22
 
Temporary investment
Temporary investmentTemporary investment
Temporary investment
 
Soal latihan aktiva tetap lanjutan
Soal latihan aktiva tetap lanjutanSoal latihan aktiva tetap lanjutan
Soal latihan aktiva tetap lanjutan
 
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuanganModul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
 
Investmen in stock jobsheet
Investmen in stock jobsheetInvestmen in stock jobsheet
Investmen in stock jobsheet
 
Adjustment pada penghapusan. jobsheet
Adjustment pada penghapusan. jobsheetAdjustment pada penghapusan. jobsheet
Adjustment pada penghapusan. jobsheet
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 

PENGANTAR MANAJEMEN - PERBEDAAN BUDAYA

  • 1. TUGAS PENGANTAR MANAJEMEN PERBEDAAN BUDAYA Makalah Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen yang dibina oleh Dra. Nurlaila Fadjarwati .,M.Si Oleh : Shafira Nurul Firdausta (125134057) Vivi Novita (125134060) 1 AMP B Program Studi D4 Akuntansi Manajemen Pemerintahan Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Perbedaan Budaya”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen program studi Akuntansi Manjemen Pemerintahan Politeknik Negeri Bandung. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada : 1. Ibu selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini 2. Rekan-rekan semua di kelas 1 AMP B. 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan ii bantuan dalam penulisan makalah ini. 4. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Bandung, September 2012 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar ....................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Ruang Lingkup ...................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN MATERI ...................................................................... 3 2.1 Karyawan Belajar Budaya Organisasi ................................................... 3 2.2. Pengaruh Budaya Terhadap Manajer ................................................... 5 2.3. Isu Budaya Organisasi Saat Ini di Lingkungan Manajer ...................... 7 BAB III CONTOH PENERAPAN TEORI / KASUS ........................................... 14 3.1 Contoh kasus “karyawan belajar organisasi” ....................................... 14 3.2 Contoh kasus “Pengaruh budaya terhadap manajer” ........................... 15 3.3 Contoh kasus “Isu budaya saat ini di lingkungan manajer” ................. 19 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22 ii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, kegiatan ekonomi membuka peluang bagi berlangsungnya interaksi sosial dan bisnis, serta kerjasama yang produktif di antara bangsa-bangsa di dunia. Perusahaan multikultural merupakan salah satu bentuk nyata dari adanya interaksi antara berbagai bangsa di dunia ini. Perbedaan budaya yang terdapat dalam sebuah organisasi multikultural, dapat menjadi suatu potensi yang memberikan keuntungan, akan tetapi juga dapat menjadi hambatan bagi kemajuan suatu organisasi. Studi yang dilakukan oleh peneliti dari harvard business school, John Kotter dan James Heskett menunjukan bahwa budaya memiliki pengaruh yang kuat terhadap unjuk kerja organisasi. Perbedaan budaya disadari atau tidak membawa dampak yang cukup besar bagi kelangsungan suatu organisasi. Kebudayaan dalam organisasi akan mempengaruhi kinerja organisasi tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Untuk dapat memanfaatkan peluang-peluang dari adanya perbedaan budaya tersebut kita perlu memahami nilai-nilai dan kebudayaan kita sendiri dan kebudayaan orang (masyarakat) lain, dan kemudian menggunakan pengetahuan itu untuk menggalang kerjasama yang produktif dalam dunia bisnis global yang bersifat multikultural.(Deveraux dan Johansen , 1994) Dunia kerja dalam abad ke-21 akan makin dicirikan oleh corak keragaman budaya. Konsekuansinya adalah perlunya perhatian dan upaya yang lebih besar untuk mengelola tenaga kerja yang beragam latar belakangnya. Para manajer masa depan perlu mamiliki kompetensi untuk mengelola perbedaan budaya tersebut.
  • 5. 2 Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis memilih judul makalah : Perbedaan Budaya 1.2. Ruang Lingkup Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah : 1. Karyawan belajar budaya organisasi 2. Pengaruh budaya terhadap manajer 3. Isu budaya organisasi saat ini di lingkungan manajer
  • 6. BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Karyawan Belajar Budaya Organisasi Menurut Stephen dan Mary (2005) Karyawan belajar tentang budaya organisasinya melalui berbagai cara, diantaranya sebagai berikut : 3 1. Cerita “kisah-kisah” dalam organisasi biasanya merupakan kenangan atas berbagai kejadian atau orang-orang penting, termasuk hal-hal seperti kisah pendirian organisasi, pelanggaran atas peraturan yang parah, dan renungan mengenai kesalahan-kesalahan di masa silam. Kisah-kisah perusahaan seperti itu memberikan banyak contoh bagi para karyawan untuk diteladani dan direnungkan. Juga memberikan pemahaman terhadap karyawan tentang apa yang menjadikan suatu perusahaan menjadi besar dan apa yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesuksesan itu. Untuk membantu para karyawan memahami budaya organisasi, kisah-kisah tersebut membuka jembatan dari masa sekarang ke masa lalu organisasi, sekaligus memberikan penjelasan serta pembenaran bagi praktik-praktik organisasi yang berlaku saat ini, menanamkan apa yang dianggap berharga dalam organnisasi, dan membangkitkan bayangan yang begitu lugas tentang apa yang menjadi tujuan organisasi. 2. Acara-acara Simbolis (ritual) Ritual korporasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang dalam sebuah organisasi, dengan tujuan mengekspresikan dan menanamkan lebih dalam nilai-nilai yang dianggap penting oleh organisasi. Di dalam sebuah perusahaan, tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup perusahaan. Sehingga tetap dipelihara keberadaannya.
  • 7. Terdapat salah satu ritual korporasi yang paling terkenal yaitu upacara penyerahan penghargaan tahunan yang diadakan oleh perusahaan Mary Kay Cosmetics bagi para agen penjualnya. Ritual tersebut diharapkan dapat menjadi sarana pemacu semangat dengan memberikan pengakuan publik atas setiap kinerja penjualan. Lebih jauh lagi, dapat menegaskan kembali semangat, tekad, dan optimisme sang pendiri perusahaan yang berhasil membuat perusahaannya mencapai kesuksesan. Hal ini memberikan pesan kepada para agen penjualan bahwa mencapai sasaran penjualan mereka adalah hal yang sangat penting, dan melalui kerja keras serta keberanian mereka pun dapat mencapai kesuksesan. Acara ritual seperti ini memiliki peranan besar dalam membangkitkan motivasi dan harapan dalam diri karyawan. 4 3. Simbol-simbol Kebendaan Tata letak kantor atau pabrik milik organisasi, cara berpakaian para karyawan, kemewahan, gaya perabot, dan jenis mobil yang disediakan bagi para manajer puncak, serta penyediaan pesawat terbang pribadi milik perusahaan merupakan contoh simbol-simbol kebendaan. Simbol-simbol tersebut dapat menimbulkan reaksi emosional yang menciptakan nuansa kepribadian organisasi. Simbol-simbol kebendaan menyampaikan pesan kepada karyawan tentang siapa yang dianggap penting dan perilaku semacam apa (misalnya, berani mengambil resiko, konservatif, otoriter, serta individualistis) yang dianggap patut di dalam organisasi. 4. Bahasa Bahasa organisasi dan unit-unit dalam sebuaah organisasi yang menggunakan bahasa sebagai cara untuk mengasosiasikan serta menyatukan para anggotanya ke dalam sebuah budaya. Dengan mempelajari bahasa ini, para anggota organisasi mengakui penerimaan
  • 8. mereka terhadap budaya organisasi dan kesediaannya untuk membantu mempertahankannya. Seiring waktu, organisasi sering kali menciptakan istilah dan nama yang unik untuk menyebut perangkat kerja mereka, orang-orang penting dalam organisasi, para pemasok, para pelanggan, proses, atau produk mereka. Seorang karyawan baru biasanya akan kewalahan mengingat berbagai akronim yang dijumpainya, namun setelah beberapa waktu semua itu akan menjadi bagian alami dari bahasa pergaulannya sehari-haridalam organisasi. Bahasa berperan sebagai sebuah identitas bersama yang mengikat dan menyatukan para anggota organisasi. 2.2. Pengaruh Budaya Terhadap Manajer Karena budaya organisasi dibatasi oleh hal-hal apa yang boleh dilakukan dan hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan, maka budaya sangat relevan dengan pekerjaan para manajer. Kendala dan batasan ini sering kali tidak muncul secara eksplisit; hal itu tidak dituliskan, bahkan jarang sekali diucapkan. Akan tetapi, hal-hal itu secara nyata ada, dan setiap manajer harus segera memahami apa yang boleh ia lakukan dan apa yang tidak boleh ia lakukan dalam organisasinya. 5 Sebagai contoh : a. Berlakulah seolah-olah anda sibuk meskipun sebenarnya tidak sibuk. b. Sebelum anda mengambil keputusan, sampaikan dulu kepada atasan anda sehingga ia tidak akan terkejut ketika mengetahuinya. c. Kita hanya perlu membuat produk sebaik apa yang dibuat oleh para pesaing. d. Jika anda ingin naik sampai ke puncak di sini, anda harus mampu menjadi pemain tim. Norma-norma tersebut tidak akan ditemukan dalam bentuk tertulis tapi norma tersebut merupakan contoh kebiasaan yang berlaku di berbagai organisasi di dunia nyata.
  • 9. Kaitan antara norma-norma semacam ini dan perilaku manajemen cukup mudah dipahami. Dalam sebuah organisasi dengan budaya “ready-aim-fire”, para manajer akan mempelajaridan menganalisis usulan-usulan proyek secara sangat hati-hati dan mendalam sebelum menindaklanjuti usulan-usulan tersebut. Sebaliknya dalam sebuah organisasi dengan budaya “ready-fire-aim”, para manajer akan terlebih dahulu mengambil tindakan kemudian baru menganalisis akibat serta hasil dari tindakan tersebut. Atau, apabila sebuah organisasi menganut keyakinan bahwa laba dapat ditingkatkan melalui pemotongan berbagai biaya dan jalan terbaik bagi perusahaan untuk bertumbuh adalan meningkatkan laba secara perlahan namun stabil setiap triwulan. Para manajer disini tidak akan mau menjalankan program-program yang inovatif, beresiko, berjangka panjang, atau ekspansif. Dalam sebuah organisasi yang budayanya berlandaskan sikap ketidakpercayaan terhadap karyawan, para manajer kemungkinan besar akan menerapkan gaya kepemimpinan yang otoriter daripada demokratis. Budayalah yang menggariskan standar perilaku yang dapat diterima dan dianggap patut bagi para manajer. Keputusan manajer sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi di mana ia bekerja. Budaya sebuah organisasi, terutama budaya yang kuat, akan memberikan pengaruh dan batasan-batasan pada cara manajer dalam menjalankan fungsi perencanaan, penataan, kepemimpinan, dan pengendalian. 6 1. Perencanaan i) Tingkat resiko yang diperbolehkan dalam rencana manajemen ii) Apakah rencana kerja harus dibuat oleh individu atau tim iii) Seberapa jauh manajemen mempertimbangkan faktor lingkungan dalam perencanaan
  • 10. 7 2. Penataan i) Seberapa besar otonomi yang diberikan kepada karyawan dalam ruang lingkup kerja mereka ii) Apakah tugas-tugas harus dikerjakan secara perorangan atau berkelompok (tim). iii) Tingkat interaksi yang diperbolehkan bagi seorang manajer dengan rekan-rekannya dari departemen lain 3. Kepemimpinan i) Tingkat kepedulian manajemen pada kepuasan para karyawan ii) Gaya kepemimpinan macam apa yang dianggap patut iii) Apakah segala bentuk perbedaan pendapat–bahkan yang konstruktif sekalipun harus ditekan dan dihilangkan 4. Pengendalian i) Apakah penerapan mekanisme pengendalaian eksternal dianggap perlu ataukah para karyawan dianggap mampu mengendalikan tindakan mereka sendiri ii) Kriteria-kriteria apa saja yang harus ditekankan di dalam evaluasi kinerja karyawan. iii) Akibat (dan sanksi) apa yang akan timbul bila seorang manajer melampaui batas anggaran yang ditetapka 2.3. Isu Budaya Organisasi Saat Ini di Lingkungan Manajer Terdapat lima isu budaya organisasi terkini yaitu, 1. Menciptakan Budaya Beretika Isu dan kekuatan suatu budaya memengaruhi suasana etis sebuah organisasi dan perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah organisasi yang punya kemungkinan paling besar untuk membentuk standar dan etika tinggi adalah budaya yang tinggi toleransinya terhadap risiko tinggi, rendah, sampai sedang dalam hal keagresifan, dan fokus pada sarana selain juga hasil. Manajemen dapat melakukan beberapa hal dalam menciptakan budaya yang lebih etis. a. Model peran yang visibel Karyawan akan melihat perilaku manajemen puncak sebagai acuan standar untuk menentukan perilaku yang semestinya diambil.
  • 11. 8 b. Komunikasi harapan etis Ambiguitas etika dapat diminimalkan dengan menciptakan dan mengomunikasikan kode etik organisasi. c. Pelatihan etis Pelatihan etis digunakan untuk memperkuat standar, tuntunan organisasi, menjelaskan praktik yang diperbolehkan dan yang tidak, dan menangani dilema etika yang mungkin muncul. 2. Menciptakan Budaya Inovatif Budaya inovasi merupakan budaya yang ingin dimiliki oleh tiap bisnis. Namun, menciptakan budaya ini tidaklah mudah. Butuh komitmen untuk melakukan terobosan yang `berbeda` dari perusahaan-perusahaan pada umumnya. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk menciptakan budaya yang inovatif, yaitu : a. Perusahaan harus dapat menghargai kreativitas. Kreativitas memungkinkan ide-ide inovasi untuk mengalir dengan baik. b. Menerapkan open communication, dimana karyawan dapat mengemukakan ide dan pendapatnya secara terbuka. Birokrasi harus minimum, sehingga komunikasi dapat tercipta tanpa hambatan. c. Perusahaan juga harus punya kolaborasi yang baik antar departemen. Dengan gabungan perspektif yang bermacam-macam antar departemen, maka ide inovasi akan tercipta lebih baik. d. Budaya inovasi hanya dapat tercipta jika ada komitmen dari pemimpinnya. Pemimpin harus mengembangkan skill-skill yang diperlukan untuk inovasi, baik e. untuk dirinya maupun karyawan-karyawan dalam perusahaan. 3. Menciptakan Budaya yang Cepat Tanggap Terhadap Tuntutan Pelanggan ( Berorientasi Pelanggan) Ada beberapa variabel Kunci yang Membentuk Budaya Tanggap terhadap Pelanggan:
  • 12. 9 a. Tipe Karyawan Organisasi berorientasi pelanggan yang berhasil, memperkerjakan karyawan yang terbuka dan ramah. b. Formalisasi yang Rendah Karyawan jasa perlu memiliki kebebasan untuk memenuhi tuntutan layanan pelanggan yang senantiasa berubah. Kaidah, prosedur dan aturan yang kaku menimbulkan kesulitan ini. c. Perluasan Formalisasi yang Rendah Penggunaan pemberdayaan secara luas. Karyawan yang diberdayakan memilik i keleluasaan keputusan untuk melakukan apa yang perlu demi menyenangkan pelanggan. d. Ketrampilan mendengar yang baik Karyawan dalam budaya yang tanggap terhadap pelanggan memiliki kemampuan mendengarkan dan memahami pesan yang dikirim oleh pelanggan. e. Kejelasan Peran Karyawan jasa bertindak sebagai “perentang batas” antara organisasi dan pelanggan. Mereka harus menyetujui baik tanpa bantahan terhadap permintaan pelanggan maupun majikan. Ini dapat menimbulkan ambiguitas dan konflik peran yang besar,yang mengurangi kepuasaan jabatan karyawan dan menghambat layanan kerja karyawan. Budaya tanggap terhadap pelanggan akan menguranagi ketidakpastian karyawan mengenai cara terbaik menjalankan pekerjaan mereka dan pentingnya aktivitas jabatan. Singkatnya budaya terhadap pelanggan memperkerjakan karyawan yang berorientasi pada layanan dengan ketrampllan mendengar yang baik dan keinginan bekerja melebihi batasan uraian jabatannya agar dapat melakukan apa yang perlu untuk menyenangkan pelanggan 4. Menciptakan Budaya Tempat Kerja yang Mendukung Kebhinekaan (diversity)
  • 13. Keragaman di tempat kerja mengacu pada berbagai perbedaan antara orang-orang dalam suatu organisasi. Keragaman tersebut mencakup keragaman ras jenis kelamin kelompok etnis usia kepribadian gaya kognitif kepemilikan fungsi organisasi pendidikan latar belakang dan banyak lagi. Kecerdasan terhadap keragaman akan mempengaruhi kualitas diri Anda. Di saat Anda ikhlas dan tulus melihat kekayaan keragaman; maka kinerja, motivasi, kesuksesan, dan interaksi Anda dengan orang lain akan menjadi keunggulan Anda dalam menjalani hari-hari Anda yang luar biasa.Keragaman di tempat kerja harus diarahkan untuk memberikan kontribusi kekayaan kepada stakeholders, serta meningkatkan kualitas kesadaran setiap pihak untuk menghindari konflik dan membangun keharmonisan yang solid. Setiap orang di dalam perusahaan harus merasa bangga dengan keragaman, harus merasa keragaman sebagai perbedaan yang saling melengkapi untuk prestasi dan kinerja yang luar biasa. Termasuk, para pemimpin harus cerdas mengelola keragaman untuk memaksimalkan kemampuan semua karyawan, agar bisa berkontribusi pada tujuan akhir organisasi. Masa depan keberhasilan setiap organisasi bergantung pada kemampuan untuk mengelola tubuh yang beragam bakat yang dapat membawa ide-ide inovatif perspektif dan pandangan untuk pekerjaan mereka. Tantangan dan masalah yang dihadapi keragaman di tempat kerja dapat diubah menjadi aset organisasi yang strategis jika sebuah organisasi dapat memanfaatkan multi ini beragam bakat. 5. Membangun Tempat Kerja yang Diwarnai Spiritualitas Spiritualitas di tempat kerja adalah mengenai pemahaman diri pekerja sebagai makhluk spiritual yang jiwanya (the soul) memerlukan pemeliharaan di tempat kerja dengan menegakkan nilai-nilai; mengenai pengalaman akan rasa bertujuan dan bermakna dalam pekerjaannya; dan juga tentang mengalami perasaan saling terhubung dengan orang lain dan dengan komunitasnya di tempat kerja (Ashmos dan Duchon, 2000). Spiritualitas di tempat kerja merupakan salah satu jenis iklim psikologis di mana orang-orang (pekerja) memandang dirinya memiliki suatu kehidupan internal yang dirawat dengan pekerjaan yang bermakna dan ditempatkan dalam konteks suatu komunitas. Unit kerja yang memiliki tingkat spiritualitas yang 10
  • 14. tinggi berarti mengalami iklim tersebut, dan dapat diduga bahwa unit kerja tersebut akan mengalami kinerja yang lebih tinggi. Pengembangan siritualitas di tempat kerja dapat dimulai dari diri kita masing-masing secara pribadi. Namun, perkembangan spiritualitas di tempat kerja akan efektif bila didukung oleh lingkungan kerja yang sama-sama menyadari pentingnya spiritualitas di tempat kerja. Komponen spiritualitas kerja menurut Ashmos dan Duchon meliputi: a. Kehidupan batin sebagai identitas spiritual (inner life) Spiritualitas di tempat kerja merupakan penemuan kesempatan di tempat kerja untuk mengekspresikan berbagai aspek yang dimiliki seseorang, bukan hanya kemampuan menampilkan tugas-tugas fisik dan intelektual. Memahami spiritualitas di tempat kerja dapat dimulai dengan memahami bahwa setiap orang memiliki kehidupan batin maupun lahir dan bahwa pemeliharaan kehidupan batin dapat menghasilkan kehidupan lahir yang lebih bermakna dan produktif. b. Makna dan tujuan dalam bekerja (meaningful work) Setelah mengenal elemen spiritual dalam diri pekerja, diperlukan penerimaan bahwa para pekerja perlu terlibat dalam pekerjaan yang memberikan makna terhadap hidupnya. Pentingnya pekerjaan yang bermakna dinyatakan oleh seorang penulis bernama Fox, sbb: "Hidup dan penghidupan (mata pencaharian) bukan dua hal yang terpisah melainkan mengalir dari sumber yang sama, yaitu spirit. Spirit berarti hidup, dan hidup maupun penghidupan adalah menyangkut kehidupan dalam kedalaman, kehidupan dengan makna, tujuan, kegembiraan, dan perasaan memiliki kontribusi terhadap komunitas yang lebih luas. Spiritualitas kerja adalah menyangkut bagaimana membawa hidup dan penghidupan kembali bersama, dan spirit di dalamnya". c. Perasaan terhubung dengan komunitas (community) 11
  • 15. Spiritualitas di tempat kerja juga perihal bagaimana seseorang dapat hidup terkoneksi dengan orang lain. Birokrasi dan model manajemen organisasi ilmiah merekomendasikan spesialisasi, yang pada gilirannya menimbulkan perasaan terisolasi dan terasing di antara para pekerja. Namun, kini tempat kerja diakui sebagai suatu jenis komunitas itu sendiri. Kerja itu sendiri ditemukan sebagai suatu sumber pertumbuhan spiritualitas dan koneksi (hubungan) dengan orang lain.Perasaan menjadi bagian dari komunitas merupakan suatu elemen esensial bagi perkembangan spiritualitas. Banyak tradisi agama yang menekankan aspek persahabatan (fellowship) dari perkembangan spiritual. Mengenai hal ini Ashmos dan Duchon menyatakan bahwa persahabatan membantu para pepimpin dan anggota-anggotanya untuk menghadapi kesepian, kekecewaan, dan luka akibat organisasi modern dan untuk memastikan bahwa kondisi tersebut tidak berlanjut membusukkan spirit organisasi dan orang-orang di dalamnya. 12
  • 16. BAB III CONTOH PENERAPAN TEORI / KASUS 3.1 Contoh penerapan teori / kasus tentang “karyawan belajar organisasi” 40 Peserta Karyawan BPR Ikuti Pelatihan Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sulut bersama Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) menggelar Pelatihan Model dan Analisa Kredit UMKM Kepada Pejabat dan Staf AO Kredit BPR se Sulut dan Gorontalo. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan analisa kredit dari karyawati BPR. "Pelatihan ini tujuannya untuk meningkatkan kemampuan analisa kredit BPR khusus di sektor pertanian dan pedesaan sehingga bpr makin berkembang di masyarakat," kata Kepala BI Sulut, Suhaedi, di Hotel Aston Manado, Kamis (26/7/2012), sekitar pukul 9.40 Wita. Dalam pelatihan ini diikuti sekitar 40 orang dengan 20 BPR, 17 BPR Sulut dan 3 BPR Gorontalo. Masing-masing BPR mengutus dua orang pegawainya. "Dalam memberikan kredit, harus mengetahui mengenai usahanya sendiri, kemudian dari calon debiturnya sehingga pemahaman kedua hal tersebut menjadi hal yang penting dalam meningkatkan," ujarnya. Suhaedi menjelaskan, masyarakat juga harus mengetahui usaha dengan baik dan bank pun semakin percaya dengan usaha tersebut. Dengan demikian, bank tak ragu lagi dalam memberikan kreditnya. "Kedepannya kita akan berikan pelatihan langsung ke lapangan. Ini juga dalam meningkatkan kemampuan mereka," ucap Suhaedi. 14
  • 17. 3.2 Contoh penerapan teori / kasus tentang “Pengaruh budaya terhadap manajer” Manajemen ala Toyota Reputasi Toyota sebagai perusahaan otomotif yang sangat istimewa dalam hal inovasi terbukti membawa perusahaan ini ke tataran perusahaan yang sangat “profitable” dan mengatasi sejumlah produsen otomotif dunia lainnya, seperti General Motor, Ford, DaimlerChrysler, dan Honda. Keistimewaan Toyota terutama bersandar pada inovasi sebagai salah satu pilar yang paling kritikal dari keunggulan bersaingnya serta sistem pengembangan produk maupun filosofi desain yang berorientasi pada kualitas, cost reduction, dan kemampuan untuk menerobos pasar secara kreatif dan cerdas. Bahkan, dalam majalah Fortune edisi Februari 2006 dikatakan, Toyota is becoming a double threat: the world‟s finest manufacturer and a truly great innovator…that formula, a combination of production prowess and technical innovation, is unbeatable recipe for success…. Seperti lazimnya perusahaan Jepang pada umumnya, kehadiran Toyota ternyata tidak semata menjadi mesin uang, tetapi malah lebih daripada itu, Toyota ikut memberi kontribusi dengan pola pikir lean production, sebuah istilah yang ditampilkan dalam buku The Machine That Changed The World yang mengubah paradigma manufaktur mass production dari Ford. Bahkan, belakangan ini ekspresi yang lebih sering kita dengar tentang kiprah Toyota adalah pernyataan bahwa “Kami (Toyota) bukan hanya menghasilkan mobil, tetapi talenta yang berkualitas”. Setiap program pengembangan produk baru, setiap kualitas yang cacat dalam pabrik, dan setiap aktivitas kaizen merupakan peluang untuk mengembangkan talenta yang ada dalam perusahaan. Manajer sekaligus guru Ketika ditanya tentang apa tantangan yang terbesar sewaktu mengajarkan Toyota Way kepada para manajer Amerika, mantan Presiden Toyota Motor 15
  • 18. Manufacturing North America Atsushi Niimi mengatakan, “Mereka ingin menjadi manajer dan bukan guru.” Di Toyota setiap manajer harus menjadi seorang guru. Mengembangkan manusia-manusia unggul merupakan prioritas nomor satu di Toyota. Memang tidak pernah terbayangkan bahwa cikal bakal Toyota yang digagas oleh seorang sederhana bernama Sakichi Toyoda yang bekerja di daerah pedalaman di Jepang dan sekarang ini dikenal sebagai Toyota City in Japan justru telah mengubah secara radikal wajah manufaktur yang selama ini ada. The Toyota Production System (TPS) menjadi salah satu landasan sangat penting dari keunggulan bersaing Toyota dan yang membuat Toyota mencetak prestasi yang konsisten sejak perang dunia ke-2 sampai sekarang ini. Bahkan, pada tahun 1994- 2007, Toyota mampu menggandakan jumlah model mobil yang diproduksinya dengan tetap mempertahankan pengeluaran R & D sekitar 4 persen dari pendapatan. Sebuah prestasi yang telah menjadi bahan kajian yang tidak habis-habisnya oleh berbagai konsultan mancanegara dan sering kali dijadikan sebagai business case oleh berbagai perusahaan dari lintas industri. Tidak terhitung pula perusahaan yang mengopi TPS dengan harapan akan memperoleh daya saing serupa dengan Toyota. Kalau ditelusuri, informasi tentang TPS secara luas telah ada sejak 30 tahun lalu, tetapi tidak satu pun perusahaan yang dapat sempurna menduplikasi keberhasilan Toyota. Apa rahasianya? Ternyata, penampilan yang luar biasa konsisten dari kinerja Toyota merupakan hasil dari keunggulan manusia yang ditunjang oleh sistem yang mumpuni bagi talenta-talenta yang ada dalam perusahaan tersebut. Adalah pengetahuan dan kapabilitas dari orang yang membedakan satu perusahaan dari perusahaan lainnya. Tetapi, pertanyaan yang selalu menggelitik adalah mengapa begitu sulit sekali mengopi Toyota? Dalam bukunya Building the Bridge as You Walk on It, Robert Quinn menunjukkan bahwa tidak mungkin menduplikasi keberhasilan dari sebuah 16
  • 19. perusahaan lain hanya semata dengan melakukan imitasi pada tekniknya. Menurut dia, dalam mendiskusikan teknik, kita sering kali melupakan pentingnya relasional. Mungkin itu sebabnya banyak management fads yang gagal. Orang cenderung melakukan imitasi pada teknik, tetapi gagal untuk menjalani dan menghayatinya dalam suasana seperti halnya yang dilakukan oleh sang penemu. Teknik memang bernilai, tetapi orang tidak dapat membuat teknik itu berguna kalau tidak tertantang dan didukung oleh proses pembelajaran sehingga teknik tersebut menjadi berdaya guna. Dilemanya adalah orang cenderung ingin cepat mengopi penampilan prima dari Toyota, tetapi mereka tidak mau bekerja keras untuk mengubah perilakunya dengan mereplikasi budaya dan infrastruktur yang ada di Toyota. 17 Pengembangan talenta Dalam buku ini, Profesor Jeffrey K Liker, Direktur The Japan Technology Management Program, University of Michigan, dan David Meier, Presiden Lean Associate serta mantan Group Leader Toyota Manufacturing, selama 10 tahun, keduanya juga merupakan penulis dari buku best seller The Toyota Way, mengeksplorasi proses utama yang digunakan oleh Toyota sebagai sarana mengajar dan mengembangkan talenta. Pengembangan talenta di Toyota semuanya berangkat dari core concepts dan filosofi yang dibangun dari TPS. Dari 14 prinsip TPS, ada enam prinsip dalam filosofi Toyota yang berhubungan dengan pengembangan manusia. Keenam prinsip ini merefleksikan pentingnya people management, seperti setiap keputusan manajemen harus berdasar pada filosofi jangka panjang sekalipun akan mengorbankan tujuan finansial jangka pendek. Standardisasi proses merupakan landasan untuk perbaikan yang berkesinambungan. Setiap leaders harus memahami sepenuhnya pekerjaan dan menghayati filosofi serta mampu mengajarkannya pada yang lain. Kembangkan talenta yang istimewa dan tim yang mengikuti filosofi perusahaan. Jalinlah
  • 20. hubungan dengan pemasok dan selalu memberikan tantangan dan membantu mereka untuk perbaikan, Serta jadilah organisasi pembelajar melalui refleksi yang tiada henti dan perbaikan terus- menerus. Di Toyota, kalau seorang manajer tidak mampu menciptakan suasana belajar, kinerja kelompoknya akan merosot. Toyota bekerja keras untuk menciptakan budaya di mana proses belajar mengajar sangat dihargai dan dilihat sebagai kunci sukses jangka panjang. Kenyataan seperti yang biasa kita lihat, manakala talenta tak dikembangkan dengan memadai, maka keseluruhan sistem akan menjadi pincang. Melalui buku ini, kedua penulis mempunyai intensi untuk mengeksplorasi hubungan antara upaya Toyota yang tidak kenal lelah dalam pengembangan manusia dan hasil yang dicapainya. Rahasia kesuksesan Toyota terletak pada kenyataan bahwa Toyota hanya merekrut talenta yang terbaik. Mungkin ada yang memperdebatkan apakah seseorang dilahirkan dengan talenta tertentu atau apakah talenta itu dibentuk? Pendirian Toyota jelas, berikanlah pada kami bibit talenta yang ada, kami akan menanamnya, memberikan pupuk, air, dan memelihara serta merawatnya, dan pada waktunya akan memanen buah-buah dari pekerja kami. Analogi ini lazim di dalam Toyota karena kalau kita melihat ke belakang pendiri perusahaan ini berasal dari komunitas petani. Analogi ini juga mengajarkan pada kita bahwa sekalipun seorang petani yang cerdas memilih bibit yang baik, bibit itu tidak dengan sendiri akan tumbuh dengan baik kalau tidak ada upaya dan kerja keras untuk merawatnya. Dan kunci sukses Toyota di sini adalah mengembangkan dan merawat talenta-talenta yang ada dalam sebuah atmosfer kerja yang menghargai proses belajar mengajar. Inilah learning point yang bisa kita ambil dari buku yang sangat inspirasional ini. 18
  • 21. 1.3 Contoh penerapan teori / kasus tentang “Isu budaya saat ini di 19 lingkungan manajer” Apple, Perusahaan yang Sangat Merahasiakan Kegiatan Apple merupakan salah satu perusahaan yang bisa dibilang sangat merahasiakan setiap kegiatan yang ia lakukan. Kini, „secercah cahaya‟ mengenai perusahaan ini terkuak. Ingin tahu? Markas besar dengan pegawai kurang lebih 12 ribu ini terletak dekat dengan jantung Silicon Valley. Markas futuristik perusahaan ini nantinya berbentuk cakram dengan pembangkit listrik sendiri yang memuat warisan abadi Steve Jobs, desain apik dengan inti sangat efisien. Selama bertahun-tahun, perusahaan ini berhasil menarik minat ahli teknologi untuk bergabung dengan perusahaan yang berbasis di Cupertino, Amerika Serikat (AS) ini dengan harapan mampu menguak sedikit rahasia dari perusahaan yang sangat-rahasia ini. Hanya sedikit orang berhasil masuk ke dalam gedung utama Apple. Sekerumunan penjaga keamanan menyapa mereka yang memasuki gedung ini kemudian mengawal mereka kembali ke trotoar dan terkadang mengarahkan mereka ke arah toko di kampus tempat orang bisa membeli kaus berlogo Apple. Namun, sebuah buku baru yang dirilis di Inggris pekan ini akhirnya memberikan wawasan non partisan ke dalam kehidupan perusahaan ini sebagai karyawan Apple dan itu tak seperti yang diharapkan kebanyakan orang. Menurut Inside Apple, Apple merupakan kantor yang tak memiliki jendela, sebuah gedung yang menonjolkan ego dan etos ketakutan dengan nada „pemujaan‟. “Apple tak membicarakan Apple. Apple membicarakan produk Apple,” kata penulis buku tersebut sekaligus editor majalah Fortune Adam Lashinsky.
  • 22. Mungkin, untuk alasan yang baik, ilusi mengenai pegawai dengan jiwa bebas sedang duduk-duduk di kursi berbentuk kacang yang sedang bermain gadget terbaru sebelum mereka makan siang gratis akan hancur begitu saja. Sebaliknya, aturan CEO diktator bertangan menyilang bisa ditemui, kata Lashinsky. Karyawan yang ada tak mengajukan pertanyaan dan mereka meninggalkan ego mereka begitu saja. Hanya ada satu orang yang diizinkan memiliki ego publik dan itu adalah Steve Jobs, katanya. “Apple merupakan tempat keras untuk kerja. Perusahaan ini memiliki lingkungan kerja yang sangat menuntut. Kantor ini bukan tempat yang menyenangkan seperti Google,” kata Lashinsky. Apple bukan tempat yang sangat bahagia namun kantor ini melahirkan orang yang bisa bertahan di lingkungan seperti itu, lanjutnya lagi. Karyawan Apple seperti potongan puzzle dan hanya satu orang mengetahui cara menyatukan dengan potongan-potongan itu, yakni seorang CEO yang diperankan Steve Jobs hingga diserahkan pada Tim Cook tahun lalu. Di tengah kabel, nodul dan desain papan sirkuit, Apple adalah perusahaan yang sangat rahasia, bahkan pekerjanya sendiri tak mengetahui apa yang mereka ciptakan, katanya. Ruang tak berjendela menjadi satu-satunya tempat di mana iPad atau iPhone baru didiskusikan, dan bahkan senior wakil presiden hanya bisa masuk ruang itu untuk mendiskusikan bagiannya saja sebelum diminta pergi, katanya. Informasi ketat dibatasi pada 100 orang yang dipilih langsung Steve Jobs. Saat membahas hari peluncuran produk, karyawan Apple berkumpul di sekitar televisi di kantin untuk mencari tahu produk baru itu. Mereka akan sama terkejutnya seperti orang lain, kata Lashinsky. Kerahasiaan berakar di tiap karyawan, kata Lashinsky. Siapa pun yang tertangkap mengungkapkan rahasia Apple baik disengaja atau tidak akan ditangani dengan cepat, PHK dari perusahaan. 20
  • 23. Dalam buku itu, seorang karyawan ingat bagaimana ia mendapat mimpi buruk atas ancaman yang dibuat untuk karyawan mengenai pelanggaran kerahasiaan. “Jobs akan berkata, „Apa pun yang bocor dari pertemuan ini, tak hanya PHK menanti juga penuntutan penuh yang bisa dilakukan pengacara kami‟. Anda harus berhati-hati,” kata karyawan itu pada Lashinsky. Bahkan, anggota staf yang telah keluar dari perusahaan ini terus mengalami ketakutan akan pembalasan, kata Lashinsky. “Kebrutalan Jobs terkait bawahannya mengesahkan kekerasan, intimidasi, dan tuntutan budaya di Apple. Di bawah Jobs, budaya ketakutan dan intimidasi berakar di seluruh perusahaan,” kata Lashinsky lagi. Bagi perusahaan yang sangat dihormati atas inovasinya membuat perlakuan kejam Apple pada karyawannya menjadi bagian rumus kesuksesan, papar Lashinsky. “Ini menciptakan etos setia antar staf untuk melindungi produk,” katanya. Tim Cook pernah berkata, “Ini merupakan bagian keajaiban Apple dan saya tak ingin orang lain mengetahui keajaiban kami karena saya tak ingin ada yang menyalin karya kami.” Terbukti, pekan ini Apple dinobatkan menjadi perusahaan paling berharga di dunia dengan nilai US$415 miliar (Rp3,72 kuantiliun atau Rp3.720 triliun). 21
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen Edisi-10. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia. PT Indeks, Jakarta. Antariksa, Yodhia. 2008. “IBM Way dan Total Values“. http://strategimanajemen.net /2008/01/07/ibm-way-toyota-values-dan-google-culture/ Goni, Roy. 2007. “Manajemen Ala Toyota”. http://iswekon.wordpress.com/2009/ 02/05/manajemen-ala-toyota/ Neke, Defrianto. 2012. “40 Peserta Karyawan BPR Ikuti Pelatihan”. http://manado. tribunnews.com/2012/07/26/40-peserta-karyawan-bpr-ikuti-pelatihan Nugroho, Galih Purwo. 2009. “Budaya Organisasi”. http://www.scribd.com/doc/ 24369362/Budaya-Organisasi Putri, Rinella. 2010. “Menciptakan Budaya Inovasi”. http://www.managementfile. com/journal.php?id=187&sub=journal&page=strategic&awal=0