Silase adalah pakan yang diawetkan dari bahan tanaman hijauan melalui proses fermentasi anaerobik dalam ruang tertutup. Proses ini memanfaatkan bakteri asam laktat untuk menurunkan pH dan mengawetkan nutrisi, sehingga silase dapat disimpan lama tanpa rusak. Pembuatan silase bertujuan memaksimalkan penyimpanan pakan hijauan untuk ternak selama musim kemarau.
1. SILASE JAGUNG
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang
berupa tanaman hijauan , limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya,
dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan
dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa disebut dengan
Silo, selama sekitar tiga minggu.
Didalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses
tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula
yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi.
Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka
waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.
Tujuan pembuatan Silase
Tujuan utama pembuatan silage adalah untuk memaksimumkan pengawetan
kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya,
agar bisa di disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian di berikan
sebagai pakan bagi ternak. Sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam
mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Sayangnya fermentasi yang terjadi didalam silo (tempat pembuatan silase), sangat
tidak terkontrol prosesnya, akibatnya kandungan nutrisi pada bahan yang di awetkan
menjadi berkurang jumlahnya.. Maka untuk memperbaiki berkurangnya nutrisi
tersbut, beberapa jenis zat tambahan (additive) harus di gunakan agar kandungan
nutrisi dalam silase tidak berkurang secara drastis, bahkan bisa meningkatkan
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak yang memakannya.
Pembuatan silase dapat juga menggunakan bahan tambahan, yang kegunaan nya
tergantung dari bahan tambahan yang akan di pergunakan. Adapun penggunaan
bahan tambahan sangat tergantung dari kebutuhan hasil yang ingin di capai.
Prinsip Dasar Fermentasi Silase
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara silase fermentasi adalah sebagai
berikut.
Respirasi
Sebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan oksigen, maka
mereka melakukan respirasi untuk membentuk energi yang di butuhkan dalam
aktivitas normalnya. Respirasi ini merupakan konversi karbohidrat menjadi energi.
Respirasi ini di bermanfaat untuk menghabiskan oksigen yang terkandung, beberapa
saat setelah bahan di masukan dalam silo.
Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat dan menimbulkan panas, sehingga
waktunya harus sangat di batasi.
Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku silase, dapat mengurangi kadar
karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan proses fermentasi.
Pengurangan kadar oksigen yang berada di dalam bahan baku silase, saat berada
pada ruang yang kedap udara yg disebut dengan Silo, adalah cara terbaik
meminimumkan masa respirasi ini.
2. Fermentatsi.
Setelah kadar oksigen habis , maka proses fermentasi di mulai. Fermentasi adalah
menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase. Sampai dengan kadar pH
dimana tidak ada lagi organisme yang dapat hidup dan berfungsi di dalam silo.
Penurunan kadar pH ini dilakukan oleh lactic acid yang di hasilkan oleh bakteri
Lactobacillus.
Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan dia akan
tumbuh dan berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi. Bakteri ini
akan mengkonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan mengeluarkan
lactic acid. Bakteri ini akan terus memproduksi lactic acid dan menurunkan kadar pH
di dalam bahan baku silase. Sampi pada tahap kadar pH yang rendah, dimana tidak
lagi memungkinkan bakteri ini beraktivitas. Sehingga silo berada pada keadaan
stagnant, atau tidak ada lagi perubahan yang terjadi, sehingga bahan baku silase
berada pada keadaan yang tetap. Keadaan inilah yang di sebut keadaan
terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam keadaan tetap , yang disebut
dengan menjadi awet.
Pada keadaan ini maka silase dapat di simpan bertahun-tahun selama tidak ada
oksigen yang menyentuhnya
Bakteri Clostridia
Bakteri ini juga sudah berada pada hijauan atau bahan baku silase lainnya, saat
mereka di masukan kedalam silo.
Bakteri ini mengkonsumsi karbohidrat, protein dan lactic acid sebagai sumber energi
mereka kemudian mengeluarkan Butyric acid, dimana Butyric acid bisa
diasosiasikan dengan pembusukan silase
Keadaan yang menyuburkan tumbuhnya bakteri clostridia adalah kurangnya kadar
karbohidrat untuk proses fermentasi , yang biasanya di sebabkan oleh : kehujanan
pada saat pencacahan bahan baku silase, proses respirasi yang terlalu lama, terlalu
banyaknya kadar air di dalam bahan baku. Dan juga kekurangan jumlah bakteri
Lactobasillus . Itulah sebabnya kadang di perlukan penggunaan bahan tambahan
atau aditive.
Materi III - Tahapan atau Phase yang terjadi pada proses fermentasi Silase
Proses fermentasi ini (yang biasa di sebut dengan Ensiling), berjalan dalam enam
phase, yaitu:
Phase I
Saat pertama kali hijauan di panen, pada seluruh permukaan hijauan tersebut
terdapat organisme aerobic, atau sering disebut sebagai bakteri aerobic, yaitu
bacteri yang membutuhkan udara / oksigen.
Sehingga pada saat pertamakali hijauan sebagai bahan pembuatan silase di
masukan ke dalam silo, bakteri tersebut akan mengkonsumsi udara/oksigen yang
terperangkap di dalam rang silo tersebut. Kejadian ini merupakan sesuatu yang tidak
di inginkan untuk terjadi saat ensiling, karena pada saat yang sama bakteri aerobik
tersebut juga akan mengkonsumsi karbohidrat yang sebetulnya di perlukan bagi
bakteri lactic acid.
Walaupun kejadian ini nampak menguntungkan dalam mengurangi jumlah oksigen
di dalam silo , sehingga menciptakan lingkungan anaerob seperti yang kita
3. kehendaki dalam ensiling, namun kejadian tersebut juga menghasilkan air dan
peningkatan suhu / panas. Peningkatan panas yang berlebihan akan mengurangi
digestibility kandungan nutrisi, seperti misalnya protein.
Proses perubahan kimiawi yang terjadi pada phase awal ini adalah terurainya
protein tumbuhan, yang akan terurai menjadi amino acid, kemudian menjadi amonia
dan amines. Lebih dari 50% protein yang terkandung di dalam bahan baku akan
terurai.
Laju kecepatan penguraian protein ini (proteolysis), sangat tergantung dari laju
berkurangnya kadar pH.
Raung lingkup silo yang menjadi acid, akan mengurangi aktivitas enzym yang juga
akan menguraikan protein.
Lama terjadinya proses dalam tahap ini tergantung pada kekedapan udara dalam
silo, dalam kekedapan udara yang baik maka phase ini hanya akan bejalan
beberapa jam saja. Dengan teknik penanganan yang kurang memadai maka phase
ini akan berlangsung sampai beberapa hari bahkan beberapa minggu.
Untuk itu maka tujuan utama yang harus di capai pada phase ensiling ini adalah,
semaksimum mungkin di lakukan pencegahan masuknya udara/oksigen, sehingga
keadaan anaerobic dapat secepatnya tercapai.
Kunci sukses pada phase ini adalah:
- Kematangan bahan
- Kelembaban bahan
- Panjangnya pemotongan yang akan menentukan kepadatan dalam silo
- Kecepatan memasukan bahan dalam silo
- Kekedapan serta kerapatan silo
Phase II
Setelah oksigen habis di konsumsi bakteri aerobic, maka phase dua ini di mulai,
disinilah proses fermentasi dimulai, dengan dimulainya tumbuh dan berkembangnya
bakteri acetic – acid..
Bakteri tersebut akan menyerap karbohidrat dan menghasilkan acetic acid sebagai
hasil ahirnya.
Pertumbuhan acetic acid ini sangat diharapkan, karena disamping bermanfaat untk
ternak ruminansia juga menurunkan kadar pH yang sangat di perlukan pada phase
berikutnya.
Penurunan kadar pH di dalam silo di bawah 5.0, perkembangan bakteri acetic acid
akan menurun dan ahirnya berhenti
Dan itu merupakan tanda berahirnya phase-2. Dalam fermentasi hijauan phase-2 ini
berlangsung antara 24 s/d 72 jam.
Phase III
Makin menurunnya kadar pH akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan
bakteri anaerob lainnya yang memproduksi latic acid. Maka pada phase ini latic acid
akan bertambah terus
Phase IV Dengan bertambahnya jumlah bakteri pada phase 3, maka karbohidrat
yang akan terurai menjadi latic acid juga makin bertambah.
Latic acid ini sangat di butuhkan dan memegang peranan paling penting dalam
proses fermentasi. Untuk pengawetan yang efisien, produksinya harus mencapai
60% dari total organic acid dalam silase.
Saat silase di konsumsi oleh ternak, latic acid akan di manfaatkan sebagai sumber
4. energi ternak tersebut.
Phase 4 ini adalah phase yang paling lama saat ensiling, proses ini berjalan terus
sampai kadar pH dari bahan hijauan yang di pergunakan turun terus, hingga
mencapai kadar yang bisa menghentikan pertumbuhan segala macam bakteri, dan
hijauan atau bahan baku lainnya mulai terawetkan. Tidak akan ada lagi proses
penguraian selama tidak ada udara/oksigen yang masuk atau di masukan.
Phase V
Pencapaian final kadar pH tergantung dari jenis bahan baku yang di awetkan, dan
juga kondisi saat di masukan dalam silo. Hijauan pada umumnya akan mencapai
kadar pH 4,5, jagung 4.0.
Kadar pH saja tidaklah merupakan indikasi dari baik buruknya proses fermentasi ini.
Hijauan yang mengandung kadar air di atas 70% akan mengalami proses yang
berlainan pada phase 4 ini. Bukan bakteri yang memproduksi latic acid yang tumbuh
dan berkembang, namun bakteri clostridia yang akan tumbuh dan berkembang.
Bakteri anaerobic ini akan memproduksi butyric acid dan bukan latic acid, yang akan
menyebabkan silase berasa asam. Kejadian ini berlangsung karena pH masih di
atas 5.0
Phase VI
Phase ini merupakan phase pengangkatan silage dari tempatnya /silo.
Proses pengangkatan ini sangatlah penting namun biasanya tidak pernah di
perhatikan oleh para peternak yang kurang berpengalaman.
Hasil riset mengatakan bahwa lebih dari 50% silase mengalami kerusakan atau
pembusukan yang di sebabkan oleh bakteri aerobic, saat di keluarkan dari silo.
Kerusakan terjadi hampir di seluruh permukaan silase yang terekspos oksigen, saat
berada pada tempat penyimpanan atau pada tempat pakan ternak, setelah di
keluarkan dari silo.
Kecermatan kerapihan dan kecepatan penanganan silase setelah dikeluarkan dari
silo yang kedap udara sangatlah perlu untuk di cermati, agar tidak terjadi
pembusukan.
Materi IV - PEMBUATAN SILASE
Bahan pembuatan Silase
Bahan untuk pembuatan silase adalah segala macam hijauan dan bahan dari
tumbuhan lainnya yang di sukai oleh ternak ruminansia, seperti :
-Rumput, Sorghum, Jagung, Biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol
jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi, dll
Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Silase :
Segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang di sukai oleh ternak, terutama
yang mengandung banyak karbohidrat nya. Untuk penjelasan mengapa dan apa
sebabnya lihat di bagian Prinsip Fermentasi
Bahan tambahan
Dengan mengetahui prinsip fermentasi dan phase tahapan prosesnya , maka kita
bisa memanipulasi proses fermentasi dalam pebuatan silase.
Manipulasi di tujukan untuk mempercepat proses atau untuk meningkatkan dan
mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan baku silase
5. Manipulasi dengan penambahan bahan additive ini bisa dilakukan secara langsung
dengan
memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat yang siap
diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :
-Molase (melas) : 2,5 kg /100 kg hijauan.
-Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan.
-Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
-Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
-Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.
Biasanya ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang banyak mengadung karbohidrat
Proses pembuatan Silase
Setelah memahami prinsip dasar pembuatan silase, maka proses tahap
pelaksanaan pembuatan silase akan menjadi sangat mudah di fahami apa dan
mengapanya.
Penyiapan Silo
Silo hanyalah nama sebuah wadah yang bisa di tutup dan kedap udara, artinya
udara tidak bisa masuk maupun keluar dar dan ke dalam wadah tersebut. Wadah
tersebut juga harus kedap rembesan cairan.
Untuk memenuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang terbaik
dan termurah serta sangat fleksibel penggunaannya. Walaupun bahan dari metal,
semen dll tetap baik untuk di gunakan.
Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan, mulai kantong keresek plastik ukuran satu
kilogram, sampai silo silindris dengan garis tengah 100 meter dan ketinggian 30
meter.
Pilihlah ukuran, bahan serta konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan anda.
Gentong plastik (biasanya berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa di kunci
dengan rapat, merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping
ukurannya yang sedang sehingga mudah untuk di angkat manusia, kemudian
dengan penambahan jumlah bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.
Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak sekali gus, maka cara yang termurah
adalah dengan menggali tanah. Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian
menggunakan kantung plastik yang di jual meteran, sehingga penutupannya bisa
dilakukan dengan sangat rapat.
Prinsip yang harus di perhatikan adalah, saat membuka dan memberikan silase
pada ternak, maka silo tersebut akan kemasukan udara/oksigen yang bisa dan akan
merusak silase yang telah jadi karena terjadinya proses aerobic, lihat dip hase-6.
Inilah sebabnya kenapa pembuatan dalam jumlah kecil dengan menggunakan silo
yang banyak serta portable (seperti gentong plastik biru, atau kantong plastik), jauh
lebih berdaya guna di banding dengan pembuatan dalam jumlah sangat besar dalam
satu wadah/silo.
Untuk itu ketahuilah jumlah kebutuhan ternak anda, lalu sesuaikan pembuatan silo,
sehingga penggunaannya bisa sekali buka silo , isinya langsung habis di konsumsi
sehingga tidak adalagi sisa yang harus di simpan.
Penyimpanan sisa silase ini , di samping sangat merepotkan juga sangat riskan
terhadap terjadinya proses pembusukan karena terjadi nya eksposur tehadap
6. oksigen yang akan mengaktive kan bakteri aerob
Penyiapan bahan baku silase serta penempatan pada silo:
Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar yang langsung
di dapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama – mengapa – lihat pada
Prinsip Dasar Fermentasi Silase.
1.Pemotongan atau Pencacahan Bahan Baku
Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 centimeter.
Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo
dan mengurangi terperangkapnya
ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan.
Jika hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan
tersebut kemudian di aduk secara
merata, sebelum di masukan dalam silo
2.Masukan cacahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi lapis.
3.Saat memasukan bahan baku kedalam silo secara bertahap, lakukan penekanan
atau pengepresan untuk setiap
lapisan agar padat. Kenapa harus di padatkan, karena oksigen harus sebanyak
mungkin di kurangi atau di hilangkan
sama sekali dari ruang silo – Lihat Prinsip Dasar Fermentasi Silase.
4.Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa
masuk kedalam silo -- Lihat Prinsip
Dasar Fermentasi Silase.
5.Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari
atau kena hujan secara langsung,
selama tiga minggu
6.Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai pakan ternak.
Sedangkan untuk menilai kualitas hasil
pembuatan silase ini bisa di lihat di Kriteria Silase yang baik, jika penilaian anda
mendapatkan hasil 100 atau
mendekati 100, maka cara and membuat silase sudah sangat baik, lakukan cara
tersebut untuk pembuatan silase
berikutnya.
7.Silo yang tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat
lama asalkan tidak kemasukan udara.
8.Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di berikan sedikit
demi sedikit dicampur dengan hijauan
yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi
silase sesuai dengan kebutuhan.
Bagi Pemula:
Bagi pemula yang belum pernah membuat fermentasi silase, akan menganggap
proses ini adalah proses yang sulit dan serba canggih. Namun jika telah mengetahui
prinsip dasarnya maka pembuatan silse ini bukanlah merupakan sesuatu yang sulit
ataupun aneh serba canggih serta padat teknologi.
Sedikit menyinggung sejarah di temukannya silase;
Pada jaman dahulu kala di daratan Eropa ada seorang penggembala sapi, yang
selalu dengan rajin dan penuh perhatian pada ternak yang di gembalanya. Dia
sangat memperhatikan keberadaan beberapa anak sapi gembalaannya yang sering
7. tidak kebagian hijauan saat merumput. Kemudian dia menyabit rumput, yang
kemudian dia tempatkan pada kantung kain tebal yang selalu dia bawa sebagai
tempat menyimpan bekal makannya. Rumput yang di bawanya kemudian dengan
penuh rasa kasih sayang di berikan pada anak-anak sapi setibanya di kandang.
Pada suatu ketika , setelah menyabit dan menempatkan rumput di dalam kantung
tebalnya, anak–anak sapi tersebut selalu mendekatinya dan berusaha memakan
rumput yang berada dalam kantung tersebut. Penggembala itu merasa kesal,
menghardik agar anak sapi tersebut belajar merumput, kemudian dia mengubur
kantung plastiknya di dalam tanah, agar anak sapi tersebut tidak manja dan mau
berusaha lebih keras dalam merumput.
Sebagai manusia biasa si penggembala tidak bisa menemukan kembali kuburan
kantung plastiknya, saat mereka pulang ke kandang.
Beberapa minggu kemudian saat menggembala pada tempat yang sama dimana dia
mengubur kantung plastiknya, secara kebetulan dia menemukan kembali kuburan
tersebut.
Setelah di gali ulang, di buka dan dilihat isinya, ternyata rumput tersebut masih ada
serta beraroma wangi dan berasa kemanisan. Dia coba berikan pada anak-anak
sapi, ternyata mereka sangat menyukainya, demikian juga saat di berikan pada sapi
dewasa lainnya.
Sejak itulah proses fermentasi di kenal dan di pergunakan untuk mengawetkan
hijauan.
Jika saat ini proses fermentasi silase terkesan serba scientific, itu karena para
ilmuwan terus menyelidiki dan mengembangkannya , dengan menggunakan istilah-
istilah yang ruwet njlimet serta susah di mengerti, walaupun tujuannya memudahkan
bagi para peternak.
Bagi para pemula dan peserta yang belum pernah membuat fermentasi silase,
lakukan tahapan pada penjelasan di atas, dengan sekala jumlah yang kecil terlebih
dahulu.
Gunakan kantung plastik bekas pembungkus sebagi silo, sebanyak sepuluh kantung
silo atau kelipatan dari sepuluh. Perhatikan betul-betul jangan sampai ada yang
bocor silo mini nya.
Lima silo mini diperuntukan pembuatan silase tanpa bahan tambahan, lima lainnya
untuk pembuatan silase dengan menggunakan bahan tambahan.
Setiap minggu bukalah masing-masing satu silo yang memakai bahan tambahan
dan yang tidak.
Periksa dengan seksama hasilnya. Lakukan pencatatan dari apa yang anda
temukan, bandingkan dengan penjelasan diatas.
Pada minggu ke empat dan kelima, anda akan mampu memberikan skore atau
penilaian hasil fermentasi yang anda lakukan , dengan melihat Kriteria Silase yang
baik di bawah ini.
Setelah melakukan berulang ulang, maka anda akan merasakan bahwa proses
pembuatan silase adalah suatu proses yang penuh dengan nuansa seni yang tinggi,
sehingga sangat menyenangkan untuk di lakukan.
Ketekunan, kecepatan, kebersihan serta kepatuhan pada prosedur dan tahap
pembuatan silase, akan menentukan perbedaan hasil yang di dapat.
Penilai ahir dari produksi silase anda , adalah ternak anda, jika ternak anda
menyukainya, pertumbuhannya lebih baik, serta anda tidak takut lagi menghadapi
kelangkaan hijauan saat musim panas yang panjang. Berarti anda telah meraih satu
8. tahap kesuksesan dalam hidup anda. Tiada yang menilai kesuksesan anda, tiada
yang memberikan penghargaan pada kesuksesan anda ini, namun dengan pasti
kesuksesan berikutnya telah menanti anda.
Kriteria Silase yang baik :
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:
KEWANGIAN
1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk
mencicipinya. Nilai 25
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau
sama sekali tidak ada bau. Nilai 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0
RASA
5. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25
6. Rasanya sedikit asam Nilai 20
7. Tidak ada rasa Nilai 10
8. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. 0
WARNA
9. Hijau kekuning- kuningan. Nilai 25
10.Coklat agak kehitam-hitaman. Nilai 10
11.Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0
SENTUHAN
12. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel
ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa. Nilai 25
13. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila
ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10
14. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel
ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100 adalah
yang terbaik
Penyimpanan Silase:
Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap berada dalam
keadaan kedap udara
Pengawetan Hijauan Makanan Ternak (HMT) cara pengawetan hijauan dari rumput dan tebon
(batang jagung). Tebon mempunyai potensi besar untuk diolah menjadi silase. Pada daerah
yang potensial untuk kemitraan dengan Perusahaan benih hibrida tebon jagung sangat
melimpah. Pada sentra daerah yang potensi di tanaman jagung manis juga mempnuyai
keunggulan karena umur panen hanya 65 hari dan rasa lebih manis. Tujuan pengawetan bahan
pakan rumput atau tebon dalam bentuk segar ketika ketersediaannya berlimpah atau pada
saat melebihi kebutuhan dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan penyimpanan bentuk
segar ini, maka kualitas gizinya tidak menurun secara dratis ketika digunakan 2 – 6 bulan
kemudian. Kami akan membahas secara praktis cara pembuatan silase rumput dan tebon jagung
9. ini karena secara proses ada perbedaan. Untuk pembahasan secara teoritis mengenai silase akan
kami bahas pada artikel berikutnya.
ALAT :
1. Alat pemotong/Chopper jika tidak ada bisa menggunakan alat pemotong manual
seperti sabit dengan panjang sekitar 5 cm
2. Sekop untuk mengaduk adonan
3. Silo (tempat untuk memproses Silase
4. Plastik untuk alas atau penutup, bisa juga menggunakan kantong plastik
BAHAN :
1. Rumput atau tebon jagung
2. Dedak padi/ Tepung Gaplek 4% dari berat bahan baku
3. Molases/tetes tebu 2 % dari berat bahan baku
CARA PEMBUATAN SILASE PADA MUSIM
1.Bahan silase di potong-potong dengan ukuran sekitar 5 cm.
2.Pada musim hujan bahan silase rumput dan tebon jagung perlu dilayukan untuk mengurangi
kadar air,
3.Tambahkan dan campur bahan hijauan yang telah dilayukan dengan dedak padi, tetes tebu,
tepung gaplek jumlahnya 4% dari hijauan yang akan di silase
4.Aduk adonan menjadi satu dan campurkan secara merata
5.Masukkan Adonan yang sudah tercampur secara merata ke dalam silo/kantung plastik.
Kemudian dipadatkan.(ukuran standar kepadatan:650kg harus dapat masuk dalam silo
ukuran 1 meter kubik dengan cara diinjak injak (Untuk memaksimalkan proses silase, silo
plastik menjadi menurut penelitian LIPI harus diikat atau divakum 6.kemudian diperam
(diinkubasi) selama 21 sampai 30 hari)
7.Ditutup rapat dan tidak boleh ada lubang udara. Tutup atas ditindih dengan karung-karung
berisi tanah atau pasir.
8.Proses silase /fermentasi berlangsung sekitar 21 hari lebih
9.Apabila proses berjalan baik, ditandai dengan tidak adanya jamur dan baunya asam, maka
penyimpanan dapat dteruskan sampai saat dibutuhkan
10.Pengambilan silase harus secara cepat dan segera diutup kembali, Bahan pakan hasil silase
yang sudah dikeluarkan dari silo harus segera diberikan ke ternak
CARA PEMBUATAN SILASE PADA WAKTU MUSIM KEMARAU
Pada waktu diwaktu musim kemarau tebon jagung tidak perlu dilayukan terlebih dahulu dan
langkah selanjutnya sama seperti cara pembuatan silase pada musim penghujan
Kriteria Silase yang baik :
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:
KEWANGIAN
1. Wangi seperti buah‐buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk
mencicipinya. Nilai 25
10. 2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama
sekali tidak ada bau. Nilai 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0
RASA
1. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25