Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Mengabaikan kemungkaran yang terjadi di sekitar merupakan tindakan yang dilarang dalam agama Islam dan dapat mengakibatkan hukuman dari Allah. Seorang muslim harus berusaha mencegah kemungkaran baik dengan tangan, lisannya atau paling tidak hatinya, dan mengabaikannya dapat menunjukkan iman yang lemah.
1. 28/12/13
Detik Islam » Mengabaikan Kemungkaran, Menuai Hukuman
Mengabaikan Kemungkaran, Menuai Hukuman
■ Cakrawala ■ Mutiara Hikmah
by Detik Islam - Sep 22, 2013
0
24
Kontes yang berbau pornografi dan
pornoaksi
adalah
di
antara
kemungkaran besar yang wajib
ditolak,
ditentang dan
dicegah
keberlangsungannya oleh umat Islam.
Jangankan kontes yang berskala
internasional seperti Miss World,
bahkan kemungkaran dalam lingkup
yang paling kecil sekalipun wajib
dicegah. Jika tidak, berarti kita
bersekutu dengan para pelaku
kemungkaran tersebut. Paling tidak,
itu didasarkan pada penuturan Malik
bin Dinar yang pernah berkata, “Aku
pernah membaca di dalam kitab Taurat sebuah ungkapan: Siapa saja yang memiliki seorang tetangga yang
melakukan kemaksiatan, sementara dia tidak berusaha mencegahnya, maka dia telah bersekutu dengan
pelaku kemaksiatan tersebut” (HR. Ibn Abi ad-Dunya).
Sebagaimana diketahui, selain memerintahkan setiap Muslim agar menyampaikan kebajikan (amar makruf),
Allah SWT dan Rasul-Nya sekaligus menitahkan setiap Muslim agar mencegah/menentang kemungkaran
(nahi mungkar). Bahkan Baginda Rasulullah SAW menakar keimanan seseorang dengan sejauhmana dirinya
menyikapi kemungkaran. Dalam sebuah hadits y.mg amat populer, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja
yang menyaksikan kemungkaran, ubahlah dengan tangan (kekuasaan)-nya; jika tidak mampu, ubahlah
dengan lisannya; jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya yang demikian itu adalah selemah lemahnya
Iman “ (HR. Muslim).
detikislam.com/cakrawala/hikmah/mengabaikan-kemungkaran-menuai-hukuman/
1/3
2. 28/12/13
Detik Islam » Mengabaikan Kemungkaran, Menuai Hukuman
Frasa “selemah lemahnyn imam” menunjukkan kadar keimanan yang paling rendah tentu saja, frasa tersebut
mengandung semacam “celaan”, bukan pujian. Setiap Muslim sepantasnya merasa khawatir jika celaan
Rasulullah SAW ini menunjukkan pada keharaman mengingkari kemungkaran hanya dengan hatinya. Sebab,
yang dituntut dari seorang Muslim saat menyaksikan suatu kemungkaran adalah minimal mengubah
kemungkaran itu dengan lisannya, yakni dengan nasihat, peringatan atau dakwah kepada pelaku kemungkaran
tersebut, la tidak cukup mengingkari kemungkaran hanya dengan dengan hatinya.
Keadaan “selemah-lemahnya iman” ini berlaku pada seorang Muslim yang hanya sanggup mengingkari
kemungkaran dengan hatinya. Lalu bagaimana dengan keadaan orang yang sama sekali tidak peduli alias
cuwek terhadap ragam kemungkaran yang ada di hadapan atau di sekeliling dirinya? Tentu, selayaknya
seorang Muslim khawatir: jangan-jangan sikap tidak peduli alias cuwek terhadap kemungkaran itu
menunjukkan bukan saja imannya lemah, tetapi bahkan lepas.Na’udzu bilLahimin dzalik.
Terkait dengan kewajiban mencegah atau menentang kemungkaran, Allah SWT berfirman (yang artinya):
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian. Orang-orang yang tersesat tidak akan membahayakan
kalian jika kalian telah mendapatkan petunjuk (TQS Al-Maidah [5]: 105).
Ibn Abi ad-Dunya menuturkan suatu riwayat bahwa Abu Bakar ra, saat membaca ayat ini, berkata,
“Sesungguhnya kebanyakan orang menempatkan ayat ini tidak pada tempatnya. Ingatlah, bahwa
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sesuatu kaum. Jika
menyaksikan orang berlaku zalim, lalu mereka tidak mencegahnya, maka Allah SWT pasti akan meratakan
azab-Nya kepada mereka!“ (HR Ibn Abi ad-Dunya).
Abdullah bin Umar ra juga menuturkan riwayat bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Jika engkau
menyaksikan umatku takut kepada pelaku kezaliman untuk berkata kepada dia, ‘Sungguh, kamu zalimi’ maka
keberadaan mereka sama dengan tidak ada.” [HR Ahmad).
Rasulullah SAW pun pernah bersabda, "Wahai manusia, Allah 'Azza wa Jalla telah berfirman kepada kalian:
Perintahkanlah oleh kalian kemakrufan dan cegahlah kemungkaran sebelum kalian berdoa kepada-Ku lalu
Aku tidak mengabulkan doa kalian; sebelum kalian meminta kepada-Ku lalu Aku tidak memberi kalian;
sebelum kalian meminta pertolongan kepadaku lalu Aku tidak menolong kalian.” (HR Ibn Majah, Ahmad dan alBaihaqi).
Rasulullah SAW pun pernah bersabda, "Tidaklah suatu kaum meninggalkan amar makruf nahi mungkar
kecuali amal-amal mereka tidak akan diangkat ke langit (tertolak) dan doa-doa mereka tidak akan didengar
(tidak dikabulkan)." (HR Ibn Abi ad-Dunya).
Rasul SAW pun bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Ibn Abbas,"Sesungguhnya Allah tidak akan
mengazab masyarakat secara umum karena tindakan (kemaksiatan) orang-orang tertentu di antara mereka
sehingga mereka menyaksikan kemungkaran di tengah- tengah mereka, sementara mereka mampu untuk
mencegahnya. Namun, mereka tidak mencegahnya. Jika mereka bersikap demikian, Allah pasti akan
mengazab masyarakat secara umum dan para pelakunya secara khusus," (Ibn Rajab al-Hanbali, Al Jami' al'Ulum wa al-Hikam, XXXIV/6)
Alhasil, jangan sampai kita mengabaikankemungkaran jika kita tidak ingin menuai hukuman!
Wa ma tawfiqi illa bilLah. [abi/mediaumat]
detikislam.com/cakrawala/hikmah/mengabaikan-kemungkaran-menuai-hukuman/
2/3
3. 28/12/13
Detik Islam » Mengabaikan Kemungkaran, Menuai Hukuman
You might also like
detikislam.com/cakrawala/hikmah/mengabaikan-kemungkaran-menuai-hukuman/
3/3