Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAWSafira Safitri
1. Haji Wada’ atau Haji Wida (Haji perpisahan) adalah ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah S.A.W sebelum akhirnya ia wafat. haji ini terjadi pada tahun ke 10 H.
2. Rombongan jamaah calon haji yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah itu berjumlah kurang lebih 114.000 orang. Berangkat dari Madinah menuju Makkah pada tanggal 25 Zulqaidah dan sampai di Makkah Al Mukarramah pada tanggal 4 Zulhijjah selama perjalanan kurang lebih 9 hari Sesampai di Makkah Rasulullah terus menuju Ka’bah mecium Hajar Aswad, kemudian tawaf 7 kali keliling Ka'bah. Setelah itu Beliau shalat sunat di maqam Ibrahim, mencium kembali hajar aswad sebelum meninggalkan Ka’bah kemudian Sa'I
3.PesanRasulullah SAW saatKhutbah
Setiap manusia secara pribadi bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Keselamatan jiwa dan harta benda menjadi syarat penting dalam membangun kemakmuran dan ketentraman dunia.
Amanah dan kepercayaan baik moral ataupun material harus dijaga dan dipelihara.
Riba dalam berbagai macam bentuknya yang berakibat pemerasan terhadap kaum yang lemah dilenyapkan.
Penegasan tentang hak-hak wanita serta hakdan kewajiban suami istri.
Penegasan bahwa seorang muslim dengan lainnya adalah bersaudara karena itu harus saling bantu membantu.
Penghapusan perbedaan (diskriminasi) yang ditimbulkan oleh perbedaan bangsa,
4.Tanda Wafat Nabi Sebagai Peringan Musibah
Pada akhir tahun 10 H, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat:
Ditaklukkannya Kota Mekah,
Masuk Islamnya tokoh-tokoh Bani Tsaqif di Thaif
Kedatangan delegasi dan utusan negara-negara non-Islam menuju Madinah untuk memeluk Islam
Kelompok 5 Agama Islam-Haji wada' dan wafatnya Rasulullah SAWSafira Safitri
1. Haji Wada’ atau Haji Wida (Haji perpisahan) adalah ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah S.A.W sebelum akhirnya ia wafat. haji ini terjadi pada tahun ke 10 H.
2. Rombongan jamaah calon haji yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah itu berjumlah kurang lebih 114.000 orang. Berangkat dari Madinah menuju Makkah pada tanggal 25 Zulqaidah dan sampai di Makkah Al Mukarramah pada tanggal 4 Zulhijjah selama perjalanan kurang lebih 9 hari Sesampai di Makkah Rasulullah terus menuju Ka’bah mecium Hajar Aswad, kemudian tawaf 7 kali keliling Ka'bah. Setelah itu Beliau shalat sunat di maqam Ibrahim, mencium kembali hajar aswad sebelum meninggalkan Ka’bah kemudian Sa'I
3.PesanRasulullah SAW saatKhutbah
Setiap manusia secara pribadi bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Keselamatan jiwa dan harta benda menjadi syarat penting dalam membangun kemakmuran dan ketentraman dunia.
Amanah dan kepercayaan baik moral ataupun material harus dijaga dan dipelihara.
Riba dalam berbagai macam bentuknya yang berakibat pemerasan terhadap kaum yang lemah dilenyapkan.
Penegasan tentang hak-hak wanita serta hakdan kewajiban suami istri.
Penegasan bahwa seorang muslim dengan lainnya adalah bersaudara karena itu harus saling bantu membantu.
Penghapusan perbedaan (diskriminasi) yang ditimbulkan oleh perbedaan bangsa,
4.Tanda Wafat Nabi Sebagai Peringan Musibah
Pada akhir tahun 10 H, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat:
Ditaklukkannya Kota Mekah,
Masuk Islamnya tokoh-tokoh Bani Tsaqif di Thaif
Kedatangan delegasi dan utusan negara-negara non-Islam menuju Madinah untuk memeluk Islam
Cobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-NyaErwin Wahyu
Materi ini saya persembahkan untuk para sahabat yang telah berhijrah dan sedang meniti jalan ketaatan di jalan Allah SWT.
Download file benttuk PPT & DOC di https://goo.gl/X6t1Vi
Semoga bermanfaat...
Iltizam artinya komitmen siapapun yang berkiprah dibidang dakwah menjadi sbeuah keharusan memiliki sifat iltizam. yaitu sebuah sikap berkomitmen dalam dakwa
“Demi masa, sesungguhnya semua orang benar-benar berada di dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. al-’Ashr : 1-3)
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27Ustadz Ahmad Ridwan
Riwayat lain menyebutkan: Wabishah bin Ma’bad Radhiyallahu anhu . berkata: Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bertanya: “Kamu datang untuk bertanya tentang kebajikan?” aku menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Tanyakan kepada hati kecilmu sendiri. Kebajikan adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu tenteram, sedangkan dosa adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu gelisah meskipun orang lain berulang kali membenarkanmu.”(HR Imam Ahmad bin Hambal dan Imam ad-Darimi. Hadits ini hasan.)
Menjadi seorang pengemban dakwah adalah satu pekerjaan dan kewajiban mulia jika dituntasakan. Tugas ini hanya mampu dipikul orang pilihan dan yang terbaik dari orang-orang diantaranya. Jika menjadi pengemban dakwah itu mulia, bagaiman dengan pembina dakwah? Tentu akan lebih memuliakan dirinya, karena ia akan menjadi tempat peraduan dan tempat peristirahatan untuk menyemangati kembali serta menciptakan pengemban dakwah yang tangguh.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 133)
Cobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-NyaErwin Wahyu
Materi ini saya persembahkan untuk para sahabat yang telah berhijrah dan sedang meniti jalan ketaatan di jalan Allah SWT.
Download file benttuk PPT & DOC di https://goo.gl/X6t1Vi
Semoga bermanfaat...
Iltizam artinya komitmen siapapun yang berkiprah dibidang dakwah menjadi sbeuah keharusan memiliki sifat iltizam. yaitu sebuah sikap berkomitmen dalam dakwa
“Demi masa, sesungguhnya semua orang benar-benar berada di dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. al-’Ashr : 1-3)
HATI MEMBANTU MU MENIMBANG ANTARA KEBAIKAN DAN KEBURUKAN | HADITS ARBAIN KE 27Ustadz Ahmad Ridwan
Riwayat lain menyebutkan: Wabishah bin Ma’bad Radhiyallahu anhu . berkata: Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bertanya: “Kamu datang untuk bertanya tentang kebajikan?” aku menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Tanyakan kepada hati kecilmu sendiri. Kebajikan adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu tenteram, sedangkan dosa adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu gelisah meskipun orang lain berulang kali membenarkanmu.”(HR Imam Ahmad bin Hambal dan Imam ad-Darimi. Hadits ini hasan.)
Menjadi seorang pengemban dakwah adalah satu pekerjaan dan kewajiban mulia jika dituntasakan. Tugas ini hanya mampu dipikul orang pilihan dan yang terbaik dari orang-orang diantaranya. Jika menjadi pengemban dakwah itu mulia, bagaiman dengan pembina dakwah? Tentu akan lebih memuliakan dirinya, karena ia akan menjadi tempat peraduan dan tempat peristirahatan untuk menyemangati kembali serta menciptakan pengemban dakwah yang tangguh.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 133)
1. SALAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM
Makna Salam
Do‟a
Makna salam adalah do‟a seorang Muslim kepada saudaranya seiman. Kata “Assalaamu
„alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh” mempunyai makna “Semoga seluruh
keselamatan, rahmat dan berkah dianugerahkan Allah kepada kalian”. Nilai do‟a dalam
kandungan salam ini menjadi salah satu dasar mengapa salam tidak dapat diberikan
kepada orang-orang Non Muslim. Karena do‟a seorang Muslim kepada Non Muslim akan
tertolak, meskipun ditujukan kepada orang-orang yang dekat dalam kehidupannya.
Demikian pula Rasulullah SAW tertolak do‟anya ketika ditujukan kepada pamannya yang
masih kafir, Abu Thalib. Dan Allah mengingatkan dengan firman-Nya:”Sesungguhnya kamu
tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang
yang mau menerima petunjuk” (Al Qashash [28]: 56).
Do‟a seorang Muslim kepada Non Muslim adalah do‟a supaya mereka mendapat petunjuk
masuk dalam pangkuan Islam. Demikianlah do‟a Rasulullah SAW kepada orang Non
Muslim:”Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka orang
yang tidak mengerti” (Sirah Nabawiyah, Abul Hasan ali An Nadwi). Atau do‟a Rasululah
SAW kepada Umar Bin Khaththab ketika masih kafir:”Ya Allah, berilah kemuliaan kepada
Islam dengan masuk Islamnya salah satu orang terkasih kepada-Mu, yakni Abu Jahal atau
Umar Bin Khaththab”.
Demikian pula sebaliknya. Seorang Non Muslim tidak mungkin mendo‟akan seorang
Muslim, karena tuhannya tidak sama. Bagaimana mungkin seorang tuan menggaji
seseorang yang bukan pegawainya. Sehingga, bila seorang Non Muslim memberi salam
kepada kita, cukup kita balas dengan ucapan:”Wa‟alaikum (Semoga kamu juga)”, tidak
lebih dari itu.
Berkah do‟a dari salam itulah yang menjadikan shahabat mengecilkan volume jawaban
salam ketika Rasulullah SAW mengucapkan salam kepada penghuni rumahnya. Sampai
salam ketiga, barulah mereka menjawab dengan suara keras. Ketika Rasulullah SAW
bertanya mengapa hal itu dilakukan oleh mereka, maka dijawab:”Kami ingin
mendapatkan do‟a dari Rasulullah SAW”.
Dalil
Al Qur‟an
Allah SWT berfirman:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah
2. yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat” (An Nuur [24]: 27).
Allah SWT berfirman:”… Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah
(ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi
Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya)
bagimu, agar kamu memahaminya” (An Nuur [24]: 61).
Hadits
Rasulullah Saw bersabda:”Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan
masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling
berkasih-sayang. Maukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila kalian
kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkan salam di antara
kalian!” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda:”Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makanan,
sambunglah tali silaturahmi dan shalatlah ketika manusia lain tengah tertidur; niscaya kamu
akan masuk surga dengan selamat sejahtera” (At Tirmidzi).
Sunnah Para Nabi dan Rasul
Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Ketika Allah telah
menjadikan Adam, maka Allah memerintahkan:”Pergilah kepada para Malaikat dan
ucapkan salam kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam
mereka, karena itu akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!”
Maka pergilah Nabi Adam dan mengucapkan:”Asalaamu „alaikum!” Para Malaikat
menjawab:”Assalaamu „alaika warahmatullaah!” Mereka menambah warahmatullaah”
(HR. Bukhary dan Muslim).
Al Qur‟an menceritakan kisah Ibrahim AS:”(Ingatlah) ketika mereka msuk ke tempatnya lalu
mengucapkan:”Salaaman”, Ibrahim menjawab:”Salaamun” …” (Adz Dzaariyaat [51]:25).
Perilaku Para Shahabat
Thufail Bin Ubay Bin Ka‟ab pernah datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya pergi
ke pasar. Ketika keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar menemui tukang
rombeng, penjual toko, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti memberi salam
kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin Ubay Bin Ka‟ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar, dan diajak
lagi ke pasar. Maka Thufail bertanya:”Perlu apa kita ke pasar? Kamu sendiri bukanlah
seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau
menawar barang. Lebih baik bila kita duduk bercengkerama di sini”. Abdullah Bin Umar
menjawab:”Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk memasyarakatkan
salam. Kita beri salam kepada siapa saja yang kita temui di sana!” (Imam Malik dalam
kitab Al Muwatha‟ dengan sanad shahih).
3. Hukum Mengucapkan Salam
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah mu‟akadah).
Rasulullah SAW bersabda:”Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya,
maka hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang
pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan
salam kepadanya” (HR. Abu Daud).
Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah
SWT:”Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih
baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala
sesuatu” (An Nisaa‟ [4]: 86).
Adab
Ada beberapa adab yang harus diperhatikan dalam menyebarkan salam, yaitu:
Urutan Salam
Sabda Rasulullah SAW:
Orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan
Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk
Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang lebih banyak
Yang kecil (muda) memberi salam kepada yang besar (tua) HR. Bukhary).
Itulah urutan salam yang menjadi adab bagi seorang Muslim untuk menyebarkan salam.
Sikap dasar seorang Muslim adalah mencoba memaklumi orang lain dan tidak meminta
untuk dimaklumi. Urutan salam inipun tidak harus menjadikan kita minta untuk dimaklumi.
Misal orang tua sama sekali tidak mau memberi salam kepada yang lebih muda, dan
menuntut supaya anak-anak muda itu yang harus terlebih dahulu mengucapkan salam
kepadanya. Sikap tuntutan seperti ini tentu saja berlebih-lebihan. Mestinya seorang Muslim
tidak terjebak dengan sikap kekanak-kanakan seperti ini.
Menjabat Tangan
Selain mengucapkan salam, akhlaq yang indah (karimah) bagi seorang Muslim ketika
bertemu dengan saudaranya adalah menjabat tangannya dengan hangat. Seseorang
bertanya kepada Rasulullah SAW:”Ya Rasulullah, jika seseorang dari kami bertemu dengan
saudaranya atau temannya apakah harus menunduk-nunduk?” Jawab Rasulullah
SAW:”Tidak!” Tanyanya:”Apakah harus merangkul kemudian menciumnya?” Jawab
Rasulullah SAW:”Tidak!” Tanyanya sekali lagi:”Apakah meraih tangannya kemudian
menjabatnya?” Jawab Rasulullah SAW:”Ya!” (HR. Muslim).
4. Selain memiliki nilai kehangatan dan persahabatan (ukhuwwah), jabatan tangan juga
akan menghapus dosa di antara kedua Muslim yang melakukannya. Rasulullah SAW
bersabda:”Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu kemudian berjabat tangan kecuali
Allah akan mengampuni dosa keduanya sampai mereka melepaskan jabatan tangannya”
(HR. Abu Daud).
Yang tetap perlu diperhatikan hendaklah lelaki tidak berjabat-tangan dengan wanita
yang bukan muhrimnya; demikian pula sebaliknya. Meskipun dalam masalah ini, DR. Yusuf
Al Qardhawi tidak mengharamkannya secara mutlaq.
Berwajah Manis
Yang dimaksud berwajah manis adalah penampilan yang menyenangkan serta senyum
yang mengembang. Gaya seperti inilah yang diinginkan Rasulullah SAW ketika seorang
Muslim bertemu dengan saudaranya. Sabda Rasulullah SAW:”Jangan kalian meremehkan
sedikitpun tentang kebaikan, meskipun hanya wajah yang manis saat bertemu dengan
saudaramu” (Al Bukhary).
Tidak Memalingkan Wajah
Memalingkan wajah, apapun alasannya, sulit untuk ditafsirkan lain kecuali sikap
meremehkan atau memusuhi. Apabila seorang Muslim berjumpa dengan saudaranya,
selain salam dan jabat tangan. hendaklah ditambah dengan menatap wajah saudaranya;
tidak malah memalingkan wajah. Nilai ucapan salam dan jabatan tangan menjadi hampa
dan hilang ketika seseorang melakukannya sambil memalingkan wajah.
Allah SWT telah mengingatkan masalah ini dengan firman-Nya:”Dan janganlah kamu
memalingkan muka kamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri” (Luqman [31]: 18).
Tidak Membikin Gaduh
Setiap pembicaraan yang kita lakukan hendaklah secukupnya saja. Maksudnya, tidak
dengan suara yang berlebihan, tetapi juga tidak terlalu lemah. Minimal orang yang kita
ajak berbicara mampu menangkap suara kita, itu sudah cukup. Demikian pula dalam
mengucapkan salam; secukupnya saja.
Al Miqdad RA biasa menyediakan susu bagian Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW
datang pada waktu malam, lalu beliau memberi salam dengan perlahan sehingga tidak
membangunkan orang yang tidur, dan cukup didengar oleh mereka yang terjaga. Dan
beliau mengucapkan salam sebagaimana biasa beliau mengucapkan salam (HR. Muslim).
Salam kepada Lain Jenis
Laki-laki diperkenankan memberi salam kepada wanita; dan sebaliknya wanita juga
diperbolehkan mengucapkan salam kepada laki-laki. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah SAW ketika berjalan melalui sekumpulan wanita. Beliau memberi salam kepada
mereka (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
5. Asma‟ Binti Jazid menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW berjalan di masjid mendadak
melihat rombongan wanita tengah duduk, maka beliau melambaikan tangan dengan
mengucapkan salam” (HR. At Tirmidzi).
Sedangkan salam wanita kepada laki-laki digambarkan oleh Ummu Hani‟ Binti Abu Thalib
RA ketika datang kepada Rasulullah SAW saat Fat-hu Makkah (penaklukan kota Makkah).
Saat itu, Rasulullah SAW tengah mandi dan di depan ada Fathimah. Maka Ummu Hani‟
memberikan salam kepada Rasulullah SAW (HR. Muslim).
Tentu saja, memberikan salam kepada lawan jenis yang bukan muhrim dilakukan dengan
tetap memperhatikan adab-adab pergaulan lawan jenis. Jangan sampai salam dengan
lawan jenis justru dijadikan sebagai pengantar mendekati perbuatan zina. Misalkan salam
anak-anak muda kepada lawan jenis dengan ragam salam yang tidak tepat. Ada salam
sayang, salam mesra, salam rindu dan mungkin ada salam-salam lain yang lebih
berbahaya. Padahal salam seperti itu ditujukan kepada lawan jenis yang bukan muhrim
bukan pula isteri/suaminya. Salam seperti inilah yang tidak lagi bernilai syar‟i.
Salam kepada Orang Non Muslim
Diharamkan seorang Muslim mendahului mengucapkan salam kepada orang Non Muslim.
Rasulullah SAW bersabda:”Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang
Yahudi atau Nashrani” (HR. Muslim).
Tetapi apabila forumnya telah berbaur antara orang Muslim dengan Non Muslim, maka
diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah SAW ketika melewati suatu majelis yang berbaur antara orang Muslim, musrikin
penyembah berhala dan Yahudi. Beliau mengucapkan salam kepada mereka” (HR.
Bukhary dan Muslim).
Apabila orang Non Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang
diperkenankan oleh syari‟at adalah:”Wa „alaikum!” (Semoga anda juga). Itu saja, tidak
usah diperpanjang lagi. Rasulullah SAW menasihatkan:”Jika orang-orang Ahli Kitab (Non
Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah:”Wa „alaikum” (HR. Bukhary dan
Muslim).
Salam kepada Anak-anak
Salam tidak hanya hak bagi pemuda dan orang tua. Anak-anak pun berhak untuk
mendapatkan salam dan membalasnya. Bahkan, kebiasaan menyebarkan salam kepada
anak-anak, diharapkan dapat mewarnai akhlaq seseorang ketika menginjak remaja dan
dewasa.
Anas Bin Malik RA memberi salam kepada anak-anak ketika dia berjalan di muka mereka.
Kemudian Anas berkata:”Dahulu Rasulullah SAW juga berbuat seperti ini (HR. Bukhary dan
Muslim).
Maka berilah salam kepada anak-anak sekaligus mengkondisikan mereka dengan akhlaq-
akhlaq Islami sejak dini.
Salam jika Masuk Rumah
Allah SWT memerintahkan kepada Kaum Muslimin untuk meminta ijin dan mengucapkan
6. salam apabila hendak memasuki rumah orang lain. Firman-Nya:”Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat” (An Nuur [24]: 27).
Demikian pula jika kita memasuki rumah kita sendiri, baik dalam keadaan ada orangnya
atau dalam keadaan kosong. Disyari‟atkan supaya kita mengucapkan salam. Allah SWT
berfirman:”… Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini)
hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi
Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya)
bagimu, agar kamu memahaminya” (An Nuur [24]: 61).
Rasulullah SAW pun juga mengajarkan kepada Anas Bin Malik:”Wahai anak, jika kamu
masuk ke dalam rumah keluargamu, hendaknya memberi salam, supaya menjadi berkah
untuk kamu dan keluargamu” (HR. at Tirmidzi).