5. Patofisiologi
Antigen masuk tubuh (kulit, saluran nafas, saluran cerna, suntikan)
Merangsang pembentukan antibodi IgE spesifik oleh sel-sel plasma
(sel B dengan bantuan sel Th)
IgE diikat mastosit/basofil melalui reseptor yang cocok pada plasma
Fab : bagian yang mengenali & mengikat antigen
(PROSES SENSITISASI)
Bila tubuh terpapar ulang dengan antigen yang sama
antigen sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah terbentuk
6. Bila tubuh terpapar ulang dengan antigen yang sama
antigen sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah terbentuk
Antigen yang sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah
terbentuk
1. Granulasi ikatan antigen-IgE-mastosit/basofil
2. Melepaskan mediator-mediator (histamin, ECF-A (eosinophil
chemotactic factor of anaphylaxis) ke luar sel
Histamin yang dilepas timbul reaksi :
1. Vasodilatasi hipovolemi relatif
2. Permeabilitas kapiler naik edem jaringan (kulit, faring,
epiglotis),
Cairan intravaskular keluar kolaps & shock
3. Kontraksi otot polos - spasme bronkhus
- Inkontinensia urin
- muntah, sesak
- sakit perut, diare
9. Kriteria Klinis Diagnosis Anafilaksis
1. Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa
menit sampai jam), yang melibatkan kulit,
jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang
merata, pruritus,atau kemerahan, edema bibir-
lidah-uvula), paling sedikit satu dari gejala
berikut :
a. Gangguan pernapasan (sesak, mengi,
bronkospasme, stridor, penurunan arus
puncak ekspirasi (APE), hipoksemia.
b. Penurunan tekanan darah atau berhubungan
dengan disfungsi organ (hipotonia atau
kolaps, pingsan, inkontinens)
10.
11. Kriteria Klinis Diagnosis
Anafilaksis
2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi
segera setelah terpapar serupa alergen pada
penderita (beberapa menit sampai jam):
a.Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang
merata, pruritus-kemerahan, edema pada bibir-
lidah-uvula)
b.Gangguan pernapasan (sesak, mengi,
bronkospasme, stidor, penurunan APE,
hipoksemia)
c.Penurunan tekanan darah atau gejala yang
berhubungan (hipotonia-kolaps, pingsan,
inkontinens)
d.Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut,
sakit, muntah)
12. Kriteria Klinis Diagnosis
Anafilaksis
ATAU
3. Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar
alergen (beberapa menit sampai jam)
1. Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah
(tgt umur), atau penurunan lebih dari 30%
tekanan darah sistolik.
2. Dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90
mm Hg atau penurunan lebih dari 30% nilai
basal pasi
* Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didifinisikan bila < 70
mm Hg antara 1 bulan sampai 1 tahun, kurang dari (70 mm Hg +[2x
umur]) untuk 1 sampai 10 tahun, dan kurang dari 90 mm Hg dari 11
sampai 17 tahun.
14. Pengelolaan
1. Oksigen :
Tanda shock (+) baringkan pasien pada posisi telentang di
tempat keras
naikkan kaki 30º - 45º
lapangkan jalan nafas O2 masker
(k/p) intubasi endotrakheal (untuk ventilasi),
terutama :
- angioneurotik edem
- edem laring
2. Adrenalin :
Pilihan untuk reaksi berat 0,25 mg/sc tiap 15 menit menurut
beratnya gejala
bila shock 0,3 – 0,5 mg/im (dewasa)
0,01 mg/kgBB/im (anak-anak)
15. TS : 90 – 100mmHg suntikan adrenalin dihentikan
observasi.
Pemberian adrenalin menguntungkan pada :
- kontraktilitas otot jantung
- tonus pembuluh darah perifer
- otot polos bronkhus
Perfusi otot jelek/shock iv adrenalin 1 – 2 mg dalam
100ml NaCl
monitoring EKG
Hati-hati : adrenalin pada anestesi volatil/inhalasi
menyebabkan aritmia ventrikular
16. 3. Cairan infus :
TS < 100 mmHg (dewasa)
TS < 50 mmHg (anak-anak)
Macam cairan : D5%, RL, NaCl 0,9%, Dextran, Plasma
Dewasa perlu 500 – 2000 cc pada jam I, selanjutnya
2000 – 3000 cc/m² permukaan badan/24jam
Plasma / plasma expander : beri secepatnya untuk
koreksi hipovolemi karena vasodilatasi akut & kebocoran
cairan intravaskular
4. Vasopressor :
- TS < 90 – 100 mgHg atau shock belum teratasi
- Dopamin dalam cairan infus : 0,3 – 1,2 mg/kgBB/jam,
dosis diatur untuk pertahankan tekanan darah
5. Aminofilin :
5,0 mg/kgBB/iv pelan telah diencerkan dengan D5%
17. 6. Kortikosteroid :
Atasi spasme bronkhus hebat
Cegah reaksi lambat
Dosis : 7 – 10 mg/kgBB 5 mg/kgBB/6 jam iv
7. Antihistamin :
Hanya indikasi pada: - kasus reaksi
memanjang
- edem angioneurotik/urtikaria
Oral : 4 x 1 tab CTM 48 jam
IM : 1 – 2 mg/kgBB s/d 50 mg difenhidramin (dosis
tunggal)
Anak : 1 mg/kgBB tiap 4 – 6 jam iv atau oral
18. Lama Observasi dan Tindak Lanjut
1 Observasi paling tidak 4 jam setelah semua gejala dan tanda
menghilang.
Bila memungkinkan periksa kadar triptase serum saat datang,
1 jam setelahnya, dan sebelum dipulangkan.
Pada kasus yang berat pasien dirawat semalam, terutama
pasien yang mempunyai riwayat reaksi yang berat atau asma
yang tidak terkontrol dan pasien yang datang pada malam
hari.
2 Sebelum dipulangkan pasien diberikan penjelasan mengenai
alergen tersangka dan upaya penghindarannya
Setelah dipulangkan pasien dirujuk ke ahli alergi terutama pada
kasus yang sedang – berat, dan yang ringan karena alergi
makanan yang disertai asma.
3 Di negara maju setelah dibekali penjelasan dan pelatihan
sebagian pasien di berikan EpiPen yaitu adrenalin 0.3 atau 0.15
24. FUNGSI
• Determinan osmolaritas
• Terlibat dalam regulasi
cairan ektraseluler
• Abnormalitas Na dalam
sirkulasi menyebabkan
gangguan pada fungsi saraf
dan neuromuskular junction
27. HIPONATREMI
Pertimbangan Anestesi
GA → min 130 mEq/L atau >
• Intraoperatif : ↓ MAC
• Postoperatif: agitasi, konfusi,
somnolen
[Na+] plasma ↓ : edema cerebral
28. Terapi Hiponatremi
Terapi penyakit dasar
Meningkatkan kadar Na
Hypovolemic hyponatremi : respon baik terhadap
penggantian volume dg normal saline.
Hypervolemic hyponatremi : biasanya tidak
parah, Na meningkat seiring dengan tatalaksana
penyakit yg mendasari.
29. Terapi Hiponatremi
Peningkatan kadar Na serum dengan cara :
Restriksi intake cairan
Meningkatkan free water clearence dengan loop
diuretic
Mengganti IV volume dengan normal salin (154
mEq/L) atau hipertonic 3% saline (513 mEq/L)
30. TERAPI HIPONATREMI
Natrium x BB x 0,6
Dengan NaCl 0,3 % atau NaCl 0,9 %
Koreksi natrium 10 mEq/20 jam atau 0,5 mEq/jam
Misal : Bb=60 Kg, Na sekarang 120 mEq
Natrium x BB x 0,6 = (140-120) x60 kg x 0,6= 720 mEq
Dalam NaCl 0,9 % berisi Na 154 mEq/L
cc yang diberikan (1000cc x 720 mEq) : 154= 4700 cc
NaCl 0,9 % yg masuk per jam = 4700 : 20 jam = 235 cc/jam
Dalam NaCl 3% berisi Na 513 mEq/L
cc yang diberikan (1000cc x 720 mEq) : 513= 1400 cc
NaCl 3% yg masuk per jam = 1400 : 20 jam = 70 cc/jam
40. TERAPI HIPERKALEMIA
Koreksi dengan Dextrose 40% 2,5 cc/kgBb dan
Insulin 1 IU dalam 10 cc Dextrose 40 %
Misalnya BB 60 kg
Dex 40% 2,5 x 60 = 150
Insulin 1/10 x 150 = 15 IU
Setelah itu keduanya dicampur lalu berikan
selama 4 jam
Cek elektrolit ulang setelah 1-2 jam
41. PERTIMBANGAN ANESTESI
Operasi elektif ≠ dilakukan
Hindari asidosis metabolik/respiratorik
Monitor: EKG, fungsi neuromuskular
42. NILAI LAB: < 3.5 mEq/L
PERPINDAHAN
KALIUM
INTRASELULE
R
• Alkalosis, th/
insulin, β-
adrenergik agonis
• Hipotermia
• Transfusi darah
merah beku
PE↑AN
KEHILANGAN
KALIUM
• Ginjal: diuresis, pe↑an
mineralokortikoid, th/
obat karbensilin dan
amphoterisin B
• GIT: muntah, diare
• Dialisis → lar. Rendah
K+
PE↓AN INTAKE
KALIUM
44. Terapi Hipokalemi
Kalium x BB x 0,3
Dengan KSR tablet atau KCL 25 mEq
Koreksi kalium lewat perifer max 6 mEq/jam atau
12 mEq/jam lewat vena central
Bb=60 Kg, K sekarang 2,5 mEq
Kalium x BB x 0,3 = (4-2,5) x 60 kg x 0,3= 27
mEq
Koreksi menggunakan KCL berisi K 25 mEq
1 flash KCL diencerkan dengan dextrose 5 %
10 cc habis
dalam 4-5 jam
45. PERTIMBANGAN ANESTESI
Hipokalemia kronik ringan (3 – 3.5
mEq/L)
+ ≠ masalah EKG → √
th/ digoxin → toksisitas ↑
Intraoperasi: K+ IV diberikan bl
aritmia
46. Pembentukan Tulang dan Gigi
Kontraksi dan Relaksasi Otot
Fungsi Saraf dan Jantung
Aktivasi Enzim
Pembekuan Darah
Ca2+
Ca2+
Ca2+
Ca2+
66. NILAI LAB: < 97
mEq/L
Cl ↓
Suction
lambung
Operasi
lambung
Muntah
berat
Diare
Intake
klorida
rendah
Alkalosis
metaboli
k
Transfu
si masif
Terapi
diuretik