SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
Rina Purnama Sari
Pembimbing: dr. Mahendratama P.A, Sp.
An
PENATALAKSANAAN SYOK
ANAFILAKTIK
&
GANGGUAN ELEKTROLIT
Syok Anafilaktik
Sindroma Klinik
perubahan
mendadak
Permeabilitas
vaskular
Hiperaktifitas
bronkhial
Respons klinis
terhadap reaksi
imunologi tipe I
(antigen dan antibodi
(IgE))
Mekanisme & Pencetus Anafilaksis
Anafilaksis (melalui IgE)
Antibiotik
(penisilin,
sefalosporin)
Ekstrak
alergen
(bisa tawon,
polen)
Obat
(analgetik,
anestesi,
thiopental,
suksinilkolin)
Enzim
(kemopapain,
tripsin)
Serum
heterolog
(antitoksin
tetanus,
globulin
antilimfosit)
Protein
manusia
(insulin,
vasopresin,
serum)
Patofisiologi
Patofisiologi
Antigen masuk tubuh (kulit, saluran nafas, saluran cerna, suntikan)

Merangsang pembentukan antibodi IgE spesifik oleh sel-sel plasma
(sel B dengan bantuan sel Th)

IgE diikat mastosit/basofil melalui reseptor yang cocok pada plasma
Fab : bagian yang mengenali & mengikat antigen
(PROSES SENSITISASI)
Bila tubuh terpapar ulang dengan antigen yang sama

antigen sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah terbentuk

Bila tubuh terpapar ulang dengan antigen yang sama

antigen sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah terbentuk

Antigen yang sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah
terbentuk

1. Granulasi ikatan antigen-IgE-mastosit/basofil
2. Melepaskan mediator-mediator (histamin, ECF-A (eosinophil
chemotactic factor of anaphylaxis)  ke luar sel
Histamin yang dilepas  timbul reaksi :
1. Vasodilatasi  hipovolemi relatif
2. Permeabilitas kapiler naik  edem jaringan (kulit, faring,
epiglotis),
Cairan intravaskular keluar  kolaps & shock
3. Kontraksi otot polos  - spasme bronkhus
- Inkontinensia urin
- muntah, sesak
- sakit perut, diare
Manifestasi Klinis
Gejala kulit : eritema/kemerahan, urtikaria umum, pucat,
sianosis.
Gejala KV : hipotensi, takikardi, shock.
Gejala sal. nafas : rhinitis, spasme bronkhus, obstruksi
laring, edem.
Gejala GI : mual-muntah, sakit perut, diare.
Gejala lain : cemas, batuk, parestesi, gangguan
pembekuan darah, penurunan kesadaran.
Kriteria Klinis Diagnosis Anafilaksis
1. Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa
menit sampai jam), yang melibatkan kulit,
jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang
merata, pruritus,atau kemerahan, edema bibir-
lidah-uvula), paling sedikit satu dari gejala
berikut :
a. Gangguan pernapasan (sesak, mengi,
bronkospasme, stridor, penurunan arus
puncak ekspirasi (APE), hipoksemia.
b. Penurunan tekanan darah atau berhubungan
dengan disfungsi organ (hipotonia atau
kolaps, pingsan, inkontinens)
Kriteria Klinis Diagnosis
Anafilaksis
2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi
segera setelah terpapar serupa alergen pada
penderita (beberapa menit sampai jam):
a.Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang
merata, pruritus-kemerahan, edema pada bibir-
lidah-uvula)
b.Gangguan pernapasan (sesak, mengi,
bronkospasme, stidor, penurunan APE,
hipoksemia)
c.Penurunan tekanan darah atau gejala yang
berhubungan (hipotonia-kolaps, pingsan,
inkontinens)
d.Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut,
sakit, muntah)
Kriteria Klinis Diagnosis
Anafilaksis
ATAU
3. Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar
alergen (beberapa menit sampai jam)
1. Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah
(tgt umur), atau penurunan lebih dari 30%
tekanan darah sistolik.
2. Dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90
mm Hg atau penurunan lebih dari 30% nilai
basal pasi
* Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didifinisikan bila < 70
mm Hg antara 1 bulan sampai 1 tahun, kurang dari (70 mm Hg +[2x
umur]) untuk 1 sampai 10 tahun, dan kurang dari 90 mm Hg dari 11
sampai 17 tahun.
Penatalaksanaan Syok
Anafilaktik
Pengelolaan
1. Oksigen :
Tanda shock (+)  baringkan pasien pada posisi telentang di
tempat keras 
naikkan kaki 30º - 45º
 lapangkan jalan nafas  O2 masker
 (k/p) intubasi endotrakheal (untuk ventilasi),
terutama :
- angioneurotik edem
- edem laring
2. Adrenalin :
Pilihan untuk reaksi berat 0,25 mg/sc tiap 15 menit menurut
beratnya gejala
bila shock  0,3 – 0,5 mg/im (dewasa)
 0,01 mg/kgBB/im (anak-anak)
 TS : 90 – 100mmHg  suntikan adrenalin dihentikan 
observasi.
 Pemberian adrenalin menguntungkan pada :
- kontraktilitas otot jantung
- tonus pembuluh darah perifer
- otot polos bronkhus
 Perfusi otot jelek/shock  iv adrenalin 1 – 2 mg dalam
100ml NaCl
 monitoring EKG
 Hati-hati : adrenalin pada anestesi volatil/inhalasi
 menyebabkan aritmia ventrikular
3. Cairan infus :
 TS < 100 mmHg (dewasa)
 TS < 50 mmHg (anak-anak)
 Macam cairan : D5%, RL, NaCl 0,9%, Dextran, Plasma
 Dewasa perlu 500 – 2000 cc pada jam I, selanjutnya
2000 – 3000 cc/m² permukaan badan/24jam
 Plasma / plasma expander : beri secepatnya untuk
koreksi hipovolemi karena vasodilatasi akut & kebocoran
cairan intravaskular
4. Vasopressor :
- TS < 90 – 100 mgHg atau shock belum teratasi
- Dopamin dalam cairan infus : 0,3 – 1,2 mg/kgBB/jam,
dosis diatur untuk pertahankan tekanan darah
5. Aminofilin :
5,0 mg/kgBB/iv pelan telah diencerkan dengan D5% 
6. Kortikosteroid :
 Atasi spasme bronkhus hebat
 Cegah reaksi lambat
 Dosis : 7 – 10 mg/kgBB  5 mg/kgBB/6 jam iv
7. Antihistamin :
 Hanya indikasi pada: - kasus reaksi
memanjang
- edem angioneurotik/urtikaria
 Oral : 4 x 1 tab CTM  48 jam
 IM : 1 – 2 mg/kgBB s/d 50 mg difenhidramin (dosis
tunggal)
Anak : 1 mg/kgBB tiap 4 – 6 jam iv atau oral
Lama Observasi dan Tindak Lanjut
1 Observasi paling tidak 4 jam setelah semua gejala dan tanda
menghilang.
 Bila memungkinkan periksa kadar triptase serum saat datang,
1 jam setelahnya, dan sebelum dipulangkan.
 Pada kasus yang berat pasien dirawat semalam, terutama
pasien yang mempunyai riwayat reaksi yang berat atau asma
yang tidak terkontrol dan pasien yang datang pada malam
hari.
2 Sebelum dipulangkan pasien diberikan penjelasan mengenai
alergen tersangka dan upaya penghindarannya
Setelah dipulangkan pasien dirujuk ke ahli alergi terutama pada
kasus yang sedang – berat, dan yang ringan karena alergi
makanan yang disertai asma.
3 Di negara maju setelah dibekali penjelasan dan pelatihan
sebagian pasien di berikan EpiPen yaitu adrenalin 0.3 atau 0.15
GANGGUAN ELEKTROLIT
[Na+]
135 – 145
mEq/L
[Ca
2+]
2.38 –
2.66
mEq/L
[Cl-]
97 –
107
mEq/L
[Mg
2+]
1.7 – 2.1
mEq/L
[K+]
3.5 – 5.5
mEq/L
[Ca
2+]
0.2–0.3
mEq/
kgBB/da
y
[Cl-]
1–2 mEq
/kgBB/day
[Mg 2+]
0.2–0.5
mEq
/kgBB/day
[K+]
1–2 mEq
/kgBB/day
[Na+]
1–2 mEq
/kgBB/day
FUNGSI
• Determinan osmolaritas
• Terlibat dalam regulasi
cairan ektraseluler
• Abnormalitas Na dalam
sirkulasi menyebabkan
gangguan pada fungsi saraf
dan neuromuskular junction
Nilai Lab : < 135 mEq/L
Gangguan Renal:
Penggunaan diuretik
thiazide →
[Na+] urine > 20 mEq/L
Aldosterone defisiensi
Gangguan Ekstrarenal:
Gastrointestinal (vomit,
diare)
SIADH
Psikogenik polidipsi
Hipotiroidisme
CHF
Renal Failure
Sindrome Nefrotik
Sirosis
NEUROLOGIS
Hiponatremia Berat
• [Na+] plasma < 120 mEq/L
• cerebral edema→ letargi,
konfusi, kejang, koma, nausea,
vomit
HIPONATREMI
Pertimbangan Anestesi
GA → min 130 mEq/L atau >
• Intraoperatif : ↓ MAC
• Postoperatif: agitasi, konfusi,
somnolen
[Na+] plasma ↓ : edema cerebral
Terapi Hiponatremi
 Terapi penyakit dasar
 Meningkatkan kadar Na
 Hypovolemic hyponatremi : respon baik terhadap
penggantian volume dg normal saline.
 Hypervolemic hyponatremi : biasanya tidak
parah, Na meningkat seiring dengan tatalaksana
penyakit yg mendasari.
Terapi Hiponatremi
Peningkatan kadar Na serum dengan cara :
 Restriksi intake cairan
 Meningkatkan free water clearence dengan loop
diuretic
 Mengganti IV volume dengan normal salin (154
mEq/L) atau hipertonic 3% saline (513 mEq/L)
TERAPI HIPONATREMI
  Natrium x BB x 0,6
 Dengan NaCl 0,3 % atau NaCl 0,9 %
 Koreksi natrium 10 mEq/20 jam atau 0,5 mEq/jam
 Misal : Bb=60 Kg, Na sekarang 120 mEq
 Natrium x BB x 0,6 = (140-120) x60 kg x 0,6= 720 mEq
Dalam NaCl 0,9 % berisi Na 154 mEq/L
 cc yang diberikan (1000cc x 720 mEq) : 154= 4700 cc
NaCl 0,9 % yg masuk per jam = 4700 : 20 jam = 235 cc/jam
Dalam NaCl 3% berisi Na 513 mEq/L
 cc yang diberikan (1000cc x 720 mEq) : 513= 1400 cc
NaCl 3% yg masuk per jam = 1400 : 20 jam = 70 cc/jam
 Nilai Lab: > 145 mEq/L
Gangguan Renal: diuretik
osmosis (pemberian
manitol)
Gangguan Ekstrarenal:
keringat berlebih
“DIABETES INSIPIDUS”
Polidipsi, Poliuria,
≠ Hiperglikemia
SALINE HIPERTONIK
(NaCl 3%, NaHCO3 7.5%)
HIPERALDOSTERONISME
TANDA-TANDA
NEUROLOGIS
• Lemas, letargi, hiperrefleksi → kejang, koma
• Perdarahan fokal intraserebral/subarakhnoid
HIPERNATREMIA KRONIK
lebih dapat ditoleransi
• Pe↑an konsentrasi inositol & asam amino
 Hipovolemia → vasodilatasi + depresi jantung
hipotensi+hipoperfusi pe↓an Cardiac Output
pe↓an vol. distribusi obat me↑kan uptake anestesi inhalasi
pe↓an dosis obat IV
 TUNDA OPERASI ELEKTIF → HIPERNATREMIA SIGNIFIKAN
(> 150 mEq/L)
TERAPI HIPERNATREMIA
 Hipernatremia akut, laju penurunannya adalah 1 meq/L/jam
 Hipernatremia kronik, laju penurunan 0,5 meq/L/jam (10
meq/L/24 jam)
𝑁𝑎 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 − 𝑁𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚
𝐴𝑖𝑟 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ + 1
Misalnya koreksi dg KAEN 4A (Na 30, Cl 30 meq/L)
 BB 60 kg, Natrium pasien 168 meq.

30−168
60% 𝐵𝐵+1
= -3,7
 Artinya 1 L KAEN 4A akan menurunkan Na plasma sebanyak
3,7 meq/L
 Tujuan menurunkan Na serum sebanyak 23 meq/L
 Berapa liter keperluan KAEN 4A = 23: 3,7 = 6.2 L = 6200 cc
 Berapa lama KAEN 4 A habis = 23:0,5 = 46 jam  2 hari
 KAEN 4A yang masuk per jam = 6200 cc : 46 jam = 134 cc/jam
NILAI LAB: > 5.5 mEq/L
jarang terjadi karena:
ginjal → ekskresi K+ s/d 500
mEq/L
insulin + simpatis → pe↑an
akut
K+ plasma
• Blokade β-adrenergik hambat
aktv.
Digitalis Na+ K+ ATPase
• Arginine hydrochloride
• Pe↑an osmolalitas plasma
(hipernatremia, hiperglikemia,
manitol)
• Hemolisis sel darah merah pada
spesimen darah
PERPINDAHAN KALIUM KE EKSTRASELULER
• Pe↓an filtrasi glomerulus
• Pe ↓ aktivitas aldosteron:
- Defek primer sintesis
aldosteron
- Obat yang mengganggu R-A-A
• Defek sekresi kalium di distal
ginjal: pseudohipoaldosteroisme
PENURUNAN EKSKRESI KALIUM RENAL
• Intake K+ berlebihan + β-bloker / def.
Insulin
• Sumber K+ yang sering ≠ disadari:
Penisilin kalium
Substitusi Na+ (dgn garam K+)
Transfusi WB
PENINGKATAN INTAKE KALIUM
SKELETAL
Kelemahan otot
↓
[K+] plasma > 8
mEq/L
JANTUNG
Delayed
depolarization
↓
[K+] plasma > 7mEq/L
Fibrilasi ventrikel +
asistole
o.k. Hipokalsemia,
Hiponatremia, Asidosis
TERAPI HIPERKALEMIA
 Koreksi dengan Dextrose 40% 2,5 cc/kgBb dan
Insulin 1 IU dalam 10 cc Dextrose 40 %
 Misalnya BB 60 kg
 Dex 40%  2,5 x 60 = 150
 Insulin  1/10 x 150 = 15 IU
 Setelah itu keduanya dicampur lalu berikan
selama 4 jam
 Cek elektrolit ulang setelah 1-2 jam
PERTIMBANGAN ANESTESI
 Operasi elektif ≠ dilakukan
 Hindari asidosis metabolik/respiratorik
 Monitor: EKG, fungsi neuromuskular
NILAI LAB: < 3.5 mEq/L
PERPINDAHAN
KALIUM
INTRASELULE
R
• Alkalosis, th/
insulin, β-
adrenergik agonis
• Hipotermia
• Transfusi darah
merah beku
PE↑AN
KEHILANGAN
KALIUM
• Ginjal: diuresis, pe↑an
mineralokortikoid, th/
obat karbensilin dan
amphoterisin B
• GIT: muntah, diare
• Dialisis → lar. Rendah
K+
PE↓AN INTAKE
KALIUM
JANTUNG
abN EKG, pe↓an kontraktilitas jantung, TD arteri labil,
aritmia→ delayed ventricular repolarization
NEUROMUSKULAR
kelemahan otot, ileus, tetani
DISFUNGSI GINJAL
gangguan kemampuan pemekatan
PE↑AN AMONIA
encepalopati ps. gangguan hati
ASIMPTOMATIK s/d [K+] plasma < 3 mEq/L
Terapi Hipokalemi
  Kalium x BB x 0,3
 Dengan KSR tablet atau KCL 25 mEq
 Koreksi kalium lewat perifer max 6 mEq/jam atau
12 mEq/jam lewat vena central
 Bb=60 Kg, K sekarang 2,5 mEq
 Kalium x BB x 0,3 = (4-2,5) x 60 kg x 0,3= 27
mEq
Koreksi menggunakan KCL berisi K 25 mEq
 1 flash KCL diencerkan dengan dextrose 5 %
10 cc habis
dalam 4-5 jam
PERTIMBANGAN ANESTESI
 Hipokalemia kronik ringan (3 – 3.5
mEq/L)
+ ≠ masalah EKG → √
 th/ digoxin → toksisitas ↑
 Intraoperasi: K+ IV diberikan bl
aritmia
Pembentukan Tulang dan Gigi
Kontraksi dan Relaksasi Otot
Fungsi Saraf dan Jantung
Aktivasi Enzim
Pembekuan Darah
Ca2+
Ca2+
Ca2+
Ca2+
NILAI LAB: > 2.66 mEq/L
1st hyperparatiroidism
2nd hyperparatiroidism:
CRF / malabsorpsi
Kanker
Pe↑kan turnover kalsium:
Paget’s disease, imobilisasi kronik
Absorpsi kalsium GIT:
milk alkali syndrome, hipervitaminosis D
MANIFESTASI KLINIS
 Anorexia, mual, muntah, lemas, poliuria
 Me↑kan sensitivitas jantung thdp Digitalis
 Simptomatik → cepat
 Rehidrasi : infus NaCl IV + loop diuretic
 Bifosfat (Pamidronate 60 – 90 mg IV) /
kalsitonin (2 – 8 U/kg SC)
T
E
R
A
P
I
NILAI LAB: < 2.38 mEq/L
• Hipoparatiroidisme
•
Pseudohipoparatiroidism
e
• Sepsis
• Defisiensi vit. D
• Chelating Ca2+ + citrate
• Pankreatitis akut
• Medullary cancer
MANIFESTAS
I KLINIS
Parestesi, konfusi,
laringospasme,
spasme karpopedal,
spasme masseter,
kejang
Irritabilitas jantung
↓
aritmia
• SIMPTOMATIK → medical
emergency
• CaCl 10% IV (3 – 5 mL)
• Kalsium glukonat 10 % IV (10 – 20
mL)
• Bikarbonat & phospat
• Kronik: CaCO3 dan vit. D
FUNGSI:
Kofaktor
Enzim
Fungsi Otot
dan Saraf
Pembentukan
Tulang
Intake berlebihan (antasida, laksatif)
Kerusakan ginjal (GFR < 30 mL/menit)
Iatrogenik → MgSO4 untuk hipertensi gestational
antidotum: Ca glukonat
NILAI LAB: > 2.1 mEq/L
Magnesium
hydroxide
400mg
MANIFESTASI KLINIS
• Stop intake Mg
• Antagonis: Ca
glukonat IV
• Loop diuretic +
infus Dextrose 5 ½ N
T
E
R
A
P
I
• Pantau:
EKG, TD, fungsi neuromuskular
• Perhatikan:
potensiasi vasodilatasi & inotropik
(-)
• Kateter urine:
kontrol infus diuretik & NaCl
NILAI LAB: < 1.7 mEq/L
Intake
inadekuat
Pe↓an
absorpsi
GIT
Pe↑an ekskresi
ginjal:
Etanol
Teofilin
Diuretik
Amphoterisin B
Β-
adrenergik
agonis
MANIFESTASI
KLINIK
Asimptomatik;
anoreksia, kejang, fasikulasi, parastesi,
ataksia
Jantung:
iritabilitas listrik, potensiasi toksisitas
digoksin, fibrilasi atrium
 Asimptomatik:
oral: Mg Sulfat Heptahidrat, Mg
Oksida
IM: Mg Sulfat
 Kejang : Mg Sulfat 1 – 2 gr IV (8 – 16
mEq/L)
PERTIMBANGA
N ANESTESI
Koreksi: cegah aritmia
jantung
Mg
↓
antiaritmia intrinsik
& efek protektif otak
FUNGSI:
Komponen utama asam
lambung
Anion utama ekstraseluler
Berperan dalam “chloride
shift”
Gastric
Gland
HCl
NILAI LAB: > 107 mEq/L
Iatrogenik
(NaCl, Ringer Laktat)
Kehilangan ION
BIKARBONAT dari
ginjal dan saluran
pencernaan
MANIFESTASI
KLINIS
ASIDOSIS
METABOLIK
HIPER
VOLEMIA
HIPER
NATREMIA
Larutan hipotonik IV
Natrium bikarbonat IV
Diuretik
TERAPI
NILAI LAB: < 97
mEq/L
Cl ↓
Suction
lambung
Operasi
lambung
Muntah
berat
Diare
Intake
klorida
rendah
Alkalosis
metaboli
k
Transfu
si masif
Terapi
diuretik
Manifestasi
Klinis
HIPONATREMIA, ALKALOSIS METABOLIK
TERAPI
Larutan normal saline
Hentikan diuretik
Amonium klorida
Penatalaksanaan Syok Anafilaktik dan Gangguan Elektrolit

More Related Content

Similar to Penatalaksanaan Syok Anafilaktik dan Gangguan Elektrolit

04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medikJoni Iswanto
 
7 hipertensi dalam kehamilan
7 hipertensi dalam kehamilan7 hipertensi dalam kehamilan
7 hipertensi dalam kehamilanVrilisda Sitepu
 
HHS in Diabetic Person
HHS in Diabetic PersonHHS in Diabetic Person
HHS in Diabetic PersonRafi Mahandaru
 
Obat2 kardiovaskuler-dan-diuritik
Obat2 kardiovaskuler-dan-diuritikObat2 kardiovaskuler-dan-diuritik
Obat2 kardiovaskuler-dan-diuritikElvis Overdoziz
 
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptxPeran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptxUDAYANA UNIVERSITY
 
Kejang pada bayi baru lahir
Kejang pada bayi baru lahirKejang pada bayi baru lahir
Kejang pada bayi baru lahirKindal
 
Presentation1 DHF.pptx
Presentation1 DHF.pptxPresentation1 DHF.pptx
Presentation1 DHF.pptxssuserf59e7d
 
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptxGANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptxDreyDrey9
 
Managemen Kasus KAD Komplikasi DM
Managemen Kasus KAD Komplikasi DMManagemen Kasus KAD Komplikasi DM
Managemen Kasus KAD Komplikasi DMHisyam Ilham
 
Total AV Block .pptx
Total AV Block .pptxTotal AV Block .pptx
Total AV Block .pptxssuser40ff1a
 
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)M Afzalurrahman Putranda
 

Similar to Penatalaksanaan Syok Anafilaktik dan Gangguan Elektrolit (20)

Gastritis erosiva
Gastritis erosivaGastritis erosiva
Gastritis erosiva
 
04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik
 
7 hipertensi dalam kehamilan
7 hipertensi dalam kehamilan7 hipertensi dalam kehamilan
7 hipertensi dalam kehamilan
 
HHS in Diabetic Person
HHS in Diabetic PersonHHS in Diabetic Person
HHS in Diabetic Person
 
tugas sepsis.pptx
tugas sepsis.pptxtugas sepsis.pptx
tugas sepsis.pptx
 
Css dengue
Css dengueCss dengue
Css dengue
 
Obat2 kardiovaskuler-dan-diuritik
Obat2 kardiovaskuler-dan-diuritikObat2 kardiovaskuler-dan-diuritik
Obat2 kardiovaskuler-dan-diuritik
 
kmb 2 bph DEBBY.pptx
kmb 2 bph DEBBY.pptxkmb 2 bph DEBBY.pptx
kmb 2 bph DEBBY.pptx
 
PPT DM+HT+CKD.pptx
PPT DM+HT+CKD.pptxPPT DM+HT+CKD.pptx
PPT DM+HT+CKD.pptx
 
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptxPeran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
 
Kejang pada bayi baru lahir
Kejang pada bayi baru lahirKejang pada bayi baru lahir
Kejang pada bayi baru lahir
 
Ketoasidosis Diabetikum
Ketoasidosis DiabetikumKetoasidosis Diabetikum
Ketoasidosis Diabetikum
 
Presentation1 DHF.pptx
Presentation1 DHF.pptxPresentation1 DHF.pptx
Presentation1 DHF.pptx
 
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptxGANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
 
Acute kidney injury
Acute kidney injuryAcute kidney injury
Acute kidney injury
 
Managemen Kasus KAD Komplikasi DM
Managemen Kasus KAD Komplikasi DMManagemen Kasus KAD Komplikasi DM
Managemen Kasus KAD Komplikasi DM
 
Powerpoint dmdf
Powerpoint dmdfPowerpoint dmdf
Powerpoint dmdf
 
Total AV Block .pptx
Total AV Block .pptxTotal AV Block .pptx
Total AV Block .pptx
 
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
 
Dr anik
Dr anikDr anik
Dr anik
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 

Recently uploaded (18)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 

Penatalaksanaan Syok Anafilaktik dan Gangguan Elektrolit

  • 1. Rina Purnama Sari Pembimbing: dr. Mahendratama P.A, Sp. An PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK & GANGGUAN ELEKTROLIT
  • 2. Syok Anafilaktik Sindroma Klinik perubahan mendadak Permeabilitas vaskular Hiperaktifitas bronkhial Respons klinis terhadap reaksi imunologi tipe I (antigen dan antibodi (IgE))
  • 3. Mekanisme & Pencetus Anafilaksis Anafilaksis (melalui IgE) Antibiotik (penisilin, sefalosporin) Ekstrak alergen (bisa tawon, polen) Obat (analgetik, anestesi, thiopental, suksinilkolin) Enzim (kemopapain, tripsin) Serum heterolog (antitoksin tetanus, globulin antilimfosit) Protein manusia (insulin, vasopresin, serum)
  • 5. Patofisiologi Antigen masuk tubuh (kulit, saluran nafas, saluran cerna, suntikan)  Merangsang pembentukan antibodi IgE spesifik oleh sel-sel plasma (sel B dengan bantuan sel Th)  IgE diikat mastosit/basofil melalui reseptor yang cocok pada plasma Fab : bagian yang mengenali & mengikat antigen (PROSES SENSITISASI) Bila tubuh terpapar ulang dengan antigen yang sama  antigen sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah terbentuk 
  • 6. Bila tubuh terpapar ulang dengan antigen yang sama  antigen sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah terbentuk  Antigen yang sudah dikenal & diikat oleh Fab dari IgE yang telah terbentuk  1. Granulasi ikatan antigen-IgE-mastosit/basofil 2. Melepaskan mediator-mediator (histamin, ECF-A (eosinophil chemotactic factor of anaphylaxis)  ke luar sel Histamin yang dilepas  timbul reaksi : 1. Vasodilatasi  hipovolemi relatif 2. Permeabilitas kapiler naik  edem jaringan (kulit, faring, epiglotis), Cairan intravaskular keluar  kolaps & shock 3. Kontraksi otot polos  - spasme bronkhus - Inkontinensia urin - muntah, sesak - sakit perut, diare
  • 7. Manifestasi Klinis Gejala kulit : eritema/kemerahan, urtikaria umum, pucat, sianosis. Gejala KV : hipotensi, takikardi, shock. Gejala sal. nafas : rhinitis, spasme bronkhus, obstruksi laring, edem. Gejala GI : mual-muntah, sakit perut, diare. Gejala lain : cemas, batuk, parestesi, gangguan pembekuan darah, penurunan kesadaran.
  • 8.
  • 9. Kriteria Klinis Diagnosis Anafilaksis 1. Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa menit sampai jam), yang melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang merata, pruritus,atau kemerahan, edema bibir- lidah-uvula), paling sedikit satu dari gejala berikut : a. Gangguan pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stridor, penurunan arus puncak ekspirasi (APE), hipoksemia. b. Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ (hipotonia atau kolaps, pingsan, inkontinens)
  • 10.
  • 11. Kriteria Klinis Diagnosis Anafilaksis 2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi segera setelah terpapar serupa alergen pada penderita (beberapa menit sampai jam): a.Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang merata, pruritus-kemerahan, edema pada bibir- lidah-uvula) b.Gangguan pernapasan (sesak, mengi, bronkospasme, stidor, penurunan APE, hipoksemia) c.Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan (hipotonia-kolaps, pingsan, inkontinens) d.Gejala gastrointestinal yang menetap (kram perut, sakit, muntah)
  • 12. Kriteria Klinis Diagnosis Anafilaksis ATAU 3. Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar alergen (beberapa menit sampai jam) 1. Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah (tgt umur), atau penurunan lebih dari 30% tekanan darah sistolik. 2. Dewasa : tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg atau penurunan lebih dari 30% nilai basal pasi * Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didifinisikan bila < 70 mm Hg antara 1 bulan sampai 1 tahun, kurang dari (70 mm Hg +[2x umur]) untuk 1 sampai 10 tahun, dan kurang dari 90 mm Hg dari 11 sampai 17 tahun.
  • 14. Pengelolaan 1. Oksigen : Tanda shock (+)  baringkan pasien pada posisi telentang di tempat keras  naikkan kaki 30º - 45º  lapangkan jalan nafas  O2 masker  (k/p) intubasi endotrakheal (untuk ventilasi), terutama : - angioneurotik edem - edem laring 2. Adrenalin : Pilihan untuk reaksi berat 0,25 mg/sc tiap 15 menit menurut beratnya gejala bila shock  0,3 – 0,5 mg/im (dewasa)  0,01 mg/kgBB/im (anak-anak)
  • 15.  TS : 90 – 100mmHg  suntikan adrenalin dihentikan  observasi.  Pemberian adrenalin menguntungkan pada : - kontraktilitas otot jantung - tonus pembuluh darah perifer - otot polos bronkhus  Perfusi otot jelek/shock  iv adrenalin 1 – 2 mg dalam 100ml NaCl  monitoring EKG  Hati-hati : adrenalin pada anestesi volatil/inhalasi  menyebabkan aritmia ventrikular
  • 16. 3. Cairan infus :  TS < 100 mmHg (dewasa)  TS < 50 mmHg (anak-anak)  Macam cairan : D5%, RL, NaCl 0,9%, Dextran, Plasma  Dewasa perlu 500 – 2000 cc pada jam I, selanjutnya 2000 – 3000 cc/m² permukaan badan/24jam  Plasma / plasma expander : beri secepatnya untuk koreksi hipovolemi karena vasodilatasi akut & kebocoran cairan intravaskular 4. Vasopressor : - TS < 90 – 100 mgHg atau shock belum teratasi - Dopamin dalam cairan infus : 0,3 – 1,2 mg/kgBB/jam, dosis diatur untuk pertahankan tekanan darah 5. Aminofilin : 5,0 mg/kgBB/iv pelan telah diencerkan dengan D5% 
  • 17. 6. Kortikosteroid :  Atasi spasme bronkhus hebat  Cegah reaksi lambat  Dosis : 7 – 10 mg/kgBB  5 mg/kgBB/6 jam iv 7. Antihistamin :  Hanya indikasi pada: - kasus reaksi memanjang - edem angioneurotik/urtikaria  Oral : 4 x 1 tab CTM  48 jam  IM : 1 – 2 mg/kgBB s/d 50 mg difenhidramin (dosis tunggal) Anak : 1 mg/kgBB tiap 4 – 6 jam iv atau oral
  • 18. Lama Observasi dan Tindak Lanjut 1 Observasi paling tidak 4 jam setelah semua gejala dan tanda menghilang.  Bila memungkinkan periksa kadar triptase serum saat datang, 1 jam setelahnya, dan sebelum dipulangkan.  Pada kasus yang berat pasien dirawat semalam, terutama pasien yang mempunyai riwayat reaksi yang berat atau asma yang tidak terkontrol dan pasien yang datang pada malam hari. 2 Sebelum dipulangkan pasien diberikan penjelasan mengenai alergen tersangka dan upaya penghindarannya Setelah dipulangkan pasien dirujuk ke ahli alergi terutama pada kasus yang sedang – berat, dan yang ringan karena alergi makanan yang disertai asma. 3 Di negara maju setelah dibekali penjelasan dan pelatihan sebagian pasien di berikan EpiPen yaitu adrenalin 0.3 atau 0.15
  • 19.
  • 20.
  • 22. [Na+] 135 – 145 mEq/L [Ca 2+] 2.38 – 2.66 mEq/L [Cl-] 97 – 107 mEq/L [Mg 2+] 1.7 – 2.1 mEq/L [K+] 3.5 – 5.5 mEq/L
  • 24. FUNGSI • Determinan osmolaritas • Terlibat dalam regulasi cairan ektraseluler • Abnormalitas Na dalam sirkulasi menyebabkan gangguan pada fungsi saraf dan neuromuskular junction
  • 25. Nilai Lab : < 135 mEq/L Gangguan Renal: Penggunaan diuretik thiazide → [Na+] urine > 20 mEq/L Aldosterone defisiensi Gangguan Ekstrarenal: Gastrointestinal (vomit, diare) SIADH Psikogenik polidipsi Hipotiroidisme CHF Renal Failure Sindrome Nefrotik Sirosis
  • 26. NEUROLOGIS Hiponatremia Berat • [Na+] plasma < 120 mEq/L • cerebral edema→ letargi, konfusi, kejang, koma, nausea, vomit
  • 27. HIPONATREMI Pertimbangan Anestesi GA → min 130 mEq/L atau > • Intraoperatif : ↓ MAC • Postoperatif: agitasi, konfusi, somnolen [Na+] plasma ↓ : edema cerebral
  • 28. Terapi Hiponatremi  Terapi penyakit dasar  Meningkatkan kadar Na  Hypovolemic hyponatremi : respon baik terhadap penggantian volume dg normal saline.  Hypervolemic hyponatremi : biasanya tidak parah, Na meningkat seiring dengan tatalaksana penyakit yg mendasari.
  • 29. Terapi Hiponatremi Peningkatan kadar Na serum dengan cara :  Restriksi intake cairan  Meningkatkan free water clearence dengan loop diuretic  Mengganti IV volume dengan normal salin (154 mEq/L) atau hipertonic 3% saline (513 mEq/L)
  • 30. TERAPI HIPONATREMI   Natrium x BB x 0,6  Dengan NaCl 0,3 % atau NaCl 0,9 %  Koreksi natrium 10 mEq/20 jam atau 0,5 mEq/jam  Misal : Bb=60 Kg, Na sekarang 120 mEq  Natrium x BB x 0,6 = (140-120) x60 kg x 0,6= 720 mEq Dalam NaCl 0,9 % berisi Na 154 mEq/L  cc yang diberikan (1000cc x 720 mEq) : 154= 4700 cc NaCl 0,9 % yg masuk per jam = 4700 : 20 jam = 235 cc/jam Dalam NaCl 3% berisi Na 513 mEq/L  cc yang diberikan (1000cc x 720 mEq) : 513= 1400 cc NaCl 3% yg masuk per jam = 1400 : 20 jam = 70 cc/jam
  • 31.  Nilai Lab: > 145 mEq/L Gangguan Renal: diuretik osmosis (pemberian manitol) Gangguan Ekstrarenal: keringat berlebih “DIABETES INSIPIDUS” Polidipsi, Poliuria, ≠ Hiperglikemia SALINE HIPERTONIK (NaCl 3%, NaHCO3 7.5%) HIPERALDOSTERONISME
  • 32. TANDA-TANDA NEUROLOGIS • Lemas, letargi, hiperrefleksi → kejang, koma • Perdarahan fokal intraserebral/subarakhnoid HIPERNATREMIA KRONIK lebih dapat ditoleransi • Pe↑an konsentrasi inositol & asam amino
  • 33.  Hipovolemia → vasodilatasi + depresi jantung hipotensi+hipoperfusi pe↓an Cardiac Output pe↓an vol. distribusi obat me↑kan uptake anestesi inhalasi pe↓an dosis obat IV  TUNDA OPERASI ELEKTIF → HIPERNATREMIA SIGNIFIKAN (> 150 mEq/L)
  • 34. TERAPI HIPERNATREMIA  Hipernatremia akut, laju penurunannya adalah 1 meq/L/jam  Hipernatremia kronik, laju penurunan 0,5 meq/L/jam (10 meq/L/24 jam) 𝑁𝑎 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 − 𝑁𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 𝐴𝑖𝑟 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ + 1 Misalnya koreksi dg KAEN 4A (Na 30, Cl 30 meq/L)  BB 60 kg, Natrium pasien 168 meq.  30−168 60% 𝐵𝐵+1 = -3,7  Artinya 1 L KAEN 4A akan menurunkan Na plasma sebanyak 3,7 meq/L  Tujuan menurunkan Na serum sebanyak 23 meq/L  Berapa liter keperluan KAEN 4A = 23: 3,7 = 6.2 L = 6200 cc  Berapa lama KAEN 4 A habis = 23:0,5 = 46 jam  2 hari  KAEN 4A yang masuk per jam = 6200 cc : 46 jam = 134 cc/jam
  • 35. NILAI LAB: > 5.5 mEq/L jarang terjadi karena: ginjal → ekskresi K+ s/d 500 mEq/L insulin + simpatis → pe↑an akut K+ plasma
  • 36. • Blokade β-adrenergik hambat aktv. Digitalis Na+ K+ ATPase • Arginine hydrochloride • Pe↑an osmolalitas plasma (hipernatremia, hiperglikemia, manitol) • Hemolisis sel darah merah pada spesimen darah PERPINDAHAN KALIUM KE EKSTRASELULER
  • 37. • Pe↓an filtrasi glomerulus • Pe ↓ aktivitas aldosteron: - Defek primer sintesis aldosteron - Obat yang mengganggu R-A-A • Defek sekresi kalium di distal ginjal: pseudohipoaldosteroisme PENURUNAN EKSKRESI KALIUM RENAL
  • 38. • Intake K+ berlebihan + β-bloker / def. Insulin • Sumber K+ yang sering ≠ disadari: Penisilin kalium Substitusi Na+ (dgn garam K+) Transfusi WB PENINGKATAN INTAKE KALIUM
  • 39. SKELETAL Kelemahan otot ↓ [K+] plasma > 8 mEq/L JANTUNG Delayed depolarization ↓ [K+] plasma > 7mEq/L Fibrilasi ventrikel + asistole o.k. Hipokalsemia, Hiponatremia, Asidosis
  • 40. TERAPI HIPERKALEMIA  Koreksi dengan Dextrose 40% 2,5 cc/kgBb dan Insulin 1 IU dalam 10 cc Dextrose 40 %  Misalnya BB 60 kg  Dex 40%  2,5 x 60 = 150  Insulin  1/10 x 150 = 15 IU  Setelah itu keduanya dicampur lalu berikan selama 4 jam  Cek elektrolit ulang setelah 1-2 jam
  • 41. PERTIMBANGAN ANESTESI  Operasi elektif ≠ dilakukan  Hindari asidosis metabolik/respiratorik  Monitor: EKG, fungsi neuromuskular
  • 42. NILAI LAB: < 3.5 mEq/L PERPINDAHAN KALIUM INTRASELULE R • Alkalosis, th/ insulin, β- adrenergik agonis • Hipotermia • Transfusi darah merah beku PE↑AN KEHILANGAN KALIUM • Ginjal: diuresis, pe↑an mineralokortikoid, th/ obat karbensilin dan amphoterisin B • GIT: muntah, diare • Dialisis → lar. Rendah K+ PE↓AN INTAKE KALIUM
  • 43. JANTUNG abN EKG, pe↓an kontraktilitas jantung, TD arteri labil, aritmia→ delayed ventricular repolarization NEUROMUSKULAR kelemahan otot, ileus, tetani DISFUNGSI GINJAL gangguan kemampuan pemekatan PE↑AN AMONIA encepalopati ps. gangguan hati ASIMPTOMATIK s/d [K+] plasma < 3 mEq/L
  • 44. Terapi Hipokalemi   Kalium x BB x 0,3  Dengan KSR tablet atau KCL 25 mEq  Koreksi kalium lewat perifer max 6 mEq/jam atau 12 mEq/jam lewat vena central  Bb=60 Kg, K sekarang 2,5 mEq  Kalium x BB x 0,3 = (4-2,5) x 60 kg x 0,3= 27 mEq Koreksi menggunakan KCL berisi K 25 mEq  1 flash KCL diencerkan dengan dextrose 5 % 10 cc habis dalam 4-5 jam
  • 45. PERTIMBANGAN ANESTESI  Hipokalemia kronik ringan (3 – 3.5 mEq/L) + ≠ masalah EKG → √  th/ digoxin → toksisitas ↑  Intraoperasi: K+ IV diberikan bl aritmia
  • 46. Pembentukan Tulang dan Gigi Kontraksi dan Relaksasi Otot Fungsi Saraf dan Jantung Aktivasi Enzim Pembekuan Darah Ca2+ Ca2+ Ca2+ Ca2+
  • 47. NILAI LAB: > 2.66 mEq/L 1st hyperparatiroidism 2nd hyperparatiroidism: CRF / malabsorpsi Kanker Pe↑kan turnover kalsium: Paget’s disease, imobilisasi kronik Absorpsi kalsium GIT: milk alkali syndrome, hipervitaminosis D
  • 48. MANIFESTASI KLINIS  Anorexia, mual, muntah, lemas, poliuria  Me↑kan sensitivitas jantung thdp Digitalis
  • 49.  Simptomatik → cepat  Rehidrasi : infus NaCl IV + loop diuretic  Bifosfat (Pamidronate 60 – 90 mg IV) / kalsitonin (2 – 8 U/kg SC) T E R A P I
  • 50. NILAI LAB: < 2.38 mEq/L • Hipoparatiroidisme • Pseudohipoparatiroidism e • Sepsis • Defisiensi vit. D • Chelating Ca2+ + citrate • Pankreatitis akut • Medullary cancer
  • 51. MANIFESTAS I KLINIS Parestesi, konfusi, laringospasme, spasme karpopedal, spasme masseter, kejang Irritabilitas jantung ↓ aritmia
  • 52. • SIMPTOMATIK → medical emergency • CaCl 10% IV (3 – 5 mL) • Kalsium glukonat 10 % IV (10 – 20 mL) • Bikarbonat & phospat • Kronik: CaCO3 dan vit. D
  • 54. Intake berlebihan (antasida, laksatif) Kerusakan ginjal (GFR < 30 mL/menit) Iatrogenik → MgSO4 untuk hipertensi gestational antidotum: Ca glukonat NILAI LAB: > 2.1 mEq/L Magnesium hydroxide 400mg
  • 56. • Stop intake Mg • Antagonis: Ca glukonat IV • Loop diuretic + infus Dextrose 5 ½ N T E R A P I
  • 57. • Pantau: EKG, TD, fungsi neuromuskular • Perhatikan: potensiasi vasodilatasi & inotropik (-) • Kateter urine: kontrol infus diuretik & NaCl
  • 58. NILAI LAB: < 1.7 mEq/L Intake inadekuat Pe↓an absorpsi GIT Pe↑an ekskresi ginjal: Etanol Teofilin Diuretik Amphoterisin B Β- adrenergik agonis
  • 59. MANIFESTASI KLINIK Asimptomatik; anoreksia, kejang, fasikulasi, parastesi, ataksia Jantung: iritabilitas listrik, potensiasi toksisitas digoksin, fibrilasi atrium
  • 60.  Asimptomatik: oral: Mg Sulfat Heptahidrat, Mg Oksida IM: Mg Sulfat  Kejang : Mg Sulfat 1 – 2 gr IV (8 – 16 mEq/L)
  • 61. PERTIMBANGA N ANESTESI Koreksi: cegah aritmia jantung Mg ↓ antiaritmia intrinsik & efek protektif otak
  • 62. FUNGSI: Komponen utama asam lambung Anion utama ekstraseluler Berperan dalam “chloride shift” Gastric Gland HCl
  • 63. NILAI LAB: > 107 mEq/L Iatrogenik (NaCl, Ringer Laktat) Kehilangan ION BIKARBONAT dari ginjal dan saluran pencernaan
  • 65. Larutan hipotonik IV Natrium bikarbonat IV Diuretik TERAPI
  • 66. NILAI LAB: < 97 mEq/L Cl ↓ Suction lambung Operasi lambung Muntah berat Diare Intake klorida rendah Alkalosis metaboli k Transfu si masif Terapi diuretik
  • 68. TERAPI Larutan normal saline Hentikan diuretik Amonium klorida

Editor's Notes

  1. Kebutuhan asupan natrium per hari