Dokumen tersebut membahas produk-produk perbankan syariah yang meliputi prinsip jual beli (murabahah, salam, istishna'), prinsip sewa (ijarah, ijarah muntahia bittamlik). Dijelaskan definisi, tujuan, manfaat, dan contoh kasus untuk masing-masing produk.
3. MURABAHAH
Berasal dari kata “ribh” yaitu tumbuh dan berkembang
Secara istilah, jual beli dengan dasar adanya informasi dari dari pihak
penjual terkait dengan harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan
yang disepakati.
Tujuan:
- mencari pengalaman
- mencari pembiayaan
Manfaat: keuntungan yang muncul dari selisih harga dari harga pokok
yang sudah disepakati , selain itu juga sistemnya mudah dalam kegiatan
administrasi
4. CONTOH K ASUS MURABAHAH
Pedagang eceran membeli komputer dari grosir dengan harga Rp
10.000.000,00 kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp.
750.000,00 dan ia menjual kepada si pembeli dengan harga Rp
10.750.000,00 . Pada umumnya, si pedagang tidak akan memesan dari
grosir sebelum ada pemesanan dari calon pembeli dan mereka sudah
menyepakati tentang pembiayaan, besar keuntungan yang akan
diambil pedagang eceran serta besarnya angsuran kalau memang akan
dibayar secara angsur.
5. SALAM
Ba’i as-salam merupakan jual beli dimana pembelian barang yang
diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka.
Tujuan: bagi pembeli, adanya jaminan memperoleh barang dalam
jumlah dak kualitas tertentun pada saat dibutuhkan dengan harga yang
lebih murah. Bagi penjual, diperbolehkan dana di awal guna untuk
melakukan aktivitas usaha tanpa beban bunga sehingga terhindar dari riba.
Manfaat: selisih harga yang didapat dari nasabah dengan harga jual
kepada pembeli.
6. CONTOH K ASUS SAL AM
Seorang petani memerlukan dana sekitar 2 juta rupiah untuk mengelolah
sawahnya seluas 1 hektar. Ia datang kebank dan mengajukan permohonan dana
untuk keperluan itu. Setelah diteliti dan dinyatakan dapat diberikan, bank melakukan
akad salam dengan petani, dimana bank akan membeli gabah, untuk jangka waktu 4
bulan sebanyak 2 ton dengan harga Rp. 2.000.000,00. pada saat jatuh tempo, petani
harus menyetorkan gabah yang dimaksud kepada bank. Jika bank tidak
membutuhkan gabah untuk keperluan sendiri, bank dapat menjualnya kepada pihak
lain atau meminta petani mencarikan pembelinya dengan harga yang lebih tinggi,
(misalnya, Rp 1.200.000,00 per kilogram . Dengan demikian, keuntungan bank
dalam hal ini adalah Rp 400.000,00 atau Rp 200 x 2000 kg)
7. ISTISHNA’
Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan penjual
barang. Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari
pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lainuntuk
membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah
disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak
bersepakat atas harga serta sistem pembayaran, apakah pembayaran
dilakukan dimuka melalui cicilan, atau ditanggung sampai suatu waktu
pada masa yang akan datang.
8. Tujuan: mempermudah nasabah dalam melakukan jual beli terutama dalam hal
manufaktur yang mana membutuhkan biaya besar, sedangkan nasabah /pembeli
tidak cukup memiliki biaya. Sehingga pihak pemberi biaya memberikan
kemungkinan dalam pembiayaan nasabah kepada penjual.
Manfaat:
- bisa memilih barang sesuai keinginan
- mempunyai modal bagi pengelolah
- kerja sama
- selisih harga
- kualitas barang sudah terjamin, dan
- produk barang tepat waktu
9. CONTOH K ASUS ISTISHNA
Seseorang yang ingin membangun atau merenovasi rumah dapat mengajukan
pemohonan dana untuk keperluan itu dengan cara bai’ istishna’. Dalam akad bai’
istishna’, bank belaku sebagai penjual yang menawarkan pembangunan/reovasi
rumah. Bank lalu membeli/memberikan dana, misalnya Rp30.000.000 secara
bertahap. Setelah rumah itu jadi, secara hukum islam, rumah/hasil renovasi rumah
itu jadi milik bank dan sampai tahap ini akad istishna’ sebenarnya telah selesai.
Karena bank tidak ingin memiliki rumah tersebut, bank menjualnya kepada nasabah
dengan harga dan waktu yang disepakati, misalnya Rp39.000.000 dengan jangka
waktu pembayaran 3 tahun. Dengan demikian bank dapat keuntungan Rp9.000.000
11. IJARAH
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang tesebut.
Tujuan yang dibolehkan pada dasarnya untuk mendapat
keuntungan materil. Dan tujuannya juga upah yang diterima untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
12. Manfaat :
Membina ketentraman dan kebahagiaan
Memenuhi nafkah keluarga
Memenuhi hajat hidup masyarakat
Menolak kemungkaran
13. CONTOH K ASUS IJARAH
Pak Budi sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya sebesar Rp
400.000.000. lalu pak Budi memohon kepada bank syari’ah untuk
menyewa alat-alat berat itu. Setelah dievakuasi permohonan pak Budi di
setujui oleh bank syariah, dan bank syariah akan menyewa alat-alat berat
tersebut yang dibutuhkan oleh pak Budi, kemudian baru akan dikiim ke
nasabah. Maka pak Budi akan membayar sewa alat-alat itu keada bank
syariah selama 3tahun. Biaya sewa perbulannya sebesar Rp12.000.000.
total yang harus dibayar pak Budi selama 3tahun ialah sebesar
342.000.000. bank syariah mengambil untung sebesar 32.000.000
14. IJARAH AL-MUNTAHIA
BITTAMBIK
Ijarah al-muntahia bittamlik adalah sejenis perpaduan antara
kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri
dengan kepemilikan barang ditangan penyewa.
Tujuan untuk mengatasi masalah kontemporer yang semakin
banyak. Permasalahan tersebut diantaranya adalah bagaimana seorang
nasabah dapat memiliki benda yang sangat dibutuhkan dengan cara
menyicil dan yang dibenarkan oleh syariat.
Manfaat Keemilikan suatu barang jelas, dan transaksi yang jelas.
15. C O N T O H K A S U S I JA R A H A L - M U N TA H I A
B I T TA M B I K
Seorang nasabah sedang melakukan proyek pembangunan jalan
raya, membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya.
Karena keberadaan alat tersebut hanya dibutuhkan pada saat dia
sedang melakukan proyek, dia memutuskan untuk tidak membeli
peralatan menyewanya. Akan tetapi, jika ternyata alat-alat tersebut
akan tersebut akan terus dibutuhkan dan dia kemudian memutuskan
untuk membelinya, dia bisa melakukannya dengan ijarah muntahia bit-
tamlik, yaitu menyewa peralatan tersebut dan pada akhir masa sewa,
dia membelinya.