Istishna adalah akad jual beli dimana pembeli memesan barang yang belum ada kepada penjual untuk dibuat sesuai spesifikasi. Contohnya memesan rumah ke bank atau memesan baju ke perancang busana. Dalam istishna penjual berkewajiban membuat barang sesuai pesanan dan pembeli membayar secara tunai atau cicilan.
2. Pengertian
• Istishna adalah kesepakatan antara dua pihak, yakni pembeli (mustashni) dan
penjual (shani) terkait pemesanan barang berdasarkan kriteria tertentu yang
disepakati kedua pihak. Dengan demikian, penjual berkewajiban menyiapkan
barang pesanan dan pembeli wajib membayarnya.
• Pada praktiknya, istishna tidak hanya menyangkut barang yang diproduksi
langsung oleh penjual, misalnya kredit rumah.
3. • Definisi istishna’ menurut jumhur ulama seperti Malikiyah dan Syafi’iyah sama
dengan salam, hanya saja Hanafiyah lebih spesisifik dan membedakannya dari
salam.
• Menurut Hanafiyah akad istishna’ merupakan suatu akad terhadap seorang
pembuat atau pengrajin untuk mengerjakan atau membuat suatu barang tertentu
yang ditangguhkan.[
• Sekretaris komisi fatwa DSN MUI Hasanuddin menyebutkan, “Dalam akad salam,
barangnya mitsli (mesti sudah ada sebelumnya atau ada contoh sebelumnya.
Sedangkan dalam akad istishna’ barang bersifat qiimi (barang masih berbentuk
gambaran, belum ada wujudnya) sehingga perlu dibuat terlebih dahulu sebelum
diserahkan ke pemesan atau pembeli.”
4.
5. Landasan Syariah Al Isthisna
1. Al -Qur’an
QS. Al-Baqarah: 275 sebagai berikut: Orang-orang yang Makan (mengambil)
riba. Tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
2. Al- Hadits
“artinya: dari Anas ra. Nabi SAW hendak menulis surat kepada raja non-Arab,
namun raja-raja non-Arab tersebut tidak sudi menerima surat yang tidak
distempel. Maka belaiupun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari
bahan perak. Anas mengisahkan: “seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tanagn belaiu " (HR. Muslim) (Sarwat, 2018, p. 89).
Dalam hadist tersebut perbuatan Nabi ini menjadi nyata bahwa akad istishna
akad yang diperbolehkan.
6. 3. Ijmak
Dikatakan bahwa sebagian ulama sepakat bahwa umat Islam pada dasarnya
mencapai konsensus (ijma`) bahwa akad istishna adalah akad yang sah dan telah
dilaksanakan sejak dahulu kala tanpa ada seorangpun yang mengingkarinya.
(Sarwat, 2018, p. 88)
Setiap ulama dan disetiap mazhab fikih telah menggariskan kaidah fiqhiyah
dalam hal fikih muamalah yang selain kegiatan ibadah,
yaitu: Bahwasannya hukum asal dalam segala sesuatu pada dasarnya boleh,
hingga ada dalil yang menunjukan akan keharamannya sesuatu tersebut
”.(Sarwat, 2018, p. 89)
7. Rukun Istishna
1.Penjual (Shani’)
Tugas shani’ dalam jual beli istishna adalah membuat atau menyiapkan pesanan sesuai
kriteria. Mereka berhak menerima pembayaran sesuai harga barang, baik secara tunai
atau melalui cicilan.
2.Pemesan (Mustashni)
Peran pemesan dalam akad istishna adalah sebagai pihak yang memberi kriteria
pesanan dan melakukan pembayaran. Contohnya, Anda memesan blouse kepada
penjahit dengan kriteria berbahan kain satin biru, model kerah tinggi dengan aksen
renda di dada. Setelah penjahit menyanggupi, Anda membayarnya secara tunai
8. Rukun Istishna
3. Ijab Kabul
Ijab dan kabul adalah pernyataan dari penjual dan pemesan yang membentuk suatu
akad. Contohnya, pemesan menyatakan ingin memesan sepatu kulit berukuran 38
sesuai model yang telah digambarkan, Kemudian penjual menyanggupi. Maka sudah
terjalin istishna.
4. Objek Akad (Mashnu’)
Objek akad istishna adalah barang yang dipesan. Agar transaksi dapat dilakukan, maka
harus ada kejelasan terkait apa dan bagaimana wujud pesanan.
9. Syarat Istishna
1.Pihaknya Berakal dan Cakap Hukum
Agar dapat melaksanakan akad, baik penjual maupun pemesan dalam jual beli istishna
harus sehat jasmani rohani, tidak gila atau pikun berat, serta tidak dalam pengampuan
sehingga mampu melakukan perbuatan hukum.
2.Ada Kejelasan Terkait Kriteria Objek Akad
Pemesan harus memberikan kriteria rinci terkait bentuk, ukuran, warna, serta fungsi
barang pesanannya. Dengan demikian, penjual memiliki gambaran yang jelas saat
membuatnya.
3.Ada Keleluasaan dalam Melakukan Jual Beli
Saat melaksanakan akad, tidak boleh ada tekanan atau paksaan. Jadi, keduanya
memiliki keleluasaan dalam menentukan kriteria pesanan dan negosiasi harga.
4.Saling Ridha dan Tidak Mengingkari Janji
Kedua belah pihak harus ridha untuk menjalankan istishna hingga selesai. Selain itu,
kewajiban pembeli maupun penjual dalam akad istishna adalah menepati janji sesuai
kesepakatan awal.
•
10. Contoh Isthisna
• Dalam praktik perbankan, contoh kasus istishna adalah sistem Kredit Pemilikan Rumah
(KPR). Sebelum membuat kesepakatan, biasanya nasabah harus melakukan simulasi KPR
terlebih dahulu. Cara mudahnya adalah dengan menggunakan kalkulator kepemilikan
rumah yang telah disediakan oleh OCBC.
• Selanjutnya, setelah memperkirakan jangka waktu dan harga rumah, Anda tinggal
mengajukan permohonan dan kriteria rumah idaman. Pihak keuangan akan
memberikan arahan transaksi, dilanjutkan dengan pembayaran uang muka.
• Setelah itu, pihak keuangan yang akan bekerjasama dengan developer. Dana yang Anda
setorkan akan menjadi modal pembangunan. Dengan demikian, setelah rumah tersebut
selesai digarap, Anda tinggal menempatinya. Namun jangan lupa membayar cicilan.
11. • Sebagai contoh, barang yang sering disebutkan untuk akad istishna’ ini adalah
pembuatan baju. Seseorang datang kepada desainer atau perancang busana
atau tukang jahit minta dibuatkan baju. Maka akad yang cocok untuk transaksi
ini adalah akad istishna’.
• Contoh akad istishna adalah saat kita memesan lemari kepada penjaul lemari
dengan spesifikasi dan desain yang kita inginkan. Maka dalam hal ini kenapa
lebih pas diterapkan akad istishna’, karena lemarinya perlu dibuatkan terlebih
dahulu.