Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, misi, visi, prinsip-prinsip, dan jenis-jenis produk bank syariah seperti mudharabah, musyarakah, wadiah, murabahah, salam, istishnah, ijarah, qardh, rahn, hawalah dan wakalah. Dokumen tersebut juga membandingkan sistem bagi hasil pada bank syariah dengan sistem bunga pada bank konvensional.
2. PENGERTIAN BANK SYARIAH
Bank umum yang
melaksanakan usaha
berdasarkan prinsip –
prinsip Syariah sesuai
dengan peraturan Bank
Indonesia
3. MISI DAN VISI BANK SYARIAH
Misi ; mewujudkan iklim kondusif untuk pengemabngan perbankan
Syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip Syariah dan
prinsip kehati – hatian, yang mampu mendukung sector riil melalui
kegiatan berbasis bagi hasil dan transaksi riil, dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
Visi; terwujudnya system perbankan Syariah yang sehat, kuat dan
istiqomah terhadap prinsip prinsip Syariah dalam kerangka keadilan,
kemaslahatan dan keseimbangan, guna mencapai masyarakat yang
sejahtera secara material dan spiritual
6. RIBA FADL
Riba ini muncul karena pertukaraqn
barang sejenis yang tidak sama
kualitasnya, sama kuantitasnya dan sama
waktu penyerahannya.
Ex; jual beli valuta asing yang tidak
dilakukan secara tunai
7. RIBA NASI’AH
Riba ini muncul karena adanya perbedaan,
perubahan atau tambahan antara barang
yang diserahkan hari ini dengan yang
diserahkan kemudian.
Ex; penetapan bunga yang besarnya tetap
dan dilakukan di awal pembayaran
8. RIBA JAHILIYAH
Riba jenis ini terjadi karena utang yang
dibayar melebihi dari pokok pinjaman karena
si peminjam tidak mampu mengembalikan
dana pinjaman tepat waktu.
Ex; kartu kredit
9. BANK SYARIAH VS BANK
KONVENSIONAL (1)
No. Aspek Bank Syariah
Bank
Konvensional
1.
Bentuk
Investasi
Investasi yang
halal saja
Investasi halal
dan haram
(Bebas Nilai)
2.
Prinsip
Usaha
Berdasarkan
prinsip bagi
hasil, jual-beli,
sewa
Memakai
perangkat
bunga
10. BANK SYARIAH VS BANK
KONVENSIONAL (II)
No. Aspek Bank Syariah
Bank
Konvensional
3.
Orientasi
terhadap laba
Keuntungan untuk
kedua belah pihak
Hanya
berorientasi pada
laba
4.
Hubungan
antar pihak
Hubungan
kemitraan dengan
nasabah
Hubungan antra
debitur dan
kreditur
5.
Dewan
Pengawas
Syariah (DPS)
Penghimpun dan
penyaluran dana
sesuai fatwa DPS
Tidak terdapat
dewan sejenis
11. PERBEDAAN SISTEM BAGI HASIL
(SYARIAH) DENGAN BUNGA
(KONVENSIONAL)
No. Aspek Sistem Bagi Hasil Bunga
1.
Penentuan
Besarnya Hasil
Setelah berusaha dan
memperoleh laba
Sebelum memperoleh
laba
2.
Kesepakatan
Antar pihak
Proporsi pembagian
untuk setiap pihak,
missal 50;50, 40;60, dll
Penentuan besarnya
bunga dalam rupiah
3.
Resiko terjadinya
kerugian
Ditanggung kedua
belah pihak yaitu
Lembaga dan
sehingga resiko yang
dihadapi adalah resiko
likuiditas dan resiko
kredit
Hanya ditanggung oleh
nasabah, sehingga
yang dihadapi adalah
resiko kredit, resiko
fluktuasi dan resiko
bunga
12. PERBEDAAN SISTEM BAGI HASIL
(SYARIAH) DENGAN BUNGA
(KONVENSIONAL) (II)
No. Aspek Sistem Bagi Hasil Bunga
4. Dasar
Berdasarkan potensi laba
yang dapat diperoleh
(meskipun belum tentu
terjadi)
Berdasarkan dana yang
dipinjamkan, berjumlah
tetap (fixed)
5. Fokus perhatian
Keberhasilan usaha menjadi
perhatian kedua belah
pihak. Yaitu bank dan
nasabahnya
Besarnya bunga yang
harus dibayarkan oleh
nasabah, termasuk
pokoknya
6. Persentase (%)
Berdasarkan proporsi
dikalikan potensi laba yang
belum diketahui
Berdasarkan persentasi
dari jumlah pinjaman
telah diketahu pasti
14. MUDHARABAH
Merupakan akad kerjasama usaha antara shahibul maal
(pemilik dana) dengan mudharib (pengelola dana)
melalui nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka.
Jika usaha dijalankan mengalami kerugian maka seluruh
kerugian akan ditanggung oleh pemilik usaha, kecuali
adanya kelalain atau kesalahan oleh pengelola dana
seperti penyelewangan, kecurangan dan
penyahgunaan dana
15. JENIS MUDHARABAH
Mudharabah Muthalaq’ adalah bentuk kerjasama anatar
shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat
luas, tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan
daerah bisnis
Mudharabah Muqayyadah, merupakan bentuk kerjasama
antara shahibul maal dengan mudharib dibatasi dengan
batasan usaha. Adanya pembatasan ini mencerminkan
kecenderungan shahibul maal dalam memasuki dunia usaha
16. CONTOH ILUSTRASI
Rerata tabungan Ibu Desy di Bank Syariah A adalah
Rp.500.000,00 dengan nisbah disepakti 50 ; 50. jika
diasuksikan total saldo rata – rata dana tabungan di bank
Syariah A Rp.100.000.000,00, dan keuntungan yang
diperoleh dari dana tabungan sebesar Rp30.000.000,00,
maka pada akhir bulan Ibu Desi akan memperoleh dana bagi
hasil sebesar;
𝑅𝑝.500.000,00
𝑅𝑝.1.000.000.000,00
𝑥 𝑅𝑝. 30.000.000 𝑥 50% = 75.000,00
17. CONTOH ILUSTRASI
Ibu Diana menempatkan dana depositonya di Bank Syariah M
sebesar Rp1.00.000.000,00 untuk jangka waktu satu bulan,
dengan nisbah bagi hasil disepakti 30;70 (30% untuk nasabah dan
70% untuk bank). Jika diasuksikan dana deposito investasi
mudharabah di Bank Syariah M sebesar Rp.250.000.000.000,00
dan keuntungan yang diperoleh untuk dana deposito sebesar
Rp.600.000.000,00, maka saat jatuh tempo Ibu Desi akan
memperoleh dana bagi hasil (sebelum pajak sebesar;
𝑅𝑝.100.000.000,00
𝑅𝑝.250.000.000.000
𝑥 𝑅𝑝. 600.000.000,00 𝑥 70% = 𝑅𝑝. 168.000,00
18. MUSYARAKAH
Musyarakah merupakan akad kerjasama atau
pencampuran antara dua pihak ayau lebih
untuk melakukan suatu usaha tertentu yang
halal dan produktif dengan kesepakatan
bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai
nisab yang disepakati dan resiko ditanggung
sesuai dengan porsi kerjasama
20. MUSYARAKAH
MUWAFADHAH
Kerjasama dua orang atau lebih pada suatu
objek dengan syarat tiap – tiap pihak
memasukkan modal yang sama jumlahnya
serta melakukan tindakan (kerja) yang sama,
sehingga tiap – tiap pihak dapat melakukan
perbuatan hukum atas nama orang – orang
yang berkerjasama
21. MUSYARAKAH AL – INAN
Kerjasama dalam modal dalam
suatu perdagangan yang dilakukan
dua orang atau lebih dan
keuntungan dibagi Bersama dengan
jumlah modal yang tidak harus
sama porsinya
22. MUSYARAKAH AL-WUJUH
Kerjasama yang dilakukan dua atau lebih
yang tidak punya modal sama sekali dan
mereka melakukan suatu pembelian dengan
kredit serta menjualnya dengan tunai,
dengan keuntungan yang diperoleh akan
dibagi bersama
23. CONTOH ILUSTRASI
Ibu Naomi membutuhkan dana Rp.100.000.000,00, namun beliau
saat ini hanya memiliki dana pribadi sebesar Rp.50.000.00,00.
selanjutnya Ibu Naomi bekerjasama dengan Bank Syariah L untuk
menutupi kekurangan dananya, dengan ketetntuan nisbah yang
telah disepakti sebesar 50;50. jika diasumsikan keuntungan dari
proyek yang dijalankan Ibu Naomi di atas Rp.20.000.000,00, maka
berapakah jumlah uang yang harus dikembalikan beliau kepada
bank?
Rp.50.000.000,00 + (50% x Rp.20.000.000,00) = Rp.60.000.000,00
24. WADIAH
Wadiah merupakan titipan murni
dari satu pihak kepada pihak lain,
baik individu maupun hukum yang
harus dijaga dan dikembalikan
kepada penitip di saat penitip
menghendaki
25. JENIS WADIAH
Wadiah Amanah; artinya pihak yang dititipi
tidak boleh menggunakan atau
memanfaatkan harta titipinnya
Wadiah Dhamanah; artinya pihak yang
bertanggung jawab penuh atas keutuhan
harta titipan, sehingga boleh memanfaatkan
harta titipan tersebut
26. CONTOH ILUSTRASI
Saldo rata – rata rekening giro Al – Wadiah Ibu Tina di Bank Syariah D sebesar
Rp.1.000.000,00 sebagai saldo minimum untuk mendapatkan bonus. Bonus
yang dinerikan oleh bank kepada nasabah giro wadiah sebesar 25%. Jika
diasumsikan total saldo rata – rata dana saldo Bank Syariah D sebesar
Rp.200.000.000,00, dengan keuntungan yang diperoleh untuk giro wadiah
sebesar Rp.6.000.000,00, maka pada akhir bulan ibu Tina akan mendapatkan
bonus dari bank (sebelum pajak) sebesar;
𝑅𝑝. 1.000.000,00
𝑅𝑝. 200.000.000,00
𝑥 𝑅𝑝. 6.000.000,00 𝑥 25% = 𝑅𝑝. 7.500,00
27. MURABAHAH
Merubahah merupakan bagian dari jeni bai’, yaitu
jual beli yang ditambah dengan sejumlah
keuntungan yang disepakti oleh pembeli dan
penjual.
Pada transaksi Murabahah ini, penyerahan
barang akan dilakukan saat pembayaran transaksi
dilakasanakan oleh pembeli baik secara tunai
28. SALAM
Salam merupakan transaksi jual beli suatu barang tertentu
antara penjual dan pembeli yang harga jualnya terdiri dari
harga pokok barang dan keuntungan yang ditambahkan
yang telah disepakati, dengan waktu penyerahan
barangnya dilakuakn dikemudia hari dan pembayarannya
dilakukan dimuka secara tunai
Dalam praktik perbankan, ketika barang yang diserahkan
kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada
rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara
29. ISTISHNA’
Merupakan transaksi jual beli seperti salam, yaitu jual beli dan
penyerahannya dilakukan dikemudian, namun penyerahan uangnya
dilakukan secara cicilan atau ditangguhkan.
Spesifikasi barang pesanan harus jelas mencantumkan jenis, macam,
ukuran, mutu dan jumlah.
Harga jual yang disepakati dalam kontrak istishna dan tidak boleh
berubah selama berlakunya kontrak
Jika terjadi perubahan harga setelah kontrak ditandatangani, maka
seluruh biaya tambahan menjadi tanggungan nasabah
30. IJARAH
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang sendiri.
Ijarah merupakan perjanjian sewa menyewa antar bank
dan penyewa, setelah kontrak berakhir, penyewa
mengembalikan barang tersebut kepada pemilik
Ijarah muntahhiyah bittamlik merupakan sewa yang
diikuti dengan perpindahan kepemilikan
31. QARDH
Merupakan perjanjian pinjam –
meminjam uang atau barang yang
dilakukan tanpa ada keuntungan
namun pihak bank sebagai pemberi
pinjaman dapat meminta pengganti
biaya yang diperlukan dalam
melaksanakan kontrak qardh
32. RAHN
Rahn (Gadai) adalah menahan suatu harta pemilik/peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Tujuannya
untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank
dalam memberikan pembiayaan.
Kriteria barang jaminan; milik nasabah, memiliki ukuran, sifat
dan nilai yang jelas sesuai nilai riil pasar, dapat dikuasai oleh
bank umum namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank
33. HAWALAH/ HIWALAH
Hawalah/ Hiwalah merupakan bentuk
pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya
Tujuan hiwalah adalah untuk membantu
pemasok dalam hal ini bank agar mendapatkan
dana tunai untuk melanjutkan produksinya
34. WAKALAH
Wakalah muncul karena ada salah satu pihak
memberikan suatu objek perikatan yang membentuk
jasa atau meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu
atas nama dari pihak lain.
Wakalah adalah penyerahan, pendelegasian atau
pemberian mandat
Transaksi wakalah dapat dijumpai pada transaksi
penagihan
35. KLASIFIKASI KREDIT (1)
Lancar (L). Kredit lancer merupakan kredit yang pembayaran
angsuran pokok dan bunga selalu tepat waktu, memiliki mutase
rekening yang aktif, dan ada bagian dari kredit yang dijamin
dengan angsuran tunai
Dalam Perhatian Khusus (DPK). Kredit dalam perhatian khusus
adalah kredit yang memiliki tunggakan angsuran pokok dan bunga
yang belum melampui 90 hari, kadang – kadang terjadi cerukan,
mutase rekening relative jarang terjadi pelanggaran terhadap
kontrak yang dijanjikan dan didukung oleh pinjaman baru
36. KLASIFIKASI KREDIT (2)
Kurang Lancar (KL). Kredit kurang lancer adalah kredit yang memiliki tunggakan
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampui 90 hari, sering terjadi
cerukan, frekuensi mutase rekening relative rendah, terjadi pelanggaran terhadap
kontrak yang telah diperjanjikan lebih dari 90 hari dan dokumen pinjaman lemah
Diragukan (D). Kredit diragukan adalah kredit yang memiliki tunggakan angsuran
pokok dan atau bunga yang telah melampui 180 hari, terjadi cerukan yang
permanen, terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari, terjadi kapitalisasi bunga dan
dokumen hokum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan
jaminan
Macet (M). Kredit macet adalah kredit yang memiliki tunggakan angsuran pokok
dan/atau bunga yang telah melampui 270 hari, kerugian operasional ditutupi
dengan penjaminan baru, dan dari segi hukum maupun kondisi pasar jaminan dari
nasabah atau debitur tidak dapat dicairkan oada nilai yang wajar
37. Faktor – Faktor Internal Penyebab Kredit Macet
Adanya tindak kecurangan (self dealing) dari pengelola kredit
Bank terlalu memfokuskan pada besarnya agunan
Bank terlalu mengejar target alokasi dana kredit
Bank terlambat mencairkan pinjaman
Adanya kekurangan pengetahuan teknis pada pengelolaan kredit
Adanya kebijakan kredit yang tidak tepat
38. Faktor – Faktor Eksternal Penyebab Kredit Macet
Kebijakan pemerintah (social, politik,ekonomi) yang berpengaruh terhadap operasional perusahan
Terjadinya bencana alam, kerusuhan yang merusak usaha debitu
Adanya itikad buruk dari debitur, bahkan debitur melarikan diri
Adanya penyalahgunaan fasilitas kredit
Adanya pemalsuan usaha
Debitur menggunakan agunan milik pihak ketiga
Agunan yang tidak marketable, sehingga sulit untuk dilikuidasi pada saat kredit macet terjadi
39. PENELIAIAN CALON DEBITUR
BERADASARKAN 5C
Character (Watak)
• Mengetahui watak yang berkaitan dengan inyegritas calon debitur yang nasabah
menentukan kemauan debitur membayar kembali pinjaman yang telah dinikmati.
• Seseorang berkarakter baik akan berusaha untuk membayar kembali pinjmannya
dengan berbagai cara
Capital (Modal)
• Mengetahui nilai kekayaan yang dimiliki calon debitur yang biasanya diukur dari
sendiri, yaitu selisih antara total aktiva dengan total kewajiban (untuk perusahaan)
40. Capacity (Kemampuan)
• Menilai kemampuan calon debitur untuk memmenuhi kewajiban yang
telah disepakti dalam perjanjian akad kredit, yaitu melunasi utang pokok
dan bunag (Bank Konvensional) dan marjin (Bank Syariah)
Collateral (Jaminan)
• Berdasarkan ketetntuan Bank Indonesia, setiap pemberian kredit harus
didukung dengan agunan yang memadai, kecuali untuk program –
program pemerintah, karena kredit pada dasarnya mengandung resiko
Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)
• Kondisi perekonomian pasti mempengaruhi kegiatan dan prospek usaha
calon debitur sehingga bank perlu untuk menganalisis kondisi
perekonomian, minimal jangka waktu kredit berlangsung
41. CARA MENGATASI KREDIT MACET
(1)
Penjadwalan Ulang (Rescheduling); artinya perubahan syarat kredit
dilakukan hanya pada jadwal atau jangka waktu pembayaran termasuk
masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran kredit. Fasilitas ini
hanya diberikan kepada nasabah yang jujur dan usahanya tidak
memerlukan tambahan dari bank
Persyaratan ulang (Recondition), artinya perubahan syarat kredit
dilakukajn pada sebagian atau seluruh syarat – syarat kredit, tidak
terbatas hanya pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu,
tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh
bunga namun juga pada persyaratan lainnya. Fasilitas ini diberikan
kepada nasabah yang jujur dan usahanya masih dapat beroperasi
secara menguntungkan
42. CARA MENGATASI KREDIT MACET
(II)
Penataan ulang (Restructuring), artinya perubahan syarat kredit
dilakukan pada hal – hal yang berkaitan dengan penambahan
dana bank, pengubahan seluruh atau sebagian tunggakan
bunga pokok menjadi pokok kredit baru, serta pengubahan
seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan bank atau
mengambil mitra yang lain untuk menambah penyertaan
Penjualan aset (Liquidation), artinya bank melakukan penjualan
barang – barang yang dijadikan jaminan untuk melunasi hutang.
Tindakan lukuidasi ini dilakukan terhadap kredit yang dianggap
bank sudah tidak dapat lagi disehatkan atau usaha bank debitur
tidak lagi memiliki propek untuk dikembangkan.