SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
REKOMENDASI
Penatalaksanaan Status Epileptikus
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2016
REKOMENDASI
Penatalaksanaan Status Epileptikus
UNIT KERJA KOORDINASI NEUROLOGI
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2016
Penyunting
Sofyan Ismael
Hardiono D. Pusponegoro
Dwi Putro Widodo
Irawan Mangunatmadja
Setyo Handryastuti
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh
isi buku ini dengan cara dan bentuk apa pun juga tanpa seizin penulis dan
penerbit
Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Cetakan pertama 2016
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia iii
Kontributor Rekomendasi
Penatalaksanaan Status epileptikus
1.	 Prof. dr. Sofyan Ismael, SpA(K)	 Jakarta
2.	 Prof. dr. Taslim S. Soetomenggolo, SpA(K)	 Jakarta
3.	 Prof. DR. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K)	 Jakarta
4.	 Prof. dr. Bistok Saing, SpA(K)	 Medan
5.	 Prof. dr. Darto Saharso, SpA(K)	 Surabaya
6.	 Prof. DR.dr. Sunartini Hapsara, SpA(K)	 Yogyakarta
7.	 Prof. DR.dr. Ruslan Muhyi, SpA(K)	 Banjarmasin
8.	 Prof. DR. dr. Elisabeth Siti Herini, SpA(K)	 Yogyakarta
9.	 dr. Jimmy Passat, SpA(K)	 Jakarta
10.	DR. dr. Dwi Putro Widodo, SpA(K)	 Jakarta
11.	DR. dr. Irawan Mangunatmadja, SpA(K)	 Jakarta
12.	DR.dr. Setyo Handryastuti, SpA(K)	 Jakarta
13.	dr. Amril A. Burhany, SpA(K)	 Jakarta
14.	dr. Alinda Rubiati, SpA(K)	 Jakarta
15.	dr. Dedi Ria Saputra, SpA(K)	 Jakarta
16.	dr. Ana Tjandrajani, SpA(K)	 Jakarta
17.	dr. Atila Dewanti Poerbojo, SpA(K)	 Jakarta
18.	dr. Lazuardi, SpS(K)	 Jakarta
19.	dr. Yetty Ramli, SpS(K)	 Jakarta
20.	DR.dr. Huiny Tjokrohusodo, SpA	 Jakarta
21.	dr. Herbowo F. Soetomenggolo, SpA(K)	 Jakarta
22.	dr. Amanda Soebadi, SpA	 Jakarta
23.	dr. Lies Nurmalia Dewi, SpA(K)	 Jakarta
24.	dr. Reggy M. Panggabean, SpS(K)	 Bandung
25.	dr. Siti Aminah, SpS(K), MSi. Med	 Bandung
26.	DR.dr. Uni Gamayani, SpS(K)	 Bandung
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikusiv
27.	DR.dr. Nelly Amalia Risan, SpA(K)	 Bandung
28.	dr. Purboyo Solek, SpA(K)	 Bandung
29.	dr. Dewi Hawani Alisyahbana, SpA(K)	 Bandung
30.	dr. Yazid Dimyati, SpA(K)	 Medan
31.	dr. Yohanes Saing, SpA(K)	 Medan
32.	dr. Iskandar Syarief, SpA(K)	 Padang
33.	dr. Siti Hanafiah, SpS(K)	 Padang
34.	dr. Syarif Darwin Ansori, SpA(K)	 Palembang
35.	dr. Msy. Rita Dewi, SpA(K)	 Palembang
36.	DR.dr. Tjipta Bahtera, SpA(K)	 Semarang
37.	dr. Alifiani Hikmah Putranti, SpA(K)	 Semarang
38.	dr. Mustarsid, SpA(K)	 Solo
39.	dr. Fadilah, SpA(K)	 Solo
40.	dr. Agung Triono, SpA	 Yogyakarta
41.	DR. dr. Erny, SpA(K)	 Surabaya
42.	dr. Prastiya Indra Gunawan, SpA	 Surabaya
43.	dr. Masdar M, SpA(K)	 Malang
44.	dr. Marsintauli, SpA	 Banjarmasin
45.	dr. Piet Nara, SpA(K)	 Makasar
46.	dr. Hadia Angriany, SpA(K)	 Makasar
47.	dr. Nurhayati Masloman, SpA(K)	 Manado
48.	dr. I Komang Kari, SpA(K)	 Bali
49.	dr. IGN Suwarba, SpA(K)	 Bali
50.	dr. Dewi Sutriani, SpA	 Bali
51.	dr. Anna Marita Gelgel, SpS(K)	 Bali
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia v
Sambutan
Ketua Umum Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Salam hormat dari Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Kami mengucapkan selamat kepada Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neurologi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang telah menerbitkan rekomendasi
“Penatalaksanaan Status Epileptikus”. Dalam usaha yang dilakukan IDAI
untuk mencapai salah satu agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals; SDGs) adalah melaksanakan berbagai
program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
anak. Upaya tersebut termasuk di antaranya implementasi program seribu
hari pertama kehidupan. Apabila terjadi gangguan pada masa seribu hari
pertama kehidupan ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak yang
bersifat jangka panjang.
Gangguan yang dapat terjadi adalah kejang yang berlangsung terus-
menerus selama periode waktu tertentu. Status epileptikus merupakan salah
satu kegawatdaruratan pada anak yang sering kali kita hadapi dalam praktek
sehari-hari. Tenaga kesehatan harus segera sigap untuk melakukan tata
laksana secara tepat dan cepat. Pedoman penatalaksanaan ini diharapkan
dapat menjadi acuan bagi teman sejawat dokter spesialis anak maupun
dokter umum dalam menghadapi pasien dengan status epileptikus.
Oleh karena itu kami menghimbau kepada semua anggota IDAI agar
rekomendasi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan
ilmu dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak Indonesia agar
tumbuh sehat dan optimal. Selamat bekerja.
Aman B. Pulungan
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikusvi
Kata pengantar
Status epileptikus merupakan kasus kegawatan tersering di bidang neurologi
anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua,
apalagi jika kejang tersebut baru pertama kali dialami seorang anak. Sebagai
dokter kita wajib mengatasi kejang dengan cepat dan tepat.
Penanganan status epileptikus sampai saat ini tidak banyak mengalami
perubahan. Pada prinsipnya algoritme, pemilihan obat telah disesuaikan
dengan bukti ilmiah terbaru. Perubahan algoritma dilakukan karena terdapat
permasalahan dilapangan terkait keterbatasan obat maupun kesulitan
pemberian obat. Setiap negara atau setiap institusi pelayanan kesehatan
mempunyai rekomendasi tersendiri, hal ini disesuaikan dengan ketersediaan
dan juga harga obat.
Pedoman praktis penanganan status epileptikus ini ditujukan bagi
seluruh teman sejawat, dokter umum, dokter spesialis anak dll, sehingga
diharapkan terdapat suatu keseragaman mengenai tatalaksana status
epileptikus.
Rekomendasi ini telah disesuaikan dengan evidence based yang ada saat
ini. Tentunya perbaikan akan kami lakukan bila di masa mendatang terjadi
perubahan literatur.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
seluruh anggota UKK neurologi anak dan PERDOSSI saraf anak dalam
partisipasinya menyelesakan buku ini.
Harapan kami semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia.
Setyo Handryastuti, DR. dr. SpA(K)
Ketua UKK Neurologi PP-IDAI 2016
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia vii
Daftar Isi
Kontributor Rekomendasi Penatalaksanaan Status epileptikus........... iii
Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI......................................v
Kata pengantar.....................................................................................vi
Daftar isi..............................................................................................vii
Definisi..................................................................................................1
Epidemiologi.........................................................................................1
Etiologi..................................................................................................1
Faktor risiko..........................................................................................2
Patofisiologi...........................................................................................2
Tata laksana...........................................................................................3
Komplikasi............................................................................................6
Mortalitas..............................................................................................7
Prognosis...............................................................................................7
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 1
Rekomendasi
Penatalaksanaan Status Epileptikus
pada Anak
Definisi
Sampai saat ini, belum terdapat keseragaman mengenai definisi status
epileptikus (SE) karena International League Againts Epilepsy(ILAE) hanya
menyatakan bahwa SE adalah kejang yang berlangsung terus-menerus
selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya
kesadaran diantara kejang. Kekurangan definisi menurut ILAE tersebut
adalah batasan lama kejang tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, sebagian
para ahli membuat kesepakatan batasan waktunya adalah selama 30 menit
atau lebih.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatr Neurocrit care. 2013.
Lowenstein DH, Bleck T, Mac Donald R. Epilepsia .1999;40:120-2.
Epidemiologi
Insidens SE pada anak diperkirakan sekitar 10 – 58 per 100.000 anak. Status
epileptikus lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia kurang
dari 1 tahun dengan estimasi insidens 1 per 1000 bayi.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Hersdoffer DC, Logroscino G, Cascino G, Annegers JF. Neurology.1998;50:735-41.
Nishiyama I. Epilepsia.2007;48:1133-7.
Etiologi
Secara umum, etiologi SE dibagi menjadi:
1.	 Simtomatis: penyebab diketahui
a.	 Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan
elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke.
b.	Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati
hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan
otak kongenital
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus2
c.	 Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik,
otoimun (contohnya vaskulitis)
d.	Epilepsi
2.	 Idiopatik/kriptogenik: penyebab tidak dapat diketahui
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Faktor risiko
Berikut adalah beberapa kelompok pasien yang berisiko mengalami status
epileptikus:
1.	Epilepsi
	 Sekitar 10-20% penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu
kali episode status epileptikus dalam perjalanan sakitnya. Selain itu, SE
dapat merupakan manifestasi epilepsi pertama kali pada 12% pasien
baru epilepsi.
2.	 Pasien sakit kritis
	 Pasien yang mengalami ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma
kepala, infeksi SSP, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung bawaan
(terutama post-operatif), dan ensefalopati hipertensi.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Shinnar S. Pediatrics.1996;98:216-25.
Singh RK, Stephen S, Neurology.2010;74:636-42.
Patofisiologi
Status epileptikus terjadi akibat kegagalan mekanisme untuk membatasi
penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter eksitasi yang
berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif.
Neurotransmiter eksitasi utama tersebut adalah neurotran dan asetilkolin,
sedangkan neurotransmiter inhibisi adalah gamma-aminobutyric acid
(GABA).
Hanhan UA, Fialoos MR.Paed Clin North Am.2001;48:683.
Wasterlain CG, Fujikawa DG, Penix L, Sankar R. Epilepsia.1993;34:S37-53.
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 3
Tata laksana
Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus
dilakukan seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan. Pemilihan jenis
obat serta dosis anti-konvulsan pada tata laksana SE sangat bervariasi antar
institusi. Berikut ini adalah algoritma tata laksana kejang akut dan status
epileptikus berdasarkan Konsensus UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus4
Fenobarbitol20mg/kgiv
dincerkandalam50ml
NaCl0,4%dalam10menit
(2mg/kg/menit)
Fenobarbital20mg/kgiv
dengankecepatan10-20mg/menit
dosismax1000mg
Fenitoin20mg/kgiv
(diencerkandalam50mlNaCl0,9%selama
20menit(2mg/kg/menit)
dosismax1000mg)
Gambar1.Algoritmatatalaksanakejangakutdanstatusepileptikus
Fenobarbital20mg/kgiv
dengankecepatan10-20mg/
menit
dosismax1000mg
Fenitoin20mg/kgiv
(diencerkandalam50mlNaCl0,9%selama
20menit(2mg/kg/menit)
dosismax1000mg)
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 5
Keterangan:
Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit,
kecepatan 2 mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu
dihabiskan.
Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan
kecepatan yang sama
Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil
sesuai dosis yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah
dibuang jarumnya, dan teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis
midazolam buccal berdasarkan kelompok usia;
•	 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan)
•	 5 mg (usia 1 – 5 tahun)
•	 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun)
•	 10 mg (usia ≥ 10 tahun)
Tapering off midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam
setelahpemberianmidazolam,makapemberianmidazolamdapatditurunkan
secara bertahap dengan kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah
48 jam bebas kejang.
Medazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU,
namun disesuaikan dengan kondisi rumah sakit
Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam
keadaan tidak kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10
mg/kg IV dilanjutkan dengan pemberian rumatan bila diperlukan.
Daftar pustaka algoritma tata laksana status epileptikus
1.	 Goldstein JA, Chung MG. Status epilepticus and seizures. Dalam: Abend NS,
Helfaer MA, penyunting. Pediatric neurocritical care. New York: Demosmedi-
cal; 2013. h 117–138.
2.	 Moe PG, Seay AR. Neurological and muscular diorders. Dalam: Hay WW,
Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM, penyunting. Current pediatric: Di-
agnosis and treatment. Edisi ke-18. International Edition: McGrawHill; 2008.
h. 735.
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus6
Komplikasi
Komplikasi primer akibat langsung dari status epileptikus
Kejang dan status epileptikus menyebabkan kerusakan pada neuron dan
memicu reaksi inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahan
reseptor glutamat dan GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron
lainnya. Perubahan pada sistem jaringan neuron, keseimbangan metabolik,
sistem saraf otonom, serta kejang berulang dapat menyebabkan komplikasi
sistemik.Proses kontraksi dan relaksasi otot yang terjadi pada SE konvulsif
dapat menyebabkan kerusakan otot, demam, rabdomiolisis, bahkan gagal
ginjal. Selain itu, keadaan hipoksia akan menyebabkan metabolisme anaerob
dan memicu asidosis. Kejang juga menyebabkan perubahan fungsi saraf
otonom dan fungsi jantung (hipertensi, hipotensi, gagal jantung, atau
aritmia). Metabolisme otak pun terpengaruh; mulanya terjadi hiperglikemia
akibat pelepasan katekolamin, namun 30-40 menit kemudian kadar glukosa
akan turun. Seiring dengan berlangsungnya kejang, kebutuhan otak akan
oksigen tetap tinggi, dan bila tidak terpenuhi akan memperberat kerusakan
otak. Edema otak pun dapat terjadi akibat proses inflamasi, peningkatan
vaskularitas, atau gangguan sawar darah-otak.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Komplikasi sekunder
Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi
napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan fenobarbital.
Efek samping propofol yang harus diwaspadai adalah propofol infusion
3.	 ACT Health. Buccal midazolam for prolonged convulsions: Summary for par-
ents.
4.	 Hartmann H, Cross JH. Post-neonatal epileptic seizures. Dalam: Kennedy C,
penyunting. Principles and practice of child neurology in infancy. Mac Keith
Press; 2012. h. 234-5.
5.	 Anderson M. Buccal midazolam for pediatric convulsive seizures: efficacy, safe-
ty, and patient acceptability. Patient Preference and Adherence. 2013;7:27-34.
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 7
syndrome yang ditandai dengan rabdomiolisis, hiperkalemia, gagal ginjal,
gagal hati, gagal jantung, serta asidosis metabolik. Pada sebagian anak, asam
valproat dapat memicu ensefalopati hepatik dan hiperamonia. Selain efek
samping akibat obat antikonvulsan, efek samping terkait perawatan intensif
dan imobilisasi seperti emboli paru, trombosis vena dalam, pneumonia, serta
gangguan hemodinamik dan pernapasan harus diperhatikan.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Mortalitas
Angka kematian terkait SE pada 30 hari perawatan dilaporkan kurang dari
10%. Kematian tersebut lebih disebabkan oleh komorbiditas atau penyakit
yang mendasarinya, bukan akibat langsung dari status epileptikus.
Raspall-Chaure M, Chin RF, Neville BG, Scott RC. Lancet Neurol.2006;5:769-79.
Prognosis
Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit
neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien
yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status
epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama. Faktor risiko SE berulang
adalah; usia muda, ensefalopati progresif, etiologi simtomatis remote,
sindrom epilepsi.
Shinnar S. Pedaitrics.1996;98:216-25.
Raspall-Chaure M, Chin RF, Neville BG, Scott RC. Lancet Neurol.2006;5:769-79
De Lorenzo RJ.Epilepsia. 1992;33:S15-25.
Konsensus status epileptikus

More Related Content

What's hot

Tatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
Tatalaksana Gawat Nafas Pada NeonatusTatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
Tatalaksana Gawat Nafas Pada NeonatusDokter Tekno
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran ManajemenDiagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemenmataharitimoer MT
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaPhil Adit R
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-pptdini dimas
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothoraxListiana Dewi
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
Gawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusGawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusregiregene
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksifikri asyura
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaanAzis Aimaduddin
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)Seascape Surveys
 

What's hot (20)

Skdi tahun-2012
Skdi tahun-2012Skdi tahun-2012
Skdi tahun-2012
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Tatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
Tatalaksana Gawat Nafas Pada NeonatusTatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
Tatalaksana Gawat Nafas Pada Neonatus
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran ManajemenDiagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Katarak Imatur
Katarak ImaturKatarak Imatur
Katarak Imatur
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Gawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusGawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatus
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
1. tajam penglihatan dan kelainan refraksi
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
2.pemeriksaan ginekologi
2.pemeriksaan ginekologi2.pemeriksaan ginekologi
2.pemeriksaan ginekologi
 
CTG
CTGCTG
CTG
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaan
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 

Similar to Konsensus status epileptikus

Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Agung Zukhruf
 
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdfKonsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdfedipurwanto81
 
Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Ovi Chris
 
Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja
Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja
Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja Diana sari
 
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdfTata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdfRioMRajagukguk
 
Buku kegawatan anak pkb-64
Buku  kegawatan anak pkb-64Buku  kegawatan anak pkb-64
Buku kegawatan anak pkb-64Eli Subekti
 
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...raditio ghifiardi
 
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdfPanduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdfTiaraNeliNoviyanti
 
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukanBuku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukannunida11novpurnamasukma
 
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxPanduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxbanyubiru20
 
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdfPROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdffernandorumapea
 
Hipertiroid konsensus.pdf
Hipertiroid konsensus.pdfHipertiroid konsensus.pdf
Hipertiroid konsensus.pdfssuser6a1ea8
 

Similar to Konsensus status epileptikus (20)

IDAI EPILEPSI.pdf
IDAI EPILEPSI.pdfIDAI EPILEPSI.pdf
IDAI EPILEPSI.pdf
 
Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012
 
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdfKonsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
 
Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012
 
Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja
Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja
Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja
 
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdfTata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak.pdf
 
Buku kegawatan anak pkb-64
Buku  kegawatan anak pkb-64Buku  kegawatan anak pkb-64
Buku kegawatan anak pkb-64
 
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
 
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdfPanduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
 
Balance Disorder
Balance DisorderBalance Disorder
Balance Disorder
 
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukanBuku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
 
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxPanduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
 
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdfPROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
 
VERTIGO.pptx
VERTIGO.pptxVERTIGO.pptx
VERTIGO.pptx
 
Status Epileptikus.pptx
Status Epileptikus.pptxStatus Epileptikus.pptx
Status Epileptikus.pptx
 
Kanker 2010
Kanker 2010Kanker 2010
Kanker 2010
 
Askep enchapalitis
Askep enchapalitisAskep enchapalitis
Askep enchapalitis
 
INC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.docINC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.doc
 
Hipertiroid konsensus.pdf
Hipertiroid konsensus.pdfHipertiroid konsensus.pdf
Hipertiroid konsensus.pdf
 
GNAPS. 2012.pdf
GNAPS. 2012.pdfGNAPS. 2012.pdf
GNAPS. 2012.pdf
 

Recently uploaded

SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 

Recently uploaded (20)

SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 

Konsensus status epileptikus

  • 2. REKOMENDASI Penatalaksanaan Status Epileptikus UNIT KERJA KOORDINASI NEUROLOGI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2016 Penyunting Sofyan Ismael Hardiono D. Pusponegoro Dwi Putro Widodo Irawan Mangunatmadja Setyo Handryastuti
  • 3. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apa pun juga tanpa seizin penulis dan penerbit Diterbitkan oleh: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Cetakan pertama 2016
  • 4. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia iii Kontributor Rekomendasi Penatalaksanaan Status epileptikus 1. Prof. dr. Sofyan Ismael, SpA(K) Jakarta 2. Prof. dr. Taslim S. Soetomenggolo, SpA(K) Jakarta 3. Prof. DR. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K) Jakarta 4. Prof. dr. Bistok Saing, SpA(K) Medan 5. Prof. dr. Darto Saharso, SpA(K) Surabaya 6. Prof. DR.dr. Sunartini Hapsara, SpA(K) Yogyakarta 7. Prof. DR.dr. Ruslan Muhyi, SpA(K) Banjarmasin 8. Prof. DR. dr. Elisabeth Siti Herini, SpA(K) Yogyakarta 9. dr. Jimmy Passat, SpA(K) Jakarta 10. DR. dr. Dwi Putro Widodo, SpA(K) Jakarta 11. DR. dr. Irawan Mangunatmadja, SpA(K) Jakarta 12. DR.dr. Setyo Handryastuti, SpA(K) Jakarta 13. dr. Amril A. Burhany, SpA(K) Jakarta 14. dr. Alinda Rubiati, SpA(K) Jakarta 15. dr. Dedi Ria Saputra, SpA(K) Jakarta 16. dr. Ana Tjandrajani, SpA(K) Jakarta 17. dr. Atila Dewanti Poerbojo, SpA(K) Jakarta 18. dr. Lazuardi, SpS(K) Jakarta 19. dr. Yetty Ramli, SpS(K) Jakarta 20. DR.dr. Huiny Tjokrohusodo, SpA Jakarta 21. dr. Herbowo F. Soetomenggolo, SpA(K) Jakarta 22. dr. Amanda Soebadi, SpA Jakarta 23. dr. Lies Nurmalia Dewi, SpA(K) Jakarta 24. dr. Reggy M. Panggabean, SpS(K) Bandung 25. dr. Siti Aminah, SpS(K), MSi. Med Bandung 26. DR.dr. Uni Gamayani, SpS(K) Bandung
  • 5. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikusiv 27. DR.dr. Nelly Amalia Risan, SpA(K) Bandung 28. dr. Purboyo Solek, SpA(K) Bandung 29. dr. Dewi Hawani Alisyahbana, SpA(K) Bandung 30. dr. Yazid Dimyati, SpA(K) Medan 31. dr. Yohanes Saing, SpA(K) Medan 32. dr. Iskandar Syarief, SpA(K) Padang 33. dr. Siti Hanafiah, SpS(K) Padang 34. dr. Syarif Darwin Ansori, SpA(K) Palembang 35. dr. Msy. Rita Dewi, SpA(K) Palembang 36. DR.dr. Tjipta Bahtera, SpA(K) Semarang 37. dr. Alifiani Hikmah Putranti, SpA(K) Semarang 38. dr. Mustarsid, SpA(K) Solo 39. dr. Fadilah, SpA(K) Solo 40. dr. Agung Triono, SpA Yogyakarta 41. DR. dr. Erny, SpA(K) Surabaya 42. dr. Prastiya Indra Gunawan, SpA Surabaya 43. dr. Masdar M, SpA(K) Malang 44. dr. Marsintauli, SpA Banjarmasin 45. dr. Piet Nara, SpA(K) Makasar 46. dr. Hadia Angriany, SpA(K) Makasar 47. dr. Nurhayati Masloman, SpA(K) Manado 48. dr. I Komang Kari, SpA(K) Bali 49. dr. IGN Suwarba, SpA(K) Bali 50. dr. Dewi Sutriani, SpA Bali 51. dr. Anna Marita Gelgel, SpS(K) Bali
  • 6. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia v Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Salam hormat dari Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Kami mengucapkan selamat kepada Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang telah menerbitkan rekomendasi “Penatalaksanaan Status Epileptikus”. Dalam usaha yang dilakukan IDAI untuk mencapai salah satu agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals; SDGs) adalah melaksanakan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak. Upaya tersebut termasuk di antaranya implementasi program seribu hari pertama kehidupan. Apabila terjadi gangguan pada masa seribu hari pertama kehidupan ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak yang bersifat jangka panjang. Gangguan yang dapat terjadi adalah kejang yang berlangsung terus- menerus selama periode waktu tertentu. Status epileptikus merupakan salah satu kegawatdaruratan pada anak yang sering kali kita hadapi dalam praktek sehari-hari. Tenaga kesehatan harus segera sigap untuk melakukan tata laksana secara tepat dan cepat. Pedoman penatalaksanaan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi teman sejawat dokter spesialis anak maupun dokter umum dalam menghadapi pasien dengan status epileptikus. Oleh karena itu kami menghimbau kepada semua anggota IDAI agar rekomendasi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan ilmu dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak Indonesia agar tumbuh sehat dan optimal. Selamat bekerja. Aman B. Pulungan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
  • 7. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikusvi Kata pengantar Status epileptikus merupakan kasus kegawatan tersering di bidang neurologi anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua, apalagi jika kejang tersebut baru pertama kali dialami seorang anak. Sebagai dokter kita wajib mengatasi kejang dengan cepat dan tepat. Penanganan status epileptikus sampai saat ini tidak banyak mengalami perubahan. Pada prinsipnya algoritme, pemilihan obat telah disesuaikan dengan bukti ilmiah terbaru. Perubahan algoritma dilakukan karena terdapat permasalahan dilapangan terkait keterbatasan obat maupun kesulitan pemberian obat. Setiap negara atau setiap institusi pelayanan kesehatan mempunyai rekomendasi tersendiri, hal ini disesuaikan dengan ketersediaan dan juga harga obat. Pedoman praktis penanganan status epileptikus ini ditujukan bagi seluruh teman sejawat, dokter umum, dokter spesialis anak dll, sehingga diharapkan terdapat suatu keseragaman mengenai tatalaksana status epileptikus. Rekomendasi ini telah disesuaikan dengan evidence based yang ada saat ini. Tentunya perbaikan akan kami lakukan bila di masa mendatang terjadi perubahan literatur. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota UKK neurologi anak dan PERDOSSI saraf anak dalam partisipasinya menyelesakan buku ini. Harapan kami semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia. Setyo Handryastuti, DR. dr. SpA(K) Ketua UKK Neurologi PP-IDAI 2016
  • 8. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia vii Daftar Isi Kontributor Rekomendasi Penatalaksanaan Status epileptikus........... iii Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI......................................v Kata pengantar.....................................................................................vi Daftar isi..............................................................................................vii Definisi..................................................................................................1 Epidemiologi.........................................................................................1 Etiologi..................................................................................................1 Faktor risiko..........................................................................................2 Patofisiologi...........................................................................................2 Tata laksana...........................................................................................3 Komplikasi............................................................................................6 Mortalitas..............................................................................................7 Prognosis...............................................................................................7
  • 9.
  • 10. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 1 Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus pada Anak Definisi Sampai saat ini, belum terdapat keseragaman mengenai definisi status epileptikus (SE) karena International League Againts Epilepsy(ILAE) hanya menyatakan bahwa SE adalah kejang yang berlangsung terus-menerus selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang. Kekurangan definisi menurut ILAE tersebut adalah batasan lama kejang tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, sebagian para ahli membuat kesepakatan batasan waktunya adalah selama 30 menit atau lebih. Goldstein JA, Chung MG. Pediatr Neurocrit care. 2013. Lowenstein DH, Bleck T, Mac Donald R. Epilepsia .1999;40:120-2. Epidemiologi Insidens SE pada anak diperkirakan sekitar 10 – 58 per 100.000 anak. Status epileptikus lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia kurang dari 1 tahun dengan estimasi insidens 1 per 1000 bayi. Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Hersdoffer DC, Logroscino G, Cascino G, Annegers JF. Neurology.1998;50:735-41. Nishiyama I. Epilepsia.2007;48:1133-7. Etiologi Secara umum, etiologi SE dibagi menjadi: 1. Simtomatis: penyebab diketahui a. Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke. b. Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan otak kongenital
  • 11. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus2 c. Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik, otoimun (contohnya vaskulitis) d. Epilepsi 2. Idiopatik/kriptogenik: penyebab tidak dapat diketahui Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Faktor risiko Berikut adalah beberapa kelompok pasien yang berisiko mengalami status epileptikus: 1. Epilepsi Sekitar 10-20% penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu kali episode status epileptikus dalam perjalanan sakitnya. Selain itu, SE dapat merupakan manifestasi epilepsi pertama kali pada 12% pasien baru epilepsi. 2. Pasien sakit kritis Pasien yang mengalami ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi SSP, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung bawaan (terutama post-operatif), dan ensefalopati hipertensi. Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Shinnar S. Pediatrics.1996;98:216-25. Singh RK, Stephen S, Neurology.2010;74:636-42. Patofisiologi Status epileptikus terjadi akibat kegagalan mekanisme untuk membatasi penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter eksitasi yang berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif. Neurotransmiter eksitasi utama tersebut adalah neurotran dan asetilkolin, sedangkan neurotransmiter inhibisi adalah gamma-aminobutyric acid (GABA). Hanhan UA, Fialoos MR.Paed Clin North Am.2001;48:683. Wasterlain CG, Fujikawa DG, Penix L, Sankar R. Epilepsia.1993;34:S37-53.
  • 12. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 3 Tata laksana Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus dilakukan seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan. Pemilihan jenis obat serta dosis anti-konvulsan pada tata laksana SE sangat bervariasi antar institusi. Berikut ini adalah algoritma tata laksana kejang akut dan status epileptikus berdasarkan Konsensus UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
  • 13. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus4 Fenobarbitol20mg/kgiv dincerkandalam50ml NaCl0,4%dalam10menit (2mg/kg/menit) Fenobarbital20mg/kgiv dengankecepatan10-20mg/menit dosismax1000mg Fenitoin20mg/kgiv (diencerkandalam50mlNaCl0,9%selama 20menit(2mg/kg/menit) dosismax1000mg) Gambar1.Algoritmatatalaksanakejangakutdanstatusepileptikus Fenobarbital20mg/kgiv dengankecepatan10-20mg/ menit dosismax1000mg Fenitoin20mg/kgiv (diencerkandalam50mlNaCl0,9%selama 20menit(2mg/kg/menit) dosismax1000mg)
  • 14. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 5 Keterangan: Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit, kecepatan 2 mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu dihabiskan. Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan kecepatan yang sama Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil sesuai dosis yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah dibuang jarumnya, dan teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis midazolam buccal berdasarkan kelompok usia; • 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan) • 5 mg (usia 1 – 5 tahun) • 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun) • 10 mg (usia ≥ 10 tahun) Tapering off midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam setelahpemberianmidazolam,makapemberianmidazolamdapatditurunkan secara bertahap dengan kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah 48 jam bebas kejang. Medazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU, namun disesuaikan dengan kondisi rumah sakit Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam keadaan tidak kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV dilanjutkan dengan pemberian rumatan bila diperlukan. Daftar pustaka algoritma tata laksana status epileptikus 1. Goldstein JA, Chung MG. Status epilepticus and seizures. Dalam: Abend NS, Helfaer MA, penyunting. Pediatric neurocritical care. New York: Demosmedi- cal; 2013. h 117–138. 2. Moe PG, Seay AR. Neurological and muscular diorders. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM, penyunting. Current pediatric: Di- agnosis and treatment. Edisi ke-18. International Edition: McGrawHill; 2008. h. 735.
  • 15. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus6 Komplikasi Komplikasi primer akibat langsung dari status epileptikus Kejang dan status epileptikus menyebabkan kerusakan pada neuron dan memicu reaksi inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahan reseptor glutamat dan GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron lainnya. Perubahan pada sistem jaringan neuron, keseimbangan metabolik, sistem saraf otonom, serta kejang berulang dapat menyebabkan komplikasi sistemik.Proses kontraksi dan relaksasi otot yang terjadi pada SE konvulsif dapat menyebabkan kerusakan otot, demam, rabdomiolisis, bahkan gagal ginjal. Selain itu, keadaan hipoksia akan menyebabkan metabolisme anaerob dan memicu asidosis. Kejang juga menyebabkan perubahan fungsi saraf otonom dan fungsi jantung (hipertensi, hipotensi, gagal jantung, atau aritmia). Metabolisme otak pun terpengaruh; mulanya terjadi hiperglikemia akibat pelepasan katekolamin, namun 30-40 menit kemudian kadar glukosa akan turun. Seiring dengan berlangsungnya kejang, kebutuhan otak akan oksigen tetap tinggi, dan bila tidak terpenuhi akan memperberat kerusakan otak. Edema otak pun dapat terjadi akibat proses inflamasi, peningkatan vaskularitas, atau gangguan sawar darah-otak. Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Komplikasi sekunder Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan fenobarbital. Efek samping propofol yang harus diwaspadai adalah propofol infusion 3. ACT Health. Buccal midazolam for prolonged convulsions: Summary for par- ents. 4. Hartmann H, Cross JH. Post-neonatal epileptic seizures. Dalam: Kennedy C, penyunting. Principles and practice of child neurology in infancy. Mac Keith Press; 2012. h. 234-5. 5. Anderson M. Buccal midazolam for pediatric convulsive seizures: efficacy, safe- ty, and patient acceptability. Patient Preference and Adherence. 2013;7:27-34.
  • 16. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 7 syndrome yang ditandai dengan rabdomiolisis, hiperkalemia, gagal ginjal, gagal hati, gagal jantung, serta asidosis metabolik. Pada sebagian anak, asam valproat dapat memicu ensefalopati hepatik dan hiperamonia. Selain efek samping akibat obat antikonvulsan, efek samping terkait perawatan intensif dan imobilisasi seperti emboli paru, trombosis vena dalam, pneumonia, serta gangguan hemodinamik dan pernapasan harus diperhatikan. Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Mortalitas Angka kematian terkait SE pada 30 hari perawatan dilaporkan kurang dari 10%. Kematian tersebut lebih disebabkan oleh komorbiditas atau penyakit yang mendasarinya, bukan akibat langsung dari status epileptikus. Raspall-Chaure M, Chin RF, Neville BG, Scott RC. Lancet Neurol.2006;5:769-79. Prognosis Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama. Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda, ensefalopati progresif, etiologi simtomatis remote, sindrom epilepsi. Shinnar S. Pedaitrics.1996;98:216-25. Raspall-Chaure M, Chin RF, Neville BG, Scott RC. Lancet Neurol.2006;5:769-79 De Lorenzo RJ.Epilepsia. 1992;33:S15-25.