SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
REKOMENDASI
Penatalaksanaan Status Epileptikus
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2016
REKOMENDASI
Penatalaksanaan Status Epileptikus
UNIT KERJA KOORDINASI NEUROLOGI
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2016
Penyunting
Sofyan Ismael
Hardiono D. Pusponegoro
Dwi Putro Widodo
Irawan Mangunatmadja
Setyo Handryastuti
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh
isi buku ini dengan cara dan bentuk apa pun juga tanpa seizin penulis dan
penerbit
Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Cetakan pertama 2016
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia iii
Kontributor Rekomendasi
Penatalaksanaan Status epileptikus
1. Prof. dr. Sofyan Ismael, SpA(K) Jakarta
2. Prof. dr. Taslim S. Soetomenggolo, SpA(K) Jakarta
3. Prof. DR. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K) Jakarta
4. Prof. dr. Bistok Saing, SpA(K) Medan
5. Prof. dr. Darto Saharso, SpA(K) Surabaya
6. Prof. DR.dr. Sunartini Hapsara, SpA(K) Yogyakarta
7. Prof. DR.dr. Ruslan Muhyi, SpA(K) Banjarmasin
8. Prof. DR. dr. Elisabeth Siti Herini, SpA(K) Yogyakarta
9. dr. Jimmy Passat, SpA(K) Jakarta
10. DR. dr. Dwi Putro Widodo, SpA(K) Jakarta
11. DR. dr. Irawan Mangunatmadja, SpA(K) Jakarta
12. DR.dr. Setyo Handryastuti, SpA(K) Jakarta
13. dr. Amril A. Burhany, SpA(K) Jakarta
14. dr. Alinda Rubiati, SpA(K) Jakarta
15. dr. Dedi Ria Saputra, SpA(K) Jakarta
16. dr. Ana Tjandrajani, SpA(K) Jakarta
17. dr. Atila Dewanti Poerbojo, SpA(K) Jakarta
18. dr. Lazuardi, SpS(K) Jakarta
19. dr. Yetty Ramli, SpS(K) Jakarta
20. DR.dr. Huiny Tjokrohusodo, SpA Jakarta
21. dr. Herbowo F. Soetomenggolo, SpA(K) Jakarta
22. dr. Amanda Soebadi, SpA Jakarta
23. dr. Lies Nurmalia Dewi, SpA(K) Jakarta
24. dr. Reggy M. Panggabean, SpS(K) Bandung
25. dr. Siti Aminah, SpS(K), MSi. Med Bandung
26. DR.dr. Uni Gamayani, SpS(K) Bandung
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus
iv
27. DR.dr. Nelly Amalia Risan, SpA(K) Bandung
28. dr. Purboyo Solek, SpA(K) Bandung
29. dr. Dewi Hawani Alisyahbana, SpA(K) Bandung
30. dr. Yazid Dimyati, SpA(K) Medan
31. dr. Yohanes Saing, SpA(K) Medan
32. dr. Iskandar Syarief, SpA(K) Padang
33. dr. Siti Hanafiah, SpS(K) Padang
34. dr. Syarif Darwin Ansori, SpA(K) Palembang
35. dr. Msy. Rita Dewi, SpA(K) Palembang
36. DR.dr. Tjipta Bahtera, SpA(K) Semarang
37. dr. Alifiani Hikmah Putranti, SpA(K) Semarang
38. dr. Mustarsid, SpA(K) Solo
39. dr. Fadilah, SpA(K) Solo
40. dr. Agung Triono, SpA Yogyakarta
41. DR. dr. Erny, SpA(K) Surabaya
42. dr. Prastiya Indra Gunawan, SpA Surabaya
43. dr. Masdar M, SpA(K) Malang
44. dr. Marsintauli, SpA Banjarmasin
45. dr. Piet Nara, SpA(K) Makasar
46. dr. Hadia Angriany, SpA(K) Makasar
47. dr. Nurhayati Masloman, SpA(K) Manado
48. dr. I Komang Kari, SpA(K) Bali
49. dr. IGN Suwarba, SpA(K) Bali
50. dr. Dewi Sutriani, SpA Bali
51. dr. Anna Marita Gelgel, SpS(K) Bali
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia v
Sambutan
Ketua Umum Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Salam hormat dari Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Kami mengucapkan selamat kepada Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neurologi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang telah menerbitkan rekomendasi
“Penatalaksanaan Status Epileptikus”. Dalam usaha yang dilakukan IDAI
untuk mencapai salah satu agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals; SDGs) adalah melaksanakan berbagai
program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
anak. Upaya tersebut termasuk di antaranya implementasi program seribu
hari pertama kehidupan. Apabila terjadi gangguan pada masa seribu hari
pertama kehidupan ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak yang
bersifat jangka panjang.
Gangguan yang dapat terjadi adalah kejang yang berlangsung terus-
menerus selama periode waktu tertentu. Status epileptikus merupakan salah
satu kegawatdaruratan pada anak yang sering kali kita hadapi dalam praktek
sehari-hari. Tenaga kesehatan harus segera sigap untuk melakukan tata
laksana secara tepat dan cepat. Pedoman penatalaksanaan ini diharapkan
dapat menjadi acuan bagi teman sejawat dokter spesialis anak maupun
dokter umum dalam menghadapi pasien dengan status epileptikus.
Oleh karena itu kami menghimbau kepada semua anggota IDAI agar
rekomendasi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan
ilmu dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak Indonesia agar
tumbuh sehat dan optimal. Selamat bekerja.
Aman B. Pulungan
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus
vi
Kata pengantar
Status epileptikus merupakan kasus kegawatan tersering di bidang neurologi
anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua,
apalagi jika kejang tersebut baru pertama kali dialami seorang anak. Sebagai
dokter kita wajib mengatasi kejang dengan cepat dan tepat.
Penanganan status epileptikus sampai saat ini tidak banyak mengalami
perubahan. Pada prinsipnya algoritme, pemilihan obat telah disesuaikan
dengan bukti ilmiah terbaru. Perubahan algoritma dilakukan karena terdapat
permasalahan dilapangan terkait keterbatasan obat maupun kesulitan
pemberian obat. Setiap negara atau setiap institusi pelayanan kesehatan
mempunyai rekomendasi tersendiri, hal ini disesuaikan dengan ketersediaan
dan juga harga obat.
Pedoman praktis penanganan status epileptikus ini ditujukan bagi
seluruh teman sejawat, dokter umum, dokter spesialis anak dll, sehingga
diharapkan terdapat suatu keseragaman mengenai tatalaksana status
epileptikus.
Rekomendasi ini telah disesuaikan dengan evidence based yang ada saat
ini. Tentunya perbaikan akan kami lakukan bila di masa mendatang terjadi
perubahan literatur.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
seluruh anggota UKK neurologi anak dan PERDOSSI saraf anak dalam
partisipasinya menyelesakan buku ini.
Harapan kami semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia.
Setyo Handryastuti, DR. dr. SpA(K)
Ketua UKK Neurologi PP-IDAI 2016
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia vii
Daftar Isi
Kontributor Rekomendasi Penatalaksanaan Status epileptikus .......... iii
Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI.....................................v
Kata pengantar ....................................................................................vi
Daftar isi.............................................................................................vii
Definisi.................................................................................................1
Epidemiologi ........................................................................................1
Etiologi.................................................................................................1
Faktor risiko .........................................................................................2
Patofisiologi..........................................................................................2
Tata laksana ..........................................................................................3
Komplikasi ...........................................................................................6
Mortalitas .............................................................................................7
Prognosis ..............................................................................................7
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 1
Rekomendasi
Penatalaksanaan Status Epileptikus
pada Anak
Definisi
Sampai saat ini, belum terdapat keseragaman mengenai definisi status
epileptikus (SE) karena International League Againts Epilepsy(ILAE) hanya
menyatakan bahwa SE adalah kejang yang berlangsung terus-menerus
selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya
kesadaran diantara kejang. Kekurangan definisi menurut ILAE tersebut
adalah batasan lama kejang tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, sebagian
para ahli membuat kesepakatan batasan waktunya adalah selama 30 menit
atau lebih.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatr Neurocrit care. 2013.
Lowenstein DH, Bleck T, Mac Donald R. Epilepsia .1999;40:120-2.
Epidemiologi
Insidens SE pada anak diperkirakan sekitar 10 – 58 per 100.000 anak. Status
epileptikus lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia kurang
dari 1 tahun dengan estimasi insidens 1 per 1000 bayi.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Hersdoffer DC, Logroscino G, Cascino G, Annegers JF. Neurology.1998;50:735-41.
Nishiyama I. Epilepsia.2007;48:1133-7.
Etiologi
Secara umum, etiologi SE dibagi menjadi:
1. Simtomatis: penyebab diketahui
a. Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan
elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke.
b. Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati
hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan
otak kongenital
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus
2
c. Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik,
otoimun (contohnya vaskulitis)
d. Epilepsi
2. Idiopatik/kriptogenik: penyebab tidak dapat diketahui
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Faktor risiko
Berikut adalah beberapa kelompok pasien yang berisiko mengalami status
epileptikus:
1. Epilepsi
Sekitar 10-20% penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu
kali episode status epileptikus dalam perjalanan sakitnya. Selain itu, SE
dapat merupakan manifestasi epilepsi pertama kali pada 12% pasien
baru epilepsi.
2. Pasien sakit kritis
Pasien yang mengalami ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma
kepala, infeksi SSP, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung bawaan
(terutama post-operatif), dan ensefalopati hipertensi.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Shinnar S. Pediatrics.1996;98:216-25.
Singh RK, Stephen S, Neurology.2010;74:636-42.
Patofisiologi
Status epileptikus terjadi akibat kegagalan mekanisme untuk membatasi
penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter eksitasi yang
berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif.
Neurotransmiter eksitasi utama tersebut adalah neurotran dan asetilkolin,
sedangkan neurotransmiter inhibisi adalah gamma-aminobutyric acid
(GABA).
Hanhan UA, Fialoos MR.Paed Clin North Am.2001;48:683.
Wasterlain CG, Fujikawa DG, Penix L, Sankar R. Epilepsia.1993;34:S37-53.
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 3
Tata laksana
Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus
dilakukan seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan. Pemilihan jenis
obat serta dosis anti-konvulsan pada tata laksana SE sangat bervariasi antar
institusi. Berikut ini adalah algoritma tata laksana kejang akut dan status
epileptikus berdasarkan Konsensus UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Rekomendasi
Penatalaksanaan
Status
Epileptikus
4
Fenobarbitol 20 mg/kg iv
dincerkan dalam 50 ml
NaCl 0,4% dalam 10 menit
(2 mg/kg/menit)
Fenobarbital 20 mg/kg iv
dengan kecepatan 10-20 mg/menit
dosis max 1000 mg
Fenitoin 20 mg/kg iv
(diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama
20 menit (2 mg/kg/menit)
dosis max 1000 mg)
Gambar 1. Algoritma tata laksana kejang akut dan status epileptikus
Fenobarbital 20 mg/kg iv
dengan kecepatan 10-20 mg/
menit
dosis max 1000 mg
Fenitoin 20 mg/kg iv
(diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama
20 menit (2 mg/kg/menit)
dosis max 1000 mg)
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 5
Keterangan:
Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit,
kecepatan 2 mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu
dihabiskan.
Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan
kecepatan yang sama
Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil
sesuai dosis yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah
dibuang jarumnya, dan teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis
midazolam buccal berdasarkan kelompok usia;
• 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan)
• 5 mg (usia 1 – 5 tahun)
• 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun)
• 10 mg (usia ≥ 10 tahun)
Tapering off midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam
setelahpemberianmidazolam,makapemberianmidazolamdapatditurunkan
secara bertahap dengan kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah
48 jam bebas kejang.
Medazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU,
namun disesuaikan dengan kondisi rumah sakit
Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam
keadaan tidak kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10
mg/kg IV dilanjutkan dengan pemberian rumatan bila diperlukan.
Daftar pustaka algoritma tata laksana status epileptikus
1. Goldstein JA, Chung MG. Status epilepticus and seizures. Dalam: Abend NS,
Helfaer MA, penyunting. Pediatric neurocritical care. New York: Demosmedi-
cal; 2013. h 117–138.
2. Moe PG, Seay AR. Neurological and muscular diorders. Dalam: Hay WW,
Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM, penyunting. Current pediatric: Di-
agnosis and treatment. Edisi ke-18. International Edition: McGrawHill; 2008.
h. 735.
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus
6
Komplikasi
Komplikasi primer akibat langsung dari status epileptikus
Kejang dan status epileptikus menyebabkan kerusakan pada neuron dan
memicu reaksi inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahan
reseptor glutamat dan GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron
lainnya. Perubahan pada sistem jaringan neuron, keseimbangan metabolik,
sistem saraf otonom, serta kejang berulang dapat menyebabkan komplikasi
sistemik.Proses kontraksi dan relaksasi otot yang terjadi pada SE konvulsif
dapat menyebabkan kerusakan otot, demam, rabdomiolisis, bahkan gagal
ginjal. Selain itu, keadaan hipoksia akan menyebabkan metabolisme anaerob
dan memicu asidosis. Kejang juga menyebabkan perubahan fungsi saraf
otonom dan fungsi jantung (hipertensi, hipotensi, gagal jantung, atau
aritmia). Metabolisme otak pun terpengaruh; mulanya terjadi hiperglikemia
akibat pelepasan katekolamin, namun 30-40 menit kemudian kadar glukosa
akan turun. Seiring dengan berlangsungnya kejang, kebutuhan otak akan
oksigen tetap tinggi, dan bila tidak terpenuhi akan memperberat kerusakan
otak. Edema otak pun dapat terjadi akibat proses inflamasi, peningkatan
vaskularitas, atau gangguan sawar darah-otak.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Komplikasi sekunder
Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi
napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan fenobarbital.
Efek samping propofol yang harus diwaspadai adalah propofol infusion
3. ACT Health. Buccal midazolam for prolonged convulsions: Summary for par-
ents.
4. Hartmann H, Cross JH. Post-neonatal epileptic seizures. Dalam: Kennedy C,
penyunting. Principles and practice of child neurology in infancy. Mac Keith
Press; 2012. h. 234-5.
5. Anderson M. Buccal midazolam for pediatric convulsive seizures: efficacy, safe-
ty, and patient acceptability. Patient Preference and Adherence. 2013;7:27-34.
UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 7
syndrome yang ditandai dengan rabdomiolisis, hiperkalemia, gagal ginjal,
gagal hati, gagal jantung, serta asidosis metabolik. Pada sebagian anak, asam
valproat dapat memicu ensefalopati hepatik dan hiperamonia. Selain efek
samping akibat obat antikonvulsan, efek samping terkait perawatan intensif
dan imobilisasi seperti emboli paru, trombosis vena dalam, pneumonia, serta
gangguan hemodinamik dan pernapasan harus diperhatikan.
Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013.
Mortalitas
Angka kematian terkait SE pada 30 hari perawatan dilaporkan kurang dari
10%. Kematian tersebut lebih disebabkan oleh komorbiditas atau penyakit
yang mendasarinya, bukan akibat langsung dari status epileptikus.
Raspall-Chaure M, Chin RF, Neville BG, Scott RC. Lancet Neurol.2006;5:769-79.
Prognosis
Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit
neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien
yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status
epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama. Faktor risiko SE berulang
adalah; usia muda, ensefalopati progresif, etiologi simtomatis remote,
sindrom epilepsi.
Shinnar S. Pedaitrics.1996;98:216-25.
Raspall-Chaure M, Chin RF, Neville BG, Scott RC. Lancet Neurol.2006;5:769-79
De Lorenzo RJ.Epilepsia. 1992;33:S15-25.
SEPEDA

More Related Content

Similar to SEPEDA

Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...raditio ghifiardi
 
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdfPanduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdfTiaraNeliNoviyanti
 
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdfPROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdffernandorumapea
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKSurya Amal
 
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxPanduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxbanyubiru20
 
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERTenri Ashari Wanahari
 
Panduan klinis-di-faskes-primer-140601225607-phpapp01
Panduan klinis-di-faskes-primer-140601225607-phpapp01Panduan klinis-di-faskes-primer-140601225607-phpapp01
Panduan klinis-di-faskes-primer-140601225607-phpapp01Erwin santosa
 
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasyankes primer 2014
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasyankes primer 2014Panduan praktik klinis bagi dokter di fasyankes primer 2014
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasyankes primer 2014Thesar Waldi
 
kupdf.net_buku-dosis-obat-anak-idaipdf.pdf
kupdf.net_buku-dosis-obat-anak-idaipdf.pdfkupdf.net_buku-dosis-obat-anak-idaipdf.pdf
kupdf.net_buku-dosis-obat-anak-idaipdf.pdfRBTV3
 
buku-dosis-obat-anak-idai 2016.pdf
buku-dosis-obat-anak-idai 2016.pdfbuku-dosis-obat-anak-idai 2016.pdf
buku-dosis-obat-anak-idai 2016.pdffarmasibatar2023
 
Hipertiroid konsensus.pdf
Hipertiroid konsensus.pdfHipertiroid konsensus.pdf
Hipertiroid konsensus.pdfssuser6a1ea8
 
Buku dosis obat anak
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anakdr.Ade Adra
 
Kanker dan antioksidan
Kanker dan antioksidanKanker dan antioksidan
Kanker dan antioksidanHelmon Chan
 
E-Flyer Simp WS PKB 80.pdf edukation ppkb
E-Flyer Simp WS PKB 80.pdf edukation ppkbE-Flyer Simp WS PKB 80.pdf edukation ppkb
E-Flyer Simp WS PKB 80.pdf edukation ppkbheni888514
 
http://www.kabarsenayan.com/taruna-ikrar/
http://www.kabarsenayan.com/taruna-ikrar/http://www.kabarsenayan.com/taruna-ikrar/
http://www.kabarsenayan.com/taruna-ikrar/Taruna Ikrar
 
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docxUGDPKMMARIDAN
 

Similar to SEPEDA (20)

Kanker 2010
Kanker 2010Kanker 2010
Kanker 2010
 
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
 
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdfPanduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital (1).pdf
 
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdfPROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
PROCEEDING BOOK PIKAB 15.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Balance Disorder
Balance DisorderBalance Disorder
Balance Disorder
 
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxPanduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
 
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
Panduan klinis-di-faskes-primer-140601225607-phpapp01
Panduan klinis-di-faskes-primer-140601225607-phpapp01Panduan klinis-di-faskes-primer-140601225607-phpapp01
Panduan klinis-di-faskes-primer-140601225607-phpapp01
 
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
 
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasyankes primer 2014
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasyankes primer 2014Panduan praktik klinis bagi dokter di fasyankes primer 2014
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasyankes primer 2014
 
kupdf.net_buku-dosis-obat-anak-idaipdf.pdf
kupdf.net_buku-dosis-obat-anak-idaipdf.pdfkupdf.net_buku-dosis-obat-anak-idaipdf.pdf
kupdf.net_buku-dosis-obat-anak-idaipdf.pdf
 
buku-dosis-obat-anak-idai 2016.pdf
buku-dosis-obat-anak-idai 2016.pdfbuku-dosis-obat-anak-idai 2016.pdf
buku-dosis-obat-anak-idai 2016.pdf
 
Hipertiroid konsensus.pdf
Hipertiroid konsensus.pdfHipertiroid konsensus.pdf
Hipertiroid konsensus.pdf
 
Buku dosis obat anak
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anak
 
Kanker dan antioksidan
Kanker dan antioksidanKanker dan antioksidan
Kanker dan antioksidan
 
E-Flyer Simp WS PKB 80.pdf edukation ppkb
E-Flyer Simp WS PKB 80.pdf edukation ppkbE-Flyer Simp WS PKB 80.pdf edukation ppkb
E-Flyer Simp WS PKB 80.pdf edukation ppkb
 
http://www.kabarsenayan.com/taruna-ikrar/
http://www.kabarsenayan.com/taruna-ikrar/http://www.kabarsenayan.com/taruna-ikrar/
http://www.kabarsenayan.com/taruna-ikrar/
 
Pharamceutical care-penyakit hati
Pharamceutical care-penyakit hatiPharamceutical care-penyakit hati
Pharamceutical care-penyakit hati
 
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx
 

Recently uploaded

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 

Recently uploaded (20)

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 

SEPEDA

  • 2. REKOMENDASI Penatalaksanaan Status Epileptikus UNIT KERJA KOORDINASI NEUROLOGI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2016 Penyunting Sofyan Ismael Hardiono D. Pusponegoro Dwi Putro Widodo Irawan Mangunatmadja Setyo Handryastuti
  • 3. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apa pun juga tanpa seizin penulis dan penerbit Diterbitkan oleh: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Cetakan pertama 2016
  • 4. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia iii Kontributor Rekomendasi Penatalaksanaan Status epileptikus 1. Prof. dr. Sofyan Ismael, SpA(K) Jakarta 2. Prof. dr. Taslim S. Soetomenggolo, SpA(K) Jakarta 3. Prof. DR. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K) Jakarta 4. Prof. dr. Bistok Saing, SpA(K) Medan 5. Prof. dr. Darto Saharso, SpA(K) Surabaya 6. Prof. DR.dr. Sunartini Hapsara, SpA(K) Yogyakarta 7. Prof. DR.dr. Ruslan Muhyi, SpA(K) Banjarmasin 8. Prof. DR. dr. Elisabeth Siti Herini, SpA(K) Yogyakarta 9. dr. Jimmy Passat, SpA(K) Jakarta 10. DR. dr. Dwi Putro Widodo, SpA(K) Jakarta 11. DR. dr. Irawan Mangunatmadja, SpA(K) Jakarta 12. DR.dr. Setyo Handryastuti, SpA(K) Jakarta 13. dr. Amril A. Burhany, SpA(K) Jakarta 14. dr. Alinda Rubiati, SpA(K) Jakarta 15. dr. Dedi Ria Saputra, SpA(K) Jakarta 16. dr. Ana Tjandrajani, SpA(K) Jakarta 17. dr. Atila Dewanti Poerbojo, SpA(K) Jakarta 18. dr. Lazuardi, SpS(K) Jakarta 19. dr. Yetty Ramli, SpS(K) Jakarta 20. DR.dr. Huiny Tjokrohusodo, SpA Jakarta 21. dr. Herbowo F. Soetomenggolo, SpA(K) Jakarta 22. dr. Amanda Soebadi, SpA Jakarta 23. dr. Lies Nurmalia Dewi, SpA(K) Jakarta 24. dr. Reggy M. Panggabean, SpS(K) Bandung 25. dr. Siti Aminah, SpS(K), MSi. Med Bandung 26. DR.dr. Uni Gamayani, SpS(K) Bandung
  • 5. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus iv 27. DR.dr. Nelly Amalia Risan, SpA(K) Bandung 28. dr. Purboyo Solek, SpA(K) Bandung 29. dr. Dewi Hawani Alisyahbana, SpA(K) Bandung 30. dr. Yazid Dimyati, SpA(K) Medan 31. dr. Yohanes Saing, SpA(K) Medan 32. dr. Iskandar Syarief, SpA(K) Padang 33. dr. Siti Hanafiah, SpS(K) Padang 34. dr. Syarif Darwin Ansori, SpA(K) Palembang 35. dr. Msy. Rita Dewi, SpA(K) Palembang 36. DR.dr. Tjipta Bahtera, SpA(K) Semarang 37. dr. Alifiani Hikmah Putranti, SpA(K) Semarang 38. dr. Mustarsid, SpA(K) Solo 39. dr. Fadilah, SpA(K) Solo 40. dr. Agung Triono, SpA Yogyakarta 41. DR. dr. Erny, SpA(K) Surabaya 42. dr. Prastiya Indra Gunawan, SpA Surabaya 43. dr. Masdar M, SpA(K) Malang 44. dr. Marsintauli, SpA Banjarmasin 45. dr. Piet Nara, SpA(K) Makasar 46. dr. Hadia Angriany, SpA(K) Makasar 47. dr. Nurhayati Masloman, SpA(K) Manado 48. dr. I Komang Kari, SpA(K) Bali 49. dr. IGN Suwarba, SpA(K) Bali 50. dr. Dewi Sutriani, SpA Bali 51. dr. Anna Marita Gelgel, SpS(K) Bali
  • 6. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia v Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Salam hormat dari Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Kami mengucapkan selamat kepada Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang telah menerbitkan rekomendasi “Penatalaksanaan Status Epileptikus”. Dalam usaha yang dilakukan IDAI untuk mencapai salah satu agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals; SDGs) adalah melaksanakan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak. Upaya tersebut termasuk di antaranya implementasi program seribu hari pertama kehidupan. Apabila terjadi gangguan pada masa seribu hari pertama kehidupan ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak yang bersifat jangka panjang. Gangguan yang dapat terjadi adalah kejang yang berlangsung terus- menerus selama periode waktu tertentu. Status epileptikus merupakan salah satu kegawatdaruratan pada anak yang sering kali kita hadapi dalam praktek sehari-hari. Tenaga kesehatan harus segera sigap untuk melakukan tata laksana secara tepat dan cepat. Pedoman penatalaksanaan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi teman sejawat dokter spesialis anak maupun dokter umum dalam menghadapi pasien dengan status epileptikus. Oleh karena itu kami menghimbau kepada semua anggota IDAI agar rekomendasi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan ilmu dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak Indonesia agar tumbuh sehat dan optimal. Selamat bekerja. Aman B. Pulungan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
  • 7. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus vi Kata pengantar Status epileptikus merupakan kasus kegawatan tersering di bidang neurologi anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua, apalagi jika kejang tersebut baru pertama kali dialami seorang anak. Sebagai dokter kita wajib mengatasi kejang dengan cepat dan tepat. Penanganan status epileptikus sampai saat ini tidak banyak mengalami perubahan. Pada prinsipnya algoritme, pemilihan obat telah disesuaikan dengan bukti ilmiah terbaru. Perubahan algoritma dilakukan karena terdapat permasalahan dilapangan terkait keterbatasan obat maupun kesulitan pemberian obat. Setiap negara atau setiap institusi pelayanan kesehatan mempunyai rekomendasi tersendiri, hal ini disesuaikan dengan ketersediaan dan juga harga obat. Pedoman praktis penanganan status epileptikus ini ditujukan bagi seluruh teman sejawat, dokter umum, dokter spesialis anak dll, sehingga diharapkan terdapat suatu keseragaman mengenai tatalaksana status epileptikus. Rekomendasi ini telah disesuaikan dengan evidence based yang ada saat ini. Tentunya perbaikan akan kami lakukan bila di masa mendatang terjadi perubahan literatur. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota UKK neurologi anak dan PERDOSSI saraf anak dalam partisipasinya menyelesakan buku ini. Harapan kami semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia. Setyo Handryastuti, DR. dr. SpA(K) Ketua UKK Neurologi PP-IDAI 2016
  • 8. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia vii Daftar Isi Kontributor Rekomendasi Penatalaksanaan Status epileptikus .......... iii Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI.....................................v Kata pengantar ....................................................................................vi Daftar isi.............................................................................................vii Definisi.................................................................................................1 Epidemiologi ........................................................................................1 Etiologi.................................................................................................1 Faktor risiko .........................................................................................2 Patofisiologi..........................................................................................2 Tata laksana ..........................................................................................3 Komplikasi ...........................................................................................6 Mortalitas .............................................................................................7 Prognosis ..............................................................................................7
  • 9.
  • 10. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 1 Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus pada Anak Definisi Sampai saat ini, belum terdapat keseragaman mengenai definisi status epileptikus (SE) karena International League Againts Epilepsy(ILAE) hanya menyatakan bahwa SE adalah kejang yang berlangsung terus-menerus selama periode waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang. Kekurangan definisi menurut ILAE tersebut adalah batasan lama kejang tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, sebagian para ahli membuat kesepakatan batasan waktunya adalah selama 30 menit atau lebih. Goldstein JA, Chung MG. Pediatr Neurocrit care. 2013. Lowenstein DH, Bleck T, Mac Donald R. Epilepsia .1999;40:120-2. Epidemiologi Insidens SE pada anak diperkirakan sekitar 10 – 58 per 100.000 anak. Status epileptikus lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia kurang dari 1 tahun dengan estimasi insidens 1 per 1000 bayi. Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Hersdoffer DC, Logroscino G, Cascino G, Annegers JF. Neurology.1998;50:735-41. Nishiyama I. Epilepsia.2007;48:1133-7. Etiologi Secara umum, etiologi SE dibagi menjadi: 1. Simtomatis: penyebab diketahui a. Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke. b. Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan otak kongenital
  • 11. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus 2 c. Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik, otoimun (contohnya vaskulitis) d. Epilepsi 2. Idiopatik/kriptogenik: penyebab tidak dapat diketahui Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Faktor risiko Berikut adalah beberapa kelompok pasien yang berisiko mengalami status epileptikus: 1. Epilepsi Sekitar 10-20% penderita epilepsi setidaknya akan mengalami satu kali episode status epileptikus dalam perjalanan sakitnya. Selain itu, SE dapat merupakan manifestasi epilepsi pertama kali pada 12% pasien baru epilepsi. 2. Pasien sakit kritis Pasien yang mengalami ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), trauma kepala, infeksi SSP, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung bawaan (terutama post-operatif), dan ensefalopati hipertensi. Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Shinnar S. Pediatrics.1996;98:216-25. Singh RK, Stephen S, Neurology.2010;74:636-42. Patofisiologi Status epileptikus terjadi akibat kegagalan mekanisme untuk membatasi penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter eksitasi yang berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif. Neurotransmiter eksitasi utama tersebut adalah neurotran dan asetilkolin, sedangkan neurotransmiter inhibisi adalah gamma-aminobutyric acid (GABA). Hanhan UA, Fialoos MR.Paed Clin North Am.2001;48:683. Wasterlain CG, Fujikawa DG, Penix L, Sankar R. Epilepsia.1993;34:S37-53.
  • 12. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 3 Tata laksana Evaluasi tanda vital serta penilaian airway, breathing, circulation (ABC) harus dilakukan seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan. Pemilihan jenis obat serta dosis anti-konvulsan pada tata laksana SE sangat bervariasi antar institusi. Berikut ini adalah algoritma tata laksana kejang akut dan status epileptikus berdasarkan Konsensus UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
  • 13. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus 4 Fenobarbitol 20 mg/kg iv dincerkan dalam 50 ml NaCl 0,4% dalam 10 menit (2 mg/kg/menit) Fenobarbital 20 mg/kg iv dengan kecepatan 10-20 mg/menit dosis max 1000 mg Fenitoin 20 mg/kg iv (diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama 20 menit (2 mg/kg/menit) dosis max 1000 mg) Gambar 1. Algoritma tata laksana kejang akut dan status epileptikus Fenobarbital 20 mg/kg iv dengan kecepatan 10-20 mg/ menit dosis max 1000 mg Fenitoin 20 mg/kg iv (diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama 20 menit (2 mg/kg/menit) dosis max 1000 mg)
  • 14. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 5 Keterangan: Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit, kecepatan 2 mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu dihabiskan. Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan kecepatan yang sama Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil sesuai dosis yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah dibuang jarumnya, dan teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis midazolam buccal berdasarkan kelompok usia; • 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan) • 5 mg (usia 1 – 5 tahun) • 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun) • 10 mg (usia ≥ 10 tahun) Tapering off midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam setelahpemberianmidazolam,makapemberianmidazolamdapatditurunkan secara bertahap dengan kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah 48 jam bebas kejang. Medazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU, namun disesuaikan dengan kondisi rumah sakit Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam keadaan tidak kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV dilanjutkan dengan pemberian rumatan bila diperlukan. Daftar pustaka algoritma tata laksana status epileptikus 1. Goldstein JA, Chung MG. Status epilepticus and seizures. Dalam: Abend NS, Helfaer MA, penyunting. Pediatric neurocritical care. New York: Demosmedi- cal; 2013. h 117–138. 2. Moe PG, Seay AR. Neurological and muscular diorders. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM, penyunting. Current pediatric: Di- agnosis and treatment. Edisi ke-18. International Edition: McGrawHill; 2008. h. 735.
  • 15. Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus 6 Komplikasi Komplikasi primer akibat langsung dari status epileptikus Kejang dan status epileptikus menyebabkan kerusakan pada neuron dan memicu reaksi inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahan reseptor glutamat dan GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron lainnya. Perubahan pada sistem jaringan neuron, keseimbangan metabolik, sistem saraf otonom, serta kejang berulang dapat menyebabkan komplikasi sistemik.Proses kontraksi dan relaksasi otot yang terjadi pada SE konvulsif dapat menyebabkan kerusakan otot, demam, rabdomiolisis, bahkan gagal ginjal. Selain itu, keadaan hipoksia akan menyebabkan metabolisme anaerob dan memicu asidosis. Kejang juga menyebabkan perubahan fungsi saraf otonom dan fungsi jantung (hipertensi, hipotensi, gagal jantung, atau aritmia). Metabolisme otak pun terpengaruh; mulanya terjadi hiperglikemia akibat pelepasan katekolamin, namun 30-40 menit kemudian kadar glukosa akan turun. Seiring dengan berlangsungnya kejang, kebutuhan otak akan oksigen tetap tinggi, dan bila tidak terpenuhi akan memperberat kerusakan otak. Edema otak pun dapat terjadi akibat proses inflamasi, peningkatan vaskularitas, atau gangguan sawar darah-otak. Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Komplikasi sekunder Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi napas serta hipotensi, terutama golongan benzodiazepin dan fenobarbital. Efek samping propofol yang harus diwaspadai adalah propofol infusion 3. ACT Health. Buccal midazolam for prolonged convulsions: Summary for par- ents. 4. Hartmann H, Cross JH. Post-neonatal epileptic seizures. Dalam: Kennedy C, penyunting. Principles and practice of child neurology in infancy. Mac Keith Press; 2012. h. 234-5. 5. Anderson M. Buccal midazolam for pediatric convulsive seizures: efficacy, safe- ty, and patient acceptability. Patient Preference and Adherence. 2013;7:27-34.
  • 16. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 7 syndrome yang ditandai dengan rabdomiolisis, hiperkalemia, gagal ginjal, gagal hati, gagal jantung, serta asidosis metabolik. Pada sebagian anak, asam valproat dapat memicu ensefalopati hepatik dan hiperamonia. Selain efek samping akibat obat antikonvulsan, efek samping terkait perawatan intensif dan imobilisasi seperti emboli paru, trombosis vena dalam, pneumonia, serta gangguan hemodinamik dan pernapasan harus diperhatikan. Goldstein JA, Chung MG. Pediatric neurocritical care. 2013. Mortalitas Angka kematian terkait SE pada 30 hari perawatan dilaporkan kurang dari 10%. Kematian tersebut lebih disebabkan oleh komorbiditas atau penyakit yang mendasarinya, bukan akibat langsung dari status epileptikus. Raspall-Chaure M, Chin RF, Neville BG, Scott RC. Lancet Neurol.2006;5:769-79. Prognosis Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis; 37% menderita defisit neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama. Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda, ensefalopati progresif, etiologi simtomatis remote, sindrom epilepsi. Shinnar S. Pedaitrics.1996;98:216-25. Raspall-Chaure M, Chin RF, Neville BG, Scott RC. Lancet Neurol.2006;5:769-79 De Lorenzo RJ.Epilepsia. 1992;33:S15-25.