2. َل ِارَهَّنال َو ِلْيَّالل ِف ََلِتْاخ َو ِض ْرَ ْاْل َو ِتا َاوَمَّسال ِقَْلخ يِف َّنِإِِاََْلَ ْاْل يِلوو ِْل اتََي
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
(190)
َّكَفَتََي َو ْمِهِبوونوج ىَلَع َو ًادووعوق َو اًماَيِق َ َّاَّلل َونوروكْذََي ََِينذَّالَّب َر ِض ْرَ ْاْل َو ِتا َاوَمَّسال ِقَْلخ يِف َونورَخ اَم َاناَذَه َتْقَل
ِارَّنال َِاَذَع َانِقَف ََكناَحَْوس ًَلِاطَب
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka.” (191)
3. Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang
berdasarkan data dan fakta yang valid (sah) serta
argumen yang akurat. Warga negara yang demokrat
hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap
kenyataan empiris (realitas sosial,budaya, dan politik)
maupun terhadap kenyataan supraempiris (agama,
mitologi, dan kepercayaan). Sikap kritis juga harus
ditujukan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri
sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap
pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini
harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab
terhadap apa yang drkritisi.
4. Berpikir adalah hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dan proses-proses berpikirnya selalu
nampak sama, misterius dan menakjubkan. Penelitian mengenai hakikat berpikir baru
menjadi bidang ilmu eksperimental yang relatif belum lama.
Plato berpendapat bahwa pikiran adalah ‘organ yang hanya berkaitan dengan ide-ide
murni, artinya tidak ada hubungannya dengan penginderaan, karena penginderaan
adalah fungsi badan rendah’. Aristoles berpendapat bahwa pikiran yang melakukan
tindakan berpikir itu merupakan potensi atau salah satu fungsi akal, disamping fungsi
penginderaan, perasaan dan kehendak.
Akal adalah ‘potensi yang memiliki pelbagai kesanggupan’,seperti kemampuan
berpikir, kemampuan menyadari, kemampuan menghayati, mengerti dan memahami.
Jadi, pemikiran, kesadaran, penghayatan, pengertian atau pemahaman, semuanya
merupakan istilah yang berarti bahwa kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari
kesanggupan seseorang yang disebut dengan intelegensi (sifat kecerdasan). Intelengensi
sendiri mempunyai kemampuan menghasilkan pemikiran-pemikiran atau penemuan
dan menciptakan pikiran dengan cepat dan tepat (teori),juga mempunyai kesanggupan
memecahkan problema (praktek). Intelegensi sebagai potensi atau kesanggupan dan
kemampuan jiwa manusia yang dibawa sejak lahir yang kemudian mengalami proses
pengembangan dan peningkatan itu, berpusat di otak. Tetapi kualitas dan mutunya,
selain dipengaruhi oleh beberapa faktor luar, perkembangannya juga tergantung pada
cara berpikir yang metodis.
5. Dengan berpikir kritis maka seseorang:
a. Terhindar dari berbagai upaya penipuan, manipulasi, pembodohan, dan
penyesatan.
b. Selalu fokus pada suatu hal yang sebenarnya.
c. Hidup dalam dunia nyata daripada dunia fantasi.
d. Terhindar dari berbagai kesalahan, seperti membuang waktu, uang, dan
melibatkan emosi dalam kepercayaan atau ajaran atau dogma atau ideologi
yang salah dan menyesatkan.
e. Selalu terlibat dalam perziarahan kemanusiaan yang menarik dan menantang
dalam upaya memahami diri sendiri dan dunia di mana kita berada.
f. Selalu mampu memberikan sumbangsih kemanusiaan yang nyata dan
bermanfaat demi menemukan dan mengedepankan kebenaran yang didasarkan
pada ilmu pengetahuan dan akal sehat.
g. Mampu menyaring semua informasi yang diperoleh dari semua sumber.
h. Mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam hal menjelaskan
dan berargumentasi mengenai banyak topik/fenomena serta mampu
meyakinkan orang lain yang didasarkan pada akal sehat, kejujuran, dan
kebijaksanaan.