tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
cra mebuat kprox
1. bernardtherider225cc
Tulisan tentang apa yang telah dialami dan dijalani.
Cari
Menu utama
Langsung ke konten utama
Langsung ke konten sekunder
Beranda
About
A R S I P T A G : D I Y ( D O I T Y O U R S E L F) M E M BU AT S E N D I RI R E G U L AT O R T E G AN G A N D C U N T U K S E PE D A
M O T O R
DIY (Do It Yourself) Membuat sendiri Regulator
Tegangan DC Untuk Sepeda Motor
Ditulis padaOktober 15, 2014
2. Dengan peraturan lalu-lintas yang mengharuskan lampu utama (lampu-lampu jalan) sepeda motor
menyala baik siang maupun malam, banyak ditemui keluhan teknis yang berujung pada keluhan
ekonomis dalam pemakaian sepeda motor. Keluhan ini adalah tidak efisien-nya pemakaian bohlam
yang cepat putus karena penyalaan yang terus menerus selama motor berjalan. Mungkin pada sepeda
motor-sepeda motor (selanjutnya disebut motor saja) yang sudah menerapkan “lights on” (lampu-
lampu jalan menyala sendiri setelah mesin menyala) sudah mendisain kelistrikan penyalaan lampu-
lampu jalan dengan baik sehingga menyalanya bohlam boleh dibilang stabil walaupun tetap saja
ditemui keluhan cepat putusnya bohlam jika dibanding dengan saat peraturan lalu-lintas belum
seperti sekarang ini yang hanya mewajibkan lampu-lampu jalan dinyalakan pada malam hari saja.
Penyalaan lampu-lampu jalan di sepeda motor kecuali penyalaan lampu-lampu sein dan lampu rem
pada umumnya adalah menggunakan sumber tegangan yang langsung dari spul (walaupun ada
beberapa jenis motor yang penyalaan semua lampunya sudah didisain bersumber pada battery atau
arus DC yang juga biasa disebut sebagai DC fullwave). Tanpa diratakan terlebih dahulu spul ini
mengeluarkan tegangan AC (arus bolak balik) dari 12 Volt saat mesin langsam/stasioner hingga lebih
dari 16 Volt bahkan mencapai 17 Volt tanpa beban lampu. Setelah dibebani lampu maka nyala lampu
akan meredup saat mesin stasioner dan akan terang saat putaran mesin semakin cepat atau saat motor
melaju kencang. Skema kelistrikan yang banyak ditemui untuk penyalaan lampu-lampu jalan di
sepeda motor bisa dilihat pada skema yang sudah disederhanakan dalam gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1: Penyederhanaan Skema Kelistrikan Penyalaan Lampu-Lampu Jalan di Sepeda Motor
Pada Umumnya
3. Dengan melihat skema kelistrikan di atas, saat mesin mati kunci kontak di”on” maka yang bisa
menyala adalah lampu sein, lampu rem dan klakson saja sementara lampu-lampu jalan baru bisa
menyala setelah mesin dihidupkan. Setelah mesin hidup saklar S1 di”on” maka lampu-lampu jalan
baru bisa menyala. Di sinilah terjadi aliran arus listrik dari spul ke bohlam yang selalu berubah-ubah
seirama dengan putaran mesin, dimana arus listrik akan mengecil saat putaran mesin rendah dan akan
membesar saat putaran mesin tinggi. Hal pertama yang sering ditemui adalah rusaknya/melelehnya
socket (fitting) dari bohlam yang kemudian disusul dengan putusnya bohlam karena tegangan dan
juga arus yang tidak stabil tadi ditambah faktor usia pemakaian motor dimana debu/kotoran dapat
membantu kerusakan pada fitting hingga membuat bohlam putus.
Masih menerapkan atau menggunakan skema yang umum dipakai seperti pada gambar 1 dan
disesuaikan dengan peraturan lalu-lintas yang berlaku saat ini dan untuk menghindari faktor lupa
pengendara motor menyalakan lampu maka pihak pabrikan motor menghilangkan/meniadakan saklar
lampu S1. Jadi setelah mesin hidup lampu-lampu jalan langsung menyala tanpa perlu lagi
pengendara menyalakan lampu dengan saklar. Inilah yang biasa disebut dengan “lights on”, dimana
begitu mesin menyala lampu-lampu jalan ikut menyala tanpa perlu lagi kita menyalakannya.
Penyederhanaan skema kelistrikannya bisa kita lihat pada gambar 2.
Gambar 2: Skema Kelistrikan Penyalaan Lampu-Lampu Jalan di Sepeda Motor Tanpa Saklar
Dengan melihat skema kelistrikan dalam gambar 2 di atas bisa disimpulkan bahwa tidak stabilnya
arus listrik masih saja terjadi yang diikuti dengan keluhan-keluhan yang masih umum terjadi setelah
pemakaian motor dalam waktu tertentu karena getaran-getaran mesin dan guncangan jalan ditambah
dengan kotornya fitting socket lampu dan berubah-ubahnya arus listrik.
Demi untuk mendapatkan sumber listrik yang stabil dalam penyalaan lampu-lampu jalan (lampu
utama) ada juga pemilik motor yang merubah kelistrikan penyalaan lampu ini dengan memutus
sambungan kabel yang sebelumnya tersambung dengan spul lampu lalu menyambungkannya dengan
saklar kunci kontak. Hal ini bisa atau sah-sah saja diterapkan selama aki masih benar-benar sehat.
Namun seiring dengan berjalannya waktu pemakaian motor dimana kinerja aki sudah mulai merosot
karena seringnya menstarter mesin dengan elektrik starter ditambah kurang maksimalnya kerja
kiproks yang dalam skema kelistrikan umum di atas adalah menggunakan kiproks setengah
gelombang yang sudah tentu berbeda dengan kiproks yang dipakai di rangkaian gelombang penuh
(fullwave), maka perubahan/penyambungan kabel kelistrikan lampu-lampu jalan yang dihubungkan
ke kabel setelah kunci kontak (menjadikannya DC) dapat menyebabkan aki menjadi tekor, lampu
4. kurang terang, klakson kurang nyaring dan akhirnya tidak dapat menstart motor dengan elektrik
starter.
Dari berbagai keluhan-keluhan di atas tadi hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana cara untuk
menyediakan sumber listrik yang stabil untuk penyalaan lampu-lampu jalan yang sekaligus
menjadikan bohlam awet/tahan lama dan aki tidak tekor ataupun overcharge. Untuk mendapatkan
sumber listrik DC yang stabil yang akan digunakan sebagai sumber tegangan penyalaan lampu-
lampu jalan, artikel ini mencoba menyajikan cara sederhana dengan membuat sendiri penstabil
tegangan DC untuk penyalaan lampu-lampu jalan yang sekaligus berfungsi sebagai alat pengisian
(charger) aki di motor. Sebuah rangkaian elektronik sederhana penstabil tegangan yang hanya
menggunakan empat jenis komponen elektronik dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3: Empat Komponen Utama Regulator Tegangan DC
Empat komponen utama sebagai bahan untuk membuat sebuah rangkaian elektronik penstabil
tegangan DC kelistrikan di sepeda motor ini terdiri dari dua buah Transistor type 2N3055 yang
umumnya disebut juga sebagai transistor jenis jengkol lengkap dengan penyekat tahan panas/isolator
(dalam kantong plastik), satu buah IC penstabil tegangan type LM7815, empat buah Dioda 6
Ampere, dua buah Kondensator elektrolit 470µF/50Volt (baca: 470 mikro Farad/50Volt), kabel
warna merah, hitam, kuning dan biru ukuran 0,5mm masing-masing sepanjang 50cm, kaberl kecil
warna kuning dan biru masing-masing 25cm dan yang terakhir adalah socket dan isinya yang
nantinya disesuaikan dengan kebutuhan socket dari kabel body yang sebelumnya dihubungkan ke
kiproks bawaan/ori bawaan motor.
Dari keempat jenis komponen di atas, ada tiga jenis komponen yang setelah dirangkai dan sudah
bekerja akan menghasilkan panas. Komponen pertama yang menghasilkan panas adalah dua buah
transistor dan komponen kedua yang menghasilkan panas namun tidak sepanas transistor adalah
empat buah dioda dan yang terakhir adalah IC. Untuk itu kita perlu menyiapkan tiga pendingin yang
terbuat dari aluminium yang dapat kita pakai sebagai peredam panas yang dihasilkan ketiga jenis
komponen tersebut tadi (gambar 4) dan berfungsi juga sebagai wadah/casing dari seluruh rangkaian
nantinya setelah kita potong pendingin dari dua buah transistornya (lihat gambar 5).
5. Gambar 4: Tiga pendingin dari bahan aluminium
Gambar 5: Pendingin Transistor yang sudah dipotong (atas) dan dibentuk menjadi casing
Pada awal-awal pembuatan dan saat ujicoba setelah semua komponen terangkai menjadi sebuah
alat penstabil tegangan DC, bukan berarti langsung berhasil dengan hasil yang bagus. Akan tetapi
pernah mengalami kegagalan. Kegagalan pertama adalah rusaknya dioda sesaat setelah diuji coba
dengan menaikkan RPM mesin. Dioda bukannya putus tetapi menjadi short atau seakan menjadi
kawat penghantar saja, dan ini akan menjadikan dua transistor menjadi panas berlebihan yang jika
dilanjutkan akan merusakkan transistor tersebut. Kegagalan kedua adalah panas yang tidak seimbang
antara dua transistor yang dirangkai walaupun rangkaian menunjukkan kinerja yang bagus.
Untuk mengantisipasi terjadinya dua kegagalan di atas, perlu ketelitian saat membeli komponen-
komponen yang diperlukan untuk pembuatan rangkaian penstabil tegangan DC ini. Usahakan
melakukan pengukuran dengan menggunakan multimeter analog pada semua dioda (empat buah),
pilihlah yang beresistansi lebih dari 50Ω (Ohm). Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 6, 7 dan 8
di bawah ini.
6. Gambar 6: Dioda dengan type yang sama namun belum tentu sama nilai resistansinya
Gambar 7: Nilai resistansi dioda yang hanya 20 Ohm saja
Gambar 8: Nilai resistansi dioda di atas 50 Ohm
7. Dengan melihat gambar 6, 7 dan 8 di atas setidaknya kita bisa memilih dioda yang beresistansi di
atas 50Ω sajalah yang akan kita gunakan. Yang beresistansi kurang dari 50Ω atau 20Ω sangat tidak
direkomendasikan.
Untuk antisipasi panas yang tidak seimbang antara dua transistor yang akan dirangkai kita bisa
memilih transistor type 2N3055 dengan seri yang sama (lihat gambar 9).
Gambar 9: Transistor type 2N3055 dengan seri yang sama (dalam garis putus-putus kuning)
Skema rangkaian sederhana penstabil tegangan DC yang akan kita rangkai adalah seperti pada
gambar 10 di bawah ini.
Gambar 10: Skema Rangkaian Elektronik Sederhana Penstabil Tegangan DC.
Sebelum kita merangkai semua komponen menjadi sebuah alat elektronik penstabil tegangan DC,
mungkin perlu untuk kita mengenal dan menentukan dimana letak kaki-kaki (pin) transistor yang
terdiri dari tiga kaki yang masing-masing kakinya mempunyai nama Base (Basis), Collector
(Kolektor), dan Emitter (Emitor). Demikian juga untuk mengetahui kaki-kaki IC type LM7815 yang
mempunyai tiga kaki yang masing-masing kakinya mempunyai fungsi yang berbeda dimana kaki
nomor 1 (input), kaki nomor 2 (ground), dan kaki nomor 3 (output). Serta kaki-kaki dioda. Untuk
dapat menentukannya bisa dilihat pada gambar 11, 12 dan 13 di bawah ini.
8. Gambar 11: Pengenalan kaki-kaki transistor type 2N3055
Gambar 12: Pengenalan IC LM7815 dimana permukaan penyerap panas terhubung dengan kaki
nomor 2
Gambar 13: Pengenalan bentuk fisik dioda 6 Ampere dan simbolnya dalam skema
9. Satu komponen lagi yang penyambungan kedua kakinya (polaritas) tidak boleh terbalik adalah
kondensator elektrolit (yang dalam rangkaian ini menggunakan dua buah kondensator
470µF/50Volt). Cara mengetahui mana polaritas positif adalah dengan melihat langsung kakinya
(saat baru dibeli), dimana kaki yang panjanglah yang positif dan kaki yang lebih pendek adalah
polaritas negatif yang biasanya bisa dilihat juga pada label pembungkus plastiknya bertanda (-).
Setelah kita cukup mengenal fungsi dari masing-masing kaki komponen kini kita sudah siap untuk
mulai merangkainya. Kita siapkan lempengan aluminium yang berfungsi sebagai alas casing dari
semua rangkaian dengan membuatkan lubang dan celah (agar kabel-kabel dari sisi casing kiri bisa
masuk ke casing sisi kanan) sesuai keperluan penempatan komponen dan juga sebagai pengikat
pendingin transistor jengkol. Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 14 dan berikut ini.
Gambar 14: Memasang Seluruh Komponen di Casing Aluminium
Penjelasan gambar 14 adalah sebagai berikut; gambar 14 (1) menyiapkan lempengan aluminium
sebagai alas penempatan komponen yang akan diletakkan di sini. Gambar 14 (2) komponen yang
terdiri dari empat dioda yang diparalel menjadi dua bagian paralel dan dibaut agar dioda dapat
melepaskan panasnya saat bekerja ke lempengan aluminium demikian juga maksud penempatan IC
yang dibautkan langsung ke lempengan aluminium dengan memberikan skun untuk penyolderan
kabel masukan dan keluaran (input dan output) polaritas negatip dari seluruh rangkaian.
Menempatkan dua buah kondensator elektrolit 470µF/50Volt yang bisa langsung saja menggunakan
perekat (lem castol). Gambar 14 (3) memasang transistor 2N3055 yang dibautkan langsung pada
lempengan pendingin dengan sebelumnya memasang penyekat agar body transistor yang merupakan
kaki kolektor transistor tidak berhubungan langsung dengan lempengan aluminium karena body
transistor yang merupakan kaki yang bernama kolektor ini akan dialiri oleh listrik DC setelah
perataan dari dioda (lihat skema dalam gambar 10). Gambar 14 (4) setelah semua komponen (dengan
perencanaan yang baik) terposisikan di tempat yang aman yang nantinya tidak menyebabkan kaki-
kaki komponen bersinggungan satu sama lainnya kecuali yang memang akan disambungkan, maka
bentuk fisik yang akan tampak adalah seperti tertampil dalam gambar 14 (4) di atas.
Dengan melihat kembali skema lengkap dalam gambar 10 kita bisa memulai
menyambungkan/menghubungkan kaki-kaki komponen seperti tertampil dalam gambar 15 di bawah
ini.
10. Gambar 15: Memulai penyambungan kaki-kaki komponen dengan solder
Dengan melihat kaki-kaki komponen yang sudah tersambung (dengan menggunakan solder) satu
dengan lainnya dalam gambar 15 di atas, kita bisa memulainya dengan penyambungan dua kaki
(katoda) dioda yang telah diparalel dengan menggunakan kabel berwarna merah yang
penyambungannya dilanjutkan dengan menghubungkannya dengan kaki kolektor pada transistor
sebelah kiri, kabel biru kecil menyambungkan kaki (katoda) dioda sebelah kanan dengan kaki nomor
1 (input) IC LM7815, sedang kabel biru kecil lainnya menyambungkan dua kaki (katoda) dioda yang
telah diparalel di sebelah kiri ke kutub positif dua kondensator elektrolit 470µF/50Volt yang telah
diparalelkan juga. Sementara dua kutub negatif kondensator disambungkan langsung pada
lempengan alas aluminium dengan menggunakan solder melalui skun yang telah dibautkan. Kabel
kuning besar disambungkan di dua kaki (anoda) dioda yang telah diparalel di sebelah kiri untuk
nantinya menjadi input yang tersambung dengan spul lampu atau spul charging dari mesin motor.
Kabel hitam besar disambungkan langsung ke alas aluminium dengan penyolderan pada skun yang
telah dibautkan bersama body IC LM7815, kabel hitam besar ini nantinya menjadi kutub negatif
input/output dari rangkaian. Kabel biru besar disambungkan ke dua kaki (anoda) dioda yang telah
diparalel di sebelah kanan untuk nantinya menjadi input yang tersambung dengan spul charging atau
spul lampu dari mesin motor. Kini lihat transistor 2N3055 yang sudah terpasang pada pendingin di
sebelah kiri yang kaki kolektor-nya sudah terhubung dengan kabel merah besar.
Sambungkan/solderkan kabel biru besar di kaki emitor transistor dan kabel kuning kecil di kaki basis
transistor. Setelah semuanya selesai seperti tertampil dalam gambar 15, semua sambungan dengan
menggunakan solder ini diusahakan untuk disemprot dengan bahan isolasi (lack). Jika kesulitan
mendapatkan lack yang disemprotkan sebagai bahan pengisolasi agar sambungan aman terhadap
percikan air, kita bisa menyemprotnya menggunakan cat pylox warna clear secukupnya.
Setelah dilakukan penyemprotan bahan isolasi pada sambungan-sambungan penyolderan agar tidak
mudah berkarat dan agar aman dari percikan air serta bahan isolasi yang disemprotkan sudah kering,
kita lanjutkan dengan menutupkan casing yang merupakan pendingin dari transistor di sebelah kiri
ini. Lebih jelasnya lihat gambar 16 dan 17 berikut ini.
11. Gambar 16: Penyambungan kabel-kabel di sisi kiri sudah selesai dan sudah disemprot dengan bahan
isolasi
Gambar 17: Sisi kiri yang sudah bisa ditutup setelah penyambungan selesai
Setelah casing sebelah kiri tertutup dengan baik, kini kita bisa melanjutkan penyambungan kaki-
kaki komponen di sisi sebelah kanan. Pertama kita sambungkan dulu kabel berwarna kuning kecil
yang dari kaki basis transistor sebelah kiri ke kaki output (kaki no.3) IC LM7815 yang selanjutnya
disambungkan ke kaki basis transistor sebelah kanan. Dilanjut dengan menyambungkan kabel merah
besar dari kaki kolektor transistor sebelah kiri ke kaki kolektor transistor sebelah kanan, sedangkan
kabel biru besar dari kaki emitor transistor sebelah kiri disambungkan ke kaki emitor transistor
sebelah kanan untuk kemudian disambung dengan kabel berwarna merah yang nantinya merupakan
titik output positif dari rangkaian regulator ini. Lebih jelasnya bisa dilihat gambar 18.
12. Gambar 18: Penyambungan kaki-kaki komponen di sisi sebelah kiri
Setelah penyambungan selesai, sama seperti yang telah dilakukan pada tutup casing sebelah kiri,
dengan menyemprotkan bahan isolasi pada setiap sambungan kabel solderannya. Tunggu hingga
kering kemudian casing sebelah kanan sudah siap untuk ditutup setelah sebelumnya mengeluarkan
(melewati lubang di sisi kanan tutup casing) empat kabel berwarna merah, kuning, hitam dan biru
dan membungkusnya dengan kabel kerut (shrinking tube) kemudian diikat dengan cable ties. Lebih
jelasnya lihat gambar 19.
Gambar 19: Penyambungan antara kaki komponen sebelah kanan sudah selesai dan siap ditutup
Tampilan bentuk fisik seluruh rangkaian regulator DC sebagai pengganti kiproks seperti tertampil
dalam gambar 20 di bawah ini.
13. Gambar 20: Bentuk fisik seluruh rangkaian dalam wadah/casing aluminium sekaligus penyerap panas
Kini kita siapkan socket berikut isinya yang biasanya untuk motor-motor yang masih menerapkan
kelistrikan DC setengah gelombang atau boleh dibilang yang menerapkan penyalaan lampu-lampu
jalannya masih menggunakan arus AC dari spul, kita hanya butuh socket berisi empat pin (seperti
terlihat dalam gambar 21) lalu sambungkan kabel-kabel dari rangkaian dengan pin menggunakan
solder.
Gambar 21: Penyambungan kabel-kabel rangkaian regulator tegangan DC dengan pin socket.
Perlu penyesuaian dengan socket kiproks (dari kabel body) bawaan motor untuk penempatan pin
di dalam socket ini agar terhindar dari salah sambungnya kelistrikan. Penempatan pin di dalam
socket yang merupakan dua titik input dari tegangan AC dan dua titik output tegangan DC
mereferensi motor-motor Yamaha yang masih menerapkan kelistrikan DC setengah gelombang atau
penyalaan lampu-lampu jalan masih menggunakan arus AC dari spul. Dan isi dari socket yang
terhubung ke kabel body seperti terlihat dalam gambar 22 di bawah ini.
14. Gambar 22: Isi dari socket kiproks yang terhubung ke kabel body yang nantinya diadu dengan socket
Regulator Tegangan DC yang sudah jadi
Dengan melihat gambar 22 tentang konfigurasi pin socket yang terhubung dengan kelistrikan
motor (kabel body) maka kita dapat menempatkan pin yang sudah tersolder dengan kabel-kabel input
dan output regulator tegangan DC ke dalam socket dengan konfigurasi/susunan seperti terlihat dalam
gambar 23.
Gambar 23: Konfigurasi/susunan pin socket regulator tegangan DC yang telah disesuaikan dengan
socket yang terhubung ke kabel body motor
Sedang bentuk fisik setelah perakitan selesai dan perbandingannya jika kita memakai lempengan
aluminium yang agak panjang bisa dilihat dalam gambar 24 dan 25.
Gambar 24: Bentuk fisik Regulator Tegangan DC setelah semua perakitan selesai
15. Gambar 25: Perbandingan bentuk fisik jika memakai lempengan aluminium yang lebih panjang
dengan penempatan enam komponen di luar casing
Karena tujuan penggantian kiproks bawaan motor dengan regulator tegangan DC ini adalah
untuk mendapatkan tegangan yang stabil yang sudah tentu (sesuai dengan nama rangkaiannya)
merubah terlebih dahulu sumber listrik di motor menjadi semuanya DC maka sangatlah perlu (kalau
tidak bisa dinamakan harus) merubah sambungan kabel penyalaan lampu-lampu jalan yang asalnya
tersambung dengan spul (melalui kabel body yang masih saja tersambung dengan spul walaupun
kiproks bawaan motornya sudah diganti dengan regulator tegangan DC) ke sambungan atau ke kabel
yang tersambung ke kunci kontak. Artinya kita akan memotong kabel dari kabel body yang menuju
saklar lampu-lampu jalan. Setelah terpotong kabel dari kabel body dinonaktifkan/diamankan dengan
isolasi, sementara kabel yang menuju ke saklar lampu disambungkan ke kabel dari kunci kontak
dimana kabel ini akan bertegangan DC setelah kunci kontak di”on”. Skema perubahan bisa dilihat
dalam gambar 26, sedangkan perubahan secara nyata bisa dilihat dalam gambar 27 dengan
mereferensi perubahan kabel saklar lampu-lampu jalan dari dua motor Yamaha Scorpio.
Gambar 26: Skema perubahan yang harus dilakukan sebelum mengganti kiproks dengan rangkaian
regulator tegangan DC
16. Gambar 27: Perubahan sambungan kabel saklar lampu ke kabel kunci kontak secara fisik
Bandingkan perubahan yang terjadi dalam gambar 26 yang merupakan skema perubahan
sambungan kabel penyalaan lampu-lampu jalan dengan gambar 1 yang merupakan skema asalnya.
Setelah perubahan selesai kita dapat langsung mencopot kiproks bawaan motor dan menggantinya
dengan rangkaian regulator tegangan DC yang sudah dipasangi socket yang sesuai dengan socket
kiproks bawaan motor dimana setelah pemasangan rangkaian regulator tegangan DC ini langsung
juga terjadi perubahan pada skema kelistrikan dari asalnya (dalam gambar 1) menjadi skema listrik
seperti terlihat dalam gambar 28 di bawah ini.
Gambar 28: Skema kelistrikan setelah penggantian kiproks dengan regulator tegangan DC
Rangkaian regulator tegangan DC sebagai pengganti kiproks perataan setengah gelombang ini
diujicobakan dan dipasang di motor ber-cc besar Yamaha Scorpio yang masih menerapkan perataan
setengah gelombang atau motor dengan penyalaan lampunya masih menggunakan arus AC dari spul
seperti di motor-motor bebek pada umumnya. Ujicoba berhasil dengan baik walaupun pada awal-
awal pembuatan ada beberapa hal yang perlu diteliti dan dibenahi seperti yang telah dijelaskan di
bagian atas tulisan ini. Perlu diketahui bahwa motor Yamaha Scorpio yang diujicoba dengan
menggunakan rangkaian regulator tegangan DC ini pernah dirubah rangkaian spul-nya menjadi spul
fullwave yang saat ini sudah dirubah lagi rangkaian spul-nya menjadi standart kembali seperti
aslinya. Motor ini juga mengaplikasikan atau sudah dipasangi lampu sorot Hella FF75 dan dua
klakson besar disamping juga ada dua klakson asli bawaan motor-nya dengan menggunakan selector
switch untuk memilih mana klakson yang ingin dihidupkan. Lampu depan masih asli bawaan motor
17. sedang lampu belakang sudah diisi dengan lampu hias yang akan menyala terus menerus selama
kunci kontak “on”. Hasil-hasil ujicobanya bisa dilihat dalam gambar-gambar tertampil di bawah ini.
Gambar 29: Rangkaian Regulator Tegangan DC pengganti kiproks setengah gelombang terpasang di
Yamaha Scorpio
Dalam gambar 29 rangkaian regulator tegangan DC diujicoba di motor Yamaha Scorpio untuk
menggantikan kiproks setengah gelombang.
Gambar 30: Ujicoba di RPM mesin stasioner tanpa menyalakan lampu
Dalam gambar 30 setelah kiproks setengah gelombang diganti dengan rangkaian regulator
tegangan DC, mesin dihidupkan dengan RPM stasioner, tegangan DC (aki) menunjukkan 12.7 Volt
tanpa menyalakan lampu.
18. Gambar 31: Ujicoba di RPM mesin 4000 tanpa menyalakan lampu
Dalam gambar 31 setelah kiproks diganti dengan rangkaian regulator tegangan DC, mesin masih
menyala dan RPM dinaikkan hingga 4000, tegangan DC (aki) menunjukkan 13.6 Volt tanpa
menyalakan lampu.
Gambar 32: Ujicoba di RPM mesin stasioner dengan menyalakan lampu
Dalam gambar 32 setelah kiproks diganti dengan rangkaian regulator tegangan DC, mesin masih
menyala dengan RPM stasioner, tegangan DC (aki) menunjukkan 12.1 Volt dengan menyalakan
lampu.
19. Gambar 33: Ujicoba di RPM mesin 4000 dengan menyalakan lampu
Dalam gambar 33 setelah kiproks diganti dengan rangkaian regulator tegangan DC, mesin masih
menyala dan RPM dinaikkan hingga 4000, tegangan DC (aki) menunjukkan 12.7 Volt dengan
menyalakan lampu.
Setelah serangkaian ujicoba dilakukan di tempat (motor tidak dijalankan), dengan hasil-hasil ujicoba
di atas, motor dijalankan hingga sejauh lebih kurang 100km PP dengan berbagai variasi
kecepatan/RPM hingga kembali lagi ke tempat semula kemudian mesin dimatikan hanya sementara
waktu untuk membuka fender samping kanan dimana rangkaian regulator tegangan DC pengganti
kiproks berada. Setelah fender kanan terbuka mesin motor dihidupkan lagi dengan menyalakan
lampu. Setelah diberikan variasi RPM dari rendah ke tinggi dan kembali ke rendah lagi, diadakan
pengukuran panas yang timbul di dua transistor saat rangkaian regulator tegangan DC bekerja.
Gambar 34: Pengukuran panas di transistor kiri saat rangkaian bekerja
20. Gambar 35: Pengukuran panas di transistor kanan saat rangkaian bekerja
Dalam gambar 34 temperatur di transistor sebelah kiri saat rangkaian bekerja dengan lampu-
lampu menyala dan setelah diberikan variasi RPM dari rendah ke tinggi dan kembali ke rendah lagi
menunjukkan harga 40 derajat Celcius (lihat titik sinar merah di transistor sebelah kiri). Sementara
temperatur di transistor sebelah kanan dalam gambar 35 menunjukkan harga 39.7 derajat Celcius
lihat titik sinar merah di transistor sebelah kanan) yang merupakan panas yang boleh dibilang sama
(imbang) dengan transistor sebelah kiri.
Setelah semuanya selesai mesin motor dimatikan kemudian rangkaian regulator tegangan DC dicopot
untuk diadakan pengukuran pada masing-masing komponen yang terangkai. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa semua komponen dalam keadaan baik. Dengan demikian pembuatan dan
pengujian rangkaian regulator tegangan DC bisa diaplikasikan selamanya di motor sebagai pengganti
kiproks setengah gelombang bawaan motor.
Rangkaian regulator tegangan DC ini juga telah diaplikasikan di Yamaha RX Special menggantikan
kiproks bawaan motor dengan hasil yang baik dengan menggunakan aki maupun tanpa aki. Nyala
lampu terang stabil walau RPM dinaikkan. Sayang sekali tidak dapat menampilkan foto-fotonya
karena saat ujicoba di RX Special hanya konsentrasi pada pengambilan gambar cocoknya konfigurasi
socketnya saja, dan kebetulan konfigurasi pin di dalam socket kiproks Yamaha RX Special sama
persis dengan konfigurasi pin socket kiproks Yamaha Scorpio.
Gambar 36: Aplikasi regulator tegangan DC di Yamaha RX Special
Demikianlah sekadar catatan yang merupakan cara bagaimana membuat sendiri (DIY/Do It
Yourself) rangkaian sederhana regulator tegangan DC untuk menggantikan kiproks bawaan motor
yang diharapkan bisa menjadi solusi dari keluhan-keluhan teknis tentang kelistrikan di sepeda motor
21. yang masih menerapkan kelistrikan setengah gelombang tanpa merubah rangkaian spul-nya. Semoga
bermanfaat dan salam busi kiri.
Dipublikasi di Biker, DC Regulatedfor motor cycles, Motobike, Motor Cycles, Otomotif, RegulatorTegangan DC Sepeda
Motor, Sepeda Motor | Tag DIY (Do It Yourself) Membuat Sendiri RegulatorTegangan DC Untuk Sepeda Motor
| Tinggalkan Balasan
Cari
T U L I S A N T E RA KH I R
Yamaha R25 Oil Cooled Temperatures Test
Discovered 4 Rows Oil Cooler
Petunjuk Perakitan Oil Cooler Suzuki Satria FU di Yamaha R25 dan MT25
Review Oil Cooler 4 Baris Suzuki Satria FU di Yamaha R25 & MT25
CARA MERUBAH KIPROKS YAMAHA BYSON MENJADI PNP DI YAMAHA SCORPIO
K O M E N T A R T E RB AR U
bernardpandik di Tentang Oil Coolerdi Yamaha…
bernardpandik di OIL COOLER UNTUK YAMAHA R…
bernardpandik di OIL COOLER UNTUK YAMAHA R…
bernardpandik di OIL COOLER UNTUK YAMAHA R…
bernardpandik di OIL COOLER UNTUK YAMAHA R…
A R S I P
Oktober 2016
Mei 2016
Oktober 2014
September 2014
Agustus 2014
Juni 2014
Mei 2014
Agustus 2013
Juli 2013
Mei 2013
K A T E G O R I
Biker
DC Regulated for motor cycles
Discovered 4 Rows Oil Cooler
Kiproks Alternatif Yamaha Scorpio DC Fullwave
22. Kiproks Alternatif Yamaha Scorpio dengan perubahan spul
Kiproks Yamaha Byson PnP di Yamaha Scorpio
Lampu Penghias Motor dan Mobil
Masakan
Motobike
Motor Cycles
Nge-Test Temperatur di Yamaha R25
Oil Cooler
Oil Cooler 4 baris
Oil Cooler untuk Yamaha MT25
Oil Cooler Untuk Yamaha R25
Otomotif
Pasang Oil Cooler di Yamaha R25
Petunjuk Perakitan Oil Cooler Suzuki Satria FU di Yamaha R25 dan MT25
Regulator Tegangan DC Sepeda Motor
Sepeda Motor
Sosial Masyarakat
Strobo LED Untuk Motor dan Mobil
Travelling
Uncategorized
Yamaha R25 Oil Cooled Temperatures Test
M E T A
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Gambar Skema rangkaian Regulator Tegangan/voltage 12V 2, 5 A
Daftar Komponen Skema rangkaian Regulator Tegangan/voltage 12V 2, 5 A
Resistor 1 Memiliki tipe atau berukuran 300 Ohm
DZ1 Memiliki tipe atau berukuran 12V
T1 Memiliki tipe atau berukuran TIP31
Capasitor 1 Memiliki tipe atau berukuran 220 uF/16V
Skema rangkaian Regulator Tegangan/voltage 12V 2, 5 A yang ditunjukan pada gambar di
atas terbagi dalam 2 sisi utama sbg berikut.
23. Membuat Voltage Stabilizer Untuk Mobil/Motor
Perlu sobat blogger ketahui bahwa fungsi pemasangan atau penambahan perangkat voltage
stabilizer pada sistem pengisian accu pada mobil atau motor adalah untuk menstabilkan tegangan
charger yang berasal dari dinamo (generator) mobil/motor menuju ke accumulator. Dengan tujuan
agar accumlator, lampu-lampu dan peralatan kelistrikan lainnya menjadi lebih awet karena besar
tegangannya stabil sesuai dengan tegangan peralatan kelistrikan pada mobil/motor tersebut dan
tidak mungkin mengalami overvoltage.
Perangkat voltage stabilizer ini bisa dibuat sendiri dengan biaya yang relatif murah, yang
hanya terdiri dari beberapa komponen elektronik seperti elektrolit kondensator (Elco), kapasitor,
resistor, LED, PCB, wadah (casing), kabel dan sepatu kabel (Cablescoon). Untuk lebih jelasnya
skema rangkaian dan ukuran (spesifikasi) komponen-komponennya dapat dilihat pada gambar 1
dan gambar 2 di bawah ini. Sedangkan peralatan yang diperlukan untuk pembuatan perangkat
voltage stabilizer ini antara lain adalah solder listrik dan kawat timah, multitester, tang potong,
tang lancip (buaya), tang kombinasi, cutter dan obeng.
25. Gambar 2. Komponen-komponen voltage stabilizer untuk mobil/motor
Langkah-langkah pembuatan atau perakitan perangkat voltage stabilizer tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan peralatan dan komponen-komponen yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi ukuran
pada skema rangkaian.
2.Buat jalur rangkaian pada PCB polos seperti pada gambar 3 dan gambar 4 di bawah ini dengan
menggunakan spidol permanen atau cat, kemudian rendam ke dalam larutan FeCl.
26. Gambar 3. Jalur rangkaian tampak depan (atas) PCB
Gambar 4. Jalur rangkaian tampak belakang (bawah) PCB
3. Jika menggunakan PCB lubang-lubang buat jalur dengan menggunakan inti kabel NYA 1,5 mm
atau 2,5 mm seperti pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Jalur rangkaian menggunakan inti kabel NYA 1,5 mm atau 2,5 mm
27. 4. Pasang komponen dengan measukkan kaki-kakinya pada lubang jalur PCB yang telah
disediakan sesuai dengan skema rangkaian, kemduian solderlah dengan baik agar melekat kuat
seperti terlihat pada gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Komponen-komponen voltage stabilizer yang telah terpasang pada PCB
5. Potong kabel serabut (NYAF) 4 mm berwarna merah dan hitam, masing-masing sepanjang 30
cm. Kemudian pasang sepatu kabel pada ujung-ujung kabel tersebut seperti terlihat pada gambar
7 berikut ini.
28. Gambar 7. Ujung-ujung kabel yang telah dipasang sepatu kabel
6. Pasang kabel warna merah untuk kutub positif dan kabel warna hitam untuk kutub negatif seperti
terlihat pada gambar 8 berikut ini.
29. Gambar 8. Pemasangan kabel pada kutub-kutub rangkaian voltage stabilizer
7. Kemas PCB rangkaian pada wadah (casing) yang telah disediakan seperti terlihat pada gambar
9 berikut ini.
30. Gambar 9. PCB rangkaian voltage stabilizer yang telah dikemas kedalam casing
8.Uji coba perangkat voltage stabilizer dengan memberi sumber tegangan 12 VDC, hingga lampu
LED menyala.seperti terlihat pada gambar 10 berikut ini.
Gambar 10 Uji coba voltage stabilizer hingga lampu LED menyala
9.Pasang perangkat voltage stabilizer paralel dengan kutub-kutub accumulator mobil/motor sesuai
dengan skema yang ditunjukkan pada gambar 11 berikut ini.
31. Gambar 11. Skema pemasangan voltage stabilizer pada accu mobil/motor
Diposkan oleh margiono abdillah di 05.58
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
33. Visitor Live
Buku / Ebook
Rp.85.000
Menggulung Motor
Listrik Arus Bolak-
Balik
Rp. 70.000
Merancang dan
Membuat Trafo
Daya Kecil
Rp. 85.000
Teknik Reparasi
Kulkas dan
Freezer
Rp. 100.000
Teknik&Vokasi
Rp.85.000
Perawatan dan Perbaikan Air
Conditioner Split
Rp. 85.000
Desain Teknologi Terapan
(Mecanical dan Electrical)
Rp. 95.000
Panduan Belajar Fisika Teknik
Rp. 85.000
34. Pengendalian
Motor Listrik
Secara
Elektromagnetik
Rp. 70.000
Servis Peralatan
Listrik Rumah
Tangga
(Kelompok
Pemanas)
Rp. 115.000
Instalasi Listrik
Penerangan
Rumah dan
Gedung
Rp. 85.000
Servis Peralatan Listrik Rumah
Tangga (Kelomp Penggerak)
Rp. 110.000
Sistem Pembangkit Tenaga
Listrik Di Industri
Rp. 120.000
Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Di Indonesia
Rp. 120.000
Pengetahuan dan Pekerjaan
Mekanik Dasar
Rp. 110.000
35. Ketrampilan &
Kerajinan Tangan
Untuk Home
Industri
Rp. 80.000
Perawatan dan
Perbaikan Sistem
AC Mobil
Rp. 80.000
Merakit &
Memasang
Kapasitor Bank
Untuk Jaringan
Listrik
Rp. 80.000
Desain dan Instalasi
Penerangan Jalan Raya
Rp. 115.000
Perwt & Perbkn Sistem
Kelistrikan Sepeda Motor
Rp. 95.000
Melilit Generator Arus Bolak-
Balik (Genset)
Rp. 95.000
Pengendalian Motor Listrik
Dengan PLC (Zelio Smart
Relay)
36. Teknik Perakitan
Antena Parabola
Rp. 195.000
Perawatan dan
Perbaikan Sistem
Kelistrikan Mobil
Rp. 150.000
Macam-Macam
Sensor &
Aplikasinya Pd
Sistem Otomasi
Rp. 125.000
Pengoperasian &
RP. 105.000
Pengetahuan Dasar Elektronika
Analog & Digital
Rp. 125.000
Perawatan dan Perbaikan
Sistem Kelistrikan Alat Berat
Rp.120.000
Instalasi Listrik Kapal
Penumpang dan Niaga
Rp.115.000
Instalasi Listrik Tenaga Pada
Bengkel & Pabrik
37. Perbaikan
Peralatan Listrik
Pertukangan
Rp. 105.000
Pengendalian
Motor Listrik
Secara Elektronik
Rp.125.000
Pengendalian
Mesin Industri
Secara
Elektropneumatik
Rp.120.000
Resep2 Masakan
Kuliner Indonesia
& Mancanegara
Rp.85.000
Rp.110.000
Sistem UPS Sebagai Sumber
Daya Listrik Cadangan
Translate Blog
Diberdayakan oleh
Terjemahan
38. Pengetahuan
Dasar Rangkaian
Listrik
Popular Posts
Prosedur Pengukuran/Pengujian Tahanan Isolasi Dengan Megger
PROSEDUR PENGUKURAN/PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI DENGAN MENGGUNAKAN MEGGER (MEGA OHM) ANA
tahanan yang...
Membuat Antena Biquad Sebagai Penerima Sinyal TV UHF
Sebelum menjelaskan cara pembuatan antena biquad sebagai penerima sinyal TV UHV, mari kita bahas terlebih dah
Membuat Perangkat Strum Ikan Di Sungai
Selamat berahkir pekan sobat blogger, tapi gak ada salahnya sambil menikmati libur akhir pekan sobat blogger buka
Perakitan Panel Kontrol Motor Pompa Air
PE RAKITAN PANEL KONTROL MOTOR POMPA AIR 1 FASA DAN 3 FASA Untuk kesempatan ke 5 pada sesi kontrol ele
Pengaturan Putaran Motor Maju (Putar Kanan) dan Mundur (Putar Kiri)
PENGATURAN PUTARAN MOTOR MAJU MUNDUR (PUTAR KANAN PUTAR KIRI) Pada kesempatan ke 4 se
Recent Posts
39. Buku Sistem UPS Sebagai Sumber Daya
...
Buku Pengetahuan Dasar Rang
...
Pekerjaan Tangki Pencerna (Digester)
...
Perhitungan & Cara Merubah Kumparan Blender Dari 220
...
Pembuatan Cetakan Kubah Re
...
Archip Blog
► 2017 (8)
► 2016 (25)
▼ 2015 (40)
o ► Desember (2)
o ► November (5)
o ► Oktober (3)
o ► September (2)
o ► Agustus (2)
o ▼ Juni (2)
Membuat Pengalih Daya Otomatis (ATS) 1 Fasa
Membuat Voltage Stabilizer Untuk Mobil/Motor
o ► Mei (6)
o ► April (5)
o ► Maret (5)
o ► Februari (3)
o ► Januari (5)
► 2014 (101)
► 2013 (192)
40. ► 2012 (25)
MP3
Video Clips
Close (X)
Sponsorship
41.
42. Copyright (c) 2012 MARGIONO ABDIL BERBAGI. Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan
oleh Blogger.
DC powersupply 5V and12Vusing2N3055-LM309
This is simple 5v 12v dual power supply circuit using 2N3055-LM309. That can give
voltage come out 12V and 5V by use part base be Transistor 2N3055 and Zener Diode
12V. Make can take volt can reach about 15V maintain one’s position voltage be stable
12V well. And change the integrated circuit LM309 for regulate about 5V for apply to
Digital Circuit general get. For C3-0.1uF filter the frequency disturbs all well. For other
detail friends see in the circuit please sir.
Adapter for Experimenter, Dual for Digital and Analog
Supply 5V and 9V
The Adapter for Experimenter, Dual for Digital and Analog Supply 5V and 9V
This circuit is designed in a simple manner, The zener diode ZD1=3.9V and ZD2-5.1V is
Fixed reference voltage of this circuit. which we can define voltage with S1. Two
transistor Q1-BC109C is drive to the power transistor 2N4032 PNP type, both increase
the current output up to 2Amp, The VR1 use for adjust current.
43. Related Links
12V power supply circuits
5v Regulated
Multi voltage regulated dc power supply
Top Linear power supply regulator 5V 5A with 7812 and LM723 When you need a
power supply often missed the 3 legs Regulator ICs. But some jobs that apply a high
current over 1 Ampere up there, is very difficult. Even if it is 5 amp and 10 amp, but the
price is quite high.[…]
5V-12V Multiple Supply Switching regulator by L4970 and L4974A oday take
Multiple Supply Switching regulator Circuit. Come to deposit friends keep see in rows
think out it can give Voltage supply about 5V 10A and 12V 3.5A. In same circuit by the
character of Switching Regulator at use integrated readymade circuit.[…]
Eleccircuit highly recommends EasyEDA for PCB design and order
Low Cost & Fast PCB
Prototypes - EasyEDA
Only $8.21 for 10 pcs, 2-Layer 100x100mm PCBs, 2-3 days delivery