3. DEDICATED BY
THE 6TH GROUP OF HISTORY
AND THE MEMBER’S ARE :
• Muzacky sulaiman R.
• Suheri Permana
• Nur hikmah
• Efa safitri
• Elisa triana
• Yuli susilowati
X ACCOUNTING ONE
4. PENGERTIAN
Zaman ini di sebut juga zaman batu baru, perkembangan
kebudayaan pada zaman ini sudah lebih maju lagi, seiring
dengan datangnya rumpun Proto Melayu dari wilayah Yunan,
di Cina Selatan, ke wilayah Asia Tenggara termasuk
Indonesia.orang-orang Proto Melayu ini datang dengan
membawa serta hasil budaya berupa kapak persegi dan kapak
lonjong serta menyebarkannya di daerah-daerah yang mereka
lalui dan tuju.
5. dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar
dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya
peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing. Pada saat orang
sudah mengenal bercocok tanam dan berternak. Pertanian yang mereka
selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah
kering saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan
kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu
untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat
dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas
tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah,
Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat
dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya.
6. Disebut kebudayaan Batu Muda (Neolitikum) sebab semua
alatnya sudah dihaluskan. Mereka sudah meninggalkan hidup
berburu dan mulai menetap serta mulai menghasilkan makanan (food
producing). Mereka menciptakan alat-alat kehidupan mulai dari alat
kerajinan menenun, periuk, membuat rumah, dan mengatur
masyarakat. Alat yang dipergunakan pada masa ini adalah kapak
persegi dan kapak lonjong. Daerah penemuan kapak persegi di
Indonesia bagian barat adalah di Lahat (Sumatra), Bogor, Sukabumi,
Karawang, Tasikmalaya, Pacitan, dan Lereng Gunung Ijen. Adapun
kapak lonjong banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti di
Papua, Tanimbar, Seram, Serawak, Kalimantan Utara, dan Minahasa.
7. Ciri-Ciri Zaman Neolitikum
• Peralatan sudah dihaluskan dan diberi tangkai.
• Alat yang digunakan antara lain kapak persegi dan lonjong.
• Pakaian terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang.
• Perhiasan terbuat dari kulit kerang, terrakota dan batu.
• Tempat tinggal menetap (sedenter).
• Memiliki kemampuan bercocok tanam.
• Menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme
8. Cara Hidup
Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan
besar, karena pada zaman itu manusia mulai hidup berkelompok
kemudian menetap dan tinggal bersama dalam kampung. Berarti
pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan
kerja sama. Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai
macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerjasama itu.
Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu terdapat dasar-dasar
pertama untuk penghidupan manusia sebagai manusia, sebagaimana
kita dapatkan sekarang.
9. Kebudayaan di Zaman Neolithikum
Pada masa ini kepercayaan masyarakat semakin bertambah,
bahkan masyarakat juga mempunyai konsep tentang apa yang
terjadi dengan seseorang yang telah meninggal yaitu penghormatan
dan pemujaan kepada roh nenek moyang sebagai suatu
kepercayaan yang disebut dengan Animisme. Serta kepercayaan
bahwa benda-benda disekitar kita memiliki jiwa atau kekuatan yang
disebut dengan Dinamisme.
10.
11. Dengan dikenalnya sistem bercocok tanam, maka ada banyak
waktu yang terluang yaitu waktu antara musim tanam hingga
datangnya musim panen. Pada saat itulah mereka mulai
mengembangkan perekonomian mereka dengan mengenal sistem
barter, dimana terjadi pertukaran barang dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Sistem barter merupakan langkah awal bagi
munculnya sistem perdagangan/ sistem ekonomi dalam masyarakat.
Untuk memperlancar diperlukan suatu tempat khusus bagi pertemuan
antara pedagang dan pembeli yang pada perkembangannya disebut
dengan pasar. Melalui pasar masyarakat dapat memenuhi sebuah
kebutuhan hidupnya.
12. Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam
semakin banyak dan beragam, kebudayaan semakin berkembang pesat,
manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan
kebudayaan yang lebih baik dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya, pada masa Neolithikum budaya manusia telah maju
dengan pesat. Berbagai macam pengetahuan telah dikuasai, misalnya
pengetahuan tentang perbintangan, pranatamangsa (cara menentukan
musim berdasarkan perbintangan atau tanda-tanda lainnya), pelayaran,
kalender (menentukan hari baik atau buruk).
13. Banyak unsur-unsur kebudayaan Neolithikum yang masih hidup
hingga sekarang. Salah satunya adalah kesenian seperti pertenunan
dengan menggunakan tenun gendong. Unsur-unsur lainnya yang
dapat disebutkan dan masih hidup hingga sekarang misalnya gamelan
dan wayang.
14. ALAT ALAT YANG DIHASILKAN
Alat-alat yang dihasilkan pada zaman ini meski masih terbuat dari batu
tetapi telah dihaluskan. Contoh-contoh alat pada zaman Neolitikum
atau zaman Batu Muda antara lain:
• 1. Beliung Persegi
15. Sesuai dengan namanya, alat ini mempunyai penampang
berbentuk persegi panjang. Alat ini ditemukan dihampir seluruh
bagian Indonesia, terutama di wilayah Barat.Alat ini terbuat dari batu
Chalcedon. Bagian atas atau pangkal biasanya tidak digosok. Bagian
bawah atau tajaman digosok dan diasah hingga tajam dan halus. Cara
penggunaanya adalah batu ini diikat pada setangkai kayu sehingga
menyerupai cangkul. Alat ini berguna untuk melubangi kayu dan jika
yang berukuran kecil dapat digunakan untuk mengukir.
17. Kapak ini berbentuk lonjong dengan bagian tajaman runcing dan sedikit
melebar. Bagian tajaman digosok dan diasah pada dua sisi sehingga
menghasilkan tajaman yang simetris. Kapak ini umumnya terbuat dari
batu kali yang berwarna hitam. Kapak ini banyak ditemukan di wilayah
Minahasa, Maluku dan Papua.
18. Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya
kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat
telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan
ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan
permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.Ukuran yang dimiliki kapak
lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut
dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak
persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong,
Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas
sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan
istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
mata panah
19. Memiliki fungsi ekonomi: antara lain sebagai alat untuk
menangkap ikan. Terbuat dari batu serpih, tulang, dan
kemunginan besar juga kayu yang diruncing bagian ujungnya
dan dibuat bergerigi pada bagian pinggirnya. Jadi memiliki
bentuk yang berbeda dengan mata panah untuk berburu.
Banyak ditemukan di dalam gu-gua yang ada di daerah patai
atau sungi.
21. Menurut kajian oleh Barbarra Harrison, kebanyakan bekas seramik
ini ada kaitan dengan upacara pengebumian Neolitik iaitu sebagai bekas
untuk pembakaran mayat ataupun sebagai cenderamata pengebumian.
Adalah menjadi tradisi lama komuniti Melanau sekiranya salah seorang
daripada mereka meninggal dunia, simati akan diberikan pakaian dan
dibaringkan di ruangan rumah. Satu pinggan biru dan putih diletak di
bawah kepalanya, sementara pinggan seramik diletakkan di bawah kedua-
dua tangan dan kakinya. Berhampiran dengan si mati diletakkan objek-
objek tembaga dan seutas manik purba diikat pada pergelangan tangan
mayat. Beberapa hari kemudian, mayat tersebut dibawa keluar daripada
rumah itu dan disimpan di ruang khas untuk jangkamasa yang minimum
dalam tahun yang sama. Kemudian tulang-tulangnya
22. dikumpulkan ke dalam sebuah tempayan besar.
Manakala yang lain seperti pinggan, mangkuk dan
manik dikebumikan bersama-sama dengan tempayan
tersebut. Kesemua artifak hasil penggalian
merupakan sumber pembelajaran yang amat berguna
di Muzium Sarawak. Artifak-artifak tersebut
diklasifikasikan kepada 9 kelas utama berdasarkan
warna sepuh/glasir dan teksturnya.
23. Tembikar ini banyak ditemukan diwilayah
Sumatra dan Jawa. Periuk ini kemungkinan
digunakan untuk meletakkan berbagai hasil
panen. Sedang di Sumbawa, banyak ditemukan
periuk yang berisi tulang belulang manusia.