Menurut sejarawan Indonesia R.P Soeroso, perkembangan kehidupan manusia purba dibagi menjadi empat tahapan berdasarkan pendekatan sosial ekonomi, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Kebudayaan manusia purba meliputi zaman batu, mesolitik, neolitik, logam, dan
2. l Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana berlangsung pada kala plestosen.
l Pada masa ini, manusia hidup berkelompok kecil. Tujuannya
untuk mempermudah dalam berburu dan melindungi
kelompok.
l Pada masa ini juga manusia hidup berpindah-pindah
(nomaden), dengan tujuan untuk mencari lokasi yang mampu
mensuplai sumber makanan untuk mereka.
l Pendukung kebudayaan ini adalah Pithecanthropus dan
manusia Wajak.
l Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
lanjut, mulai timbul usaha untuk tinggal secara tidak tetap
di gua-gua alam atau gua paying (cruk) yang berda di dekat
pantai.
l Pada masa ini juga penemuan dan pemanfaat api mulai
digunakan untuk pemanjangan masa pangan.
l Berdasarkan hasil penelitian ditemukan cikal
bakalpertanian, dengan berpindah-pindah menyesuaikan
dengan konsidi kesuburan tanah.
l Pada masa Bercocok Tanam manusia mulai menetap di
suatu tempat diwilayah tebuka yang dekat dengan sumber
air seperti danau atau sungai. Bahkan terkadang mereka
membuat parit disekitar tempat tinggal mereka untuk
melindungi diri dari serangan binatang buas atau kelompok
lain.
l Mulai terbentuk desa kecil dengan bercocok tanam
sederhana dengan sistem lahan kering, dan menjinakkan
hewan-hewan tertentu.
l Mengenal sistem barter dan konsepsi kepercayaan
(animismen dan dinamisme)
l Masa Perundagian disebut juga The Brozen-Iron Age. Mulai
terbetuk desa yang terdiri dari beberapa dusun.
l Meningkatnya jumlah populasi manusia karena
meningkatnya teknologi dan kesejahteraan hidup.
l Berburu bukan sebagai pemenuhan kebutuhan tetapi
sebagai mata pencaharian, dan pembuktian tingkat
kedewasaan dan kegagahan.
l Dikenal Teknik pembuatan alat logam yang dikenal dengan
Teknik A cire perdu dan bivalve.
l Mengenal sistem pengairan untuk kebutuhan pertanian.
• Menurut R.P Soeroso, seorang sejarawan Indonesia, bahwa kehidupan manusia purba dikelompokkan ke dalam empat tahapan perkembangan.
Pendapat ini diungkapakan tahun 1970, yang didasarkan pada pendekatan sosial ekonomis. Keempat tahapan kehidupan manusia purba yaitu masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.
Tahapan Perkembangan Kehidupan Manusia Purba
3. The Power of PowerPoint | thepopp.com 3
Alat-alat yang digunakan terbuat dari
batu yang masih sangat sederhana dan
kasar pembuatannya. Bahkan tidak
mengalami perubahan yang terlalu
banyak oleh tangan manusia. Pada
zaman ini di Indonesia mengalami dua
kebudayaan yaitu Kebudayaan Pacitan
dan Kebudayaan Ngandong.
Zaman Batu
Kebudayaan Pacitan Kebudayaan Ngandong
Penemu von Koenigswald, tahun 1935 von Koenigswald
Alat yang Ditemukan Kapak genggam; Kapak perimbas; Kapak
penetak; Pahat genggam; dan Flakes
(alat serpih)
Kapak-kapak genggam dari batu; alat-alat
serpih (flakes); dan alat-alat dari tulang
dan tanduk.
Manusia Pendukung Pithecanthropus erectus Homo soloensis dan Homo wajakensis
5. ZAMAN MESOLITIK
Mesolitikum berlangsung pada kala Halosen. Zaman ini berlangsung
lebih cepat. Hal tersebut dikarenakan beberapa factor antara lain:
• Pendukung kebudayaan ini adalah manusia cerdas (Homo sapiens).
• Keadaan alam sudah tidak seliar dan selabil zaman batu tua
(Paleolitikum), sehingga dalam waktu kurang lebih 20.000 tahun
(sejak permulaan kala Halosen hingga zaman sekarang) manusia
telah mencapai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dari apa yang
telah dicapai oleh manusia pada zaman Paleolitikum, 600.000 tahun
yang lalu.
5
Kjokkenmoddinger Abris Sous Roche
6. Zaman Mesolitik
Hasil Kebudayaan
• Ditemukan oleh PV van Callenfels (1925) di tumpukan
sampah kerang (kjokkenmoddinger) di sepanjang
pantai Timur Laut Sumatera. Selain kapak genggam
Sumatera ditemukan juga pipisan dan landasannya;
serta alu, lesung, dan pisau.
• Pendukung kebudayaan ini adalah manusia ra
Melanosoid.
Kapak Genggam Sumatera
• 1928-1931, Van Stein Callenfels mengadakan penelitian di
gua Lawa, dekat Sampung, Kab. Ponorogo, Jawa Timur.
• Dari penelitian tersebut ditemukan alat-alat batu antara
mata panah dan flake, batu-batu penggiling serta yang
terbanyak adalah alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
• Sebagian besar penemuan di dalam gua Lawa ini adalah
alat-alat yang terbuat dari dari tulang sehingga dinamai
kebudayaan tulang Sampung (Sampung Bone Culture).
• Pendukung utama kebudayaan Sampung adalah manusia
Papua Melonosoid.
Tulang Sampung
• Tahun 1893 sampai 1896, Fritz Sarasin dan Paul Sarasin
menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi, serta
alat-alat dari tulang.
• Penelitihan Van Callenfels tahun 1933-1934, serta van
Heekeren tahun 1937 berkesimpulan bahwa kebudayaan Toala
termasuk dalam kebudayaan Mesolitikum yang berlangsung
sekitar 3000 sampai 1000 SM.
• Ciri khas kebudayaan Toala adalah flakes bergerigi. Ciri yang
sama juga ditemukan di gua-gua Pulau Timor, Flores, dan Roti
Nusa Tenggara Timur.
Toala
7. Zaman Neolitik
• Migrasi secara bergelombang dari bangsa Proto
Melayu dari wilayah Yunan di Cina Selatan ke
wilayah Asia Tenggara, termasuk ke Indoensia.
• Para pendatang baru tersebut membawa
kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong
serta menyebarkannya ke daerah-daerah yang
mereka tempati. Kedua kebudayaan itulah yang
menjadi ciri khas kebudayaan neolitikum.
Hasil Kebudayaan
• Von Heine Galdern, mengungkapkan bahwa
kapak persegi dengan memperhatikan
penampang-alangnya yang kadang kala
berbentuk per segi panjang atau trapesium
sehingga memberinya nama kapak persegi.
• Satu hal yang istimewa ialah, ada yang
terbuat dari batu-batu indah (chalchedon)
yang dibuat sangat indah dan halus,
sehingga para ahli memperkirakan bahwa
benda tersebut kemungkinan tidak untuk
bekerja, melainkan hanya sebagai lambang
kebesaran, jimat, alat upacara, atau sebagai
alat tukar (barter).
• Kapak lonjong memiliki berbagai ukuran,
yang besar disebut walzenbeli dan yang
kecil disebut kleinbeli.
• Namun diluar kedua jenis tersebut, terdapat
kapak lonjong yang dikhususkan sebagai alat
upacara yakni kapak yang dibuat lebih halus
dan indah daripada kapak lonjong yang
hanya untuk perkakas biasa.
• Daerah persebaran kapak lonjong banyak
ditemukan di daerah timur Indonesia
terutama di Papua. Dikarenakan banyak
ditemukan di Papua, sering kali kebudayaan
kapak lonjong disebut sebagai Neolitikum
Papua.
Kapak Persegi
Kapak Lonjong
8. Kebudayaan Logam
Ada dua macam teknik atau cara membuat alat-
alat dari logam yang berkembang pada saat itu,
yaitu teknik bivalve (setangkap) dan teknik a
circle perdue (cetak lilin).
&
Hasil Kebudayaannya
9. Kapak Corong • Kapak corong adalah kapak perunggu
yang again atasnya berlubang,
berbentuk orong yang digunakan untuk
memasukkan tangkai kayu.
• Ada kapak corong yang kecil bentuknya
dan halus buatannya yang disebut
candrasa. Kerena bentuknya yang kecil
dan halus buatanya, kemungkinanan
candrasa hanya digunakan unruk tanda
kebesaran atau alat upacara saja.
• Berdasarkan tanda-tanda tang
ditemukan pada kapak corong,
menunjukkan bahwa benda tersebut
dibuat dengan teknik a cire perdue.
Zaman Mesolitikum
Hasil Kebudayaan
10. • Nekara adalah gendering besar yang dibuat dari bahan perunggu, berpinggang dibagian tengahnya dan tertutup dibagian atasnya. Nekara
banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Pulau Sangean, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei.
• Berdasarkan hasil penelitian, nekara digunakan sebagai peralatan upacara, sebagaimana hiasan-hiasan pada dinding nekara yang menunjukkan
hal tersebut. Ukuran nekara ada yang besar, seperti yang ditemukan di Bali, adapula yang berukuran kecil dan rampaing seperti yang ditemukan
di Pulau Alor.
• Nekara yang kecil dan ramping tersebut dinamakan moko atau mako.
• Hiasan nekara selain sebagai petunjuk adanya kegiatan keagamaan (kepercayaan), juga dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan dan
kebudayaan yang brekembang saat itu.
• Bejana Perunggu adalah salah satu bentuk
produk budaya Dongson yang ditemukan di
wilayah Indonesia seperti di Kerinci, Madura,
Lampung, Kalimantan dan Subang.
• Bejana perunggu nusantara memiliki
kesamaan dalam bentuknya yaitu mirip kepis
atau wadah ikan, sebagian menyebutnya
berbentuk seperti gitar arab (oud-gambus).
Bejana perunggu & Nekara
11. KEBUDAYAAN MEGALITIK
• Zaman megalitikum atau zaman batu besar adalah kebudayaan
yang menghasilkan benda/bangunan monumental yang terbuat
dari batu-batu besar dan masif. Maksud dari pembuatan
benda/bangunan tersebut sebagai saranan pemujaan atau
penghormatan kepada roh nenek moyang. Kebudayaan ini muncul
pada zaman neolitikum dan berlangsung terus hingga zaman logam.
• Di Indonesia kebudayaan megalitikum banyak ditemukan di Nias
(Sumatera), Sumba dan flores (Nusa Tenggara) dan Toraja
(Sulawesi).
11