SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
1 
Kajian Sistem Produksi Budidaya Red-claw (Cherax sp.) 
dalam Mendukung Program Revitalisasi Perikanan. 
Oleh : Lies Emmawati Hadie*, Wartono Hadie*, Ketut Sugama*, 
Nurbakti Listyanto*, dan Yayan Hikmayani** 
ABSTRAK 
Kajian dilakukan terhadap sistem produksi budidaya red-claw yang mencakup variabel 
teknis dan sosial ekonomi. Dalam kegiatan ini diuji sistem produksi benih secara out-door 
dan in-door. Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara indoor adalah 
akuarium yang berjumlah 24 buah dengan ukuran 40x30x80 cm. Sistem perbenihan 
secara out-door dilakukan di kolam tanah berdinding beton dengan luas kolam 300 m2. 
Kajian sosial-ekonomi dilakukan dengan metode PRA, pengumpulan data dan informasi 
dari hasil penelitian serta melalui survey. Analisis data meliputi analisis deskriptif 
terhadap status pasar dan kendala dalam pemasaran. Hasil pengkajian menunjukkan 
bahwa sistem perbenihan red-claw dapat dilakukan secara in-door dan out-door. Sistem 
in-door hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dan sistem out-door dapat 
diaplikasikan untuk wilayah yang memiliki kualitas air yang memadai. 
Key words : production system, red-claw, socio-economic 
Abstract : Assessment of Production System for Red-claw Culture to Support the 
Fisheries Revitalization Programme. By:Lies Emmawati Hadie*, Wartono Hadie*,Ketut 
Sugama*, Nurbakti Listyanto*, and Yayan Hikmayani** 
Assessment was conducted production system of red-claw that to cover the variable of 
technical and socio-economic. The activities were examined the production system by 
in-door and out-door. The facilities were used some aquaria in size 40x30x80 cm to the 
amount of 24 for in-door system. Out-door system were conducted in earthen ponds with 
concrete wall in size 300 m2. Assessment of socio-economic was condected to PRA 
methode, data collection and information from research and survey. Data analysis to 
enclose descriptive analysis to market status and problems in marketing. Result of the 
assessment indicated that low investmen to in-door system, and out-door system could 
be applicated for area that they have a good quality. 
*Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Budidaya 
** Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi 
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
2 
PENDAHULUAN 
Negara Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman 
hayati tertinggi di dunia yaitu pada urutan kedua setelah Brasilia. Salah satu hal yang 
menarik adalah keanekaragaman ikan mencapai 37 % dari total jenis ikan di dunia 
( Primack et al, 1998). Kekayaan berbagai jenis ikan ini merupakan sumberdaya 
penting bagian kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan masyarakat Indonesia 
maupun bagi masyarakat secara keseluruhan . Diperkirakan sekitar 40 juta orang 
Indonesia yang hidupnya ditopang langsung oleh keanekaragaman hayati, yaitu dengan 
menggantungkan hidupnya pada hutan, sumberdaya pesisir dan laut maupun pertanian. 
Masyarakat menggunakan lebih dari 6000 spesies tanaman dan hewan dalam 
menopang kehidupan sehari-hari. Bagi negara, keanekaragaman hayati adalah 
sumberdaya yang mempunyai arti ekonomi penting. Sektor perikanan Indonesia 
menyumbangkan sekitar US$ 1.570.353.000 pada tahun 2002 (Direktorat Jenderal 
Perikanan, 2002). 
Berdasarkan uraian tersebut diatas, semakin jelas peran penting 
keanekaragaman hayati, sehingga upaya konservasinya menjadi agenda penting untuk 
di antisipasi. Dalam upaya melestarikan sumberdaya perikanan, maka kehadiran jenis 
ikan introduksi memerlukan pengaturan – pengaturan yang bersifat kebijakan. 
Dewasa ini telah berkembang pembudidayaan jenis lobster air tawar yang di 
impor dari Australia. Jenis tersebut adalah Cherax quadricarinatus yang dikenal 
sebagai red-claw karena capitnya yang berwarna merah. Jenis ini memiliki potensi pasar 
yang baik, karena dapat dikonsumsi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai lobster hias. 
Ciri-ciri morfologis lobster air tawar ini adalah warna tubuhnya hijau kemerahan dan 
warna dasar bagian atas capit berupa garis merah (Aliah et al, 1983; Atema & Cobbs, 
1986 ; Brummet & Alon, 1994; Rouse & Kahn, 1998 ) . Budidaya red-claw sudah 
berkembang lama di beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika, Eropa. 
Di Indonesia sendiri budidaya lobster air tawar baru ramai sejak tahun 2002. Dari 
potensi yang ada, Indonesia memiliki jenis lobster yang hidup di perairan sungai Baliem 
di pedalaman Papua. Jenis lobster air tawar tersebut yaitu C. lorentzi,C. monticola dan 
black tiger. Sedangkan dibanding negara lain seperti Amerika yang mempunyai hampir 
300 spesies, Eropa dengan jenis Astacus astacus, A. torrentium, Selandia Baru dengan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
spesies Paranephrops planifrons dan P. zelandicus dan Australia merupakan negara 
paling kaya dengan jenis lobsternya karena terdapat hampir 100 spesies yang masuk 
famili Parastacidae. 
Berdasarkan hasil riset telah diketahui bahwa budidaya terpadu Cherax 
quadricarinatus dan C. albertisi dengan padi mampu mencapai bobot 40 gram selama 
90 hari. Budidaya terpadu ini dapat dikembangkan tanpa mengganggu pertumbuhan 
padi (Ahmad & Sofiarsih,2005). 
Ditinjau dari segi budidaya Cherax sp merupakan spesies yg mempunyai 
potensi geografis yg luas, siklus hidupnya sederhana, dan kebutuhan pakannya 
ekonomis, karena tidak memerlukan protein yg terlalu tinggi (Jones,2005). Tantangan 
untuk industri budidaya Cherax sp adalah meningkatkan produksi dengan cara ekspansi 
dan investasi baru agar mampu mencapai volume produksi dengan jumlah yg 
mencukupi untuk di ekspor secara konsisten (Dauh, 2005). 
Sehubungan dengan kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi perikanan 
belum memperlihatkan hasil yang signifikan sampai saat ini . Kondisi ini membutuhkan 
rancang tindak yang progresif dan bersifat menyeluruh dari aspek-aspek yang terkait di 
dalamnya. 
RENSTRA dari Departemen Kelautan dan Perikanan bertujuan untuk 
mewujudkan kondisi yang diinginkan yaitu ikut mendorong tercapainya sasaran 
pembangunan kelautan dan perikanan, sekaligus mengantisipasi dinamika dan 
perkembangan situasi dan kondisi dalam negeri, lingkungan strategis, dan 
kecenderungan global yang berubah dengan cepat. 
Pembangunan perikanan menjadi “prime mover” (penggerak utama) terlebih lagi 
dalam situasi krisis ekonomi, usaha perikanan mampu bertahan, bahkan dapat 
menyumbangkan penerimaan devisa negara, utamanya usaha yang menghasilkan 
komoditas ekspor. Komoditas red-claw merupakan salah satu komoditas yg dapat 
diekspor. 
Penelitian bertujuan untuk melakukan identifikasi masalah krusial dalam 
manajemen usaha budidaya red-claw yang berpotensi untuk di ekspor. Disamping itu 
juga untuk memperoleh model pengelolaan yg efisien dalam sistem produksi budidaya 
jenis tersebut. 
3
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
Sasaran dari penelitian ini adalah terwujudnya peningkatan produktivitas red-claw 
yg mampu memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, membantu program 
4 
pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. 
BAHAN DAN METODE 
Kajian terhadap sistem produksi budidaya red-claw dilakukan dengan aplikasi teknik 
budidaya dengan menguji dua model sistem perbenihan yaitu : 
1. Sistem perbenihan red-claw secara indoor hatchery 
2. Sistem perbenihan red-claw secara out door 
Kegiatan riset dilaksanakan di BBI Pesiapan, kabupaten Tabanan, Bali pada tahun 2007 
Sistem perbenihan Red-claw secara indoor hatchery 
Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara indoor adalah akuarium yang 
berjumlah 24 buah dengan ukuran 40 x 30 x 80 cm. Sistem pemeliharaan benih Cherax 
sp. dilaksanakan dengan resirkulasi yang menggunakan filter.Rangkaian sistem 
resirkulasi yang dibuat terdiri dari bak kayu, dan filter yang digunakan adalah filter yang 
bersifat mekanis seperti koral, ijuk dan serat fiber yang halus. Sistem resirkulasi yang 
dibuat juga dilengkapi dengan tower plastik dan pompa air sebagai tenaga penggerak 
air ( gambar 1). 
Gambar 1. Rangkaian sistem resirkulasi yang digunakan 
dalam perbenihan Red-claw secara indoor.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
5 
Sistem perbenihan Red-claw secara out door 
Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara outdoor adalah kolam tanah. 
Penelitian ini menggunakan dua buah kolam dengan ukuran 300 m 2. Dinding kolam 
terbuat dari tembok dan bagian dasar kolam berupa tanah. Sumber air kolam berasal 
dari sungai. 
Hewan uji 
Induk-induk yang digunakan dalam penelitian adalah indukan dari strain Walkamin yang 
didatangkan langsung dari Cherax Park, Australia, serta koleksi indukan Bolangan F1 
dan indukan koleksi Mengwi F1. Kisaran bobot induk yang dipijahkan adalah 45 gram – 
100 gram dengan ukuran panjang 14 cm – 15.5 cm. 
Gambar 2. Koleksi induk-induk red-claw yang digunakan sebagai hewan uji. 
Kajian implikasi pengembangan budidaya secara sosial - ekonomi 
Dampak sosial-ekonomi udang introduksi dilakukan dengan menggunakan metode 
PRA, pengumpulan data dan informasi dari hasil penelitian serta melalui survey. 
Keragaan usaha budidaya yang akan dikaji membahas tentang bagaimana budidaya 
lobster jenis red-claw ini diusahakan oleh masyarakat. Keragaaan pemasaran akan 
mengevaluasi kelembagaan pemasaran yang terlibat, daerah pemasaran serta saluran 
pemasaran. 
Data yang di gunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. 
Data primer di peroleh dari hasil wawancara dengan responden yaitu petani pembenih, 
pendeder dan pembesaran yang ada dilokasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari 
instansi terkait seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten dan Propinsi. Data
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
primer meliputi data yang terkait dengan usaha budidaya, informasi harga, lokasi pasar, 
serta kelembagaan yang terlibat dalam usaha budidaya dan pemasaran red-claw serta 
permasalahan yang ada dalam usahanya. Data sekunder meliputi data produksi yang 
diperoleh dari laporan Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat propinsi dan kabupaten. 
Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Pengambilan responden 
menggunakan teknik purposive sampling yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. 
Untuk responden pembudidaya dipilih yang membudidayakan pada tahap pembenihan, 
pendederan dan pembesaran, serta bagi pelaku pasar dipilih pelaku yang terlibat baik 
langsung ataupun tidak langsung dengan pembudidaya yang ada dilokasi. 
Data yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan 
penelitian. Analisis data meliputi analisis deskriptif terhadap status pasar dan kendala 
dalam pemasaran. Analisis pemasaran dilakukan secara deskriptif untuk melihat 
saluran pemasaran serta lembaga pemasaran yang terlibat. 
6 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Sistem produksi perbenihan red-claw secara in door 
Data pertumbuhan benih red-claw hasil perbenihan secara in-door seperti yang tertera 
di dalam Tabel 1. 
Tabel 1. Data pertumbuhan rata-rata bobot (gr), panjang total+sd (cm), 
dan coefisien variasi (%) benih red-claw secara indoor selama 30 hari 
masa pemeliharaan (Siklus 1). 
Indukan 
Rata-rata bobot 
(gr) 
Pj.total+ Sd (cm) 
Coefisien Variasi (%) 
Bolangan F1- A8 0.052 1.46 + 0.1956 7.4642 
Bolangan F1- A11 0.125 1.93 + 0.4000 4.825 
Bolangan F1- A12 0.093 1.43 + 0.2106 6.790 
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa 
pertumbuhan red-claw relatif cukup baik. Namun terlihat indikasi adanya variasi 
pertumbuhan benih yang dihasilkan oleh indukan yang berbeda. Indukan yang benihnya 
dipelihara secara indoor menunjukkan variasi yang cukup besar dalam pertumbuhan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
bobot badan serta panjang total. Berdasarkan hasil obervasi selama satu bulan terlihat 
bahwa pertumbuhan benih tidak mengalami hambatan yang berarti. 
Data indukan red-claw yang meliputi bobot,panjang total, fekunditas dan hatching rate 
secara lengkap seperti yang tertera di dalam Tabel 2. 
7 
Tabel 2. Data rata-rata indukan red-claw strain Walkamin,Bolangan,dan Mengwi yang meliputi 
bobot + sd (gr),panjang total + sd (cm), fekunditas (butir) dan hatching rate (%). 
Strain 
Rata-rata bobot +Sd 
(gr) 
Pj.total+Std.deviasi 
(cm) 
Fekunditas 
(butir) 
Hatching rate 
( %) 
Walkamin 59.08 + 1.1 13.0 + 6.70 465.0 32.9 
Bolangan F1 96.76 + 12.1 15.32 + 0.82 513.0 36.06 
Mengwi F1 79.66 + 11.21 14.82 + 0.94 518.0 31.85 
Sehubungan dengan indukan Walkamin , karakter fekunditas dan hatching rate 
relatif lebih kecil dibandingkan dengan dengan indukan Bolangan dan Mengwi. Hal ini 
disebabkan oleh ukuran rata-rata indukan yang lebih kecil,sehingga fekunditas dan 
hatching rate yang dicapai juga relatif lebih sedikit. Apabila ditinjau dari segi karakter 
bobot indukan Bolangan mempunyai rata-rata bobot yang lebih tinggi, kemudian diikuti 
oleh indukan Mengwi. Indukan strain Walkamin baru berumur tiga bulan, sehingga 
fekunditas belum optimal. Hal ini terlihat dari total fekunditas dan hatching rate yang 
relatif rendah dibandingkan dengan kedua indukan lainnya. 
Data pertumbuhan benih Cherax sp secara indoor di dalam siklus yang kedua 
dicantumkan di dalam Tabel 3. 
Tabel 3. Data pertumbuhan rata-rata benih red-claw di dalam indoor hatchery 
selama 60 hari masa pemeliharaan dengan N = 20 (Siklus II). 
Strain 
Rata- rata bobot + sd (gr) 
Pj.total + sd (cm) 
Sintasan + sd (%) 
Mengwi F1 1.4 + 0.22 2.25 + 0.39 57.95 +17.32 
Walkamin 0.45+ 0.34 2.50 + 0.57 58.98 + 16.80 
Bolangan F1 1.09 + 0.76 3.37 + 0.81 40.49 + 9.09 
Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa ukuran benih telah 
mencapai ukuran 1 inci sampai dengan 1 inch-up. Ukuran ini telah dapat dipasarkan dan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
siap untuk dilakukan tahap pendederan selama satu bulan untuk mencapai ukuran 2 
inci. Permintaan pasar umumnya berkisar antara 1inci – 2 inch- up. 
Sehubungan dengan sintasan yang dapat dicapai relatif baik dengan kisaran 
40.49% - 58.98 %. Sintasan terbaik dicapai oleh benih hasil indukan strain Walkamin 
yaitu sebesar 58.98 %, kemudian ranking kedua disusul oleh strain Mengwi F1 yang 
mencapai 57.95 % dan Bolangan F1 mencapai sintasan sebesar 40.49 %. 
Data kualitas air yang telah diobservasi mencakup 10 parameter yang dicantumkan 
dalam Tabel 4 sebagai berikut : 
8 
Tabel 4. Kualitas air dalam sistem resirkulasi untuk perbenihan 
red-claw secara indoor. 
No 
Parameter kualitas air 
Nilai rata-rata 
1 pH ( keasaman) 8.4 
2 kH / Karbonat hardness (o d) 7.0 
3 gH/Total hardness (o d) 8.0 
4 Fe/ Besi (mg/l) 0.5 
5 NO2/ Nitrit (mg/l) 0.0 
6 NO3/ Nitrat (mg/l) 0.0 
7 NH4/ Amonium (mg/l) 2.0 
8 NH3 / Amonia (mg/l) 0.3 
9 PO4/ Phosphat (mg/l) 0.1 
10 Cu / Cuprum (mg/l) 0 - < 0.1 
Berdasarkan data kualitas air yang telah di observasi tersebut, maka dapat dilaporkan 
bahwa kualitas air cukup memadai untuk operasional kegiatan perbenihan lobster red-claw. 
Dalam rangka mengoptimalkan kualitas air, maka dalam sistem resirkulasi yang 
menggunakan filter biologis diperlukan waktu agar proses pertumbuhan bakteri nitrifikasi 
dapat berlangsung secara optimal. 
Sistem produksi perbenihan secara out door di kolam 
Hasil benih yang telah diperoleh dengan sistem out door dikolam dikemukakan datanya 
di dalam Tabel 5.
9 
Tabel 5. Data panjang total rata-rata + sd (cm), bobot rata-rata + sd (gr), 
panjang total maksimum (cm), bobot maksimum (gr), koefisien skewness, 
koefisien kurtosis benih red-claw yang diperoleh dengan sistem out door 
di kolam tanah (N= 100). 
Parameter Nilai 
Panjang total rata-rata + standart deviasi (cm) 
Bobot rata-rata + standart deviasi (gr) 
Panjang total maksimum (cm) 
Panjang total minimum (cm) 
Bobot maksimum (gr) 
Bobot minimum (gr) 
Koefisien skewness karakter bobot 
Koefisien skewness karakter panjang total 
Koefisien kurtosis karakter bobot 
Koefisien kurtosis karakter panjang total 
4.86 + 1.36 
3.05 + 2.01 
7.40 
1.80 
7.70 
0.40 
0.36 
0.27 
0.90 
0.98 
Berdasarkan data tersebut diatas maka terlihat bahwa sistem perbenihan secara out-door dapat 
menghasilkan benih red-claw dengan rata-rata panjang 4.86+1.36 cm.Ukuran benih yang 
diperoleh ini telah mencapai ukuran yang dapat dipasarkan. Seperti telah diketahui bahwa benih 
dengan ukuran 2 cm – 5 cm atau 1 – 2 inci telah memenuhi permintaan pasar. Dengan demikian 
dengan sistem perbenihan secara out-door dalam waktu satu bulan telah dapat menghasilkan 
benih berukuran 2 inci. 
Apabila ditinjau dari aspek statistik dari karakter populasi benih yang telah dihasilkan 
,maka nilai koefisien skewness untuk karakter panjang mencapai 0.27 dan karakter bobot adalah 
sebesar 0.36. Nilai koefisien ini menunjukkan adanya kecenderungan ukuran panjang dan bobot 
benih red-claw yang berukuran medium. Nilai koefisien kurtosis untuk karakter panjang dan bobot 
mencapai 0.9 – 0.98, nilai koefisien ini menunjukkan bahwa populasi benih red-claw memiliki 
sifat platikurtis. Hal ini mengartikan bahwa ukuran panjang dan bobot cenderung mencapai nilai 
rata-rata dan tidak ada ukuran yang menonjol atau out-layer. 
Data kualitas air pada perbenihan red-claw secara out-door dikemukakan secara lengkap 
dalam tabel 6. 
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
10 
Tabel 6. Kualitas air pada perbenihan red-claw secara out-door selama satu siklus pemeliharaan . 
Parameter Kisaran Nilai 
Suhu air (oC) 
Suhu udara (oC) 
pH/keasaman air 
pH /keasaman tanah 
gH/ Total hardness (od) 
KH / Karbonat hardness (od) 
NO2 /Nitrit(ppm) 
NO3 / Nitrat (ppm) 
NH3 /Amonia (ppm) 
NH4 /Amonium(ppm) 
PO4 / Fosfat (ppm) 
Cu / Cuprum(ppm) 
Fe / Besi (ppm) 
26.5 – 31.0 
20.0 – 28.0 
7.0 – 8.50 
7.0 
8.0 – 10.0 
8.0 
< 0.5 
< 0.05 
< 0.05 
< 0.05 
0.10- 0.25 
0.0 
0.1 – 0.5 
Berdasarkan data kualitas air yang telah di observasi tersebut, maka dapat dilaporkan 
bahwa kualitas air cukup memadai untuk operasional kegiatan perbenihan lobster red-claw. 
Kajian implikasi pengembangan budidaya red-claw secara sosial - ekonomi 
Berdasarkan data yang diperoleh dari survei sosial- ekonomi, ternyata usaha budidaya 
lobster air tawar di Bali baru dimulai pada tahun 2006. Usaha budidaya tersebut 
baru dilakukan oleh beberapa orang petani. Namun berbeda dengan penjelasan 
dari pedagang ikan (pengepul) perkembangan perdagangan lobster air tawar ini 
ntelah dimulai sejak tahun 1998 dan berkembang terus sampai dengan tahun 
2002. 
Pada tahun 2006, usaha budidaya khususnya pembenihan udang lobster ini 
mulai berkembang dan diusahakan oleh beberapa petani. Sebagai salah satu program 
pengembangan usaha lobster air tawar ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan 
melalui Dinas perikanannya mengajukan Dana Penguatan Modal yang di salurkan oleh 
Dirjen Budidaya dialokasikan bagi calon pembudidaya udang ini. Calon pembudidaya 
tersebut sebanyak 15 orang petani yang nantinya akan di prioritaskan pemberian modal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
usaha untuk usaha budidaya lobster. Alokasi dana mencapai Rp. 500 juta dari pusat 
dan 630 juta dana pendamping dari daerah. Alokasi dana tersebut untuk pembelian 
pakan 50% untuk pembelian pakan dan sarana produksi dan 625 juta untuk pembelian 
benih. Apabila dana tersebut tersalurkan maka kebutuhan benih udang untuk kelompok 
dengan perkiraan harga benih Rp. 1000/ekor membutuhkan sebanyak 625.000 ekor. 
Apabila diperkirakan SR 70% saja maka akan dihasilkan produksi udang lobster 
sebanyak 437500 ekor. Apabila 1 kg 10-12 ekor maka dihasilkan sebanyak 3645 kg. 
Harga udang konsumsi saat ini ukuran 10-15 ekor/kg sekitar Rp. 110.000/ekor. 
Sebagai langkah awal kegiatan budidaya dilakukan sosialisasi budidaya kepada 
calon kelompok penerima dana, berbagai pelatihan telah diberikan kepada calon 
pembudidaya tersebut, dan pada Bulan Juni tahun 2007 melakukan studi banding ke 
lokasi budidaya lobster yang ada di jawa Timur. Diharapkan pelatihan serta studi 
banding yang dilakukan dapat menjadi bekal bagi usaha yang akan dilakukan nantinya. 
Sampai dengan saat survey dilakukan usaha budidaya yang sudah berkembang 
dan dilakukan terbatas pada usaha pembenihan saja. Dari hasil wawancara dengan 
petani pembenih menyatakan bahwa kebutuhan benih udang lobster saat ini cukup 
besar bahkan mereka kadang-kadang tidak mampu memenuhi kebutuhan permintaan. 
Hal tersebut didukung oleh petani yang sedang mencoba usaha pembesarannya yang 
mendapatkan benih lobster air tawar tersebut dari Jawa Timur yaitu dari Madiun. 
11 
Gambar 3. Adopsi teknologi perbenihan red-claw di tingkat pembudidaya 
skala rumah-tangga di wilayah kabupaten Tabanan. 
Usaha pembesarannya belum berkembang, beberapa petani yang berada di 
Kecamatan Panebalan, ada yang sedang mencoba usaha pembesaran dan baru 2-3 
bulan tanam sehingga tingkat keberhasilannya belum dapat diperkirakan. Usaha 
pembesaran lobster air tawar ini dilakukan oleh petani yang rata-rata tingkat 
ekonominya lebih baik. Hal ini disebabkan cukup besarnya investasi yang harus
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
disiapkan untuk pemeliharaan lobster ini. Pertama kolam pemeliharaan sebagian 
adalah kolam beton yang nilainya cukup besar. Kedua, harga benih yang dibeli petani 
masih lebih tinggi dibandingkan di jawa Timur yaitu ukuran benih 2 inchi harganya 
mencapa Rp. 1500/ekor. Ketiga, panen lobster air tawar ini waktunya agak lama yaitu 
sekitar 6 bulan sehingga petani harus mempunyai persediaan keuangan atau usaha 
sampingan lainnya dan tidak hanya mengandalkan dari usaha budidaya saja. 
Kajian sosial – ekonomi masih akan dikembangkan untuk sentra perbenihan lobster air 
tawar Cherax sp. di daerah Jawa Timur, agar dapat diperoleh gambaran yang lebih 
lengkap berkaitan dengan usaha pengembangan Cherax sp. 
Usaha budidaya red-claw pada awalnya dilakukan oleh penggemar ikan hias. 
Oleh karena warna kulitnya yang berwarna cemerlang, maka lobster air tawar ini banyak 
diminati oleh masyarakat. Pembenihan lobster ini mulai tahun 2005 banyak diminati 
oleh masyarakat. Usaha pembenihannya dilakukan secara backyard hatchery yang 
dilakukan dirumah-rumah penduduk atau pengusaha. Wadah yang digunakan berupa 
akuarium dan bak beton kecil yang dibuat permanen dengan ukran 4 x 7 m. Teknik 
pembenihannya relatif mudah dilakukan dan harga bibit yang cukup tinggi menyebabkan 
perkembangan budidayanya begitu peast. Saat ini terdapat 100 orang lebih yang 
melakukan pembenihan lobster red-claw di DI Yogyakarta. Namun jumlah tersebut 
hanya perkiraan dikarenakan belum adanya data yang akurat tentang hal itu. 
Menurut ketua asosiasi pembudidaya red-claw terdapt indikasi adanya pasar 
yang bersifat semu. Dalam hal ini permintaan cukup besar terhadap benih ataupun 
induk lobster, tetapi ini hanya bersifat sementara, yang pasti pada suatu saat pasar akan 
turun dan harganyapun akan turun secara drastis. Salah satu cara untuk mengatasi 
yaitu dengan secepatnya memulai usaha pembesarannya. Sampai saat ini pembesaran 
red-claw dilakukan petani hanya untuk dijual sebagai induk yang harganya lebih mahal 
dibandingkan dijual untuk keperluan konsumsi.. Sebagai contoh untuk satu set induk 
ukuran 250 gram yang terdiri dari 3 ekor induk jantan dan 5 ekor induk betina harganya 
mencapai Rp. 500.000 – Rp.700.000,- Harga lobster konsumsi hanya mencapai 
Rp.225.000/kg. 
Pemasaran red-claw ini meliputi wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah dan 
Jawa timur. Investasi yang dibutuhkan untuk 10 set induk saja hanya sekitar 
Rp.20.000.000,- dan akan kembali modal dalam satu siklus pembenihan.Satu ekor induk 
12
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
betina mampu menghasilkan kurang lebih 300 ekor larva. Setelah larva berumur 1 
minggu, maka larva ini mulai mencari makanan. Pakan yang diberikan kepada larva red-claw 
berupa cacing rambut atau pelet. Padat penebaran larav umur 1 – 30 hari 
mencapai 500 – 1000 ekor/m2. Air media larva harus diusahakan agar tetap bersih. 
Pemeliharaan benih dilakukan setelah larva berumur 1 bulan. Perawatan yang harus 
hati-hati adalah dalam penanganan kebersihan air. Setiap hari sisa pakan yang 
mengendap harus selalu dibersihkan, agar kualitas air tetap optimal. 
Seiring dengan perkembangan permintaan pasar, maka usaha budidaya lobster 
juga semakin menjanjikan. Permintaan lobster air tawar di dalam negeri terutama 
dibutuhkan untuk pemenuhan permintaan rumah makan, hotel, bahkan untuk pabrik 
pengalengan. Pasar luar negeri lobster air tawar yaitu Eropa, Amerika Serikat, Asia 
Tenggara, Jepang, Korea dan Taiwán. Rata-rata kebutuhan pasar mencapai 2000 ton 
per tahun (Syariefa, 2006). Keragaan usaha budidaya lobster air tawar tersebut di 
Indonesia belum banyak diketahui. Namun demikian kenyataan di beberapa wilayah 
seperti D.I Yogyakarta budidaya lobster air tawar sudah berkembang dan menjadi mata 
pencaharian yang menjanjikan. 
Pemasaran red-claw 
Pasar red-claw dibagi kedalam dua segmen yaitu pasar benih dan pasar induk. Pasar 
benih lobster ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan permintaan konsumen terhadap 
lobster ukuran 1- 2 inchi yang digunakan sebagai ikan hias. Segmen pasar lainnya yaitu 
penjualan induk lobster yaitu untuk pemenuhan kebutuhan petani pembenih dengan 
ukuran lobster yang dijual mulai dari ukuran 7 cm. 
Pemasaran lobster ukuran benih meliputi lokasi pasar di Yogyakarta dan luar 
seperti Klaten, Solo, Tegal, Jakarta, Lampung, Ambon, Surabaya, Semarang. Harga 
lobster ukuran 1 inchi dijual Rp. 1000 -1500/ekor, sedangkan ukuran 2 inchi 2500/ekor. 
Pembelian benih lobster dari petani pembenih melalui pedagang pengumpul yang 
kemudian membawanya langsung ke pasar ikan hias, sedangkan untuk di luar 
Yogyakarta lobster dibawa ke pasar-pasar ikan hias yang ada di lokasi masing-masing. 
13
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
Pemasaran lobster ukuran konsumsi, sampai saat ini masih terbatas pada 
pemenuhan untuk induk. Untuk pemenuhan induk saja menurut salah satu pembenih 
masih kesulitan karena besarnya permintaan dari masyarakat. Disamping itu apabila 
dibandingkan harga lobster untuk konsumsi dan untuk induk cukup besar dengan 
ukuran yang sama. Sebagai perbandingan apabila lobster dijual untuk konsumsi maka 
harga . Harga lobster tersebut ukuran konsumsi (10-15 ekor/kg) harganya mencapai 
225.000/kg atau Rp 175.000/kg untuk ukuran 12-15 ekor/kg. Apabila dijual sebagai 
induk maka harganya mencapai Rp.450.000 – Rp. 750.000 per set yaitu untuk 8 ekor 
induk. Pemasaran lobster air tawar saat ini masih terbatas di Yogyakarta, Semarang, 
Jawa Barat dan Jawa Timur. Pemasaran lobster air tawar dari Yogyakarta meliputi pasar 
di Yogya sendiri, Klaten, Solo, Tegal, Jakarta, Lampung, Ambon, Surabaya, Semarang. 
Benih udang lobster yang dijual dari Jogya kemudian di salurkan ke wilayah- wilayah 
pasar kemudian dijual lagi dalam ukuran induk ke Yogyakarta. Pembelian benih lobster 
dilakukan oleh pedagang dan kemudian dijual di pasar ikan hias. Penjualan induk 
lobster dilakukan oleh petani pembenih yang langsung berhubungan dengan penjual. 
Dampak penelitian terhadap pengembangan wilayah 
Berdasarkan pengkajian yang telah dilaksanakan pada tahun 2006 dan 2007, maka 
telah diperoleh teknik budidaya red-claw secara indoor dan out-door. Hasil yang 
diperoleh ini berdampak positif terhadap berkembangnya usaha budidaya red-claw di 
masyarakat. Seperti yang telah dibahas dari aspek sosial-ekonomi bahwa usaha 
perbenihan red-claw telah berkembang pesat. Namun perkembangan tersebut belum 
diimbangi dengan usaha pembesarannya. Sehingga terjadi pasar semu yang akan 
mengancam keberlanjutan usaha tersebut. Dengan berhasil didapatkannya teknik 
pembesaran dikolam, maka implikasinya akan lebih cepat dapat dimanfaatkan oleh 
masyarakat. 
Dampak dari hasil kaji terap ini mendapat respon yang relatif cepat dari 
Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan pada tahun 2006. Demikian pula pada tahun 
2007/2008 Pemerintah Provinsi Bali menetapkan Kabupaten Tabanan sebagai sentral 
pengembangan red-claw. Respon dari pihak pembudidaya terlihat lebih realistis dengan 
dibuka lahan budidaya red-claw secara swadaya di Tabanan, Karang Asem, dan 
Gianyar . Dukungan dana PEM tahun 2007 yang dikhususkan untuk budidaya red-claw 
14
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
di Tabanan pada awalnya diharapkan dapat mempercepat intensitas usaha budidaya di 
kawasan tersebut. Namun karena adanya kebijakan dari Departemen keuangan,maka 
dana PEM yang di alokasikan sebesar Rp. 1.15 milyar yang diperuntukkan bagi 20 
kelompok pembudidaya red-claw di Tabanan ternyata tidak dapat dicairkan. Hal ini 
memang menimbulkan kekecewaan di pihak pembudidaya yang telah menerima 
pelatihan dan menyiapkan lahannya untuk budidaya red-claw. 
Konsep pola riset pengembangan yang dalam pelaksanaannya bekerjasama 
dengan Pemda setempat terbukti lebih cepat memberikan dampak positif. Pola 
semacam ini dapat menjadi pola untuk diterapkan di wilayah pengembangan budidaya 
lainnya, agar lebih cepat memberikan dampak yang langsung dapat menyentuh 
kepentingan masyarakat luas. 
KESIMPULAN 
Sistem perbenihan red-claw dapat dilakukan secara in-door dan out-door. Sistem indoor 
hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dan sistem out-door dapat diaplikasikan 
untuk wilayah yang memiliki kualitas air yang memadai. Dampak dari hasil kaji terap ini 
mendapat respon yang relatif cepat dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan pada 
tahun 2006. Demikian pula pada tahun 2007 Pemerintah Provinsi Bali menetapkan 
Kabupaten Tabanan sebagai sentral pengembangan red-claw. Kontribusi yang 
diberikan oleh adanya pengembangan budidaya red-claw ini cukup signifikan dan 
memberikan dampak yang langsung dapat menyentuh kepentingan masyarakat luas. 
15
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
Daftar Pustaka 
Aliah, R.S., Kusmiati., U. Suwahyono., S. Irawati., M.H. Amarullah., M. Surachman., 
M.P.B. Imansodjana. 1983. Pembudidayaan Udang Darat (Cherax sp) di 
Wamena. Irian Jaya. Progress report. BPPT. Jakarta. 30 pp. 
Atema,J and Cobbs, J.S. 1986. Social behaviour. In J.S. Cobb and Phillips (eds). The 
Biology and management of lobsters. Volume I, p.409 – 450. (Academic Press). 
Barki, A., Gur N. and Karplus, .2001. Management of interspecific food competition 
in fish-crayfish communal culture: the effect of the spatial and temporal 
separation of feed. Aquaculture 201 ; 343-354. 
Brummett, R.E., Alon.N.C. 1994. Polyculture of nile tilapia (Oreochromis niloticus) and 
Australian red-claw crayfish (C. quadricarinatus) in earthen ponds. Aquaculture 
88:223-238. 
16 
Bouchon, D. 1991. Biological clock in seasonal reproductive cycle in the ditch shrimp 
Palaemonetes varians Leach. I. Photoperiodic time measurement. J. Exp. Mar. 
Biol. Ecol., Amsterdam, 146:1-12. 
Chang, E. S. 1993. Comparative endocrinology of molting and reproduction: insects 
and crustaceans. A. Rev. Ent., Palo Alto, 38:161-180. 
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2002. Statistik Perikanan Indonesia. 
Ditjen.Perikanan. Jakarta. 
Diaz, A. C.; Petriella, A. M. & Sousa, L. G. 1998. Setogenesis and growth of the 
freshwater prawn Palaemonetes argentinus (Decapoda, Caridea, 
Palaemonidae). Iheringia, Sér. Zool., Porto Alegre, (85):59-65. 
Frence, J.N. 1983. Response of the crayfish Orconectes virilis to experimental 
acidification of the lake with special reference tomthe importance of calcium. Di 
dalam Goldman,CR, editor. Freshwater Crayfish V. AVI. Publsh.Comp.Inc, 
Westport. p.25-45. 
Greenway, P.1974. Calcium Balance at Postmoult stage of the Freshwater Crayfish 
Austropotamobius pallipes (Lereboullet). J.Exp.Bio.61:p.35-45. 
Karplus ,I., A. Sagi., G .Hulata., T.Levi., and A. Barki. 2005. Reproductin in the 
Australia Red-claw crayfish Cherax quadricarinatus. Dept. of life science, 
Ben-Gunion University of Negey, Beer Shera, Israel. 
Karplus , I., Barki,A., Cohen, S., Hulata, G. 1995. Culture of the Australian red-claw 
crayfish in Isarael. 1. Polyculture with fish in eathern ponds. The Israeli Journal of 
Aquaculture-Bemidgeh 47:6 – 16.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
Karplus, I., Harpaz., S. Hulata, G/., Segev, R., Barki, A. 2001. Culture of the Australian 
17 
red-claw crayfish ( C. quadricarinatus) in Israel VI. Craifish incorporation into 
intensive tilapia production units. The Israeli Journal of Aquaculture-Bemidgeh 
53 (1): 23 – 33. 
Martinez, J.A., Seijo J.C. 2001. Economic of risk and uncertainty of alternative water 
exchange and aeration rate in semi-intensive shrimp culture systems. 
Aquaculture Economic and Management 5 (3/4): 129-145. 
Meade M.E.,J. E. Doeller., D.W. Kraus.,and S.A. Watts.2002. Effects of Temperature 
and Salinity on Weight Gain, Oxygen Consumption Rate, and Growth Efficiency 
in Juvenile Red-Claw Crayfish Cherax quadricarinatus. Journal of the World 
Aquaculture Society: Vol. 33, No. 2, p.188–198. 
Mitchell, B.D. & R. Collins. 1989. Development of Field-Scale Intensive Culture 
Technique for the Commercial Production of the Yabbies (Cherax destructor). 
Centre for Aquatic Science, Warnambool Institute of Advanced Education. 253 
pp. 
Monica, M.L. Fellix; Ana M Petriella. 2003. Molt cycle of the natural population of 
Palaemonetes augerilius (Crustacea, Palaemonidae) form Los Padros Lagoon 
(Buenos Aires, Argentina). Iheringia, Sér. Zool., Porto Alegre, (93) no 4. 
R.B. Primack., J.Supriatna., M. Indrawan., P.Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. 
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. p.1 - 49 
Rouse, D.B., Kahn,B.M. 1998. Production of Australian red-claw in polyculture with 
nile tilapia. Journal of the World Aquaculture Society 29 (3): 340 – 344. 
Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan,Analisis dan Interpretasinya. Gramedia 
PustakaUtama.Jakarta. 225 pp 
Zaidy, A.B. 2007. Pendayagunaan Kalsium Media Perairan dalam Proses GantiKulit 
Dan Konsekuensinya bagi Pertumbuhan Udang Galah (M. rosenbergii). Sekolah 
Pasca Sarjana IPB.Bogor. 31 pp
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 
18

More Related Content

Similar to Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...Cahya Panduputra
 
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYABACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
 
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusySafeiMufti1
 
Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya lautIbnu Riyadi
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...lisa ruliaty 631971
 
Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2ArVy Diansyah
 
PPT #9 morph slide green.pp
PPT #9 morph slide green.ppPPT #9 morph slide green.pp
PPT #9 morph slide green.ppOzikSyahreza
 
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...UNESA
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautRohman Efendi
 
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...Repository Ipb
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...Repository Ipb
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
 
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...MeltaRiniFahmi
 
Budidaya ikan system keramba jaring apung.pptx
Budidaya ikan system keramba jaring apung.pptxBudidaya ikan system keramba jaring apung.pptx
Budidaya ikan system keramba jaring apung.pptxMuhammadAyyub37
 

Similar to Penelitian Cherax di Tabanan, Bali (20)

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Walu...
 
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYABACKYARD HATCHERY RAJUNGAN;  SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA
 
Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)
 
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
 
Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya laut
 
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batamAplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA  RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...
 
Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Potensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidayaPotensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidaya
 
Budidaya ikan nila
Budidaya ikan nilaBudidaya ikan nila
Budidaya ikan nila
 
PPT #9 morph slide green.pp
PPT #9 morph slide green.ppPPT #9 morph slide green.pp
PPT #9 morph slide green.pp
 
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
 
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautBab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya laut
 
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LE...
 
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
EVALUASI PENEBARAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DI WADUK DARMA, JA...
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
 
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
 
Budidaya ikan system keramba jaring apung.pptx
Budidaya ikan system keramba jaring apung.pptxBudidaya ikan system keramba jaring apung.pptx
Budidaya ikan system keramba jaring apung.pptx
 

More from Agus Rochdianto

Perpres Tunjangan Jabatan Penyuluh Perikanan 2014
Perpres Tunjangan Jabatan Penyuluh Perikanan 2014Perpres Tunjangan Jabatan Penyuluh Perikanan 2014
Perpres Tunjangan Jabatan Penyuluh Perikanan 2014Agus Rochdianto
 
Brosur khasiat makan ikan
Brosur khasiat makan ikanBrosur khasiat makan ikan
Brosur khasiat makan ikanAgus Rochdianto
 
Brosur pembenihan lele dumbo
Brosur pembenihan lele dumboBrosur pembenihan lele dumbo
Brosur pembenihan lele dumboAgus Rochdianto
 
Brosur budidaya lele dumbo
Brosur budidaya lele dumboBrosur budidaya lele dumbo
Brosur budidaya lele dumboAgus Rochdianto
 
Selayang Pandang Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...
Selayang Pandang  Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...Selayang Pandang  Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...
Selayang Pandang Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...Agus Rochdianto
 
Profil Masjid Al Muhajirin, Perumnas Bukit Sanggulan Indah (BSI), Tabanan - Bali
Profil Masjid Al Muhajirin, Perumnas Bukit Sanggulan Indah (BSI), Tabanan - BaliProfil Masjid Al Muhajirin, Perumnas Bukit Sanggulan Indah (BSI), Tabanan - Bali
Profil Masjid Al Muhajirin, Perumnas Bukit Sanggulan Indah (BSI), Tabanan - BaliAgus Rochdianto
 

More from Agus Rochdianto (12)

Perpres Tunjangan Jabatan Penyuluh Perikanan 2014
Perpres Tunjangan Jabatan Penyuluh Perikanan 2014Perpres Tunjangan Jabatan Penyuluh Perikanan 2014
Perpres Tunjangan Jabatan Penyuluh Perikanan 2014
 
Artikel Ikan Koi
Artikel Ikan KoiArtikel Ikan Koi
Artikel Ikan Koi
 
Brosur khasiat makan ikan
Brosur khasiat makan ikanBrosur khasiat makan ikan
Brosur khasiat makan ikan
 
Brosur pembenihan lele dumbo
Brosur pembenihan lele dumboBrosur pembenihan lele dumbo
Brosur pembenihan lele dumbo
 
Brosur budidaya lele dumbo
Brosur budidaya lele dumboBrosur budidaya lele dumbo
Brosur budidaya lele dumbo
 
Budidaya Ikan bawal
Budidaya Ikan bawalBudidaya Ikan bawal
Budidaya Ikan bawal
 
Selayang Pandang Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...
Selayang Pandang  Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...Selayang Pandang  Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...
Selayang Pandang Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...
 
Budidaya Ikan Nila
Budidaya Ikan NilaBudidaya Ikan Nila
Budidaya Ikan Nila
 
Budidaya Kodok
Budidaya KodokBudidaya Kodok
Budidaya Kodok
 
Profil Masjid Al Muhajirin, Perumnas Bukit Sanggulan Indah (BSI), Tabanan - Bali
Profil Masjid Al Muhajirin, Perumnas Bukit Sanggulan Indah (BSI), Tabanan - BaliProfil Masjid Al Muhajirin, Perumnas Bukit Sanggulan Indah (BSI), Tabanan - Bali
Profil Masjid Al Muhajirin, Perumnas Bukit Sanggulan Indah (BSI), Tabanan - Bali
 
Pembenihan Ikan Karper
Pembenihan Ikan KarperPembenihan Ikan Karper
Pembenihan Ikan Karper
 
Budidaya Belut
Budidaya BelutBudidaya Belut
Budidaya Belut
 

Recently uploaded

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 

Recently uploaded (7)

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 

Penelitian Cherax di Tabanan, Bali

  • 1. 1 Kajian Sistem Produksi Budidaya Red-claw (Cherax sp.) dalam Mendukung Program Revitalisasi Perikanan. Oleh : Lies Emmawati Hadie*, Wartono Hadie*, Ketut Sugama*, Nurbakti Listyanto*, dan Yayan Hikmayani** ABSTRAK Kajian dilakukan terhadap sistem produksi budidaya red-claw yang mencakup variabel teknis dan sosial ekonomi. Dalam kegiatan ini diuji sistem produksi benih secara out-door dan in-door. Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara indoor adalah akuarium yang berjumlah 24 buah dengan ukuran 40x30x80 cm. Sistem perbenihan secara out-door dilakukan di kolam tanah berdinding beton dengan luas kolam 300 m2. Kajian sosial-ekonomi dilakukan dengan metode PRA, pengumpulan data dan informasi dari hasil penelitian serta melalui survey. Analisis data meliputi analisis deskriptif terhadap status pasar dan kendala dalam pemasaran. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem perbenihan red-claw dapat dilakukan secara in-door dan out-door. Sistem in-door hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dan sistem out-door dapat diaplikasikan untuk wilayah yang memiliki kualitas air yang memadai. Key words : production system, red-claw, socio-economic Abstract : Assessment of Production System for Red-claw Culture to Support the Fisheries Revitalization Programme. By:Lies Emmawati Hadie*, Wartono Hadie*,Ketut Sugama*, Nurbakti Listyanto*, and Yayan Hikmayani** Assessment was conducted production system of red-claw that to cover the variable of technical and socio-economic. The activities were examined the production system by in-door and out-door. The facilities were used some aquaria in size 40x30x80 cm to the amount of 24 for in-door system. Out-door system were conducted in earthen ponds with concrete wall in size 300 m2. Assessment of socio-economic was condected to PRA methode, data collection and information from research and survey. Data analysis to enclose descriptive analysis to market status and problems in marketing. Result of the assessment indicated that low investmen to in-door system, and out-door system could be applicated for area that they have a good quality. *Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Budidaya ** Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
  • 2. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 2 PENDAHULUAN Negara Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia yaitu pada urutan kedua setelah Brasilia. Salah satu hal yang menarik adalah keanekaragaman ikan mencapai 37 % dari total jenis ikan di dunia ( Primack et al, 1998). Kekayaan berbagai jenis ikan ini merupakan sumberdaya penting bagian kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan masyarakat Indonesia maupun bagi masyarakat secara keseluruhan . Diperkirakan sekitar 40 juta orang Indonesia yang hidupnya ditopang langsung oleh keanekaragaman hayati, yaitu dengan menggantungkan hidupnya pada hutan, sumberdaya pesisir dan laut maupun pertanian. Masyarakat menggunakan lebih dari 6000 spesies tanaman dan hewan dalam menopang kehidupan sehari-hari. Bagi negara, keanekaragaman hayati adalah sumberdaya yang mempunyai arti ekonomi penting. Sektor perikanan Indonesia menyumbangkan sekitar US$ 1.570.353.000 pada tahun 2002 (Direktorat Jenderal Perikanan, 2002). Berdasarkan uraian tersebut diatas, semakin jelas peran penting keanekaragaman hayati, sehingga upaya konservasinya menjadi agenda penting untuk di antisipasi. Dalam upaya melestarikan sumberdaya perikanan, maka kehadiran jenis ikan introduksi memerlukan pengaturan – pengaturan yang bersifat kebijakan. Dewasa ini telah berkembang pembudidayaan jenis lobster air tawar yang di impor dari Australia. Jenis tersebut adalah Cherax quadricarinatus yang dikenal sebagai red-claw karena capitnya yang berwarna merah. Jenis ini memiliki potensi pasar yang baik, karena dapat dikonsumsi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai lobster hias. Ciri-ciri morfologis lobster air tawar ini adalah warna tubuhnya hijau kemerahan dan warna dasar bagian atas capit berupa garis merah (Aliah et al, 1983; Atema & Cobbs, 1986 ; Brummet & Alon, 1994; Rouse & Kahn, 1998 ) . Budidaya red-claw sudah berkembang lama di beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika, Eropa. Di Indonesia sendiri budidaya lobster air tawar baru ramai sejak tahun 2002. Dari potensi yang ada, Indonesia memiliki jenis lobster yang hidup di perairan sungai Baliem di pedalaman Papua. Jenis lobster air tawar tersebut yaitu C. lorentzi,C. monticola dan black tiger. Sedangkan dibanding negara lain seperti Amerika yang mempunyai hampir 300 spesies, Eropa dengan jenis Astacus astacus, A. torrentium, Selandia Baru dengan
  • 3. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. spesies Paranephrops planifrons dan P. zelandicus dan Australia merupakan negara paling kaya dengan jenis lobsternya karena terdapat hampir 100 spesies yang masuk famili Parastacidae. Berdasarkan hasil riset telah diketahui bahwa budidaya terpadu Cherax quadricarinatus dan C. albertisi dengan padi mampu mencapai bobot 40 gram selama 90 hari. Budidaya terpadu ini dapat dikembangkan tanpa mengganggu pertumbuhan padi (Ahmad & Sofiarsih,2005). Ditinjau dari segi budidaya Cherax sp merupakan spesies yg mempunyai potensi geografis yg luas, siklus hidupnya sederhana, dan kebutuhan pakannya ekonomis, karena tidak memerlukan protein yg terlalu tinggi (Jones,2005). Tantangan untuk industri budidaya Cherax sp adalah meningkatkan produksi dengan cara ekspansi dan investasi baru agar mampu mencapai volume produksi dengan jumlah yg mencukupi untuk di ekspor secara konsisten (Dauh, 2005). Sehubungan dengan kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi perikanan belum memperlihatkan hasil yang signifikan sampai saat ini . Kondisi ini membutuhkan rancang tindak yang progresif dan bersifat menyeluruh dari aspek-aspek yang terkait di dalamnya. RENSTRA dari Departemen Kelautan dan Perikanan bertujuan untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan yaitu ikut mendorong tercapainya sasaran pembangunan kelautan dan perikanan, sekaligus mengantisipasi dinamika dan perkembangan situasi dan kondisi dalam negeri, lingkungan strategis, dan kecenderungan global yang berubah dengan cepat. Pembangunan perikanan menjadi “prime mover” (penggerak utama) terlebih lagi dalam situasi krisis ekonomi, usaha perikanan mampu bertahan, bahkan dapat menyumbangkan penerimaan devisa negara, utamanya usaha yang menghasilkan komoditas ekspor. Komoditas red-claw merupakan salah satu komoditas yg dapat diekspor. Penelitian bertujuan untuk melakukan identifikasi masalah krusial dalam manajemen usaha budidaya red-claw yang berpotensi untuk di ekspor. Disamping itu juga untuk memperoleh model pengelolaan yg efisien dalam sistem produksi budidaya jenis tersebut. 3
  • 4. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. Sasaran dari penelitian ini adalah terwujudnya peningkatan produktivitas red-claw yg mampu memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, membantu program 4 pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. BAHAN DAN METODE Kajian terhadap sistem produksi budidaya red-claw dilakukan dengan aplikasi teknik budidaya dengan menguji dua model sistem perbenihan yaitu : 1. Sistem perbenihan red-claw secara indoor hatchery 2. Sistem perbenihan red-claw secara out door Kegiatan riset dilaksanakan di BBI Pesiapan, kabupaten Tabanan, Bali pada tahun 2007 Sistem perbenihan Red-claw secara indoor hatchery Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara indoor adalah akuarium yang berjumlah 24 buah dengan ukuran 40 x 30 x 80 cm. Sistem pemeliharaan benih Cherax sp. dilaksanakan dengan resirkulasi yang menggunakan filter.Rangkaian sistem resirkulasi yang dibuat terdiri dari bak kayu, dan filter yang digunakan adalah filter yang bersifat mekanis seperti koral, ijuk dan serat fiber yang halus. Sistem resirkulasi yang dibuat juga dilengkapi dengan tower plastik dan pompa air sebagai tenaga penggerak air ( gambar 1). Gambar 1. Rangkaian sistem resirkulasi yang digunakan dalam perbenihan Red-claw secara indoor.
  • 5. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 5 Sistem perbenihan Red-claw secara out door Sarana yang digunakan dalam perbenihan secara outdoor adalah kolam tanah. Penelitian ini menggunakan dua buah kolam dengan ukuran 300 m 2. Dinding kolam terbuat dari tembok dan bagian dasar kolam berupa tanah. Sumber air kolam berasal dari sungai. Hewan uji Induk-induk yang digunakan dalam penelitian adalah indukan dari strain Walkamin yang didatangkan langsung dari Cherax Park, Australia, serta koleksi indukan Bolangan F1 dan indukan koleksi Mengwi F1. Kisaran bobot induk yang dipijahkan adalah 45 gram – 100 gram dengan ukuran panjang 14 cm – 15.5 cm. Gambar 2. Koleksi induk-induk red-claw yang digunakan sebagai hewan uji. Kajian implikasi pengembangan budidaya secara sosial - ekonomi Dampak sosial-ekonomi udang introduksi dilakukan dengan menggunakan metode PRA, pengumpulan data dan informasi dari hasil penelitian serta melalui survey. Keragaan usaha budidaya yang akan dikaji membahas tentang bagaimana budidaya lobster jenis red-claw ini diusahakan oleh masyarakat. Keragaaan pemasaran akan mengevaluasi kelembagaan pemasaran yang terlibat, daerah pemasaran serta saluran pemasaran. Data yang di gunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer di peroleh dari hasil wawancara dengan responden yaitu petani pembenih, pendeder dan pembesaran yang ada dilokasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten dan Propinsi. Data
  • 6. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. primer meliputi data yang terkait dengan usaha budidaya, informasi harga, lokasi pasar, serta kelembagaan yang terlibat dalam usaha budidaya dan pemasaran red-claw serta permasalahan yang ada dalam usahanya. Data sekunder meliputi data produksi yang diperoleh dari laporan Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat propinsi dan kabupaten. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Pengambilan responden menggunakan teknik purposive sampling yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Untuk responden pembudidaya dipilih yang membudidayakan pada tahap pembenihan, pendederan dan pembesaran, serta bagi pelaku pasar dipilih pelaku yang terlibat baik langsung ataupun tidak langsung dengan pembudidaya yang ada dilokasi. Data yang diperoleh, kemudian diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis data meliputi analisis deskriptif terhadap status pasar dan kendala dalam pemasaran. Analisis pemasaran dilakukan secara deskriptif untuk melihat saluran pemasaran serta lembaga pemasaran yang terlibat. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem produksi perbenihan red-claw secara in door Data pertumbuhan benih red-claw hasil perbenihan secara in-door seperti yang tertera di dalam Tabel 1. Tabel 1. Data pertumbuhan rata-rata bobot (gr), panjang total+sd (cm), dan coefisien variasi (%) benih red-claw secara indoor selama 30 hari masa pemeliharaan (Siklus 1). Indukan Rata-rata bobot (gr) Pj.total+ Sd (cm) Coefisien Variasi (%) Bolangan F1- A8 0.052 1.46 + 0.1956 7.4642 Bolangan F1- A11 0.125 1.93 + 0.4000 4.825 Bolangan F1- A12 0.093 1.43 + 0.2106 6.790 Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan red-claw relatif cukup baik. Namun terlihat indikasi adanya variasi pertumbuhan benih yang dihasilkan oleh indukan yang berbeda. Indukan yang benihnya dipelihara secara indoor menunjukkan variasi yang cukup besar dalam pertumbuhan
  • 7. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. bobot badan serta panjang total. Berdasarkan hasil obervasi selama satu bulan terlihat bahwa pertumbuhan benih tidak mengalami hambatan yang berarti. Data indukan red-claw yang meliputi bobot,panjang total, fekunditas dan hatching rate secara lengkap seperti yang tertera di dalam Tabel 2. 7 Tabel 2. Data rata-rata indukan red-claw strain Walkamin,Bolangan,dan Mengwi yang meliputi bobot + sd (gr),panjang total + sd (cm), fekunditas (butir) dan hatching rate (%). Strain Rata-rata bobot +Sd (gr) Pj.total+Std.deviasi (cm) Fekunditas (butir) Hatching rate ( %) Walkamin 59.08 + 1.1 13.0 + 6.70 465.0 32.9 Bolangan F1 96.76 + 12.1 15.32 + 0.82 513.0 36.06 Mengwi F1 79.66 + 11.21 14.82 + 0.94 518.0 31.85 Sehubungan dengan indukan Walkamin , karakter fekunditas dan hatching rate relatif lebih kecil dibandingkan dengan dengan indukan Bolangan dan Mengwi. Hal ini disebabkan oleh ukuran rata-rata indukan yang lebih kecil,sehingga fekunditas dan hatching rate yang dicapai juga relatif lebih sedikit. Apabila ditinjau dari segi karakter bobot indukan Bolangan mempunyai rata-rata bobot yang lebih tinggi, kemudian diikuti oleh indukan Mengwi. Indukan strain Walkamin baru berumur tiga bulan, sehingga fekunditas belum optimal. Hal ini terlihat dari total fekunditas dan hatching rate yang relatif rendah dibandingkan dengan kedua indukan lainnya. Data pertumbuhan benih Cherax sp secara indoor di dalam siklus yang kedua dicantumkan di dalam Tabel 3. Tabel 3. Data pertumbuhan rata-rata benih red-claw di dalam indoor hatchery selama 60 hari masa pemeliharaan dengan N = 20 (Siklus II). Strain Rata- rata bobot + sd (gr) Pj.total + sd (cm) Sintasan + sd (%) Mengwi F1 1.4 + 0.22 2.25 + 0.39 57.95 +17.32 Walkamin 0.45+ 0.34 2.50 + 0.57 58.98 + 16.80 Bolangan F1 1.09 + 0.76 3.37 + 0.81 40.49 + 9.09 Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa ukuran benih telah mencapai ukuran 1 inci sampai dengan 1 inch-up. Ukuran ini telah dapat dipasarkan dan
  • 8. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. siap untuk dilakukan tahap pendederan selama satu bulan untuk mencapai ukuran 2 inci. Permintaan pasar umumnya berkisar antara 1inci – 2 inch- up. Sehubungan dengan sintasan yang dapat dicapai relatif baik dengan kisaran 40.49% - 58.98 %. Sintasan terbaik dicapai oleh benih hasil indukan strain Walkamin yaitu sebesar 58.98 %, kemudian ranking kedua disusul oleh strain Mengwi F1 yang mencapai 57.95 % dan Bolangan F1 mencapai sintasan sebesar 40.49 %. Data kualitas air yang telah diobservasi mencakup 10 parameter yang dicantumkan dalam Tabel 4 sebagai berikut : 8 Tabel 4. Kualitas air dalam sistem resirkulasi untuk perbenihan red-claw secara indoor. No Parameter kualitas air Nilai rata-rata 1 pH ( keasaman) 8.4 2 kH / Karbonat hardness (o d) 7.0 3 gH/Total hardness (o d) 8.0 4 Fe/ Besi (mg/l) 0.5 5 NO2/ Nitrit (mg/l) 0.0 6 NO3/ Nitrat (mg/l) 0.0 7 NH4/ Amonium (mg/l) 2.0 8 NH3 / Amonia (mg/l) 0.3 9 PO4/ Phosphat (mg/l) 0.1 10 Cu / Cuprum (mg/l) 0 - < 0.1 Berdasarkan data kualitas air yang telah di observasi tersebut, maka dapat dilaporkan bahwa kualitas air cukup memadai untuk operasional kegiatan perbenihan lobster red-claw. Dalam rangka mengoptimalkan kualitas air, maka dalam sistem resirkulasi yang menggunakan filter biologis diperlukan waktu agar proses pertumbuhan bakteri nitrifikasi dapat berlangsung secara optimal. Sistem produksi perbenihan secara out door di kolam Hasil benih yang telah diperoleh dengan sistem out door dikolam dikemukakan datanya di dalam Tabel 5.
  • 9. 9 Tabel 5. Data panjang total rata-rata + sd (cm), bobot rata-rata + sd (gr), panjang total maksimum (cm), bobot maksimum (gr), koefisien skewness, koefisien kurtosis benih red-claw yang diperoleh dengan sistem out door di kolam tanah (N= 100). Parameter Nilai Panjang total rata-rata + standart deviasi (cm) Bobot rata-rata + standart deviasi (gr) Panjang total maksimum (cm) Panjang total minimum (cm) Bobot maksimum (gr) Bobot minimum (gr) Koefisien skewness karakter bobot Koefisien skewness karakter panjang total Koefisien kurtosis karakter bobot Koefisien kurtosis karakter panjang total 4.86 + 1.36 3.05 + 2.01 7.40 1.80 7.70 0.40 0.36 0.27 0.90 0.98 Berdasarkan data tersebut diatas maka terlihat bahwa sistem perbenihan secara out-door dapat menghasilkan benih red-claw dengan rata-rata panjang 4.86+1.36 cm.Ukuran benih yang diperoleh ini telah mencapai ukuran yang dapat dipasarkan. Seperti telah diketahui bahwa benih dengan ukuran 2 cm – 5 cm atau 1 – 2 inci telah memenuhi permintaan pasar. Dengan demikian dengan sistem perbenihan secara out-door dalam waktu satu bulan telah dapat menghasilkan benih berukuran 2 inci. Apabila ditinjau dari aspek statistik dari karakter populasi benih yang telah dihasilkan ,maka nilai koefisien skewness untuk karakter panjang mencapai 0.27 dan karakter bobot adalah sebesar 0.36. Nilai koefisien ini menunjukkan adanya kecenderungan ukuran panjang dan bobot benih red-claw yang berukuran medium. Nilai koefisien kurtosis untuk karakter panjang dan bobot mencapai 0.9 – 0.98, nilai koefisien ini menunjukkan bahwa populasi benih red-claw memiliki sifat platikurtis. Hal ini mengartikan bahwa ukuran panjang dan bobot cenderung mencapai nilai rata-rata dan tidak ada ukuran yang menonjol atau out-layer. Data kualitas air pada perbenihan red-claw secara out-door dikemukakan secara lengkap dalam tabel 6. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
  • 10. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 10 Tabel 6. Kualitas air pada perbenihan red-claw secara out-door selama satu siklus pemeliharaan . Parameter Kisaran Nilai Suhu air (oC) Suhu udara (oC) pH/keasaman air pH /keasaman tanah gH/ Total hardness (od) KH / Karbonat hardness (od) NO2 /Nitrit(ppm) NO3 / Nitrat (ppm) NH3 /Amonia (ppm) NH4 /Amonium(ppm) PO4 / Fosfat (ppm) Cu / Cuprum(ppm) Fe / Besi (ppm) 26.5 – 31.0 20.0 – 28.0 7.0 – 8.50 7.0 8.0 – 10.0 8.0 < 0.5 < 0.05 < 0.05 < 0.05 0.10- 0.25 0.0 0.1 – 0.5 Berdasarkan data kualitas air yang telah di observasi tersebut, maka dapat dilaporkan bahwa kualitas air cukup memadai untuk operasional kegiatan perbenihan lobster red-claw. Kajian implikasi pengembangan budidaya red-claw secara sosial - ekonomi Berdasarkan data yang diperoleh dari survei sosial- ekonomi, ternyata usaha budidaya lobster air tawar di Bali baru dimulai pada tahun 2006. Usaha budidaya tersebut baru dilakukan oleh beberapa orang petani. Namun berbeda dengan penjelasan dari pedagang ikan (pengepul) perkembangan perdagangan lobster air tawar ini ntelah dimulai sejak tahun 1998 dan berkembang terus sampai dengan tahun 2002. Pada tahun 2006, usaha budidaya khususnya pembenihan udang lobster ini mulai berkembang dan diusahakan oleh beberapa petani. Sebagai salah satu program pengembangan usaha lobster air tawar ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan melalui Dinas perikanannya mengajukan Dana Penguatan Modal yang di salurkan oleh Dirjen Budidaya dialokasikan bagi calon pembudidaya udang ini. Calon pembudidaya tersebut sebanyak 15 orang petani yang nantinya akan di prioritaskan pemberian modal
  • 11. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. usaha untuk usaha budidaya lobster. Alokasi dana mencapai Rp. 500 juta dari pusat dan 630 juta dana pendamping dari daerah. Alokasi dana tersebut untuk pembelian pakan 50% untuk pembelian pakan dan sarana produksi dan 625 juta untuk pembelian benih. Apabila dana tersebut tersalurkan maka kebutuhan benih udang untuk kelompok dengan perkiraan harga benih Rp. 1000/ekor membutuhkan sebanyak 625.000 ekor. Apabila diperkirakan SR 70% saja maka akan dihasilkan produksi udang lobster sebanyak 437500 ekor. Apabila 1 kg 10-12 ekor maka dihasilkan sebanyak 3645 kg. Harga udang konsumsi saat ini ukuran 10-15 ekor/kg sekitar Rp. 110.000/ekor. Sebagai langkah awal kegiatan budidaya dilakukan sosialisasi budidaya kepada calon kelompok penerima dana, berbagai pelatihan telah diberikan kepada calon pembudidaya tersebut, dan pada Bulan Juni tahun 2007 melakukan studi banding ke lokasi budidaya lobster yang ada di jawa Timur. Diharapkan pelatihan serta studi banding yang dilakukan dapat menjadi bekal bagi usaha yang akan dilakukan nantinya. Sampai dengan saat survey dilakukan usaha budidaya yang sudah berkembang dan dilakukan terbatas pada usaha pembenihan saja. Dari hasil wawancara dengan petani pembenih menyatakan bahwa kebutuhan benih udang lobster saat ini cukup besar bahkan mereka kadang-kadang tidak mampu memenuhi kebutuhan permintaan. Hal tersebut didukung oleh petani yang sedang mencoba usaha pembesarannya yang mendapatkan benih lobster air tawar tersebut dari Jawa Timur yaitu dari Madiun. 11 Gambar 3. Adopsi teknologi perbenihan red-claw di tingkat pembudidaya skala rumah-tangga di wilayah kabupaten Tabanan. Usaha pembesarannya belum berkembang, beberapa petani yang berada di Kecamatan Panebalan, ada yang sedang mencoba usaha pembesaran dan baru 2-3 bulan tanam sehingga tingkat keberhasilannya belum dapat diperkirakan. Usaha pembesaran lobster air tawar ini dilakukan oleh petani yang rata-rata tingkat ekonominya lebih baik. Hal ini disebabkan cukup besarnya investasi yang harus
  • 12. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. disiapkan untuk pemeliharaan lobster ini. Pertama kolam pemeliharaan sebagian adalah kolam beton yang nilainya cukup besar. Kedua, harga benih yang dibeli petani masih lebih tinggi dibandingkan di jawa Timur yaitu ukuran benih 2 inchi harganya mencapa Rp. 1500/ekor. Ketiga, panen lobster air tawar ini waktunya agak lama yaitu sekitar 6 bulan sehingga petani harus mempunyai persediaan keuangan atau usaha sampingan lainnya dan tidak hanya mengandalkan dari usaha budidaya saja. Kajian sosial – ekonomi masih akan dikembangkan untuk sentra perbenihan lobster air tawar Cherax sp. di daerah Jawa Timur, agar dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap berkaitan dengan usaha pengembangan Cherax sp. Usaha budidaya red-claw pada awalnya dilakukan oleh penggemar ikan hias. Oleh karena warna kulitnya yang berwarna cemerlang, maka lobster air tawar ini banyak diminati oleh masyarakat. Pembenihan lobster ini mulai tahun 2005 banyak diminati oleh masyarakat. Usaha pembenihannya dilakukan secara backyard hatchery yang dilakukan dirumah-rumah penduduk atau pengusaha. Wadah yang digunakan berupa akuarium dan bak beton kecil yang dibuat permanen dengan ukran 4 x 7 m. Teknik pembenihannya relatif mudah dilakukan dan harga bibit yang cukup tinggi menyebabkan perkembangan budidayanya begitu peast. Saat ini terdapat 100 orang lebih yang melakukan pembenihan lobster red-claw di DI Yogyakarta. Namun jumlah tersebut hanya perkiraan dikarenakan belum adanya data yang akurat tentang hal itu. Menurut ketua asosiasi pembudidaya red-claw terdapt indikasi adanya pasar yang bersifat semu. Dalam hal ini permintaan cukup besar terhadap benih ataupun induk lobster, tetapi ini hanya bersifat sementara, yang pasti pada suatu saat pasar akan turun dan harganyapun akan turun secara drastis. Salah satu cara untuk mengatasi yaitu dengan secepatnya memulai usaha pembesarannya. Sampai saat ini pembesaran red-claw dilakukan petani hanya untuk dijual sebagai induk yang harganya lebih mahal dibandingkan dijual untuk keperluan konsumsi.. Sebagai contoh untuk satu set induk ukuran 250 gram yang terdiri dari 3 ekor induk jantan dan 5 ekor induk betina harganya mencapai Rp. 500.000 – Rp.700.000,- Harga lobster konsumsi hanya mencapai Rp.225.000/kg. Pemasaran red-claw ini meliputi wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa timur. Investasi yang dibutuhkan untuk 10 set induk saja hanya sekitar Rp.20.000.000,- dan akan kembali modal dalam satu siklus pembenihan.Satu ekor induk 12
  • 13. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. betina mampu menghasilkan kurang lebih 300 ekor larva. Setelah larva berumur 1 minggu, maka larva ini mulai mencari makanan. Pakan yang diberikan kepada larva red-claw berupa cacing rambut atau pelet. Padat penebaran larav umur 1 – 30 hari mencapai 500 – 1000 ekor/m2. Air media larva harus diusahakan agar tetap bersih. Pemeliharaan benih dilakukan setelah larva berumur 1 bulan. Perawatan yang harus hati-hati adalah dalam penanganan kebersihan air. Setiap hari sisa pakan yang mengendap harus selalu dibersihkan, agar kualitas air tetap optimal. Seiring dengan perkembangan permintaan pasar, maka usaha budidaya lobster juga semakin menjanjikan. Permintaan lobster air tawar di dalam negeri terutama dibutuhkan untuk pemenuhan permintaan rumah makan, hotel, bahkan untuk pabrik pengalengan. Pasar luar negeri lobster air tawar yaitu Eropa, Amerika Serikat, Asia Tenggara, Jepang, Korea dan Taiwán. Rata-rata kebutuhan pasar mencapai 2000 ton per tahun (Syariefa, 2006). Keragaan usaha budidaya lobster air tawar tersebut di Indonesia belum banyak diketahui. Namun demikian kenyataan di beberapa wilayah seperti D.I Yogyakarta budidaya lobster air tawar sudah berkembang dan menjadi mata pencaharian yang menjanjikan. Pemasaran red-claw Pasar red-claw dibagi kedalam dua segmen yaitu pasar benih dan pasar induk. Pasar benih lobster ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan permintaan konsumen terhadap lobster ukuran 1- 2 inchi yang digunakan sebagai ikan hias. Segmen pasar lainnya yaitu penjualan induk lobster yaitu untuk pemenuhan kebutuhan petani pembenih dengan ukuran lobster yang dijual mulai dari ukuran 7 cm. Pemasaran lobster ukuran benih meliputi lokasi pasar di Yogyakarta dan luar seperti Klaten, Solo, Tegal, Jakarta, Lampung, Ambon, Surabaya, Semarang. Harga lobster ukuran 1 inchi dijual Rp. 1000 -1500/ekor, sedangkan ukuran 2 inchi 2500/ekor. Pembelian benih lobster dari petani pembenih melalui pedagang pengumpul yang kemudian membawanya langsung ke pasar ikan hias, sedangkan untuk di luar Yogyakarta lobster dibawa ke pasar-pasar ikan hias yang ada di lokasi masing-masing. 13
  • 14. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. Pemasaran lobster ukuran konsumsi, sampai saat ini masih terbatas pada pemenuhan untuk induk. Untuk pemenuhan induk saja menurut salah satu pembenih masih kesulitan karena besarnya permintaan dari masyarakat. Disamping itu apabila dibandingkan harga lobster untuk konsumsi dan untuk induk cukup besar dengan ukuran yang sama. Sebagai perbandingan apabila lobster dijual untuk konsumsi maka harga . Harga lobster tersebut ukuran konsumsi (10-15 ekor/kg) harganya mencapai 225.000/kg atau Rp 175.000/kg untuk ukuran 12-15 ekor/kg. Apabila dijual sebagai induk maka harganya mencapai Rp.450.000 – Rp. 750.000 per set yaitu untuk 8 ekor induk. Pemasaran lobster air tawar saat ini masih terbatas di Yogyakarta, Semarang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Pemasaran lobster air tawar dari Yogyakarta meliputi pasar di Yogya sendiri, Klaten, Solo, Tegal, Jakarta, Lampung, Ambon, Surabaya, Semarang. Benih udang lobster yang dijual dari Jogya kemudian di salurkan ke wilayah- wilayah pasar kemudian dijual lagi dalam ukuran induk ke Yogyakarta. Pembelian benih lobster dilakukan oleh pedagang dan kemudian dijual di pasar ikan hias. Penjualan induk lobster dilakukan oleh petani pembenih yang langsung berhubungan dengan penjual. Dampak penelitian terhadap pengembangan wilayah Berdasarkan pengkajian yang telah dilaksanakan pada tahun 2006 dan 2007, maka telah diperoleh teknik budidaya red-claw secara indoor dan out-door. Hasil yang diperoleh ini berdampak positif terhadap berkembangnya usaha budidaya red-claw di masyarakat. Seperti yang telah dibahas dari aspek sosial-ekonomi bahwa usaha perbenihan red-claw telah berkembang pesat. Namun perkembangan tersebut belum diimbangi dengan usaha pembesarannya. Sehingga terjadi pasar semu yang akan mengancam keberlanjutan usaha tersebut. Dengan berhasil didapatkannya teknik pembesaran dikolam, maka implikasinya akan lebih cepat dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Dampak dari hasil kaji terap ini mendapat respon yang relatif cepat dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan pada tahun 2006. Demikian pula pada tahun 2007/2008 Pemerintah Provinsi Bali menetapkan Kabupaten Tabanan sebagai sentral pengembangan red-claw. Respon dari pihak pembudidaya terlihat lebih realistis dengan dibuka lahan budidaya red-claw secara swadaya di Tabanan, Karang Asem, dan Gianyar . Dukungan dana PEM tahun 2007 yang dikhususkan untuk budidaya red-claw 14
  • 15. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. di Tabanan pada awalnya diharapkan dapat mempercepat intensitas usaha budidaya di kawasan tersebut. Namun karena adanya kebijakan dari Departemen keuangan,maka dana PEM yang di alokasikan sebesar Rp. 1.15 milyar yang diperuntukkan bagi 20 kelompok pembudidaya red-claw di Tabanan ternyata tidak dapat dicairkan. Hal ini memang menimbulkan kekecewaan di pihak pembudidaya yang telah menerima pelatihan dan menyiapkan lahannya untuk budidaya red-claw. Konsep pola riset pengembangan yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Pemda setempat terbukti lebih cepat memberikan dampak positif. Pola semacam ini dapat menjadi pola untuk diterapkan di wilayah pengembangan budidaya lainnya, agar lebih cepat memberikan dampak yang langsung dapat menyentuh kepentingan masyarakat luas. KESIMPULAN Sistem perbenihan red-claw dapat dilakukan secara in-door dan out-door. Sistem indoor hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dan sistem out-door dapat diaplikasikan untuk wilayah yang memiliki kualitas air yang memadai. Dampak dari hasil kaji terap ini mendapat respon yang relatif cepat dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan pada tahun 2006. Demikian pula pada tahun 2007 Pemerintah Provinsi Bali menetapkan Kabupaten Tabanan sebagai sentral pengembangan red-claw. Kontribusi yang diberikan oleh adanya pengembangan budidaya red-claw ini cukup signifikan dan memberikan dampak yang langsung dapat menyentuh kepentingan masyarakat luas. 15
  • 16. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. Daftar Pustaka Aliah, R.S., Kusmiati., U. Suwahyono., S. Irawati., M.H. Amarullah., M. Surachman., M.P.B. Imansodjana. 1983. Pembudidayaan Udang Darat (Cherax sp) di Wamena. Irian Jaya. Progress report. BPPT. Jakarta. 30 pp. Atema,J and Cobbs, J.S. 1986. Social behaviour. In J.S. Cobb and Phillips (eds). The Biology and management of lobsters. Volume I, p.409 – 450. (Academic Press). Barki, A., Gur N. and Karplus, .2001. Management of interspecific food competition in fish-crayfish communal culture: the effect of the spatial and temporal separation of feed. Aquaculture 201 ; 343-354. Brummett, R.E., Alon.N.C. 1994. Polyculture of nile tilapia (Oreochromis niloticus) and Australian red-claw crayfish (C. quadricarinatus) in earthen ponds. Aquaculture 88:223-238. 16 Bouchon, D. 1991. Biological clock in seasonal reproductive cycle in the ditch shrimp Palaemonetes varians Leach. I. Photoperiodic time measurement. J. Exp. Mar. Biol. Ecol., Amsterdam, 146:1-12. Chang, E. S. 1993. Comparative endocrinology of molting and reproduction: insects and crustaceans. A. Rev. Ent., Palo Alto, 38:161-180. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2002. Statistik Perikanan Indonesia. Ditjen.Perikanan. Jakarta. Diaz, A. C.; Petriella, A. M. & Sousa, L. G. 1998. Setogenesis and growth of the freshwater prawn Palaemonetes argentinus (Decapoda, Caridea, Palaemonidae). Iheringia, Sér. Zool., Porto Alegre, (85):59-65. Frence, J.N. 1983. Response of the crayfish Orconectes virilis to experimental acidification of the lake with special reference tomthe importance of calcium. Di dalam Goldman,CR, editor. Freshwater Crayfish V. AVI. Publsh.Comp.Inc, Westport. p.25-45. Greenway, P.1974. Calcium Balance at Postmoult stage of the Freshwater Crayfish Austropotamobius pallipes (Lereboullet). J.Exp.Bio.61:p.35-45. Karplus ,I., A. Sagi., G .Hulata., T.Levi., and A. Barki. 2005. Reproductin in the Australia Red-claw crayfish Cherax quadricarinatus. Dept. of life science, Ben-Gunion University of Negey, Beer Shera, Israel. Karplus , I., Barki,A., Cohen, S., Hulata, G. 1995. Culture of the Australian red-claw crayfish in Isarael. 1. Polyculture with fish in eathern ponds. The Israeli Journal of Aquaculture-Bemidgeh 47:6 – 16.
  • 17. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. Karplus, I., Harpaz., S. Hulata, G/., Segev, R., Barki, A. 2001. Culture of the Australian 17 red-claw crayfish ( C. quadricarinatus) in Israel VI. Craifish incorporation into intensive tilapia production units. The Israeli Journal of Aquaculture-Bemidgeh 53 (1): 23 – 33. Martinez, J.A., Seijo J.C. 2001. Economic of risk and uncertainty of alternative water exchange and aeration rate in semi-intensive shrimp culture systems. Aquaculture Economic and Management 5 (3/4): 129-145. Meade M.E.,J. E. Doeller., D.W. Kraus.,and S.A. Watts.2002. Effects of Temperature and Salinity on Weight Gain, Oxygen Consumption Rate, and Growth Efficiency in Juvenile Red-Claw Crayfish Cherax quadricarinatus. Journal of the World Aquaculture Society: Vol. 33, No. 2, p.188–198. Mitchell, B.D. & R. Collins. 1989. Development of Field-Scale Intensive Culture Technique for the Commercial Production of the Yabbies (Cherax destructor). Centre for Aquatic Science, Warnambool Institute of Advanced Education. 253 pp. Monica, M.L. Fellix; Ana M Petriella. 2003. Molt cycle of the natural population of Palaemonetes augerilius (Crustacea, Palaemonidae) form Los Padros Lagoon (Buenos Aires, Argentina). Iheringia, Sér. Zool., Porto Alegre, (93) no 4. R.B. Primack., J.Supriatna., M. Indrawan., P.Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. p.1 - 49 Rouse, D.B., Kahn,B.M. 1998. Production of Australian red-claw in polyculture with nile tilapia. Journal of the World Aquaculture Society 29 (3): 340 – 344. Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan,Analisis dan Interpretasinya. Gramedia PustakaUtama.Jakarta. 225 pp Zaidy, A.B. 2007. Pendayagunaan Kalsium Media Perairan dalam Proses GantiKulit Dan Konsekuensinya bagi Pertumbuhan Udang Galah (M. rosenbergii). Sekolah Pasca Sarjana IPB.Bogor. 31 pp
  • 18. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. 18