SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
Aktualisasi Tazkiyyah Al Nafs (Pembersihan Jiwa) Al Ghazali
dalam Pembentukan Attitude (Perilaku) Santri di
Pondok Pesantren As Sunniyah Kencong Jember.
A. Abstrak
Sebagaimana lazimnya Lembaga Pendidikan Islam, pesantren
mengemban dua misi, yakni misi intelektual (Intelectual expectation) dan misi
sosial (Social expectation). Oleh karena itu pesantren membekali santrinya
dengan seperangkat ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama sebagai bentuk
tanggungjawab intelektual, disamping juga membekali santri dengan norma-
norma untuk bisa hidup dan mengemban misi dakwah di lingkungan
masyarakatnya sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Norma-norma itu
sepenuhnya di tegakkan atas dasar etika agama, sehingga akan terbentuk perilaku
ideal menurut tolok ukur agama.
Pembentukan perilaku ideal itu sendiri dilakukan dalam kegiatan belajar
mengajar dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya
adalah dengan membiasakan santri melakukan pembersihan jiwa (tazkiyyah al-
nafs) dari segala penyakit hati, sebab hati merupakan cerminan tingkah laku
manusia. Konsep pembersihan jiwa (tazkiyyah al-nafs) ini diambil dari karya Al
Ghazali yakni Ihya’ Ulum al Di>n (‫الدين‬ ‫علوم‬ ‫)إحياء‬, dan diperkuat lagi dalam
kitab Bida>yat al-Hida>yah (‫الهداية‬ ‫)بداية‬. Kitab ini berisi tentang ajaran etika di
dalam hidup manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, maupun dalam
hubungannya dengan manusia lain.
Tentu tidak mudah bagi pesantren untuk membiasakan santri melakukan
pembersihan jiwa. Oleh karena perlu dilakukan penelitian guna menjawab dua
pertanyaan mendasar; (1) Bagaimana strategi pesantren dalam membiasakan
santri melakukan pembersihan jiwa? (2) Bagimana manfaat tazkiyyah al-nafs
tersebut terhadap pembentukan perilaku santri? Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif fenomenologis diharapkan dua pertanyaan tersebut dapat terjawab.
B. Latar Belakang Masalah
2
Pondok pesantren, meminjam kerangka Hossein Nasr, adalah dunia
tradisional Islam, yakni dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi
Islam yang dikembangkan ulama dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode
tertentu dalam sejarah Islam.1 Salah satu yang terus dan akan selalu dipertahankan
adalah tradisi menuntut ilmu—dalam terminologi pesantren disebut ngaji—yang
diyakini sebagai salah satu ibadah yang sangat besar manfaatnya dan sangat tinggi
pahalanya. Nurkholis Madjid mendifinisikan ngaji ini dari kata aji yang dalam
Bahasa Jawa berarti terhormat, mahal bahkan kadang-kadang sakti. Jadi ngaji
dalam hal ini berarti mencari sesuatu yang berharga, atau menjadikan diri sendiri
aji, terhormat atau berharga.2 Dengan demikian segala perilaku yang menyimpang
dari upaya untuk membuat diri terhormat atau berharga itu sendiri, sebisa
mungkin harus dihindari.
Demi menjadikan diri berharga dan terhormat itulah maka pondok
pesantren tidak semata memperkaya pikiran santri dengan seperangkat
pengetahuan. Sejak awal dalam diri setiap murid ditanamkan untuk menerima
etika agama di atas etika-etika yang lain.3 Penanaman etika itu sendiri dilakukan
melalui kegiatan pengajaran yang selanjutnya diaktualisasikan dalam perilaku
sehari-hari. Kitab-kitab standar yang harus dibaca oleh santri, yang sangat erat
hubungannya dengan pendidikan akhlak diambil dari karya monumental Al
Ghazali yakni Ihya’ Ulum al Di>n (‫الدين‬ ‫علوم‬ ‫)إحياء‬, dan diperkuat lagi dalam
kitab Bida>yat al-Hida>yah (‫الهداية‬ ‫)بداية‬. Kitab ini berisi tentang ajaran etika di
dalam hidup manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, maupun dalam
hubungannya dengan manusia lain.
Kitab tersebut juga berbicara mengenai jiwa manusia yang menurut al-
Ghazali memiliki empat dimensi, yakni al-nafs, al-rūh, al-qalb dan al-‘aql.4 Dari
1 Seyyed Hossein Nasr, Traditional Islam in the Modern Wordl, (London: KPI, 1987).
2 Nurkholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan,(Jakarta: Paramadina, 1997),
23.
3 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,(Jakarta: LP3ES, 1984), 21.
4
al-Nafs, berarti kekuatan hawa nafsu yang terdapat dalam diri manusia yang merupakan sumber
bagi timbulnya akhlak tercela, tetapi juga berarti jiwa rohani yang bersifat lembut, rabbani dan
3
keempat potensi itu yang paling menentukan adalah qalb yang oleh Al Ghazali
diumpamakan cermin yang dapat memantulkan segala sesuatu.5 Peran hati bagi
anggota tubuh ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua tunduk dan patuh
kepadanya. Muncul perilaku manusia baik berupa ketaatan maupun
penyelewengan sepenuhnya tergantung pada perintah hati. Oleh karenanya untuk
menciptakan perilaku yang baik harus dimulai dengan usaha membersihan hati,
sehingga darinya akan tercermin perilaku yang baik pula.6
Perintah, anjuran dan pembiasaan untuk membersihkan hati sudah
menjadi ciri khas di dalam lingkungan pesantren. Di samping sebagai manifestasi
dari kitab-kitab yang dipelajari, tidak bisa dipungkiri pesantren memiliki
kebersinggungan dengan faham sufi, sehingga tidak heran faham tersebut cukup
berpengaruh dalam kehidupan pesantren.7 Dapat dikatakan para santri yang
kerohanian (al-lathīfah al-rabbāniyyah al-rūhāniyyah). al-Rūh memiliki makna suatu jisim halus
yang berasal dari rongga jantung yang menyebar keseluruh tubuh melalui pembuluh nadi,
disamping juga bermakna jisim halus yang dapat mengenal dan memakai. al-Qalb adalah
segumpal daging yang terletak di dada sebelah kiri yang berisi rongga penuh darah, tetapi juga
sesuatu yang amat halus (lathīfah), tidak kasat mata, tidak dapat diraba, bersifat spiritual Ilahiah
yang merupakan jati diri dan hakikat manusia, yang memiliki potensi untuk mengenal,
mengetahui, mengerti, memahami dan merasakan. Sedang al-‘aql didefinisikan sebagai
pengetahuan disamping memiliki makna yang senada definisi kedua dari al-qalb . (al-Ghazali,
Metode Menaklukkan Jiwa Perspektif Sufistik , (Bandung: Mizan, 2002), 308-309.
5 al-Ghazali, Bahagia Senantiasa. terj. Dedi Slamet Riyadi dan Fauzi Faishal Bahreisy, ( Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2007) 13–14.
6
Hal ini diperkuat oleh hadits berikut ini:
َ‫و‬ َ‫ال‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ ُ‫د‬َ‫س‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫د‬َ‫س‬َ‫ف‬ ْ‫ت‬َ‫د‬َ‫س‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ ُ‫د‬َ‫س‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ح‬ُ‫ل‬َ‫ص‬ ْ‫ت‬َ‫ح‬ُ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ٌ‫ة‬َ‫غ‬ْ‫ض‬ُ‫م‬ ِ‫د‬َ‫س‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ال‬َ‫أ‬
ُ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ى‬ِ‫ه‬
(Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula
seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging
itu adalah hati” (HR al-Bukhārī dan Muslim). ( al-Nawawī, Muhy al-Dīn Abī Zakariyā Yahyā bin
Syaraf. tt. al-Adzkār al-Muntakhabah min Kalām Sayyid al-Abrār, (Surabaya: Al-Hidayah, tt),
363.
7 Pada kenyataannya kemunculan pesantren pada awal abad ke-20 sebagai lembaga pendidikan
yang mandiri kebanyakan bercorak tarekat. Martin Van Bruinnessen, Tarekat Naqsyabandiyah di
Indonesia, (Bandung: Mizan, 1992), 156-171. Dalam buku ini diceritakan secara mendalam
mengenai berbagai pesantren yang berafiliasi ke tarekat terutama tarekat Naqsyabandiyah.
Tarekat sendiri merupakan perkembangan terakhir dari tasawuf dan ketika Islam masuk ke
Indonesia, tarekat justru mencapai puncak perkembangan di dunia Islam seperti di Timur Tengah
dan India Selatan. Di tempat-tempat yang ada pengikut tarekat hampir selalu ditemukan suatu
pondokan atau zawiyah guna menampung para fakir yang hendak melakukan wirid atau suluk.
Keadaan serupa juga berlaku di Indonesia. Pusat-pusat penyebaran Islam khususnya Jawa seperti
4
mondok di pesantren sejatinya untuk memperbanyak wirid (suluk) untuk
membersihkan hati, di bawah bimbingan langsung murshid yang dalam hal ini
adalah Kyai pengasuh pondok pesantren.
Suluk itu sendiri dimaksudkan agar santri harus selalu menjaga kesucian
diri dengan menjaga hubungan dengan Allah melalui ibadah, baik yang mahz}ah
maupun ghairu mahz}ah, sebab dengan ibadah akan tercipta situasi ruhani yang
menjadi pangkal tolak bagi budi pekerti yang luhur. Ibadah juga merupakan
sarana penyucian jiwa (tazkiyyah al-nafs) dari segala kotoran hati.8 Al-Ghazālī
mengatakan bahwa penyakit hati sangatlah banyak, namun ada tiga penyakit hati
yang sangat utama, yang merupakan pokok dari segala kejelekan. Ketiga penyakit
hati itu adalah hasad, riyā’ dan ‘ujub. Dengan serangkaian ibadah yang dilakukan,
diharapkan santri bisa terhindar dari ketiga penyakit hati ini.
C. Telaah Pustaka
Tidak banyak penulis yang meneliti maupun membahas tentang konsep
Tazkiyyah Al Nafs. Diantaranya Said Hawwa yang menulis Intisari kitab Ihya'
'Ulumuddin al-Ghazali.9 Buku ini berbicara tentang Hakikat Tazkiyatun Nafs
beserta dengan tata caranya berupa ibadah dan amal perbuatan. Disamping itu
juga membahas tentang adab guru dan murid. Karya ini dilatarbelakangi oleh
di daerah Ampel dan Giri agaknya merupakan sambungan dari sistem zawiyah di India atau Timur
Tengah yang kemudian berkembang manjadi pondok pesantren seperti yang kita kenal sekarang.
Nurkholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997),
61.
8
Jaelani memberikan definisi tazkiyyah al-nafs dengan pembersihan jiwa, penyucian diri. Kata
tazkiyyah berasal dari bahasa Arab “‫”تزكية‬ yakni mashdar dari zakkā (‫)زكى‬. Pengertiannya tidak
sama dengan tathhīr ( ‫ت‬
‫ط‬
‫هير‬ ) tetapi tathhīr termasuk dalam arti tazkiyyah al-nafs (Jaelani, 2000:
43). dimana al-Ghazālī dalam kitab Bidāyah al-Hidāyah menyebutnya dengan murāqabah al-qalb
wa al-jawārih (kesadaran hati dan anggota badan), ta’addub al-‘abd zhāhiran wa bāthinan (tata
krama lahir batin seorang hamba), bashīrah bi ‘uyuub al-nafs wa āfāt al-a’māl (pengetahuan
tentang kekurangan diri dan efek perbuatan), hudhūr al-qalb (kehadiran hati), kaff al-jawārih
(menjaga anggota badan), hifzh al-a’dlā’ wa al-qalb ‘an al-ma’āshī (menjaga anggota badan dan
hati dari maksiat) dan tathhīr al-qalb (penyucian hati). (al-Ghazali, Bidāyah al-Hidāyah. Beirut:
Dar Sader, 1998) 117-118.
9
Said Hawa, al-Mustakhlish Fī Tazkiyah al-Anfus, ( Jakarta: Robbani Press,1998).
5
fakta bahwa para pendidik saat ini menghadapi berbagai kondisi yang sangat
rawan antara lain: hati dipenuhi berbagai penyakit seperti dengki dan 'ujub,
solidaritas muslim yang terasa sangat lemah, sehingga memperlemah daya
perjuangan amar ma'ruf dan nahi munkar. Untuk itu perlu adanya pembaharuan
komitmen keislaman dengan menghidupkan nilai-nilai spiritual dari berbagai
bentuk peribadatan, menghiasi jiwa dengan akhlaq mulia, dan membersihkannya
dari berbagai naluri syaithaniyah. Pemberikan perhatian kepada nilai-nila
spiritual merupakan kewajiban bagi orang-orang yang ingin memperbaiki
kehidupan pribadi dan sosial.
Penelitian yang khusus berbicara tentang konsep Tazkiyyah Al Nafs
dilakukan oleh Humaini.10 Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa secara
umum konsep nafs dalam Al-Quran menunjuk kepada sisi dalam diri manusia
yang memiliki potensi baik dan buruk. Pada hakikatnya potensi positif lebih kuat
dari pada potensi negatif. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari pada
kebaikan. Untuk itulah manusia senantiasa dituntut memelihara kesucian nafsnya
dan jangan sekali-kali mengotorinya.
Dua karya tentang Tazkiyyah Al Nafs tersebut masih berbicara sebatas
konsep pembersihan jiwa dan belum menyentuh masalah implementasi dari
konsep itu sendiri, terutama di lingkungan pesantren yang merupakan representasi
dari lembaga pendidikan Islam. Padahal tidak perlu diragukan lagi perhatian besar
pesantren terhadap upaya pembersihan jiwa. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Dyah Nawangsari di salah satu pesantren di Jember membuktikan
konsistensi pesantren terhadap upaya pembersihan jiwa.11
Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa dalam diri santri
ditanamkan lima hal yakni: yakni: (1) neriman, yakni sifat qona’ah dengan
senantiasa bersyukur dan menerima pemberian Tuhan dalam bentuk apa pun. (2)
10 Humaini, Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Al-Quran dan Implikasinya dalam Pengembangan
Pendidikan Islam, (Skripsi, UIN Maliki, Malang, 2008).
11 Dyah Nawangsari, Pemberian Hukuman Dalam Pendidikan Islam (Studi Makna Sanksi-Sanksi
Pelanggaran Kode Etik Santri Di Pondok Pesantren As Sunniyyah Kencong Jember), (Disertasi,
IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).
6
Loman, yakni sikap dermawan yang diwujudkan dengan memperbanyak zakat,
infaq, dan sadaqah. (3) Sabaran, yakni sikap sabar dengan selalu menahan nafsu
amarah. (4)Tirakatan, dengan memperbanyak puasa serta amalan-amalan ibadah
yang lain. (5) Ikhlas dalam segala tindakan atau perbuatan. Kelima sifat
tersebut—dengan peristilahan yang berbeda—sesungguhnya terjadi di hampir
seluruh pondok pesantren. Hal ini adalah bentuk pencujian jiwa yang diambil dari
konsep Tazkiyyah Al Nafs al Ghazali.
Untuk menanamkan kelima sifat ini tentu bukan hal yang mudah. Oleh
karena penelitian tentang strategi pesantren dalam upaya pembentukan jiwa santri,
serta manfaatnya bagi pembentukan perilaku santri menjadi penting untuk
dilakukan. Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya karena
tidak sekedar berbicara konsep, tetapi lebih menekankan pada tataran aplikasi.
Dapat dikatakan penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya.
D. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
secara umum yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
implementasi tazkiyyah al nafs (pembersihan jiwa) Al Ghazālī dalam
pembentukan attitude (perilaku) santri di Pondok Pesantren As Sunniyah
Kencong Jember? Dari fokus ini selanjutnya djabarkan menjadi beberapa sub
fokus masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pesantren dalam membiasakan tazkiyyah al nafs di
dalam diri santri?
2. Bagaimana manfaat tazkiyyah al nafs tersebut bagi upaya pembentukan
perilaku santri?
E. Tujuan Penelitian
Senada dengan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan
umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi tazkiyyah al
nafs (pembersihan jiwa) Al Ghazālī dalam pembentukan attitude (perilaku)
7
santri di Pondok Pesantren As Sunniyah Kencong Jember. Adapun tujuan
khususnya sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan strategi pesantren dalam membiasakan tazkiyyah al
nafs di dalam diri santri?
2. Untuk mendeskripsikan manfaat tazkiyyah al nafs tersebut bagi upaya
pembentukan perilaku santri?
F. Manfaat/Kontribusi Penelitian
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat guna menambah khasanah
keilmuan pendidikan Islam, khususnya yang berhubungan dengan penanaman
nilai-nilai moral keagamaan sebagai sarana pembentukan perilaku peserta didik.
Adapun secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara
lain:
1. Bagi ilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan
dalam membangun konsep pendidikan Islam kekinian, mengingat fakta bahwa
pendidikan saat ini semakin jauh dari nilai-nilai moral.
2. Bagi praktisi pendidikan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pertimbangan dalam mengaplikasikan konsep-konsep pendidikan Islam yang
lebih sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat.
3. Bagi masyarakat penelitian ini dapat dijadikan salah satu upaya untuk
membumikan konsep-konsep pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari.
G. Kerangka Teoritik
1. Konsep Tazkiyyah al-Nafs
Tazkiyyah al-nafs berasal dari Bahasa Arab yang terdiri dari dua kata
yaitu tazkiyyah (‫)تزكية‬ dan al-nafs (‫)النفس‬. Secara kebahasaan (etimologi) tazkiyyah
berarti menyucikan, menguatkan dan mengembangkan. Sedangkan al-nafs adalah
diri atau jiwa seseorang. Dengan demikian istilah tazkiyyah al-nafs memiliki
makna mensucikan, menguatkan dan mengembangkan jiwa sesuai dengan potensi
dasarnya (fitrah) yakni potensi iman, islam, dan ihsan kepada Allah. Adapun
secara istilah makna tazkiyyah al-nafs adalah penyucian jiwa dari segala penyakit
8
dan cacat, merealisasikan berbagai maqām kepadanya, dan menjadikan asmā' dan
shifāt sebagai akhlaknya.12
Tujuan Tazkiyyah al-nafs adalah untuk membentuk keharmonisan
hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia dan makhluk-Nya dan
dengan diri manusia sendiri.13 Dengan kata lain, tujuan tazkiyyah al-nafs adalah
membentuk manusia yang taat, takwa, dan beramal saleh dalam hidupnya, baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, negara, maupun agama. Orang
yang taat, takwa, dan beramal saleh adalah orang yang bersikap i’tidāl dalam
berakhlak dan memiliki kesehatan jiwa dalam hidupnya. Ia dekat dengan Allah
dan selalu memperoleh kemenangan.
2. Kajian Teori Tentang Penyakit Hati Yang Utama
Pembahasan tentang konsep Tazkiyyah al-nafs, harus diawali kajian
tentang berbagai penyakit hati, sebab dengan pemahaman ini akan bisa ditentukan
terapi pengobatannya. Pada dasarnyaada banyak sekali penyakit hati, tetapi yang
paling utama adalah tiga sifat yakni hasad (dengki), riya’ dan ‘ujub. Yang
dimaksud dengan hasad kondisi hati seseorang yang merasa tidak senang ketika
orag lain mendapat kenikmatan dan merasa sangat senang jika nikmat itu hilang
dari orang tersebut. Adapun yang dimaksud riya’ adalah memperlihatkan atau
memamerkan. Jadi, riyā’ adalah sikap atau tindakan seseorang karena orang lain,
12 Hawwa, al-Mustakhlish ……1998: vii.
13
Adapun secara khusus, al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan tazkiyyah al-nafs terdapat dalam
setiap rubu’ (komponen) kitab Ihyā’ Ulūm al-Dīn yang terdiri dari 4 (empat) rubu’. (1) Rubu’
ibadah: pembentukan manusia ‘ālim, mu’min, ‘ābid, muqarrib, mau beramal, berdoa, berzikir,
sadar akan akan keterbatasan umurnya, mau menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya,
dan mampu menjadikan seluruh aktivitas hidupnya bernilai ibadah kepada Allah. (2) Rubu’ adat:
membentuk manusia yang berakhlak dan beradab dalam bermuamalah dengan sesamanya, yang
sadar akan hak, kewajibannya, tugas, dan tanggung jawabnya dalamhubungan dengan kehidupan
pribadi, keluarga, masyarakat, negara, dan agama. (3) Rubu’ muhlikat: membentuk manusia yang
bersikap i’tidāl (seimbang) terhadap dirinya sendiri di dalam mempergunakan potensi yang
dimilikinya. Dengan i’tidāl terhadap dirinya, mudahlah ia memebaskan dirinya dari akhlak tercela
dan memperoleh kesehatan jiwa (shihhiyyah al-nafs). (4) Rubu’ munjiyat: membentuk manusia
yang berakhlak mulia terhadap dirinya sendiri. Lihat: A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-
Nafs) & Kesehatan Mental . ( Jakarta : AMZAH , 2000) 65 – 66.
9
hanya ingin pujian dan dilihat orang lain. Sedangkan ‘Ujub berarti kesombongan
yang ada didalam batin dikarenakan merasa memiliki kesempurnaan didalam ilmu
atau amal. Dengan kata lain ‘ujub adalah perasaan puas dengan diri sendiri,
merasa diri sangat sempurna.
H. Metode Penelitian
1. Penentuan Fokus dan Desain Penelitian
Fokus penelitian ini ditekankan pada implementasi tazkiyyah al nafs
(pembersihan jiwa) Al Ghazālī dalam pembentukan attitude (perilaku) santri di
Pondok Pesantren, oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dirasa tepat
untuk mengakomodir tujuan tersebut.14 Secara khusus penelitian ini mengunakan
pendekatan kualitatif fenomenologis yaitu usaha memahami perilaku dari
kerangka berpikir lain yang berkaitan dengan ritual pembersihan jiwa di Pondok
Pesantren.15 Adapun lokasiyang dipilih adalah pondok pesantren As Sunniyah
Kencong Jember, mengingat lembaga ini dipandang memiliki ciri-ciri yang sesuai
dengan fokus penelitian, yakni selalu membiasakan santrinya untuk melakukan
penbersihan jiwa (tazkiyyah al-nafs).
2. Teknik Pengumpulan Data
Penggalian data dalam penelitian ini, dilakukan secara serkuler dengan
menggunakan tiga pendekatan yaitu: (1) wawancara komprehensif (indepth
interview), (2) pengamatan peran serta (participan observation) dan (3)
14
penelitian yang bersifat alamiyah seperti ini tepatnya menggunakan pendekatan desain kualitatif
(qualitative design). Penelitian kualitatif sendiri didifinisikan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Lihat:
R.C. Bogdan, and Biklen, S.K. Qualitative Research for Education an Introduction to Theori and
Methods. (London: Allyn and Bacon. Inc, 1982).
15 Pendekatan fenomenologi adalah suatu usaha untuk memahami individu atau kehidupan atau
pengalaman seseorang melalui persepsi mereka agar dapat difahami dunia yang dijalani oleh
individu tersebut. Lihat: Creswell, J. W, Qualitative Inquiry and Research Design Choosing
Among Five Tradition. (London: Sage Publition, 1998).
10
dokumentasi. Penggunaan wawancara dalam penelitian ini antara lain untuk
mengetahui cara pandang Kyai, ustadz maupun para pengelola pondok pesantren
serta santri mengenai implementasi tazkiyyah al-nafs, serta manfaat yang
ditimbulkannya. Pengamatan digunakan untuk meneliti keadaan lingkungan
pondok pesantren dan juga kegiatan belajar mengajar di pesantren tersebut.
Adapun dokumentasi dalam penelitian ini digunakan dalam mengumpulkan
catata-catatan otobiografi, sejarah pesantren, dokumen-dokumen pesantren,
silsilah keluarga Kyai. Data dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai
data pelengkap yang telah diperoleh memalui metode interview dan observasi.
3. Informan Penelitian
Informan penelitian diambil dengan menggunakan sampling Porposife
dimana sampel diambil bukan tergantung pada populasi, melainkan sesuai dengan
tujuan penelitian. Diantara informan itu adalah Kyai, pengasuh pondok pesantren,
santri, dan masyarakat sekitar. Selanjutnya guna memburu informasi yang relevan
dan urgen, maka peneliti di dalam mengumpulkan data melalui wawancara dan
observasi akan menggunakan teknik sampling bola salju (snowball sampling
tecknique)16
4. Teknik Analisis Data
Sebagai penelitian fenomenologis, maka analisis datanya bersifat
induktif. Dengan demikian peneliti akan berusaha menggali fenomena-fenomena
yang terjadi di lembaga yang menjadi subyek penelitian, kemudian
menghubungkan fenomena yang beragam itu untuk membangun suatu teori.17
16 Dalam menjalankan teknik ini peneliti pertama-tama datang kepada seseorang yang menurut
pengakuannya dapat dipakai sebagai informan kunci, tetapi setelah berbicara secara cukup,
informan tersebut menunjukan subyek lain yang dipandang mengetahui lebih banyak masalahnya,
sehingga peneliti menunjuknya sebagai informan baru, dan demikian pula seterusnya, sehingga
data yang diperoleh semakin banyak, lengkap dan mendalam. Proses ini ibarat bola salju yang
menggelinding semakin lama semakin besar. Lihat: Sutopo, H.B. Konsep-konsep Dasar dalam
Penelitian Kualitatif, 1988, hal. 17, Makalah Seminar Nasional dosen FKIP/FIS UNS. Surakarta:
26-27 Agustus.
17
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif. (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 52
11
Dalam mengembangkan pola fikir itu akan digunakan pendekatan suksesif
(successive Approximation).18 Di karenakan analisis data sebagai suatu proses,
maka pelaksanaannya sudah mulai dilakukan semenjak pengumpulan data dan
dilakukan secara intensif.
I. Daftar Pustaka
Abidin, Zainal. 1975. Riwayat Hidup Imam al-Ghazali. Surabaya: Bulan Bintang
Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. Qualitative Research for Education an
Introduction to Theori and Methods. (London: Allyn and Bacon. Inc,
1982).
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif. (Bandung: Pustaka Setia, 2002).
Dhofier, Zamaksyari Tradisi Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1984).
al-Ghazālī,. Metode Menaklukkan Jiwa Perspektif Sufistik. (Bandung: Mizan,
2002).
al-Ghazālī, Abū Hāmid. Bidāyah al-Hidāyah. (Beirut: Dar Sader, 1998).
al-Ghazālī, Imam Abu Hamid. 1418 H. Bidāyah al-Hidāyah, Tuntunan Mencapai
Hidayah Ilahi. terj. H.M. Fadlil Sa’id An-Nadwi. (Surabaya: Al-Hidayah,
tt).
al-Ghazālī, Imam. Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn. (Surabaya: Al-Hidayah, tt).
al-Samarqandī, Nashr bin Muhammad bin Ibrāhīm. Tanbīh al-Ghāfilīn.
(Surabaya: Al-Hidayah, tt).
18
Succesive approximation, yakni analisis data yang dilakukan dengan cara pengulangan dari
berbagai tahapan analisis sebagai sebuah rangkaian siklus yang dilakukan berulang-ulang hingga
mencapai analisis akhir. Adapun langkah-langkah dari model analisis ini adalah sebagai berikut:
pertama; peneliti mengawalinya dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, serta menetapkan
kerangka-kerangka asumsi dan konsep-konsep. Kedua; melakukan penelitian terhadap data yang
ada, serta pengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap fakta-fakta untuk melihat seberapa kuat
kesesuaian antara konsep dengan fakta-fakta dan fitur data. Peneliti juga harus menciptakan
konsep-konsep baru dengan melakukan abstraksi dari fakta-fakta tersebut sehingga didapatkan
kesesuaian yang lebih baik antara konsep dan fakta. Ketiga; peneliti mengumpulkan bukti-bukti
tambahan untuk mengatasi permasalahan yang belum terselesaikan pada tahap pertama, dengan
mengulang proses yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam setiap tahapan yang dilalui antara
fakta dengan teori saling menyesuaikan satu sama lain. Modifikasi antara fakta dan teori ini
dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh data yang benar-benar akurat, Lihat: W.
Lawrence Neuman, Social Reseach Methodes Qualitative and Quantitative Approaches, (London:
Allyn & Bacon, 1997), 427.
12
Hawwa, Said. al-Mustakhlish Fī Tazkiyah al-Anfus, terj. J(akarta: Robbani Press,
1998).
H.B. Sutopo, Konsep-konsep Dasar dalam Penelitian Kualitatif, , Makalah
Seminar Nasional dosen FKIP/FIS UNS. (Surakarta: 26-27 Agustus 1988)
Jaelani, A.F. Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental. (Jakarta:
AMZAH, 2000).
J. W, Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five
Tradition. (London: Sage Publition, 1998).
Madjid, Nurkholis, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997).
Nasr, Seyyed Hossein Traditional Islam in the Modern Wordl, (London: KPI,
1987).
Neuman, W. Lawrence, Social Reseach Methodes Qualitative and Quantitative
Approaches, (London: Allyn & Bacon, 1997).
Sholihin, Tasawuf Tematik. (Bandung: CV Pustaka Setia: 2003).
Van Bruinnessen, Martin Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung:
Mizan, 1992).

More Related Content

Similar to OPTIMALKAN TAZKIYYAH

Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu TasawufUrgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu TasawufThufailah Mujahidah
 
Metodologi Study Islam
Metodologi Study IslamMetodologi Study Islam
Metodologi Study IslamAsma'ul Khusna
 
Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd
Filsafat al ghazali dan ibnu rusydFilsafat al ghazali dan ibnu rusyd
Filsafat al ghazali dan ibnu rusydDwi Andriani
 
tasawuf smt 1.pptx
tasawuf smt 1.pptxtasawuf smt 1.pptx
tasawuf smt 1.pptxinisagiat
 
Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawufudajamil
 
PROPOSAL SEKRIPSI ZAKI.docx
PROPOSAL SEKRIPSI ZAKI.docxPROPOSAL SEKRIPSI ZAKI.docx
PROPOSAL SEKRIPSI ZAKI.docxFaturozaky
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdfZukét Printing
 
Uts Filsafat Pendidikan.pdf
Uts Filsafat Pendidikan.pdfUts Filsafat Pendidikan.pdf
Uts Filsafat Pendidikan.pdfRizkyAdeaulia
 
psikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi12
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxZukét Printing
 
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxKD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxSyarifatul Marwiyah
 
menuntu ilmu
menuntu ilmumenuntu ilmu
menuntu ilmusulaeni
 
Makalah_Bahasa_Indonesia_Kehidupan_Akhla.docx
Makalah_Bahasa_Indonesia_Kehidupan_Akhla.docxMakalah_Bahasa_Indonesia_Kehidupan_Akhla.docx
Makalah_Bahasa_Indonesia_Kehidupan_Akhla.docxNilaSuratusSaadah
 
PEMIKIRAN SYEKH AZ ZARNUZI.pdf
PEMIKIRAN SYEKH AZ ZARNUZI.pdfPEMIKIRAN SYEKH AZ ZARNUZI.pdf
PEMIKIRAN SYEKH AZ ZARNUZI.pdfAnnisaFajri3
 
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptxTUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptxmuhamzad
 
Pendahuluan akhlak arsyad
Pendahuluan akhlak arsyadPendahuluan akhlak arsyad
Pendahuluan akhlak arsyadArsyad Qolbun
 

Similar to OPTIMALKAN TAZKIYYAH (20)

Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu TasawufUrgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
Urgensi Dasar, Dasar, dan Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf
 
Metodologi Study Islam
Metodologi Study IslamMetodologi Study Islam
Metodologi Study Islam
 
Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd
Filsafat al ghazali dan ibnu rusydFilsafat al ghazali dan ibnu rusyd
Filsafat al ghazali dan ibnu rusyd
 
Makalah Ilmu Tasawuf.docx
Makalah Ilmu Tasawuf.docxMakalah Ilmu Tasawuf.docx
Makalah Ilmu Tasawuf.docx
 
tasawuf smt 1.pptx
tasawuf smt 1.pptxtasawuf smt 1.pptx
tasawuf smt 1.pptx
 
Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawuf
 
PROPOSAL SEKRIPSI ZAKI.docx
PROPOSAL SEKRIPSI ZAKI.docxPROPOSAL SEKRIPSI ZAKI.docx
PROPOSAL SEKRIPSI ZAKI.docx
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 
Uts Filsafat Pendidikan.pdf
Uts Filsafat Pendidikan.pdfUts Filsafat Pendidikan.pdf
Uts Filsafat Pendidikan.pdf
 
psikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi dalam islam
psikologi dalam islam
 
Studi.Tasawuf.Indonesia.pptx
Studi.Tasawuf.Indonesia.pptxStudi.Tasawuf.Indonesia.pptx
Studi.Tasawuf.Indonesia.pptx
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
 
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxKD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
 
TASAWUF
TASAWUFTASAWUF
TASAWUF
 
menuntu ilmu
menuntu ilmumenuntu ilmu
menuntu ilmu
 
Makalah_Bahasa_Indonesia_Kehidupan_Akhla.docx
Makalah_Bahasa_Indonesia_Kehidupan_Akhla.docxMakalah_Bahasa_Indonesia_Kehidupan_Akhla.docx
Makalah_Bahasa_Indonesia_Kehidupan_Akhla.docx
 
Mengenali Tasauf
Mengenali TasaufMengenali Tasauf
Mengenali Tasauf
 
PEMIKIRAN SYEKH AZ ZARNUZI.pdf
PEMIKIRAN SYEKH AZ ZARNUZI.pdfPEMIKIRAN SYEKH AZ ZARNUZI.pdf
PEMIKIRAN SYEKH AZ ZARNUZI.pdf
 
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptxTUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
TUGAS MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF.pptx
 
Pendahuluan akhlak arsyad
Pendahuluan akhlak arsyadPendahuluan akhlak arsyad
Pendahuluan akhlak arsyad
 

Recently uploaded

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

OPTIMALKAN TAZKIYYAH

  • 1. 1 Aktualisasi Tazkiyyah Al Nafs (Pembersihan Jiwa) Al Ghazali dalam Pembentukan Attitude (Perilaku) Santri di Pondok Pesantren As Sunniyah Kencong Jember. A. Abstrak Sebagaimana lazimnya Lembaga Pendidikan Islam, pesantren mengemban dua misi, yakni misi intelektual (Intelectual expectation) dan misi sosial (Social expectation). Oleh karena itu pesantren membekali santrinya dengan seperangkat ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama sebagai bentuk tanggungjawab intelektual, disamping juga membekali santri dengan norma- norma untuk bisa hidup dan mengemban misi dakwah di lingkungan masyarakatnya sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Norma-norma itu sepenuhnya di tegakkan atas dasar etika agama, sehingga akan terbentuk perilaku ideal menurut tolok ukur agama. Pembentukan perilaku ideal itu sendiri dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan membiasakan santri melakukan pembersihan jiwa (tazkiyyah al- nafs) dari segala penyakit hati, sebab hati merupakan cerminan tingkah laku manusia. Konsep pembersihan jiwa (tazkiyyah al-nafs) ini diambil dari karya Al Ghazali yakni Ihya’ Ulum al Di>n (‫الدين‬ ‫علوم‬ ‫)إحياء‬, dan diperkuat lagi dalam kitab Bida>yat al-Hida>yah (‫الهداية‬ ‫)بداية‬. Kitab ini berisi tentang ajaran etika di dalam hidup manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, maupun dalam hubungannya dengan manusia lain. Tentu tidak mudah bagi pesantren untuk membiasakan santri melakukan pembersihan jiwa. Oleh karena perlu dilakukan penelitian guna menjawab dua pertanyaan mendasar; (1) Bagaimana strategi pesantren dalam membiasakan santri melakukan pembersihan jiwa? (2) Bagimana manfaat tazkiyyah al-nafs tersebut terhadap pembentukan perilaku santri? Dengan menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis diharapkan dua pertanyaan tersebut dapat terjawab. B. Latar Belakang Masalah
  • 2. 2 Pondok pesantren, meminjam kerangka Hossein Nasr, adalah dunia tradisional Islam, yakni dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang dikembangkan ulama dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam.1 Salah satu yang terus dan akan selalu dipertahankan adalah tradisi menuntut ilmu—dalam terminologi pesantren disebut ngaji—yang diyakini sebagai salah satu ibadah yang sangat besar manfaatnya dan sangat tinggi pahalanya. Nurkholis Madjid mendifinisikan ngaji ini dari kata aji yang dalam Bahasa Jawa berarti terhormat, mahal bahkan kadang-kadang sakti. Jadi ngaji dalam hal ini berarti mencari sesuatu yang berharga, atau menjadikan diri sendiri aji, terhormat atau berharga.2 Dengan demikian segala perilaku yang menyimpang dari upaya untuk membuat diri terhormat atau berharga itu sendiri, sebisa mungkin harus dihindari. Demi menjadikan diri berharga dan terhormat itulah maka pondok pesantren tidak semata memperkaya pikiran santri dengan seperangkat pengetahuan. Sejak awal dalam diri setiap murid ditanamkan untuk menerima etika agama di atas etika-etika yang lain.3 Penanaman etika itu sendiri dilakukan melalui kegiatan pengajaran yang selanjutnya diaktualisasikan dalam perilaku sehari-hari. Kitab-kitab standar yang harus dibaca oleh santri, yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan akhlak diambil dari karya monumental Al Ghazali yakni Ihya’ Ulum al Di>n (‫الدين‬ ‫علوم‬ ‫)إحياء‬, dan diperkuat lagi dalam kitab Bida>yat al-Hida>yah (‫الهداية‬ ‫)بداية‬. Kitab ini berisi tentang ajaran etika di dalam hidup manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, maupun dalam hubungannya dengan manusia lain. Kitab tersebut juga berbicara mengenai jiwa manusia yang menurut al- Ghazali memiliki empat dimensi, yakni al-nafs, al-rūh, al-qalb dan al-‘aql.4 Dari 1 Seyyed Hossein Nasr, Traditional Islam in the Modern Wordl, (London: KPI, 1987). 2 Nurkholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan,(Jakarta: Paramadina, 1997), 23. 3 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,(Jakarta: LP3ES, 1984), 21. 4 al-Nafs, berarti kekuatan hawa nafsu yang terdapat dalam diri manusia yang merupakan sumber bagi timbulnya akhlak tercela, tetapi juga berarti jiwa rohani yang bersifat lembut, rabbani dan
  • 3. 3 keempat potensi itu yang paling menentukan adalah qalb yang oleh Al Ghazali diumpamakan cermin yang dapat memantulkan segala sesuatu.5 Peran hati bagi anggota tubuh ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua tunduk dan patuh kepadanya. Muncul perilaku manusia baik berupa ketaatan maupun penyelewengan sepenuhnya tergantung pada perintah hati. Oleh karenanya untuk menciptakan perilaku yang baik harus dimulai dengan usaha membersihan hati, sehingga darinya akan tercermin perilaku yang baik pula.6 Perintah, anjuran dan pembiasaan untuk membersihkan hati sudah menjadi ciri khas di dalam lingkungan pesantren. Di samping sebagai manifestasi dari kitab-kitab yang dipelajari, tidak bisa dipungkiri pesantren memiliki kebersinggungan dengan faham sufi, sehingga tidak heran faham tersebut cukup berpengaruh dalam kehidupan pesantren.7 Dapat dikatakan para santri yang kerohanian (al-lathīfah al-rabbāniyyah al-rūhāniyyah). al-Rūh memiliki makna suatu jisim halus yang berasal dari rongga jantung yang menyebar keseluruh tubuh melalui pembuluh nadi, disamping juga bermakna jisim halus yang dapat mengenal dan memakai. al-Qalb adalah segumpal daging yang terletak di dada sebelah kiri yang berisi rongga penuh darah, tetapi juga sesuatu yang amat halus (lathīfah), tidak kasat mata, tidak dapat diraba, bersifat spiritual Ilahiah yang merupakan jati diri dan hakikat manusia, yang memiliki potensi untuk mengenal, mengetahui, mengerti, memahami dan merasakan. Sedang al-‘aql didefinisikan sebagai pengetahuan disamping memiliki makna yang senada definisi kedua dari al-qalb . (al-Ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa Perspektif Sufistik , (Bandung: Mizan, 2002), 308-309. 5 al-Ghazali, Bahagia Senantiasa. terj. Dedi Slamet Riyadi dan Fauzi Faishal Bahreisy, ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007) 13–14. 6 Hal ini diperkuat oleh hadits berikut ini: َ‫و‬ َ‫ال‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ ُ‫د‬َ‫س‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫د‬َ‫س‬َ‫ف‬ ْ‫ت‬َ‫د‬َ‫س‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ ُ‫د‬َ‫س‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ح‬ُ‫ل‬َ‫ص‬ ْ‫ت‬َ‫ح‬ُ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ٌ‫ة‬َ‫غ‬ْ‫ض‬ُ‫م‬ ِ‫د‬َ‫س‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ال‬َ‫أ‬ ُ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ى‬ِ‫ه‬ (Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati” (HR al-Bukhārī dan Muslim). ( al-Nawawī, Muhy al-Dīn Abī Zakariyā Yahyā bin Syaraf. tt. al-Adzkār al-Muntakhabah min Kalām Sayyid al-Abrār, (Surabaya: Al-Hidayah, tt), 363. 7 Pada kenyataannya kemunculan pesantren pada awal abad ke-20 sebagai lembaga pendidikan yang mandiri kebanyakan bercorak tarekat. Martin Van Bruinnessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1992), 156-171. Dalam buku ini diceritakan secara mendalam mengenai berbagai pesantren yang berafiliasi ke tarekat terutama tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat sendiri merupakan perkembangan terakhir dari tasawuf dan ketika Islam masuk ke Indonesia, tarekat justru mencapai puncak perkembangan di dunia Islam seperti di Timur Tengah dan India Selatan. Di tempat-tempat yang ada pengikut tarekat hampir selalu ditemukan suatu pondokan atau zawiyah guna menampung para fakir yang hendak melakukan wirid atau suluk. Keadaan serupa juga berlaku di Indonesia. Pusat-pusat penyebaran Islam khususnya Jawa seperti
  • 4. 4 mondok di pesantren sejatinya untuk memperbanyak wirid (suluk) untuk membersihkan hati, di bawah bimbingan langsung murshid yang dalam hal ini adalah Kyai pengasuh pondok pesantren. Suluk itu sendiri dimaksudkan agar santri harus selalu menjaga kesucian diri dengan menjaga hubungan dengan Allah melalui ibadah, baik yang mahz}ah maupun ghairu mahz}ah, sebab dengan ibadah akan tercipta situasi ruhani yang menjadi pangkal tolak bagi budi pekerti yang luhur. Ibadah juga merupakan sarana penyucian jiwa (tazkiyyah al-nafs) dari segala kotoran hati.8 Al-Ghazālī mengatakan bahwa penyakit hati sangatlah banyak, namun ada tiga penyakit hati yang sangat utama, yang merupakan pokok dari segala kejelekan. Ketiga penyakit hati itu adalah hasad, riyā’ dan ‘ujub. Dengan serangkaian ibadah yang dilakukan, diharapkan santri bisa terhindar dari ketiga penyakit hati ini. C. Telaah Pustaka Tidak banyak penulis yang meneliti maupun membahas tentang konsep Tazkiyyah Al Nafs. Diantaranya Said Hawwa yang menulis Intisari kitab Ihya' 'Ulumuddin al-Ghazali.9 Buku ini berbicara tentang Hakikat Tazkiyatun Nafs beserta dengan tata caranya berupa ibadah dan amal perbuatan. Disamping itu juga membahas tentang adab guru dan murid. Karya ini dilatarbelakangi oleh di daerah Ampel dan Giri agaknya merupakan sambungan dari sistem zawiyah di India atau Timur Tengah yang kemudian berkembang manjadi pondok pesantren seperti yang kita kenal sekarang. Nurkholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), 61. 8 Jaelani memberikan definisi tazkiyyah al-nafs dengan pembersihan jiwa, penyucian diri. Kata tazkiyyah berasal dari bahasa Arab “‫”تزكية‬ yakni mashdar dari zakkā (‫)زكى‬. Pengertiannya tidak sama dengan tathhīr ( ‫ت‬ ‫ط‬ ‫هير‬ ) tetapi tathhīr termasuk dalam arti tazkiyyah al-nafs (Jaelani, 2000: 43). dimana al-Ghazālī dalam kitab Bidāyah al-Hidāyah menyebutnya dengan murāqabah al-qalb wa al-jawārih (kesadaran hati dan anggota badan), ta’addub al-‘abd zhāhiran wa bāthinan (tata krama lahir batin seorang hamba), bashīrah bi ‘uyuub al-nafs wa āfāt al-a’māl (pengetahuan tentang kekurangan diri dan efek perbuatan), hudhūr al-qalb (kehadiran hati), kaff al-jawārih (menjaga anggota badan), hifzh al-a’dlā’ wa al-qalb ‘an al-ma’āshī (menjaga anggota badan dan hati dari maksiat) dan tathhīr al-qalb (penyucian hati). (al-Ghazali, Bidāyah al-Hidāyah. Beirut: Dar Sader, 1998) 117-118. 9 Said Hawa, al-Mustakhlish Fī Tazkiyah al-Anfus, ( Jakarta: Robbani Press,1998).
  • 5. 5 fakta bahwa para pendidik saat ini menghadapi berbagai kondisi yang sangat rawan antara lain: hati dipenuhi berbagai penyakit seperti dengki dan 'ujub, solidaritas muslim yang terasa sangat lemah, sehingga memperlemah daya perjuangan amar ma'ruf dan nahi munkar. Untuk itu perlu adanya pembaharuan komitmen keislaman dengan menghidupkan nilai-nilai spiritual dari berbagai bentuk peribadatan, menghiasi jiwa dengan akhlaq mulia, dan membersihkannya dari berbagai naluri syaithaniyah. Pemberikan perhatian kepada nilai-nila spiritual merupakan kewajiban bagi orang-orang yang ingin memperbaiki kehidupan pribadi dan sosial. Penelitian yang khusus berbicara tentang konsep Tazkiyyah Al Nafs dilakukan oleh Humaini.10 Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa secara umum konsep nafs dalam Al-Quran menunjuk kepada sisi dalam diri manusia yang memiliki potensi baik dan buruk. Pada hakikatnya potensi positif lebih kuat dari pada potensi negatif. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan. Untuk itulah manusia senantiasa dituntut memelihara kesucian nafsnya dan jangan sekali-kali mengotorinya. Dua karya tentang Tazkiyyah Al Nafs tersebut masih berbicara sebatas konsep pembersihan jiwa dan belum menyentuh masalah implementasi dari konsep itu sendiri, terutama di lingkungan pesantren yang merupakan representasi dari lembaga pendidikan Islam. Padahal tidak perlu diragukan lagi perhatian besar pesantren terhadap upaya pembersihan jiwa. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Dyah Nawangsari di salah satu pesantren di Jember membuktikan konsistensi pesantren terhadap upaya pembersihan jiwa.11 Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa dalam diri santri ditanamkan lima hal yakni: yakni: (1) neriman, yakni sifat qona’ah dengan senantiasa bersyukur dan menerima pemberian Tuhan dalam bentuk apa pun. (2) 10 Humaini, Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Al-Quran dan Implikasinya dalam Pengembangan Pendidikan Islam, (Skripsi, UIN Maliki, Malang, 2008). 11 Dyah Nawangsari, Pemberian Hukuman Dalam Pendidikan Islam (Studi Makna Sanksi-Sanksi Pelanggaran Kode Etik Santri Di Pondok Pesantren As Sunniyyah Kencong Jember), (Disertasi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).
  • 6. 6 Loman, yakni sikap dermawan yang diwujudkan dengan memperbanyak zakat, infaq, dan sadaqah. (3) Sabaran, yakni sikap sabar dengan selalu menahan nafsu amarah. (4)Tirakatan, dengan memperbanyak puasa serta amalan-amalan ibadah yang lain. (5) Ikhlas dalam segala tindakan atau perbuatan. Kelima sifat tersebut—dengan peristilahan yang berbeda—sesungguhnya terjadi di hampir seluruh pondok pesantren. Hal ini adalah bentuk pencujian jiwa yang diambil dari konsep Tazkiyyah Al Nafs al Ghazali. Untuk menanamkan kelima sifat ini tentu bukan hal yang mudah. Oleh karena penelitian tentang strategi pesantren dalam upaya pembentukan jiwa santri, serta manfaatnya bagi pembentukan perilaku santri menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya karena tidak sekedar berbicara konsep, tetapi lebih menekankan pada tataran aplikasi. Dapat dikatakan penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya. D. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka secara umum yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: Bagaimana implementasi tazkiyyah al nafs (pembersihan jiwa) Al Ghazālī dalam pembentukan attitude (perilaku) santri di Pondok Pesantren As Sunniyah Kencong Jember? Dari fokus ini selanjutnya djabarkan menjadi beberapa sub fokus masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi pesantren dalam membiasakan tazkiyyah al nafs di dalam diri santri? 2. Bagaimana manfaat tazkiyyah al nafs tersebut bagi upaya pembentukan perilaku santri? E. Tujuan Penelitian Senada dengan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi tazkiyyah al nafs (pembersihan jiwa) Al Ghazālī dalam pembentukan attitude (perilaku)
  • 7. 7 santri di Pondok Pesantren As Sunniyah Kencong Jember. Adapun tujuan khususnya sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan strategi pesantren dalam membiasakan tazkiyyah al nafs di dalam diri santri? 2. Untuk mendeskripsikan manfaat tazkiyyah al nafs tersebut bagi upaya pembentukan perilaku santri? F. Manfaat/Kontribusi Penelitian Secara teoritis penelitian ini bermanfaat guna menambah khasanah keilmuan pendidikan Islam, khususnya yang berhubungan dengan penanaman nilai-nilai moral keagamaan sebagai sarana pembentukan perilaku peserta didik. Adapun secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Bagi ilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam membangun konsep pendidikan Islam kekinian, mengingat fakta bahwa pendidikan saat ini semakin jauh dari nilai-nilai moral. 2. Bagi praktisi pendidikan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam mengaplikasikan konsep-konsep pendidikan Islam yang lebih sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. 3. Bagi masyarakat penelitian ini dapat dijadikan salah satu upaya untuk membumikan konsep-konsep pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari. G. Kerangka Teoritik 1. Konsep Tazkiyyah al-Nafs Tazkiyyah al-nafs berasal dari Bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu tazkiyyah (‫)تزكية‬ dan al-nafs (‫)النفس‬. Secara kebahasaan (etimologi) tazkiyyah berarti menyucikan, menguatkan dan mengembangkan. Sedangkan al-nafs adalah diri atau jiwa seseorang. Dengan demikian istilah tazkiyyah al-nafs memiliki makna mensucikan, menguatkan dan mengembangkan jiwa sesuai dengan potensi dasarnya (fitrah) yakni potensi iman, islam, dan ihsan kepada Allah. Adapun secara istilah makna tazkiyyah al-nafs adalah penyucian jiwa dari segala penyakit
  • 8. 8 dan cacat, merealisasikan berbagai maqām kepadanya, dan menjadikan asmā' dan shifāt sebagai akhlaknya.12 Tujuan Tazkiyyah al-nafs adalah untuk membentuk keharmonisan hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia dan makhluk-Nya dan dengan diri manusia sendiri.13 Dengan kata lain, tujuan tazkiyyah al-nafs adalah membentuk manusia yang taat, takwa, dan beramal saleh dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, negara, maupun agama. Orang yang taat, takwa, dan beramal saleh adalah orang yang bersikap i’tidāl dalam berakhlak dan memiliki kesehatan jiwa dalam hidupnya. Ia dekat dengan Allah dan selalu memperoleh kemenangan. 2. Kajian Teori Tentang Penyakit Hati Yang Utama Pembahasan tentang konsep Tazkiyyah al-nafs, harus diawali kajian tentang berbagai penyakit hati, sebab dengan pemahaman ini akan bisa ditentukan terapi pengobatannya. Pada dasarnyaada banyak sekali penyakit hati, tetapi yang paling utama adalah tiga sifat yakni hasad (dengki), riya’ dan ‘ujub. Yang dimaksud dengan hasad kondisi hati seseorang yang merasa tidak senang ketika orag lain mendapat kenikmatan dan merasa sangat senang jika nikmat itu hilang dari orang tersebut. Adapun yang dimaksud riya’ adalah memperlihatkan atau memamerkan. Jadi, riyā’ adalah sikap atau tindakan seseorang karena orang lain, 12 Hawwa, al-Mustakhlish ……1998: vii. 13 Adapun secara khusus, al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan tazkiyyah al-nafs terdapat dalam setiap rubu’ (komponen) kitab Ihyā’ Ulūm al-Dīn yang terdiri dari 4 (empat) rubu’. (1) Rubu’ ibadah: pembentukan manusia ‘ālim, mu’min, ‘ābid, muqarrib, mau beramal, berdoa, berzikir, sadar akan akan keterbatasan umurnya, mau menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, dan mampu menjadikan seluruh aktivitas hidupnya bernilai ibadah kepada Allah. (2) Rubu’ adat: membentuk manusia yang berakhlak dan beradab dalam bermuamalah dengan sesamanya, yang sadar akan hak, kewajibannya, tugas, dan tanggung jawabnya dalamhubungan dengan kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, negara, dan agama. (3) Rubu’ muhlikat: membentuk manusia yang bersikap i’tidāl (seimbang) terhadap dirinya sendiri di dalam mempergunakan potensi yang dimilikinya. Dengan i’tidāl terhadap dirinya, mudahlah ia memebaskan dirinya dari akhlak tercela dan memperoleh kesehatan jiwa (shihhiyyah al-nafs). (4) Rubu’ munjiyat: membentuk manusia yang berakhlak mulia terhadap dirinya sendiri. Lihat: A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al- Nafs) & Kesehatan Mental . ( Jakarta : AMZAH , 2000) 65 – 66.
  • 9. 9 hanya ingin pujian dan dilihat orang lain. Sedangkan ‘Ujub berarti kesombongan yang ada didalam batin dikarenakan merasa memiliki kesempurnaan didalam ilmu atau amal. Dengan kata lain ‘ujub adalah perasaan puas dengan diri sendiri, merasa diri sangat sempurna. H. Metode Penelitian 1. Penentuan Fokus dan Desain Penelitian Fokus penelitian ini ditekankan pada implementasi tazkiyyah al nafs (pembersihan jiwa) Al Ghazālī dalam pembentukan attitude (perilaku) santri di Pondok Pesantren, oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dirasa tepat untuk mengakomodir tujuan tersebut.14 Secara khusus penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif fenomenologis yaitu usaha memahami perilaku dari kerangka berpikir lain yang berkaitan dengan ritual pembersihan jiwa di Pondok Pesantren.15 Adapun lokasiyang dipilih adalah pondok pesantren As Sunniyah Kencong Jember, mengingat lembaga ini dipandang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan fokus penelitian, yakni selalu membiasakan santrinya untuk melakukan penbersihan jiwa (tazkiyyah al-nafs). 2. Teknik Pengumpulan Data Penggalian data dalam penelitian ini, dilakukan secara serkuler dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu: (1) wawancara komprehensif (indepth interview), (2) pengamatan peran serta (participan observation) dan (3) 14 penelitian yang bersifat alamiyah seperti ini tepatnya menggunakan pendekatan desain kualitatif (qualitative design). Penelitian kualitatif sendiri didifinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Lihat: R.C. Bogdan, and Biklen, S.K. Qualitative Research for Education an Introduction to Theori and Methods. (London: Allyn and Bacon. Inc, 1982). 15 Pendekatan fenomenologi adalah suatu usaha untuk memahami individu atau kehidupan atau pengalaman seseorang melalui persepsi mereka agar dapat difahami dunia yang dijalani oleh individu tersebut. Lihat: Creswell, J. W, Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Tradition. (London: Sage Publition, 1998).
  • 10. 10 dokumentasi. Penggunaan wawancara dalam penelitian ini antara lain untuk mengetahui cara pandang Kyai, ustadz maupun para pengelola pondok pesantren serta santri mengenai implementasi tazkiyyah al-nafs, serta manfaat yang ditimbulkannya. Pengamatan digunakan untuk meneliti keadaan lingkungan pondok pesantren dan juga kegiatan belajar mengajar di pesantren tersebut. Adapun dokumentasi dalam penelitian ini digunakan dalam mengumpulkan catata-catatan otobiografi, sejarah pesantren, dokumen-dokumen pesantren, silsilah keluarga Kyai. Data dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai data pelengkap yang telah diperoleh memalui metode interview dan observasi. 3. Informan Penelitian Informan penelitian diambil dengan menggunakan sampling Porposife dimana sampel diambil bukan tergantung pada populasi, melainkan sesuai dengan tujuan penelitian. Diantara informan itu adalah Kyai, pengasuh pondok pesantren, santri, dan masyarakat sekitar. Selanjutnya guna memburu informasi yang relevan dan urgen, maka peneliti di dalam mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi akan menggunakan teknik sampling bola salju (snowball sampling tecknique)16 4. Teknik Analisis Data Sebagai penelitian fenomenologis, maka analisis datanya bersifat induktif. Dengan demikian peneliti akan berusaha menggali fenomena-fenomena yang terjadi di lembaga yang menjadi subyek penelitian, kemudian menghubungkan fenomena yang beragam itu untuk membangun suatu teori.17 16 Dalam menjalankan teknik ini peneliti pertama-tama datang kepada seseorang yang menurut pengakuannya dapat dipakai sebagai informan kunci, tetapi setelah berbicara secara cukup, informan tersebut menunjukan subyek lain yang dipandang mengetahui lebih banyak masalahnya, sehingga peneliti menunjuknya sebagai informan baru, dan demikian pula seterusnya, sehingga data yang diperoleh semakin banyak, lengkap dan mendalam. Proses ini ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Lihat: Sutopo, H.B. Konsep-konsep Dasar dalam Penelitian Kualitatif, 1988, hal. 17, Makalah Seminar Nasional dosen FKIP/FIS UNS. Surakarta: 26-27 Agustus. 17 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif. (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 52
  • 11. 11 Dalam mengembangkan pola fikir itu akan digunakan pendekatan suksesif (successive Approximation).18 Di karenakan analisis data sebagai suatu proses, maka pelaksanaannya sudah mulai dilakukan semenjak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif. I. Daftar Pustaka Abidin, Zainal. 1975. Riwayat Hidup Imam al-Ghazali. Surabaya: Bulan Bintang Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. Qualitative Research for Education an Introduction to Theori and Methods. (London: Allyn and Bacon. Inc, 1982). Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif. (Bandung: Pustaka Setia, 2002). Dhofier, Zamaksyari Tradisi Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1984). al-Ghazālī,. Metode Menaklukkan Jiwa Perspektif Sufistik. (Bandung: Mizan, 2002). al-Ghazālī, Abū Hāmid. Bidāyah al-Hidāyah. (Beirut: Dar Sader, 1998). al-Ghazālī, Imam Abu Hamid. 1418 H. Bidāyah al-Hidāyah, Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi. terj. H.M. Fadlil Sa’id An-Nadwi. (Surabaya: Al-Hidayah, tt). al-Ghazālī, Imam. Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn. (Surabaya: Al-Hidayah, tt). al-Samarqandī, Nashr bin Muhammad bin Ibrāhīm. Tanbīh al-Ghāfilīn. (Surabaya: Al-Hidayah, tt). 18 Succesive approximation, yakni analisis data yang dilakukan dengan cara pengulangan dari berbagai tahapan analisis sebagai sebuah rangkaian siklus yang dilakukan berulang-ulang hingga mencapai analisis akhir. Adapun langkah-langkah dari model analisis ini adalah sebagai berikut: pertama; peneliti mengawalinya dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, serta menetapkan kerangka-kerangka asumsi dan konsep-konsep. Kedua; melakukan penelitian terhadap data yang ada, serta pengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap fakta-fakta untuk melihat seberapa kuat kesesuaian antara konsep dengan fakta-fakta dan fitur data. Peneliti juga harus menciptakan konsep-konsep baru dengan melakukan abstraksi dari fakta-fakta tersebut sehingga didapatkan kesesuaian yang lebih baik antara konsep dan fakta. Ketiga; peneliti mengumpulkan bukti-bukti tambahan untuk mengatasi permasalahan yang belum terselesaikan pada tahap pertama, dengan mengulang proses yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam setiap tahapan yang dilalui antara fakta dengan teori saling menyesuaikan satu sama lain. Modifikasi antara fakta dan teori ini dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh data yang benar-benar akurat, Lihat: W. Lawrence Neuman, Social Reseach Methodes Qualitative and Quantitative Approaches, (London: Allyn & Bacon, 1997), 427.
  • 12. 12 Hawwa, Said. al-Mustakhlish Fī Tazkiyah al-Anfus, terj. J(akarta: Robbani Press, 1998). H.B. Sutopo, Konsep-konsep Dasar dalam Penelitian Kualitatif, , Makalah Seminar Nasional dosen FKIP/FIS UNS. (Surakarta: 26-27 Agustus 1988) Jaelani, A.F. Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental. (Jakarta: AMZAH, 2000). J. W, Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Tradition. (London: Sage Publition, 1998). Madjid, Nurkholis, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997). Nasr, Seyyed Hossein Traditional Islam in the Modern Wordl, (London: KPI, 1987). Neuman, W. Lawrence, Social Reseach Methodes Qualitative and Quantitative Approaches, (London: Allyn & Bacon, 1997). Sholihin, Tasawuf Tematik. (Bandung: CV Pustaka Setia: 2003). Van Bruinnessen, Martin Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1992).