SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
1
BEHEL DI RAWALO
( KAJIAN EVALUATIF TERDAPAT QUR’AN SURAT AT-TIN AYAT 4 DALAM
TAFSIR AL-MISBAH )
PROPOSAL SEKRIPSI
Oleh :
MOHAMAD FATHU ROZAKI
1801024
2
SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN
MIFTAHUL HUDA PESAWAHAN RAWALO
BEHEL DI RAWALO
( KAJIAN EVALUATIF TERDAPAT QUR’AN SURAT AT-TIN
AYAT 4 DALAM TAFSIR AL-MISBAH )
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan umat manusia atau bangsa tergantung dari seberapa banyak umat tersebut
menggunakan rasio yang merupakan bentuk anugerah dari Allah SWT. Oleh karenanya
Islam memerintahkan umatnya untuk selalu belajar. Perintah belajar serta memahami ayat-
ayat Allah SWT terdapat dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11.1
َ‫ي‬ ‫ا‬ْ
‫و‬ُ
‫ح‬َ
‫س‬ْ‫ف‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ
‫س‬ِ‫ل‬ٓ
‫ج‬َ
‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ
‫ِف‬ ‫ا‬ْ
‫و‬ُ
‫ح‬َّ
‫س‬َ
‫ف‬َ‫ت‬ ْ
‫م‬ُ
‫ك‬َ‫ل‬ َ
‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬ ‫ا‬‫ا‬
ْ
‫و‬ُ‫ن‬َ
‫م‬ٓ‫ا‬ َ
‫ن‬ْ‫ي‬ِ
‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ
‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫ا‬ٓ
‫ٰي‬
َ‫ف‬ ‫ا‬ْ
َُ
ُُ
ُْْ‫ا‬ َ
‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬َ
َ ْ
‫م‬ُ
‫ك‬َ‫ل‬ ُٓ
ٰ
‫اّل‬ ِ
َِ
‫س‬ْ
‫ف‬
‫ا‬ْ
َُ
ُُ
ُْْ‫ا‬
َ
‫ن‬ْ‫ي‬ِ
‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُٓ
ٰ
‫اّل‬ ِ
‫ع‬َ‫ف‬ْ
‫ر‬َ‫ي‬
َِ
‫ب‬ ُٓ
ٰ
‫اّل‬َ
َ ٍۗ
‫ت‬ ٓ
‫ج‬َ
‫ر‬َ
‫د‬ َ
‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ت‬ْ
َُ‫ا‬ َ
‫ن‬ْ‫ي‬ِ
‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ
َ
ْۙ
ْ
‫م‬ُ
‫ك‬ْ‫ن‬ِ
‫م‬ ‫ا‬ْ
‫و‬ُ‫ن‬َ
‫م‬ٓ‫ا‬
‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ
‫خ‬ َ
‫ن‬ْ
‫و‬ُ‫ل‬َ
‫م‬ْ
‫ع‬َ‫ت‬ ‫ا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah
niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah: 11).2
Ayat diatas menjelaskan tentang pernyataan bahwa Allah SWT berjanji akan
mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur. Dalam tafsiran lain, yakni
tafsir al-Qur’an Kemenag juga diterangkan bahwa ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat
ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau
yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling
bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka,
sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang
1
Ana Rahmawati, “Kontekstualisasi Surat Al-Kahfi Ayat 66-82 dalam Pendidikan Kontemporer”, dalam Jurnal
Tarbawi Vol. 13. No.1, Januari - Juni 2016, h. 93
2
Qur’an Kemenag
4
telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan
yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk.
Akhir dari ayat 11 surat al-Mujadalah ini menerangkan bahwa Allah akan
mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-
Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram
dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk
menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai
derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu
diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Dari beberapa aspek kehidupan yang ada di sekitar lingkungan kita, al-Qur’an banyak
mempunyai peran kehidupan yang bisa mendukung serta dapat menjadi panutan untuk
kelangsungan hidup umat manusia. Diantaranya dapat kita jumpai ayat-ayat dalam surat-
surat yang tertuang dalam al-Qur’an seperti sebagai pedoman hidup, pengobat atau
penyembuh sakit dan luka, penyejuk hati, bahkan sampai menjadi sebuah jalan terbukanya
rezeki.
Dilihat dari makna al-Qur’an secara global, dapat diartikan bahwa al-Qur’an
merupakan wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah
disampaikan kepada umatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukum kafir bagi orang yang
mengingkarinya.3
Tidak ada khilaf (perbedaan) sedikitpun diantara umat Islam bahwa al-
Qur’an itu pokok (assay) bagi syari’at Islam dan sumber mata airnya. Dari al-Qur’an tersebut
diambilah segala pokok-pokok syari’at dan cabang-cabangnya, juga mengambil tenaga dari
dalil-dalil syar’i. Dengan demikian dipandang bahwa al-Qur’an itu dasar yang kully bagi
syari’at dan pengumpul segala hukum.4
Sisi lain al-Qur’an selain sebagai pedoman hidup umat manusia ialah al-Qur’an berisi
3
Teuku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang:
PustakaRiski Putra, 2009), h. 2-3
4
Teuku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, h. 147
5
pesan-pesan Ilahi (risalah Ilahiyyah) untuk umat manusia yang disampaikan melalui Nabi
Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak berbeda dengan risalah yang dibawa oleh nabi
Adam, Nuh, Ibrahim, dan rasul-rasul lainnya sampai kepada Nabi Isa as. Risalah itu adalah
mentauhidkan Allah, yaitu ma> lakun min ila>hin ghayruh (tidak ada bagi kamu Tuhan
selain-Nya). Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh al-Qur’an tidak berbeda dengan konsep
ketuhanan yang diajarkan semua nabi dan rasul yang pernah Allah utus di dunia ini.5
Umat Islam memandang al-Qur’an sebagai kitab petunjuk kehidupan dan aturan yang
harus diikuti sepanjang sejarah dan merupakan bukti Ilahi dan mukjizat abadi bagi
Rasulullah SAW. Mereka juga merenungkan ayatnya dari berbagai segi. Kendati jarak kita
semakin jauh dengan masa diturunkannya kitab suci ini, namun keagungan dan kedalaman
batiniah nya justru semakin bertambah dan bertambah, makin hari semakin meningkatnya
intensif rangkaian kajian dan juga penelitian yang dilakukan terhadapnya.6
Seiring berkembangnya zaman, kajian mengenai al-Qur’an mengalami banyak
perkembangan dalam wilayah kajiannya. Dimulai dari kajian teks kepada implementasi pada
kehidupan sehari-hari baik bersifat sosial maupun budaya, yang sering disebut dengan istilah
Living Qur’an. M. Masrur berpendapat bahwa Living Qur’an sebenarnya bermula dari
fenomena al-Qur’an in Everyday Life, yakni makna dan fungsi al-Qur’an yang riil dipahami
dan dialami masyarakat Muslim. Kajian Living Qur’an belum menjadi objek studi bagi ilmu-
ilmu al-Qur’an konvensional (klasik).7
Living al-Qur’an merupakan kajian atau penelitian
ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan
al-Qur’an di sebuah komunitas Muslim tertentu yang kemudian perlu dijadikan objek studi
baru bagi para pemerhati studi Qur’an dan untuk menyederhanakan ungkapan, maka
5
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, Skripsi, (Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2019), h. 2
6
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 3
7
M. Mansyur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits (Yogyakarta: Teras, 2007), Cet. I, h. 5
6
digunakanlah istilah Living Qur’an.8
Pembahasan mengenai al-Qur’an tidak akan lepas dari fungsi al-Qur’an sebagai kitab
suci yang berisikan ajaran-ajaran moral untuk menuntun manusia ke jalan yang lurus. Hanya
saja, ketika al-Qur’an diterima oleh publik, kitab ini menghadapi banyak pergeseran
paradigma sehingga diperlakukan, diresepsi dan diungkapkan sesuai dengan ekspresi
pengetahuan dan keyakinan masing-masing.9
Hal ini menyebabkan proses pembahasan
Living Qur’an tidak jauh dari resepsi umat terhadap bacaan-bacaan al-Qur’an. Sudah sangat
banyak praktik resepsi al-Qur’an yang sering kita jumpai dalam kehidupan kaum Muslim
sehari-hari dimana praktik-praktk tersebut tidak tertolak dari pemahaman yang benar (secara
agama) atas kandungan teks al-Qur’an.10
Seorang Muslim diperintahkan untuk membaca al-
Qur’an dan terlebih mengamalkan dalam manjalani kehidupan sehari-hari agar memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Namun, dalam realitanya fenomena pembacaan al-
Qur’an dijadikan sebagai suatu apresiasi dan respons resepsi.11
Resepsi masyarakat terhadap musik misalnya, merupakan fenomena kontemporer, di
mana syair yang disertai irama yang menghentak bisa membius pendengarnya dan bias
menggetarkan genderang psikis dan fisiologis mereka yang menghayatinya. Fakta ini telah
membuktikan bagaimana sebenarnya kekuatan kata-kata bisa menggerakkan jiwa,
mengarahkan dan menentukan perilaku seseorang.12
Resepsi dapat diartikan sebagai respon,
penerimaan, atau tanggapan. Sedangkan resepsi sastra yakni sebagai tanggapan, penerimaan
seorang pembaca terhadap sebuah karya sastra. Nilai sastra atau karya sastra tidak mungkin
ada tanpa partisipasi aktif penerimanya.13
8
M. Mansyur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, h. 7-8
9
Ahmad Roja Badrus Zaman, “Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwokerto”, dalam Jurnal
Maghza: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Januari-Juni, vol. 4, no. 1, 2019, h. 15
10
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 6
11
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 3
12
Fahmi Riyadi, “Resepsi Umat Atas Al-Qur’an”, dalam Jurnal Studia Islamika, Vol. 11, No.1, Juni 2014: 43-60,
h. 44
13
Miftahur Rahman, “Resepsi terhadap Ayat Al-Kursī dalam Literatur Keislaman”, dalam Jurnal Maghza: Jurnal
7
Dalam pembahasan ini penulis akan memfokuskan pada teori resepsi Ahmad Rafiq
yakni pengertian tentang resepsi terhadap al-Qur’an, yaitu bagaimana seseorang bereaksi
terhadap al-Qur’an dengan cara menerima, memanfaatkan, merespon, atau menggunakan al-
Qur’an. Resepsi terhadap al-Qur’an ini berarti bagaimana al-Qur’an dipahami dan
dipraktekkan oleh sahabat Nabi dan generasi sesudahnya, atau bahkan hingga era
kontemporer, sehingga memunculkan fenomena-fenomena yang cukup menarik. Fenomena
yang muncul sebagai hasil upaya umat Islam bergaul dengan kitab sucinya.14
Ahmad Rafiq mengatakan bahwa kajian tentang resepsi al-Qur’an tergolong dalam
kajian fungsi, yang terdiri dari fungsi informatif dan performatif. Dari kedua fungsi ini,
menurutnya lembaga pendidikan keagamaan seperti pondok pesantren itu lebih cenderung
kearah performatif, yang dapat dianalisa menurut tiga tipologi, antara lain: 1) Resepsi
Eksegesis yakni ketika al-Qur’an diposisikan sebagai teks yang berbahasa Arab dan
bermakna sebagai bahasa. Resepsi eksegesis mewujud dalam bentuk penafsiran al-Qur’an,
baik bentuk tulisan maupun ucapan. 2) Resepsi Estetis, resepsi ini berusaha menunjukkan
keindahan inheren al-Qur’an, diterima dengan cara yang estetis artinya al-Qur’an dapat
ditulis, dibaca, disuarakan, atau ditampilkan dengan cara yang estetik. 3) Resepsi Fungsional
al-Qur’an diposisikan sebagai kitab yang ditujukan kepada manusia untuk dipergunakan
demi tujuan tertentu yang dapat terwujud dalam fenomena sosial budaya di masyarakat
dengan cara dibaca, disuarakan, diperdengarkan, ditulis, dipakai, atau ditempatkan.15
Umat manusia, khususnya umat islam ternyata sangat beragam ada berbagai model
dalam meresepsikan al-Qur’an, mulai yang berorientasi pada pemahaman dan pendalaman
maknanya, sampai yang hanya sekedar membaca sebagai sebuah ritual atau untuk
memperoleh ketenangan jiwa. Bahkan, ada pula model pembacaan al-Qur’an yang di
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Juli-Desember, Vol. 3, No. 2, 2018, h. 135
14
Miftahur Rahman, “Resepsi terhadap Ayat Al-Kursī dalam Literatur Keislaman”, dalam Jurnal Maghza: Jurnal
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Juli-Desember, Vol. 3, No. 2, 2018, h. 136
15
Ahmad Roja Badrus Zaman, “Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwokerto”, h. 19
8
dalamnya bertujuan untuk mendatangkan kekuatan magis atau sebagai terapi pengobatan.16
Selain al-Qur’an yang bernilai ibadah bagi siapapun yang membacanya, al-Qur’an
sudah dipercaya mendatangkan ketentraman dan ketenangan hati. Dari sinilah muncul
berbagai anggapan bahwa al-Qur’an mampu menjadi pegangan untuk mengawali,
mendampingi, menemani, serta menyertai kelangsungan hidup di dunia. Hal ini dapat kita
lihat dari pembuktian-pembuktian yang ada di lingkungan sekitar, misalnya seperti praktik-
praktik pembacaan al-Qur’an di majlis-majlis, surau, TPQ, Masjid, madrasah, sekolah,
asrama serta di pondok pesantren tentunya.
Praktik pembacaan al-Qur’an sendiri tidak lepas dari bagaimana cara audien
mengekspresikannya dalam berbagai bentuk ungkapan dan perbuatan. Salah-satu kasus yang
bisa diangkat dalam konteks ekpresi bacaan ayat al-Qur’an bermotif petunjuk praktis adalah
kisah dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, penulis wahyu dan mufassir era sahabat di saat
beliau sakit menjelang akhir hayatnya. Namun inisiatif Abu Bakar untuk mempraktikan
pembacaan al-Qur’an ditolak oleh Abdullah Bin Mas’ud dengan berkata:
“Maaf, sayat tidak butuh itu. Karena, sepeninggalku kelak, aku telah mengajarkan
suatu surat al-Qur’an kepada putra-putriku yang jika dibaca secara intensif oleh
mereka tidak akan bisa ditimpa kefakiran selamanya, yaitu surat al-Waqi’ah”.17
Kisah tersebut bisa dijadikan parameter secara nyata bahwa resepsi fungsional
praktikal terhadap ayat suci al-Qur’an sudah ada ditingkat para sahabat yang dilakukan
secara masif dan intensif. Sebagaimana yang diungkap oleh Faturrasyid yang menyatakan
bahwa praktik pembacaan ayat al-Qur’an tidak boleh ada henti-hentinya untuk selalu dibaca
setiap hari dan malam hingga suasana seakan akan seperti dawai lebah.18
Dari kisah sahabat
diatas, praktik dari resepsi al-Qur’an tersebut terus mengalami transmisi dan transformasi
pada generasi berikutnya baik dari tabi’in, tabi’ut tabi’in hingga sampai pada masyarakat
16
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 5
17
M. Ulil Abshor, “Resepsi Al-Qr’an Masyarakat Gemawang Mlati Yogyakarta”, dalam Jurnal QOF, Volume 3
Nomor 1 Januari 2019, h.42
18
M. Ulil Abshor, “Resepsi Al-Qr’an MasyarakatGemawang Mlati Yogyakarta”, h.43
9
kita.
Dewasa ini telah ditemukan berbagai macam resepsi yang membentuk suatu
komunitas-komunitas sehingga menujukkan respon sosial masyarakat dalam meresepsikan
al-Qur’an. Wujud nyatanya adalah Pondok Pesantren Miftahul Huda yang bertempat di
Pesawahan, Rawalo, Banyumas. Di lembaga pesantren ini banyak menghadirkan resepsi
terhadap pembacaan ayat-ayat al-Qur’an bagi santri putri maupun putra.
Pondok Pesantren Miftahul Huda merupakan Pondok Pesantren Putra dan Putri yang
diasuh oleh K.H. Khanan Masykur beserta keluarga besarnya. Pondok Pesantren ini memiliki
banyak cara meresepsikan al-Qur’an diantaranya dengan cara membaca surat-surat pilihan
tertentu, salah satunya adalah pembacaan QS. Al-Kahfi yang dilakukan seminggu sekali
setiap hari Jum’at pagi selesai shalat subuh dan pembacaan wirid bersama. Dan dari sinilah
penulis tertarik ingin meneliti kenapa di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo QS. Al-
Kahfi sangat di prioritaskan untuk dibaca setiap hari Jum’at pagi.
Pondok Pesantren Miftahul Huda merupakan sebuah pondok pesantren yang tidak
hanya mengutamakan kitab kuning tetapi juga mengunggulkan dalam menghafal al-Qur’an.
Hal ini menyebabkan praktek pembacaan al-Qur’an tidak akan terlepas dari sederet kegiatan
para santri Miftahul Huda, khususnya bagi santri hufadz dalam proses menghafal dan
menjaga hafalannya. Diantara resepsi dari ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan di Pondok
Pesantren Miftahul Huda yaitu QS. Yasin, QS. Al-Mulk, QS. Al-Waqi’ah dan QS. Al-Kahfi.
Adapun praktik pembacaan QS. Yasin yaitu dibaca setiap selesai sholat Maghrib, QS. Al-
Mulk dibaca setiap selesai sholat Subuh, QS. Al-Waqi’ah dibaca setiap selesai sholat Ashar
dan QS. Al-Kahfi yang dilaksanakan setiap hari Jum’at pagi selesai sholat Subuh bejamaah.
Alasan kenapa penulis memilih QS. Al- Kahfi sebagai tema penelitiannya adalah
karena resepsi pembacaan QS. Al-Kahfi dilakukan khusus, yaitu hanya dibaca seminggu
sekali setiap hari Jum’at pagi. Hal inilah yang menarik peneliti, kenapa harus dibaca hari
10
jum’at dan kenapa hanya QS. Al- Kahfi. Adapun alasan memilih Pondok Pesantren Miftahul
Huda adalah karena sejauh ini belum ada yang pernah meneliti tentang resepsi bacaan al-
Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas.
Berangkat dari fenomena ini, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang
“RESEPSI BACAAN QS. AL-KAHFI SETIAP HARI JUM’AT DI PONDOK
PESANTREN MIFTAHUL HUDA RAWALO BANYUMAS”. Bagi penulis, fenomena
ini sangan menarik untuk dikaji dan diteliti sebagai model alternatif bagi suatu komunitas
sosial dan lembaga dalam berinteraksi dengan al-Qur’an.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan pemaparan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini ialah Bagaimana Resepsi Bacaan QS. Al-Kahfi di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah mengetahui dan
menjelaskan bagaimana Resepsi Bacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul Huda
Rawalo Banyumas. Disini penulis juga mempunyai tujuan agar dapat menjelaskan
bagaimana teori resepsi Ahmad Rafiq tentang resepsi bacaan al-Qur’an yakni bagaimana
seseorang bereaksi terhadap al-Qur’an dengan cara menerima, memanfaatkan, merespon,
atau menggunakan al-Qur’an.
D. Manfaat Penelitian
Dari aspek akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka
Living Qur’an, sehingga bisa berguna terutama bagi yang memfokuskan pada kajian sosio-
kultural masyarakat Muslim dalam memperlakukan, memanfaatkan atau mengamalkan al-
Qur’an.
Secara praktis, penelitian ini juga dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
11
kesadaran masyarakat dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. Khususnya bagi para santri
Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas, agar semakin cinta terhadap al-Qur’an
baik dalam menghafalkannya, memahaminya dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
E. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembuatan skripsi maka dibawah ini
penulis akan menjelaskan pengertian secara operasional dari judul yang dibahas sebagai
berikut:
1. Resepsi
Menurut etimologi, resepsi ialah salah satu kata yang berasal dari bahasa latin
yakni recipere, yang mempunyai arti penyambutan atau penerimaan pembaca.
Sementara resepsi menurut terminologi ialah sebuah respon yang dilakukan oleh
pembaca terhadap sebuah karya sastra.19
Kemudian, jika kata resepsi dikombinasikan dengan al-Qur’an, maka dapat
dipahami bahwa resepsi al-Qur’an adalah sambutan pembaca terhadap kehadiran al-
Qur’an. Sambutan terhadap al-Qur’an tersebut dapat berupa: 1) bagolaimana masyarakat
menafsirkan ayat-ayatnya, 2) masyarakat mengimplementasikan ajaran moralnya, dan 3)
masyakarat memposisikan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.20
2. Living Qur’an
Living Qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa
sosial terkalit dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan al-Qur’an dalam suatu
komunitas tertentu. Living Qur’an juga bisa dimaknai sebagai teks al-Qur’an yang hidup
19
Nur Huda, Athiyyatus Sa’adah Albadriyah, “Living Qur’an: Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Al-Husna
Desa Sidorejo Pamutan Rembang”, dalam Jurnal Al-Munqidz: Jurnal Kajian Keislaman Vol. 8. No.3 September-Desember
2020, h. 361
20 Akhmad Roja Badrus Zaman, “Tipologi dan Simbolisasi Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Rawalo Banyumas”, dalam Jurnal AQLAM: Journal of Islam and Plurality Vol. 5, No. 2,
Desember 2020, h. 212
12
dalam masyarakat. Pendekatan ini berusaha memotret proses interaksi masyarakat
terhadap al-Qur’an, yang tidak sebatas pada pemaknaan teksnya, tetapi lebih ditekankan
pada aspek penerapan teks-teks al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.21
3. Pondok Pesantren Miftahul Huda
Pondok pesantren Miftahul Huda merupakan Pondok Pesantren Putra dan Putri,
yang diasuh oleh K.H. Khabib Mahfud beserta keluarga besar beliau. Pondok Pesantren
Miftahul Huda didirikan oleh kiai Ilyas pada tahun 1996 dan mulai beroperasi pada
tahun 1997/1998. Merupakan sebuah pondok pesantren yang tidak hanya mengutamakan
kitab kuning tetapi juga mengunggulkan dalam menghafal al-Qur’an.
4. QS. Al-Kahfi
Surat al-Kahfi adalah surat yang ke-18 dalam al-Qur’an. Surat ini terdiri dari 110
ayat, termasuk dalam surat Makkiyah. Al-Kahfi mempunyai nama lain surat Ashabul
Kahfi yang berarti “penghuni-peghuni gua”. Nama tersebut diambil dari kisah
sekelompok pemuda yang menyingkir dari gangguan penguasa zamannya, lalu tertidur
di dalam gua selama 300 tahun lebih. Surah ini merupakan wahyu al- Qur’an ke- 68
yang turun setelah surat al- Ghasiyyah dan sebelum surat as- Syura.22
Dalam surat ini
disebutkkan tentang kisah-kisah yang menjadi unsur dominan yaitu pada surat ini
diceritakan tentang kisah Ashabul Kahfi, lalu tentang kisah jannatain (dua kebun),
kemudian dilanjutkan dengan isyarat sekilas tentang kisah Adam dan iblis, juga tentang
pertemuan Nabi Musa dengan Zulkarnain. Disamping kisah-kisah itu, juga digambarkan
tentang kejadian-kejadian hari kiamat juga fenomena-fenomena kehidupan yang dapat
menggambarkan suatu fikrah dan makna. Sedangkan tema sentral dari surat ini adalah
koreksi atas akidah, koreksi manhaj analisis dan berfikir, dan koreksi atas segala norma
21
Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok
Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)”, dalam Jurnal of Qur’an and Hadits Studies,
Vol. 4, No. 2, 2015
22
Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian, (Jakarta: Lentera Hati, 2009) vol. 8, h. 3
13
dan barometer akidah.23
F. Telaah Pustaka
Seiring perkembangan zaman dalam sebuah tradisi al-Qur’an, sudah banyak yang
meneliti berkenaan dengan literatur atau teks-teks al-Qur’an serta sudah mulai melihat
realitas sosial masyarakat dalam menyikapi dan merespon kehadiran al-Qur’an, sehingga
dapat mendorong penulis untuk melakukan penelitian lapangan terkait fenomena respon atau
komunitas sosial terhadap al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.24
Untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam penelitian, maka penulis
melakukan kajian pustaka terlebih dahulu. Mengenai literatur yang membahas judul skripsi
yang berhubungan denan judul penulis, diantara penelitian dan pembahasan mengenai
Resepsi al-Qur’an adalah sebagai berikut.
Jurnal tentang “Resepsi Terhadap Ayat al-Kursī dalam Literatur Keislaman” oleh
Miftahur Rohman, penilitan ini membahas tentang resepsi terhadap ayat al-Kursī dalam
literatur keislaman. Penelitian awal dilakukan dengan menampilkan keutamaan ayat al-Kursī
dalam kitab-kitab faḍā’il al-Qur’ān. Penelitian ini menggunakan dua alur, alur pertama yakni
studi literatur. Studi ini untuk melacak informasi tentang ayat al-Kursī dari zaman Nabi
hingga hari ini. Pelacakan informasi tersebut termasuk dalam hadis Nabi, pengalaman
sahabat, dan literatur-literatur keislaman yang membahas fungsi dari ayat al-Kursī.
Kemudian alur kedua, melakukan analisis transmisi dan transformasi. Analisis ini untuk
melihat bagaimana resepsi terhadap ayat al-Kursī berkembang.
Jurnal yang berjudul “Tipologi dan Simbolisasi Resepsi Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas” oleh Akhmad Roja Badrus Zaman, prenelitian
ini bertujuan untuk mengetahui ragam resepsi al-Qur’an di Ponpes tersebut, serta berusaha
23
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Al-Isra dan Permulaan Al-Kahfi, (Jakarta: Gema Insani, 2000) Jilid
XV, h. 299
24
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 11
14
memahami makna yang melekat di dalamnya. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan
metode kualitatif dan termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research). Dari
penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa: (1) ragam resepsi al-Qur’an yang ada di
Ponpes tersebut antara lain: (a) resepsi eksegesis; (b) resepsi estetis; (c) resepsi fungsional;
dan (d) resepsi eternal. Resepsi eksegesis mewujud dalam kajian kitab tafsir Jalalain, resepsi
estetis mewujud dalam kaligrafi di asrama dan ndalem pengasuh, resepsi fungsional
mewujud dalam pembacaan surat-surat “idaman” dan resepsi eternal terejawantahkan dalam
pelbagai praktik preservasi al-Qur’an, seperti setoran bi al-nadzri dan bi al-ghaib, sima’an,
dan muraja’ah. (2) Makna-makna yang melekat dalam ragam resepsi tersebut, antara lain:
makna objektif, makna ekspresif, dan makna dokumenter.
Selanjutnya, jurnal tentang “Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Gemawang Mlati
Yogyakarta” oleh M. Ulil Abshor. Dalam penilitian ini penulis berusaha meneliti tradisi
resepsi al-Qur’an pada masyarakat Gemawang Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta. Ada tiga
model tradisi resepsi al-Qur’an, yakni tradisi resepsi exegesis, resepsi estetis dan resepsi
fungsional. Tipologi kajian tersebut digunakan untuk meneropong tradisi resepsi al-Qur’an di
dusun Gemawang Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta. Konsep yang perlu diungkap dari
penelitian ini adalah mengenai motivasi dan tujuan dari setiap resepsi al-Qur’an yang
dijadikan landasan dalam memahami dan memaknai kehidupan sehari-hari. Jenis penelitian
ini yakni kualitatif, dengan mendasarkan metode pengumpulan data pada studi kepustakaan
dan studi lapangan sekaligus. Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh penulis mencoba
melakukan analisis dengan menggunakan analisis fenomenologi dan analisis isi. Hasil yang
diperoleh terdiri dari 2 hal yaitu surface structure (struktur luar) ini mengindikasikan bahwa
masyarakat desa Gemawang merupakan masyarakat yang memperoleh ketenangan secara
batin dan berperilaku secara religious (religius behaviour). Sedangkan unsur deep structure
(struktur dalam) telah mengindikasikan adanya pesan moral, media silaturrahmi, media
15
edukatif, dan sebagai media hubungan yang erat antar sesama manusia yang tidak melihat ras,
suku, agama atau etnis.
Jurnal yang berjudul “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Al-Hidayah
Karangsuci Purwokerto” oleh Ahmad Roja Badrus Zaman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ragam resepsi Al- Qur’an yang ada di Ponpes Al-Hidayah Karangsuci
Purwokerto, serta berusaha memahami makna yang melekat di dalamnya. Penelitian ini
dirancang dengan metode kualitatif dan termasuk dalam penelitian lapangan. Dalam
memperoleh data, instrumen yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam, observasi,
dan studi atas dokumen terkait. Analisis yang digunakan peneliti adalah sebagaimana yang
disampaikan Mohd. Soehadha, yaitu dengan reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan. Di dalam mengklarifikasi keabsahan data, peneliti melakukan perpanjangan
keikutsertaan, dan triangulasi sumber maupun metode. Dari penelitian yang dilakukan,
didapatkan hasil antara lain: (1) ragam resepsi al-Qur’an yang ada di Ponpes Al-Hidayah
Karangsuci Purwokerto, (2) Adapun makna-makna yang melekat dalam ragam resepsi
tersebut, antara lain: makna objektif, makna ekspresif, dan makna dokumenter. Makna
objektif menyimpulkan bahwa ragam perilaku resepsi di ponpes tersebut adalah sebagai
simbolisasi kepatuhan dan ketakziman terhadap peraturan pondok. Makna ekspresifnya
adalah sebagai wujud internalisasi diri dengan hal-hal positif melalui proses pembelajaran al-
Qur’an yang berkelanjutan, dan makna dokumenternya adalah sebagai bentuk
kontekstualisasi lokal dari sistem kebudayaan yang menyeluruh.
Kemudian, jurnal tentang “Resepsi Umat atas Al-Qur’an: Membaca Pemikiran Navid
Kermani tentang Teori Resepsi Al-Qur’an” oleh Fahmi Riyadi. Penilitian tersebut membahas
tentang Resepsi estestis umat Islam terutama yang hidup di masa Nabi terhadap al-Qur’an,
tampaknya menarik perhatian Navid Kermani. Di dalamnya penulis akan mengajak pembaca
menelusuri pemikiran Kermani tentang resepsi umat terhadap al-Qur’an, terutama mereka
16
yang hidup di masa Nabi. Disini bahan yang penulis jadikan rujukan utama adalah artikelnya
Navid Kermani yang berjudul The Aesthetic Reception of the Qur’an as Reflected in Early
Muslim History, dan buku karya M. Nur Kholis Setiawan yang berjudul Al-Qur’an Kitab
Sastra Terbesar.
Skripsi yang berjudul “Resepsi Surat-Surat Pilihan dalam Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal” oleh Ainun Jaziroh. Skripsi ini membahas
tentang pembacaan surat-surat pilihan dalam al-Qur’an yaitu meliputi surat Yasin, surat
Waqi’ah, surat al-Mulk dan surat al- ‘A’la. Hal semacam itu telah menunjukkan bahwa al-
Qur’an telah melahirkan berbagai bentuk respon dan peradaban bagi umat Islam. Kaum
Muslim Indonesia khususnya diantara mereka banyak yang melakukan amalan-amalan
dengan cara membaca surat-surat al-Qur’an secara rutin bahkan ada juga yang menjadikan
bacaan al-Qur’an sebagai tradisi. Kegiatan seperti ini bisa ditemukan diberbagai tempat
seperti di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal yang mengamalkan berbagai
macam surat dalam al-Qur’an diantaranya adalah meprioritaskan pembacaan surat Yasin,
surat Waqi’ah, surat al-Mulk dan surat al-A’la. Hasil penelitian yang dapat diambil dari
penelitian ini yaitu: Pertama, latar belakang sejarah resepsi surat-surat pilihan dalam al-
Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal. Kedua, berdasarkan analisis
penelitian bahwa resepsi surat-surat pilihan dalam al- Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul
Huda Kaliwungu Kendal menggunakan resepsi fungsional yaitu al-Qur’an diterima dan
direspon dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam penelitian tersebut penulis juga
menggunakan teori Karl Mannheim yang mengkaitkan antara pengetahuan dan pemikiran
manusia berdasarkan latar belakang lingkungan sosialnya. Peneliti menganalisis tentang
makna sebenarnya resepsi al-Qur’an dalam hadits Rasul dengan interpretatif dan ekspresif
santri, pengurus, dewan asatidz dan pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal.
17
Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang lebih mengedepankan
pada teori-teori resepsi. Dalam penelitian kali ini penulis juga akan meneliti tetang teori
resepsi yang lebih mengerucut kepada bahasan teori resepsi milik Ahmad Rofiq. Kemudian
perbedaan lainnya adalah dilihat dari garis geografinya, dimana pada penelitian sebelumnya
itu lebih kepada Jawa bagian Timur sedangkan pada penelitian kali ini lebih kepada Jawa
bagian Barat.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian ialah suatu cara atau langkah yang digunakan untuk mencari atau
menemukan data yang diperoleh dalam sebuah penelitian dan memuat analisa dengan
maksud agar penelitian dan kesimpulan yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.25
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian living Qur’an adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (Field research), yakni sebuah
penelitian yang berbasis data-data lapangan terkait dengan subjek penelitian ini.26
Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Metode kualitatif yaitu sebuah
penelitian yang berusaha mengungkap bagaimana al-Qur’an direspon oleh masyarakat
sehingga melahirkan sebuah tradisi.27
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena
penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai
metode etnographi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
25
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 18
26
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 19
27
G Gusnada, “Katam Kaji: Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Pauh Kamang Mudiak Kabupaten Agam”, dalam
Jurnal Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadits, Vol. 1, No. 1, 2019, h. 2
18
bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.28
Menurut Moleong (1998), sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang
berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti dan benda-benda yang
diamati sampai detailnya agar ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau
bendanya.29
Berdasarkan karakteristiknya dapat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif
yakni:
a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
langsung ke sumber data dari peneliti adalah instrument kunci.
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskripif, data yang berbentuk kata-kata atau
gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
c. Penelitian kualitatif menekankan pada proses daripada produk atau outcome.
d. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang diamati).30
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa metode penelitian kualitatif
itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat
secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai
dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara
mendetail.31
Creswell berpendapat bahwa pendekatan fenomenologi merupakan suatu
penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah
fenomena. Dari fenomenologi ini peneliti berupaya menguap kesadaran dan
pengetahuan pelaku mengenai dunia tempat mereka berada, yang mana peneliti
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 14
29
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h.
22
30
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 22
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 22
19
mengungkap isi atau maksud dari fenomena tersebut.32
Dari adanya pendekatan ini penulis akan meneliti bagaimana pandangan dan
pemaknaan para santri, pengurus, dewan asatid, ataupun pengasuh Pondok Pesantren
Miftahul Huda Rawalo Banyumas tentang kegiatan praktik pembacaan QS. Al-Kahfi
juga dengan kesadaran mereka tentang adanya praktik tersebut, sehingga memudahkan
penulis untuk menjelaskan dan mengungkapkan pemaknaan yang terkandung dalam
praktik pembacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul Huda.
2. Sumber Data
Dalam pengumpulan data-data yang digunakan penulis berdasar pada dua macam
sumber data, yaitu:
a. Sumber data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang memuat informasi
atau data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, data primernya adalah observasi di
PP. Miftahul Huda, Rawalo dan wawancara dengan para pengasuh PP. Miftahul
Huda, berikutnya adalah observasi dan wawancara dengan dewan pengurus, dewan
Asatidz, dan para santri PP. Miftahul Huda terkait sejarah dan praktik pembacaan
QS. Al-Kahfi serta Profil Pondok Pesantren.
b. Sumber data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh bukan dari sumber asli yang memuat informasi
atau data yang dibutuhkan. Data sekunder ini diperoleh dari pihak-pihak lain yang
tidak langsung seperti data dokumentasi dan data lapangan dari arsip yang dianggap
penting. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah data dokumentasi, arsip-arsip
dan artikel bahkan jurnal atau buku-buku tentang resepsi yang informasinya
32
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 19
20
berkaitan dengan penelitian ini, menjadi data tambahan yang sangat bermanfaat.33
3. Metode Pengumpulan data
Untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan penelitian ini, maka metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Kegiatan mengamati dan mendengar yang bertujuan untuk memahami,
mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan selama
beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat,
merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis. Ketika peneliti
mengikuti sebuah aktifitas keagamaan peneliti harus mencatat kapan kegiatan itu
dilaksanakan, bagaimana urutan acaranya dan siapa saja yang hadir. Dalam
pengamatan aktivitas keagamaan, seringkali juga memerlukan peralatan tambahan,
seperti camera, handycam dan peralatan audio-visual perekam lainnya.34
b. Wawancara
Merupakan suatu bentuk komunikasi secara lisan, semacam percakapan
dengan tujuan memperoleh informasi. Sebagai salah satu cara mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penelitian dengan memberikan beberapa
pertanyaan untuk memperoleh jawaban.
Esterberg (2002) berpendapat bahwa interview (wawancara) adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 35
Wawancara
digunakan sebagai metode pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus harus diteliti, tetapi juga
33
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 20
34
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 22
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 317
21
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri
atau self reporty, atau setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.36
Dalam wawancara semacam ini pada dasarnya berisi pertanyaan-pertanyaan
bersifat mengarah pada tujuan penelitian atau bersifat mengarahkan berdasarkan
temuan pada langkah observasi partisipasi (Miles & Huberman: 1985). Ketika
melakukan wawancara sebaiknya dilakukan dengan kondisi yang bebas, santai,
tidak tertekan, tetapi tertuju pada suatu dialog, diskusi, dan menyepakati data atau
informasi yang telah ditemukan pada observasi partisipan.37
c. Dokumentasi
Yaitu suatu metode yang digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data
mengenai hal-hal atau variabel terkait penelitian yang diantaranya berupa catatan
kegiatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, artikel, jurnal, agenda dan literatur
lain yang relevan dengan penelitian ini.38
4. Metode Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Boglan menyatakan bahwa analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sisitematis data yang diperoleh dari wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.39
Penulis memaparkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara saat di
lapangan yaitu dengan mengklasifikasikan objek penelitian yang meliputi siapa saja
yang melakukan dan mengikuti pembacaan al-Qur’an, pembacaan QS. Al-Kahfi, dan
kapan pelaksanaan pembacaan QS. Al-Kahfi oleh santri di PP. Miftahul Huda.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 194
37
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 23-24
38
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu
Kendal”, h. 24-25
39
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 334
22
Dalam memperdalam kajian tersebut penulis menggunakan alat bedah dengan
teori resepsi Ahmad Rofiq yang didalamnya akan berbicara tentang resepsi al-Qur’an
yaitu tentang bagaimana seseorang bereaksi terhadap al-Qur’an dengan cara menerima,
memanfaatkan, merespon, atau menggunakan al-Qur’an.
H. Sistematika Penulisan
Sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyusun dan memahami penelitian ini
secara sistematis, maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I, dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, definisi
operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, manfaat penelitian,
metode penelitian yang di dalamnya meliputi bentuk dan jenis penelitian serta data-data
sumber penelitian yang terbagi menjadi data primer dan data sekunder, dan yang terakhir
dari bab 1 ini adalah tentang sistematika penulisan.
Bab II, dalam bab ini dibahas mengenai resepsi bacaan al-Qur’an dalam Kajian
Living Qur’an, pada bab ini berisi tentang teori resepsi Ahmad Rafiq, kajian Living Qur’an
yang meliputi pengertian, sejarah, dan objek living Qur’an.
Bab III, disini penulis menguraikan mengenai deskripsi secara umum Pondok
Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas yang dalam sub babnya meliputi biografi
pengasuh, profil Pondok Pesantren Miftahul Huda, serta gambaran singkat mengenai resepsi
pembacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul Huda.
Bab IV, dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai Analisis Teori Ahmad
Rafiq dalam pembahasan Resepsi pembacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul
Huda.
Bab V, Penutup. Bab ini merupakan kesimpulan. Kesimpulan tersebut menjelaskan
tentang hasil penelitian, saran-saran dan rekomendasi akhir dari penelitian.
23

More Related Content

Similar to BEHEL DI RAWALO

Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksAkram Atjeh
 
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...IsroqGagah
 
4889-Article Text-11134-1h-10-20180515.pdf
4889-Article Text-11134-1h-10-20180515.pdf4889-Article Text-11134-1h-10-20180515.pdf
4889-Article Text-11134-1h-10-20180515.pdfMahasiswaIslam
 
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim AsyariAqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim AsyariMas Mito
 
Klp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptxKlp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptxEgiKy
 
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMPAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMSarah Nadhila
 
Sumber dan Karakteristik Islam
Sumber dan Karakteristik IslamSumber dan Karakteristik Islam
Sumber dan Karakteristik Islamhepiayunita
 
Bab ii pengertian al qur'an
Bab ii pengertian al qur'anBab ii pengertian al qur'an
Bab ii pengertian al qur'anRahimantoSSosI
 
Pentingya mengimani iman kpd kitab allah swt
Pentingya mengimani iman kpd kitab allah swtPentingya mengimani iman kpd kitab allah swt
Pentingya mengimani iman kpd kitab allah swtseatea_noer
 
Rpp revisi 2016 al quran hadits kelas 7 mts rpp diva pendidikan
Rpp revisi 2016 al quran hadits kelas 7 mts rpp diva pendidikanRpp revisi 2016 al quran hadits kelas 7 mts rpp diva pendidikan
Rpp revisi 2016 al quran hadits kelas 7 mts rpp diva pendidikanDiva Pendidikan
 

Similar to BEHEL DI RAWALO (20)

Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
 
Sumber sumber-hukum-islam-new
Sumber sumber-hukum-islam-newSumber sumber-hukum-islam-new
Sumber sumber-hukum-islam-new
 
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
2. bab i tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qur'an di m...
 
Studi al qur'an
Studi al qur'anStudi al qur'an
Studi al qur'an
 
ALQURAN: ANTARA AJARAN DASAR DAN BUKAN DASAR
ALQURAN: ANTARA AJARAN DASAR DAN BUKAN DASARALQURAN: ANTARA AJARAN DASAR DAN BUKAN DASAR
ALQURAN: ANTARA AJARAN DASAR DAN BUKAN DASAR
 
Kitab kitab Allaah S.W.T.
Kitab kitab Allaah S.W.T.Kitab kitab Allaah S.W.T.
Kitab kitab Allaah S.W.T.
 
Bab 3 quran hadis pedoman hidup 2
Bab 3 quran hadis pedoman hidup 2Bab 3 quran hadis pedoman hidup 2
Bab 3 quran hadis pedoman hidup 2
 
ulumul qur'an
ulumul qur'anulumul qur'an
ulumul qur'an
 
4889-Article Text-11134-1h-10-20180515.pdf
4889-Article Text-11134-1h-10-20180515.pdf4889-Article Text-11134-1h-10-20180515.pdf
4889-Article Text-11134-1h-10-20180515.pdf
 
Kitab al ^aqidah-print3
Kitab al ^aqidah-print3Kitab al ^aqidah-print3
Kitab al ^aqidah-print3
 
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim AsyariAqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
Aqidah Ahlus Sunnah Karya Hadratush Syaikh Hasyim Asyari
 
Al qur'an
Al qur'anAl qur'an
Al qur'an
 
Klp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptxKlp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptx
 
Husein muhammad alquran
Husein muhammad alquranHusein muhammad alquran
Husein muhammad alquran
 
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMPAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
 
Sumber dan Karakteristik Islam
Sumber dan Karakteristik IslamSumber dan Karakteristik Islam
Sumber dan Karakteristik Islam
 
Bab ii pengertian al qur'an
Bab ii pengertian al qur'anBab ii pengertian al qur'an
Bab ii pengertian al qur'an
 
Pentingya mengimani iman kpd kitab allah swt
Pentingya mengimani iman kpd kitab allah swtPentingya mengimani iman kpd kitab allah swt
Pentingya mengimani iman kpd kitab allah swt
 
Pengertian ulumul qur
Pengertian ulumul  qurPengertian ulumul  qur
Pengertian ulumul qur
 
Rpp revisi 2016 al quran hadits kelas 7 mts rpp diva pendidikan
Rpp revisi 2016 al quran hadits kelas 7 mts rpp diva pendidikanRpp revisi 2016 al quran hadits kelas 7 mts rpp diva pendidikan
Rpp revisi 2016 al quran hadits kelas 7 mts rpp diva pendidikan
 

Recently uploaded

PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 

Recently uploaded (7)

PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 

BEHEL DI RAWALO

  • 1. 1 BEHEL DI RAWALO ( KAJIAN EVALUATIF TERDAPAT QUR’AN SURAT AT-TIN AYAT 4 DALAM TAFSIR AL-MISBAH ) PROPOSAL SEKRIPSI Oleh : MOHAMAD FATHU ROZAKI 1801024
  • 2. 2 SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN MIFTAHUL HUDA PESAWAHAN RAWALO BEHEL DI RAWALO ( KAJIAN EVALUATIF TERDAPAT QUR’AN SURAT AT-TIN AYAT 4 DALAM TAFSIR AL-MISBAH )
  • 3. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan umat manusia atau bangsa tergantung dari seberapa banyak umat tersebut menggunakan rasio yang merupakan bentuk anugerah dari Allah SWT. Oleh karenanya Islam memerintahkan umatnya untuk selalu belajar. Perintah belajar serta memahami ayat- ayat Allah SWT terdapat dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11.1 َ‫ي‬ ‫ا‬ْ ‫و‬ُ ‫ح‬َ ‫س‬ْ‫ف‬‫ا‬َ‫ف‬ ِ ‫س‬ِ‫ل‬ٓ ‫ج‬َ ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ ‫ِف‬ ‫ا‬ْ ‫و‬ُ ‫ح‬َّ ‫س‬َ ‫ف‬َ‫ت‬ ْ ‫م‬ُ ‫ك‬َ‫ل‬ َ ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬ ‫ا‬‫ا‬ ْ ‫و‬ُ‫ن‬َ ‫م‬ٓ‫ا‬ َ ‫ن‬ْ‫ي‬ِ ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫ا‬ٓ ‫ٰي‬ َ‫ف‬ ‫ا‬ْ َُ ُُ ُْْ‫ا‬ َ ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬َ َ ْ ‫م‬ُ ‫ك‬َ‫ل‬ ُٓ ٰ ‫اّل‬ ِ َِ ‫س‬ْ ‫ف‬ ‫ا‬ْ َُ ُُ ُْْ‫ا‬ َ ‫ن‬ْ‫ي‬ِ ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ُٓ ٰ ‫اّل‬ ِ ‫ع‬َ‫ف‬ْ ‫ر‬َ‫ي‬ َِ ‫ب‬ ُٓ ٰ ‫اّل‬َ َ ٍۗ ‫ت‬ ٓ ‫ج‬َ ‫ر‬َ ‫د‬ َ ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ت‬ْ َُ‫ا‬ َ ‫ن‬ْ‫ي‬ِ ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ َ ْۙ ْ ‫م‬ُ ‫ك‬ْ‫ن‬ِ ‫م‬ ‫ا‬ْ ‫و‬ُ‫ن‬َ ‫م‬ٓ‫ا‬ ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ ‫خ‬ َ ‫ن‬ْ ‫و‬ُ‫ل‬َ ‫م‬ْ ‫ع‬َ‫ت‬ ‫ا‬ “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah: 11).2 Ayat diatas menjelaskan tentang pernyataan bahwa Allah SWT berjanji akan mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur. Dalam tafsiran lain, yakni tafsir al-Qur’an Kemenag juga diterangkan bahwa ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang 1 Ana Rahmawati, “Kontekstualisasi Surat Al-Kahfi Ayat 66-82 dalam Pendidikan Kontemporer”, dalam Jurnal Tarbawi Vol. 13. No.1, Januari - Juni 2016, h. 93 2 Qur’an Kemenag
  • 4. 4 telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. Akhir dari ayat 11 surat al-Mujadalah ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah- Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Dari beberapa aspek kehidupan yang ada di sekitar lingkungan kita, al-Qur’an banyak mempunyai peran kehidupan yang bisa mendukung serta dapat menjadi panutan untuk kelangsungan hidup umat manusia. Diantaranya dapat kita jumpai ayat-ayat dalam surat- surat yang tertuang dalam al-Qur’an seperti sebagai pedoman hidup, pengobat atau penyembuh sakit dan luka, penyejuk hati, bahkan sampai menjadi sebuah jalan terbukanya rezeki. Dilihat dari makna al-Qur’an secara global, dapat diartikan bahwa al-Qur’an merupakan wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah disampaikan kepada umatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukum kafir bagi orang yang mengingkarinya.3 Tidak ada khilaf (perbedaan) sedikitpun diantara umat Islam bahwa al- Qur’an itu pokok (assay) bagi syari’at Islam dan sumber mata airnya. Dari al-Qur’an tersebut diambilah segala pokok-pokok syari’at dan cabang-cabangnya, juga mengambil tenaga dari dalil-dalil syar’i. Dengan demikian dipandang bahwa al-Qur’an itu dasar yang kully bagi syari’at dan pengumpul segala hukum.4 Sisi lain al-Qur’an selain sebagai pedoman hidup umat manusia ialah al-Qur’an berisi 3 Teuku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PustakaRiski Putra, 2009), h. 2-3 4 Teuku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, h. 147
  • 5. 5 pesan-pesan Ilahi (risalah Ilahiyyah) untuk umat manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak berbeda dengan risalah yang dibawa oleh nabi Adam, Nuh, Ibrahim, dan rasul-rasul lainnya sampai kepada Nabi Isa as. Risalah itu adalah mentauhidkan Allah, yaitu ma> lakun min ila>hin ghayruh (tidak ada bagi kamu Tuhan selain-Nya). Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh al-Qur’an tidak berbeda dengan konsep ketuhanan yang diajarkan semua nabi dan rasul yang pernah Allah utus di dunia ini.5 Umat Islam memandang al-Qur’an sebagai kitab petunjuk kehidupan dan aturan yang harus diikuti sepanjang sejarah dan merupakan bukti Ilahi dan mukjizat abadi bagi Rasulullah SAW. Mereka juga merenungkan ayatnya dari berbagai segi. Kendati jarak kita semakin jauh dengan masa diturunkannya kitab suci ini, namun keagungan dan kedalaman batiniah nya justru semakin bertambah dan bertambah, makin hari semakin meningkatnya intensif rangkaian kajian dan juga penelitian yang dilakukan terhadapnya.6 Seiring berkembangnya zaman, kajian mengenai al-Qur’an mengalami banyak perkembangan dalam wilayah kajiannya. Dimulai dari kajian teks kepada implementasi pada kehidupan sehari-hari baik bersifat sosial maupun budaya, yang sering disebut dengan istilah Living Qur’an. M. Masrur berpendapat bahwa Living Qur’an sebenarnya bermula dari fenomena al-Qur’an in Everyday Life, yakni makna dan fungsi al-Qur’an yang riil dipahami dan dialami masyarakat Muslim. Kajian Living Qur’an belum menjadi objek studi bagi ilmu- ilmu al-Qur’an konvensional (klasik).7 Living al-Qur’an merupakan kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan al-Qur’an di sebuah komunitas Muslim tertentu yang kemudian perlu dijadikan objek studi baru bagi para pemerhati studi Qur’an dan untuk menyederhanakan ungkapan, maka 5 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, Skripsi, (Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2019), h. 2 6 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 3 7 M. Mansyur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits (Yogyakarta: Teras, 2007), Cet. I, h. 5
  • 6. 6 digunakanlah istilah Living Qur’an.8 Pembahasan mengenai al-Qur’an tidak akan lepas dari fungsi al-Qur’an sebagai kitab suci yang berisikan ajaran-ajaran moral untuk menuntun manusia ke jalan yang lurus. Hanya saja, ketika al-Qur’an diterima oleh publik, kitab ini menghadapi banyak pergeseran paradigma sehingga diperlakukan, diresepsi dan diungkapkan sesuai dengan ekspresi pengetahuan dan keyakinan masing-masing.9 Hal ini menyebabkan proses pembahasan Living Qur’an tidak jauh dari resepsi umat terhadap bacaan-bacaan al-Qur’an. Sudah sangat banyak praktik resepsi al-Qur’an yang sering kita jumpai dalam kehidupan kaum Muslim sehari-hari dimana praktik-praktk tersebut tidak tertolak dari pemahaman yang benar (secara agama) atas kandungan teks al-Qur’an.10 Seorang Muslim diperintahkan untuk membaca al- Qur’an dan terlebih mengamalkan dalam manjalani kehidupan sehari-hari agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Namun, dalam realitanya fenomena pembacaan al- Qur’an dijadikan sebagai suatu apresiasi dan respons resepsi.11 Resepsi masyarakat terhadap musik misalnya, merupakan fenomena kontemporer, di mana syair yang disertai irama yang menghentak bisa membius pendengarnya dan bias menggetarkan genderang psikis dan fisiologis mereka yang menghayatinya. Fakta ini telah membuktikan bagaimana sebenarnya kekuatan kata-kata bisa menggerakkan jiwa, mengarahkan dan menentukan perilaku seseorang.12 Resepsi dapat diartikan sebagai respon, penerimaan, atau tanggapan. Sedangkan resepsi sastra yakni sebagai tanggapan, penerimaan seorang pembaca terhadap sebuah karya sastra. Nilai sastra atau karya sastra tidak mungkin ada tanpa partisipasi aktif penerimanya.13 8 M. Mansyur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, h. 7-8 9 Ahmad Roja Badrus Zaman, “Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwokerto”, dalam Jurnal Maghza: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Januari-Juni, vol. 4, no. 1, 2019, h. 15 10 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 6 11 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 3 12 Fahmi Riyadi, “Resepsi Umat Atas Al-Qur’an”, dalam Jurnal Studia Islamika, Vol. 11, No.1, Juni 2014: 43-60, h. 44 13 Miftahur Rahman, “Resepsi terhadap Ayat Al-Kursī dalam Literatur Keislaman”, dalam Jurnal Maghza: Jurnal
  • 7. 7 Dalam pembahasan ini penulis akan memfokuskan pada teori resepsi Ahmad Rafiq yakni pengertian tentang resepsi terhadap al-Qur’an, yaitu bagaimana seseorang bereaksi terhadap al-Qur’an dengan cara menerima, memanfaatkan, merespon, atau menggunakan al- Qur’an. Resepsi terhadap al-Qur’an ini berarti bagaimana al-Qur’an dipahami dan dipraktekkan oleh sahabat Nabi dan generasi sesudahnya, atau bahkan hingga era kontemporer, sehingga memunculkan fenomena-fenomena yang cukup menarik. Fenomena yang muncul sebagai hasil upaya umat Islam bergaul dengan kitab sucinya.14 Ahmad Rafiq mengatakan bahwa kajian tentang resepsi al-Qur’an tergolong dalam kajian fungsi, yang terdiri dari fungsi informatif dan performatif. Dari kedua fungsi ini, menurutnya lembaga pendidikan keagamaan seperti pondok pesantren itu lebih cenderung kearah performatif, yang dapat dianalisa menurut tiga tipologi, antara lain: 1) Resepsi Eksegesis yakni ketika al-Qur’an diposisikan sebagai teks yang berbahasa Arab dan bermakna sebagai bahasa. Resepsi eksegesis mewujud dalam bentuk penafsiran al-Qur’an, baik bentuk tulisan maupun ucapan. 2) Resepsi Estetis, resepsi ini berusaha menunjukkan keindahan inheren al-Qur’an, diterima dengan cara yang estetis artinya al-Qur’an dapat ditulis, dibaca, disuarakan, atau ditampilkan dengan cara yang estetik. 3) Resepsi Fungsional al-Qur’an diposisikan sebagai kitab yang ditujukan kepada manusia untuk dipergunakan demi tujuan tertentu yang dapat terwujud dalam fenomena sosial budaya di masyarakat dengan cara dibaca, disuarakan, diperdengarkan, ditulis, dipakai, atau ditempatkan.15 Umat manusia, khususnya umat islam ternyata sangat beragam ada berbagai model dalam meresepsikan al-Qur’an, mulai yang berorientasi pada pemahaman dan pendalaman maknanya, sampai yang hanya sekedar membaca sebagai sebuah ritual atau untuk memperoleh ketenangan jiwa. Bahkan, ada pula model pembacaan al-Qur’an yang di Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Juli-Desember, Vol. 3, No. 2, 2018, h. 135 14 Miftahur Rahman, “Resepsi terhadap Ayat Al-Kursī dalam Literatur Keislaman”, dalam Jurnal Maghza: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Juli-Desember, Vol. 3, No. 2, 2018, h. 136 15 Ahmad Roja Badrus Zaman, “Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwokerto”, h. 19
  • 8. 8 dalamnya bertujuan untuk mendatangkan kekuatan magis atau sebagai terapi pengobatan.16 Selain al-Qur’an yang bernilai ibadah bagi siapapun yang membacanya, al-Qur’an sudah dipercaya mendatangkan ketentraman dan ketenangan hati. Dari sinilah muncul berbagai anggapan bahwa al-Qur’an mampu menjadi pegangan untuk mengawali, mendampingi, menemani, serta menyertai kelangsungan hidup di dunia. Hal ini dapat kita lihat dari pembuktian-pembuktian yang ada di lingkungan sekitar, misalnya seperti praktik- praktik pembacaan al-Qur’an di majlis-majlis, surau, TPQ, Masjid, madrasah, sekolah, asrama serta di pondok pesantren tentunya. Praktik pembacaan al-Qur’an sendiri tidak lepas dari bagaimana cara audien mengekspresikannya dalam berbagai bentuk ungkapan dan perbuatan. Salah-satu kasus yang bisa diangkat dalam konteks ekpresi bacaan ayat al-Qur’an bermotif petunjuk praktis adalah kisah dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, penulis wahyu dan mufassir era sahabat di saat beliau sakit menjelang akhir hayatnya. Namun inisiatif Abu Bakar untuk mempraktikan pembacaan al-Qur’an ditolak oleh Abdullah Bin Mas’ud dengan berkata: “Maaf, sayat tidak butuh itu. Karena, sepeninggalku kelak, aku telah mengajarkan suatu surat al-Qur’an kepada putra-putriku yang jika dibaca secara intensif oleh mereka tidak akan bisa ditimpa kefakiran selamanya, yaitu surat al-Waqi’ah”.17 Kisah tersebut bisa dijadikan parameter secara nyata bahwa resepsi fungsional praktikal terhadap ayat suci al-Qur’an sudah ada ditingkat para sahabat yang dilakukan secara masif dan intensif. Sebagaimana yang diungkap oleh Faturrasyid yang menyatakan bahwa praktik pembacaan ayat al-Qur’an tidak boleh ada henti-hentinya untuk selalu dibaca setiap hari dan malam hingga suasana seakan akan seperti dawai lebah.18 Dari kisah sahabat diatas, praktik dari resepsi al-Qur’an tersebut terus mengalami transmisi dan transformasi pada generasi berikutnya baik dari tabi’in, tabi’ut tabi’in hingga sampai pada masyarakat 16 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 5 17 M. Ulil Abshor, “Resepsi Al-Qr’an Masyarakat Gemawang Mlati Yogyakarta”, dalam Jurnal QOF, Volume 3 Nomor 1 Januari 2019, h.42 18 M. Ulil Abshor, “Resepsi Al-Qr’an MasyarakatGemawang Mlati Yogyakarta”, h.43
  • 9. 9 kita. Dewasa ini telah ditemukan berbagai macam resepsi yang membentuk suatu komunitas-komunitas sehingga menujukkan respon sosial masyarakat dalam meresepsikan al-Qur’an. Wujud nyatanya adalah Pondok Pesantren Miftahul Huda yang bertempat di Pesawahan, Rawalo, Banyumas. Di lembaga pesantren ini banyak menghadirkan resepsi terhadap pembacaan ayat-ayat al-Qur’an bagi santri putri maupun putra. Pondok Pesantren Miftahul Huda merupakan Pondok Pesantren Putra dan Putri yang diasuh oleh K.H. Khanan Masykur beserta keluarga besarnya. Pondok Pesantren ini memiliki banyak cara meresepsikan al-Qur’an diantaranya dengan cara membaca surat-surat pilihan tertentu, salah satunya adalah pembacaan QS. Al-Kahfi yang dilakukan seminggu sekali setiap hari Jum’at pagi selesai shalat subuh dan pembacaan wirid bersama. Dan dari sinilah penulis tertarik ingin meneliti kenapa di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo QS. Al- Kahfi sangat di prioritaskan untuk dibaca setiap hari Jum’at pagi. Pondok Pesantren Miftahul Huda merupakan sebuah pondok pesantren yang tidak hanya mengutamakan kitab kuning tetapi juga mengunggulkan dalam menghafal al-Qur’an. Hal ini menyebabkan praktek pembacaan al-Qur’an tidak akan terlepas dari sederet kegiatan para santri Miftahul Huda, khususnya bagi santri hufadz dalam proses menghafal dan menjaga hafalannya. Diantara resepsi dari ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan di Pondok Pesantren Miftahul Huda yaitu QS. Yasin, QS. Al-Mulk, QS. Al-Waqi’ah dan QS. Al-Kahfi. Adapun praktik pembacaan QS. Yasin yaitu dibaca setiap selesai sholat Maghrib, QS. Al- Mulk dibaca setiap selesai sholat Subuh, QS. Al-Waqi’ah dibaca setiap selesai sholat Ashar dan QS. Al-Kahfi yang dilaksanakan setiap hari Jum’at pagi selesai sholat Subuh bejamaah. Alasan kenapa penulis memilih QS. Al- Kahfi sebagai tema penelitiannya adalah karena resepsi pembacaan QS. Al-Kahfi dilakukan khusus, yaitu hanya dibaca seminggu sekali setiap hari Jum’at pagi. Hal inilah yang menarik peneliti, kenapa harus dibaca hari
  • 10. 10 jum’at dan kenapa hanya QS. Al- Kahfi. Adapun alasan memilih Pondok Pesantren Miftahul Huda adalah karena sejauh ini belum ada yang pernah meneliti tentang resepsi bacaan al- Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas. Berangkat dari fenomena ini, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang “RESEPSI BACAAN QS. AL-KAHFI SETIAP HARI JUM’AT DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA RAWALO BANYUMAS”. Bagi penulis, fenomena ini sangan menarik untuk dikaji dan diteliti sebagai model alternatif bagi suatu komunitas sosial dan lembaga dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. B. Rumusan masalah Berdasarkan pemaparan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini ialah Bagaimana Resepsi Bacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah mengetahui dan menjelaskan bagaimana Resepsi Bacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas. Disini penulis juga mempunyai tujuan agar dapat menjelaskan bagaimana teori resepsi Ahmad Rafiq tentang resepsi bacaan al-Qur’an yakni bagaimana seseorang bereaksi terhadap al-Qur’an dengan cara menerima, memanfaatkan, merespon, atau menggunakan al-Qur’an. D. Manfaat Penelitian Dari aspek akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka Living Qur’an, sehingga bisa berguna terutama bagi yang memfokuskan pada kajian sosio- kultural masyarakat Muslim dalam memperlakukan, memanfaatkan atau mengamalkan al- Qur’an. Secara praktis, penelitian ini juga dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
  • 11. 11 kesadaran masyarakat dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. Khususnya bagi para santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas, agar semakin cinta terhadap al-Qur’an baik dalam menghafalkannya, memahaminya dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari. E. Definisi Operasional Untuk mempermudah pemahaman dalam pembuatan skripsi maka dibawah ini penulis akan menjelaskan pengertian secara operasional dari judul yang dibahas sebagai berikut: 1. Resepsi Menurut etimologi, resepsi ialah salah satu kata yang berasal dari bahasa latin yakni recipere, yang mempunyai arti penyambutan atau penerimaan pembaca. Sementara resepsi menurut terminologi ialah sebuah respon yang dilakukan oleh pembaca terhadap sebuah karya sastra.19 Kemudian, jika kata resepsi dikombinasikan dengan al-Qur’an, maka dapat dipahami bahwa resepsi al-Qur’an adalah sambutan pembaca terhadap kehadiran al- Qur’an. Sambutan terhadap al-Qur’an tersebut dapat berupa: 1) bagolaimana masyarakat menafsirkan ayat-ayatnya, 2) masyarakat mengimplementasikan ajaran moralnya, dan 3) masyakarat memposisikan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.20 2. Living Qur’an Living Qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkalit dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan al-Qur’an dalam suatu komunitas tertentu. Living Qur’an juga bisa dimaknai sebagai teks al-Qur’an yang hidup 19 Nur Huda, Athiyyatus Sa’adah Albadriyah, “Living Qur’an: Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Al-Husna Desa Sidorejo Pamutan Rembang”, dalam Jurnal Al-Munqidz: Jurnal Kajian Keislaman Vol. 8. No.3 September-Desember 2020, h. 361 20 Akhmad Roja Badrus Zaman, “Tipologi dan Simbolisasi Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas”, dalam Jurnal AQLAM: Journal of Islam and Plurality Vol. 5, No. 2, Desember 2020, h. 212
  • 12. 12 dalam masyarakat. Pendekatan ini berusaha memotret proses interaksi masyarakat terhadap al-Qur’an, yang tidak sebatas pada pemaknaan teksnya, tetapi lebih ditekankan pada aspek penerapan teks-teks al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.21 3. Pondok Pesantren Miftahul Huda Pondok pesantren Miftahul Huda merupakan Pondok Pesantren Putra dan Putri, yang diasuh oleh K.H. Khabib Mahfud beserta keluarga besar beliau. Pondok Pesantren Miftahul Huda didirikan oleh kiai Ilyas pada tahun 1996 dan mulai beroperasi pada tahun 1997/1998. Merupakan sebuah pondok pesantren yang tidak hanya mengutamakan kitab kuning tetapi juga mengunggulkan dalam menghafal al-Qur’an. 4. QS. Al-Kahfi Surat al-Kahfi adalah surat yang ke-18 dalam al-Qur’an. Surat ini terdiri dari 110 ayat, termasuk dalam surat Makkiyah. Al-Kahfi mempunyai nama lain surat Ashabul Kahfi yang berarti “penghuni-peghuni gua”. Nama tersebut diambil dari kisah sekelompok pemuda yang menyingkir dari gangguan penguasa zamannya, lalu tertidur di dalam gua selama 300 tahun lebih. Surah ini merupakan wahyu al- Qur’an ke- 68 yang turun setelah surat al- Ghasiyyah dan sebelum surat as- Syura.22 Dalam surat ini disebutkkan tentang kisah-kisah yang menjadi unsur dominan yaitu pada surat ini diceritakan tentang kisah Ashabul Kahfi, lalu tentang kisah jannatain (dua kebun), kemudian dilanjutkan dengan isyarat sekilas tentang kisah Adam dan iblis, juga tentang pertemuan Nabi Musa dengan Zulkarnain. Disamping kisah-kisah itu, juga digambarkan tentang kejadian-kejadian hari kiamat juga fenomena-fenomena kehidupan yang dapat menggambarkan suatu fikrah dan makna. Sedangkan tema sentral dari surat ini adalah koreksi atas akidah, koreksi manhaj analisis dan berfikir, dan koreksi atas segala norma 21 Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)”, dalam Jurnal of Qur’an and Hadits Studies, Vol. 4, No. 2, 2015 22 Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian, (Jakarta: Lentera Hati, 2009) vol. 8, h. 3
  • 13. 13 dan barometer akidah.23 F. Telaah Pustaka Seiring perkembangan zaman dalam sebuah tradisi al-Qur’an, sudah banyak yang meneliti berkenaan dengan literatur atau teks-teks al-Qur’an serta sudah mulai melihat realitas sosial masyarakat dalam menyikapi dan merespon kehadiran al-Qur’an, sehingga dapat mendorong penulis untuk melakukan penelitian lapangan terkait fenomena respon atau komunitas sosial terhadap al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.24 Untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam penelitian, maka penulis melakukan kajian pustaka terlebih dahulu. Mengenai literatur yang membahas judul skripsi yang berhubungan denan judul penulis, diantara penelitian dan pembahasan mengenai Resepsi al-Qur’an adalah sebagai berikut. Jurnal tentang “Resepsi Terhadap Ayat al-Kursī dalam Literatur Keislaman” oleh Miftahur Rohman, penilitan ini membahas tentang resepsi terhadap ayat al-Kursī dalam literatur keislaman. Penelitian awal dilakukan dengan menampilkan keutamaan ayat al-Kursī dalam kitab-kitab faḍā’il al-Qur’ān. Penelitian ini menggunakan dua alur, alur pertama yakni studi literatur. Studi ini untuk melacak informasi tentang ayat al-Kursī dari zaman Nabi hingga hari ini. Pelacakan informasi tersebut termasuk dalam hadis Nabi, pengalaman sahabat, dan literatur-literatur keislaman yang membahas fungsi dari ayat al-Kursī. Kemudian alur kedua, melakukan analisis transmisi dan transformasi. Analisis ini untuk melihat bagaimana resepsi terhadap ayat al-Kursī berkembang. Jurnal yang berjudul “Tipologi dan Simbolisasi Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas” oleh Akhmad Roja Badrus Zaman, prenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam resepsi al-Qur’an di Ponpes tersebut, serta berusaha 23 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Al-Isra dan Permulaan Al-Kahfi, (Jakarta: Gema Insani, 2000) Jilid XV, h. 299 24 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 11
  • 14. 14 memahami makna yang melekat di dalamnya. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode kualitatif dan termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research). Dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa: (1) ragam resepsi al-Qur’an yang ada di Ponpes tersebut antara lain: (a) resepsi eksegesis; (b) resepsi estetis; (c) resepsi fungsional; dan (d) resepsi eternal. Resepsi eksegesis mewujud dalam kajian kitab tafsir Jalalain, resepsi estetis mewujud dalam kaligrafi di asrama dan ndalem pengasuh, resepsi fungsional mewujud dalam pembacaan surat-surat “idaman” dan resepsi eternal terejawantahkan dalam pelbagai praktik preservasi al-Qur’an, seperti setoran bi al-nadzri dan bi al-ghaib, sima’an, dan muraja’ah. (2) Makna-makna yang melekat dalam ragam resepsi tersebut, antara lain: makna objektif, makna ekspresif, dan makna dokumenter. Selanjutnya, jurnal tentang “Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Gemawang Mlati Yogyakarta” oleh M. Ulil Abshor. Dalam penilitian ini penulis berusaha meneliti tradisi resepsi al-Qur’an pada masyarakat Gemawang Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta. Ada tiga model tradisi resepsi al-Qur’an, yakni tradisi resepsi exegesis, resepsi estetis dan resepsi fungsional. Tipologi kajian tersebut digunakan untuk meneropong tradisi resepsi al-Qur’an di dusun Gemawang Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta. Konsep yang perlu diungkap dari penelitian ini adalah mengenai motivasi dan tujuan dari setiap resepsi al-Qur’an yang dijadikan landasan dalam memahami dan memaknai kehidupan sehari-hari. Jenis penelitian ini yakni kualitatif, dengan mendasarkan metode pengumpulan data pada studi kepustakaan dan studi lapangan sekaligus. Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh penulis mencoba melakukan analisis dengan menggunakan analisis fenomenologi dan analisis isi. Hasil yang diperoleh terdiri dari 2 hal yaitu surface structure (struktur luar) ini mengindikasikan bahwa masyarakat desa Gemawang merupakan masyarakat yang memperoleh ketenangan secara batin dan berperilaku secara religious (religius behaviour). Sedangkan unsur deep structure (struktur dalam) telah mengindikasikan adanya pesan moral, media silaturrahmi, media
  • 15. 15 edukatif, dan sebagai media hubungan yang erat antar sesama manusia yang tidak melihat ras, suku, agama atau etnis. Jurnal yang berjudul “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto” oleh Ahmad Roja Badrus Zaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam resepsi Al- Qur’an yang ada di Ponpes Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto, serta berusaha memahami makna yang melekat di dalamnya. Penelitian ini dirancang dengan metode kualitatif dan termasuk dalam penelitian lapangan. Dalam memperoleh data, instrumen yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan studi atas dokumen terkait. Analisis yang digunakan peneliti adalah sebagaimana yang disampaikan Mohd. Soehadha, yaitu dengan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Di dalam mengklarifikasi keabsahan data, peneliti melakukan perpanjangan keikutsertaan, dan triangulasi sumber maupun metode. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil antara lain: (1) ragam resepsi al-Qur’an yang ada di Ponpes Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto, (2) Adapun makna-makna yang melekat dalam ragam resepsi tersebut, antara lain: makna objektif, makna ekspresif, dan makna dokumenter. Makna objektif menyimpulkan bahwa ragam perilaku resepsi di ponpes tersebut adalah sebagai simbolisasi kepatuhan dan ketakziman terhadap peraturan pondok. Makna ekspresifnya adalah sebagai wujud internalisasi diri dengan hal-hal positif melalui proses pembelajaran al- Qur’an yang berkelanjutan, dan makna dokumenternya adalah sebagai bentuk kontekstualisasi lokal dari sistem kebudayaan yang menyeluruh. Kemudian, jurnal tentang “Resepsi Umat atas Al-Qur’an: Membaca Pemikiran Navid Kermani tentang Teori Resepsi Al-Qur’an” oleh Fahmi Riyadi. Penilitian tersebut membahas tentang Resepsi estestis umat Islam terutama yang hidup di masa Nabi terhadap al-Qur’an, tampaknya menarik perhatian Navid Kermani. Di dalamnya penulis akan mengajak pembaca menelusuri pemikiran Kermani tentang resepsi umat terhadap al-Qur’an, terutama mereka
  • 16. 16 yang hidup di masa Nabi. Disini bahan yang penulis jadikan rujukan utama adalah artikelnya Navid Kermani yang berjudul The Aesthetic Reception of the Qur’an as Reflected in Early Muslim History, dan buku karya M. Nur Kholis Setiawan yang berjudul Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Skripsi yang berjudul “Resepsi Surat-Surat Pilihan dalam Al-Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal” oleh Ainun Jaziroh. Skripsi ini membahas tentang pembacaan surat-surat pilihan dalam al-Qur’an yaitu meliputi surat Yasin, surat Waqi’ah, surat al-Mulk dan surat al- ‘A’la. Hal semacam itu telah menunjukkan bahwa al- Qur’an telah melahirkan berbagai bentuk respon dan peradaban bagi umat Islam. Kaum Muslim Indonesia khususnya diantara mereka banyak yang melakukan amalan-amalan dengan cara membaca surat-surat al-Qur’an secara rutin bahkan ada juga yang menjadikan bacaan al-Qur’an sebagai tradisi. Kegiatan seperti ini bisa ditemukan diberbagai tempat seperti di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal yang mengamalkan berbagai macam surat dalam al-Qur’an diantaranya adalah meprioritaskan pembacaan surat Yasin, surat Waqi’ah, surat al-Mulk dan surat al-A’la. Hasil penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: Pertama, latar belakang sejarah resepsi surat-surat pilihan dalam al- Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal. Kedua, berdasarkan analisis penelitian bahwa resepsi surat-surat pilihan dalam al- Qur’an di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal menggunakan resepsi fungsional yaitu al-Qur’an diterima dan direspon dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam penelitian tersebut penulis juga menggunakan teori Karl Mannheim yang mengkaitkan antara pengetahuan dan pemikiran manusia berdasarkan latar belakang lingkungan sosialnya. Peneliti menganalisis tentang makna sebenarnya resepsi al-Qur’an dalam hadits Rasul dengan interpretatif dan ekspresif santri, pengurus, dewan asatidz dan pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal.
  • 17. 17 Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang lebih mengedepankan pada teori-teori resepsi. Dalam penelitian kali ini penulis juga akan meneliti tetang teori resepsi yang lebih mengerucut kepada bahasan teori resepsi milik Ahmad Rofiq. Kemudian perbedaan lainnya adalah dilihat dari garis geografinya, dimana pada penelitian sebelumnya itu lebih kepada Jawa bagian Timur sedangkan pada penelitian kali ini lebih kepada Jawa bagian Barat. G. Metode Penelitian Metode penelitian ialah suatu cara atau langkah yang digunakan untuk mencari atau menemukan data yang diperoleh dalam sebuah penelitian dan memuat analisa dengan maksud agar penelitian dan kesimpulan yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.25 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian living Qur’an adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (Field research), yakni sebuah penelitian yang berbasis data-data lapangan terkait dengan subjek penelitian ini.26 Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Metode kualitatif yaitu sebuah penelitian yang berusaha mengungkap bagaimana al-Qur’an direspon oleh masyarakat sehingga melahirkan sebuah tradisi.27 Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnographi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk 25 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 18 26 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 19 27 G Gusnada, “Katam Kaji: Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Pauh Kamang Mudiak Kabupaten Agam”, dalam Jurnal Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadits, Vol. 1, No. 1, 2019, h. 2
  • 18. 18 bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.28 Menurut Moleong (1998), sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya.29 Berdasarkan karakteristiknya dapat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif yakni: a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) langsung ke sumber data dari peneliti adalah instrument kunci. b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskripif, data yang berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. c. Penelitian kualitatif menekankan pada proses daripada produk atau outcome. d. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang diamati).30 Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.31 Creswell berpendapat bahwa pendekatan fenomenologi merupakan suatu penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah fenomena. Dari fenomenologi ini peneliti berupaya menguap kesadaran dan pengetahuan pelaku mengenai dunia tempat mereka berada, yang mana peneliti 28 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 14 29 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h. 22 30 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 22 31 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 22
  • 19. 19 mengungkap isi atau maksud dari fenomena tersebut.32 Dari adanya pendekatan ini penulis akan meneliti bagaimana pandangan dan pemaknaan para santri, pengurus, dewan asatid, ataupun pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas tentang kegiatan praktik pembacaan QS. Al-Kahfi juga dengan kesadaran mereka tentang adanya praktik tersebut, sehingga memudahkan penulis untuk menjelaskan dan mengungkapkan pemaknaan yang terkandung dalam praktik pembacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul Huda. 2. Sumber Data Dalam pengumpulan data-data yang digunakan penulis berdasar pada dua macam sumber data, yaitu: a. Sumber data Primer Yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang memuat informasi atau data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, data primernya adalah observasi di PP. Miftahul Huda, Rawalo dan wawancara dengan para pengasuh PP. Miftahul Huda, berikutnya adalah observasi dan wawancara dengan dewan pengurus, dewan Asatidz, dan para santri PP. Miftahul Huda terkait sejarah dan praktik pembacaan QS. Al-Kahfi serta Profil Pondok Pesantren. b. Sumber data Sekunder Yaitu data yang diperoleh bukan dari sumber asli yang memuat informasi atau data yang dibutuhkan. Data sekunder ini diperoleh dari pihak-pihak lain yang tidak langsung seperti data dokumentasi dan data lapangan dari arsip yang dianggap penting. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah data dokumentasi, arsip-arsip dan artikel bahkan jurnal atau buku-buku tentang resepsi yang informasinya 32 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 19
  • 20. 20 berkaitan dengan penelitian ini, menjadi data tambahan yang sangat bermanfaat.33 3. Metode Pengumpulan data Untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi Kegiatan mengamati dan mendengar yang bertujuan untuk memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis. Ketika peneliti mengikuti sebuah aktifitas keagamaan peneliti harus mencatat kapan kegiatan itu dilaksanakan, bagaimana urutan acaranya dan siapa saja yang hadir. Dalam pengamatan aktivitas keagamaan, seringkali juga memerlukan peralatan tambahan, seperti camera, handycam dan peralatan audio-visual perekam lainnya.34 b. Wawancara Merupakan suatu bentuk komunikasi secara lisan, semacam percakapan dengan tujuan memperoleh informasi. Sebagai salah satu cara mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk memperoleh jawaban. Esterberg (2002) berpendapat bahwa interview (wawancara) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 35 Wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus harus diteliti, tetapi juga 33 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 20 34 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 22 35 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 317
  • 21. 21 apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self reporty, atau setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.36 Dalam wawancara semacam ini pada dasarnya berisi pertanyaan-pertanyaan bersifat mengarah pada tujuan penelitian atau bersifat mengarahkan berdasarkan temuan pada langkah observasi partisipasi (Miles & Huberman: 1985). Ketika melakukan wawancara sebaiknya dilakukan dengan kondisi yang bebas, santai, tidak tertekan, tetapi tertuju pada suatu dialog, diskusi, dan menyepakati data atau informasi yang telah ditemukan pada observasi partisipan.37 c. Dokumentasi Yaitu suatu metode yang digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel terkait penelitian yang diantaranya berupa catatan kegiatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, artikel, jurnal, agenda dan literatur lain yang relevan dengan penelitian ini.38 4. Metode Analisis Data Dalam hal analisis data kualitatif, Boglan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sisitematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.39 Penulis memaparkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara saat di lapangan yaitu dengan mengklasifikasikan objek penelitian yang meliputi siapa saja yang melakukan dan mengikuti pembacaan al-Qur’an, pembacaan QS. Al-Kahfi, dan kapan pelaksanaan pembacaan QS. Al-Kahfi oleh santri di PP. Miftahul Huda. 36 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 194 37 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 23-24 38 Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 24-25 39 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 334
  • 22. 22 Dalam memperdalam kajian tersebut penulis menggunakan alat bedah dengan teori resepsi Ahmad Rofiq yang didalamnya akan berbicara tentang resepsi al-Qur’an yaitu tentang bagaimana seseorang bereaksi terhadap al-Qur’an dengan cara menerima, memanfaatkan, merespon, atau menggunakan al-Qur’an. H. Sistematika Penulisan Sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyusun dan memahami penelitian ini secara sistematis, maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I, dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, manfaat penelitian, metode penelitian yang di dalamnya meliputi bentuk dan jenis penelitian serta data-data sumber penelitian yang terbagi menjadi data primer dan data sekunder, dan yang terakhir dari bab 1 ini adalah tentang sistematika penulisan. Bab II, dalam bab ini dibahas mengenai resepsi bacaan al-Qur’an dalam Kajian Living Qur’an, pada bab ini berisi tentang teori resepsi Ahmad Rafiq, kajian Living Qur’an yang meliputi pengertian, sejarah, dan objek living Qur’an. Bab III, disini penulis menguraikan mengenai deskripsi secara umum Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas yang dalam sub babnya meliputi biografi pengasuh, profil Pondok Pesantren Miftahul Huda, serta gambaran singkat mengenai resepsi pembacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul Huda. Bab IV, dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai Analisis Teori Ahmad Rafiq dalam pembahasan Resepsi pembacaan QS. Al-Kahfi di Pondok Pesantren Miftahul Huda. Bab V, Penutup. Bab ini merupakan kesimpulan. Kesimpulan tersebut menjelaskan tentang hasil penelitian, saran-saran dan rekomendasi akhir dari penelitian.
  • 23. 23