SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

                AKUNTANSI BIAYA

KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA
        GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS




                    Disusun oleh:


      1. Aef Saepul Anwar           (A0A011014)
      2. Julyta Nurul Astria        (A0A011022)
      3. Ariyanto                   (A0A011030)
      4. Tita Kurniawati            (A0A011034)
      5. Maman Fathurrohman         (A0A011048)




      PROGRAM DIPLOMA TIGA AGROBISNIS
             FAKULTAS PERTANIAN
       UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
                PURWOKERTO
                     2012
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

      KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA
                  GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS




                               Disusun oleh:

                1. Aef Saepul Anwar              (A0A011014)
                2. Julyta Nurul Astria           (A0A011022)
                3. Ariyanto                      (A0A011030)
                4. Tita Kurniawati               (A0A011034)
                5. Maman Fathurrohman            (A0A011048)



   Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai kelulusan mata kuliah
   Akuntansi Biaya pada Program Diploma Tiga Agrobisnis Fakultas Pertanian
                                 UNSOED

                      Diterima dan disyahkan pada tanggal………………

                                                 Purwokerto………………….




Menyetujui,

Dosen Pembimbing Praktikum                              Ketua Kelompok,




Ir. Hj. Pudji Hastuti, MP                               Maman Fathurrohman

NIP. 195604251986012001                                 NIM. A0A011048
SURAT BUKTI PRAKTIKUM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama                         :Bapak Sutarno

Jabatan                      : Pemilik

Nama Perusahaan              :UD. Ripin

Alamat perusahaan            : Jln. Bougenvil,24 Gerendeng Purwokerto Utara
                             53122.

                             Tlpn 085 292 480 478

Berkaitan dengan adanya kegiatan praktikum lapang ke “industri pengolahan kayu
di desa gerendeng ” yang merupakan bagian dari mata kuliah Akutansi Biaya,
maka dengan ini kami menyatakan bahwa 5 (lima) mahasisawa yang namanya
tersebut di bawah ini telah melaksanakan praktikum di perusahaan kami, yang
terdiri dari :

1.     Aef Saepul Anwar ( A0A011014 )
2.     Julyta Nurul Astria ( A0A011022 )
3.     Ariyanto (A0A011030)
4.     Tita Kurniawati (A0A011034)
5.     Maman Fathurrohman (A0A011048)


Demikian surat bukti praktikum ini kami buat dengan ketentuan bahwa segala
sesuatu akan di ubah dan dipertimbangkan kembali sebagaimana mestinya apabila
di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini.


                                     Purwokerto, 11 Desember 2012

                                    Pemilik home industri pengolahan kayu




                                           (        Bapak Sutarno     )
KATA PENGANTAR

   Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas kebaikannya,
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan praktikum lapang tersebut laporan
hasil praktikum Akuntansi Biaya untuk analisis kajian “finansial Usaha
Pengolahan Kayu” di kelurahan Grendeng purwokerto utara Kami menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan yang bersangkutan serta kerjasama teman-
teman praktikum ini tidak mungkin dapat terwujud dengan baik. Kami
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Hj. Pudji Hastuti, MP selaku pengampu yang telah memberikan arahan atas
  praktikum ini
2. Bpk Sutarno selaku pemilik sekaligus manager usaha pengolahan kayu yang
  telah memberikan pengarahan dan bimbingan tentang praktikum yang kami
  lakukan.
3. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil, sehingga dapat
  terselesaikan laporan praktikum ini.
Besar harapan kami laporan praktikum ini dapat diterima. Sekian kami ucapkan
terima kasih.




                                                Purwokerto, 11 Desember 2012




                                                                  Tim Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………………………………………………...ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...4

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM………………………………….12

BAB IV HASIL PRAKTIKUM……………………………………………13

BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………...22

BAB VI PENUTUP........…………………………………………………...29

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………30

LAMPIRAN………………………………………………………………...31
BAB I

                              PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
   Akuntansi        biaya   merupakan      proses   pencatatan,   penggolongan,
   peringkasan, penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa
   dengan cara – cara tertentu atau penafsiran. Oleh karena itu diperlukan
   akuntansi biaya, dimana akuntansi biaya : Berfungsi untuk mengukur
   pengorbanan nilai masukan, Menghasilkan informasi bagi manajemen,
   Apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau tidak?
      1. Menentukan harga pokok
          a. Memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan
                -    Mencatat, menggolongkan, meringkas biaya, pembuatan
                     produk/penyerahan jasa.
                -    Biaya : biaya historis.
                -    Tunduk pada prinsip akuntansi.
          b. Memenuhi kebutuhan manajemen
                -    Mencatat, menggolongkan, meringkas biaya, pembuatan
                     produk/penyerahan jasa.
                -    Biaya : biaya historis.
                -    Tunduk pada prinsip akuntansi.
B. Metode penentuan biaya produksi
   Cara memperhitungkan unsur – unsur biaya kedalam cost produksi ada 2
   pendekatan
   1. Full Costing  jangka panjang ( 1 tahun )
      Full      Costing      adalah     penentuan     Cost   produksi   dengan
      memperhitungkan semua unsure – unsure biaya produksi kedalam Cost
      produksi baik yang berperilaku Tetap maupun Variabel. Terdiri atas
      biaya bahan baku, biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead
      pabrik.
   2. Variabel Costing  jangka pendek ( 1 periode produksi )
Variabel    Costing    adalah   penentuan       Cost   produksi   dengan
      memperhitungkan semua unsure – unsure biaya produksi yang
      berperilaku Variabel kedalam Cost produksi. Terdiri atas biaya bahan
      baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya operasional pabrik
      Variabel.
C. Menurut perilakunya
   a. BOP tetap adalah yang tidak berubah dalam kisaran perubahan volume
      kegiatan tertentu.
   b. BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan perubahan
      volume kegiatan.
   c. BOP semi variable adalah yang berubah tidak sebanding dengan
      perubahan volume kegiatan tertentu.
D. Persediaan dalam perusahaan manufaktur
   a. Persediaan bahan baku ( bahan mentah ) ialah bahan baku yang belum
      digunakan dalam proses produksi, biasanya masih tersimpan dalam
      gudang BB
   b. Persediaan barang ( pabrik ) dalam proses ialah merupakan bahan
      ( material ) yang belum selesai dalam proses produksi. Elemen barang
      dalam proses seperti diatas :
              -   Biaya Bahan Baku ( BBB )
              -   Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL )
              -   Biaya Overhead Pabrik ( BOP )
   c. Persediaan Barang ( produk ) jadi ( selesai )
      Merupakan barang ( material ) yang sudah selesai diproduksi & telah
      siap untuk dijual. Biasanya disimpan dalam gudang barang jadi.
E. Harga Pokok Penjualan
   Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang.
   Nilai penjualan barang dagang dicatat sebagai penjualan, sedangkan nilai
   barang yang sudah terjual dicatat sebagai harga pokok penjualan.
Harga Pokok Penjualan ( HPP ) adalah harga perolehan barang dagang
   yang terjual, yaitu persediaan awal barang dagang ditambah pembelian
   bersih dikurangi persediaan akhir barang dagang.


   Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara
   biaya tetap, biaya Variabel, keuntungan dan volume kegiatan, sering pula
   disebut “ Cost – Profit – volume analisis” ( C.P.V. analisis ).
   Masalah Break-event baru muncul apabila suatu perusahaan disamping
   mempunyai biaya variable juga mempunyai biaya teteap.
   Manfaat Break-Even point :
   1. Menentukan posisi laba/rugi perusahaan.
   2. Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar
      perusahaan tidak mengalami kerugian.
   3. Menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
      keuntungan tertentu.


F. Tujuan praktikum


      1. Menyusun pengelompokan biaya berdasarka prilaku biaya,
      2. Menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan (keuntungan),
      3. Menghitung harga pokok produksi,
      4. Menghitung harga pokok penjualan,
      5. Menghitung titik impas (break-even piont),
      6. Menghitung mergin of safety (MOS),
      7. Menghitung shut-down point,
      8. Menghitung degree of operating leverage,
      9. Menghitung laba kontribusi (kontribusi marjin)
II TINJAUAN PUSTAKA


a. Biaya
           Menurut Hansen dan Mowen (2004:40),biaya didefinisikan sebagai
   kas atau nilaie kuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
   atau jasa yang diharapkan memberikanmanfaat saat ini atau di masa yang
   akan datang bagiorganisasi.
           Menurut Harnanto dan Zulkifli (2003:14), biaya adalah sesuatu
   yang berkonotasi sebagai pengurangyang harus dikorbankan untuk
   memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba.
   Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Biaya dibagi
   menjadi 2 golongan, yaitu:
           Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi
           dimana penyebab satu-
           satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam
           kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan
           baku dan biaya tenaga kerja langsung.
           Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak
           hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya
           dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya
           overhead pabrik.

   Rumus biaya:

   TC= FC+VC

   Keterangan:    TC: Total Cost (biaya)

                  FC: Fix Cost (biaya tetap)

                  VC: Variable Cost (biaya variable)
 Penerimaan
          Total Revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang
   diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu.
   Rumus Penerimaan:
   TR=PxQ
   Keterangan:    TR: Total Revenue (penerimaan)
                  P: Price (harga)
                  Q: Quantity (kuantitas)


 Keuntungan (Laba)
          Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal
   Azmi (2007:12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari
   pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari
   penghasilan atau penghasilan operasi.
   Menurut Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi
   kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas
   kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan
   posisi awalnya.
          Menurut Suwardjono (2008 : 464), laba dimaknai sebagai imbalan
   atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba
   merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat
   dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa)
          Menurut Belkaoui (1993), Laba merupakan suatu pos dasar dan
   penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam
   berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi
   perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman
   investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.
   Rumus Laba


   Keterangan:       π: Laba / Keuntungan
                  TR: Total Revenue
TC: Total Cost


b. Harga Pokok Produksi
          Pengertian      harga   pokok   produksi   menurut   Hansen   dan
   Mowen dalam bukunya ”Management Accounting” adalah sebagai berikut
   : “Harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang
   diseleseikan pada periode tertentu”.(2004 ; 48)
          Pengertian harga pokok produksi menurut Supriyono dalam
   bukunya ”Sistem Pengendalian Manajemen” adalah sebagai berikut :
   “Harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau
   diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya
   tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi”. (2002 ;
   11)
          Pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang
   diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi
   Manajemen”, menyatakan bahwa: “Harga pokok produksi adalah sejumlah
   biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
   terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang
   setengah jadi”.
          Pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang
   diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi
   Manajemen”, menyatakan bahwa: “Harga pokok produksi adalah sejumlah
   biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
   terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang
   setengah jadi”.
          Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
   Informasi biaya sangat bermanfaat untuk menentukan harga pokok
   produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Ada dua metode pendekatan
   didalam menentukan harga pokok produksi, yaitu :
a.    Full Costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh
biaya produksi sebagai harga pokok produksi yaitu :
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik ysng bersifat variabel maupun tetap.
( Mulyadi, 1991,18 )
Penentuan Harga Pokok Produksi


Dengan Pendekatan metode Full Costing
Biaya Bahan Baku                                      XXX
Biaya Tenaga Kerja Langsung                           XXX
Biaya Overhead Pabrik Variabel                        XXX
Biaya Overhead Pabrik Tetap                           XXX
                                                              +
Harga Pokok Produksi                                XXX




b.   Variabel Costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya-biaya produksi yang bersipat variabel kedalam harga pokok
produksi atau secara keseluruhan dapat didefenisikan sebagai berikut :
Variabel   costing     adalah   penentuan   harga     pokok       yang   hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Penentuan Harga Pokok Produksi
Dengan Pendekatan Metode Variabel Costing
   Biaya Bahan Baku                                      XXX
   Biaya Tenaga Kerja Langsung                          XXX
   Biaya Overhead Pabrik Variabel                        XXX
                                                                +
   Harga pokok Produksi                                XXX




c. Harga Pokok Penjualan
          Pengertian harga penjualan menurut Mulyadi (1997:349) dalam
   buku yang berjudul “Akuntansi Manajemen” adalah sebagai berikut:
   “Harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai interaksi antara jumlah
   permintaan dan penawaran dipasar”.
          Harga pokok penjualan menurut Garisson/Norren dalam bukunya
   “Akuntansi Manajer” yang diterjemaahkan oleh A. Totok Budisantoso
   mengemukakan pengertian haarga jual sebagai berikut: “Harga penjualan
   adalah biaya produksi ditambahkan kepersentase mark up atau laba”.
          Harga pokok penjualan menurut Gill dan Chatton yang
   diterjemahkan oleh Prabaningtyas (2008:15), "Harga pokok penjualan
   (HPP), yaitu biaya pembuatan atau hrga pembelian yang melekat pada
   produk barang jadi yang dikirim dari pemasok ke pelanggan"

   Rumus Harga Pokok Penjualan:

   Harga pokok penjualan (HPP) = persediaan awal + pembelian bersih -
   persediaan akhir




d. Titik Impas (Break Event Point)
          Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari
   antara biaya tetap, biaya Variabel, keuntungan dan volume kegiatan,
   sering pula disebut “ Cost – Profit – volume analisis” ( C.P.V. analisis ).
Break Event Point adalah keadaan suatu usaha yang tidak
   memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha
   dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue(penghasilan) sama
   dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan
   untuk menutup biaya tetap saja. Dan analisis Break Event adalah suatu
   cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
   menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain sama
   dengan nol). (Mulyadi,2001:230)
          Break Even Point adalah Posisi dimana perusahaan tidak
   memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas
   sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk
   menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak
   perusahaan   yang   profit   center    atau     mengembankannya.(Darsono
   Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:121)


   Rumus Break Even Point (BEP)/Impas:




e. Margin of Safety (MOS)
          Margin of Safety menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar,
   Margin of Safety (batas keselamatan adalah perbedaan antara tingkat
   penjualan aktual dengan tingkat penjualan break even. Margin ini
   merupakan jumlah dimana penerimaan penjualan bisa turun sebelum
   kerugian terjadi, dan seringkali diekspresikan sebagai persentase dari
   penjualan    yang   dianggarkan.(     Syahrul     dan   Muhammad    Afdi
   Nizar,2000:535)
Margin of Safety menurut Aliminsyah dan Padji, adalah suatu rasio
   yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan dari operasi suatu
   perusahaan yang menyangkut kemungkinan timbulnya kerugian atau
   permasalahan dalam penjualan produk yang tidak mustahil akan dialami
   perusahaan tersebut, dinyatakan dalam persentase.( Aliminsyah dan Padji,
   2000:535)


   Rumus Margin of Safety(MOS):




f. Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point)
          Menurut Darsono dan Ari (2008:125)“Titik penutupan usaha yaitu
   informasi yang dibutuhkan oleh manajemen tentang berapa jumlah nilai
   penjualan minimum sehingga perusahaan tidak layak untuk dilanjutkan
   (atau harus ditutup).’
   Menurut Dwi & Rifka (2008:199)”Titik penutupan usaha (shut down
   point) adalah titik potong antara garis total biaya dan garis total
   penghasilan.”
   Rumus Shut-down Point:




g. Degree of Operating Leverage(DOL)
          Degree of Operating Leverage yaitu rasio dari perubahan
   persentase laba operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual
   atau total pandapatan (Bambang Riyanto, 2000)
   Rumus Degree of Operating Leverage(DOL):
h. Kontribusi (contribution margin)Laba
          Menurut Machfoedz (1996:299) contribution margin adalah sisa
   hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi
   akan bisa digunakan untuk menutup semua biaya tetap dan setelah biaya
   tetap tertutup maka sisanya untuk menghasilkan laba periode yang
   bersangkutan.
          Menurut Garrison (1997:249) contribution margin adalah jumlah
   yang tersisa dari hasil penjualan setelah biaya variabel dikurangkan, yang
   dapat digunakan untuk membantu menutup biaya tetap dan kemudian
   mendapatkan laba untuk periode yang bersangkutan.


   Rumus Laba Kontribusi (contribution margin):
BAB III

                     METODOLOGI PRAKTIKUM

a. Lokasi dan waktu praktikum
           Lokasi praktikum     : Jln. Bougenvile no. 24 kelurahan Grendeng
           RT 02 / 04   Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas
           Waktu pelaksanaan             : Selasa, 11 Desember 2012

b. Metode praktikum :

       1. Alat dan bahan

          Alat : Alat tulis dan Kamera

          Bahan : lokasi usaha pengolahan kayu di “UD Ripin”

       2. Prosedur kerja :

          Mencari data primer dan sekunder denagn cara melakukan
          wawancara secara langsung

c. Jenis dan cara pengambilan data praktikum

          Kegiatan      praktikum yang kami lakukan adalah            secara
   berkelompok, yakni terdiri dari 5 orang yang dikoordinator oleh 1 orang
   Ketua kelompok dan selebihnya adalah anggota kelompok.
   Sedangkan cara pengambilan data praktikum dilakukan secara kolektif
   yang terdiri atas data primer dan sekunder, kelompok kami sebagian
   berkonsultasi kepada pemilik sebagian pengambilan data dengan cara
   mencatat hasil apa yang disampaikan oleh pemilik perusahaan kayu
   tersebut.
BAB IV
                   HASIL PRAKTIKUM


a. Keadaan umum perusahaan
   1. Sejarah Usaha/Perusahaan
             Usada Dagang Ripin merupakan usaha pengolahan kayu
      yang berdiri sejak tahun 1985 yang didirikan oleh bapak Sutarno,
      yang saat itu diawali dengan niatan untuk mengisi waktu luang
      dan kegemarannya terhadap proses pengolahan kayu. Dengan
      kegemarannya terhadap pengolahan kayu ia memberanikan diri
      untuk memulai usaha tersebut dengan bermodalkan satu batang
      pohon dan satu tenaga kerja, yang menghasilkan produk utama
      berupa sebuah kursi yang dininai oleh masyarakat mempunyai
      kualitas dan daya jual yang baik. Sehinga pak sutarno memiliki
      semangat untuk mendalami usaha tersebut. Dan usahanya
      mengalami kemajuan pada tahun 1992.
             UD Ripin adalah perusahaan manufaktur bergerak di
      bidang produksi dan pengolahan kayu, khususnya pembuatan
      mebel dan aksesoris yang mengintegrasikan nilai estetis,
      fungsional dan kenyamanan. “UD R ipin” memproduksi beragam
      jenis produk kayu olahan yang dirancang mengacu pada prinsip
      desain modern, diantaranya adalah kusen, pintu, jendela, dan
      berbagai jenis mebel dan aksesoris.

   2. Aspek Produksi

             Aspek produksi dari kegiatan pengolahan kayu meliputi,
      dari penyediaan bahan baku, diantaranya, kayu jenis Albasia,
      Mahoni, dan Akasia, kemudian kayu tersebut diolah hingga menadi
      bahan jadi. Dan penyediaan tenaga kerja dalam pengolahannya,
      yang berjumlah 15 orang.
3. Aspek Pemasaran

               Aspek pemasaran dari kegiatan “UD Ripin” pada awalnya
        melalui mulut ke mulut, sehingga usaha pengolahan kayu “UD
        Ripin” berkembang pesat seiring dengan berjalannya waktu, dan
        saat ini Usaha Dagang Ripin dapat memasokkan hasil produksinya
        sampai keluar kota, seperti kota Cirebon, Jogya, dan Surabaya.

 b. Pengelompokan biaya

      Tabel 1. Jenis Peralatan yang digunakan untuk Produksi pengolahan
      kayu selama 1 bulan di “UD Ripin” November 2012.

 No    Jenis         Jumlah         Harga beli   Umur       Biaya
       peralatan     alat           (Rp)         ekonomis   penyusutan /
                                                 (thn)      bulan (Rp)

 1     Mesin serut          5        5.000.000       2              208.333
       kayu
 2     Mesin kral           1         800.000        3               22.222
 3     Mesin bor            2        2.000.000       3               55.555
       kayu
 4     Mesin                4        8.000.000       5              133.333
       bobok
 5     Mesin lori           2       70.000.000       10             583.333
         Jumlah biaya peralatan                                  1.002.776




Biaya penyusutan :

       Alat serut kayu          =          =

                                = Rp. 208.333/ bulan
Mesin kral                =            =

                                = Rp. 22.222,-/ bln

      Mesin bor kayu            =            =

                                = Rp. 55.555,-/ bln

      Mesin bobok               =            =

                                = Rp. 133.333,-/ bln

      Mesin lori                =            =

                                = Rp. 583.333,-/ bln




     Tabel 2. BOP tetap produksi pengolahan kayu selama 1 bulan di“UD
     Ripin” November 2012.

No     Jenis biaya                  jumlah       Total biaya tetap /
                                                 bulan (Rp)
1      Penyusutan peralatan :
          a. Mesin serut                5                  208.333
              kayu
          b. Mesin kral                 1                     22.222
          c. Mesin bor                  2                     55.555
              kayu
          d. Mesin bobok                4                  133.333
          e. Mesin lori                 2                  583.333
          f. Pajak usaha                -                  300.000
        Jumlah tota BOP tetap                            1.302.776
Tabel 3. BOP Variabel Produksi pengolahan kayu selama 1 bulan
     di“UD Ripin” November 2012

No    Jenis biaya           Volume        Harga (Rp)    Total biaya
                            penggunaan                  variabel (Rp)
1     Biaya bahan baku      80 kubik        1.100.000      88.000.000
      (kayu                 glondongan
      albasia,akasia dan
      mahoni)
2     Tenaga kerja          15 HOK          1.200.000      18.000.000
      Langsung
3     Cat kayu              30 kaleng         35.0000       1.050.000
4     Amplas                3 meter            60.000         180.000
5     Biaya pemasaran               -          -              120.000
6     Biaya telphon                 -          -                  50.000
7     Biaya listrik                 -             -           380.000
        Jumlah total BOP variabel                         107.780.000



     Tabel 4. Hasil produksi utama selama 1 bulan di “UD Ripin”
     November 2012

No    Jenis barang         Volume hasil   Harga         penerimaan (Rp)
      utama yang di        produksi/bulan satuan (Rp)
      produksi
1     Meja                      50            200.000        10.000.000
2     Kursi                     75            200.000        15.000.000
3     Dipan                     20            400.000          8.000.000
4     Lemari 1 pintu            15          1.700.000        22.500.000
5     Lemari 2 pintu            16          2.000.000        32.000.000
6     Meja belajar              25            200.000          5.000.000
7     Pintu                     30            500.000        15.000.000
8      Jendela                    60             175.000            10.500.000
  9      Rak buku                   90              80.000             7.200.000
           Jumlah total penerimaan produk utama                   125.200.000



       Tabel 5. Hasil produksi sampingan selama 1 bulan di “UD Ripin”
       November 2012

  No     Jenis produksi       Volume hasil      Harga          Jumlah
         sampingan            produksi          (Rp)           penerimaan
                              sampingan/bulan                  (Rp)
  1      Kayu bakar           8 box mobil          350.000             2.800.000
  2      Serbuk kayu          50 karung                5.000            250.000
           Jumlah penerimaan produk sampingan                          3.050.000



   c. Biaya, penerimaan, Pendapatan

 Biaya tetap
       o Mesin serut kayu        5 x Rp. 1.000.000 : 24         = Rp.208.333
       o Mesin kral              1 x Rp. 800.000    : 36        = Rp. 22.222
       o Mesin bor kayu          2 x Rp. 2.000.000 : 36         = Rp. 55.555
       o Mesin bobok             2 x Rp. 4.000.000 : 60         = Rp. 133.333
       o Mesin lori              2 x Rp. 35.000.000 : 120       = Rp. 583.333
       o Pajak Perusahaan            Rp. 3.600.000 : 12         = Rp. 300.000

                                                                               +

          Total biaya tetap                                    = Rp 1.302.776


 Biaya Variabel
       o Biaya kayu 80 kubik x Rp 1.100.000             = Rp. 88.000.000
       o Tenaga kerja 15 HOK x Rp. 1.200.000            = Rp. 18.000.000
       o Cat kayu 30 kaleng x Rp. 35.000                = Rp. 1.500.000
o Amplas 3 meter x Rp. 60.000           = Rp.    180.000
      o Biaya pemasaran                       = Rp.    120.000
      o Biaya telphon                         = Rp.     50.000
      o Biaya listrik                         = Rp.    380.000

                                                                     +



         Total biaya variabel                 = Rp. 107.780.000


 Total Biaya (TC)
   TC = FC + VC
      = Rp. 1.302.776 + Rp. 107.780.000
                                              = Rp. 109.082.776
 Total Penerimaan produk utama
   TR = Q x P
      o 50 meja x Rp. 200.000                 = Rp 10.000.000
      o 75 kursi x Rp 200.000                 = Rp 15.000.000
      o 20 dipan x Rp 400.000                 = Rp 8.000.000
      o 15 lemari 1 pintu x Rp 1.700.000      = Rp 22.500.000
      o 16 lemari 2 pintu x Rp 2.000.000      = Rp 32.000.000
      o 25 meja belajar x Rp 200.000          = Rp 5.000.000
      o 30 pintu x Rp 500.000                 = Rp 15.000.000
      o 60 jendela x Rp 175.000               = Rp 10.500.000
      o 90 rak buku x Rp 80.000               = Rp 7.200.000
                                                                 +
                                              Rp 125.200.000




 Total Penerimaan produk sampingan
      o 8 box mobil kayu bakar x Rp 350.000   =       Rp 2.800.000
      o 50 karung serbuk kayu x Rp 5000       =       Rp 250.000
                                                                         +
                                                       3.050.000
 Total penerimaan produksi pengolahan kayu di UD Ripin
         = Totap penerimaan dari produk utama + total penerimaan produk
         sampingan
         = Rp 125.200.000 + Rp 3.050.000          = Rp 128.250.000


 Pendapatan (π)
   π = TR – TC
    = Rp 128.250.000– Rp. 109.082.776
    = Rp 19.167.224


   d. Harga pokok produksi


       Metode Full Costing
         Biaya bahan baku                         = Rp 88.000.000
         Biaya Tenaga Kerja Langsung              = Rp 18.000.000
         Biaya Overhead Pabrik Variabel           = Rp 107.780.000
         Biaya Overhead Pabrik Tetap              = Rp   1.302.776
                                                                     +

         Harga pokok produksi                     = Rp 215.082.776


       Metode Varaibel Costing
         Biaya bahan baku                         = Rp 88.000.000
         Biaya Tenaga Kerja Langsung              = Rp 18.000.000
         Biaya Overhead Pabrik Variabel           = Rp 107.780.000
                                                                     +
                                                  =Rp213.780.000




                                       Jumlah                   %
 Pendapatan penjualan             Rp 128.250.000           100
       Biaya variabel                 Rp 107.780.000           84.04
                                                       -   -
       Laba kontribusi                Rp 20.470.000            5,96
       Biaya tetap                    Rp   1.302.776           1,02
                                                       -
       Laba bersih                    Rp 19.167.224            14,95




e. Harga pokok penjualan (HPP)
   Harga pokok penjualan sama dengan harga pokok produksi karena
   tidak ada persediaan akhir.
    HPP = Rp 213.780.000 – 0 = Rp 213.780.000




f. Titik Impas ( Break- even Point)




                         =

                         = Rp 8.142.350
g. Margin of Safety




       =

       = 93,65 %
h. Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point)
   Asumsi biaya tunai dalam pemasaran hasil produk pengolahan kayu
   sebesar Rp 700.000
=

                     =Rp 4.385.964
i. Laba Kontribusi
   Laba Kontribusi = Penerimaan – Total Biaya Variabel
                     = Rp 128.250.000 - Rp 107.780.000
                     = Rp 20.470.000
BAB V
                              PEMBAHASAN



Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproses bahan mentah
hingga berubah menjadi barang yang siap untuk dipasarkan, semua proses
yang terjadi di “ UD Ripin” umumnya melibatkan berbagai peralatan
modern. Dalam melaksanakan praktikum Akutansi Biaya kami sepakat
untuk mengamati Usaha Dagang Ripin untuk dijadikan sebagai objek
pencarian data keuangan, perusahaan ini mengolah bahan baku kayu
menjadikan hasil produk yaitu meabel atau peralatan rumah tangga.

Pengelompokan biaya dalam UD Ripin terbagi menjadi biaya tetap, biaya
variabel, BOP tetap dan BOP variabel.

Biaya tetap adalah biaya peruahaan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
volume kegiatan perusahaan, baik dalam produksi maupun dalam
penjualan, biaya tetap ini termasuk gaji yang di keluarkan perusahaan
untuk pegawai tetap , pembayaran bunga, sewa, depresiasi, dan biaya
asuransi.

Biaya variabel adalah biaya perusahaan yang besarnya sesuai dengan
volume kegiatan usaha, contohnya biaya bahan baku.

Biaya BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.

BOP tetap adalah BOP yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu.

biaya tetap “UD Ripin” terdiri peralatan seperti : mesin serut kayu, mesin
krall, mesin bor kayu, mesin bobok, mesin lori dan pajak perusahaan.

Biaya variabel “UD Ripin” terdiri dari bahan baku kayu, Tenaga kerja, Cat
kayu, Amplas, Biaya pemasaran, Biaya telphon, Biaya listrik.
Dalam waktu sekali produksi (1 bulan) Usaha Dagang Ripin
membutuhkan sebanyak 80 kubik glondong kayu, yang akan di jadikan
sebagai meabel atau alat rumah tangga sebanyak 480 buah yang terdiri dari
: meja, kursi, dipan, lemari 1 pintu, lemari dua pintu, meja belajar, pintu,
jendela, dan rak buku. Dalam usahanya” UD Ripin” mempunyai 15 orang.

Selain menghasilkan produk utama meabel atau alat rumah tangga, juga
menghasilkan produk sampingan yaitu berupa serbuk kayu sebanyak 50
karung dan kayu bakar sebanyak 8 box mobil. Dalam waktu sebulan “UD
Ripin” mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 128.250.000 dengan
penerimaan tesebut UD Ripin menghasilkan pendapatan sebesar Rp.
19.167.224.

Harga pokok produksi adalah penjumlahan dari 3 unsur biaya produksi,
yaitu : bahan baku, upah tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Metode penentuan harga pokok produksi :

a)     Full costing
Metode penentuan harga poko produksi yang bembebankan seluruh biaya
produksi sebagai harga poko produksi, yaitu : biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan BOP yang bersifat variabel dan tetap. Usaha
Dagang Ripin memiliki HPP dengan metode full costing sebesar Rp.
215.082.776.
b)     Variabel costing
Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang bersifat variabel kedalam harga pokok produksi atau
secara keseluruhan, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan BOP variabel. Usaha Dagang Ripin memiliki HPP dengan metode
variabel costing sebesar Rp. 213.780.000.

Titik impas
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu
operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas
(penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk,
perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang
diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan
biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada
waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak
menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan
harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal
tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga
jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas
tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan.
Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam
analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus ini untuk mengetahui:

1.      Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
2.      Struktur biaya tetap dan variable
3.      Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya
tetap
4.      Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat
membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi,
sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan
kerugian,     memaksimalkan       keuntungan,   dan   melakukan   prediksi
keuntungan yang diharapkan melalui penentuan
          harga jual persatuan,
          produksi minimal,
          pendesainan produk, dan lainnya
Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah
ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
        Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode
        Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat
ditingkatkan
        Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap
maupun biaya variable.
           Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan
penjualan. Total biaya( biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total
penjualan, sehingga tidak terjadi laba dan juga kerugian. Dalam “UD
Ripin” mempunyai titik impas sebesar Rp 8.142.350, dengan titik impas
tersebut artinya apabila pendapatan yang di peroleh “UD Ripin” sebesar
Rp 8.142.350 atau dengan mendapatkan penerimaan penjualan sebesar Rp
penjualan sebesar Rp 188.467.675 ( Rp 190.950.000 – Rp 2.319.433 ).
Dengan titik impas yang dihasilkan pemilik “UD Ripin” dapat mengetahui
:
a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.


Break Eveb Point ( BEP ) akan bergeser atau berubah apabila:
1.      Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas
produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik turunnya garis FC
dan TC-nya, maskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan
garis TC. Bila Fcnaik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2.     Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana
perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost.
Naiknya biaya VC per unit akan menggeser BEP ke atas atau sebaliknya.
3.     Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan
mempengaruhi miringnya garis total tevenue (TR). Naiknya harga jual per
unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap,
akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4.     Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan
memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah
tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada
produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk
maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain
(sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi
kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun
akan berubah.


Mos (Margin of safety)
Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan
kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di
masa akan datang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Oleh karena itu adalah tugas manajemen untuk merencanakan masa depan
perusahaan, agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan kesempatan di
masa akan datang telah didasari oleh perusahaan dan telah direncanakan
bagaimana menghadapinya sejak sekarang. Kegiatan pokok manajemen
dalam merencanakan perusahaan adalah mengambil keputusan dalam
memilih perumusan kebijaksanaan.
Manajer memakai margin pengalaman penjualan (margin of safety) untuk
mengevaluasi kegiatan atau operasinya saat itu atau untuk mengukur
resiko rencana bisnis baru. Semakin rendah margin of safety dari sebuah
usaha, maka semakin tinggi resikonya. Sebaliknya semakin tinggi margin
of safety penjualannya, maka semakin rendah tingkat resikonya.


Ukuran yang sering kali dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen
suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Dimana laba
perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
1. Volume penjualan
2. Harga Jual Pokok
3. Biaya.


Apabila volume penjualan berubah sedangkan faktor-faktor yang lain
(harga jual, ratio biaya variable, biaya tetap) tidak berubah maka perolehan
laba juga akan berubah. Apabila harga jual per unit mengalami perubahan,
sedangkan volume penjualan, biaya variable per unit, dan biaya tetap tidak
berubah, maka perubahan laba akan juga mengalami perubahan.
Sedangkan apabila biaya variabel per unit dan biaya tetap berubah
sedangkan volume penjualan dan harga jual per unit tidak berubah, maka
perolehan laba juga akan mengalami perubahan.
Margin of safety adalah jarak dari penjualan nyata dengan tingkat break
even (BE). Margin of safety merupakan hubungan antara volume
penjualan yang dibudgetkan dengan volume penjualan pada titik impas.
Apabila volume penjualan pada titik impas telah diketahui dan kemudian
dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan, maka,dapat diketahui
batas keamanan yaitu berapa besar volume penjualan boleh turun asal
perusahaan tidak menderita kerugian.
SHUT DOWN POINT adalah suatu titik di mana pada kondisi itu jika
proses dijalankan maka perusahaan tidak akan mendapatkan laba tetapi
juga tidak menimbulkan kerugian. Jika pabrik beroperasi pada kapasitas di
bawah titik Shut Down Point maka pabrik akan mendapatkan rugi.

Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika
pendapatan        penjualannnya   tidak   cukup   untuk   menutup   biaya
tunainya.diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp.
1.302.776 merupakan biaya tunai, titik penutupan usaha sebesar Rp.
4.385.964 . Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar Rp.
4.385.964, usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan
karena pendapatan penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan
perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.



Laba Kontibusi
        Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel
        Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya
        tetap & menghasilkan laba.
        Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang
        diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk
        menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi
dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit
dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce
resources), manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai
macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan
landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan
laba tertinggi.
BAB VI

                              PENUTUP



A. Kesimpulan
       Usaha pengolahan kayu pada “UD Ripin” dalam satu kali periode
           produksinya membutuhkan sebanyak 80 ubik glondongan yang
           akan dijadikan sebagai bahan utama untuk pembuatan mebel dan
           aksesoris seperti : meja, kursi, lemari dll, dimana pada awalnya
           pemasarannya dari mulut kemulut, hingga akhirnya “UD Ripin”
           dapat berkembang pesaat dengan seiring berjalannya waktu.
       Biaya yang dibutuhkan dalam satu kali periode produksi
           pengolahan kayu di “UD Ripin” sebesar Rp 109.082.776 denagn
           penerimaan penjualan sebesar Rp128.250.000, sehhingga dalam
           satu kali poroduksi “UD Ripin” mendapatkan keuntungan atau laba
           bersih sebesar Rp 19.167.224.
       Berdasarkan perhitungan BEP ( Break-even Point ) pada “UD
           Ripin” sebesar Rp 8.142.350, margin of safety pada “UD Ripin”
           93,65 % , Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point) Rp 4.385.964,
           Laba Kontribusi = Rp 20.470.000.


B. Saran
           Sebaiknya dalam pemasaran hasil produksi yaitu meabel bisa
           memanfaatkan teknologi moderen seperti membuat akun bloger
           yang memuat usaha tersebut, sehingga dalam pemasaranya
           tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga tidak
           dapat menutup kemungkinan dapat menerima order dari luar kota
           maupun luar pulau yang dapat mempengarhui tingkat pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://mbegedut.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-harga-pokok.html

http://celicarose.wordpress.com/2010/04/30/artikel-akuntansi/

http://sibukkerjatugas.wordpress.com/2011/12/13/konsep-laba-income-concept/

http://nneuivnieghina.wordpress.com/2011/12/29/hubungan-margin-kontribusi-
dengan-perencanaan-laba-perusahaan/
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

32 metodologi penelitian pada ilmu komputer
32   metodologi penelitian pada ilmu komputer32   metodologi penelitian pada ilmu komputer
32 metodologi penelitian pada ilmu komputerMuhammad Andrianto
 
Modul ke_ CHAPTER 5. IT Infrastructure and Emerging Technologies. Fakultas. D...
Modul ke_ CHAPTER 5. IT Infrastructure and Emerging Technologies. Fakultas. D...Modul ke_ CHAPTER 5. IT Infrastructure and Emerging Technologies. Fakultas. D...
Modul ke_ CHAPTER 5. IT Infrastructure and Emerging Technologies. Fakultas. D...DEANALEXANDER15
 
Akuntansi pertanggung jawaban
Akuntansi pertanggung jawabanAkuntansi pertanggung jawaban
Akuntansi pertanggung jawabanNurva_Sari95
 
Enterprise Resource Planning (ERP) :: Sistem Informasi Akuntansi
Enterprise Resource Planning (ERP) :: Sistem Informasi AkuntansiEnterprise Resource Planning (ERP) :: Sistem Informasi Akuntansi
Enterprise Resource Planning (ERP) :: Sistem Informasi AkuntansiAuliaa Oktarianii
 
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ahAkuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ahmadureh
 
Studi kasus teori akuntansi
Studi kasus teori akuntansiStudi kasus teori akuntansi
Studi kasus teori akuntansiHasunah
 
Strategi Proses Manajemen Operasional
Strategi Proses Manajemen OperasionalStrategi Proses Manajemen Operasional
Strategi Proses Manajemen OperasionalIkkaW
 
Ppt makalah manajemen operasional kelompok 1
Ppt makalah manajemen operasional kelompok 1Ppt makalah manajemen operasional kelompok 1
Ppt makalah manajemen operasional kelompok 1Sovia Yohana
 
Strategi operasi
Strategi operasiStrategi operasi
Strategi operasivivi dela
 
Business process reinggering
Business process reinggeringBusiness process reinggering
Business process reinggeringYesica Adicondro
 
Bab 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN:APLIKASI...
Bab 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN:APLIKASI...Bab 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN:APLIKASI...
Bab 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN:APLIKASI...Kasi Irawati
 
Merger dan akuisisi
Merger  dan akuisisiMerger  dan akuisisi
Merger dan akuisisiLilik Mafula
 
Bab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biayaBab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biayaNugroho Adi
 
Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC)Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC)Indra Yu
 
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGUofa_Unsada
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangRyan Gamof
 

What's hot (20)

32 metodologi penelitian pada ilmu komputer
32   metodologi penelitian pada ilmu komputer32   metodologi penelitian pada ilmu komputer
32 metodologi penelitian pada ilmu komputer
 
Modul ke_ CHAPTER 5. IT Infrastructure and Emerging Technologies. Fakultas. D...
Modul ke_ CHAPTER 5. IT Infrastructure and Emerging Technologies. Fakultas. D...Modul ke_ CHAPTER 5. IT Infrastructure and Emerging Technologies. Fakultas. D...
Modul ke_ CHAPTER 5. IT Infrastructure and Emerging Technologies. Fakultas. D...
 
Bab 5-aktiva-tetap
Bab 5-aktiva-tetapBab 5-aktiva-tetap
Bab 5-aktiva-tetap
 
Akuntansi pertanggung jawaban
Akuntansi pertanggung jawabanAkuntansi pertanggung jawaban
Akuntansi pertanggung jawaban
 
Enterprise Resource Planning (ERP) :: Sistem Informasi Akuntansi
Enterprise Resource Planning (ERP) :: Sistem Informasi AkuntansiEnterprise Resource Planning (ERP) :: Sistem Informasi Akuntansi
Enterprise Resource Planning (ERP) :: Sistem Informasi Akuntansi
 
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ahAkuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
 
Studi kasus teori akuntansi
Studi kasus teori akuntansiStudi kasus teori akuntansi
Studi kasus teori akuntansi
 
Strategi Proses Manajemen Operasional
Strategi Proses Manajemen OperasionalStrategi Proses Manajemen Operasional
Strategi Proses Manajemen Operasional
 
Ppt makalah manajemen operasional kelompok 1
Ppt makalah manajemen operasional kelompok 1Ppt makalah manajemen operasional kelompok 1
Ppt makalah manajemen operasional kelompok 1
 
Strategi operasi
Strategi operasiStrategi operasi
Strategi operasi
 
Business process reinggering
Business process reinggeringBusiness process reinggering
Business process reinggering
 
Bab 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN:APLIKASI...
Bab 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN:APLIKASI...Bab 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN:APLIKASI...
Bab 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN:APLIKASI...
 
Merger dan akuisisi
Merger  dan akuisisiMerger  dan akuisisi
Merger dan akuisisi
 
Bab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biayaBab 2 akuntansi biaya
Bab 2 akuntansi biaya
 
Contoh Surat tugas
Contoh Surat tugasContoh Surat tugas
Contoh Surat tugas
 
Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC)Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC)
 
Strategi Tata Letak
Strategi Tata LetakStrategi Tata Letak
Strategi Tata Letak
 
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
 
Audit - Internal Control
Audit - Internal ControlAudit - Internal Control
Audit - Internal Control
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
 

Similar to Kajian Finansial Usaha Pengolahan Kayu

Laporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha taniLaporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha tanifahmiganteng
 
Teori Produksi dan Biaya Produksi
Teori Produksi dan Biaya ProduksiTeori Produksi dan Biaya Produksi
Teori Produksi dan Biaya Produksiade orreo
 
57925129 pengertian-biaya-produksi
57925129 pengertian-biaya-produksi57925129 pengertian-biaya-produksi
57925129 pengertian-biaya-produksiDavid Sigalingging
 
Resume 1 psak 14 persediaan
Resume 1  psak 14 persediaanResume 1  psak 14 persediaan
Resume 1 psak 14 persediaangresyestepina
 
1 konsep-akuntansi-biaya
1 konsep-akuntansi-biaya1 konsep-akuntansi-biaya
1 konsep-akuntansi-biayaNugroho Adi
 
Modul praktikum-akuntansi-biaya
Modul praktikum-akuntansi-biayaModul praktikum-akuntansi-biaya
Modul praktikum-akuntansi-biayaaninabil08
 
AKUNTANTANSI BIAYA
AKUNTANTANSI BIAYA AKUNTANTANSI BIAYA
AKUNTANTANSI BIAYA Agus arwani
 
ekonomi teknik.pdf
ekonomi teknik.pdfekonomi teknik.pdf
ekonomi teknik.pdfGGGaming49
 
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.pptDessyNoorFarida1
 
1_Biaya Pengantar.ppt.pdf
1_Biaya Pengantar.ppt.pdf1_Biaya Pengantar.ppt.pdf
1_Biaya Pengantar.ppt.pdfswaxmogg
 
Operasi dan produktivitas
Operasi dan produktivitas Operasi dan produktivitas
Operasi dan produktivitas Eni Cahyani
 
Manajemen dan perbaikan proses
Manajemen dan perbaikan prosesManajemen dan perbaikan proses
Manajemen dan perbaikan prosesnuru atika
 

Similar to Kajian Finansial Usaha Pengolahan Kayu (20)

Bab i ekoprod
Bab i ekoprodBab i ekoprod
Bab i ekoprod
 
Laporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha taniLaporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha tani
 
Ehdhdg
EhdhdgEhdhdg
Ehdhdg
 
Teori Produksi dan Biaya Produksi
Teori Produksi dan Biaya ProduksiTeori Produksi dan Biaya Produksi
Teori Produksi dan Biaya Produksi
 
Konsep Dasar Akuntansi Biaya
Konsep Dasar Akuntansi BiayaKonsep Dasar Akuntansi Biaya
Konsep Dasar Akuntansi Biaya
 
57925129 pengertian-biaya-produksi
57925129 pengertian-biaya-produksi57925129 pengertian-biaya-produksi
57925129 pengertian-biaya-produksi
 
Resume 1 psak 14 persediaan
Resume 1  psak 14 persediaanResume 1  psak 14 persediaan
Resume 1 psak 14 persediaan
 
Presentasi bep
Presentasi bepPresentasi bep
Presentasi bep
 
1 konsep-akuntansi-biaya
1 konsep-akuntansi-biaya1 konsep-akuntansi-biaya
1 konsep-akuntansi-biaya
 
11. Pengendalian Biaya Produksi
11. Pengendalian Biaya Produksi11. Pengendalian Biaya Produksi
11. Pengendalian Biaya Produksi
 
Modul praktikum-akuntansi-biaya
Modul praktikum-akuntansi-biayaModul praktikum-akuntansi-biaya
Modul praktikum-akuntansi-biaya
 
AKUNTANTANSI BIAYA
AKUNTANTANSI BIAYA AKUNTANTANSI BIAYA
AKUNTANTANSI BIAYA
 
Makalah harga pokok variabel
Makalah harga pokok variabelMakalah harga pokok variabel
Makalah harga pokok variabel
 
ekonomi teknik.pdf
ekonomi teknik.pdfekonomi teknik.pdf
ekonomi teknik.pdf
 
Produk kreatif dan kewirausahaan biaya produksi prototype produk barang jasa
Produk kreatif dan kewirausahaan biaya produksi prototype produk barang jasaProduk kreatif dan kewirausahaan biaya produksi prototype produk barang jasa
Produk kreatif dan kewirausahaan biaya produksi prototype produk barang jasa
 
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
1.-Pengertian-Akuntansi-biaya_.ppt
 
Akuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptxAkuntansi Biaya 1.pptx
Akuntansi Biaya 1.pptx
 
1_Biaya Pengantar.ppt.pdf
1_Biaya Pengantar.ppt.pdf1_Biaya Pengantar.ppt.pdf
1_Biaya Pengantar.ppt.pdf
 
Operasi dan produktivitas
Operasi dan produktivitas Operasi dan produktivitas
Operasi dan produktivitas
 
Manajemen dan perbaikan proses
Manajemen dan perbaikan prosesManajemen dan perbaikan proses
Manajemen dan perbaikan proses
 

Kajian Finansial Usaha Pengolahan Kayu

  • 1. LAPORAN HASIL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS Disusun oleh: 1. Aef Saepul Anwar (A0A011014) 2. Julyta Nurul Astria (A0A011022) 3. Ariyanto (A0A011030) 4. Tita Kurniawati (A0A011034) 5. Maman Fathurrohman (A0A011048) PROGRAM DIPLOMA TIGA AGROBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012
  • 2. LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KAJIAN FINANSIAL USAHA PENGOLAHAN KAYU DI DESA GRENDENG KABUPATEN BANYUMAS Disusun oleh: 1. Aef Saepul Anwar (A0A011014) 2. Julyta Nurul Astria (A0A011022) 3. Ariyanto (A0A011030) 4. Tita Kurniawati (A0A011034) 5. Maman Fathurrohman (A0A011048) Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai kelulusan mata kuliah Akuntansi Biaya pada Program Diploma Tiga Agrobisnis Fakultas Pertanian UNSOED Diterima dan disyahkan pada tanggal……………… Purwokerto…………………. Menyetujui, Dosen Pembimbing Praktikum Ketua Kelompok, Ir. Hj. Pudji Hastuti, MP Maman Fathurrohman NIP. 195604251986012001 NIM. A0A011048
  • 3. SURAT BUKTI PRAKTIKUM Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :Bapak Sutarno Jabatan : Pemilik Nama Perusahaan :UD. Ripin Alamat perusahaan : Jln. Bougenvil,24 Gerendeng Purwokerto Utara 53122. Tlpn 085 292 480 478 Berkaitan dengan adanya kegiatan praktikum lapang ke “industri pengolahan kayu di desa gerendeng ” yang merupakan bagian dari mata kuliah Akutansi Biaya, maka dengan ini kami menyatakan bahwa 5 (lima) mahasisawa yang namanya tersebut di bawah ini telah melaksanakan praktikum di perusahaan kami, yang terdiri dari : 1. Aef Saepul Anwar ( A0A011014 ) 2. Julyta Nurul Astria ( A0A011022 ) 3. Ariyanto (A0A011030) 4. Tita Kurniawati (A0A011034) 5. Maman Fathurrohman (A0A011048) Demikian surat bukti praktikum ini kami buat dengan ketentuan bahwa segala sesuatu akan di ubah dan dipertimbangkan kembali sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini. Purwokerto, 11 Desember 2012 Pemilik home industri pengolahan kayu ( Bapak Sutarno )
  • 4. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas kebaikannya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan praktikum lapang tersebut laporan hasil praktikum Akuntansi Biaya untuk analisis kajian “finansial Usaha Pengolahan Kayu” di kelurahan Grendeng purwokerto utara Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan yang bersangkutan serta kerjasama teman- teman praktikum ini tidak mungkin dapat terwujud dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Hj. Pudji Hastuti, MP selaku pengampu yang telah memberikan arahan atas praktikum ini 2. Bpk Sutarno selaku pemilik sekaligus manager usaha pengolahan kayu yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan tentang praktikum yang kami lakukan. 3. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil, sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum ini. Besar harapan kami laporan praktikum ini dapat diterima. Sekian kami ucapkan terima kasih. Purwokerto, 11 Desember 2012 Tim Penulis
  • 5. DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...i KATA PENGANTAR……………………………………………………...ii DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...4 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM………………………………….12 BAB IV HASIL PRAKTIKUM……………………………………………13 BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………...22 BAB VI PENUTUP........…………………………………………………...29 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………30 LAMPIRAN………………………………………………………………...31
  • 6. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara – cara tertentu atau penafsiran. Oleh karena itu diperlukan akuntansi biaya, dimana akuntansi biaya : Berfungsi untuk mengukur pengorbanan nilai masukan, Menghasilkan informasi bagi manajemen, Apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau tidak? 1. Menentukan harga pokok a. Memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan - Mencatat, menggolongkan, meringkas biaya, pembuatan produk/penyerahan jasa. - Biaya : biaya historis. - Tunduk pada prinsip akuntansi. b. Memenuhi kebutuhan manajemen - Mencatat, menggolongkan, meringkas biaya, pembuatan produk/penyerahan jasa. - Biaya : biaya historis. - Tunduk pada prinsip akuntansi. B. Metode penentuan biaya produksi Cara memperhitungkan unsur – unsur biaya kedalam cost produksi ada 2 pendekatan 1. Full Costing  jangka panjang ( 1 tahun ) Full Costing adalah penentuan Cost produksi dengan memperhitungkan semua unsure – unsure biaya produksi kedalam Cost produksi baik yang berperilaku Tetap maupun Variabel. Terdiri atas biaya bahan baku, biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead pabrik. 2. Variabel Costing  jangka pendek ( 1 periode produksi )
  • 7. Variabel Costing adalah penentuan Cost produksi dengan memperhitungkan semua unsure – unsure biaya produksi yang berperilaku Variabel kedalam Cost produksi. Terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya operasional pabrik Variabel. C. Menurut perilakunya a. BOP tetap adalah yang tidak berubah dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. b. BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c. BOP semi variable adalah yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan tertentu. D. Persediaan dalam perusahaan manufaktur a. Persediaan bahan baku ( bahan mentah ) ialah bahan baku yang belum digunakan dalam proses produksi, biasanya masih tersimpan dalam gudang BB b. Persediaan barang ( pabrik ) dalam proses ialah merupakan bahan ( material ) yang belum selesai dalam proses produksi. Elemen barang dalam proses seperti diatas : - Biaya Bahan Baku ( BBB ) - Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL ) - Biaya Overhead Pabrik ( BOP ) c. Persediaan Barang ( produk ) jadi ( selesai ) Merupakan barang ( material ) yang sudah selesai diproduksi & telah siap untuk dijual. Biasanya disimpan dalam gudang barang jadi. E. Harga Pokok Penjualan Kegiatan utama perusahaan dagang adalah membeli dan menjual barang. Nilai penjualan barang dagang dicatat sebagai penjualan, sedangkan nilai barang yang sudah terjual dicatat sebagai harga pokok penjualan.
  • 8. Harga Pokok Penjualan ( HPP ) adalah harga perolehan barang dagang yang terjual, yaitu persediaan awal barang dagang ditambah pembelian bersih dikurangi persediaan akhir barang dagang. Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara biaya tetap, biaya Variabel, keuntungan dan volume kegiatan, sering pula disebut “ Cost – Profit – volume analisis” ( C.P.V. analisis ). Masalah Break-event baru muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variable juga mempunyai biaya teteap. Manfaat Break-Even point : 1. Menentukan posisi laba/rugi perusahaan. 2. Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 3. Menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. F. Tujuan praktikum 1. Menyusun pengelompokan biaya berdasarka prilaku biaya, 2. Menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan (keuntungan), 3. Menghitung harga pokok produksi, 4. Menghitung harga pokok penjualan, 5. Menghitung titik impas (break-even piont), 6. Menghitung mergin of safety (MOS), 7. Menghitung shut-down point, 8. Menghitung degree of operating leverage, 9. Menghitung laba kontribusi (kontribusi marjin)
  • 9. II TINJAUAN PUSTAKA a. Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2004:40),biaya didefinisikan sebagai kas atau nilaie kuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikanmanfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagiorganisasi. Menurut Harnanto dan Zulkifli (2003:14), biaya adalah sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurangyang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Biaya dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu- satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. Rumus biaya: TC= FC+VC Keterangan: TC: Total Cost (biaya) FC: Fix Cost (biaya tetap) VC: Variable Cost (biaya variable)
  • 10.  Penerimaan Total Revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu. Rumus Penerimaan: TR=PxQ Keterangan: TR: Total Revenue (penerimaan) P: Price (harga) Q: Quantity (kuantitas)  Keuntungan (Laba) Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi (2007:12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Menurut Stice, Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Menurut Suwardjono (2008 : 464), laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa) Menurut Belkaoui (1993), Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Rumus Laba Keterangan: π: Laba / Keuntungan TR: Total Revenue
  • 11. TC: Total Cost b. Harga Pokok Produksi Pengertian harga pokok produksi menurut Hansen dan Mowen dalam bukunya ”Management Accounting” adalah sebagai berikut : “Harga pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang diseleseikan pada periode tertentu”.(2004 ; 48) Pengertian harga pokok produksi menurut Supriyono dalam bukunya ”Sistem Pengendalian Manajemen” adalah sebagai berikut : “Harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi”. (2002 ; 11) Pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi Manajemen”, menyatakan bahwa: “Harga pokok produksi adalah sejumlah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang setengah jadi”. Pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi Manajemen”, menyatakan bahwa: “Harga pokok produksi adalah sejumlah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang setengah jadi”. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Informasi biaya sangat bermanfaat untuk menentukan harga pokok produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Ada dua metode pendekatan didalam menentukan harga pokok produksi, yaitu :
  • 12. a. Full Costing Metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai harga pokok produksi yaitu : Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ysng bersifat variabel maupun tetap. ( Mulyadi, 1991,18 ) Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan Pendekatan metode Full Costing Biaya Bahan Baku XXX Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX Biaya Overhead Pabrik Tetap XXX + Harga Pokok Produksi XXX b. Variabel Costing Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya-biaya produksi yang bersipat variabel kedalam harga pokok produksi atau secara keseluruhan dapat didefenisikan sebagai berikut : Variabel costing adalah penentuan harga pokok yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Penentuan Harga Pokok Produksi
  • 13. Dengan Pendekatan Metode Variabel Costing Biaya Bahan Baku XXX Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX + Harga pokok Produksi XXX c. Harga Pokok Penjualan Pengertian harga penjualan menurut Mulyadi (1997:349) dalam buku yang berjudul “Akuntansi Manajemen” adalah sebagai berikut: “Harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran dipasar”. Harga pokok penjualan menurut Garisson/Norren dalam bukunya “Akuntansi Manajer” yang diterjemaahkan oleh A. Totok Budisantoso mengemukakan pengertian haarga jual sebagai berikut: “Harga penjualan adalah biaya produksi ditambahkan kepersentase mark up atau laba”. Harga pokok penjualan menurut Gill dan Chatton yang diterjemahkan oleh Prabaningtyas (2008:15), "Harga pokok penjualan (HPP), yaitu biaya pembuatan atau hrga pembelian yang melekat pada produk barang jadi yang dikirim dari pemasok ke pelanggan" Rumus Harga Pokok Penjualan: Harga pokok penjualan (HPP) = persediaan awal + pembelian bersih - persediaan akhir d. Titik Impas (Break Event Point) Break Event Point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari antara biaya tetap, biaya Variabel, keuntungan dan volume kegiatan, sering pula disebut “ Cost – Profit – volume analisis” ( C.P.V. analisis ).
  • 14. Break Event Point adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue(penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Dan analisis Break Event adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain sama dengan nol). (Mulyadi,2001:230) Break Even Point adalah Posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yang profit center atau mengembankannya.(Darsono Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:121) Rumus Break Even Point (BEP)/Impas: e. Margin of Safety (MOS) Margin of Safety menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar, Margin of Safety (batas keselamatan adalah perbedaan antara tingkat penjualan aktual dengan tingkat penjualan break even. Margin ini merupakan jumlah dimana penerimaan penjualan bisa turun sebelum kerugian terjadi, dan seringkali diekspresikan sebagai persentase dari penjualan yang dianggarkan.( Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar,2000:535)
  • 15. Margin of Safety menurut Aliminsyah dan Padji, adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keamanan dari operasi suatu perusahaan yang menyangkut kemungkinan timbulnya kerugian atau permasalahan dalam penjualan produk yang tidak mustahil akan dialami perusahaan tersebut, dinyatakan dalam persentase.( Aliminsyah dan Padji, 2000:535) Rumus Margin of Safety(MOS): f. Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point) Menurut Darsono dan Ari (2008:125)“Titik penutupan usaha yaitu informasi yang dibutuhkan oleh manajemen tentang berapa jumlah nilai penjualan minimum sehingga perusahaan tidak layak untuk dilanjutkan (atau harus ditutup).’ Menurut Dwi & Rifka (2008:199)”Titik penutupan usaha (shut down point) adalah titik potong antara garis total biaya dan garis total penghasilan.” Rumus Shut-down Point: g. Degree of Operating Leverage(DOL) Degree of Operating Leverage yaitu rasio dari perubahan persentase laba operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual atau total pandapatan (Bambang Riyanto, 2000) Rumus Degree of Operating Leverage(DOL):
  • 16. h. Kontribusi (contribution margin)Laba Menurut Machfoedz (1996:299) contribution margin adalah sisa hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi akan bisa digunakan untuk menutup semua biaya tetap dan setelah biaya tetap tertutup maka sisanya untuk menghasilkan laba periode yang bersangkutan. Menurut Garrison (1997:249) contribution margin adalah jumlah yang tersisa dari hasil penjualan setelah biaya variabel dikurangkan, yang dapat digunakan untuk membantu menutup biaya tetap dan kemudian mendapatkan laba untuk periode yang bersangkutan. Rumus Laba Kontribusi (contribution margin):
  • 17. BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM a. Lokasi dan waktu praktikum Lokasi praktikum : Jln. Bougenvile no. 24 kelurahan Grendeng RT 02 / 04 Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas Waktu pelaksanaan : Selasa, 11 Desember 2012 b. Metode praktikum : 1. Alat dan bahan Alat : Alat tulis dan Kamera Bahan : lokasi usaha pengolahan kayu di “UD Ripin” 2. Prosedur kerja : Mencari data primer dan sekunder denagn cara melakukan wawancara secara langsung c. Jenis dan cara pengambilan data praktikum Kegiatan praktikum yang kami lakukan adalah secara berkelompok, yakni terdiri dari 5 orang yang dikoordinator oleh 1 orang Ketua kelompok dan selebihnya adalah anggota kelompok. Sedangkan cara pengambilan data praktikum dilakukan secara kolektif yang terdiri atas data primer dan sekunder, kelompok kami sebagian berkonsultasi kepada pemilik sebagian pengambilan data dengan cara mencatat hasil apa yang disampaikan oleh pemilik perusahaan kayu tersebut.
  • 18. BAB IV HASIL PRAKTIKUM a. Keadaan umum perusahaan 1. Sejarah Usaha/Perusahaan Usada Dagang Ripin merupakan usaha pengolahan kayu yang berdiri sejak tahun 1985 yang didirikan oleh bapak Sutarno, yang saat itu diawali dengan niatan untuk mengisi waktu luang dan kegemarannya terhadap proses pengolahan kayu. Dengan kegemarannya terhadap pengolahan kayu ia memberanikan diri untuk memulai usaha tersebut dengan bermodalkan satu batang pohon dan satu tenaga kerja, yang menghasilkan produk utama berupa sebuah kursi yang dininai oleh masyarakat mempunyai kualitas dan daya jual yang baik. Sehinga pak sutarno memiliki semangat untuk mendalami usaha tersebut. Dan usahanya mengalami kemajuan pada tahun 1992. UD Ripin adalah perusahaan manufaktur bergerak di bidang produksi dan pengolahan kayu, khususnya pembuatan mebel dan aksesoris yang mengintegrasikan nilai estetis, fungsional dan kenyamanan. “UD R ipin” memproduksi beragam jenis produk kayu olahan yang dirancang mengacu pada prinsip desain modern, diantaranya adalah kusen, pintu, jendela, dan berbagai jenis mebel dan aksesoris. 2. Aspek Produksi Aspek produksi dari kegiatan pengolahan kayu meliputi, dari penyediaan bahan baku, diantaranya, kayu jenis Albasia, Mahoni, dan Akasia, kemudian kayu tersebut diolah hingga menadi bahan jadi. Dan penyediaan tenaga kerja dalam pengolahannya, yang berjumlah 15 orang.
  • 19. 3. Aspek Pemasaran Aspek pemasaran dari kegiatan “UD Ripin” pada awalnya melalui mulut ke mulut, sehingga usaha pengolahan kayu “UD Ripin” berkembang pesat seiring dengan berjalannya waktu, dan saat ini Usaha Dagang Ripin dapat memasokkan hasil produksinya sampai keluar kota, seperti kota Cirebon, Jogya, dan Surabaya. b. Pengelompokan biaya Tabel 1. Jenis Peralatan yang digunakan untuk Produksi pengolahan kayu selama 1 bulan di “UD Ripin” November 2012. No Jenis Jumlah Harga beli Umur Biaya peralatan alat (Rp) ekonomis penyusutan / (thn) bulan (Rp) 1 Mesin serut 5 5.000.000 2 208.333 kayu 2 Mesin kral 1 800.000 3 22.222 3 Mesin bor 2 2.000.000 3 55.555 kayu 4 Mesin 4 8.000.000 5 133.333 bobok 5 Mesin lori 2 70.000.000 10 583.333 Jumlah biaya peralatan 1.002.776 Biaya penyusutan : Alat serut kayu = = = Rp. 208.333/ bulan
  • 20. Mesin kral = = = Rp. 22.222,-/ bln Mesin bor kayu = = = Rp. 55.555,-/ bln Mesin bobok = = = Rp. 133.333,-/ bln Mesin lori = = = Rp. 583.333,-/ bln Tabel 2. BOP tetap produksi pengolahan kayu selama 1 bulan di“UD Ripin” November 2012. No Jenis biaya jumlah Total biaya tetap / bulan (Rp) 1 Penyusutan peralatan : a. Mesin serut 5 208.333 kayu b. Mesin kral 1 22.222 c. Mesin bor 2 55.555 kayu d. Mesin bobok 4 133.333 e. Mesin lori 2 583.333 f. Pajak usaha - 300.000 Jumlah tota BOP tetap 1.302.776
  • 21. Tabel 3. BOP Variabel Produksi pengolahan kayu selama 1 bulan di“UD Ripin” November 2012 No Jenis biaya Volume Harga (Rp) Total biaya penggunaan variabel (Rp) 1 Biaya bahan baku 80 kubik 1.100.000 88.000.000 (kayu glondongan albasia,akasia dan mahoni) 2 Tenaga kerja 15 HOK 1.200.000 18.000.000 Langsung 3 Cat kayu 30 kaleng 35.0000 1.050.000 4 Amplas 3 meter 60.000 180.000 5 Biaya pemasaran - - 120.000 6 Biaya telphon - - 50.000 7 Biaya listrik - - 380.000 Jumlah total BOP variabel 107.780.000 Tabel 4. Hasil produksi utama selama 1 bulan di “UD Ripin” November 2012 No Jenis barang Volume hasil Harga penerimaan (Rp) utama yang di produksi/bulan satuan (Rp) produksi 1 Meja 50 200.000 10.000.000 2 Kursi 75 200.000 15.000.000 3 Dipan 20 400.000 8.000.000 4 Lemari 1 pintu 15 1.700.000 22.500.000 5 Lemari 2 pintu 16 2.000.000 32.000.000 6 Meja belajar 25 200.000 5.000.000 7 Pintu 30 500.000 15.000.000
  • 22. 8 Jendela 60 175.000 10.500.000 9 Rak buku 90 80.000 7.200.000 Jumlah total penerimaan produk utama 125.200.000 Tabel 5. Hasil produksi sampingan selama 1 bulan di “UD Ripin” November 2012 No Jenis produksi Volume hasil Harga Jumlah sampingan produksi (Rp) penerimaan sampingan/bulan (Rp) 1 Kayu bakar 8 box mobil 350.000 2.800.000 2 Serbuk kayu 50 karung 5.000 250.000 Jumlah penerimaan produk sampingan 3.050.000 c. Biaya, penerimaan, Pendapatan  Biaya tetap o Mesin serut kayu 5 x Rp. 1.000.000 : 24 = Rp.208.333 o Mesin kral 1 x Rp. 800.000 : 36 = Rp. 22.222 o Mesin bor kayu 2 x Rp. 2.000.000 : 36 = Rp. 55.555 o Mesin bobok 2 x Rp. 4.000.000 : 60 = Rp. 133.333 o Mesin lori 2 x Rp. 35.000.000 : 120 = Rp. 583.333 o Pajak Perusahaan Rp. 3.600.000 : 12 = Rp. 300.000 + Total biaya tetap = Rp 1.302.776  Biaya Variabel o Biaya kayu 80 kubik x Rp 1.100.000 = Rp. 88.000.000 o Tenaga kerja 15 HOK x Rp. 1.200.000 = Rp. 18.000.000 o Cat kayu 30 kaleng x Rp. 35.000 = Rp. 1.500.000
  • 23. o Amplas 3 meter x Rp. 60.000 = Rp. 180.000 o Biaya pemasaran = Rp. 120.000 o Biaya telphon = Rp. 50.000 o Biaya listrik = Rp. 380.000 + Total biaya variabel = Rp. 107.780.000  Total Biaya (TC) TC = FC + VC = Rp. 1.302.776 + Rp. 107.780.000 = Rp. 109.082.776  Total Penerimaan produk utama TR = Q x P o 50 meja x Rp. 200.000 = Rp 10.000.000 o 75 kursi x Rp 200.000 = Rp 15.000.000 o 20 dipan x Rp 400.000 = Rp 8.000.000 o 15 lemari 1 pintu x Rp 1.700.000 = Rp 22.500.000 o 16 lemari 2 pintu x Rp 2.000.000 = Rp 32.000.000 o 25 meja belajar x Rp 200.000 = Rp 5.000.000 o 30 pintu x Rp 500.000 = Rp 15.000.000 o 60 jendela x Rp 175.000 = Rp 10.500.000 o 90 rak buku x Rp 80.000 = Rp 7.200.000 + Rp 125.200.000  Total Penerimaan produk sampingan o 8 box mobil kayu bakar x Rp 350.000 = Rp 2.800.000 o 50 karung serbuk kayu x Rp 5000 = Rp 250.000 + 3.050.000
  • 24.  Total penerimaan produksi pengolahan kayu di UD Ripin = Totap penerimaan dari produk utama + total penerimaan produk sampingan = Rp 125.200.000 + Rp 3.050.000 = Rp 128.250.000  Pendapatan (π) π = TR – TC = Rp 128.250.000– Rp. 109.082.776 = Rp 19.167.224 d. Harga pokok produksi  Metode Full Costing Biaya bahan baku = Rp 88.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 18.000.000 Biaya Overhead Pabrik Variabel = Rp 107.780.000 Biaya Overhead Pabrik Tetap = Rp 1.302.776 + Harga pokok produksi = Rp 215.082.776  Metode Varaibel Costing Biaya bahan baku = Rp 88.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 18.000.000 Biaya Overhead Pabrik Variabel = Rp 107.780.000 + =Rp213.780.000 Jumlah %
  • 25.  Pendapatan penjualan Rp 128.250.000 100 Biaya variabel Rp 107.780.000 84.04 - - Laba kontribusi Rp 20.470.000 5,96 Biaya tetap Rp 1.302.776 1,02 - Laba bersih Rp 19.167.224 14,95 e. Harga pokok penjualan (HPP) Harga pokok penjualan sama dengan harga pokok produksi karena tidak ada persediaan akhir. HPP = Rp 213.780.000 – 0 = Rp 213.780.000 f. Titik Impas ( Break- even Point) = = Rp 8.142.350 g. Margin of Safety = = 93,65 % h. Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point) Asumsi biaya tunai dalam pemasaran hasil produk pengolahan kayu sebesar Rp 700.000
  • 26. = =Rp 4.385.964 i. Laba Kontribusi Laba Kontribusi = Penerimaan – Total Biaya Variabel = Rp 128.250.000 - Rp 107.780.000 = Rp 20.470.000
  • 27. BAB V PEMBAHASAN Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproses bahan mentah hingga berubah menjadi barang yang siap untuk dipasarkan, semua proses yang terjadi di “ UD Ripin” umumnya melibatkan berbagai peralatan modern. Dalam melaksanakan praktikum Akutansi Biaya kami sepakat untuk mengamati Usaha Dagang Ripin untuk dijadikan sebagai objek pencarian data keuangan, perusahaan ini mengolah bahan baku kayu menjadikan hasil produk yaitu meabel atau peralatan rumah tangga. Pengelompokan biaya dalam UD Ripin terbagi menjadi biaya tetap, biaya variabel, BOP tetap dan BOP variabel. Biaya tetap adalah biaya peruahaan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan perusahaan, baik dalam produksi maupun dalam penjualan, biaya tetap ini termasuk gaji yang di keluarkan perusahaan untuk pegawai tetap , pembayaran bunga, sewa, depresiasi, dan biaya asuransi. Biaya variabel adalah biaya perusahaan yang besarnya sesuai dengan volume kegiatan usaha, contohnya biaya bahan baku. Biaya BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. BOP tetap adalah BOP yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. biaya tetap “UD Ripin” terdiri peralatan seperti : mesin serut kayu, mesin krall, mesin bor kayu, mesin bobok, mesin lori dan pajak perusahaan. Biaya variabel “UD Ripin” terdiri dari bahan baku kayu, Tenaga kerja, Cat kayu, Amplas, Biaya pemasaran, Biaya telphon, Biaya listrik.
  • 28. Dalam waktu sekali produksi (1 bulan) Usaha Dagang Ripin membutuhkan sebanyak 80 kubik glondong kayu, yang akan di jadikan sebagai meabel atau alat rumah tangga sebanyak 480 buah yang terdiri dari : meja, kursi, dipan, lemari 1 pintu, lemari dua pintu, meja belajar, pintu, jendela, dan rak buku. Dalam usahanya” UD Ripin” mempunyai 15 orang. Selain menghasilkan produk utama meabel atau alat rumah tangga, juga menghasilkan produk sampingan yaitu berupa serbuk kayu sebanyak 50 karung dan kayu bakar sebanyak 8 box mobil. Dalam waktu sebulan “UD Ripin” mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 128.250.000 dengan penerimaan tesebut UD Ripin menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 19.167.224. Harga pokok produksi adalah penjumlahan dari 3 unsur biaya produksi, yaitu : bahan baku, upah tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Metode penentuan harga pokok produksi : a) Full costing Metode penentuan harga poko produksi yang bembebankan seluruh biaya produksi sebagai harga poko produksi, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan BOP yang bersifat variabel dan tetap. Usaha Dagang Ripin memiliki HPP dengan metode full costing sebesar Rp. 215.082.776. b) Variabel costing Metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel kedalam harga pokok produksi atau secara keseluruhan, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan BOP variabel. Usaha Dagang Ripin memiliki HPP dengan metode variabel costing sebesar Rp. 213.780.000. Titik impas
  • 29. Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui: 1. Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba 2. Struktur biaya tetap dan variable 3. Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap 4. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan harga jual persatuan, produksi minimal, pendesainan produk, dan lainnya
  • 30. Dalam penentuan titik impas perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable.  Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya( biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total penjualan, sehingga tidak terjadi laba dan juga kerugian. Dalam “UD Ripin” mempunyai titik impas sebesar Rp 8.142.350, dengan titik impas tersebut artinya apabila pendapatan yang di peroleh “UD Ripin” sebesar Rp 8.142.350 atau dengan mendapatkan penerimaan penjualan sebesar Rp penjualan sebesar Rp 188.467.675 ( Rp 190.950.000 – Rp 2.319.433 ). Dengan titik impas yang dihasilkan pemilik “UD Ripin” dapat mengetahui : a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian. b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi. d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. Break Eveb Point ( BEP ) akan bergeser atau berubah apabila: 1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik turunnya garis FC
  • 31. dan TC-nya, maskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila Fcnaik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya. 2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC per unit akan menggeser BEP ke atas atau sebaliknya. 3. Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total tevenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya. 4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah. Mos (Margin of safety) Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa akan datang, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu adalah tugas manajemen untuk merencanakan masa depan perusahaan, agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan kesempatan di masa akan datang telah didasari oleh perusahaan dan telah direncanakan bagaimana menghadapinya sejak sekarang. Kegiatan pokok manajemen dalam merencanakan perusahaan adalah mengambil keputusan dalam memilih perumusan kebijaksanaan.
  • 32. Manajer memakai margin pengalaman penjualan (margin of safety) untuk mengevaluasi kegiatan atau operasinya saat itu atau untuk mengukur resiko rencana bisnis baru. Semakin rendah margin of safety dari sebuah usaha, maka semakin tinggi resikonya. Sebaliknya semakin tinggi margin of safety penjualannya, maka semakin rendah tingkat resikonya. Ukuran yang sering kali dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Dimana laba perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1. Volume penjualan 2. Harga Jual Pokok 3. Biaya. Apabila volume penjualan berubah sedangkan faktor-faktor yang lain (harga jual, ratio biaya variable, biaya tetap) tidak berubah maka perolehan laba juga akan berubah. Apabila harga jual per unit mengalami perubahan, sedangkan volume penjualan, biaya variable per unit, dan biaya tetap tidak berubah, maka perubahan laba akan juga mengalami perubahan. Sedangkan apabila biaya variabel per unit dan biaya tetap berubah sedangkan volume penjualan dan harga jual per unit tidak berubah, maka perolehan laba juga akan mengalami perubahan. Margin of safety adalah jarak dari penjualan nyata dengan tingkat break even (BE). Margin of safety merupakan hubungan antara volume penjualan yang dibudgetkan dengan volume penjualan pada titik impas. Apabila volume penjualan pada titik impas telah diketahui dan kemudian dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan, maka,dapat diketahui batas keamanan yaitu berapa besar volume penjualan boleh turun asal perusahaan tidak menderita kerugian.
  • 33. SHUT DOWN POINT adalah suatu titik di mana pada kondisi itu jika proses dijalankan maka perusahaan tidak akan mendapatkan laba tetapi juga tidak menimbulkan kerugian. Jika pabrik beroperasi pada kapasitas di bawah titik Shut Down Point maka pabrik akan mendapatkan rugi. Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya.diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp. 1.302.776 merupakan biaya tunai, titik penutupan usaha sebesar Rp. 4.385.964 . Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar Rp. 4.385.964, usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya. Laba Kontibusi Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba. Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba tertinggi.
  • 34. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan  Usaha pengolahan kayu pada “UD Ripin” dalam satu kali periode produksinya membutuhkan sebanyak 80 ubik glondongan yang akan dijadikan sebagai bahan utama untuk pembuatan mebel dan aksesoris seperti : meja, kursi, lemari dll, dimana pada awalnya pemasarannya dari mulut kemulut, hingga akhirnya “UD Ripin” dapat berkembang pesaat dengan seiring berjalannya waktu.  Biaya yang dibutuhkan dalam satu kali periode produksi pengolahan kayu di “UD Ripin” sebesar Rp 109.082.776 denagn penerimaan penjualan sebesar Rp128.250.000, sehhingga dalam satu kali poroduksi “UD Ripin” mendapatkan keuntungan atau laba bersih sebesar Rp 19.167.224.  Berdasarkan perhitungan BEP ( Break-even Point ) pada “UD Ripin” sebesar Rp 8.142.350, margin of safety pada “UD Ripin” 93,65 % , Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point) Rp 4.385.964, Laba Kontribusi = Rp 20.470.000. B. Saran Sebaiknya dalam pemasaran hasil produksi yaitu meabel bisa memanfaatkan teknologi moderen seperti membuat akun bloger yang memuat usaha tersebut, sehingga dalam pemasaranya tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga tidak dapat menutup kemungkinan dapat menerima order dari luar kota maupun luar pulau yang dapat mempengarhui tingkat pendapatan.