Studi kasus 4 menggambarkan insiden pertengkaran antara Anto dan Dino saat bermain basket di sekolah. Dino menjadi emosi dan menarik paksa kemeja Anto hingga copot 3 kancingnya. Kepala sekolah Ibu Suti berusaha menenangkan keduanya dengan menanyakan perspektif masing-masing serta solusi perbaikan masalah sesuai keyakinan sekolah.
Ruang Kolaborasi 1.4 Kelompok 2 (2).pdfRestuKuswara3
Contoh Ruang Kolaborasi CGP.
Pada ruang kolaborasi ini kami membahas tentang Budaya Positif yang bisa diterapkan pada siswa sesuatu dengan kasus yang dipaparkan
Kasus ini menggambarkan insiden pertengkaran antara dua siswa, Anto dan Dino, yang berujung pada kontak fisik. Kepala sekolah berupaya menenangkan keduanya dan meminta Dino untuk memperbaiki kesalahannya dengan mengganti kancing seragam Anto yang terlepas akibat tindakannya.
Studi kasus 4 menggambarkan insiden pertengkaran antara Anto dan Dino saat bermain basket di sekolah. Dino menjadi emosi dan menarik paksa kemeja Anto hingga copot 3 kancingnya. Kepala sekolah Ibu Suti berusaha menenangkan keduanya dengan menanyakan perspektif masing-masing serta solusi perbaikan masalah sesuai keyakinan sekolah.
Ruang Kolaborasi 1.4 Kelompok 2 (2).pdfRestuKuswara3
Contoh Ruang Kolaborasi CGP.
Pada ruang kolaborasi ini kami membahas tentang Budaya Positif yang bisa diterapkan pada siswa sesuatu dengan kasus yang dipaparkan
Kasus ini menggambarkan insiden pertengkaran antara dua siswa, Anto dan Dino, yang berujung pada kontak fisik. Kepala sekolah berupaya menenangkan keduanya dan meminta Dino untuk memperbaiki kesalahannya dengan mengganti kancing seragam Anto yang terlepas akibat tindakannya.
KELOMPOK-1_1.4.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Kerja Kelompok.pptxgustiantelaumbanua58
Kasus ini menunjukkan adanya konflik antara Anto dan Dino yang berujung pada kontak fisik. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk menangani kasus ini dengan pendekatan restoratif adalah:
Kepada Anto:
- Anto, apa yang terjadi sebenarnya saat kalian bermain basket tadi?
- Bagaimana perasaanmu saat insiden itu terjadi?
- Apa yang menurutmu dapat dilakukan agar insiden seperti ini tidak terulang kembali
Kasus 3 mengisahkan tentang Ibu Dani yang sedang mengajar Bahasa Inggris namun Fajar terlihat tidak memperhatikan dan bahkan tertidur. Ibu Dani menyuruh Fajar maju ke depan untuk mengerjakan soal namun Fajar tidak bisa. Ibu Dani kemudian mengambil posisi kontrol sebagai pemberi rasa bersalah dengan mengatakan tidak kasihan pada Ibu Dani.
Ruang Kolaborasi.pptx Tugas Calob Guru Penggerakjohan199969
Assalamualikum wr.wb
Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru. Berikut ini adalah salah satu tugas yang ada pada pendidikan guru penggerak
Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Unggah Hasil Diskusi Kelompok
Kasus ini menceritakan tentang perkelahian antara Anto dan Dino di lapangan basket yang menyebabkan 3 kancing kemeja Anto terlepas. Ibu Suti selaku kepala sekolah memanggil kedua siswa tersebut dan mencoba menenangkan situasi dengan menanyakan keyakinan sekolah serta meminta Dino memperbaiki kesalahannya. Dino setuju untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan menjahitkan kembali kancing kemeja Anto.
Tugas 1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Kel 2.pptxDevano9
Kasus 4 mencatat insiden perkelahian antara Anto dan Dino di lapangan basket sekolah. Guru piket melerai dan membawa keduanya ke ruang kepala sekolah, Ibu Suti. Ibu Suti berusaha menenangkan Dino yang marah dan mendengarkan keluh kesahnya. Ibu Suti mengingatkan bahwa semua orang bisa melakukan kesalahan namun meminta Dino memikirkan cara lain untuk menyelesaikan masalah di masa depan. Ibu
KELOMPOK-1_1.4.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Kerja Kelompok.pptxgustiantelaumbanua58
Kasus ini menunjukkan adanya konflik antara Anto dan Dino yang berujung pada kontak fisik. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk menangani kasus ini dengan pendekatan restoratif adalah:
Kepada Anto:
- Anto, apa yang terjadi sebenarnya saat kalian bermain basket tadi?
- Bagaimana perasaanmu saat insiden itu terjadi?
- Apa yang menurutmu dapat dilakukan agar insiden seperti ini tidak terulang kembali
Kasus 3 mengisahkan tentang Ibu Dani yang sedang mengajar Bahasa Inggris namun Fajar terlihat tidak memperhatikan dan bahkan tertidur. Ibu Dani menyuruh Fajar maju ke depan untuk mengerjakan soal namun Fajar tidak bisa. Ibu Dani kemudian mengambil posisi kontrol sebagai pemberi rasa bersalah dengan mengatakan tidak kasihan pada Ibu Dani.
Ruang Kolaborasi.pptx Tugas Calob Guru Penggerakjohan199969
Assalamualikum wr.wb
Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru. Berikut ini adalah salah satu tugas yang ada pada pendidikan guru penggerak
Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Unggah Hasil Diskusi Kelompok
Kasus ini menceritakan tentang perkelahian antara Anto dan Dino di lapangan basket yang menyebabkan 3 kancing kemeja Anto terlepas. Ibu Suti selaku kepala sekolah memanggil kedua siswa tersebut dan mencoba menenangkan situasi dengan menanyakan keyakinan sekolah serta meminta Dino memperbaiki kesalahannya. Dino setuju untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan menjahitkan kembali kancing kemeja Anto.
Tugas 1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Kel 2.pptxDevano9
Kasus 4 mencatat insiden perkelahian antara Anto dan Dino di lapangan basket sekolah. Guru piket melerai dan membawa keduanya ke ruang kepala sekolah, Ibu Suti. Ibu Suti berusaha menenangkan Dino yang marah dan mendengarkan keluh kesahnya. Ibu Suti mengingatkan bahwa semua orang bisa melakukan kesalahan namun meminta Dino memikirkan cara lain untuk menyelesaikan masalah di masa depan. Ibu
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
4. Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni.
Ibu Eni baru 2 tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai menggunakan
kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali
dengan ramah, sambil mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, “Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur
Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa, “Ah Ibu, santai
saja bu”. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.
Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka
bersedia melakukan memperbaiki permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan membela diri, namun pada akhirnya
mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin
meminta maaf, namun Ibu Santi menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak dihormati Ibu Santi?
Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Ibu Santi melanjutkan kembali apa yang
akan mereka lakukan untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?
Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau mereka mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-
teman sekelasnya. Tema yang mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling menghormati dan
bagaimana penerapannya di kehidupan sehari-hari di sekolah. Usulan kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan
mereka tersebut. Mereka pun memberitahu Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada
ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti.
KASUS 1
5. Pertanyaan Kasus 1
Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah
dijalankan oleh Ibu Santi?
1.
Menstabilkan identitas : Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali menanyakan
tentang laporan Ibu Eni
Memvalidasi tindakan yang salah : Ibu Santi menanyakan kepada mereka
apakah bersedia memperbaiki masalah yang ada? dan Ibu Santi menanggapi
bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin
meminta maaf.
Menanyakan keyakinan : Ibu Santi menanyakan kembali apa yang akan
mereka lakukan untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan.
6. 2. Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai
dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi
yang telah diusulkan mereka?
Sudah sesuai, langkah – langkahnya mengadakan diskusi kelompok dengan
teman-teman sekelasnya dan mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan
mereka tersebut.
Pertanyaan Kasus 1
7. Pertanyaan Kasus 1
3. Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam
menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.
Posisi pembuat merasa bersalah : “Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu
ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas.
Posisi sebagai Teman : “Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah
jadi tertawa, “Ah Ibu, santai saja bu”.
Posisi sebagai Pemantau : Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan
ramah, sambil mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan
tugas.
8. Pertanyaan Kasus 1
4. Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang
ditempuh Ibu Santi?
Setuju, mendukung, dan menghargai upaya atau langkah yang dilakukan oleh
Bu Santi sebagai Guru Matematika dan Wali Kelas 8.
9. Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah,
tapi baru menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di depan pintu kelas,
Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-
buru dan salah mengenakan sepatu.
Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam warna sepatu. Sabrina menjawab sudah
mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin
kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan
mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna
sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.
Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap dapat mengenakan sepatunya dan
berjanji tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar
peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak
bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.” Sabrina pun
dengan berat hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling
sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu.
KASUS 2
10. Pertanyaan Kasus 2
Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak Lukman?
Jelaskan, apakah indikatornya?
1.
Posisi Kontrol Penghukum : “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah.
Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau
tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.
Indikatornya : Pak Lukman tidak memberikan kesempatan sabrina untuk menjelaskan.
Posisi Kontrol Pembuat Rasa Bersalah : Sabrina pun dengan berat hati mencopot
sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling
sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu.
Indikatornya : Dengan berat hati Sabrina mencopot sepatunya dan seharian tidak
berkeliling sekolah karena malu.
11. Pertanyaan Kasus 2
2. Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, apa yang akan dikatakannya,
pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan ke Sabrina? Jelaskan.
Pak Lukman : “Apa alasan kamu terlambat hari ini?” “Kenapa memakai sepatu yang
berwarna coklat?” “Menurutmu apakah memakai sepatu coklat sesuai dengan peraturan
sekolah kita?” “Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”
Posisi seorang Manager tidak akan menghukum, akan tetapi mempersilakan murid
mempertanggungjawabkan perilakunya, mempersilahkan murid untuk mencari solusi atas
permasalahannya sendiri.
12. Pertanyaan Kasus 2
3. Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut,
a. Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan harus berwarna hitam?
Keseragaman, Kedisiplinan, Kepatuhan, Keadilan, Kesetaraan, tanggung jawab,
berprinsip, dan komitmen.
b. Bagaimana Anda menyikapi langkah yang diambil Pak Lukman mengenai kasus
tersebut?
Tidak setuju, karena tidak mengedepankan keberpihakan terhadap murid, dan
mencerminkan posisi kontrol penghukum secara verbal.
13. Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun beliau
memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak acuh pada pelajarannya.
“Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan kerjakan di papan tulis”. Fajar pun
tampak malas-malasan maju ke depan, dan sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya
diam terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan memainkan spidol di tangannya.
“Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali, kira-
kira siapa yang bisa?”
Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi pada Fajar, seperti
tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu baik untuk pelajaran
Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh Ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu
Dani pun menjawab lirih, “Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah
capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.
KASUS 3
14. Pertanyaan Kasus 3
Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam pendekatannya kepada Fajar?
1.
Posisi kontrol pembuat rasa bersalah : “Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama
Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar
pun diam membisu.
2. Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
Kebutuhan yang diperlukan Fajar : Kebebasan ditujukan dengan sikap malas-malasan,
tidak mau menjawab, acuh kepada guru, memainkan spidol, tiduran di kelas karena
bosan.
15. Pertanyaan Kasus 3
3. Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang akan dilakukan atau
dikatakan olehnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diajukan? Jelaskan.
Ibu Dani mengambil posisi sebagai Pemantau maka beliau akan mengingatkan
peraturan dan konsekuensi dengan mengajukan beberapa pertanyaan :
“Fajar kamu masih ingat keyakinan kelas kita?”
“Apa yang telah kamu lakukan tadi?”
“Apa konsekuensi dari tindakan yang kamu lakukan?”
16. Pertanyaan Kasus 3
4. Apabila Anda adalah kepala sekolah di sekolah Fajar dan mengetahui hal ini,
bagaimana tindak lanjut Anda?
Melakukan pendekatan personal untuk mengetahui sebab akibat perilaku Fajar selama
pembelajaran B. Inggris berlangsung.
Mencari solusi atas permasalah Fajar baik berasal dari faktor internal maupun fakor
eksternal (Guru, Teman, Lingkungan/ Mata Pelajaran).
Melakukan supervisi terhadap guru untuk mengetahui kebutuhan murid dalam
pembelajaran sehingga Bu Dani mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang
berpihak pada murid dan menyenangkan.
17. Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun
menjadi emosi dan mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket
langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu Suti sebagai kepala sekolah berupaya menenangkan
keduanya, terutama Dino. “Dino sepertinya kamu saat ini sedang marah sekali.” Mendengar itu, Dino pun mengalir bercerita tentang
kekesalan hatinya. Ibu Suti pun melanjutkan bahwa membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi, dan bahwa mempertahankan diri
adalah hal yang penting. Namun meminta Dino memikirkan cara lain yang mungkin lebih efektif, karena saat ini Dino berada di ruang
kepala sekolah.
Ibu Suti melanjutkan bertanya tentang keyakinan sekolah yang disepakati, serta apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan yang telah
dilakukan terhadap Anto? Dino pun akhirnya perlahan mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada Anto, hal apa yang bisa
dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah. Anto menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki bu. Ibu saya akan sangat marah kalau
melihat kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah yang akan dia lakukan untuk
menggantikan 3 kancing Anto yang terlepas?
Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah tidak tahu bu, saya lem kembali mungkin ya bu?” Ibu Suti berpikir sebentar dan
menanggapi, “Kalau di lem akan mudah terlepas kembali Dino. Bagaimana kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah kamu?” Dino
tampak ragu-ragu dan menanggapi, “Menjahit? Mana saya tau bagaimana menjahit bu.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia
belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari saya siapa bu?” Dengan cepat Ibu
Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino kembali diam sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing.
Akhirnya Dino mengangguk tanda menyetujui dan sepanjang siang itu Dino belajar menjahit dan memperbaiki kemeja Anto. Terakhir kali
terlihat kedua anak laki-laki tersebut, Dino dan Anto pada jam pulang sekolah, mereka sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali.
KASUS 4
18. Pertanyaan Kasus 4
Ibu Suti menyampaikan bahwa membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi, dan
mempertahankan diri adalah hal yang penting.
Mempersilahkan murid mempertanggung jawabkan kesalahannya.
Mendukung dan memberikan kesempatan murid agar menemukan solusi atas
permasalahannya sendiri.
1 Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu Suti? Hal-hal apa
saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?
Posisi kontrol Ibu Suti yaitu Manager.
19. Pertanyaan Kasus 4
2. Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto dikuatkan oleh Ibu
Suti?
Dino dikuatkan oleh Bu Suti dengan mempertanyakan keyakinan sekolah yang telah
disepakati, dan kesediaan Dino dalam memperbaiki kesalahan.
Anto dikuatkan oleh Bu Suti dengan memberikan kesempatan kepada Dino untuk
memperbaiki masalah yang terjadi, dan mencari solusi yang tepat.
20. Pertanyaan Kasus 4
Pemecahan masalah: melalui bimbingan kepala sekolah Anto dan Dino bisa
memecahkan masalah mereka.
Komitmen: Terlihat dari usaha keras Anto belajar menjahit sepanjang hari agar bisa
menjahit baju Dino.
Kemandirian dan tanggung jawab: Tercermin dari Anto berusaha menjahit sendiri baju
Dino
Hormat dan santun: Anto dan Dino mau mengikuti saran dari Bu Siti dalam
meyelesaikan permasalahan.
Persahabatan: Meski sempat berselisih tapi Anto dan Dino tetap bermain bersama.
3. Kira-kira nilai-nilai kebajikan (keyakinan sekolah) apa yang dituju dalam kasus
tersebut? Jelaskan!
Nilai – nilai kebajikan :
1.
2.
3.
4.
5.
21. KESIMPULAN
Berdasarkan kasus-kasus sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa, kasus 1 dan 4 dalam penerapan
budaya positif sudah sesuai teori perubahan
paradigma stimulus kontrol ke teori kontrol, sudah
mewujudkan keyakinan kelas, kebutuhan anak
terpenuhi, segitiga restitusi terjalankan serta guru
berada pada posisi manager. Pada kasus 2 dan 3 tidak
menunjukkan penerapan budaya positif sesuai teori
tersebut.