SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan efek kreatif akal manusia. Keinginan manusia untuk mencari
kebenaranlah yang menjadi dasar mulanya timbul filsafat. Kebenaran yang didapat
melalui filsafat merupakan kebenaran yang berasal dari kerja akal. Sejalan dengan
perkembangannya filsafat tidak hanya sebagai induk dari ilmu pengetahuan, melainkan
bagian dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Seiring dengan berkembangnya objek kajian
filsafat, maka filsafat sebagai tempat berpijaknya kegiatan keilmuan.
filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-
anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat
matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan
untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia.
Ilmu matematika bukan hanya ilmu yang terbatas pada hitungan , melainkan
banyak lagi bagian dari matematika yang belum kita ketahui bentuknya. Apakah
matematika itu ? Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat dari para ilmuan
matematika tentang apa yang disebut matematika.
Untuk menafsirkan matematika para ilmuan belum pernah mencapai titik
“puncak” kesepakatan yang “sempurna”. Banyak definisi yang dikemukakan oleh para
ilmuan tentang matematika ini, menunjukkan bahwa ilmu matematika ini adalah ilmu
yang memiliki kajian luas.
Pada makalah ini penyusun akan membahas seluk beluk ilmu matematika dan
aliran – aliran dalam filsafat matematika.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pada makalah ini adalah:
a. Apakah Filsafat Matematika itu?
b. Bagaimana aliran-aliran filsafat matematika itu?
C. TUJUAN
Adapun tujuan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui filsafat matematika
b. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat matematika
BAB II
ISI
A. Filsafat Matematika
Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-
anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat
matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan
untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan
terstruktur dari matematika itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di
antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya. (Wikipedia_Filsafat_matematika)
Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang merenungkan dan menjelaskan
sifat matematika. Ini adalah makna dari epistemologi yaitu menjelaskan pengetahuan
manusia pada umumnya. Filsafat matematika membahas pertanyaan seperti: apa yang
menjadi dasar pengetahuan matematika? Bagaiman sifat kebenaran matematika? Apa
karakteristik kebenaran matematika? Apakah pembenaran untuk pernyataan-pernyataan
yang ada? Mengapa kebenaran matematika adalah suatu kebenaran yang penting?
Pendekatan epistemologinya adalah dengan mengasumsikan bahwa
pengetahuan dibidang apapun, diwakili oleh satu set proposisi bersama dengan satu
prosedur untuk memverifikasinya atau memberikan pembenaran atas pernyataan-
pernyataannya. Atas dasar ini, pengetahuan matematika terdiri dari proposisi beserta
pembuktiannya. Karena pembuktian matematika didasarkan pada alasan itu saja, tanpa
bantuan data empiris, pengetahuan matematika dipahami sebagai pengetahuan yang
paling pasti dari semua pengetahuan. Secara tradisional, filsafat matematika merupakan
penyedia dasar kepastian pengetahuan matematika. Artinya, menyediakan sistem
dimana pengetahuan matematika secara sistemik dapat membangun kebenarannya
sendiri. Hal ini tergantung pada asumsi secara luas, implisit atau eksplisit.
Di antara ahli – ahli matematika dan para filsuf tidak tampak kesatuan
pendapat mengenai apa filsafat matematika itu. Sebagai sekedar contoh dapatlah
dikutipkan dari perumusan – perumusan dari 2 buku matematika dan 2 buku filsafat
yang berikut:
1) Suatu filsafat matematika dapatlah dilukiskan sebagai suatu sudut pandangan yang
dari situ pelbagai bagian dan kepingan matematika dapat disusun dan dipersatuja
berdasarkan beberapa asas dasar.
2) Secara khusus suatu filsafat matematika pada dasarnya sama dengan suatu
percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahuan
matematika yang kacau – balau yang terhimpun selama berabad – abad diberi suatu
makna atau ketertiban tertentu.
3) Penelaah tentang konsep – konsep dari pembenaran terhadap asas – asas yang
dipergunakan dalam matematika
4) Penelaah tentang konsep – konsep dan sistem – sistem yang terdapat dalam
matematika, dan mengenai pembenaran terhadap pernyataan – pernyataan berikut.
Dua pendapat yang pertama dari ahli – ahli matematika menitik beratkan
filsafat matematika, sebagai usaha menyusun dan menertibkan bagian – bagian dari
pengetahuan matematika yang selama ini terus berkembang biak. Sedang 2 definisi
berikutnya dari ahli filsafat merumuskan filsafat matematika sebagai studi tentang
konsep – konsep dalam matematika dan pembenaran terhadap asas atau pembenaran
matematika.
Asumsi.
Peranan filsafat matematika adalah memberikan landasan yang sistematis dan
mutlak untuk pengetahuan matematika yaitu kebenaran matematika. Kebenaran
matematika merupakan Asumsi yang mendasari pondasi doktrin fungsi filsafat
matematika. Pondasi tersebut terikat pada pandangan absolutis matematika. Dalam hal
ini, pembenaran menjadi pandangan utama filsafat matematika.
B. Hakikat Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Inggris , mathematics, yang artinya ilmu
pasti, matematika. Mathematical merupakan kata sifat, artinya berhubungan dengan
ilmu pasti. Mathematically adalah kata kerja yang artinya menurut ilmu pasti, secara
mathematis, dan mathematician adalah kata benda yang artinya, yaitu orang ahli
matematika.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika artinya “ilmu tentang
bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan”. Menurut Kerami (2002) matematika adalah
pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berkaitan.
Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa matematika adalah bahasa yang
dapat menghilangkan sifat yang kurang jelas dan emosional. Matematika adalah
metode berpikir logis. Matematika adalah sarana berpikir. Matematika adalah raja dari
ilmu lain yang perkembangannya tidak tergantung ilmu lain. Matematika merupakan
puncak kegemilangan intelektual. Di samping pengetahuan matematika itu sendiri,
matematika memberikan bahasa, proses dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk
dan kekuasaan. Perhitungan matematika menjadi dasar bagi desain ilmu teknik
Secara tradisional, matematika telah dipandang sebagai paradigma pengetahuan
tertentu. Euclid mendirikan sebuah struktur logis yang megah hampir 2.500 tahun lalu
dalam Elements, yang sampai akhir abad kesembilan belas diambil sebagai paradigma
untuk mendirikan kebenaran dan kepastian. Newton menggunakan bentuk Elemen di
dalam bukunya Principia, dan Spinoza dalam Etika, untuk memperkuat klaim mereka
atas penjelasan kebenaran sistematis. Dengan demikian matematika telah lama diambil
sebagai sumber pengetahuan yang paling tertentu yang dikenal bagi umat manusia.
Sebelum menyelidiki sifat pengetahuan matematika, pertama-tama perlu untuk
mempertimbangkan sifat pengetahuan pada umumnya. Jadi kita mulai dengan bertanya,
apakah pengetahuan? Pertanyaan tentang apa yang merupakan pengetahuan inti dari
filsafat, dan pengetahuan matematika memainkan suatu peranan penting. Jawaban
filsafat standar untuk pertanyaan ini adalah bahwa pengetahuan adalah keyakinan yang
dibenarkan. Lebih tepatnya, bahwa pengetahuan awalnya terdiri dari dalil yang dapat
diterima (yaitu, percaya), asalkan ada alasan yang memadai untuk menegaskannya.
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran
(generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan yang lain. Metode yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode
deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah
metodeinduktif dan eksperimen.
Diberikan sebuah contoh membuktikan pernyataan berikut '1 + 1 = 2 'dalam
sistem aksiomatik aritmatika Peano. Untuk bukti ini kita membutuhkan definisi dan
aksioma s0 = 1, s1 = 2, x + 0 = x, x + sy = s (x + y) dari Aritmatika Peano, dan aturan
inferensi logis dari P (r), r = t ⇒ P (t); P (v) ⇒ P (c) (di mana r, t, v, c, dan P (t) kisaran
lebih dari istilah; variabel, konstanta, dan dalil dalam istilah t, masing-masing, dan ' '⇒
menandakan implikasi logis) .2 Berikut ini adalah bukti 1 + 1 = 2: x + sy = s (x + y), 1 +
sy = s (1 + y), 1 + s0 = s (1 + 0), x +0 = x, 1 +0 = 1, 1 + s0 = s1, s0 = 1, 1 +1 = s1, s1 =
2, 1 +1 = 2.
Penjelasan tentang bukti ini adalah sebagai berikut. s0 = 1 [D1] dan s1 = 2 [D2]
adalah definisi dari konstanta 1, dan 2 masing-masing, dalam Aritmatika Peano, x +0 =
x [A1] dan x + sy = s (x + y) [A2] adalah aksioma Aritmatika Peano. P (r), r = t ⇒ P (t)
[R1] dan P (v) ⇒ P (c) [R2], dengan simbol-simbol seperti dijelaskan di atas, aturan
logis dari inferensi. Pembenaran bukti, pernyataan demi pernyataan seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1: Bukti 1 +1 = 2 dengan pembenaran
Langkah Kalimat Pembenaran dari kalimat
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
x + sy = s ( x + y )
1 + sy = s ( 1 + y)
1 + s0 = s ( 1 + 0)
x + 0 = s
1 + 0 = 1
1 + s0 = 1
s0 = 1
1 + 1 = s1
s1 = 2
1 + 1 = 2
A2
R2 diterapkan pada S1, menggunakan v = x, c = 1
R2 diterapkan pada S2, menggunakan v = y, c = 0
A1
R2 diterapkan pada S4, menggunakan v = x, c = 1
R1 diterapkan S3 dan S5, menggunakan r = 1 + 0, t =1
D1
R1 diterapkan S6 dan S7, menggunakan r = s0, t = 1
D2
R1 diterapkan S8 dan S9, menggunakan r = s1, t = 2
Bukti ini memperlihatkan '1 + 1 = 2 'sebagai pokok pengetahuan matematika
atau kebenaran, menurut analisis sebelumnya, karena bukti deduktif menetapkan
jaminan logis untuk menegaskan pernyataan itu. Selanjutnya adalah pengetahuan priori,
karena ditegaskan berdasarkan nalar semata.
Namun, apa yang belum jelas adalah dasar asumsi yang dibuat dalam
pembuktian. Asumsi yang dibuat terdiri dari dua jenis: asumsi matematika dan asumsi
logis. Asumsi matematika yang digunakan adalah definisi (D1 dan D2) dan aksioma
(A1 dan A2). Asumsi logis adalah aturan kesimpulan yang digunakan (R1 dan R2),
yang merupakan bagian yang mendasari bukti dari teori, dan kalimat yang mendasari
bahasa formal.
Kami menganggap pertama asumsi matematika. Definisi, menjadi definisi yang
eksplisit, yang bukan merupakan persoalan, karena pada prinsipnya mereka dapat
disingkirkan. Setiap pemunculan dari istilah yang didefinisikan 1 dan 2 dapat digantikan
oleh apa yang disingkat (s0 dan ss0, masing-masing). Hasil menghilangkan definisi ini
adalah bukti disingkat: x + sy = s (x + y), s0 + sy = s (S0 + y), s0 + s0 = s (s0 +0), x +0
= x, s0 +0 = s0, s0 + s0 = ss0; membuktikan 's0 + s0 = ss0', yang mewakili '1 +1 = 2 '.
Meskipun definisi eksplisit disingkat pada prinsipnya, itu tetap merupakan kenyamanan
yang tak diragukan, belum lagi bantuan untuk berpikir, untuk mempertahankan mereka.
Namun, dalam konteks ini kita prihatin untuk mengurangi asumsi-asumsi yang
minimum mereka, untuk mengungkapkan asumsi yang tak dapat dikurangi pengetahuan
matematika dan pembenaran.
Jika definisi tidak eksplisit, seperti dalam definisi asli dari induktif Peano (Heijenoort,
1967), yang diasumsikan di atas sebagai sebuah aksioma, dan bukan sebagai definisi,
maka definisi tidak akan eliminable pada prinsipnya. Dalam hal ini masalah dasar
definisi, yaitu asumsi yang menjadi landasannya, analog dengan aksioma.
Aksioma tidak terlepas pada pembuktian. Mereka harus dianggap baik sebagai
kebenaran aksiomatik, atau hanya mempertahankan pembenarannya, asumsi sementara,
diadopsi untuk memungkinkan perkembangan dari teori matematika yang sedang
dipertimbangkan. Kami akan kembali ke hal ini.
Asumsi logis, yaitu aturan inferensi (bagian dari bukti teori keseluruhan) dan
sintaks logis, diasumsikan sebagai bagian dari logika yang mendasarinya, dan
merupakan bagian dari mekanisme yang dibutuhkan untuk aplikasi alasan. Jadi logika
diasumsikan sebagai landasan bermasalah untuk pembenaran pengetahuan.
Singkatnya, kebenaran matematika SD '1 +1 = 2 ', tergantung untuk pembenaran pada
bukti matematika. Hal ini pada gilirannya tergantung pada asumsi sejumlah pernyataan
matematika dasar (aksioma), serta pada logika yang mendasarinya. Secara umum,
pengetahuan matematika terdiri dari pernyataan dibenarkan oleh bukti-bukti, yang
tergantung pada aksioma matematika (dan logika yang mendasari).
Akun ini pengetahuan matematika pada dasarnya adalah yang telah diterima
selama hampir 2.500 tahun. Presentasi awal pengetahuan matematika, Elemen Euclid,
berbeda dari data di atas hanya dengan derajat. Dalam Euclid, pengetahuan matematika
didirikan oleh deduksi logis dari aksioma dan postulat theoremsfrom (yang kita
termasuk di antara aksioma). Logika yang mendasari dibiarkan tidak ditentukan (selain
pernyataan dari beberapa aksioma mengenai hubungan kesetaraan). Aksioma-aksioma
tidak dianggap sebagai asumsi sementara diadopsi, diadakan hanya untuk pembangunan
teori di bawah pertimbangan. Aksioma dianggap kebenaran dasar yang diperlukan tidak
ada pembenaran, bukti luar diri mereka sendiri (Blanche, 1966) . 3 Karena itu, account
klaim untuk menyediakan dasar untuk pengetahuan matematika tertentu. Sebab bukti
logis mempertahankan kebenaran dan diasumsikan aksioma yang jelas kebenaran, maka
setiap teorema yang berasal dari mereka harus juga kebenaran (penalaran ini implisit,
tidak eksplisit di Euclid). Namun, klaim ini tidak lagi diterima karena aksioma Euclid
dan postulat tidak dianggap kebenaran dasar dan tak terbantahkan, tidak ada yang dapat
dinegasikan atau ditolak tanpa mengakibatkan kontradiksi. Bahkan, penolakan beberapa
dari mereka, yang paling notablythe Postulat Paralel, hanya mengarah ke badan lain
pengetahuan geometris (non-Euclidean geometri).
Selain Euclid, pengetahuan matematika modern mencakup banyak cabang yang
bergantung pada asumsi set aksioma yang tidak dapat diklaim sebagai kebenaran
universal dasar, misalnya, aksioma teori grup, atau teori himpunan (Maddy, 1984).Ciri
utama matematika adalah penalaran deduktif tanpa mempersyaratkan penalaran
induktif. Penalaran deduktif ini lahir melalui kebenaran suatu konsep yang diperoleh
sebagai akibat logis dari pernyataan sebelumnya sehingga kaitan pernyataan yang
dahulu dengan berikutnya di dalam matematika selalu konsisisten. Walaupun dalam
matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi sterusnya
generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa di buktikan dengan cara
deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat
diterima kebenarannya sesudahnya dibuktikan secara deduktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, hirarkis, abstrak, bahasa
simbol yang padat artinya dan semacam sistem matematika. Sistem matematika
merupakan sistem yang berisi model-model matematika yang digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan di dunia nyata. Manfaat lain dari ilmu matematika
adalah menjadikan pola pikir manusia yang mempelajarinya menjadi pola pikir
matematis yang sistematis, logis, kritis, dengan penuh kecermatan. Berdasarkan
perspektif epistemologi, kebenaran matematika terbagi dalam dua kategori, yaitu
pandangan absolut dan pandangan fallibilis. Absolutis memandang kebenaran
matematika secara absolut, bahwa „mathematics is the one and perhaps the only realm
of certain, unquestionable and objective knowledge‟, sedangkan menurut fallibilis
mathematicak truth is corrigible, and can never regarded as being above revision and
correction‟ (Ernest, 1991, p:3).
Menurut Woozley (dalam Ernest, 1991, p: 4), pengetahuan terbagi dalam dua
kategori, yaitu pengetahuan a priori dan pengetahuan a posteriori (empirical).
Pengetahuan apriori memuat proposisi yang didasarkan atas, tanpa dibantu dengan
observasi terhadap dunia. Penalaran di sini memuat penggunaan logika. Deduktif dan
makna dari istilah-istilah, secara tipikal dapat ditemukan dalam definisi. Secara kontras
pengetahuan a posteriori memuat proposi yang didasarkan atas pengalaman, yaitu
berdasarkan observasi dunia.
Absolutis memandang pengetahuan matematika didasarkan atas dua jenis
asumsi; matematika ini berkaitan dengan asumsi dari aksioma dan definisi, dan logika
yang berkaitan dengan asumsi aksioma, aturan menarik kesimpulan dan bahasa formal
serta sintak. Ada lokal (micro) dan ada global (macro) asumsi, seperti deduksi logika
cukup untuk menetapkan kebenaran matematika.
Menurut Wilder (dalam Ernest, 1991 p: 8), pandangan absolutis menemui
masalah pada permulaan permulaan abad 20, ketika sejumlah antinomis dan kontradiksi
yang diturunkan dalam matematika. Kontradiksi lainnya muncul adalah teori himpunan
dan teori fungsi. Penemuan ini berakibat terkuburnya pandangan absolutis tentang
matematika. Jika matematika itu pasti dan semua teoremanya pasti, bagaimana dapat
terjadi kontradiksi di antara teorema-teorema itu? Tesis dari fallibilis memiliki dua
bentuk yang ekivalen, satu positif dan satu negatif. Bentuk negatif berkaitan dengan
penolakan terhadap absolutis; pengetahuan matematika bukan kebenaran yang mutlak
dan tidak memiliki validitas yang absolut. Bentuk positifnya adalah pengetahuan
matematika dapat dikoreksi dan terbuka untuk direvisi terus menerus.
C. Pandangan Absolutis Pengetahuan Matematika
Pandangan absolutis pengetahuan matematika adalah bahwa hal itu terdiri dari
kebenaran tertentu dan tak tertandingi. Menurut pandangan ini, pengetahuan
matematika terdiri dari kebenaran absolut, dan mewakili ranah pengetahuan tertentu
yang unik, terpisah dari logika dan pernyataan benar berdasarkan arti istilah, seperti
'Semua bujangan belum menikah'. Banyak filsuf, baik modern dan tradisional, memiliki
pandangan absolutis pengetahuan matematika. Jadi menurut Hempel:
validitas matematika berasal dari ketentuan yang menentukan arti dari konsep-konsep
matematika, dan bahwa proposisi matematika karena itu pada dasarnya 'benar
menurutdefinisi'.
Dalam pemikiran absolut, dinyatakan bahwa Mathematics is the one and
perhaps the only realm of certain, unquestionable and objective knowledge yang
maksudnya adalah Matematika adalah suatu kemungkinan dan kenyataan yang tak
terbantahkan dan merupakan ilmu pengetahuan yang objektif. Sedangkan secara
fallibilis, Mathematica truth is corrigible, and can never regarded as being above
revision and correction, yang maksudnya adalah kebenaran Matematika dapat
dibenarkan dan tidak pernah bisa ditentang, diperbaiki maupun dikoreksi. Sehingga The
Liang Gie dalam bukunya yang berjudul Filsafat Matematika menyatakan bahwa
Filsafat Matematika merupakan sudut pandang yang menyusun dan mempersatukan
berbagai bagian dan kepingan Matematika berdasarkan beberapa asas dasar.
Lain pendukung kepastian matematika adalah Ajayer yang mengklaim berikut.
Sedangkan generalisasi ilmiah mudah mengaku menjadi keliru, kebenaran matematika
dan logika tampaknya semua orang perlu dan pasti. Kebenaran logika dan matematika
proposisi analitik atau tautologi. Kepastian dari proposisi apriori tergantung pada
kenyataan bahwa mereka tautologi. Sebuah proposisi yang tautologi jika analitik.
Sebuah proposisi adalah analitik jika benar hanya dalam kebajikan makna simbol
consistituent, dan karena itu tidak dapat dikonfirmasi atau dibantah baik oleh fakta
pengalaman.(Ayer,1946,halaman72,7716,).
Metode deduktif memberikan surat perintah untuk penegasan matematika
pengetahuan. Dasar-dasar untuk mengklaim bahwa matematika (dan logika)
menyediakan mutlak pengetahuan tertentu, yang adalah kebenaran, karena itu sebagai
berikut. Pertama-tama, dasar laporan digunakan dalam bukti yang dianggap benar.
Aksioma matematika dianggap benar, untuk tujuan mengembangkan sistem yang
sedang dipertimbangkan, definisi matematika adalah benar dengan fiat, dan aksioma
logis diterima sebagai benar. Kedua, aturan logika ofinference melestarikan kebenaran,
adalah mereka memungkinkan apa-apa selain kebenaran yang disimpulkan dari
kebenaran. Berdasarkan kedua fakta, setiap pernyataan dalam bukti deduktif, termasuk
kesimpulannya, adalah benar. Jadi, karena teorema matematika semua dibentuk dengan
cara bukti deduktif, mereka semua kebenaran tertentu. Ini merupakan dasar dari klaim
banyak filsuf bahwa kebenaran matematika adalah kebenaran tertentu.
Pandangan absolutis pengetahuan matematika didasarkan pada dua jenis asumsi:
orang matematika, tentang asumsi aksioma dan definisi, dan orang-orang logika tentang
asumsi aksioma, aturan inferensi dan bahasa formal dan sintaks. Ini adalah lokal atau
microassumptions. Ada juga kemungkinan asumsi makro-global atau, seperti aswhether
cukup deduksi logis untuk membuat semua kebenaran matematika. Saya kemudian akan
menyatakan bahwa masing-masing asumsi melemahkan klaim kepastian untuk
pengetahuan matematika. Pandangan absolutis pengetahuan matematika mengalami
masalah pada awal abad kedua puluh ketika sejumlah antinomi dan kontradiksi berasal
dalam matematika (Kline, 1980; Kneebone, 1963; Wilder, 1965). Dalam serangkaian
publikasi Gottlob Frege (1879, 1893) yang didirikan oleh jauh formulasi paling ketat
logika matematika yang dikenal pada waktu itu, sebagai dasar untuk pengetahuan
matematika. Russell (1902), bagaimanapun, mampu menunjukkan bahwa sistem Frege
tidak konsisten. Masalahnya terletak pada Hukum Kelima Dasar Frege, yang
memungkinkan menetapkan yang akan dibuat dari perpanjangan konsep apapun, dan
untuk konsep atau properti yang akan diterapkan untuk mengatur (Furth, 1964). Russell
diproduksi terkenal paradoks nya dengan mendefinisikan properti dari 'tidak unsur itu
sendiri. Hukum Frege memungkinkan perpanjangan properti ini dianggap sebagai satu
set. Tapi kemudian set ini adalah elemen dari dirinya sendiri jika, dan hanya jika, tidak,
kontradiksi. Hukum Frege tidak dapat dijatuhkan tanpa serius melemahkan sistem nya,
namun itu tidak bisa dipertahankan.
Kontradiksi lain juga muncul dalam teori set dan teori fungsi. Temuan tersebut,
tentu saja, implikasi besar bagi pandangan absolutis pengetahuan matematika. Karena
jika matematika yang pasti, dan semua teorema yang yakin, bagaimana bisa kontradiksi
(yaitu, dusta) berada di antara teorema nya? Karena tidak ada kesalahan tentang
penampilan kontradiksi-kontradiksi ini, pasti ada yang salah dalam dasar matematika.
Hasil dari krisis ini adalah pengembangan dari sejumlah sekolah dalam filsafat
matematika yang bertujuan adalah untuk menjelaskan sifat pengetahuan dan matematika
untuk membangun kembali kepastian.
D. Aliran-aliran dalam filsafat matematika
Para ahli banyak berbeda pendapat tentang pemikiran filsafat dan matematika.
Pemikiran tentang matematika diwarnai dengan perdebatan sengit antara ahli
matematika yang satu dengan ahli matematika lainnya. Karena adanya perdebatan ini
seoalah-olah para ahli terkotak-kotak menurut kelompoknya masing-masing
berdasarkan sudut pandang pandang dan ide yang dikeluarkannya. Sumardyono (2004)
menjelaskan bahwa secara umum terdapat tiga aliran besar yang mempengaruhi
perkembangan matematika, termasuk perkembangan pendidikan matematika, yakni:
1. Aliran Logikalisme atau Logisisme
Dalam Ernes (1991, p:9) Logika lebih dulu dianggap sebagai bagian dari logika
ilmu pasti matematika. Pendukung utama dari pandangan ini adalah G.Leibniz, G.frege
(1893), B.Russel (1919), A.N whitehead dan R. Carnap (1931). Di tangan Bertrand
Russel klaim logika menerima formulasi yang paling jelas dan eksplisit. Ada dua klaim:
i. Semua konsep matematika pada akhirnya dapat direduksi menjadi konsep
logis, asalkan untuk memasukkan konsep set atau sistem kekuasaan yang
mirip, seperti Teori Russel.
ii. Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan
inferensi logika.
Jika semua matematika dapat dinyatakan dalam istilah murni logis dan terbukti
dari prinsip-prinsip logis saja, kepastian pengetahuan matematika dapat tereduksi
menjadi logika tersebut. Logika dianggap memberikan landasan tertentu untuk
kebenaran, selain terlalu ambisius, upaya untuk memperpanjang logika seperti hukum
Kelima Frege. Melalui program logistis akan memberikan dasar logis untuk
pengetahuan matematika, mendirikan kembali kepastian yang mutlak dalam
matematika.
Whitehead dan Russel (1910-1913) mampu membangun klaim pertama dari
klaim dua melalui rantai definisi. Namun logis kandas pada klaim kedua. Kenyataanya
matematika membutuhkan aksioma non-logis seperti aksioma tak terhingga (himpunan
semua bilangan asli adalah tidak terbatas) dan aksioma pilihan (produk Cartesian dari
himpunan tidak kosong).
Tapi meskipun semua pernyataan logis dapat dinyatakan dalam bentuk konstanta
logis bersama-sama dengan variabel, sebaliknya, semua pernyataan dapat menyatakan
cara ini adalah logis. Aksioma ketidakterbatasan sebagai contoh dari proposisi yang
meskipun dapat diucapkan dalam hal logis tetapi tidak dapat menegaskan dengan logis
untuk menjadi kenyataan (Russel, 1919, halaman 202-3, penekanan asli).
Teorema Matematika tergantung pada Sebuah set asumsi matematika tereduksi.
Memang, sejumlah aksioma teorema matematika tergantung pada kumpulan asumsi
dan negasi tanpa inkonsistensi (Cohen, 1966), sehingga klaim kedua yang logistis
disangkal.
Secara umum, ilmu merupakan pengetahuan berdasarkan analisis dalam menarik
kesimpulan menurut pola pikir tertentu. Matematika, menurut Wittgenstein, merupakan
metode berpikir logis. Berdasarkan perkembangannya, masalah logika makin lama
makin rumit dan membutukan suatu metode yang sempurna. Dalam pandangan inilah,
logika berkembang menjadi matematika. Menurut Russell, bahwa “matematika
merupakan masa kedewasaan matematika, sedangkan logika adalah masa kecil
matematika”
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain:
a. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya,
dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan
eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan
karena tidak semua kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan
implikasi.
b. Teorema Ketidak sempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak
cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu
reduksi yang sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup
untuk menurunkan semua kebenaran matematika.
c. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak
teruji dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan
matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak
menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.
2. Aliran Formalisme
Landasan matematika formalisme dipelopori oleh ahli matematika besar dari Jerman
David Hilbert. Menurut aliran ini sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem
lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat – sifat struktural dari
simbol – simbol dan proses pengolahan terhadap lambang – lambang itu. Simbol –
simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek matematika. Bilangan
– bilangan misalnya dipandang sebagai sifat – sifat struktural yang paling sederhana
dari benda – benda.
Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis, yaitu
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat
ditafsirkan sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui
teorema-teorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan
terbebasnya dari ketidak konsistenan.
Berdasarkan landasan pemikiran itu seorang pendukung aliran formalisme
merumuskan matematika sebagai ilmu tentang sistem – sistem formal. Walaupun semua
sistem matematika masih menggunakan sistem aksioma, tetapi menganggap matematika
sebagai konsep formalisme tidak dterimaoleh beberapa ahli.keberatan bermula ketika
Godel membuktikan bahwa tidak mungkin bisa membuat sistem yang lengkap dan
konsisten dalam dirinya sendiri. Pernyataan ini dikenal dengan Teorema
Ketidaklengkapan Godel (Godel’s Incompleteness Theorem).
Ketidak lengkapan Teorema Kurt Godel (Godel, 1931) menunjukkan syarat
yang tidak bisa dipenuhi. Teorema pertamanya menunjukkan bahwa bahkan tidak
semua kebenaran dari aritmatika dapat diturunkan dari aksioma Peano (atau setiap
aksioma set yang rekursif lebih besar). Teorema ketidaklengkapan kedua menunjukkan
bahwa dalam kasus konsistensi pembuktian memerlukan metamatematika. Misalnya,
untuk membuktikan konsistensi dari aritmatika Peano mengharuskan semua aksioma
dari sistem itu dan asumsi lebih lanjut, seperti prinsip induksi transfinit seperti bilangan
ofer kountbale (Genten, 1936). Mungkin Formalis dapat memberikan dukungan bagi
pandangan absolutis sistem matematika, memberikan tantangan bagi kebenaran
matematika. Namun, Tidak semua kebenaran matematika dapat direpresentasikan
sebagai teorema dalam sistem formal, dan lebih jauh lagi, sistem itu sendiri tidak dapat
dijamin kebenarannya.
3. Aliran Intuisionisme
Intuisionisme seperti L.E.J. Brouwer (1882-1966), berpendapat bahwa
matematika suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita bohong adalah
hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal budi manusia
memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu
termasuk matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan
secara eksternal dianggap tidak ada. Kebenaran pernyataan p tidak diperoleh melalui
kaitan dengan obyek realitas, oleh karena itu intusionisme tidak menerima kebenaran
logika bahwa yang benar itu p atau bukan p (Anglin, 1994).
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika
menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksima-aksioma intuitif
tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam pembuktian.
Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang eksklusifpada keyakinan yang subyektif.
Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan
pada padangan yang subyektif semata (Ernest, 1991).
Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain; (1)
intusionisme tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas,
jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4; (2) matematisi intusionisme adalah
manusi timpang yang buruk dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan
mengingkari ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada
matematika masa kini. Intusionisme, menjawab keberata tersebut seperti berikut; tidak
ada dapat diperbuat untuk manusia untuk mencoba membayangkansuatu dunia tanpa
manusia; (2) Lebih baik memiliki sejumlah sejumlah kecil matematika yang kokoh dan
ajeg dari pada memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan omong kosong
(Anglin, 1994).
4. Aliran Konstruktivisme
Kontrutivisme dalam filsafat matematika dapat ditelusuri dari tokoh Kant dan
Kronecker (Korner, 1960). Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh
melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik,
dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah
dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Program
konstruktivisme adalah salah satu yang merekonstruksi pengetahuan matematika (dan
mereformasi praktek matematika) untuk menjaganya dari kehilangan makna, dan dari
kontradiksi. Untuk tujuan ini, konstruktivis menolak argumen non-konstruktif seperti
pembuktian Cantor bahwa bilangan real adalah uncountable dan hukum logis.
Dalam Ernest (1991, p:11) Para konstruktivis yang paling terkenal adalah
intuisionis L. E. Brouwer (1913) dan Heyting (1931,19560). Baru-baru ini
matematikawan E. Bishop (1967) telah melakukan program konstruktivisme dengan
merekonstruksi sebagian analisis substansial, dengan cara konstruktif. konstruktivisme
mencakup berbagai macam pandangan yang berbeda, ultra-intiusionis dari A.Yessenin
(yang ketat menurut intiusionis filosofis L.E Brouwer), intuitionis tengah (A.Heyting
dan H.Weyl), intuitionis logika modern (A. Troelstra) pada jangkauan konstruktivis
kurang lebih liberal termasuk P.Lorezon dan Martin. Berbagai pandangan, misalnya
pandangan bahwa matematika klasik mungkin tidak cukup kuat dan perlu dibangun
kembali melalui metode konstruvisme dan penalaran. Konstruvisme mengklaim bahwa
kebenaran matematika dan keberadaan objek matematika harus ditetapkan melalui
metode konstruktif. Ini berarti bahwa konstruksi matematika dibutuhkan untuk
mendirikan kebenaran atau keberadaan, dibandingkan dengan metode mengandalkan
bukti oleh kontradiksi. Untuk konstruktivis pengetahuan, harus dibangun melalui bukti-
bukti yang konstruktif, berdasarkan logika konstruktivis terbatas, dan sesuai dengan
dengan prosedur konstruktif. Meskipun beberapa Konstruktivis menyatakan bahwa
matematika adalah studi proses konstruktif yang dilakukan menggunakan pensil dan
kertas, oleh pandangan ketat intuisionis, oleh Brouwer, matematika memiliki tempat
utama. Salah satu konsekuensi, Brower menganggap semua axiomasisasi besifat logika
intuisi sehingga dianggap tidak pernah memiliki bentuk akhir.
Intuisionis merupakan konstruktif filosofi paling lengkap dalam matematika.
Dua klaim dipisahkan dari intuisionis yaitu tesis positif dan negatif Dumment.
Yang positif menyatakan bahwa cara menafsirkan pengertian dari intuisionis
matematika dan operasi logis adalah satu koheren dan sah, bahwa matematika intuistik
dipahami dari teori. Tesis negatif menyatakan bahwa gagasan matematis dan operasi
logis adalah tidak koheren dan tidak sah (Dumment). Tesis negatif intuisionis ditolak.
Masalah lain untuk tampilan kontruktivisme adalah beberapa hal yang tidak
konsisten dengan matematika klasikal. Misalnya, rangkaian bilangan real seperti yang
didefinisikan oleh intuisionis adalah dapat dihitung. Ini bertentangan dengan faham
klasik bukan karena ada kontradiksi yang melekat, tetapi karena definisi bilangan real
berbeda. Gagasan konstruktivisme sering memiliki arti yang berbeda dari pengertian
klasik yang sesuai.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan
bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada.
Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang
dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk
membentuk pengetahuan tersebut.
Jika behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan
pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuanyang berkembang
sesuai dengan usia, sementara konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan
pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa.
Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap
tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila
pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau
fenomenayang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan
sesuatuyang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam
proses itu keaktivan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan
pengetahuannya.
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi
kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan
lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian jugastruktur pemikiran manusia.
Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang
harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus
mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab
dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu,
pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:
 Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan
terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan
rangsanganyang datang, dan terus berkembang.
 Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan
konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
 Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak
cocok lagi.
 Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata).
Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju
equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
Prinsip-prinsip kontruktivisme banyak digunakan dalam pembelajaran sains dan
matematika. Prinsip-prinsip yang diambil adalah
 pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial
 pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan
keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
 murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah
 guru sekadar membantu penyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi
siswa berjalan mulus (Suparno, 1997).
BAB III
KESIMPULAN
 Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang merenungkan dan menjelaskan
sifat matematika yang menjadikan dasar pengetahuan matematika
 Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan
 Aliran logikalisme menganggap logika memberikan dasar logis untuk
pengetahuan matematika, mendirikan kembali kepastian yang mutlak dalam
matematika.
 Aliran formalisme menganggap sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem
lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat – sifat struktural
dari simbol – simbol dan proses pengolahan terhadap lambang – lambang itu.
Simbol – simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek
matematika.
 Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif
individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-
lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Anglin, W. S., 1994, Mathematics: A Concise History and Philosophy, Springer-
Verlag, New York
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1999, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Echols,John M dan Hasan Shadilly, 2003, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta.
Ernest, P, 1991, The Philosphy of Mathematics Education, The Palmer Press, London
Fathani,Abdul Halim. 2009. Matematika(Hakikat &Logika). Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media
Gie ,The Liang, 1981, Filsafat Matematika, Supersukses, Yogyakarta.
Kerami, Djati, 2002, Kamus Matematika, Balai Pustaka, Jakarta.
Suriasumantri,Jujun S, 2003, Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Wikipedia, 2014, Filsafat Matematika, Online: http://id.wikipedia.org/wiki/ Filsafat_
matematika, 10 November 2014
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Filsafat Matematika ...................................................................................... 2
B. Hakikat Matematika...................................................................................... 3
C.
D. Aliran-aliran dalam filsafat matematika ....................................................... 5
1. Aliran Logikalisme.............................................................................. 5
2. Aliran Formalisme............................................................................... 7
3. Aliran Kontruktivisme......................................................................... 8
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12
FilsafatMatematikadanAliran-Alirannya 21
KELOMPOK I:
EFRIDAYANI 8146172016
LILIS 8146172038
NAILUL HIMMI HSB 8146172050
RUMINDA HUTAGALUNG 8146172061
SAIFUL 8146172062
KELAS: PENDIDIKAN MATEMATIKA B-1 2014
Dosen Mata Kuliah
Dr. Izwita Dewi, M.Pd
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

More Related Content

What's hot

Rpp kd 3.7 wajib (rasio dan perbandingan trigonometri)
Rpp kd 3.7 wajib (rasio dan perbandingan trigonometri)Rpp kd 3.7 wajib (rasio dan perbandingan trigonometri)
Rpp kd 3.7 wajib (rasio dan perbandingan trigonometri)AZLAN ANDARU
 
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpati
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpatiTeorema multinomial dan prinsip sarang merpati
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpatiArdika MathEdu
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiNia Matus
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XIIStandar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XIIRian Maulana
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)Nia Matus
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixRpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixAZLAN ANDARU
 
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiContoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiazrin10
 
RPP Bab 1 polinomial-Peminatan
RPP Bab 1 polinomial-PeminatanRPP Bab 1 polinomial-Peminatan
RPP Bab 1 polinomial-PeminatanAhmad Hamdani
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grupYadi Pura
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 

What's hot (20)

Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Rpp kd 3.7 wajib (rasio dan perbandingan trigonometri)
Rpp kd 3.7 wajib (rasio dan perbandingan trigonometri)Rpp kd 3.7 wajib (rasio dan perbandingan trigonometri)
Rpp kd 3.7 wajib (rasio dan perbandingan trigonometri)
 
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpati
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpatiTeorema multinomial dan prinsip sarang merpati
Teorema multinomial dan prinsip sarang merpati
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XIIStandar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar Matematika SMA kls X, XI,& XII
 
Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi EksklusiPrinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi Eksklusi
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fixRpp kd 3.1 induksi matematika fix
Rpp kd 3.1 induksi matematika fix
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiContoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
 
RPP Bab 1 polinomial-Peminatan
RPP Bab 1 polinomial-PeminatanRPP Bab 1 polinomial-Peminatan
RPP Bab 1 polinomial-Peminatan
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 

Viewers also liked

Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaFilsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaNailul Hasibuan
 
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAChristian Lokas
 
Power point filsafat ilmu dan matematika
Power point filsafat ilmu dan matematikaPower point filsafat ilmu dan matematika
Power point filsafat ilmu dan matematikacienda
 
Pricelist daftar harga tissue facial - tissue coreless - tissue non-core - ti...
Pricelist daftar harga tissue facial - tissue coreless - tissue non-core - ti...Pricelist daftar harga tissue facial - tissue coreless - tissue non-core - ti...
Pricelist daftar harga tissue facial - tissue coreless - tissue non-core - ti...FruityLOGIC Design
 
Laporan kegiatan Media Pembelajaran dan TIK
Laporan kegiatan Media Pembelajaran dan TIKLaporan kegiatan Media Pembelajaran dan TIK
Laporan kegiatan Media Pembelajaran dan TIKNety W Saputri
 
Paham filsafat matok
Paham filsafat matokPaham filsafat matok
Paham filsafat matokxawa Cide
 
Materi filsafat 6 des 2012
Materi filsafat 6 des 2012Materi filsafat 6 des 2012
Materi filsafat 6 des 2012Amaludin Mal
 
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikakONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikaNailul Hasibuan
 
Module 2 logic gates
Module 2  logic gatesModule 2  logic gates
Module 2 logic gatesDeepak John
 
Buku terjemahan-paul-ernest
Buku terjemahan-paul-ernestBuku terjemahan-paul-ernest
Buku terjemahan-paul-ernestnur dasima
 
Filsafat matematika pengertian logisisme_formalisme_konstruktivisme
Filsafat matematika pengertian logisisme_formalisme_konstruktivismeFilsafat matematika pengertian logisisme_formalisme_konstruktivisme
Filsafat matematika pengertian logisisme_formalisme_konstruktivismetetty khairani
 
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)iin_sainah
 

Viewers also liked (20)

Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaFilsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
 
Filsafat matematika
Filsafat matematikaFilsafat matematika
Filsafat matematika
 
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
 
Power point filsafat ilmu dan matematika
Power point filsafat ilmu dan matematikaPower point filsafat ilmu dan matematika
Power point filsafat ilmu dan matematika
 
Imk4
Imk4Imk4
Imk4
 
Ppt filsafat ilmu dlm mtk
Ppt filsafat ilmu dlm mtkPpt filsafat ilmu dlm mtk
Ppt filsafat ilmu dlm mtk
 
Pricelist daftar harga tissue facial - tissue coreless - tissue non-core - ti...
Pricelist daftar harga tissue facial - tissue coreless - tissue non-core - ti...Pricelist daftar harga tissue facial - tissue coreless - tissue non-core - ti...
Pricelist daftar harga tissue facial - tissue coreless - tissue non-core - ti...
 
Laporan kegiatan Media Pembelajaran dan TIK
Laporan kegiatan Media Pembelajaran dan TIKLaporan kegiatan Media Pembelajaran dan TIK
Laporan kegiatan Media Pembelajaran dan TIK
 
Paham filsafat matok
Paham filsafat matokPaham filsafat matok
Paham filsafat matok
 
Materi filsafat 6 des 2012
Materi filsafat 6 des 2012Materi filsafat 6 des 2012
Materi filsafat 6 des 2012
 
LVTS APC fuzzy controller
LVTS APC fuzzy controllerLVTS APC fuzzy controller
LVTS APC fuzzy controller
 
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikakONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
Topik 1 sub 2
Topik 1 sub 2Topik 1 sub 2
Topik 1 sub 2
 
Module 2 logic gates
Module 2  logic gatesModule 2  logic gates
Module 2 logic gates
 
2010 ICMIT - Software Support for the Fuzzy Front End Stage of the Innovation...
2010 ICMIT - Software Support for the Fuzzy Front End Stage of the Innovation...2010 ICMIT - Software Support for the Fuzzy Front End Stage of the Innovation...
2010 ICMIT - Software Support for the Fuzzy Front End Stage of the Innovation...
 
Buku terjemahan-paul-ernest
Buku terjemahan-paul-ernestBuku terjemahan-paul-ernest
Buku terjemahan-paul-ernest
 
Filsafat matematika pengertian logisisme_formalisme_konstruktivisme
Filsafat matematika pengertian logisisme_formalisme_konstruktivismeFilsafat matematika pengertian logisisme_formalisme_konstruktivisme
Filsafat matematika pengertian logisisme_formalisme_konstruktivisme
 
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
 
Metode sugeno
Metode sugenoMetode sugeno
Metode sugeno
 
Fuzzy logic
Fuzzy logicFuzzy logic
Fuzzy logic
 

Similar to Aliran-Aliran Filsafat Matematika

Similar to Aliran-Aliran Filsafat Matematika (20)

Paul ernest philosophy math
Paul ernest philosophy mathPaul ernest philosophy math
Paul ernest philosophy math
 
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaSebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
Tugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafatTugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafat
 
Hakikat Matematika
Hakikat MatematikaHakikat Matematika
Hakikat Matematika
 
Sejarah Matematika
Sejarah MatematikaSejarah Matematika
Sejarah Matematika
 
Hakikat Matematika
Hakikat MatematikaHakikat Matematika
Hakikat Matematika
 
Hakikat matematika
Hakikat matematikaHakikat matematika
Hakikat matematika
 
Hakekat matematika
Hakekat matematika Hakekat matematika
Hakekat matematika
 
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
1. HAKEKAT MATEMATIKA.ppt
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2pengantar logika-matematika_Jilid_2
pengantar logika-matematika_Jilid_2
 
Epistemologi
Epistemologi Epistemologi
Epistemologi
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Dasar dasar penelitian
Dasar dasar penelitianDasar dasar penelitian
Dasar dasar penelitian
 
Tabii matematik , nilai dan peranan
Tabii matematik , nilai dan perananTabii matematik , nilai dan peranan
Tabii matematik , nilai dan peranan
 
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalTugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
 
Makalah kritisisme
Makalah kritisismeMakalah kritisisme
Makalah kritisisme
 
Logika3
Logika3Logika3
Logika3
 
2. Hakikat Matematika.pptx
2. Hakikat Matematika.pptx2. Hakikat Matematika.pptx
2. Hakikat Matematika.pptx
 
Bab 1 (1)
Bab 1 (1)Bab 1 (1)
Bab 1 (1)
 

More from Nailul Hasibuan

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisNailul Hasibuan
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSNailul Hasibuan
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Nailul Hasibuan
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaNailul Hasibuan
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989Nailul Hasibuan
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century LearningNailul Hasibuan
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogyNailul Hasibuan
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususNailul Hasibuan
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobilNailul Hasibuan
 

More from Nailul Hasibuan (20)

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

Aliran-Aliran Filsafat Matematika

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Filsafat merupakan efek kreatif akal manusia. Keinginan manusia untuk mencari kebenaranlah yang menjadi dasar mulanya timbul filsafat. Kebenaran yang didapat melalui filsafat merupakan kebenaran yang berasal dari kerja akal. Sejalan dengan perkembangannya filsafat tidak hanya sebagai induk dari ilmu pengetahuan, melainkan bagian dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Seiring dengan berkembangnya objek kajian filsafat, maka filsafat sebagai tempat berpijaknya kegiatan keilmuan. filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan- anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Ilmu matematika bukan hanya ilmu yang terbatas pada hitungan , melainkan banyak lagi bagian dari matematika yang belum kita ketahui bentuknya. Apakah matematika itu ? Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat dari para ilmuan matematika tentang apa yang disebut matematika. Untuk menafsirkan matematika para ilmuan belum pernah mencapai titik “puncak” kesepakatan yang “sempurna”. Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ilmuan tentang matematika ini, menunjukkan bahwa ilmu matematika ini adalah ilmu yang memiliki kajian luas. Pada makalah ini penyusun akan membahas seluk beluk ilmu matematika dan aliran – aliran dalam filsafat matematika. B. IDENTIFIKASI MASALAH Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pada makalah ini adalah: a. Apakah Filsafat Matematika itu? b. Bagaimana aliran-aliran filsafat matematika itu? C. TUJUAN Adapun tujuan makalah ini adalah: a. Untuk mengetahui filsafat matematika b. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat matematika
  • 2. BAB II ISI A. Filsafat Matematika Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan- anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan terstruktur dari matematika itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya. (Wikipedia_Filsafat_matematika) Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang merenungkan dan menjelaskan sifat matematika. Ini adalah makna dari epistemologi yaitu menjelaskan pengetahuan manusia pada umumnya. Filsafat matematika membahas pertanyaan seperti: apa yang menjadi dasar pengetahuan matematika? Bagaiman sifat kebenaran matematika? Apa karakteristik kebenaran matematika? Apakah pembenaran untuk pernyataan-pernyataan yang ada? Mengapa kebenaran matematika adalah suatu kebenaran yang penting? Pendekatan epistemologinya adalah dengan mengasumsikan bahwa pengetahuan dibidang apapun, diwakili oleh satu set proposisi bersama dengan satu prosedur untuk memverifikasinya atau memberikan pembenaran atas pernyataan- pernyataannya. Atas dasar ini, pengetahuan matematika terdiri dari proposisi beserta pembuktiannya. Karena pembuktian matematika didasarkan pada alasan itu saja, tanpa bantuan data empiris, pengetahuan matematika dipahami sebagai pengetahuan yang paling pasti dari semua pengetahuan. Secara tradisional, filsafat matematika merupakan penyedia dasar kepastian pengetahuan matematika. Artinya, menyediakan sistem dimana pengetahuan matematika secara sistemik dapat membangun kebenarannya sendiri. Hal ini tergantung pada asumsi secara luas, implisit atau eksplisit. Di antara ahli – ahli matematika dan para filsuf tidak tampak kesatuan pendapat mengenai apa filsafat matematika itu. Sebagai sekedar contoh dapatlah dikutipkan dari perumusan – perumusan dari 2 buku matematika dan 2 buku filsafat yang berikut: 1) Suatu filsafat matematika dapatlah dilukiskan sebagai suatu sudut pandangan yang dari situ pelbagai bagian dan kepingan matematika dapat disusun dan dipersatuja berdasarkan beberapa asas dasar.
  • 3. 2) Secara khusus suatu filsafat matematika pada dasarnya sama dengan suatu percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahuan matematika yang kacau – balau yang terhimpun selama berabad – abad diberi suatu makna atau ketertiban tertentu. 3) Penelaah tentang konsep – konsep dari pembenaran terhadap asas – asas yang dipergunakan dalam matematika 4) Penelaah tentang konsep – konsep dan sistem – sistem yang terdapat dalam matematika, dan mengenai pembenaran terhadap pernyataan – pernyataan berikut. Dua pendapat yang pertama dari ahli – ahli matematika menitik beratkan filsafat matematika, sebagai usaha menyusun dan menertibkan bagian – bagian dari pengetahuan matematika yang selama ini terus berkembang biak. Sedang 2 definisi berikutnya dari ahli filsafat merumuskan filsafat matematika sebagai studi tentang konsep – konsep dalam matematika dan pembenaran terhadap asas atau pembenaran matematika. Asumsi. Peranan filsafat matematika adalah memberikan landasan yang sistematis dan mutlak untuk pengetahuan matematika yaitu kebenaran matematika. Kebenaran matematika merupakan Asumsi yang mendasari pondasi doktrin fungsi filsafat matematika. Pondasi tersebut terikat pada pandangan absolutis matematika. Dalam hal ini, pembenaran menjadi pandangan utama filsafat matematika. B. Hakikat Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Inggris , mathematics, yang artinya ilmu pasti, matematika. Mathematical merupakan kata sifat, artinya berhubungan dengan ilmu pasti. Mathematically adalah kata kerja yang artinya menurut ilmu pasti, secara mathematis, dan mathematician adalah kata benda yang artinya, yaitu orang ahli matematika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika artinya “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”. Menurut Kerami (2002) matematika adalah
  • 4. pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berkaitan. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat yang kurang jelas dan emosional. Matematika adalah metode berpikir logis. Matematika adalah sarana berpikir. Matematika adalah raja dari ilmu lain yang perkembangannya tidak tergantung ilmu lain. Matematika merupakan puncak kegemilangan intelektual. Di samping pengetahuan matematika itu sendiri, matematika memberikan bahasa, proses dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Perhitungan matematika menjadi dasar bagi desain ilmu teknik Secara tradisional, matematika telah dipandang sebagai paradigma pengetahuan tertentu. Euclid mendirikan sebuah struktur logis yang megah hampir 2.500 tahun lalu dalam Elements, yang sampai akhir abad kesembilan belas diambil sebagai paradigma untuk mendirikan kebenaran dan kepastian. Newton menggunakan bentuk Elemen di dalam bukunya Principia, dan Spinoza dalam Etika, untuk memperkuat klaim mereka atas penjelasan kebenaran sistematis. Dengan demikian matematika telah lama diambil sebagai sumber pengetahuan yang paling tertentu yang dikenal bagi umat manusia. Sebelum menyelidiki sifat pengetahuan matematika, pertama-tama perlu untuk mempertimbangkan sifat pengetahuan pada umumnya. Jadi kita mulai dengan bertanya, apakah pengetahuan? Pertanyaan tentang apa yang merupakan pengetahuan inti dari filsafat, dan pengetahuan matematika memainkan suatu peranan penting. Jawaban filsafat standar untuk pertanyaan ini adalah bahwa pengetahuan adalah keyakinan yang dibenarkan. Lebih tepatnya, bahwa pengetahuan awalnya terdiri dari dalil yang dapat diterima (yaitu, percaya), asalkan ada alasan yang memadai untuk menegaskannya. Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metodeinduktif dan eksperimen. Diberikan sebuah contoh membuktikan pernyataan berikut '1 + 1 = 2 'dalam sistem aksiomatik aritmatika Peano. Untuk bukti ini kita membutuhkan definisi dan aksioma s0 = 1, s1 = 2, x + 0 = x, x + sy = s (x + y) dari Aritmatika Peano, dan aturan
  • 5. inferensi logis dari P (r), r = t ⇒ P (t); P (v) ⇒ P (c) (di mana r, t, v, c, dan P (t) kisaran lebih dari istilah; variabel, konstanta, dan dalil dalam istilah t, masing-masing, dan ' '⇒ menandakan implikasi logis) .2 Berikut ini adalah bukti 1 + 1 = 2: x + sy = s (x + y), 1 + sy = s (1 + y), 1 + s0 = s (1 + 0), x +0 = x, 1 +0 = 1, 1 + s0 = s1, s0 = 1, 1 +1 = s1, s1 = 2, 1 +1 = 2. Penjelasan tentang bukti ini adalah sebagai berikut. s0 = 1 [D1] dan s1 = 2 [D2] adalah definisi dari konstanta 1, dan 2 masing-masing, dalam Aritmatika Peano, x +0 = x [A1] dan x + sy = s (x + y) [A2] adalah aksioma Aritmatika Peano. P (r), r = t ⇒ P (t) [R1] dan P (v) ⇒ P (c) [R2], dengan simbol-simbol seperti dijelaskan di atas, aturan logis dari inferensi. Pembenaran bukti, pernyataan demi pernyataan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1: Bukti 1 +1 = 2 dengan pembenaran Langkah Kalimat Pembenaran dari kalimat S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 x + sy = s ( x + y ) 1 + sy = s ( 1 + y) 1 + s0 = s ( 1 + 0) x + 0 = s 1 + 0 = 1 1 + s0 = 1 s0 = 1 1 + 1 = s1 s1 = 2 1 + 1 = 2 A2 R2 diterapkan pada S1, menggunakan v = x, c = 1 R2 diterapkan pada S2, menggunakan v = y, c = 0 A1 R2 diterapkan pada S4, menggunakan v = x, c = 1 R1 diterapkan S3 dan S5, menggunakan r = 1 + 0, t =1 D1 R1 diterapkan S6 dan S7, menggunakan r = s0, t = 1 D2 R1 diterapkan S8 dan S9, menggunakan r = s1, t = 2 Bukti ini memperlihatkan '1 + 1 = 2 'sebagai pokok pengetahuan matematika atau kebenaran, menurut analisis sebelumnya, karena bukti deduktif menetapkan jaminan logis untuk menegaskan pernyataan itu. Selanjutnya adalah pengetahuan priori, karena ditegaskan berdasarkan nalar semata.
  • 6. Namun, apa yang belum jelas adalah dasar asumsi yang dibuat dalam pembuktian. Asumsi yang dibuat terdiri dari dua jenis: asumsi matematika dan asumsi logis. Asumsi matematika yang digunakan adalah definisi (D1 dan D2) dan aksioma (A1 dan A2). Asumsi logis adalah aturan kesimpulan yang digunakan (R1 dan R2), yang merupakan bagian yang mendasari bukti dari teori, dan kalimat yang mendasari bahasa formal. Kami menganggap pertama asumsi matematika. Definisi, menjadi definisi yang eksplisit, yang bukan merupakan persoalan, karena pada prinsipnya mereka dapat disingkirkan. Setiap pemunculan dari istilah yang didefinisikan 1 dan 2 dapat digantikan oleh apa yang disingkat (s0 dan ss0, masing-masing). Hasil menghilangkan definisi ini adalah bukti disingkat: x + sy = s (x + y), s0 + sy = s (S0 + y), s0 + s0 = s (s0 +0), x +0 = x, s0 +0 = s0, s0 + s0 = ss0; membuktikan 's0 + s0 = ss0', yang mewakili '1 +1 = 2 '. Meskipun definisi eksplisit disingkat pada prinsipnya, itu tetap merupakan kenyamanan yang tak diragukan, belum lagi bantuan untuk berpikir, untuk mempertahankan mereka. Namun, dalam konteks ini kita prihatin untuk mengurangi asumsi-asumsi yang minimum mereka, untuk mengungkapkan asumsi yang tak dapat dikurangi pengetahuan matematika dan pembenaran. Jika definisi tidak eksplisit, seperti dalam definisi asli dari induktif Peano (Heijenoort, 1967), yang diasumsikan di atas sebagai sebuah aksioma, dan bukan sebagai definisi, maka definisi tidak akan eliminable pada prinsipnya. Dalam hal ini masalah dasar definisi, yaitu asumsi yang menjadi landasannya, analog dengan aksioma. Aksioma tidak terlepas pada pembuktian. Mereka harus dianggap baik sebagai kebenaran aksiomatik, atau hanya mempertahankan pembenarannya, asumsi sementara, diadopsi untuk memungkinkan perkembangan dari teori matematika yang sedang dipertimbangkan. Kami akan kembali ke hal ini. Asumsi logis, yaitu aturan inferensi (bagian dari bukti teori keseluruhan) dan sintaks logis, diasumsikan sebagai bagian dari logika yang mendasarinya, dan merupakan bagian dari mekanisme yang dibutuhkan untuk aplikasi alasan. Jadi logika diasumsikan sebagai landasan bermasalah untuk pembenaran pengetahuan. Singkatnya, kebenaran matematika SD '1 +1 = 2 ', tergantung untuk pembenaran pada bukti matematika. Hal ini pada gilirannya tergantung pada asumsi sejumlah pernyataan matematika dasar (aksioma), serta pada logika yang mendasarinya. Secara umum,
  • 7. pengetahuan matematika terdiri dari pernyataan dibenarkan oleh bukti-bukti, yang tergantung pada aksioma matematika (dan logika yang mendasari). Akun ini pengetahuan matematika pada dasarnya adalah yang telah diterima selama hampir 2.500 tahun. Presentasi awal pengetahuan matematika, Elemen Euclid, berbeda dari data di atas hanya dengan derajat. Dalam Euclid, pengetahuan matematika didirikan oleh deduksi logis dari aksioma dan postulat theoremsfrom (yang kita termasuk di antara aksioma). Logika yang mendasari dibiarkan tidak ditentukan (selain pernyataan dari beberapa aksioma mengenai hubungan kesetaraan). Aksioma-aksioma tidak dianggap sebagai asumsi sementara diadopsi, diadakan hanya untuk pembangunan teori di bawah pertimbangan. Aksioma dianggap kebenaran dasar yang diperlukan tidak ada pembenaran, bukti luar diri mereka sendiri (Blanche, 1966) . 3 Karena itu, account klaim untuk menyediakan dasar untuk pengetahuan matematika tertentu. Sebab bukti logis mempertahankan kebenaran dan diasumsikan aksioma yang jelas kebenaran, maka setiap teorema yang berasal dari mereka harus juga kebenaran (penalaran ini implisit, tidak eksplisit di Euclid). Namun, klaim ini tidak lagi diterima karena aksioma Euclid dan postulat tidak dianggap kebenaran dasar dan tak terbantahkan, tidak ada yang dapat dinegasikan atau ditolak tanpa mengakibatkan kontradiksi. Bahkan, penolakan beberapa dari mereka, yang paling notablythe Postulat Paralel, hanya mengarah ke badan lain pengetahuan geometris (non-Euclidean geometri). Selain Euclid, pengetahuan matematika modern mencakup banyak cabang yang bergantung pada asumsi set aksioma yang tidak dapat diklaim sebagai kebenaran universal dasar, misalnya, aksioma teori grup, atau teori himpunan (Maddy, 1984).Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif tanpa mempersyaratkan penalaran induktif. Penalaran deduktif ini lahir melalui kebenaran suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dari pernyataan sebelumnya sehingga kaitan pernyataan yang dahulu dengan berikutnya di dalam matematika selalu konsisisten. Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi sterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa di buktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudahnya dibuktikan secara deduktif.
  • 8. Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat artinya dan semacam sistem matematika. Sistem matematika merupakan sistem yang berisi model-model matematika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan di dunia nyata. Manfaat lain dari ilmu matematika adalah menjadikan pola pikir manusia yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis, dengan penuh kecermatan. Berdasarkan perspektif epistemologi, kebenaran matematika terbagi dalam dua kategori, yaitu pandangan absolut dan pandangan fallibilis. Absolutis memandang kebenaran matematika secara absolut, bahwa „mathematics is the one and perhaps the only realm of certain, unquestionable and objective knowledge‟, sedangkan menurut fallibilis mathematicak truth is corrigible, and can never regarded as being above revision and correction‟ (Ernest, 1991, p:3). Menurut Woozley (dalam Ernest, 1991, p: 4), pengetahuan terbagi dalam dua kategori, yaitu pengetahuan a priori dan pengetahuan a posteriori (empirical). Pengetahuan apriori memuat proposisi yang didasarkan atas, tanpa dibantu dengan observasi terhadap dunia. Penalaran di sini memuat penggunaan logika. Deduktif dan makna dari istilah-istilah, secara tipikal dapat ditemukan dalam definisi. Secara kontras pengetahuan a posteriori memuat proposi yang didasarkan atas pengalaman, yaitu berdasarkan observasi dunia. Absolutis memandang pengetahuan matematika didasarkan atas dua jenis asumsi; matematika ini berkaitan dengan asumsi dari aksioma dan definisi, dan logika yang berkaitan dengan asumsi aksioma, aturan menarik kesimpulan dan bahasa formal serta sintak. Ada lokal (micro) dan ada global (macro) asumsi, seperti deduksi logika cukup untuk menetapkan kebenaran matematika. Menurut Wilder (dalam Ernest, 1991 p: 8), pandangan absolutis menemui masalah pada permulaan permulaan abad 20, ketika sejumlah antinomis dan kontradiksi yang diturunkan dalam matematika. Kontradiksi lainnya muncul adalah teori himpunan dan teori fungsi. Penemuan ini berakibat terkuburnya pandangan absolutis tentang matematika. Jika matematika itu pasti dan semua teoremanya pasti, bagaimana dapat terjadi kontradiksi di antara teorema-teorema itu? Tesis dari fallibilis memiliki dua bentuk yang ekivalen, satu positif dan satu negatif. Bentuk negatif berkaitan dengan
  • 9. penolakan terhadap absolutis; pengetahuan matematika bukan kebenaran yang mutlak dan tidak memiliki validitas yang absolut. Bentuk positifnya adalah pengetahuan matematika dapat dikoreksi dan terbuka untuk direvisi terus menerus. C. Pandangan Absolutis Pengetahuan Matematika Pandangan absolutis pengetahuan matematika adalah bahwa hal itu terdiri dari kebenaran tertentu dan tak tertandingi. Menurut pandangan ini, pengetahuan matematika terdiri dari kebenaran absolut, dan mewakili ranah pengetahuan tertentu yang unik, terpisah dari logika dan pernyataan benar berdasarkan arti istilah, seperti 'Semua bujangan belum menikah'. Banyak filsuf, baik modern dan tradisional, memiliki pandangan absolutis pengetahuan matematika. Jadi menurut Hempel: validitas matematika berasal dari ketentuan yang menentukan arti dari konsep-konsep matematika, dan bahwa proposisi matematika karena itu pada dasarnya 'benar menurutdefinisi'. Dalam pemikiran absolut, dinyatakan bahwa Mathematics is the one and perhaps the only realm of certain, unquestionable and objective knowledge yang maksudnya adalah Matematika adalah suatu kemungkinan dan kenyataan yang tak terbantahkan dan merupakan ilmu pengetahuan yang objektif. Sedangkan secara fallibilis, Mathematica truth is corrigible, and can never regarded as being above revision and correction, yang maksudnya adalah kebenaran Matematika dapat dibenarkan dan tidak pernah bisa ditentang, diperbaiki maupun dikoreksi. Sehingga The Liang Gie dalam bukunya yang berjudul Filsafat Matematika menyatakan bahwa Filsafat Matematika merupakan sudut pandang yang menyusun dan mempersatukan berbagai bagian dan kepingan Matematika berdasarkan beberapa asas dasar. Lain pendukung kepastian matematika adalah Ajayer yang mengklaim berikut. Sedangkan generalisasi ilmiah mudah mengaku menjadi keliru, kebenaran matematika dan logika tampaknya semua orang perlu dan pasti. Kebenaran logika dan matematika proposisi analitik atau tautologi. Kepastian dari proposisi apriori tergantung pada kenyataan bahwa mereka tautologi. Sebuah proposisi yang tautologi jika analitik. Sebuah proposisi adalah analitik jika benar hanya dalam kebajikan makna simbol consistituent, dan karena itu tidak dapat dikonfirmasi atau dibantah baik oleh fakta pengalaman.(Ayer,1946,halaman72,7716,).
  • 10. Metode deduktif memberikan surat perintah untuk penegasan matematika pengetahuan. Dasar-dasar untuk mengklaim bahwa matematika (dan logika) menyediakan mutlak pengetahuan tertentu, yang adalah kebenaran, karena itu sebagai berikut. Pertama-tama, dasar laporan digunakan dalam bukti yang dianggap benar. Aksioma matematika dianggap benar, untuk tujuan mengembangkan sistem yang sedang dipertimbangkan, definisi matematika adalah benar dengan fiat, dan aksioma logis diterima sebagai benar. Kedua, aturan logika ofinference melestarikan kebenaran, adalah mereka memungkinkan apa-apa selain kebenaran yang disimpulkan dari kebenaran. Berdasarkan kedua fakta, setiap pernyataan dalam bukti deduktif, termasuk kesimpulannya, adalah benar. Jadi, karena teorema matematika semua dibentuk dengan cara bukti deduktif, mereka semua kebenaran tertentu. Ini merupakan dasar dari klaim banyak filsuf bahwa kebenaran matematika adalah kebenaran tertentu. Pandangan absolutis pengetahuan matematika didasarkan pada dua jenis asumsi: orang matematika, tentang asumsi aksioma dan definisi, dan orang-orang logika tentang asumsi aksioma, aturan inferensi dan bahasa formal dan sintaks. Ini adalah lokal atau microassumptions. Ada juga kemungkinan asumsi makro-global atau, seperti aswhether cukup deduksi logis untuk membuat semua kebenaran matematika. Saya kemudian akan menyatakan bahwa masing-masing asumsi melemahkan klaim kepastian untuk pengetahuan matematika. Pandangan absolutis pengetahuan matematika mengalami masalah pada awal abad kedua puluh ketika sejumlah antinomi dan kontradiksi berasal dalam matematika (Kline, 1980; Kneebone, 1963; Wilder, 1965). Dalam serangkaian publikasi Gottlob Frege (1879, 1893) yang didirikan oleh jauh formulasi paling ketat logika matematika yang dikenal pada waktu itu, sebagai dasar untuk pengetahuan matematika. Russell (1902), bagaimanapun, mampu menunjukkan bahwa sistem Frege tidak konsisten. Masalahnya terletak pada Hukum Kelima Dasar Frege, yang memungkinkan menetapkan yang akan dibuat dari perpanjangan konsep apapun, dan untuk konsep atau properti yang akan diterapkan untuk mengatur (Furth, 1964). Russell diproduksi terkenal paradoks nya dengan mendefinisikan properti dari 'tidak unsur itu sendiri. Hukum Frege memungkinkan perpanjangan properti ini dianggap sebagai satu set. Tapi kemudian set ini adalah elemen dari dirinya sendiri jika, dan hanya jika, tidak, kontradiksi. Hukum Frege tidak dapat dijatuhkan tanpa serius melemahkan sistem nya, namun itu tidak bisa dipertahankan.
  • 11. Kontradiksi lain juga muncul dalam teori set dan teori fungsi. Temuan tersebut, tentu saja, implikasi besar bagi pandangan absolutis pengetahuan matematika. Karena jika matematika yang pasti, dan semua teorema yang yakin, bagaimana bisa kontradiksi (yaitu, dusta) berada di antara teorema nya? Karena tidak ada kesalahan tentang penampilan kontradiksi-kontradiksi ini, pasti ada yang salah dalam dasar matematika. Hasil dari krisis ini adalah pengembangan dari sejumlah sekolah dalam filsafat matematika yang bertujuan adalah untuk menjelaskan sifat pengetahuan dan matematika untuk membangun kembali kepastian. D. Aliran-aliran dalam filsafat matematika Para ahli banyak berbeda pendapat tentang pemikiran filsafat dan matematika. Pemikiran tentang matematika diwarnai dengan perdebatan sengit antara ahli matematika yang satu dengan ahli matematika lainnya. Karena adanya perdebatan ini seoalah-olah para ahli terkotak-kotak menurut kelompoknya masing-masing berdasarkan sudut pandang pandang dan ide yang dikeluarkannya. Sumardyono (2004) menjelaskan bahwa secara umum terdapat tiga aliran besar yang mempengaruhi perkembangan matematika, termasuk perkembangan pendidikan matematika, yakni: 1. Aliran Logikalisme atau Logisisme Dalam Ernes (1991, p:9) Logika lebih dulu dianggap sebagai bagian dari logika ilmu pasti matematika. Pendukung utama dari pandangan ini adalah G.Leibniz, G.frege (1893), B.Russel (1919), A.N whitehead dan R. Carnap (1931). Di tangan Bertrand Russel klaim logika menerima formulasi yang paling jelas dan eksplisit. Ada dua klaim: i. Semua konsep matematika pada akhirnya dapat direduksi menjadi konsep logis, asalkan untuk memasukkan konsep set atau sistem kekuasaan yang mirip, seperti Teori Russel. ii. Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan inferensi logika. Jika semua matematika dapat dinyatakan dalam istilah murni logis dan terbukti dari prinsip-prinsip logis saja, kepastian pengetahuan matematika dapat tereduksi menjadi logika tersebut. Logika dianggap memberikan landasan tertentu untuk kebenaran, selain terlalu ambisius, upaya untuk memperpanjang logika seperti hukum Kelima Frege. Melalui program logistis akan memberikan dasar logis untuk
  • 12. pengetahuan matematika, mendirikan kembali kepastian yang mutlak dalam matematika. Whitehead dan Russel (1910-1913) mampu membangun klaim pertama dari klaim dua melalui rantai definisi. Namun logis kandas pada klaim kedua. Kenyataanya matematika membutuhkan aksioma non-logis seperti aksioma tak terhingga (himpunan semua bilangan asli adalah tidak terbatas) dan aksioma pilihan (produk Cartesian dari himpunan tidak kosong). Tapi meskipun semua pernyataan logis dapat dinyatakan dalam bentuk konstanta logis bersama-sama dengan variabel, sebaliknya, semua pernyataan dapat menyatakan cara ini adalah logis. Aksioma ketidakterbatasan sebagai contoh dari proposisi yang meskipun dapat diucapkan dalam hal logis tetapi tidak dapat menegaskan dengan logis untuk menjadi kenyataan (Russel, 1919, halaman 202-3, penekanan asli). Teorema Matematika tergantung pada Sebuah set asumsi matematika tereduksi. Memang, sejumlah aksioma teorema matematika tergantung pada kumpulan asumsi dan negasi tanpa inkonsistensi (Cohen, 1966), sehingga klaim kedua yang logistis disangkal. Secara umum, ilmu merupakan pengetahuan berdasarkan analisis dalam menarik kesimpulan menurut pola pikir tertentu. Matematika, menurut Wittgenstein, merupakan metode berpikir logis. Berdasarkan perkembangannya, masalah logika makin lama makin rumit dan membutukan suatu metode yang sempurna. Dalam pandangan inilah, logika berkembang menjadi matematika. Menurut Russell, bahwa “matematika merupakan masa kedewasaan matematika, sedangkan logika adalah masa kecil matematika” Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain: a. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya, dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan implikasi. b. Teorema Ketidak sempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu
  • 13. reduksi yang sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup untuk menurunkan semua kebenaran matematika. c. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak teruji dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika. 2. Aliran Formalisme Landasan matematika formalisme dipelopori oleh ahli matematika besar dari Jerman David Hilbert. Menurut aliran ini sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat – sifat struktural dari simbol – simbol dan proses pengolahan terhadap lambang – lambang itu. Simbol – simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek matematika. Bilangan – bilangan misalnya dipandang sebagai sifat – sifat struktural yang paling sederhana dari benda – benda. Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis, yaitu 1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema formal. 2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak konsistenan. Berdasarkan landasan pemikiran itu seorang pendukung aliran formalisme merumuskan matematika sebagai ilmu tentang sistem – sistem formal. Walaupun semua sistem matematika masih menggunakan sistem aksioma, tetapi menganggap matematika sebagai konsep formalisme tidak dterimaoleh beberapa ahli.keberatan bermula ketika Godel membuktikan bahwa tidak mungkin bisa membuat sistem yang lengkap dan konsisten dalam dirinya sendiri. Pernyataan ini dikenal dengan Teorema Ketidaklengkapan Godel (Godel’s Incompleteness Theorem). Ketidak lengkapan Teorema Kurt Godel (Godel, 1931) menunjukkan syarat yang tidak bisa dipenuhi. Teorema pertamanya menunjukkan bahwa bahkan tidak semua kebenaran dari aritmatika dapat diturunkan dari aksioma Peano (atau setiap aksioma set yang rekursif lebih besar). Teorema ketidaklengkapan kedua menunjukkan
  • 14. bahwa dalam kasus konsistensi pembuktian memerlukan metamatematika. Misalnya, untuk membuktikan konsistensi dari aritmatika Peano mengharuskan semua aksioma dari sistem itu dan asumsi lebih lanjut, seperti prinsip induksi transfinit seperti bilangan ofer kountbale (Genten, 1936). Mungkin Formalis dapat memberikan dukungan bagi pandangan absolutis sistem matematika, memberikan tantangan bagi kebenaran matematika. Namun, Tidak semua kebenaran matematika dapat direpresentasikan sebagai teorema dalam sistem formal, dan lebih jauh lagi, sistem itu sendiri tidak dapat dijamin kebenarannya. 3. Aliran Intuisionisme Intuisionisme seperti L.E.J. Brouwer (1882-1966), berpendapat bahwa matematika suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita bohong adalah hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal budi manusia memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada. Kebenaran pernyataan p tidak diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas, oleh karena itu intusionisme tidak menerima kebenaran logika bahwa yang benar itu p atau bukan p (Anglin, 1994). Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksima-aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam pembuktian. Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang eksklusifpada keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan pada padangan yang subyektif semata (Ernest, 1991). Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain; (1) intusionisme tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas, jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4; (2) matematisi intusionisme adalah manusi timpang yang buruk dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan mengingkari ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada matematika masa kini. Intusionisme, menjawab keberata tersebut seperti berikut; tidak
  • 15. ada dapat diperbuat untuk manusia untuk mencoba membayangkansuatu dunia tanpa manusia; (2) Lebih baik memiliki sejumlah sejumlah kecil matematika yang kokoh dan ajeg dari pada memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan omong kosong (Anglin, 1994). 4. Aliran Konstruktivisme Kontrutivisme dalam filsafat matematika dapat ditelusuri dari tokoh Kant dan Kronecker (Korner, 1960). Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Program konstruktivisme adalah salah satu yang merekonstruksi pengetahuan matematika (dan mereformasi praktek matematika) untuk menjaganya dari kehilangan makna, dan dari kontradiksi. Untuk tujuan ini, konstruktivis menolak argumen non-konstruktif seperti pembuktian Cantor bahwa bilangan real adalah uncountable dan hukum logis. Dalam Ernest (1991, p:11) Para konstruktivis yang paling terkenal adalah intuisionis L. E. Brouwer (1913) dan Heyting (1931,19560). Baru-baru ini matematikawan E. Bishop (1967) telah melakukan program konstruktivisme dengan merekonstruksi sebagian analisis substansial, dengan cara konstruktif. konstruktivisme mencakup berbagai macam pandangan yang berbeda, ultra-intiusionis dari A.Yessenin (yang ketat menurut intiusionis filosofis L.E Brouwer), intuitionis tengah (A.Heyting dan H.Weyl), intuitionis logika modern (A. Troelstra) pada jangkauan konstruktivis kurang lebih liberal termasuk P.Lorezon dan Martin. Berbagai pandangan, misalnya pandangan bahwa matematika klasik mungkin tidak cukup kuat dan perlu dibangun kembali melalui metode konstruvisme dan penalaran. Konstruvisme mengklaim bahwa kebenaran matematika dan keberadaan objek matematika harus ditetapkan melalui metode konstruktif. Ini berarti bahwa konstruksi matematika dibutuhkan untuk mendirikan kebenaran atau keberadaan, dibandingkan dengan metode mengandalkan bukti oleh kontradiksi. Untuk konstruktivis pengetahuan, harus dibangun melalui bukti- bukti yang konstruktif, berdasarkan logika konstruktivis terbatas, dan sesuai dengan dengan prosedur konstruktif. Meskipun beberapa Konstruktivis menyatakan bahwa matematika adalah studi proses konstruktif yang dilakukan menggunakan pensil dan
  • 16. kertas, oleh pandangan ketat intuisionis, oleh Brouwer, matematika memiliki tempat utama. Salah satu konsekuensi, Brower menganggap semua axiomasisasi besifat logika intuisi sehingga dianggap tidak pernah memiliki bentuk akhir. Intuisionis merupakan konstruktif filosofi paling lengkap dalam matematika. Dua klaim dipisahkan dari intuisionis yaitu tesis positif dan negatif Dumment. Yang positif menyatakan bahwa cara menafsirkan pengertian dari intuisionis matematika dan operasi logis adalah satu koheren dan sah, bahwa matematika intuistik dipahami dari teori. Tesis negatif menyatakan bahwa gagasan matematis dan operasi logis adalah tidak koheren dan tidak sah (Dumment). Tesis negatif intuisionis ditolak. Masalah lain untuk tampilan kontruktivisme adalah beberapa hal yang tidak konsisten dengan matematika klasikal. Misalnya, rangkaian bilangan real seperti yang didefinisikan oleh intuisionis adalah dapat dihitung. Ini bertentangan dengan faham klasik bukan karena ada kontradiksi yang melekat, tetapi karena definisi bilangan real berbeda. Gagasan konstruktivisme sering memiliki arti yang berbeda dari pengertian klasik yang sesuai. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Jika behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuanyang berkembang sesuai dengan usia, sementara konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomenayang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatuyang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam
  • 17. proses itu keaktivan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya. Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian jugastruktur pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:  Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsanganyang datang, dan terus berkembang.  Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.  Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.  Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi. Prinsip-prinsip kontruktivisme banyak digunakan dalam pembelajaran sains dan matematika. Prinsip-prinsip yang diambil adalah  pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial  pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar.  murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah  guru sekadar membantu penyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus (Suparno, 1997).
  • 18. BAB III KESIMPULAN  Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang merenungkan dan menjelaskan sifat matematika yang menjadikan dasar pengetahuan matematika  Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan  Aliran logikalisme menganggap logika memberikan dasar logis untuk pengetahuan matematika, mendirikan kembali kepastian yang mutlak dalam matematika.  Aliran formalisme menganggap sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat – sifat struktural dari simbol – simbol dan proses pengolahan terhadap lambang – lambang itu. Simbol – simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek matematika.  Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain- lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Anglin, W. S., 1994, Mathematics: A Concise History and Philosophy, Springer- Verlag, New York Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Echols,John M dan Hasan Shadilly, 2003, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta. Ernest, P, 1991, The Philosphy of Mathematics Education, The Palmer Press, London Fathani,Abdul Halim. 2009. Matematika(Hakikat &Logika). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Gie ,The Liang, 1981, Filsafat Matematika, Supersukses, Yogyakarta. Kerami, Djati, 2002, Kamus Matematika, Balai Pustaka, Jakarta. Suriasumantri,Jujun S, 2003, Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Wikipedia, 2014, Filsafat Matematika, Online: http://id.wikipedia.org/wiki/ Filsafat_ matematika, 10 November 2014
  • 20. DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1 C. Tujuan........................................................................................................... 1 BAB II : PEMBAHASAN A. Filsafat Matematika ...................................................................................... 2 B. Hakikat Matematika...................................................................................... 3 C. D. Aliran-aliran dalam filsafat matematika ....................................................... 5 1. Aliran Logikalisme.............................................................................. 5 2. Aliran Formalisme............................................................................... 7 3. Aliran Kontruktivisme......................................................................... 8 BAB III : PENUTUP Kesimpulan........................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12
  • 21. FilsafatMatematikadanAliran-Alirannya 21 KELOMPOK I: EFRIDAYANI 8146172016 LILIS 8146172038 NAILUL HIMMI HSB 8146172050 RUMINDA HUTAGALUNG 8146172061 SAIFUL 8146172062 KELAS: PENDIDIKAN MATEMATIKA B-1 2014 Dosen Mata Kuliah Dr. Izwita Dewi, M.Pd PROGRAM PASCA SARJANA (PPs) UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2014