analisis struktural semiotik mengenai 3 puisi karya dr. abdul wachid b.s dari buku yang berjudul biyanglala. buku tersebut dipubliasikan ketika pandemi yang melanda negeri ini sehngga penulis ingin mengosongi hari-harinya dengan menciptakan karya tulis yang akan dikenang sepanjang masa
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
Analisis struktural semiotik pada makna tiga puisi
1. ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIK PADA MAKNA TIGA PUISI
KARYA ABDUL WACHID B.S DALAM BUKU BIYANGLALA
Dosen Pengampu:
Dr. Abdul Wachid B.S. S.S.,M.Hum.
MAKALAH INI
DITUJUKKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA
Disusun oleh:
Nafisah Indal Fauziah
2017403138
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2020
2. ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIK PADA MAKNA TIGA PUISI
KARYA ABDUL WACHID B.S DALAM BUKU BIYANGLALA
Nafisah Indal Fauziah
Pendidikan Bahasa Arab IAIN Purwokerto
indalnafisah@gmail.com
ABSTRAK: Menulis menjadi salah satu hal yang digeluti oleh mahasiswa sebagai bentuk
kekritisan dalam berfikir guna memenuhi tugas-tugas kuliah. Permainan kata oleh para
penyair untuk memperindah karyanya membuat para mahasiswa mampu menganalilis sebuah
karya tulis berupa puisi seperti karya Dr. Abdul Wachid B.S. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan menemukan unsur-unsur yang menonjol dalam pembangunan
konsep estetis pada puisi yaitu diksi dan gaya bahasa.
Kata Kunci: Puisi, Konsep Estetis, Permainan Kata.
A.PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan struktur yang kompleks sehingga untuk memahami sebuah
karya sastra dibutuhkan penganalisaan. Penganalisaan tersebut guna menangkap dan
memberi muatan makna kepada teks sastra yang memuat berbagai sistem tanda.
Pemahaman makna pada teks sastra yang berbentuk puisi menggunakan struktural yang
tidak bisa dipisahkan dengan kajian semiotik dalam mengkaji tanda-tanda. Munculnya
struktural semiotik ini akibat ketidakpuasan terhadap kajian struktural yang hanya
menitikberatan pada aspek intrinsik, sebab karya dipandang dari arah semiotik memiliki
sistem tersendiri. Para penyair memiliki gaya bahasa dan makna yang berbeda-beda,
sehingga dapat memunculkan tanggapan tertentu dari pembacanya. Penggunaan bahasa
yang paling menonjol sampai menimbulkan estetikanya karya sastra ialah puisi. Faktor
bahasa menjadi faktor pertama yang harus diperhatikan dalam kerangka model semiotik.
Hubungan sastra dan bahasa tidak dapat dipisahkan karena saling melengkapi sebagai
sistem tanda primer dan sistem tanda sekunder. Proses lahirnya puisi merupakan olah
penempatan kata para penyair. Pradopo(2002) mengatakan bahwa puisi merupakan karya
estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa
makna. Puisi selain mempunyai pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang, puisi juga
3. disusun menggunakan bahasa yang khas maupun penempatan antar kata yang disusun
sedemikian rupa dan penyepadanan bunyi.
Wujud pengungkapan ekspresi penulis adalah sebagai peran kombinasi diksi. Gaya
bahasa yang ditimbulkan pada kombinasi diksi dalam puisi memiliki makna tersendiri,
makna yang luas, dalam artian memiliki banyak penafsiran. Untuk dapat memahami
sebuah karya sastra dengan baik diperlukan pemahaman sistem konvensi sastra yang
melatarbelakangi karya tersebut. Karena pada hakikatnya, penulis memerlukan
pengetahuan mengenai konvensi untuk mengatur karya sebagai sistem pembentuk model
sastra yang sekunder.
B. TEORI DAN METODE STRUKTURAL SEMIOTIKA MELALUI KONSEP C.S.
PEIRCE
Metode penelitian ini yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil analisis puisi
dengan model analisis struktur semiotik melalui metode penelitian deskriptif kualitatif
serta menerapkan dari konsep C.S Peirce mengenai hubungan antar tanda-tanda. Konsep
Peirce ini diberi tempat dalam tripologi tandanya yang ditentukan berdasarkan jenis
hubungan antara pembaca makna dan referensinya, yaitu:
1. Icon, suatu tanda disebut icon jika ada kemiripan fisik antara keduanya
2. Indeks, suatu tanda disebut indeks bila ada kedekatan fisik
3. Simbol, satu tanda disebut simbol bila hubungannya berifat konvensional.
Sifat sistematis yang berada dalam tanda bahasa, pertama kali harus diperhatikan
adalah pada aspek formal sebagai sistem tanda yang kompleks dan beragam. Tanda dan
representasi bersama-sama menuju interpretasi ( tafsiran). Peirce menyebut hasil
interpretasi tersebut dengan istilah interpretant, yang bila dikonkretkan dalam bidang
analisis karya mencakup ringkasan sebuah teks sastra serta tafsiran mengenai teks
(evaluasi).
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data melalui sumber data, salah
satunya adalah buku antologi puisi karya Dr. Abdul Wachid B.S dan buku analisis
struktural semioitik. Karena perbedaan tanda-tanda yang muncul pada masing-masing
puisi sehingga timbul berbagai makna, penulis harus melalui langkah-langkah dalam
menafsirkan tiga sajak .
4. Adapun langkah-langkah menganalisis puisi dalam penelitian ini adalah:
1. Memilih puisi-puisi karya Dr. Abul Wachid B.S
2. Pengambilan data
3. Menganalisis puisi karya Dr. Abdul Wachid B.S
4. Interpretasi data
C. PEMBAHASAN
Tiga puisi yang dianalisis dalam antologi puisi karya Dr. Abdul Wachid B.S sebagai
berikut:
1. Suwuk Gus Mus
-dimasa corona
Sempurnakanlah wudlu
kau aku akan terbasuh dari rasa rusuh
lantaran air merekam doa dan kebaikan
seperti langit merekam bumi: selepas subuh
dan sebelum matahari terbit
lidah hati kau aku mewirid
dan dibatas senja dan malam
kembali suara syair itu berdesir
“bismillaahilladzi laa yadhurru ma’asmiHi syai-un fil ardhi walaa fissamaa-i wa Hua
–Samii’ul ‘aliim”
dan bila kau aku keluar rumah
jiwa pecinta tetaplah tinggal di dalam rumah
hati yang selalu ingin bernyanyi indah
“yaa Salaam yaa Hafiidz yaa Maani’u yaa Dhaarru”
bersholawatlah suara semesta
bersholawatlah para malaikat
bersholawatlah bbir kau aku yang
5. gemetar ketika disebut Nama Maha Kekasih
seperti mawarmawar merekah
petiklah wanginya sebagai hikmah
seluruh darah hingga ruh
menolak bala hingga pagebluk megat ruh
“Allahumma innaa nas’aluKa al ‘afwa wal-‘aafiata wal mu’aafata fiddini waddunyaa
wal aakhirah”
aamiin
yogyakarta, 19 maret 2020
1. Diksi
Puisi yang berjudul “Suwuk Gus Mus- di masa corona” ini dapat
dimaknai melalui kata “suwuk” yang berarti rapalan doa-doa. Dimana virus
yang melanda bumi ini sangatlah membuat masyarakat bumi seperti tertampar
akan kuun fayaakun Nya. Makhluk Tuhan yang diciptakan sangat kecil bahkan
tidak terlihat ini menyebar begitu mudah hingga tak sedikit dari manusia di
bumi ini pergi ke hadapan Nya tanpa disangka.
Situasi ini membuat penyair menyampaikan pesan melalui puisinya
dengan washilah doa-doa dari Gus Mus. Beberapa doa yang dicantukan
penyair salah satunya adalah “bismillaahilladzi laa yadhurru ma’asmiHi syai-
un fil ardhi walaa fissamaa-i wa Hua –Samii’ul ‘aliim”, doa ini dianjurkan
oleh Allah kepada nabi untuk dibaca berulang-ulang ketika mendapat
musibah. Pada bait sebelumnya “dan sebelum matahari terbit, lidah hati kau
aku mewirid, dan dibatas senja dan malam, kembali suara syair itu berdesir”
ini mengartikan bahwa doa yang tercantum alangkah baiknya dibaca ketika
pagi sebelum terbitnya matahari dan sebelum tenggelamnya matahari.
Sehingga manusia akan dijaga olehNya dari bala’ yang muncul di
sekelilingnya sepanjang hari.
6. 2. Gaya bahasa
Majas yang digunakan oleh Dr. Abdul Wachid B.S adalah majas pars
pro toto yang mana majas ini digunakan untuk mengungkapkan sebagian
unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Majas ini terlihat pada
pernyataan penyair pada bait terakhir “seperti mawarmawar merekah, petiklah
wanginya sebagai hikmah” bahwa kita diharapkan untuk mengambil hikmah
dari musibah yang sedang melanda bumi ini. “seluruh darah hingga ruh,
menolak bala hingga pagebluk megat ruh” yang terdapat pada larik terakhir
ini menafsirkan bahwa tubuh ini adalah milikNya. Sehingga kita tidak mampu
menolak bencana yang terjadi di alam ini. Kita hanya diharapkan untuk
berusaha dalam menghadapi bencana yang terjadi.
“Pagebluk” dalam bahasa jawa maupun sunda berarti jatuh,
tersungkur, tumbang ataupun dapat disebut ledakan. Ini menggambarkan suatu
kondisi banyak korban berjatuhan yang terjadi serentak dan bersekala luas
sehingga menyerupai ledakan dan disebut dalam istilah lokal yaitu pandemi.
Disini juga terdapat kata “Megatruh” yang berasal dari dua suku kata yaitu
megat yang berarti memutus dan ruh yang berasal dari bahasa Arab artinya
roh. Jadi megatruh berarti memutuskan hubungan darpadaNya , dengan
berkonsentrasi pada jalan pulang kehadirat illahi. Dengan kata lain megatruh
adalah sebuah sasmita, tanda-tanda, ketika ruh harus terpisah dengan badan,
dia harus bisa memisahkan atau memutuskan segala hubungan yang sifatnya
keduniawian.
2.Mbah Moen
-KH. Maimoen Zoebair
siapa yang kutebaktebak siapa yang
bersinggasana di dalam hatinya
ia yang senantiasa bahagia
kepada semua dan segala cuaca
7. siapa yang kurasarasa siapa yang
merajadiraja di segenap jiwaraganya
ia yang telah mampu menunjukkan rasa takut
kepada diri ditengah gemuruh kota
atau kesunyia taman sujudi
ramai di dalam sunyi
sunyi di dalam ramai
ia mengabdi menyala
seperti cinta dan kasihsayang
gelap yang menyalakan terang
terang yang menyalakan gelap
ia mengabadikan cahaya
hingga ruang dan waktu terlipat
di dalam kebaikan nasab dan nasib
sampai sudah kabar akhir itu
mengadzankan harapan ummatan
siapa kurindurindu siapa yang
meneruskan nafas kasihsayang
satu ia yang telah berangkat pulang
berjuta ummat menderaskan airmata cinta
yogyakarta, selasa 12 agustus 2020
8. 1. Diksi
Puisi yang berjudul “MbahMoen- KH. Maimoen Zoebair” ini
menggambarkan tentang Mbah Moen yang mana beliau adalah panutan kami.
Semua orang, semua kalangan mencintai beliau sebagai panutan bangsa.
Penggambaran beliau yang tercantum pada bait-bait diatas adalah beliau yang
selalu terlihat sumringah kapanpun dimanapun beliau berada. Beliau berjuang
menyerukan kebaikan apapun yang terjadi. Hingga waktu tiba, bercucur
airmata cinta kami sebagai ummatnya ketika mengetahui beliau harus pergi
meninggalkan kami.
2. Gaya Bahasa
Majas yang digunakkan dalam puisi ini adalah majas parabel yakni
ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Penyair menceritakan tentang seorang ulama yang menjadi contoh ulama’ lain
juga. Yang selalu mengajarkan kedamaian sehingga banyak yang mencintai
beliau. Melalui dakwah beliau yang tenang, beliau mampu membuat orang-
orang yang mendengarkannya berusaha untuk mengaplikasikan dalam
kehidupannya. Sehingga ketika maut menjemput beliau semua orang sedih.
Orang-orang sangat merindukan beliau, petuah-petuah beliau yang amat
menyentuh dalam kehidupan.
3.Mata
tak ada lagi ketakutan dalam mataku
tersebab semua pandangan
adalah matamu yang indah, yang
cahayanya melebihi matahari
menjelma bagi hari-hari
9. yang kadang melelehlah hujan
yang ketika mengerjap
batas siang dan malam
menjadi cakrawala hatinurani
purwokerto, 22 april 2019
1. Diksi
Puisi yang berjudul “Mata” ini dipersembahkan untuk seseorang yang
mengikat hati penyair melalui matanya. Mata yang menjadi penguat, menjadi
titik yang paling memikat diantara manusia yang lain. Seseorang yang hadir di
hari-harinya semakin membuat penyair jatuh cinta sampai kapanpun.
2. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakkan dalam puisi ini adalah bahasa yang
menunjukkan majas alegori. Majas ini menyatakan dengan ungkapan kiasan
atau penggambaran. Pada bait “tak ada lagi ketakutan dalam mataku, tersebab
semua pandangan, adalah matamu yang indah, yang cahayanya melebihi
matahari” ini menunjukkan kiasan bahwa penyair sangat terpikat dengan mata
seseorang yang dikaguminya sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi
penyair akan kehadiran seseorang tersebut.
D. SIMPULAN
Puisi menjadi salah satu karya sastra yang banyak berkembang di masa
sekarang ini. Setiap penyair puisi memiliki ciri khas masing-masing sehingga timbul gaya
bahasa yang berbagai macam. Penganalisisan pada puisi menggunakkan struktur semiotik
ini sangat penting karena dibutuhkan untuk memahami tanda-tanda yang terkandung di
dalamnya. Untuk dapat memahami sebuah karya sastra dengan baik diperlukan
pemahaman sistem konvensi sastra yang melatarbelakangi karya tersebut. Karena pada
10. hakikatnya, penulis memerlukan pengetahuan mengenai konvensi untuk mengatur karya
sebagai sistem pembentuk model sastra yang sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Wachid B.S, Abdul. 2009. Analisis Struktural Semiotik. Yogyakarta: Cinta Buku.
Wachid B.S, Abdul. 2020. Biyanglala. Yogyakarta: Cinta Buku.
Maulinda, Rerin. 2018. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Bahastra
https://blog.ruangguru.com/pengertian-jenis-dan-contoh-majas
https://jbbudaya.jogjabelajar.org/artikel/tembang-megatruh
https://gc.ukm.ugm.ac.id/2020/07/1499/
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/17715/1/4c010c2e18510fad49a34336ea4b8804.pdf
http://repository.isi-
https://www.kompasiana.com/adesona/5a6dcf7bcaf7db5a04307743/anilisis-struktur-dan-
semiotik-dalam-puisi-aku-ingin?page=all