2. الميزان اليوم
Nafis Fathur
Rizky Wahyudi
Hana Dwi
Firshani Orientia
Chumairotul Hidayah
Silmi Azizah
Disusun oleh :
XII MIA 8 SMA Negeri 1 Cilacap
3. Pengertian
Secara bahasa (etimologi) mizan artinya adalah alat (neraca) untuk
mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan
Secara istilah (terminologi), mizan adalah sesuatu yang Allah letakkan pada
hari Kiamat untuk menimbang amalan hamba-Nya, sebagaimana yang
telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan ijma’ salaf.
4. Dalil Berkenaan dengan Yaumul Mizan
(Q.S. Al-Mukminun: 102-104):
Barangsiapa yang berat timbangan [kebaikan] nya maka mereka itulah orang-
orang yang dapat keberuntungan. (102) Dan barangsiapa yang ringan
timbangannya[8], maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. (103) Muka mereka dibakar
api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (104).
5. Dalil Berkenaan dengan Yaumul Mizan
Allah Ta’ala berfirman:
ْئيَش ٌسْفَن ُمَلْظُت َالَف ِةَماَيِقْال ِم ْوَيِل َطْسِقْال َْني ِاز َوَمْال ُعَضَن َوَد َْرخ ْنِم ٍةَّبَح َلاَقْثِم َانَك ْنِإ َو اَك َو اَهِب َانْيَتَأ ٍلَْنيِبِساَح َانِب ىَف
(47)
Artinya:
“Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga
tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya
seberat biji sawipun, pasti Kami akan mendatangkan (pahala)nya. Dan
cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)
6. Dalil Berkenaan dengan Yaumul Mizan
(Q.S. Al-Kahfi: 49):
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah
ketakutan terhadap apa yang [tertulis] di dalamnya, dan mereka berkata:
"Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan
tidak [pula] yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati
apa yang telah mereka kerjakan ada [tertulis]. Dan Tuhanmu tidak
menganiaya seorang jua pun". (49).
7. Dalil Berkenaan dengan Yaumul Mizan
Sabda Rasulullah saw.:
“Dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, berat dalam timbangan (pada
hari Kiamat). dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) :
‘Subhaanallah wa bihamdihi, subhaanallahil ‘adziim. “ [1].
8. Kapan Yaumul Mizan
Al Imãm Al Qurthuby هللا رحمهdalam kitab beliau yang berjudul “At Tadzkiroh fi Ahwãlil Mautã wa
‘Umũril Ãkhiroh” (Peringatan Tentang Keadaan Orang Mati dan Perkara-Perkara Akhirat) Juz 1
halaman 402, yaitu Kitab yang khusus berbicara tentang Qiyamah Sughro (Kiamat Kecil) dan
Qiyamah Kubro (Kiamat Besar), beliau هللا رحمهmenukil perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah bahwa:
“Jika Al Hisãb (perhitungan amalan-amalan seseorang) sudah selesai, maka berikutnya adalah
Waznul A’mãl dimana amalan setiap manusia ditimbang. Karena dengan timbangan itu lah
kemudian akan ditegakkannya pembalasan Allõh وتعالى سبحانه. Maka Al Mizan adalah setelah Al
Hisab, karena Al Hisab adalah untuk menentukan amalan sedangkan Al Mizan adalah untuk
menampakkan kadarnya agar pembalasan menjadi sesuai.”
Oleh karena itu Al Mizan didahului oleh Al Hisãb. Karena Hari Hisãb merupakan pengakuan
manusia, bahwa benar ia telah melakukan sesuatu amalan ini dan itu semasa hidupnya di dunia.
Semua pengakuan itu ada dalam Muhãsabah.
9. Tujuan Yaumul Mizan
Selanjutnya kata beliau (Al Imãm Al Qurthuby هللا رحمه) bahwa Yaumul Mizan adalah untuk
memperlihatkan balasan amalan seseorang. Seseorang itu berhak mendapatkan balasan seperti
apakah akan ditentukan setelah Al Mizan; dimana balasan Allõh وتعالى سبحانهterhadap manusia itu
adalah sesuai dengan pengakuan amalannya, sesuai dengan timbangan hasil prestasi amalan yang
telah ia lakukan ketika hidup di dunia.
10. Besarnya Mizan
.
Mizan di hari Kiamat adalah sesuatu yang hakiki dan benar-benar ada. Ukurannya sangat besar,
melebihi besarnya langit dan bumi. Seandainya langit dan bumi diletakkan dalam daun
timbangannya, niscaya mizan tersebut akan tetap lapang / longgar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
.
ُل ْوُقَتَف ، ْتَعِس َوَل ُض ْرَألا َو ُات َوَمَّسال ِهْيِف َن ِز ُو ْوَلَف ،ِةَماَيِقْال َم ْوَي ُان َْزيِمْال ُعَض ْوُيُةَكِئَالَمْال:ِب َر اَي!ىَلاَعَت ُهللا ُل ْوُقَيَف ا؟َذَه ُن ِزَي ْنَمِل:ْنَمِلْنِم ُتْئِش
ُةَكِئَالَمْال ُل ْوُقَتَف ،ْيِقَْلخ:َكِتَداَبِع َّقَح ََاكنْدَبَع اَم ََكناَحْبُس.
.
“Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan
bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa
timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka Malaikat berkata,
“Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya.” (Shahih,
HR. al-Hakim dan dinilai shohih oleh imam Al-Hakim, Adz-Dzahabi, al-Albani, dll. (Silsilah As-Silsilah
Ash-Shohihah, no. 941).
11. Keakuratan Mizan
Kaum muslimin rahimakumullah, mizan ini sangat akurat dalam menimbang, tidak lebih dan tidak
kurang sedikitpun. Allah Ta’ala berfirman:
َح َلاَقْثِم َانَك ْنِإ َو اًئْيَش ٌسْفَن ُمَلْظُت َالَف ِةَماَيِقْال ِم ْوَيِل َطْسِقْال َْني ِاز َوَمْال ُعَضَن َوَد َْرخ ْنِم َّةبَْنيِبِساَح َانِب ىَفَك َو اَهِب َانْيَتَأ ل(47)
“Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang
dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawipun, pasti Kami akan
mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)
Sumber: https://muslim.or.id/8079-yaumul-mizan.html
12. Bentuknya Mizan
Dari Abu Sa’id al-Khudzri Radhiyallahu Anhu berkata: Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“............... Nabi Musa menjawab; semua hamba-Mu bisa mengucapkan ini, Maka Allah berkata kepada
Musa; Wahai Musa, kalau sekiranya tujuh langit dan segala penghuninya selain Aku, dan juga tujuh
lapis bumi, dan semua itu di letakkan pada suatu daun timbangan [Mizan], dan kalimat La ilaha
illallahu di letakkan pada satu daun timbangan yang lainnya, maka akan lebih berat kalimat La ilaha
illallah.”
(Shahih, HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim, di shahihkan oleh ibnu Hibban, Al-Hakim, Adz-Dzahabi, ibnu
Hajar (Fathul Bari (/11/208)).
Jadi, Mizan yang Allah ciptakan tersebut memiliki dua daun timbangan / dua mata timbangan
sebagaimana dalam hadits diatas dan juga dalam hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami
sampaikan haditsnya nanti.
“YANG PERLU KITA LAKUKAN ADALAH MEMPERCAYAINYA”
13. Banyaknya Timbangan
BANYAKNYA TIMBANGAN. Menurut Al Haafidz Ibnu Hajar Al Asqolaany, yang benar adalah bahwa Al
Mizan (Timbangan) itu adalah satu, tidak bisa kita gambarkan dengan banyak timbangan, betapapun
banyaknya amalan yang akan ditimbang. Karena keadaan di Hari Kiamat itu tidaklah bisa dipikirkan oleh
akal manusia ataupun digambarkan dengan gambaran-gambaran duniawi. Sebagaimana dinukil juga dari
pendapat Imaam Al Hasan Al Basri, dimana beliau berkata: “Setiap manusia mempunyai timbangan. Yang
berat adalah penetapan bahwa kelak di Hari Kiamat itu ada timbangan. Dan itu bukan menunjukkan
tentang satuannya, karena firman Allah Ta'ala (dalam QS. Al Qari’ah (101) ayat 6) adalah: ُهُني ِاز َوَم ْتَلُقَث نَم اَّمَأَف
“Fa amma man tsaqulat mawaazinuhu (Adapun orang yang berat timbangan (kebaikan-nya)”.
Ulama Ahlus Sunnah yang lain mengatakan sebagai berikut: “Adapun Allah Ta'ala menggunakan kata
jamak dengan kata “mawaaziin”, jamak-kata dari “miizan” adalah karena amalan yang akan ditimbang oleh
Allah Ta;ala itu banyak sekali. Ada amalan yang berkenaan dengan Allah Ta'ala, ada amalan yang
berkenaan dengan manusia, ada amalan berkenaan dengan anak-isterinya; maka amalan itu banyak yang
ditimbang, sehingga disebut dengan “mawaazin”. Padahal timbangannya itu sendiri hanyalah satu.” Imam
As Safaarini menyatakan bahwa pendapat inilah pendapat yang bisa diterima.
14. Apa yang ditimbang?
Yang Ditimbang Adalah Amal
Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqolani rahimahullah. Beliau
berpendapat bahwa yang ditimbang adalah amal, karena Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
ِقُلُخْال ِنْسُح ْنِم ُلَقْثَأ ِان َْزيِمْال يِف ٍءْيَش ْنِم اَم
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat)
daripada akhlak yang mulia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-
Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shahiih al-
Adab al-Mufrad, no. 204).
15. Apa yang ditimbang?
Yang Ditimbang Adalah Orangnya
Ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah
orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung pada keimanannya,
bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau banyaknya daging
yang ada di tubuh mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
.
ْنِع ُن ِزَي َال ِةَماَيِقْال َم ْوَي ُْنيِمَّسال ُمْيِظَعْال ُلُجَّالر يِتْأَيَل ُهَّنِإٍةََ ْوُعَب َََانَج ِهلل َد
.
“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar
dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat
sayap nyamuk.”
16. Apa yang ditimbang?
Yang Ditimbang Adalah Lembaran Catatan Amal
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Sungguh Allah
akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada
hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa)
miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian
Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini?
Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’
Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki
udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’ Allah berfirman:
“Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh
pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah
sebuah kartu (bithoqoh).
17. Apa yang ditimbang?
Syaikh Muhammad bin sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan
bahwa secara umum yang ditimbang adalah amal perbuatannya, karena
kebanyakan dalil-dalil menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah amal
perbuatan. Adapun timbangan buku catatan amal dan pelakunya, maka itu
khusus untuk sebagian orang saja. (Syarah al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, hal.
390)