2. PERSALINAN
• Definisi : Proses pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
• Tanda persalinan :
– Peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan
intensitas kontraksi)
– Penipisan serviks
– Pembukaan serviks
– Keluarnya lendir darah (show) dari vagina.
3. PERSALINAN
• Partus biasa = partus normal = partus spontan
– Lahir bayi spt. B dengan kekuatan dr ibu
seluruhnya dan < 24 jam
• UK cukup bulan tanpa penyulit (eutosia)
• Partus luar biasa = partus abnormal
– Lahir bayi pervaginam dengan bantuan (forcep,
vacum, dekapitasi, embriotomi dll)
5. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 1
PERSALINAN
A. Ketidakaktifan Uterus
– Otot polos uterus relaksasi dipertahankannya
integritas serviks. Otot uterus dibuat menjadi
tidak peka terhadap rangsangan.
– Braxton Hicks (+) : kontraksi miometrium yang
tidak menyebabkan pembukaan serviks.
• Khas : intensitas rendah, singkat dan terbatas pada
abdomen bawah (tidak menembus ke punggung)
6. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 1
PERSALINAN
B. Perlunakan Serviks
• Fungsi serviks selama kehamilan :
1. Melindungi saluran reproduksi dari infeksi.
2.Memelihara kompetensi serviks meskipun gaya gravitasi
yang ditimbulkan oleh uterus yang membesar semakin kuat.
3.Memadukan perubahan-perubahan matriks ekstrasel yang
memungkinkan kelenturan jaringan untuk proses persalinan.
• Perlunakan serviks akibat peningkatan vaskularitas,
hipertrofi stroma, hipertrofi dan hyperplasia kelenjar dan
perubahan komposisi atau struktur matriks ekstrasel
(proteoglikan dan glikosaminoglikan)
7. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 2
PERSALINAN
A. Perubahan Miometrium
• Bertujuan untuk menyiapkan kontraksi
persalinan.
• Perubahan ini disebabkan oleh adanya protein-
protein yang mengatur kontraktilitas (contraction
associated protein/ CAP) yaitu reseptor oksitosin,
reseptor prostaglandin F, dan connexin.
• Perubahan lain pada fase 2 adalah pembentukan
SBR (isthmus Cx) - 28mgg
8. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 2
PERSALINAN
B. Pematangan Serviks
• Merupakan proses lanjutan dari perlunakan
serviks. Bertujuan untuk inisiasi pembukaan
(dilatasi) serviks akibat kontraksi (His) pada
fase 3.
10. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 3
PERSALINAN-KALA 1
• KALA 1 = Stadium pendataran dan pembukaan
serviks
• Tanda mulai kala satu : (a) kontraksi uterus
dengan frekuensi, intensitas dan durasi
penipisan serviks. (b) bloody show
• Akhir kala satu : dilatasi maksimal Cx (10 cm)
/kepala janin dapat lewat.
11. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 3
PERSALINAN-KALA 1
• Kontraksi uterus ≠ kontraksi otot fisiologis
• Nyeri 1. Hipoksia miometrium 2.
Penekanan ganglion saraf di serviks dan uterus
bagian bawah oleh berkas-berkas otot yang
berkontraksi dan saling mengunci 3.
Peregangan serviks akibat dilatasi 4.
Peregangan peritoneum yang terdapat di atas
fundus
14. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 3
PERSALINAN-KALA 2
• KALA 2 = Stadium pengeluaran bayI
• Tanda mulai kala dua : pembukaan serviks lengkap
• Akhir kala dua : kelahiran bayi.
• Faktor penentu kala dua : dasar panggul.
– Struktur terpenting adalah M. levator ani (otot
puboviseralis, puborektalis, dan iliokoksigeus)
– Selama kehamilan levator ani mengalami hipertrofi,
suatu pita tebal yang mengelilingi pubis dan vagina
– Pada kala satu persalinan, terjadi peregangan serat-serat
levator ani dan bagian sentral perineum yang berubah dari
massa jaringan dengan ketebalan 5 cm menjadi struktur
membranosa yang tipis dengan ketebalan kurang dari 1cm
15. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 3
PERSALINAN-KALA 3
• Kala tiga = stadium pemisahan dan
pengeluaran plasenta.
• Mulai kala 3 : segera setelah bayi lahir
• Akhir kala 3 : lahirnya plasenta.
• Setelah kala 2, uterus berkontraksi ruang
intrauterin mengecil ruang untuk plasenta
mengecilplasenta terlepas
16. FISIOLOGI PERSALINAN-FASE 4
• ±1 jam PP
• Dapat diberikan uterotonik untuk
memperkuat kontraksi.
• Penting monitoring keadaan ibu
• Involusi uterus dan perbaikan serviks seperti
keadaan tidak hamil (40 hari)
17. PROSES FISIOLOGI DAN BIOKIMIA
YANG MENGATUR PROSES PARTUS
• Mempertahankan kehamilan vs menginduksi
persalinan
18. PROSES FISIOLOGI DAN BIOKIMIA
YANG MENGATUR PROSES PARTUS -
MIOMETRIUM
• Kontraksi miometrium diatur oleh protein
yang dapat menurunkan / meningkatkan
kontraktilitas selular. Fungsi protein tersebut
adalah:
• (1) menyebabkan kontraksi uterus melalui
aktin – miosin
• (2) meningkatkan eksitabilitas sel miometrium
• (3) meningkatkan hubungan intraselular yang
mendukung kontraksi uterus
19. PROSES FISIOLOGI DAN BIOKIMIA
YANG MENGATUR PROSES PARTUS -
MIOMETRIUM
• Zat – zat untuk miometrium selama
kehamilan atau persalinan dibentuk melalui
mekanisme endokrin atau parakrin atau
autokrin
20. PROSES FISIOLOGI DAN BIOKIMIA
YANG MENGATUR PROSES PARTUS -
SERVIKS
• Pada fase 2, GAG, proteoglikan dan kolagen
mengalami pematangan (cervical ripening)
• PARTUS mengalami reorganisasi dan
dilatasi
• Pada saat partus serviks mengalami
inflamasi, apoptosis, dan aktivasi protease
yang mendegradasi komponen matrik
ekstraselular.
21. PROSES BIOKIMIA YANG MENGATUR
PROSES PARTUS – FASE 1
• PENENTU KEPASIFAN UTERUS:
– Aksi dari estrogen dan progesterone melalui
reseptor intraseluler
– Reseptor membrane plasma sel miometrium
dimediasi oleh peningkatan pada cAMP
– Pembentukan dari cGMP
– Sistem lain, termasuk modifikasi saluran ion sel
miometrium
22. FASE 1 – ESTEROGEN DAN
PROGESTERON
• Fungsi Progesteron : mempertahankan kehamilan.
• Fungsi esterogen : diduga meningkatkan respon
progesteron
23. FASE 1 – BETA ADRENOCEPTOR, LH –
RESEPTOR hCG, CRH, Prostaglandin,
ANP, BNP, NO
• Beta adrenoceptor : relaksasi miometrium; terbutalin sbg
tokolitik.
• LH – hCG : dapat menurunkan frekuensi kontraksi.
• CRH : menginhibisi kontraksi uterus
• Prostaglaindin : Uterotonika, disintesis dr as. Arakidonat
oleh enzim COX
• ANP : dihasilkan oleh plasenta untuk relaksasi
miometrium
• BNP dihasilkan oleh amnion untuk relaksasi miometrium
• NO dihasilkan oleh desidua untuk relaksasi miometrium
24. FASE 2 – Penarikan Progesteron
• Progesterone Withdrawal secara fungsional pada
persalinan manusia
Berikut mekanismenya:
1. Perubahan protein reseptor progesterone di nukleus, PR-A, PR-B dan PR-C.
2. Perubahan ekspresi relatif reseptor progesterone yang melekat di
membran.
3. Modifikasi pasca-translasi reseptor progesterone.
4. Perubahan aktivitas reseptor progesteron melalui perubahan ekspresi
koaktivator atau korespresor yang secara langsung mempengaruhi fungsi
reseptor.
5. Inaktivasi lokal dari progesterone oleh enzim yang memetabolisme steroid
atau pembentukan suatu antagonis alami.
6. Regulasi microRNA dari enzim yang memetabolisme progesterone dan
faktor transkripsi yang memodulasi uterus dalam keadaan tenang.
25. FASE 2 – Reseptor Oksitosin
• Progesteron dan estradiol terlihat berperan
sebagai regulator pada ekspresi reseptor
oksitosin.
• Progesteron juga berperan pada sel miometrium
untuk penguraian/degradasi reseptor oksitosin
dan menghambat pengaktifan reseptor oksitosin
pada permukaan sel.
• Progesteon mempertahankan keadaan tenang
uterus melalui inhibisi respon miometrium
terhadap oksitosin
26. FASE 2 – Relaksin
• Relaksin : memelihara uterus dalam keadaan
tenang (fase 1)
• Relaksin dapat sintesis glikosaminoglikan dan
proteoglikan serta menggunakan
makromolekul matriks Serviks
• Relaksin juga dapat berperan dalam
remodeling payudara persiapan laktasi
27. FASE 2 – Kontribusi Janin Pada Inisiasi
Partus
• Pertumbuhan janin tekanan uterus dan
amnion meningkat peregangan
miometrium
• HPA aksis, produk kelenjar adrenal dapat
mengubah keadaan miometrium tenang
kontraktil.
• Pematangan paru (sulfaktan) jika
disekresikan ke amnion merangsang PGE2
28.
29. FASE 3 – Stimulasi Uterus
• Penentu keberhasilan Fase 3 :
– Oksitosin
– Prostaglandin
– Serotonin
– Histamin
– Angiotensin II
30. FASE 3 – Oksitosin dan Persalinan
• Oksitosin = uterotonin terpenting dan efektif pd
inisiasi partus
• Fakta ini didukung oleh beberapa teori
(Cunningham, et al, 2014) :
– Jumlah reseptor oksitosin meningkat tajam pada
myometrium dan jaringan desidua pada masa-masa
akhir kehamilan.
– Aksi oksitosin pada jaringan desidua merangsang
pelepasan prostaglandin.
– Oksitosin disintesis secara langsung dalam desidua
dan jaringan fetus ektraembrionik dan pada plasenta.
31. FASE 3 – Prostaglandin dan Persalinan
• Bukti yang menunjang teori ini mencakup
(Cunningham, et al, 2014) :
– Kadar prostaglandin atau metabolitnya, dalam cairan
amnion, plasma ibu, dan urin ibu meningkat selama
persalinan.
– Pemberian prostaglandin bagi wanita hamil, melalui
beberapa rute pemberian, menyebabkan abortus atau
persalinan pada semua tahap gestasi.
– Pemberian inhibitor prostaglandin H sintase tipe 2
(PGHS-2) kepada wanita hamil akan menunda awitan
persalinan spontan dan kadang menghentikan
persalinan kurang bulan.
32.
33. MEKANISME PERSALINAN NORMAL
• Hampir 96% janin berada dalam uterus
dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil
terletak di kiri depan, ± 23% di kanan depan,
± 11% di kanan belakang, dan ± 8% di kiri
belakang.
34. MEKANISME PERSALINAN NORMAL –
KALA PERSALINAN
• Kala I: pendataran dan dilatasi serviks, dimulai
ketika telah tercapai kontraksi uterus yang cukup
untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi
serviks, dan berakhir ketika serviks sudah
membuka lengkap (sekitar 10 cm)
• Kala II: Kala pengeluaran janin (ekspulsi janin),
dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan
berakhir ketika janin sudah lahir.
• Kala III : Waktu untuk pelepasan dan ekspulsi
plasenta
• Kala IV: Satu jam setelah plasenta lahir lengkap
35. MEKANISME PERSALINAN NORMAL –
KALA 1
• Partus dimulai :
– HIS adekuat
– Bloody show lendir kanalis servikalis mulai
membuka atau mendatar
39. MEKANISME PERSALINAN NORMAL –
KALA 3
• Terdiri dari 2 fase, yaitu:
– Fase pelepasan uri.
– Fase pengeluaran uri.
• Tanda-tanda pelepasan plasenta:
– Uterus menjadi bundar dan lebih kaku.
– Keluar darah yang banyak (±250 cc) dan tiba-tiba.
– Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir.
– Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim di dalam
abdomen sehingga lebih mudah digerakkan.
40.
41. MEKANISME PERSALINAN NORMAL –
KALA 4
• Kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi plasenta lahir
• Bahaya HPP!
• 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4, yaitu
(Hacker, et al, 2010) :
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma,
6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.
43. PROSES PERSALINAN NORMAL –
POWER
• His x His palsu
– His adekuat;
• Lama kontraksi 47 – 75 detik/kali, 4 – 6x/10 menit
• Kekuatan kontrasi dapat menyebabkan dilatasi dan
penipisan
• Fase relaksasi
• Kekuatan mengejan ibu kontraksi dinding
abdomen
47. PROSES PERSALINAN NORMAL –
PASSANGER
• Engagement
– Pada primi : bulan akhir kehamilan
– Pada multi : saat persalinan
• Sinklitisme // Asinklitisme
48. PROSES PERSALINAN NORMAL –
PASSANGER
• Desensus : merupakan SYARAT utama
kelahiran bayi
– Pada primi : dimulai saat kala 2
– Pada multi : bersamaan dengan engagement
• Penentu desensus :
– Tekanan amnion
– Tekanan fundus pada bokong
– Tekanan otot abdomen
– Keadaan tubuh janin