Hadis ini mengajarkan tentang pentingnya berbuat baik (ihsan) dalam segala aktivitas. Ihsan berarti melakukan sesuatu dengan sepenuh hati untuk Allah semata. Hadis ini mencontohkan ihsan dalam membunuh dan menyembelih dengan cara yang menghindari penderitaan dan menyenangkan makhluk Allah. Ihsan mencakup berbuat baik kepada manusia dan hewan.
1. 1
PENGAJIAN JUMAT PETANG BA’DA MAGHRIB
KAJIAN HADITS TEMATIK
MASJID MARGO RAHAYU NAMBURAN KIDUL YOGYAKARTA
“Beraktivitas dengan Rûh (Semangat) Ihsân”
Rasulullah s.a.w. memerintahkan umatnya (Umat Islam) untuk selalu
melakukan yang terbaik dalam semua aktivitas, sebagaimana sabdanya:
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan (ihsân) atas segala sesuatu.
Jika kalian membunuh maka berlakulah baik dalam hal tersebut. Jika kalian
menyembelih berlakulah baik dalam hal itu; hendaklah kalian mengasah
pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya.“ (Hadits Riwayat Muslim,
Shahîh Muslim, juz VI, hal. 72, hadits no. 5167; At-Tirmidzi, Sunan at-
Tirmidzi, juz IV, hal. 23, hadits no. 1409; An-Nasâi, Sunan an-Nasâi, juz
VII, hal. 227, hadits no. 4405; Ibnu Mâjah, Sunan ibn Mâjah, juz IV, hal.
340, hadits no. 3170; Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz
IV, hal. 125, hadits no. 17179; Ibnu Hibbân, Shahîh ibn Hibbân, juz
XII, hal. 199, hadits no. 5883; Al-Bazzâr, Musnad al-Bazzâr, VIII, 394,
hadits no. 4468 dan Al-Baihaqi, Sunan al-Kubrâ, juz VIII, hal. 60, hadits
no. 16503, dari Syaddâd bin Aus)
Penjelasan
Terdapat beberapa hikmah yang bisa dipetik dari hadits di atas:
1. Perintah Untuk Senantiasa Berbuat Ihsân
Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk senantiasa
berbuat ihsân. Berbuat ihsân yang dimaksud dalam hadits di atas adalah berbuat
kebaikan. Kewajiban berbuat ihsân ini juga dikuatkan dengan firman Allah
SWTdalam al-Qur’an, di antaranya adalah sebagai berikut:
“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.” (QS al-Baqarah/2 : 195)
2. 2
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS
al-Qashsash/28 : 77)
2. Luasnya Cakupan Makna Ihsân
Berbuat sesuatu dengan cara ihsân, cakupannya sangat luas. Secara
bahasa ihsân artinya (puncak) kebaikan, yaitu melakukan apa pun dengan
sepenuh hati atau memurnikan niat (ikhlâsh) dan berbuat yang terbaik (itqân)
dalam segala hal. Sedangkan secara istilah, ihsân adalah memurnikan niat dan
melaksanalan ibadah sepenuh hati hanya untuk Allah SWT dengan
menyempurnakan pelaksanaannya seakan-akan kita (umat manusia) “melihat”
Allah SWT padsa saat beribadah, atau (jika ‘kita’ tidak mampu untuk
melakukannya hingga sampai pada derajat tersebut) kita berupaya seoptimal
mungkin untuk merasakan bahwa Allah SWT tengah menyaksikan apa pun
yang tengah kita kerjakan hingga sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.
Sebagaimana disabdakan Rasulullah s.a.w. dalam sebuah hadits hadits yang
berkisah tentng dialog antara Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad s.a.w.:
…
…
“… maka beritahukanlah padaku tentang ihsân.“ Rasulullah s.a.w.
punnmenjawab: "hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau
dapat melihatNya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya, maka
sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu …“ (Hadits Riwayat Muslim,
Shahîh Muslim, juz I, hal. 28, hadits no. 102; An-Nasâi, Sunan an-Nasâi,
juz VIII, hal. 97, hadits no. 4990; Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad
ibn Hanbal, juz I, hal. 51, hadits no. 363, Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud,
juz II, hal. 635, 4695, dari Umar bin al-Khaththâb)
Cakupan makna ihsân, meliputi antara lain:
3. 3
a. Ihsân kepada sesama manusia, khususnya kepada orang tua, kerabat dan
manusia pada umumnya. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah
SWT:
”
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil (orang yang tengah berada dalam perjalanan dan bekalnya tidak
memadai untuk mencukupi kebutuhan primernya), dan dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.” (QS an-Nisâ’/4 : 36)
b. Ihsân kepada makhluk Allah (selain manusia). Selain
diperintahkan untuk berbuat ihsân terhadap manusia, kita juga
diperintahkan untuk berbuat ihsân kepada makhluk Allah yang
lain, termasuk di dalamnya kepada hewan. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas:
Dalam hadits di atas -- secara khusus -- diperintahkan dua hal, yaitu:
1) Berbuat ihsân dalam membunuh, baik membunuh manusia karena alasan
yang dibenarkan Allah SWT, seperti membunuh pelaku kejahatan yang
sudah divonis untuk dihukum mati. Maka hukuman tersebut perlu
dilaksanakan dengan cara yang baik dan tidak menyakitinya. Atau
membunuh hewan-hewan yang dianggap berbahaya atau buas dan
mengancam nyawa, juga harus dilakukan dengan cara yang baik pula.
Misalnya tidak boleh membunuhnya dengan membakar atau
menyiksanya.
2) Berbuat ihsân dalam menyembelih, yaitu dengan cara menajamkan pisau
yang digunakan untuk menyembelih dan menyenangkan hewan
sembelihannya. Atau dengan kata lain memerlakukan hewan yang akan
disembelih dengan baik, seperti memberi makan dan minum dengan
baik, menyediakan kandang yang baik dan sebagainya. Dan ketika
menyembelihnya juga dilakukan dengan sebaik-baiknya, seperti
4. 4
dianjurkan untuk dihadapkan ke arah kiblat, membaca lafazh basmalah,
dengan menggunakan pisau yang tajam, dan sebagainya.
Wallâhu A’lam bish-Shawâb.