Sifat husnudzon atau berpikir positif merupakan salah satu sifat terpuji dalam Islam. Sifat ini dapat menahan diri dari memberikan penilaian negatif terhadap orang lain, terutama terhadap segala keputusan Allah. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir positif dan berbaik sangka kepada sesama, karena kita tidak tahu niat sebenarnya dari orang lain.
1. BERPIKIR POSITIF CIRI MUSLIM SEJATI
Sifat husnudzon selalu diliputi ketenangan dan ketentraman serta kedamaian. Jauh
dari perasaan gelisah, waswas dan khawatir serta sakit hati.
Husnudzon adalah “sikap atau keadaan jiwa yang berprasangka baik”. Orang yang
mempunyai sikap husnudzon berarti orang senantiasa berprasangka baik, kepada
sesama atau segala keputusan (takdir) Allah SWT. Maksudnya seluruh ucapan dan
ragam gejala yang nampak pada tingkah laku seseorang diterima sebagaimana
adanya tanpa diiringi dugaan-dugaan yang tidak baik, begitupun pula bila segala
sesuatu yang tidak tercapai maka sikapnya tidak akan menjauh dari Allah SWT.
اَ ُّهَا ال اِ ان امَلاَ الَايس نملنمْمي ّا ق اْ ٍاناى ّاَ ُّاناى َاس اي اِ نملاَ ّاياَمن َاٌَياَي اِ ان آمّمَلاَ الَايس مّمْمي ّا ق اْ ٍَها ال ّ
امن ّاَ ان آاَّاَياِ اال اَ مانم مْن ما اِ اِ اَ آاََاْناَِاَ نمُاََالاَ اِ ان امْا مْلا نمُاَماَيّانمَانَمون مامه ُاا ننمَاِ َمَاي11ي ّاياَمن َاٌَياَي
اَُ نملاَ ٌَ امويا َآالْ اَ امْمْ مَ َاَ اي اِ ان نم م اُاَ اِ من ُّاَا اّمون اال اَ مّا آاّمون ّااَ الَياَاْ منَال اَي اسا ااوان اْأمَْمي ّا امْمالاوا
يُّاي اومَ َُّ مناَ اُ مّا آاُ نمْمَ ان آمننمَمَه اَاْاِ َالَياَ12ي تَجحْأ -
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)
dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah
iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim.
(11) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang. (12) (QS. Al-Hujuraat : 11-12)
Sifat husnudzon merupakan salah satu sifat terpuji, keuntungan dari sifat ini yaitu
dapat menahan diri, tidak terlalu mudah memberikan penilaian yang salah atau
negative, yang diakibatkan sifat dan tingkah laku orang lain, lebih-lebih kepada
segala keputusan, sifat husnudzon selalu diliputi ketenangan dan ketentraman serta
kedamaian. Jauh dari perasaan gelisah, was-was dan khawatir serta sakit hati.
Sobat, Islam memfasilitasi umat manusia agar dapat menikmati hidup ini dengan
tenang, damai dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan selalu tersenyum, ringan
dalam melangkah, serta memandang dunia dengan berseri-seri. Inilah implementasi
dari ajaran Islam yang memang dirancang untuk selalu memudahkan dan menjadi
rahmat bagi sekalian alam.
2. Untuk mewujudkan hidup yang selalu tersenyum, ringan dan tanpa beban tersebut;
Islam memberikan beberapa tuntunan. Yaitu di antaranya: menjaga keseimbangan,
selalu berbaik sangka (Khusnudzdzan), juga dengan berpikir positif. Namun karena
keterbatasan ruang dan waktu, saya akan membatasi pembahasan kali ini hanya
tentang khusnudzdzan dan berpikir positif.
Ada 4 hal yang membuat perilaku ini penting dan wajib diamalkan umat Muslim
Pertama, kita harus khusnudzan dan berpikir positif karena ternyata orang lain seringkali
tidak seburuk yang kita kira.
Contoh terbaik mengenai hal ini ialah kisah Nabi Khidhir dan Nabi Musa AS. Suatu
kali, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk menambah ilmu dari seseorang
yang sedang berdiri di tepi pantai yang mempertemukan dua arus laut. Setelah
mencari tempat yang dimaksud, di situ beliau menemukan Nabi Khidhir, dan
kemudian mengutarakan maksudnya. Nabi Khidhir mau menerima dengan satu
syarat; Nabi Musa tidak boleh grasa-grusu bertanya sampai Nabi Khidhir
menjelaskan.
"Tapi aku yakin, kamu tidak akan bisa bersabar", tambah Nabi Khidhir lagi. Namun karena
Nabi Musa bersikeras, akhirnya dimulailah perjalanan beliau berdua berdasarkan syarat
tadi. Ternyata benar!! Ketika dalam perjalanan itu Nabi Khidhir melakonkan hikmah demi
hikmah yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, tak sekalipun Nabi Musa
mampu bersabar untuk tidak grasa-grusu menafsirkan yang bukan-bukan. Lihat di (Qs. Al-
Kahfi: 60-82).
Dalam kisah Qur'ani ini, poin penting yang dapat dipetik: kita harus selalu berbaik
sangka dan berpikir positif terhadap orang lain. Karena, bisa jadi, orang lain tidaklah
seburuk yang kita kira. Sebab kita hanya bisa melihat apa yang tampak, namun tidak
tahu niat baik apa yang ada di hatinya…dan seterusnya.
اواَ اِ ان آاَياالاون مَاَْا مّمون مّاَاِ مّمون ان امَْميا افْأَاى ا اُ اْأنم اَ مّا اَ اَياَمه قاَا ّاْ آ نم اَِالاَ اِ ان آ نم م اُاَ اِ ان آ نم م
مَاَ االاَ اِ ان آ نمْاََاَاَ اِ ان آ منالا َاواَ اِ امان َ .َالل اناس اُ االَاَاْ نملنمْ ان آ ن
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah kalian dari buruk
sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta perkataan (hati). Janganlah kalian mencari-
cari berita keburukan orang lain, janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain,
janganlah kalian bersaing yang tidak sehat, janganlah kalian saling mendengki, janganlah
kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi. Dan jadilah kalian hamba-
hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim)
Kedua, berbaik sangka dan berpikir positif dapat mengubah suatu keburukan menjadi
kebaikan.
Kita dapat menemukan pembuktiannya dalam teladan Rasulullah SAW, ketika
seluruh kafilah-kafilah Arab berkumpul di Makkah pada tahun-tahun pertama
turunnya wahyu. Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk menyampaikan risalah
Islam kepada semua kafilah itu. Namun yang terjadi, mereka justru mencaci dan
3. menyakiti Rasulullah, serta melumuri wajah beliau dengan pasir.
Saat itu, datanglah malaikat ke hadapan Rasulullah, "Wahai Muhammad, (dengan perlakuan
mereka ini) sudah sepantasnya jika kamu berdoa kepada Allah agar membinasakan mereka
seperti doa Nuh –`Alaihi As- Salam—atas kaumnya." Rasulullah segera mengangkat tangan
beliau. Tetapi yang terucap dalam doa beliau bukanlah doa kutukan, melainkan untaian
maaf dan harapan bagi orang-orang yang telah menyakitinya, "Ya Allah, berilah petunjuk
kepada kaumku. Sesungguhnya (mereka melakukan semua ini terhadapku) hanya karena
mereka tidak tahu. Ya Allah, tolonglah aku agar mereka bisa menyambut ajakan untuk taat
kepada-Mu." ("Al-Ahadits Al-Mukhtarah, karya Abu `Abdillah Al-Maqdasi, 10/14).
Pilihan beliau ternyata tidak salah. Tak lama setelah peristiwa tersebut, mereka yang
pernah menyakiti beliau berangsur-angsur memeluk Islam dan menjadi Sahabat
yang paling setia. Ini sesuai dengan ajaran Al-Qur'an,
اْ َُّ ان االاْ مَالياَ ان اُالياَ ياَمن اَافاِ مّا واِ اهاه هاَمنَاَ فاِال ماا اايم ن ِ ان ماالا اون ياناَ اَ ِ انُّاياَاو لهان ان مَملاَ
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia. (Qs.Al-Fushilat: 34)
Ketiga, berbaik sangka dan berpikir positif dapat menyelamatkan hati dan hidup kita.
Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian. Hati yang
tenteram adalah hati yang tidak memendam syakwasangka dan apriori terhadap
orang lain. Dan hati yang berseri-seri hanyalah hati yang selalu berpikir positif bagi
dirinya maupun orang lain.Kebencian, berburuk sangka dan berpikir negatif hanya
akan meracuni hati kita.
Sebab itulah, ketika Orang-orang Yahudi mengumpat Rasulullah SAW yang sedang
duduk santai bersama Aisyah RA, dan Aisyah terpancing dengan balas menyumpahi
mereka; Rasulullah segera mengingatkan Aisyah, "Kamu tidak perlu begitu, karena
sesungguhnya Allah menyukai kesantunan dan kelemah-lembutan dalam segala hal."
(Riwayat Al- Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Ra.).
Subhanallah!! Beliau yang seorang utusan Allah dan pemimpin masyarakat muslim,
yang sebenarnya bisa dengan mudah membalas perlakuan Orang-orang Yahudi itu,
ternyata memilih untuk tetap santun dan berpikir positif –agar menjadi teladan bagi
seluruh umat manusia.
اواَ اِ ان .اَياالاون مَاَْا مّمون مّاَاِ مّمون ان امَْميا افْأَاى ا اُ اْأنم اَ مّا اَ اَياَمه قاَا ّاْ اِ ان نم اَِالاَ اِ ان نم م اُاَ اِ ان نم م
االَاَاْ نملنمْ ان آ نمَاَ االاَ اِ ان نمْاََاَاَ اِ ان منالا َاواَ ما َ .َالل اناس اُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhkanlah diri
kalian dari berprasangka (buruk), karena prasangka (buruk) itu adalah sedusta-dusta
perkataan (hati), janganlah kalian mendengar-dengarkan (pembicaraan orang lain) dan
janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kalian bersaing yang tidak
sehat, janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling membenci dan janganlah saling
membelakangi. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR.
4. Muslim)
Keempat, berpikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo, karena toh Allah SWT
seringkali menyiapkan rencana- rencana yang mengejutkan bagi hambaNya.
Suatu saat, Umar bin Khaththab RA dirundung kegalauan yang menyesakkan. Salah
seorang puteri beliau, Hafshah RA, baru saja menjanda. Maka Umar datang
menemui Abu Bakar RA menawarinya agar mau menikahi Hafshah. Ternyata Abu
Bakar menolak. Kemudian Umar menawari Utsman bin Affan RA untuk menikahi
Hafshah, namun Utsman pun menolaknya. (Shahih Al-Bukhari, 4/1471. Versi
penjelasnya juga dapat dibaca dalam Tafsir Al- Qurthubi, 13/271).
Dalam kegalauan itu, Umar mengadu kepada Rasulullah SAW tentang sikap kedua Sahabat
tersebut. Maka Rasulullah menuntun Umar agar selalu berpikir positif sehingga bisa
menjalani hidup dengan legowo. Rasulullah bahkan berdoa, "Semoga Allah akan
menentukan pasangan bagi Hafshah, yang jauh lebih dari Utsman; serta menentukan
pasangan bagi Utsman, yang jauh lebih baik dari Hafshah." Ternyata, tak lama setelah itu,
Rasulllah menikahkan Utsman dengan puteri beliau sendiri. Dan setelah itu, beliau pun
menikahi Hafshah.
Sobat, berprasangka baik kepada sesama dan kepada Allah yang utama akan
memberikan lebih energi positif kepada siapapun, percayalah!