1. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik hidayah-Nya kami dapat menyelasaikan makalah tentang
“Puasa” makalah tentang ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
dan bantuan dari beberapa referensi lainnya. Shalawat serta salam kami selalu
curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Guru
pembimbing yang telah banyak memnbantu dalam proses penyelesaian makalah
ini.
Semoga makalah yang kami buat dapat dinilai dengan baik dan dihargai
oleh pembaca.kami mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan yang ada
pada makalah ini, kami selaku penyusun mohon kritik dan sarannya. Terima
kasih.
Bogor, 20 november 2019
Tim Penyusun
2. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan penulisan .............................................................................................2
D. Metode penulisan............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORITIS ...............................................................................................3
A. Pengertian Puasa.............................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Konsep Puasa Menurut Ulama..........................................................................5
1. Pengertian Puasa.........................................................................................5
2. Syarat-syarat puasa......................................................................................5
3. Rukun-rukun puasa......................................................................................6
4. Tujuan Puasa...............................................................................................7
5. Hikmah puasa..............................................................................................8
BAB IV IMPLEMENTASI................................................................................................9
A. Di lingkungan Keluarga.....................................................................................9
B. Di lingkungan masyarakat.................................................................................9
C. Di lingkungan kampus......................................................................................9
BAB V PENUTUP........................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................10
C. Kosa Kata......................................................................................................11
LAMPIRAN................................................................................................................14
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi Masyarakat DiIndonesia saat ini, kurangnya yang beranggapan
puasa sebagai moment untuk mendekatkan diri kepada Allahh
SWT.Kebanyakan dari Merekaberanggapan bahwa puasa hanyalah menahan
Rasa lapar dan haus saja, sedangkan Puasa tidak hanya sebagai rutinitas belaka.
Namun, terkandungnya nilai-nilai sosial terhadap sesama dan dapat
menjadikebiasaan untuk memperbaiki diri dan masyarakat. Akan tetapi dalam
kasus yang berkembang saat ini umat Muslim di Indonesia masih belum
mampu mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan nyata.
Di tengah masyarakat saat ini bahkan diantara kaum pemuda pemudi yang
lebih banyak meremehkan tentang puasa tersebut contohnya ialah banyaknya
pemuda pemudi saat ini makan secara sembunyi-sembunyi ataupun secara
terang-terangan sebelum waktu berbuka puasa tiba, seperti dalam kasus
“Seorang pria kepergok minum disiang bolong pada bulan Ramadhan” 1
Hal ini dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi masyarakat atupun
pemuda pemudi lainnya, karena hal ini adalah perbuatan yang tercela dan harus
di minimalisir secara perlahan atau adanya tindakan (razia) saat bulan suci
Ramadhan. Contohnya ketempat-tempat seperti warung makan , Mall atau
tempat yang lainnya yang sering di kunjungi oleh masyarakat dan pemuda
pemudi disaat siang bolong pada bulan Ramadhan.
Islam mengajarkan diri kita untuk saling menghargai dan saling
menyayangi, Islam juga mengajarkan diri untuk berbuat kebaikan dan
menjauhi segala keburukan yang dapat merusak. Puasa merupakan media
pembelajaran bagi umat Islam untuk menambahKeimanan dan ketaqwaannya.
1www.liputan6.com oleh Gautama Adianto 10 mei 2019,21:00 WIB.
4. 2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa syarat dan hukum puasa?
3. Bagaimana implementasi puasa dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memahami apa yang di maksud dengan puasa.
2. Untuk mengetahui syarat dan hukum untuk puasa.
3. Untuk mengetahui implementasi puasa dalam kehidupan sehari-hari.
D. Metode penulisan
Adapun metode penulisan makalah ini adalah dengan cara diskusi dengan
mencari sumber dari buku Fiqih dan situs internet.
5. 3
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Puasa
Puasa secara bahasa (etimologi) adalah “As-shoum ()الصوم atau As-
shiam(الصيام )” yang berarti Al-imsaak()اإلمساك (menahan).2 Sedangkan
menurut istilah ulama fiqih (terminology), puasa berarti menahan diri dari hal-
hal yang membatalkan puasa, disertai niat pada malam harinya, sejak terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari. Adapun puasa menurut pandangan para
ulama Sufi puasa mempunyai pengertian yang sangat luas dan tinggi, bukan
hanya sekedar menahan makan dan minum sebagaimana puasa menurut syar’i
namun mereka mendefinisikan puasa adalah menahan makan dan minum serta
menahan semua anggota tubuh, fikiran dan hati dari segala macam perbuatan
dosa.
Berikut wawancara Kendi Setiawan dari NU Online dengan KH Lukmanul
Hakim, dari Majelis Ifta’ Jam’iyyah Ahlu at-Thariqah Al-Mu’tabarah An-
Nahdliyyah (Jatman) DKI Jakarta3. Ibadahpuasa itu menurut tasawuf seperti
apa?
Ibadah adalah perbuatan yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.Nah,
puasa itu menahan makan dan minum dari fajar sidiq sampai terbenamnya
matahari.Puasa menurut tasawuf, bukan hanya menahan makan minum
saja.Tapi harus bisa menjaga lisan dan hati. Makanya apa yang bisa
membatalkan pahala puasa harus kita jaga.
Ada lima hal yang bisa membatalkan pahala ibadah puasa, yaitu
berbohong, mengadu domba, gibah, bersumpah palsu, dan mengumbar
pandangan secara syahwat. Jikalau kita sanggup menghindarkan itu, maka kita
bisa menjaga pahala puasa kita.Bukan hanya pahala puasa, tapi mendapatkan
pahala di hadapan Allah Swt.
2https://islamhariini.com/pengertian-puasa/ rabu,23 November 2019 , 13:30
3 https://www.nu.or.id/post/read/69223/bagaimana-puasa-dalam-pandangan-tasawuf
Rabu, 23 November 2019, 13:45
6. 4
Pengertian puasa menurut 4 madzhab:4
a. Al-Imam Syafi’i
Puasa secara bahasa berarti menahan.Menurut istilah syara’ berarti
menahan diri dari sesuatu perkara yang membatalkan puasa, mulai terbit
fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat tertentu.
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam.Menurut istilah bahasa
berarti menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:
اًم ْوَص ِمنْحَّرلِل ُت ْرَذَن يِنِإ.
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan
berbiacara ).”
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
b. Al Imam Maliki
Puasa adalah menahan diri dari hawa nafsu yang ditimbulkan perut
dan kemaluan, atau sesuatu yang mempunyai kedudukan yang sama
dengan kedua jenis hawa nafsu tersebut,karena menta’ati Allah diseluruh
waktu siang dengan berniat sebelum fajar atau diwaktu fajar selama dia
tidak haid,nifas dan bukan pada hari raya.
c. Al Imam Hanafi
Puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang tertentu yaitu makan,
minum, jima, dan sesuatu yang membatalkan puasa dengan persyaratan
tertentu, yaitu niat.
d. Al Imam Hambali
Puasa adalah menahan diri (mencegah diri) dari mulai terbit fajar
sampai maghrib dengan niat dari sebelum fajar dari hal-hal yang
membatalkan puasa yaitu segala sesuatu yang masuk kedalam perut,
tenggorokan dan otak melalui mulut.
4Abu Sari’ Muhammad Abdul Hadi,Shaum Dan I’tikaf (perbandingan antara Madzhab
Berdasarkan Dalil-dalil shahih),Jakarta:Al-Amanah,1993.Cet ke 1, hal 2-3
7. 5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsep Puasa Menurut Ulama
1. Pengertian Puasa
Puasa secara bahasa berarti menahan.Menurut istilah syara’5 berarti
menahan diri dari sesuatu perkara yang membatalkan puasa, mulai terbit
fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat tertentu.
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam.Menurut istilah bahasa
berarti menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
2. Syarat-syarat puasa
i. Syarat Sah Puasa
Islam
Tamyiz
Suci dari haid dan nifas
Dan bukan pada hari-hari yang diharamkan puasa
ii. Syarat-syarat wajib puasa
Islam
Baligh / dewasa
Berakal
Suci dari haid dan nifas
Mampu melaksanakan puasa
55Abu Sari’ Muhammad Abdul Hadi,Shaum Dan I’tikaf (perbandingan antara Madzhab
Berdasarkan Dalil-dalil shahih),Jakarta:Al-Amanah,1993.Cet ke 1, hal 2-3
8. 6
3. Rukun-rukun puasa
a. Niat
Niat dan doa di bulan Ramadhan merupakan tahapan penting
dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Niat dilakukan sebelum
menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Niat doa puasa Ramadhan
diucapkan sebelum fajar tiba. Beberapa hadist menjelaskan juga bahwa
niat bisa diucapkan malam harinya sebelum sahur atau setelah sholat
tarawih. Adapun niatnya :
َانَضَم َر ِْرهَش ِضْرَف َِاءدَا َْنع ٍدَغ َم ْوَص ُْتي َوَنىَلاَعَت ِهللِ ِةَنَّسال ِهِهذ
b. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
Rukun puasa Ramadan yang kedua adalah menahan diri dari hal-
hal yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar sampai waktu berbuka
puasa.
c. Hal-hal yang membatalkan puasa
Makan dan minum
Muntah disengaja
Haid dan nifas
Bersetubuh pada siang hari atau setelah terbit fajar
Memasukan benda/sesuatu ke dalam rongga badan dengan
sengaja
Keluar mani karena masturbasi (istimta’)
Hilang akal karena mabuk, gila, atau pingsan
Murtad (keluar dari agama Islam)
d. Macam-Macam Puasa
Puasa terbagi ke dalam 4 kategori, yaitu :
1. Puasa Wajib :
Puasa di bulan ramadhan
Puasa qadha
Puasa nadzar
Puasa kifarat
9. 7
2. Puasa sunnat :
Puasa hari senin dan kamis
Puasa 6 hari dibulan syawal
Puasa di hari Arafah (9 Dzul Hijjah)
Puasa hari ‘asyura’ (10 muharram)
Puasa hari tenang bulan qamariyah (tanggal 13, 14, dan 15)
3. Puasa Haram :
Puasa di hari raya Idul Fitri (tanggal 1 syawal) dan hari raya
Idul Adha (tanggal 10 Dzul Hijjah)
Puasa hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 Dzul Hijjah)
Puasa terus menerus tanpa berbuka
Puasa wanita yang sedng haid dan nifas
Puasa yang pasti mengakibatkan bahaya bagi yang
melaksanakannya.
Puasa sunnat seorang istri tanpa izin suami padahal
suaminya ada di rumah (hadir dan tidak musafir).
4. Puasa Makruh :
Puasa hari jum’at
Puasa hari sabtu
Puasa orang yang dalam keadaan sakit parah dan susah
payah
Puasa hari “syak” (hari yang masih diragukan adanya hilal
pada awal dan akhir sya’ban)
4. Tujuan Puasa
Secara jelas Al-qur’an menyatakan bahwa tujuan puasa6 yang
hendaknya diperjuangkan adalah untuk mencapai ketaqwaan atau
laalakum tattaqun.dalam rangka memahami tujuan tersebut perlu di
garis bawahi beberapa penjelasaan dari Nabi Saw.misalnya,banyak di
antara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya.
6Fiqi praktis,Drs.Ahmad Yani.Cetakan-1, juli 2004.Iman Bela Bogor Leuwiliang
10. 8
5. Hikmah puasa
Melatih diri menjadi pribadi yang lebih tabah serta sabar
Tercapainya derajat ketaqwaan seseorang
Melatih seorang menjadi disiplin
Menjadikan seseorang menjadi lebih peduli dengan sesame
Mempererat silaturahmi
Semua hal yang dilakukan merupakan Ibadah
Membiasakan diri untuk lebih berhati-hati dalam berbuat
Menjadikan pribadi menjadi lebih baik lagi
Dengan puasa kita menunjukan keseimbangan hidup
11. 9
BAB IV
IMPLEMENTASI
A. Di lingkungan Keluarga
Di lingkungan keluarga para orang tua selalu mengajak anaknya
untuk membiasakan melaksanakan puasa sunnat hari senin dan kamis, dan
puasa sunnat lainnya seperti puasa arafah, tarwiyah dll.
B. Di lingkungan masyarakat
Di lingkungan masyarakat banyak dari warga yang melaksanakan
puasa sunnat hari senin dan kamis, dan puasa sunnat lainnya. Seperti puasa
sunnat arafah tarwiyah dll. Dan khususnya bagi para wanita banyak dari
mereka puasa sunnat hari senin dan kamis untuk mengganti puasa mereka
yang tertinggal pada puasa ramadhan.
C. Di lingkungan kampus
Di lingkungan kampus tidak mewajibkan untuk berpuasa sunnat hari
senin dan kamis. akan tetapi, banyak dari mahasiswa yang berpuasa sunnat
pada hari itu. Dan dari kalangan wanita banyak dari mereka yang berpuasa
untuk menggantikan puasa mereka yang tertinggal pada puasa ramadhan.
12. 10
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam.Menurut istilah bahasa
berarti menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:
اًم ْوَص ِمنْح َّلرِل ُتْرَذَن يِنِإ.
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan
berbiacara ).”
“Shoumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari
segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang
tidak bermanfaat dan sebagainya.
B. Saran
Sebaiknya dalam berpuasa, kita niatkan hati dan fikiran kita kepada
Allah SWT agar kita menjalani puasa dengan niat yang ikhlas tanpa
mengharapkan pujian dari orang lain.
13. 11
C. Kosa Kata
Ayat 183.
َبِتُك ا ْوُنمٰا َنْيِذَّاَالهُّيأٰي
telah diwajibkan Beriman wahai orang-orang yang
َبِتُكَامك َُماي ِالص َُمُكْيلع
sebagaimana diwajibkan Berpuasa atas kamu
َن ْوُقَّتت َْمُكَّلعل َْمُكِلْبََقْنِم َنْيِذَّىَاللع
bertakwa agar kamu sebelum kamu atas orang-orang yang
Ayat 184.
َْمُكْنََِمانك َْنمف َتٰد ُْودْعَّم اًماَّيأ
di antara kamu maka barang siapa yang tertentu (yaitu) beberapa hari
َامَّيََأْنِم ََّةدِعف َرفىَسٰلََعْوأ اًضْي ِرَّم
pada hari-hari maka (wajib
mengganti) bilangan
hari itu
atau dalam perjalanan
(lalu tidak berpuasa)
Sakit
َةْيدِف َهن ْوُقْيِطُي َنْيِذَّىَاللعو َرخُأ
wajib membayar
fidyah
berat menjalankannya dan bagi orang yang yang lain
اًرْيخ َع َّوطت َْنمف َنْيِكْسََِمُماعط
kebajikan dengan kerelaan hati
mengerjakan
tetapi barang siapa (yaitu memberi)
makan seorang miskin
ا ْوُم ْوُصََتْنأو َهل َرْيخ َوُهف
dan puasamu itu Baginya lebih baik maka itu
َن ْوُملْعت َْمُتْنُكََْنِإ َْمُكَّل َرْيخ
mengetahui jika kamu bagimu lebih baik
14. 12
Ayat 185.
ًىدُه َُنٰا ْرُقََْالِهْيِفََل ِزْنُأ َِْيذَََّالانضمََرُرْهش
(sebagai) petunjuk di dalamnya diturunkan Al
Quran
bulan Ramadhan adalah
(bulan) yang
َِانقْرُفْالو ىٰدُهََْالنِم َتٰنِيبو َ ِاسَّنلِل
dan pembeda (antara yang
benar dan yang batil)
mengenai
petunjuk itu
dan
penjelasan-
penjelasan
bagi manusia
َرْهَّشال َُمُكْنِم َدِهش َْنمف
bulan itu di antara kamu menyaksikan barang siapa
َرفىَسلََعْوأ اًضْي ِرََمانك َْنمو َُهْمُصيْلف
atau dalam perjalanan
(dia tidak berpuasa)
Sakit dan barang siapa maka berpuasalah
َُ َُٰاّللدْي ِرُي َرخُأ َامَّيََأْنِم ََّةدِعف
Allah menghendaki yang lain pada hari-hari maka (wajib
mengganti) bilangan
hari itu
َُمُكِب ُدْي ِرُيََلو َرْسُيْال َُمُكِب
bagimu dan tidak menghendaki kemudahan bagimu
َٰواَاّللُرِبكُتِلو ََّةدِعْال واُلِمْكُتِلو َرْسُعْال
dan mengagungkan
Allah
Bilangannya dan hendaklah kamu
mencukupkan
kesukaran
َن ْوُرُكْشت َْمُكَّلعلو َْمُكٰداَهىَمٰلع
bersyukur agar kamu atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu
15. 13
Ayat 186.
َْيِنِإف َْيِنع َِْيدابِعََكلأاَسذِإو
maka sesungguhnya Aku tentang Aku dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu
(Muhammad)
َِانعاَدذِإ ََِّاعدََالةوْعد َُبْي ِجُأ َبْي ِرق
apabila dia berdoa
kepada-Ku
permohonan orang
yang berdoa
Aku kabulkan dekat
َن ُْودُش ْري َْمُهَّلعل َْيِبَا ْوُنِمْؤُيْلو َْيِلَا ْوُبْي ِجتْسيْلف
memperoleh
kebenaran
agar mereka dan beriman kepada-
Ku
hendaklah mereka itu
memenuhi (perintah-
)Ku