SlideShare a Scribd company logo
1 of 54
Download to read offline
i
IBADAH DI BULAN BERKAH
BUKU PEDOMAN IMAM TARAWIH
Buku ini disusun sebagai
Salah satu referensi imam tarawih
PROGRAM SAFIRA IX
BUKU INI DITERBITKAN
UNTUK KALANGAN SENDIRI
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1440 H.
“Allohuma bariklanaa fii rojaba wa sya’bana wa balighna romadhon”. Amiin
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
mewajibkan hamba-Nya yang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadhan,
sebagaimana telah diwajibkan kepada ummat terdahulu agar menjadi manusia
yang bertakwa. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi
Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan penerusnya sampai akhir
zaman.
Kita bersyukur dalam keadaan sehat dan kuat saat menyambut kembali
kehadiran bulan Ramadhan, bulan agung yang penuh berkah dan maghfirah,
bulan yang secara khusus disebutkan dalam Al Quran. Mari kita manfaatkan
kesempatan emas ini sebagai wahana untuk menunaikan amal ibadah puasa
dan amal shaleh lainnya dengan penuh keikhlasan/keyakinan dan harapan
memperoleh ridha Allah (imanan wa-htisaban).
Untuk membantu kelancaran dan kemudahan aktivitas ibadah di bulan suci
Ramadhan ini, terutama kepada Imam Shalat Tarawih Terpadau pada Program
Safari Ramahan IX se kawasan Desa Junwangi, disiapkan “BUKU PEDOMAN
IMAM TARAWIH”. Buku ini memuat ketentuan pokok tentang amaliah
Ramadhan dengan tetap merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah
Saw.
Buku ini disusun dari berbagai sumber baik daring (buku-buku tentang puasa)
maupun luring (situs-situs yang menjelaskan tentang puasa Ramadhan). Untuk
memudahkan mempelajari buku ini disusun menjadi tiga BAB utama yaitu :
PENDAHULUAN tentang latar belakang pentingnya memahami Ibadah Bulan
Ramadhan, LANDASAN IBADAH berisi fiqih ibadah di Bulan Ramadhan dan
PROGRAM SAFIRA IX berisi kegiatan yang akan dilaksanakan pada Bulan
Ramadhan 1440 H di kawasan Desa Junwangi.
Semoga ada gunan da manfa’atnya. Namun ibarat tiada gading yang tak retak.
Mohon maaf bila ada kehilafan dan kekurangan dalam buku pedoman ini,
masukan dan saran bisa disampaikan melalui email tersebut dibawah ini:
tmbs.junwangi@gmail.com atau tmbaitussalamjunwangi@yahoo.com
Wa’alaikum salam wr.wb.
IR. MANOET, SE., CBA
iii
DAFTAR ISI
NO ISI HAL
0 Cover i
1 Pengantar ii
2 Daftar isi iii
3 PENDAHULUAN 1
4 LANDASAN IBADAH 4
I.PUASA RAMADHAN
1. Sejarah Puasa Ramadhan 4
2. Bulan Penuh berkah 5
3. Makna Puasa 10
4. Hukum Puasa Ramadhan 10
5. Keutamaan Puasa 11
6. Hikmah Puasa 12
7. Rukun Puasa 13
8. Awal & akhir Bulan Ramahan 13
9. Rentang Waktu Puasa 13
10. Syarat Sah Puasa 14
11. Sunnah-sunnah Puasa 15
12. Orang-orang Yang Diperbolehkan Berbuka 16
13. Pembatal-pembatal Puasa 18
14. Yang Dimakruhkan Dalam Puasa 18
II. PEMAHAMAN TENTANG BERBUKA / TA’JIL
III. SHALAT TARAWIH 19
IV. SHALAT WITIR 22
V. TADARUS AL QUR’AN 26
VI. I’TIKAF 30
VII. PANDUAN ZAKAT MENURUT BAZNAS 34
Definisi 34
JENIS ZAKAT 35
1. Zakat Fitrah 35
2. Zakat Mal 35
3. Zakat Profesi 36
4. Zakat Perdagangan 37
5. Zakat Saham 38
6. Zakat Perusahaan 38
7. NIAT ZAKAT FITRAH 40
VIII. TAKBIRAN 42
Bacaan Takbiran 43
IX. BILAL SHALAT IDUL FITRI 44
X. TATA CARA SHALAT IDUL FITRI 46
5 PROGRAM SAFIRA IX 49
SKEDUL KEGIATAN PROGRAM RAMADHAN & IDUL FITRI 50
Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
PENDAHULUAN
Marhaban ya Ramadhan, bulan penuh rahmat dan keberkahan. Allah memilih
Ramadhan sebagai bulan yang istimewa sebagaimana firman-Nya:
















































“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi semua manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena
itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah:185).















“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah : 183).

















“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi. Kecuali
mereka yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan
kesabaran”. (QS. Al-Ashr 103:1-3).
Meskipun kita setiap tahun kita beribadah di bulan Ramadhan namun apakah
ibadah tersebut membekas atau hanya sekedar gugur kewajiban, atau bahkan
hanya kebiasaan semata. Hal ini karena sering kali kita melakukan ibadah
! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
karena kebiasaan disekitar kita tanpa peduli apakah sudah sesuai tuntunan
Islam atau belum kadang kita enggan untuk mengevaluasinya.
Tujuan manusia diciptakan Allah SWT adalah untuk beribadah dan beramal
sebanyak mungkin. Allah SWT berfirman, “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepada-Ku,” (Surat Az-Dzariyat 56).
Ibadah yang dilakukan manusia manfaatnya bukanlah untuk Allah SWT, tapi
untuk manusia itu sendiri. Karena di akhirat kelak, tidak ada yang bisa
membantu manusia kecuali amal baik selama hidup di dunia. Amal baik itu bisa
berupa ibadah kepada Allah atau pun amal baik yang dilakukan terhadap
sesama manusia.
Dikarenakan ibadah dan amalan sangat penting dikerjakan, maka ada baiknya
mengenal apa saja yang mesti dilakukan pada saat melakukan sebuah ibadah
atau amalan tertentu.
Setiap amalan dan ibadah ada ilmu dan cara mengerjakannya. Kalau cara
ibadahnya tidak diketahui dan disempurnakan, bagaimana Allah akan
menerimanya?
Sebab itu, Abu Laits Al-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin menjelaskan:
‫ﺍﻟﺤ"ﻤﺎﺀ‬ ‫(ﻌﺾ‬ ‫ﻭﻗﺎﻝ‬: ‫ﺴﻠﻢ‬- .
/‫ﺣ‬ ‫ﺎﺀ‬1‫ﺃﺷ‬ ‫ﻌﺔ‬4‫ﺃﺭ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﺠﺘﺎﺝ‬8: ‫ﻞ‬9‫ﻗ‬ ‫ﺍﻟﻌﻠﻢ‬ ‫ﺃﻭﻟﻬﺎ‬
‫ﺼﻠ‬8 ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﻷﻥ‬ ‫(ﺪﺋﻪ‬
‫ﻔﺴﺪﻩ‬8 ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺎﻥ‬D ‫ﻋﻠﻢ‬ F
G‫(ﻐ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﺎﻥ‬D ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ،‫(ﺎﻟﻌﻠﻢ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺢ‬
‫ﺼﻠﺤﻪ‬8 ‫ﻣﻤﺎ‬ L
GM‫ﺃ‬. ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺼﻠﺢ‬8 ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﻷﻥ‬ ‫ﺪﺋﻪ‬9‫ﻣ‬ N
O
P ‫ﺔ‬1‫ﺍﻟﻨ‬ N
O
R‫ﻭﺍﻟﺜﺎ‬
‫ﺔ‬1‫(ﺎﻟﻨ‬... ‫ﺍﻟﺴﻜﻮﻥ‬ V‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬8‫ﻳﺆﺩ‬ .
/‫ﺣ‬ ‫ﻪ‬1‫ﻓ‬ Y
G‫ﺼ‬8 N
O
/‫ﻌ‬8 ،‫ﻭﺳﻄﻪ‬ N
O
P Y
G‫ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‬
‫ﻭﺍﻟﻄﻤﺄﻧ]ﻨﺔ‬. ،‫ﺇﺧﻼﺹ‬ F
G‫(ﻐ‬ ‫ﻞ‬9‫ﻘ‬8 ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﻷﻥ‬ ،‫ﺍﻏﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻓ‬ ‫ﻋﻨﺪ‬ ‫ﺍﻹﺧﻼﺹ‬ ‫ﺍﺑﻊ‬‫ﺮ‬‫ﻭﺍﻟ‬
‫ﻋﻤﻠ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬
‫ﻣﻨﻚ‬ ‫ﺎﺩ‬9‫ﺍﻟﻌ‬ ‫ﻗﻠﻮﺏ‬ ‫ﻞ‬9‫ﻭﺗﻘ‬ ،‫ﻣﻨﻚ‬ j‫ﺗﻌﺎ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﻞ‬9‫ﻳﺘﻘ‬ ‫(ﺎﻹﺧﻼﺹ‬ ‫ﺖ‬
Artinya, “Sebagian orang bijak berkata, ‘Amalan butuh pada empat hal agar selamat:
pertama, berilmu sebelum memulainya, karena amal tidak sah tanpa ilmu. Bila amal
dilakukan tanpa ilmu, mudharatnya lebih banyak ketimbang maslahatnya. Kedua, niat pada
saat memulainya, karena amalan tidak sah tanpa niat. Ketiga, sabar ketika menjalankannya
agar mencapai ketenangan. Keempat, ikhlas ketika selesai beramal, karena amalan tidak
akan diterima tanpa keikhlasan, bila kamu ikhlas Allah akan menerima amalanmu dan hati
orang-orang yang beribah pada Allah (beriman) juga akan menerimanya.”
" Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Kutipan di atas menengaskan ada empat hal yang perlu dipersiapkan dan
dilakukan ketika mengerjakan sebuah amalan atau ibadah. Keempat hal itu
sebagai berikut:
Pertama, memiliki ilmu tentang ibadah yang dikerjakan. Ilmu sangatlah
penting, terutama ilmu yang berkaitan dengan ibadah. Tanpa ilmu, kita tidak
mengerti bagaimana cara shalat, puasa, zakat yang benar. Maka dari itu,
belajarlah sebelum mengerjakan ibadah.
Kedua, tanamkan niat dalam hati pada saat mengerjakan amal ibadah. Niat
menjadi rukun penting dalam ibadah. Niat menjadi pembeda antara suatu
ibadah dengan ibadah lain, serta pembeda antara ibadah dengan yang bukan
ibadah. Kalau tidak ada niat, ibadah yang dilakukan tidak ada gunanya.
Ketiga, tumbuhkan kesabaran pada saat ibadah. Dalam mengerjakan shalat
misalnya, usahakan menahan diri dan bersabar sampai selesai. Kalau tidak
sabar, ibadah yang dikerjakan terasa terburu-buru dan tidak mendapatkan
ketenangan.
Keempat, usahakan ikhlas dalam setiap mengerjakan ibadah apapun, karena
Allah hanya menerima ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Jangan sampai beramal karena dilihat orang, ingin mendapatkan pujian, dan
melepaskan kewajiban semata. Sangat disayangkan orang yang beribadah
untuk dilihat orang lain, karena semua itu tidak ada nilainya di hadapan Allah.
Wallahu a’lam.
# Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
LANDASAN IBADAH
I. PUASA RAMADHAN
1. SEJARAH PUASA RAMADHAN
Pakar Tafsir Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Membumikan Al-
Qur’an (2000) menjelaskan, dari segi ajaran agama, para ulama menyatakan
bahwa semua agama samawi, sama dalam prinsip-prinsip pokok akidah,
syariat, serta akhlaknya.
Ini berarti bahwa semua agama samawi mengajarkan keesaan Allah, kenabian,
dan keniscayaan hari kemudian. Shalat, puasa, zakat, dan berkunjung ke
tempat tertentu sebagai pendekatan kepada Allah adalah prinsip-prinsip
syariat yang dikenal dalam agama-agama samawi. Tentu saja cara dan kaifiat-
nya dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama.
Kita dapat mempertanyakan mengapa puasa menjadi kewajiban bagi umat
Islam dan umat-umat terdahulu? Manusia memiliki kebebasan bertindak
memilih dan memilah aktivitasnya, termasuk dalam hal ini, makan, minum, dan
berhubungan seks.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dari zaman dulu hingga sekarang menjadi
tantangan manusia dalam kehidupan. Sebab, hal itu mempengaruhi sisi-sisi
kehidupan lainnya sehingga berpuasa adalah ibadah yang tepat.
Sejarah kewajiban puasa Ramadhan tidak terlepas dari peristiwa hijrah Nabi
Muhammad SAW ke negeri Yatsrib (Madinah). Sebab peristiwa tersebut
merupakan titik pijak penyempurnaan syariat Islam di kemudian hari. Puasa
Ramadhan diwajibkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya pada bulan
Sya’ban tahun ke-2 hijriah dengan cara dan model yang dilakukan umat Islam
hingga kini.
Affandi Mochtar dan Ibi Syatibi dalam buku Risalah Ramadhan (2008)
mengungkapkan, sebelum ayat yang mewajibkan puasa turun, umat Islam
biasa berpuasa wajib pada 10 Muharram atau Hari Asyura. Ketika Nabi
Muhammad hijrah dan tiba di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi
juga berpuasa pada 10 Muharram tersebut.
Orang-orang Yahudi menyatakan, pada 10 Muharram Allah SWT
menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari serangan Raja Fira’un. Kemudian
$ Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Nabi Musa berpuasa pada 10 Muharram sebagai tanda syukur kepada Allah.
Lalu, Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam agar berpuasa pada tanggal
10 Muharram.
Pada awalnya umat Islam diwajibkan berpuasa sampai waktu maghrib. Setelah
berbuka mereka masih diperbolehkan makan, minum, dan melakukan
hubungan seks suami-istri hingga kemudian melakukan shalat Isya dan tidur.
Setelah melakukan shalat Isya dan tidur, mereka tidak diperbolehkan lagi
untuk makan, minum, atau berhubungan seks hingga tiba saatnya waktu
berbuka. Namun, praktik ini benar-benar menyulitkan umat Islam sehingga
tidak sedikit yang melanggar larangan tersebut.
Lalu, Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang dijelaskan dalam QS Al-Baqarah
ayat 187 yang menyatakan, umat Islam diperbolehkan makan, minum, dan
berhubungan intim dengan para istrinya sepanjang malam bulan puasa hingga
terbit fajar. Tentu saja ayat tersebut disambut gembira oleh umat Islam kala itu
sembari memanjatkan syukur atas kasih sayang Allah SWT.
2. BULAN PENUH BERKAH
Bulan Ramadlan sering disebut sebagai syahrun ‘adzim, bulan yang agung, dan
juga disebut syahrum Mubarak, bulan yang penuh berkah antara lain terdapat
malam qadar di dalam bulan Ramadlan.
Adapun keberkahan diberikan kepada malam, yakni malam yang diberkahi
yaitu malam ketika al-Qur’an pertama kali diturunkan (al-Dukhan 44: 1-3).
Barakah malam qadar, malam turunnya al-Qur’an. Malam qadar merupakan
waktu yang penuh dengan barakah karena pada malam ini adalah waktu
diturunkannya al-Qur’an, dan al-Qur’an adalah kitab yang penuh dengan
keberkahan dan menjadi petunjuk bagi ummat manusia. Allah berfirman yang
artinya: Ha Mim. Demi Kitab (al-Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami lah
yang memberi peringatan. (al-Dukhan 44: 1-3).
Menurut al-Alusi malam turunnya al-Qur’an dinamai dengan malam yang
penuh barakah karena dengan turunnya al-Qur’an menyebabkan munculnya
segala kebaikan dan manfaat duniawi dan ukhrawi. Manfaat duniawi yang
terdapat dalam malam ini adalah pada malam itu ditentukannya rezeki dan ajal
seseoang serta diberikannya syafaat kepada Nabi Muhammad saw, sedang
% Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
manfaat ukhrawi adalah pada malam tersebut turunnya para malaikat yang
membawa rahmat bagi yang beribadah di malam itu serta dikabulkannya doa.
Turunnya al-Qur’an sebagaimana yang dijelaskan pada ayat di atas dipertegas
dengan ayat yang menyatakan bahwa malam itu disebut dengan lailat al-qadr
yaitu pada Surat al-Qadr 97: 1-5. Pada ayat ini dijelaskan lebih rinci tentang
barakah malam tersebut yaitu malam diturunkannya al-Qur’an, malam dilipat
ganda kan fahala hingga lebih baik dari seribu bulan, turunnya malaikat ke
bumi, termasuk malaikat Jibril.
Malaikat turun karena banyaknya berkah malam ini dan mereka turun dengan
membawa rahmat dan juga keberkahan sebagaimana mereka akan turun
ketika dibacakan al-Qur’an, dan mereka mengelilingi majelis dzikir, dan
membentangkan sayapnya bagi penuntut ilmu sebagai penghargaan dan
penghormatan bagi mereka.
Kata ruh dalam surat ini, menurut mufassir adalah malaikat Jibril, disebut
demikian sebagai penghargaan dan karena kedudukannya yang mulia. Adapun
yang dimaksud dengan malam yang penuh dengan kedamaian hingga terbit
fajar adalah malam ini penuh dengan kebaikan dan keberkahan, tidak adanya
setan hingga saat fajar tiba dan tidak adanya penyakit ataupun musibah.
Kata salam diartikan sebagai kebebasan dari segala macam kekurangan,
apapun bentuk kekurangan tersebut, baik lahir maupun batin, sehingga
seseorang yang hidup dalam salam akan terbebaskan dari penyakit,
kemiskinan, kebodohan dan segala sesuatu yang termasuk dalam pengertian
kekurangan lahir dan batin. Ibn al-Qayyim menjelaskan tentang hati yang
mencapai kedamaian dan ketentraman mengantar pemiliknya dari ragu
kepada yakin, dari kebodohan kepada ilmu, dari lalai kepada ingat, khianat
kepada amanat, riya’ kepada ikhlas, lemah kepada teguh, dan sombong kepada
tahu diri.”
Demikian banyak keberkahan malam qadar sebagai yang disebutkan dalam al-
Qur’an, meskipun tidak dinafikan adanya keberkahan pada waktu waktu lain.
Seseorang yang mendapat lailat al-qadar akan semakin kuat dorongan dalam
jiwanya untuk melakukan kebajikan-kebajikan pada sisa hidupnya sehingga ia
merasakan kedamaian abadi.
Secara umum ulama tafsir memahami kata fajr yakni waktu sebelum terbitnya
matahari pada malam qadar tersebut, sementara kamu sufi memahami arti
terbitnya fajar pada ayat ini sebagai terbitnya fajar matahari dari sebelah
& Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
barat, yaitu yang akan terjadi kelak menjelang kematian atau kiamatnya dunia.
Sehingga ayat ini mereka fahami bahwa keselamatan, kedamaian dan
kebebasan dari segala bentuk kekurangan terus menerus berlangsung hingga
saat terbitnya fajar tersebut. Ini bagi yang beruntung menemui lailat al-qadar,
demikian Ibn ‘Arabi, sebagai yang dikutip Quraisy Shihab.
Dengan demikian kita dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah sebagai
sumber keberkahan, segala tempat, barang, waktu, individu, makanan dan lain
lain ada yang diberikan unsur keberkahan oleh Allah, sehingga apabila manusia
mendapatkan manfaat dari salah satunya atau semua ciptaan yang
mengandung keberkahan tersebut niscayalah ia akan bahagia di dunia dan di
akhirat.
Jika semua kebaikan dan kenikmatan baik di dunia maupun di akhirat
merupakan karunia dari Allah swt kepada hamba-Nya, maka kelangsungan dan
kelanggengan serta bertambahnya kebaikan dan kenikmatan kepada manusia
adalah merupakan barakah dari Allah swt. Sebuah hadits Nabi saw yang
artinya:
Dari ‘Abdullah ibn Mas’ud r.a berkata: ketika kami bersama Rasulullah saw dalam suatu
perjalanan, dan kehabisan air, beliau berkata: carilah sedikit ar, maka para sahabat datang
dengan membawa tempat yang sedikit airnya, maka Nabi memasukkan tangannya ke
tempat air yang tinggal sedikit tadi, kemudian beliau bersabda: “Kemarilah pada air yang
suci dan penuh barakah, dan yang barakah hanyalah dari Allah swt.” Dan telah kulihat air
keluar dari sela-sela jemari Rasulullah saw.
Dengan demikian jelas bahwa segala bentuk barakah berasal dari Allah swt,
oleh sebab itu segala macam bacaan doa untuk mendapatkan barakah selalu
disandarkan kepada Allah swt. Telah jelas pula bahwa Allah telah
mengutamakan dan memilih sebagian dari makhluk-Nya, Ia pun telah
mengutamakan dan memberi berkah pada sebagian tempat atas sebagian
tempat yang lain seperti: Mekkah, Madinah dan Masjid al-Aqsha. Demikian
pula Allah swt telah mengutamakan sebagian waktu dari sebagian lainnya
seperti: bulan Ramadlan, lailat al-qadar, dan juga menempatkan keberkahan
pada zaitun, air hujan dsb. Seperti yang sudah diterangkan bahwa Allah swt
adalah Yang Maha Pemberi berkah yang melimpah, dan secara khusus
mensifati diri-Nya dengan sifat tabarak (pemberi berkah yang melimpah), dan
dapat ditemui kata tabaraka terulang Sembilan kali dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an sebagai sebuah kitab suci (peringatan) juga memiliki barakah (al-
Anbiya’ 21: 50, al-An’am 6: 92 dan 155), dan (Shad 38: 29).
' Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Al-Qur’an mengandung banyak sekali kebajikan (berkah) dan keistimewaan,
termasuk orang terpelajar mengakui keistimewaannya, dan tidak sedikit dari
petunjuk al-Qur/an diadopsi mereka, dan al-Qur’an juga menjadi bukti
kebenaran yang membungkam para penantangnya. Al-Qur’an disebut sebagai
faktor yang mendatangkan barakah karena Allah swt telah memberikan
beberapa sebutan atau nama pada al-Qur’an antara lain dengan sifat mubarak
yang terulang empat kali yaitu pada al-An’am 6: 92, dan 155, al-Anbiya’ 21: 50,
dan Shad 38: 29.
Adapun beragam nama yang diberikan kepada al-Qur’an yaitu: Al-Kitab, al-
Furqan, al-Dzikr, al-Tanzil, Nur, Huda, Syifa, Rahmah, Mau’izhah, Mubarak,
Mubin, Busyro, ‘Aziz, Majid, Basyir, dan Nadzir. Al-Qur’an sebagai sumber
kebaikan dan faktor datangnya keberkahan yang tetap dan terus menerus
bertambah. Al-Razi menjelaskan bahwa arti dari kitabun mubarak adalah kitab
yang banyak kebaikannya dan mempunyai barakah yang abadi, karena selalu
memberi berita gembira tentang pahala yang berlipat ganda dan ampunan
yang luas, serta memberi ancaman bagi yang berbuat dosa dan maksiat.
Al-Razi selanjutkan ketika menafsirkan surat al-An’am 6: 92 menjelaskan
bahwa “Merupakan sunnatullah, bahwa setiap orang yang berpegang teguh
pada al-Qur’an dan mencari petunjuknya maka ia akan mendapatkan
kemuliaan di dunia dan di akhirat dan saya akui setelah banyak mengkaji ilmu
agama dan ilmu umum lainnya, saya belum pernah mendapatkan kebahagiaan
seperti ketika saya menekuni ilmu di bidang agama ini.”
Sementara itu Ibn al-Qayyim mengatakan bahwa “Al-Qur’an lebih layak disebut
dengan Mubarak dari pada yang lain, karena berlimpahnya berbagai macam
kebaikan dan manfaat serta barakah yang terdapat di dalamnya. Al-Alusi
menafsirkan kata mubarak dengan manfaat yang melimpah, karena ia
mencakup manfaat dunia dan akhirat serta mencakup pengetahuan orang-
orang terdahulu dan terkini.
Dan al-Syanqithi menerangkan bahwa mubarak berarti berkah yang banyak
dan kebaikan yang melimpah, karena di dalamnya terdapat banyak kebaikan
untuk di dunia dan di akhirat.
Adapun beberapa tanda-tanda kemuliaan al-Qur’an adalah karena al-Qur’an
adalah kalamullah, al-Qur’an sebagai kitab suci yang benar dan menyerukan
kepada kebenaran, al-Qur’an sebagai pemisah antara yang hak dan yang
batil, al-Qur’an merupakan cahaya dan petunjuk, al-Qur’an sebagai penerang
( Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
bagi segala kegelapan dan kesesatan, al-Qur’an sebagai rahmat yang besar dari
Allah swt, al-Quran sebagai pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang
beriman dan pemberi peringatan bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an merupakan
sumber kesembuhan untuk segala penyakit bagi orang yang beriman dan
patuh.
Salah satu contoh konkrit lain yaitu tentang harta yang akan mendapat
keberkahan adalah harta yang dibelanjakan pada jalan Allah, seperti sebutir biji
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji, Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Ia kehendaki. Banyak hadits Nabi saw yang
juga menjelaskan tentang balasan Allah swt terhadap belanja yang dikeluarkan
di jalan Allah.
Beberapa keberkahan, keutamaan lain bulan ramadhan antara lain adalah:
· Sebagai syahrushshobri, bulan latihan kesabaran
· Sebagai bulan pasaran ibadah, dilipatkan fahala amal kebaikan
· Adapun tentang keberkahan yang terdapat dalam pelaksanaan puasa itu
sendiri antara lain:
o Puasa sebagai ibadah untuk Allah dan Dia yang akan langsung
membalas ganjarannya (fashshaumu li wa ana ajzi bihi)
o Puasa sebagai latihan yang memiliki multi dimensi pendidikan: fisik,
mental dan spiritual yang menghasikan kesehatan jasmani, rohani
dan kesehatan sosial
o Menurut Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani:
Shaum syari’at menahan diri dari makanan, minuman, dan hubungan suami isteri di
siang hari, shaum tariqat adalah menahan seluruh anggota tubuh dari segala
perbuatan yang diharamkan dan sifat-sifat tercela, lahir dan batin, siang dan malam,
bila melakukan hal-hal tersebut maka batallah puasa tariqatnya. Shaum syari’at
mempunyai waktu tertentu, shaum tariqat selama hidup.
· Nabi bersabda: “Banyak orang yang berpuasa, hasilnya hanyalah lapar
dan dahaga.” Hadits lain: “Banyak yang berpuasa, tetapi berbuka.
Banyak yang berbuka, tetapi berpuasa.” Yaitu orang yang perutnya tidak
berpuasa, tetapi ia menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan terlarang
dan menyakiti orang lain.
· Hadits Rasul: “Bagi orang yang berpuasa akan mendapat dua
kebahagiaan yakni ketika berbuka dan ketika melihat Allah.” Pengertian
hadits im menurut syari’at ialah kebahagiaan yang pertama ketika
berbuka dengan memakan makanan di waktu maghrib, kedua ketika
) Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
melihat bulan di malam lebaran pertanda selesainya tugas puasa
Ramadlan.
Adapun pengertian menurut THARIQOT ialah kebahagiaan yang pertama
ketika masuk syurga menikmati kenikmatan syurga. Semoga Allah
memberikannya kepada kita. Kedua ru’yah yakni melihat Allah pada hari
kiamat dengan pandangan sirri secara nyata. Semoga kiya
mendapatkannya.
Adapun pengertian menurut HAKIKAT menjaga hati dari selain Allah dan
menjaga rasa agar tidak mencintai selain Allah. Hadist Qudsi: “al-insanu
sitrri wa ana sirruhu,” manusia adalah rahasiaku dan Aku rahasianya, sir ini
dari nur Allah, maka orang yang di tingkat ini tidak akan cenderung kepada
selain Allah. Tidak ada yang dicintai, diingini dan dicari selain Allah, di dunia
maupun di akhirat. Bila hati terjatuh pada mencintai selain Allah, maka
batallah shaum haqiqatnya, dan ia harus malakukan qadla dengan kembali
mencintai Allah dan menemuinya di dunia dan di akhirat.
Demikianlah multi keberkahan yang diberikan Allah swt kepada manusia di
dunia ini untuk kebahagiaan dan kemakmuran manusia itu sendiri baik
secara ekonomi maupun fahala dan ganjaran atau balasan yang berlipat
ganda baik secara duniawi maupun ukhrawi.
3. MAKNA PUASA
Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (‫)ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬ atau Ash Shaum
(‫)ﺍﻟﺼﻮﻡ‬. Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al imsaak (‫)ﺍﻹﻣﺴﺎﻙ‬ yaitu
menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada
Allah Ta’ala dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa
lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
4. HUKUM PUASA RAMADHAN
Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman Allah Ta’ala:















Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS. AlBaqoroh : 183)
Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima. Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ﻻ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺷﻬﺎﺩﺓ‬ :‫ﺧﻤﺲ‬ /‫ﻋ‬ ‫ﺳﻼﻡ‬ ِ
‫ﺍﻹ‬ 3
4
5ُ‫ﺑ‬
،‫ﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬
8
‫ﺪﺍ‬ ّ‫ﻣﺤﻤ‬
ّ
‫ﻭﺃﻥ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻟﻪ‬ِ‫ﺇ‬
‫ﺭﻣﻀﺎﻥ‬ ‫ﻭﺻﻮﻡ‬ ،
ّ
‫ﻭﺍﻟﺤﺞ‬ ،‫@ﺎﺓ‬
‫ﺰ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻳﺘﺎﺀ‬ِD‫ﻭ‬ ،‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ ‫ﻗﺎﻡ‬D‫ﻭ‬
“Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah,
menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR. Bukhari – Muslim).
5. KEUTAMAAN PUASA
1. Puasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Umamah Al Bahili:
‫ﻟﻪ‬ ‫ﻣﺜﻞ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﻓﺈﻧﻪ‬ ‫ﺎﻟﺼ"ﺎﻡ‬K ‫ﻋﻠ"ﻚ‬
“hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang tidak ada tandingannya”
(HR. Ahmad, An Nasa-i. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i)
2. Allah Ta’ala menyandarkan puasa kepada diri-Nya.
‫ﻪ‬K ‫ﺃﺟﺰﻱ‬ ‫ﻭﺃﻧﺎ‬ 3
O ‫ﻓﺈﻧﻪ‬ ،‫ﺍﻟﺼﻮﻡ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻟﻪ‬ ‫ﺁﺩﻡ‬: ‫ﺍﺑﻦ‬ ‫ﻋﻤﻞ‬ ‫@ﻞ‬ ‫ﻭﺟﻞ‬‫ﻋﺰ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬
“Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu bagi dirinya, kecuali puasa.
Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalas
pahalanya” (HR. Bukhari – Muslim).
3. Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran: sabar dalam melakukan ketaatan
kepada Allah, sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah dan sabar
terhadap takdir Allah atas rasa lapar dan kesulitan yang ia rasakan selama
puasa.
4. Puasa akan memberikan syafaat di hari kiamat.
‫ﺪ‬Q‫ﻟﻠﻌ‬ ‫ﺸﻔﻌﺎﻥ‬U ‫ﺁﻥ‬
‫ﻭﺍﻟﻘﺮ‬ ‫ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬
“Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat kelak di hari kiamat” (HR.
Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Al Haitsami mengatakan: “semua perawinya dijadikan
hujjah dalam Ash Shahih“).
5. Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan dan pahala yang besar.
! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Allah Ta’ala berfirman:































“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al Ahzab: 35)
5. Puasa adalah perisai dari api neraka.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ﻨﺔ‬ ُ
‫ﺟ‬ ‫ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬
“puasa adalah perisai” (HR. Bukhari – Muslim)
6. Puasa adalah sebab masuk ke dalam surga
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan. Tidak
ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa” (HR. Bukhari).
6. HIKMAH PUASA
1. Puasa adalah wasilah untuk mengokohkan ketaqwaan kepada Allah
2. Puasa membuat orang merasakan nikmat dari Allah Ta’ala
3. Mendidik manusia dalam mengendalikan keinginan dan sabar dalam
menahan diri
4. Puasa menahan laju godaan setan
5. Puasa menimbulkan rasa iba dan sayang kepada kaum miskin
6. Puasa membersihkan badan dari elemen-elemen yang tidak baik dan
membuat badan sehat
" Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
7. RUKUN PUASA
1. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
2. Menepati rentang waktu puasa
8. AWAL & AKHIR BULAN RAMADHAN
· Wajib menentukan awal bulan Ramadhan dengan ru’yatul hilal, bila hilal
tidak terlihat maka bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari. Para
ulama ijma akan hal ini, tidak ada khilaf di antara mereka.
· Para ulama mensyaratkan minimal satu orang yang melihat hilal untuk
bisa menetapkan terlihatnya hilal Ramadhan.
· Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Ramadhan sendirian, ulama
khilaf. Jumhur ulama mengatakan ia wajib berpuasa sendirian
berdasarkan ru’yah-nya. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Al Utsaimin.
Sebagian ulama berpendapat ia wajib berpuasa bersama jama’ah kaum
Muslimin. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Baz.
· Rukyah hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh negeri yang lain
(ittifaqul mathali’), ataukah setiap negeri mengikuti rukyah hilal masing-
masing di negerinya (ikhtilaful mathali’)? Para ulama khilaf dalam
masalah ini. Jumhur ulama berpendapat rukyah hilal suatu negeri
berlaku untuk seluruh negeri yang lain. Adapun Syafi’iyyah dan pendapat
sebagian salaf, setiap negeri mengikuti rukyah hilal masing-masing.
Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ash Shanani dan juga Ibnu Utsaimin.
· Wajib menentukan akhir bulan Ramadhan dengan ru’yatul hilal, bila hilal
tidak terlihat maka bulan Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari. Para
ulama ijma akan hal ini, tidak ada khilaf di antara mereka.
· Jumhur ulama mensyaratkan minimal dua orang yang melihat hilal untuk
bisa menetapkan terlihatnya hilal Syawal.
· Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Syawal sendirian, maka ia
wajib berbuka bersama jama’ah kaum Muslimin.
· Jika hilal Syawal terlihat pada siang hari, maka kaum Muslimin ketika itu
juga berbuka dan shalat Id, jika terjadi sebelum zawal (bergesernya mata
hari dari garis tegak lurus).
9. RENTANG WAKTU PUASA
Puasa dimulai ketika sudah terbit fajar shadiq atau fajar yang kedua. Allah
Ta’ala berfirman:
# Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
‫ﺍ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻦ‬
ُ
‫ﻭﻫ‬ ُ ِ
]‫ﺎ‬َK
َ
‫ﺎﻵﻥ‬
َ
‫ﻓ‬
ُ
‫ﻢ‬
`
a
b
‫ﻟ‬ َ4 ‫ﱠ‬
c
dَ‫ﺒ‬
َ
fَ‫ﻳ‬ ‫ﱠ‬g
5 َ
‫ﺣ‬
i
‫ﻮﺍ‬ُjَ ْ
]‫ﺍ‬ َ
‫ﻭ‬
i
‫ﻮﺍ‬
`
‫ﻠ‬
`
kَ
‫ﻭ‬ ْ
‫ﻢ‬
`
a
b
‫ﻟ‬ ُ l
m‫ﺍ‬ َ
‫ﺐ‬
َ
‫ﺘ‬
b
‫ﻛ‬‫ﺎ‬ َ‫ﻣ‬
i
‫ﻮﺍ‬
ُ
‫ﻐ‬
َ
‫ﺘ‬ْ‫ﺑ‬
q‫ﺮ‬ ْ
‫ﺠ‬
َ
‫ﻔ‬
i
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ ِ
‫ﺩ‬ َ
‫ﻮ‬ ْ
‫ﺳ‬
َ
‫ﺍﻷ‬ ِ
‫ﻂ‬ْ"
َ
‫ﺨ‬
i
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ ُ
‫ﺾ‬َ"ْ‫ﺑ‬
َ
‫ﺍﻷ‬
ُ
‫ﻂ‬ْ"
َ
‫ﺨ‬
i
‫ﺍﻟ‬
“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu,
dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”
(QS. Al Baqarah: 187).
Yang dimaksud dengan khaythul abyadh di sini adalah fajar shadiq atau fajar
kedua karena berwarna putih dan melintang di ufuk seperti benang. Adapun
fajar kadzib atau fajar pertama itu bentuknya seperti dzanabus sirhan (ekor
serigala). Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ﺍﻥ‬‫ﺮ‬‫ﻓﺠ‬ ‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬: ‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ ‫ﺤﻞ‬w ‫ﻓﻼ‬ ‫ﺣﺎﻥ‬x‫ﺍﻟ‬ ‫ﻛﺬﻧﺐ‬‫ﻜﻮﻥ‬w ‫ﺍﻟﺬﻱ‬ ‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬ ‫ﻓﺄﻣﺎ‬
‫ﺤﻞ‬w ‫ﻓﺈﻧﻪ‬ ‫ﺍﻷﻓﻖ‬ 3
4
} ‫ﻣﺴﺘﻄ"ﻼ‬ ‫ﺬﻫﺐ‬w ‫ﺍﻟﺬﻱ‬ ‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬ ‫ﻭﺃﻣﺎ‬ ،‫ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ‬ ‫ﺤﺮﻡ‬w ‫ﻭﻻ‬
‫ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ‬ ‫ﺤﺮﻡ‬w ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬
“Fajar itu ada dua: pertama, fajar yang bentuknya seperti ekor serigala, maka ini tidak
menghalalkan shalat (shubuh) dan tidak mengharamkan makan. Kedua, fajar yang
memanjang di ufuk, ia menghalalkan shalat (shubuh) dan mengharamkan makan (mulai
puasa)” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’).
Puasa berakhir ketika terbenam matahari. Allah Ta’ala berfirman:
ِ
‫ﻞ‬ْ"
l
‫ﺍﻟﻠ‬
b
Oِ‫ﺇ‬ َ‫ﺎﻡ‬َ" ‫ﱢ‬
‫ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻮﺍ‬ ‫ﱡ‬‫ﻤ‬ِ‫ﺗ‬
b
‫ﺃ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﺛ‬
“lalu sempurnakanlah puasa hingga malam” (QS. Al Baqarah: 187).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ﻓﻘﺪ‬ ،‫ﺍﻟﺸﻤﺲ‬ ‫ﺖ‬j…‫ﻭﻏ‬ ،‫ﻫﺎﻫﻨﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺍﻟﻨﻬﺎﺭ‬ ‫ﻭﺃﺩﺑﺮ‬ ‫ﻫﺎﻫﻨﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺍﻟﻠ"ﻞ‬ ‫ﻞ‬Q‫ﺃﻗ‬ ‫ﺇﺫﺍ‬
‫ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ‬ ‫ﺃﻓﻄﺮ‬
“jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan terbenam matahari, maka
orang yang berpuasa boleh berbuka” (HR. Bukhari – Muslim).
10. SYARAT SAH PUASA
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Muqim (tidak sedang safar)
$ Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
5. Suci dari haid dan nifas
6. Mampu berpuasa
7. Niat
11. SUNNAH-SUNNAH PUASA
1. Sunnah-sunnah terkait berbuka puasa
o Disunnahkan menyegerakan berbuka
o Berbuka puasa dengan beberapa butir ruthab (kurma segar), jika tidak
ada maka denganbeberapa butir tamr (kurma kering), jika tidak ada
maka dengan beberapa teguk air putih
o Berdoa ketika berbuka dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫ﷲ‬ ‫ﺷﺎﺀ‬ ‫ﺇﻥ‬‫ﺍﻷﺟﺮ‬ ‫ﻭﺛˆﺖ‬ ‫ﺍﻟﻌﺮﻭﻕ‬ ‫ﻭﺍﺑﺘﻠﺖ‬ ‫ﺍﻟﻈﻤﺄ‬ ‫ﺫﻫﺐ‬
“telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan, dan telah diraih
pahala, insya Allah” (HR. Abu Daud, An Nasa-i, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abi Daud)
2. Sunnah-sunnah terkait makan sahur
· Makan sahur hukumnya sunnah muakkadah. Dianggap sudah makan
sahur jika makan atau minum di waktu sahar, walaupun hanya sedikit.
Dan di dalam makanan sahur itu terdapat keberkahan
· Disunnahkan mengakhirkan makan sahur mendekati waktu terbitnya
fajar, pada waktu yang tidak dikhawatirkan datangnya waktu fajar ketika
masih makan sahur.
· Disunnahkan makan sahur dengan tamr (kurma kering).
3. Orang yang berpuasa wajib meninggalkan semua perbuatan yang
diharamkan agama dan dianjurkan untuk memperbanyak melakukan
ketaatan seperti: bersedekah, membaca Al Qur’an, shalat sunnah, berdzikir,
membantu orang lain, i’tikaf, menuntut ilmu agama, dll
4. Membaca Al Qur’an adalah amalan yang lebih dianjurkan untuk
diperbanyak di bulan Ramadhan. Bahkan sebagian salaf tidak mengajarkan
ilmu di bulan Ramadhan agar bisa fokus memperbanyak membaca Al
Qur’an dan mentadabburinya.
% Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
12. ORANG-ORANG YANG DIPERBOLEHKAN TIDAK BERPUASA
1. Orang sakit yang bisa membahayakan dirinya jika berpuasa.
· Jumhur ulama mengatakan bahwa orang sakit yang boleh meninggalkan
puasa adalah yang jika berpuasa itu dikhawatirkan akan menimbulkan
gangguan serius pada kesehatannya.
· Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak ada
pengaruhnya sama sekali atau pengaruhnya kecil, seperti pilek, sakit
kepala, maka ulama empat madzhab sepakat orang yang demikian wajib
tetap berpuasa dan tidak boleh meninggalkan puasa.
· Terkait adanya kewajiban qadha atau tidak, orang sakit dibagi menjadi 2
macam:
§ Orang yang sakitnya diperkirakan masih bisa sembuh, maka wajib
meng-qadha ketika sudah mampu untuk menjalankan puasa. Ulama
ijma akan hal ini.
§ Orang yang sakitnya diperkirakan tidak bisa sembuh, maka
membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang
ditinggalkan. Diqiyaskan dengan keadaan orang yang sudah tua renta
tidak mampu lagi berpuasa. Ini disepakati oleh madzhab fikih yang
empat.
2. Musafir.
· Orang yang bersafar boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik
perjalanannya sulit dan berat jika dilakukan dengan berpuasa, maupun
perjalanannya ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa.
· Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di tempat tujuan
safarnya lebih dari 4 hari, maka tidak boleh meninggalkan puasa sejak ia
sampai di tempat tujuannya.
· Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya ringan dan tidak
berat jika dilakukan dengan berpuasa, semisal menggunakan pesawat
atau kendaraan yang sangat nyaman, apakah lebih utama berpuasa
ataukah tidak berpuasa. Yang lebih kuat, dan ini adalah pendapat
jumhur ulama, lebih utama tetap berpuasa.
· Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti pilot, supir bus,
supir truk, masinis, dan semacamnya, dibolehkan untuk tidak berpuasa
selama bersafar, selama itu memiliki tempat tinggal untuk pulang dan
menetap. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al
Utsaimin.
3. Orang yang sudah tua renta
· Orang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk berpuasa
dibolehkan untuk tidak berpuasa Ramadhan. Ulama ijma akan hal ini.
& Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
· Wajib bagi mereka untuk membayar fidyah kepada satu orang miskin
untuk setiap hari yang ditinggalkan.
4. Wanita hamil dan menyusui
· Wanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan puasa
Ramadhan, baik karena ia khawatir terhadap kesehatan dirinya maupun
khawatir terhadap kesehatan si bayi.
· Ulama berbeda pendapat mengenai apa kewajiban wanita hamil dan
menyusui ketika meninggalkan puasa.
§ Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup membayar fidyah
tanpa qadha, ini dikuatkan oleh Syaikh Al Albani.
§ Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup meng-qadha tanpa
fidyah, ini dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin,
Syaikh Shalih Al Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat
Hanafiyah dan Malikiyah.
§ Sebagian ulama madzhab juga berpendapat bagi mereka qadha dan
fidyah jika meninggalkan puasa karena khawatir akan kesehatan si
bayi.
1. Yang lebih rajih –insya Allah– adalah pendapat kedua, bagi mereka
wajib qadha saja tanpa fidyah.
5. Orang yang memiliki sebab-sebab yang membolehkan tidak berpuasa,
diantaranya:
1. Orang yang pekerjaannya terasa berat. Orang yang demikian tetap wajib
meniatkan diri berpuasa dan wajib berpuasa. Namun ketika tengah hari
bekerja lalu terasa sangat berat hingga dikhawatirkan dapat
membahayakan dirinya, boleh membatalkan puasa ketika itu, dan wajib
meng-qadha-nya di luar Ramadhan.
2. Orang yang sangat kelaparan dan kehausan sehingga bisa membuatnya
binasa. Orang yang demikian wajib berbuka dan meng-qadha-nya di hari
lain.
3. Orang yang dipaksa untuk berbuka atau dimasukan makanan dan
minuman secara paksa ke mulutnya. Orang yang
demikian boleh berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain dan ia tidak
berdosa karenanya.
4. Mujahid fi sabilillah yang sedang berperang di medan perang.
Dibolehkan bagi mereka untuk meninggalkan berpuasa. Berdasarkan
hadits:
،‫ﻢ‬a‫ﻟ‬ ‫ﺃﻗﻮﻯ‬‫ﻭﺍﻟﻔﻄﺮ‬ ،‫ﻋﺪﻭ@ﻢ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺩﻧﻮﺗﻢ‬ ‫ﻗﺪ‬ ‫ﺇﻧŠﻢ‬
‫ﺭﺧﺼﺔ‬ ‫ﻓŠﺎﻧﺖ‬
' Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
“sesungguhnya musuh kalian telah mendekati kalian, maka berbuka itu lebih
menguatkan kalian, dan hal itu merupakan rukhshah” (HR. Muslim).
13. PEMBATAL-PEMBATAL PUASA
1. Makan dan minum dengan sengaja
2. Keluar mani dengan sengaja
3. Muntah dengan sengaja
4. Keluarnya darah haid dan nifas
5. Menjadi gila atau pingsan
6. Riddah (murtad)
7. Berniat untuk berbuka
8. Merokok
9. Jima (bersenggama) di tengah hari puasa. Selain membatalkan puasa dan
wajib meng-qadha puasa, juga diwajibkan menunaikan kafarah
membebaskan seorang budak, jika tidak ada maka puasa dua bulan
berturut-turut, jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin.
10.Hijamah (bekam) diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau
tidak. Pendapat jumhur ulama, hijamah tidak membatalkan puasa.
Sedangkan pendapat Hanabilah bekam dapat membatalkan puasa.
Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz dan Ibnu Al
Utsaimin.
11.Masalah donor darah merupakan turunan dari masalah bekam. Maka donor
darah tidak membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat jumhur
ulama, dan bisa membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat
Hanabilah.
12.Inhaler dan sejenisnya berupa aroma yang dimasukan melalui hidung,
diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau tidak. Pendapat
jumhur ulama ia dapat membatalkan puasa, sedangkan sebagian ulama
Syafi’iyyah dan Malikiyyah mengatakan tidak membatalkan. Pendapat
kedua ini juga dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah.
14. YANG DIMAKRUHKAN DALAM BERPUASA
1. Terlalu dalam dan berlebihan dalam berkumur-kumur dan istinsyaq
(menghirup air ke hidung)
2. Puasa wishal, yaitu menyambung puasa selama dua hari tanpa diselingi
makan atau minum sama sekali.
3. Menyicipi makanan tanpa ada kebutuhan, walaupun tidak masuk ke
kerongkongan
( Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
4. Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang tidak mampu
mengendalikan birahinya
5. Bermalas-malasan dan terlalu banyak tidur tanpa ada kebutuhan
6. Berlebihan dan menghabiskan waktu dalam perkara mubah yang tidak
bermanfaat .
II. PEMAHAMAN TENTANG BERBUKA / TA’JIL
Ta’jil atau makanan ringan saat buka puasa, selalu tersedia di rumah, di tempat
perbelanjaan, bahkan di Masjid dan Mushola. Makanan ringan pembuka puasa
ini, banyak macam dan ragamnya. Sesuai dengan ke khasan daerah tersebut.
Lewat tajil pula, orang berlomba-lomba menyediakannya sebagai bentuk
amalan di bulan puasa.
“Tajil, dari makna kata ajala, tajilu yang artinya menyegerakan berbuka,
menjadi tradisi masyarakat Indonesia,” terang Ketua Yayasan Masjid Agung
Brebes (MAB) Drs KH Rosjidi.
Yang mendasari Tajil, urai Kiai Rosjidi, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad
SWT yang artinya siapa yang memberi makanan untuk buka puasa, maka
pahalanya sama seperti orang yang berbuka puasa itu. Sehingga orang yang
mengerti akan berlomba-lomba menyediakan tajil baik di Masjid, Mushola dan
tempat-tempat umum lainnya.
Setiap kita tidak mengerti kualitas puasa orang lain. Bahkan kita sendiri tidak
tahu kalau ada orang lain mengaku berpuasa padahal hanya pengakuan dusta.
Karena, ibadah puasa lebih dimengerti oleh pihak yang bersangkutan. Namun
demikian, agama menganjurkan mereka yang sedang berpuasa untuk berbagi
makanan atau minuman kepada sesamanya.
Syekh Said Muhammad Ba’asyin dalam Busyrol Karim mengatakan sebagai
berikut :
Orang yang berpuasa disunahkan berbagi sesuatu dengan orang lain untuk
buka puasanya meskipun hanya sebutir kurma atau seteguk air. Kalau dengan
makan malam, tentu lebih utama berdasar pada hadits Rasulullah SAW.
Beliau bersabda, “Siapa yang membatalkan puasa orang lain, maka ia
mendapatkan pahala puasa tanpa mengurangi pahala puasa orang yang
bersangkutan.”
III. SHALAT TARAWIH
Sayyidah Aisyah r.a, menerangkan bahwa Rasulullah s.a.w, melaksanakan
shalat malam termasuk di dalamnya shalat tarawih dengan sebelas rakaat;
!) Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
delapan rakaat tarawih atau tahajud dan tiga rakaat witir.
Riwayat aisyah r.a, yang kedua menyebutkan bahwa Nabi melaksanakan shalat
malam tiga belas rakaat; delapan rakaat tarawih atau tahajjud dan lima rakaat
witir. Dari kedua riwayat tersebut dapat diambil suatu pemahaman, bahwa
jumlah rakaat shalat malam atau shalat tarawih tidak harus sebelas rakaat, bisa
juga lebih misalnya tiga belas rakaat, seperti disebutkan dalam riwayat Aisyah
r.a, yang kedua.
Dengan demikian yang dimaksud dari riwayat Aisyah r.a, yang menyebutkan
bahwa Nabi s.a.w, tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas rakaat, baik
dalam bulan Ramadhan atau bulan-bulan lain, tidak berarti tidak boleh lebih ari
sebelas rakaat.
Apabila dikompromikan dengan riwayat-riwayat lain seperti riwayat Ibnu Umar
r.a, yang menyebutkan bahwa shalat malam itu dua rakaat - dua rakaat tanpa
menyebutkan jumlahnya, hanya kalau khawatir masuk shubuh segera
melaksanakan witir satu rakaat, menunjukkan bahwa jumlah rakaat shalat
tarawih atau shalat malam tidak harus sebelas, tetapi boleh lebih dari jumlah
tersebut. Apalghi kalau dipadukan dengan kenyataan yang dilakukan para
sahabat Nabi dan para tabi'in, mereka mengerjakan shalat tarawih dengan 20
rakaat , tiga witir dan ada pula yang mengerjakan sampai 36 rakaat dan 40
rakaat.
Berkata Yazid bin Ruman: "Di zaman Umar bin Khattab, orang-orang
melaksanakan shalat malam di bulan ramadhan (shalat tarawih) dengan 23
rakaat " (H.R. Imam Muslim). Ibnu Abbas melaksanakan shalat malam di bulan
Ramadhan 20 rakaat dan witir, dengan tidak berjamaah. (H.R. Baihaqy).
Berkata Atho':"Aku jumpai mereka (para sahabat) mengerjakan shalat pada
(malam-malam) Ramadhan 23 rakaat dan 3 witir". (H.R. Muhammad bin
Nashir).
Berkata Daud bin Qais: "Aku jumpai orang-orang di zaman Abas bin Utsman bin
Abdul Aziz (di Madinah), mereka shalat 36 rakaat dan mereka bershalat witir 3
rakaat ". (H.R. Muhammad bin Nashir).
Imam Malik menjelaskan: "Perkara shalat (tarawih) di antara kami (di
Madinah) dengan 39 rakaat , dan di Makkah 23 rakaat tidak ada suatu
kesulitanpun (tidak ada masalah) dalam hal itu". Al- Tirmidzi menjelakan:
"sebanyak-banyak (rakaat) yang diriwayatkan, bahwa Imam Malik shalat 41
rakaat dengan witir". (Bidayatul Hidayah, Ibn Rusyd, hal.152. bandingkan
dengan A. Hasan, Pengajaran Shalat, hal. 290-192).
Pada masa Umar Ibn Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thallib r.a,
shalat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat dan 3 rakaat untuk shalat witir.
! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Para ulama Jumhur (mayoritas) juga menetapkan jumlah shalat tarawih seperti
itu, demikian juga al-Tsauri, Ibn al-Mubarok dan al-Syafi'i. Imam Malik
memetapkam bilangan shalat tarawih sebanyak 36 rakaat dan 3 rakaat untuk
shalat witir. Ibnu Hubban menjelaskan, bahwa shalat tarawih pada mulanya
adalah sebelas rakaat. Para ulama salaf mengerjakan shalat itu dengan
memanjangkan bacaan, kemudian dirasakan berat, lalu mereka meringankan
bacaannya dengan menambah rakaat menjadi 20 rakaat, tidak termasuk witir.
Ada lagi yang lebih meringankan bacaannya sedangkan rakaatnya ditetapkan
menjadi 36 rakaat, selain witir". (Hasby As-Shiddiqy, Pedoman Shalat, hal. 536-
537).
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Malik dari Abdurrahman bin Abd
Qadri:
ِ
‫ﺎﺏ‬
‫ﱠ‬
‫ﻄ‬
َ
‫ﺨ‬
o
‫ﺍﻟ‬ p
‫ﻦ‬
ْ
4 َ
r َ‫ﻤ‬
ُ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻊ‬ َ‫ﻣ‬
ُ
‫ﺖ‬
ْ
‫ﺟ‬َ
‫ﺮ‬
َ
‫ﺧ‬ َ‫ﺎﻝ‬
َ
‫ﻗ‬
ُ
‫ﻪ‬
‫ﱠ‬
‫ﻧ‬
t
‫ﺍ‬ ‫ﻱ‬p
‫ﺎﺭ‬
َ
‫ﻘ‬
o
‫ﺍﻟ‬ ِ
‫ﺪ‬ْ9
َ
‫ﻋ‬ p
‫ﻦ‬
ْ
‫ﺑ‬ p
‫ﻦ‬ َ‫ﻤ‬
ْ
‫ﺣ‬‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮ‬ ِ
‫ﺪ‬ْ9
َ
‫ﻋ‬
ْ
‫ﻦ‬
َ
‫ﻋ‬
ُ
‫ﻪ‬
ْ
‫ﻨ‬
َ
‫ﻋ‬
ُ
‫ﷲ‬ َ
N ِ
O
u َ
‫ﺭ‬
َ
‫ﻥ‬ ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻗ‬ ‫ﱢ‬
‫ﺮ‬
َ
‫ﻔ‬
َ
‫ﺘ‬ ُ‫ﻣ‬
َ
‫ﺍﻉ‬
َ
‫ﺯ‬ ْ
‫ﻭ‬
t
‫ﺍ‬ ُ
‫ﺎﺱ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺍ‬
َ
‫ﺫ‬ِ‫ﺎ‬
َ
‫ﻓ‬ ِ
‫ﺪ‬ ِ
‫ﺠ‬ ْ
‫ﺴ‬ َ‫ﻤ‬
o
‫ﺍﻟ‬
t
jِ‫ﺍ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ
‫ﻀ‬ َ‫ﻣ‬ َ
‫ﺭ‬ ِ
O
P
ً
‫ﺔ‬
t
‫ﻠ‬ْ1
t
‫ﻟ‬
ُ
‫ﺮ‬ َ‫ﻤ‬
ُ
‫ﻋ‬ َ‫ﺎﻝ‬
َ
‫ﻘ‬
َ
‫ﻓ‬
ُ
‫ﻂ‬
ْ
‫ﻫ‬ ‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮ‬ ِ‫ﻪ‬ِ‫ﺗ‬
َ
z َ
‫ﺼ‬ِ( N
{
V َ
‫ﺼ‬ُ1
َ
‫ﻓ‬ ُ‫ﻞ‬
ُ
‫ﺟ‬‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮ‬ N
{
V َ
‫ﺼ‬
ُ
| َ
‫ﻭ‬ ِ
‫ﻪ‬ ِ
‫ﺴ‬
ْ
‫ﻔ‬
َ
‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ُ‫ﻞ‬
ُ
‫ﺟ‬‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮ‬ N
{
V َ
‫ﺼ‬
ُ
8
ْ‫ﻣ‬
t
‫ﺍ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
t
}
t
‫ﻟ‬ ٍ
‫ﺪ‬ ِ
‫ﺍﺣ‬ َ
‫ﻭ‬ ~
‫ﺉ‬p
‫ﺎﺭ‬
َ
‫ﻗ‬
t
V
َ
‫ﻋ‬ ِ
‫ﺀ‬
َ
€
ُ
‫ﺆ‬
َ
‫ﻫ‬
ُ
‫ﺖ‬ ْ‫ﻌ‬ َ‫ﻤ‬
َ
‫ﺟ‬ ْ
‫ﻮ‬
t
‫ﻟ‬ ‫ﻯ‬ َ
‫ﺭ‬
t
‫ﺍ‬ N
‫ﱢ‬O
Rِ‫ﺍ‬
ْ
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬ َ‫ﻌ‬ َ‫ﻤ‬
َ
‫ﺠ‬
َ
‫ﻓ‬ َ
‫ﻡ‬
َ
‫ﺰ‬
َ
‫ﻋ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﺛ‬ َ‫ﻞ‬
َ
‫ﺜ‬
ِ‫ﺓ‬
َ
z َ
‫ﺼ‬ِ(
َ
‫ﻥ‬ ْ
‫ﻮ‬
ƒ
‫ﻠ‬ َ
‫ﺼ‬
ُ
8 ُ
‫ﺎﺱ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﻨ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﻯ‬ َ
‫ﺮ‬
ْ
‫ﺧ‬
„
‫ﺍ‬
ً
‫ﺔ‬
t
‫ﻠ‬ْ1
t
‫ﻟ‬
ُ
‫ﻪ‬ َ‫ﻌ‬ َ‫ﻣ‬
ُ
‫ﺖ‬
ْ
‫ﺟ‬َ
‫ﺮ‬
َ
‫ﺧ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﺛ‬ ٍ
‫ﺐ‬ ْ‫ﻌ‬
t
‫ﻛ‬ p
‫ﻦ‬
ْ
‫ﺑ‬ ‫ﱢ‬
N
َ
Y
R
„
‫ﺍ‬
t
V
َ
‫ﻋ‬
.
ُ
‫ﺔ‬
َ
‫ﻋ‬
ْ
‫ﺪ‬ِ9
o
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻢ‬ ْ‫ﻌ‬ِ‫ﻧ‬ ُ
‫ﺮ‬ َ‫ﻤ‬
ُ
‫ﻋ‬ َ‫ﺎﻝ‬
َ
‫ﻗ‬ ْ
‫ﻢ‬ ِ‫ﻬ‬ِ‫ﺋ‬p
‫ﺎﺭ‬
َ
‫ﻗ‬
..
"Abdurrahman bin Abd al-Qadri menceritakan padaku, "aku keluar bersama Umar pada
suatu malam di bulan RAmadhan, di masjid Beliau menjumpai banyak orang dalam
beberapa kelompok; ada yang sedang melaksanakan shalat sendirian dan ada yang diikuti
beberapa orang. Melihat hal itu Umar barkata: "aku berfikir lebih baik aku mengumpulkam
mereka dengan satu orang Imam. Setelah itu Beliau memerintahkan Ubay bin Ka'ab r.a,
supaya menjadi imam bagi mereka. Pada malam berikutnya aku keluar bersama Umar lagi
dan ia melihat orang-orang melaksanakan shalat dengan cara berjama'ah dengan imam
Ubay bin Ka'ab r.a, (memperhatikan kegiatan shalat itu), Umar berkata: "inilah sebaik-baik
bid'ah". (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari:1817 dan Malik:231).
Memperhatikan uraian di atas menurut hemat penulis, shalat Tarawih bisa
dilakukandengan jumlah rakaat sebagai berikut:1. Sebelas rakaat, delapan
rakaat Tarawih dan tiga rakaat witir, atau sepuluh rakaat Tarawih dan satu
raakaat Witir.2. Dua puluh rakaat Tarawih dengan tiga rakaat Witir.3. Dan tiga
puluh enam Tarawih dan tiga rakaat witir.Dari ketiga jumlah di atas, kita boleh
memilih satunya sesuai sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita masing-
masing, tanpa memaksakan diri atau memberatkan.
adapun do'a Shalat Tarawih :
!! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
َ
‫ﺣ‬ ِ‫ﺓ‬
َ
z ‫ﱠ‬
‫ﻠﺼ‬ِ‫ﻟ‬ َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻦ‬ِ‫ﻳ‬
ّ
‫ﺩ‬
َ
‫ﺆ‬ ُ‫ﻣ‬ p
‫ﺾ‬ِ‫ﺋ‬َ
‫ﺮ‬
َ
‫ﻔ‬
o
‫ﻠ‬ِ‫ﻟ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆِ‫ﻠ‬ ِ
‫ﺎﻣ‬
t
D ِ
‫ﺎﻥ‬ َ‫ﻤ‬
ْ
8 ِ
ْ
‫ﺎﻹ‬ِ( ْ‫ﻞ‬ َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺍﺟ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
‰
‫ﻟﻠ‬
t
‫ﺃ‬
َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﻈ‬ ِ‫ﺎﻓ‬
َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﻜ‬ ِ
‫ﺴ‬
‫ﱠ‬
‹ ُ‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬
َ
‫ﺪ‬
ُ
‫ﻬ‬
o
‫ﺎﻟ‬ِ4 َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﺍﺟ‬ َ
‫ﺭ‬
َ
‫ﻙ‬ p
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻔ‬ َ‫ﻌ‬ِ‫ﻟ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆِ‫ﺒ‬ِ‫ﺎﻟ‬
َ
‫ﻃ‬
َ
‫ﻙ‬
َ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻨ‬ ِ
‫ﺎﻋ‬ َ‫ﻤ‬ِ‫ﻟ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆِ‫ﻠ‬ ِ
‫ﺎﻋ‬
َ
‫ﻓ‬ ِ‫ﺎﺓ‬
t
Ž
‫ﱠ‬
‫ﻠﺰ‬ِ‫ﻟ‬ َ
‫ﻭ‬
ِ
‫ﺎﺀ‬
َ
‫ﻀ‬
َ
‫ﻘ‬
o
‫ﺎﻟ‬ِ4 َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆِ‫ﺒ‬ ِ
‫ﺍﻏ‬ َ
‫ﺭ‬ ِ‫ﺓ‬ َ
‫ﺮ‬ ِ
‫ﺧ‬
ْ
‫ﺍﻵ‬ ِ
O
P َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻦ‬
ْ
‫ﻳ‬ ِ
‫ﺪ‬ ِ
‫ﺍﻫ‬
َ
‫ﺯ‬ ‫ﺎ‬َ1
ْ
‫ﻧ‬
‫ﱡ‬
‫ﺍﻟﺪ‬ ِ
O
P َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﺿ‬p
‫ﺮ‬ ْ‫ﻌ‬ ُ‫ﻣ‬ p
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻐ‬
‰
‫ﺍﻟﻠ‬ p
‫ﻦ‬
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻭ‬
ْ
|p
r ِ
M‫ﺎ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺸ‬ ِ‫ﺎﺀ‬ َ‫ﻤ‬ ْ‫ﻌ‬
‫ﱠ‬
‫ﻠﻨ‬ِ‫ﻟ‬ َ
‫ﻭ‬ p
O ْ
F
ˆ ِ
‫ﺍﺿ‬ َ
‫ﺭ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬ ِ
‫ﺪ‬‫ﱢ‬1 َ
‫ﺳ‬ ِ‫ﺍﺀ‬ َ
‫ﻮ‬ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺖ‬
ْ
‫ﺤ‬
َ
‫ﺗ‬ َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻦ‬
ْ
|p
rِ‫ﺎﺑ‬ َ
‫ﺻ‬ ِ
‫ﺀ‬
َ
zَ9
o
‫ﺍﻟ‬
t
V
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻦ‬
َ
‫ﻦ‬
ْ
‫ﻳ‬ ِ‫ﺩ‬p
‫ﺍﺭ‬ َ
‫ﻭ‬ p
‫ﺽ‬ ْ
‫ﻮ‬
َ
‫ﺤ‬
o
‫ﺍﻟ‬
t
jِ‫ﺍ‬ َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻦ‬
ْ
|p
rِ‫ﺎﺋ‬ َ
‫ﺳ‬ ِ‫ﺔ‬ َ‫ﺎﻣ‬َ1 ِ
‫ﻘ‬
o
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻡ‬ ْ
‫ﻮ‬
َ
‫ﻳ‬ َ
‫ﻢ‬
‰
‫ﻠ‬ َ
‫ﺳ‬ َ
‫ﻭ‬ ِ‫ﻪ‬ْ1
t
‫ﻠ‬
َ
‫ﻋ‬
ُ
‫ﷲ‬
‰
V َ
‫ﺻ‬ ٍ
‫ﺪ‬ ‫ﱠ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬ ُ‫ﻣ‬
ِ
‫ﺎﻋ‬
َ
‫ﻗ‬ ِ‫ﺔ‬ َ‫ﻣ‬ َ
‫ﺮ‬
t
”
o
‫ﺍﻟ‬ p‫ﺮ‬
ْ
|p
َ
•
t
V
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﺎﺟ‬
َ
‫ﻧ‬ p
‫ﺎﺭ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﻨ‬
َ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆِ‫ﻠ‬ ِ
‫ﺍﺧ‬
َ
‫ﺩ‬ ِ‫ﺔ‬
‫ﱠ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﺠ‬
o
‫ﺍﻟ‬ ِ
O
P َ
‫ﻭ‬
ْ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻦ‬
ْ
‫ﻳ‬ ِ
‫ﺪ‬
ِ
‫ﺎﻡ‬ َ‫ﻌ‬
َ
‫ﻃ‬
t
jِ‫ﺍ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﺴ‬ِ–
t
‫ﻠ‬
َ
‫ﺘ‬ ُ‫ﻣ‬ ~
‫ﺎﺝ‬َ9
ْ
‫ﻳ‬ ِ‫ﺩ‬ َ
‫ﻭ‬ ٍ
‫ﻕ‬َ ْ
Y
G
َ
‫ﺘ‬ ْ
‫ﺍﺳ‬ َ
‫ﻭ‬ ~
‫ﺱ‬
ُ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻨ‬ ُ
‫ﺳ‬
ْ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﺟ‬ ‫ﱢ‬
‫ﻭ‬
َO َ.
G ُ‫ﻣ‬ ~
O ْ
F
ˆ ِ‫ﻋ‬p
‫ﺭ‬ ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﺣ‬
~
‫ﺱ‬
o
‫ﺄ‬
t
Žَ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻖ‬
ْ
|p
‫ﺎﺭ‬
َ
(
t
‫ﺃ‬ َ
‫ﻭ‬ ٍ
‫ﺍﺏ‬ َ
‫ﻮ‬
o
M
t
‫ﺄ‬ِ( َO ْ
F
ˆِ4p
‫ﺎﺭ‬
َ
‫ﺷ‬ p
O ْ
F
ˆ
‫ﱠ‬
‫ﻔ‬ َ
‫ﺼ‬ ُ‫ﻣ‬ ٍ
‫ﻞ‬ َ
‫ﺴ‬
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻭ‬ ~
O َ
Y
ˆ
t
‫ﻟ‬
ْ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆِ‫ﻠ‬ِŽ‫ﺁ‬ ِ
‫ﺔ‬
‫ﱠ‬
‫ﻨ‬
َ
‫ﺠ‬
o
‫ﺍﻟ‬
ْ‫ﻤ‬ َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﻧ‬
t
‫ﺍ‬
َ
‫ﻦ‬
ْ
‫ﻳ‬ ِ
‫ﺬ‬
‰
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻊ‬ َ‫ﻣ‬ ~
O ْ
F
ˆ ِ
‫ﻌ‬ َ‫ﻣ‬
ْ
‫ﻦ‬ َ‫ﻣ‬
َ
‫ﻭ‬ ِ
‫ﺍﺀ‬
َ
‫ﺪ‬
َ
‫ﻬ‬
‫ﱡ‬
‫ﺍﻟﺸ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆ ِ‫ﻗ‬
‫ﱢ‬
‫ﺪ‬ ‫ﱢ‬
‫ﺍﻟﺼ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆِ‫ﻴ‬ِš
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﻨ‬ p
‫ﻦ‬ َ‫ﻣ‬ ْ
‫ﻢ‬ ِ‫ﻬ‬ْ‫ﻴ‬
t
‫ﻠ‬
َ
‫ﻋ‬
َ
‫ﺖ‬
‫ﺎ‬ ›‫ﻤ‬ْ1ِ‫ﻠ‬
َ
‫ﻋ‬ ِ
œ‫ﺎ‬ِ(
َO

t
Mَ
‫ﻭ‬ ِ‫ﷲ‬
َ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ ُ‫ﻞ‬
ْ
‫ﻀ‬
َ
‫ﻔ‬
o
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻚ‬ِ‫ﻟ‬
َ
‫ﺫ‬ ‫ﺎ‬
›
‫ﻘ‬ْ1 ِ‫ﻓ‬ َ
‫ﺭ‬
َ
‫ﻚ‬ِ‫ﺌ‬
t
‫ﻭﻟ‬
„
‫ﺃ‬
َ
‫ﻦ‬ ُ
‫ﺴ‬
َ
‫ﺣ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﺤ‬ِ‫ﺎﻟ‬ ‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺼ‬
ِ‫ﺍﺀ‬
َ
‫ﺪ‬ َ‫ﻌ‬ ‫ﱡ‬
‫ﺍﻟﺴ‬
َ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ ِ
‫ﺔ‬
t
Mَ
‫ﺎﺭ‬َ9 ُ‫ﻤ‬
o
‫ﺍﻟ‬ ِ‫ﺔ‬
َ
‫ﻔ‬
ْ
|p
‫ﱠ‬Ÿ
 ‫ﺍﻟ‬ ِ
‫ﺔ‬
t
‫ﻠ‬ْ1
‰
‫ﺍﻟﻠ‬ ِ‫ﻩ‬ ِ
‫ﺬ‬
َ
‫ﻫ‬ ِ
O
P ْ‫ﻞ‬ َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺍﺟ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
‰
‫ﻟﻠ‬
t
‫ﺍ‬
َ
€ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆِ‫ﻟ‬ ْ
‫ﻮ‬ُ‫ﺒ‬
ْ
‫ﻘ‬ َ‫ﻤ‬
o
‫ﺍﻟ‬
t
V
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻭ‬ ٍ
‫ﺪ‬ ‫ﱠ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬ ُ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬ ِ
‫ﺪ‬‫ﱢ‬1 َ
‫ﺳ‬
t
V
َ
‫ﻋ‬ ُ‫ﷲ‬
‰
V َ
‫ﺻ‬ َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻦ‬
ْ
‫ﻳ‬ ِ‫ﺩ‬ ْ
‫ﻭ‬
ُ
‫ﺩ‬ ْ
‫ﺮ‬ َ‫ﻤ‬
o
‫ﺍﻟ‬ ‫ﺀ‬ِ‫ﺎ‬َ1 ِ
‫ﺷﻘ‬
ْ َ
‫ﻷ‬
o
‫ﺍ‬
َ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬
o
‫ﻠ‬ َ‫ﻌ‬
ْ
‫ﺠ‬
َ
‫ﺗ‬
َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﻤ‬
t
‫ﺎﻟ‬ َ‫ﻌ‬
o
‫ﺍﻟ‬
‫ﱢ‬
‫ﺏ‬ َ
‫ﺭ‬ ِ ِ
¢
ُ
‫ﺪ‬ ْ‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
o
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻭ‬ َO ْ
F
ˆ ِ
‫ﻌ‬ َ‫ﻤ‬
ْ
‫ﺟ‬
t
‫ﺃ‬ ِ
‫ﻪ‬ِ(‫ﺎ‬
َ
‫ﺤ‬ ْ
‫ﺻ‬
t
‫ﺍ‬ َ
‫ﻭ‬ ِ‫ﻪ‬ِ‫ﺁﻟ‬
"Wahai Allah, jadikanlah kami orang-orang yang imannya sempurna, dapat menunaikan segala
fardhu, memelihara shalat, menegeluarkan zakat, mencari kebaikan di sisi-Mu, senantiasa
memegang teguh petunjuk-petunjukMu, terhindar dari segala penyelewengan-penyelewengan,
zuhud akan harta benda, mencintai amal untuk bekal di akhirat, tabah menerima ketetapanMu,
mensyukuri segala nikmatMu, tabah dalam menghadapi cobaan,dan semoga nanti pada hari kiamat
kami dalam satu barisan dibawah panji-panji Nabi Muhammad s.a.w, dan sampai pada telaga yang
sejuk, masuk dalam surge, selamat dari api neraka, dan duduk di atas permadani yang indah
bersama para bidadari, berpakaian sutra, menikmati makanan surge, meminum susu dan madu
yang murni dengan gelas, ceret dan sloki (yang diambil ) dari air yang mengalir bersama orang-
orang yang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka dari golongan para Nabi, orang-orang jujur,
para shuhada dan orang-orang yang shalih. Merekalah teman yang terbaik. Demikianlah karunia
Allah s.w.t, dan cukuplah Allah yang mengetahui. Wahai Allah, jadikanlah kami pada malam yang
mulia dan penuh berkah ini menjadi orang yang berbahagia dan diterima (amal ibadahnya). Dan
janganlah Engkau jadikan kami sebagaian dari orang-orang yang sengsara dan ditolak (amal
ibadahnya). Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada NAbi
besar Muhammad s.a.w, beserta keluarga dan segenap sahabatnya. Segala puji milik Allah, Tuhan
seru sekalian alam".
IV. SHALAT WITIR
Terkadang beberapa orang yang pagi hari hingga sore bekerja, agak payah
sehingga walaupun terkadang hanya dilakukan sebanyak tiga rakaat, rasanya
masih agak berat.
Lalu, berapa sebenarnya bilangan shalat witir? Bolehkah jika hanya melakukan
satu rakaat? Bukankah satu juga termasuk bilangan ganjil (witir)?
!" Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Imam Malik mengatakan bahwa
shalat witir harus didahului dengan shalat ganjil, yakni minimal dua rakaat
sehingga menurut Imam Malik, tiga adalah batas minimal. Itu pun harus dibagi:
dua rakaat dan satu rakaat.
Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bilangan witir adalah tiga
rakaat dengan satu kali salam. Namun, Imam As-Syafi‘i berpendapat bahwa
cukup satu rakaat sudah termasuk shalat witir.
Ibn Rusyd Al-Hafid menjelaskan letak perbedaan antara ketiganya dalam
Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid.
Imam Malik mengatakan bahwa shalat witir harus tersusun dari shalat dua
rakaat (as-syaf’u) dan satu rakaat (al-witr). Pendapat yang berbeda dengan
Abu Hanifah ini mendasarkan argumennya pada sebuah hadits yang
menyebutkan bahwa Rasul mengganjilkan rakaat witir setelah melakukan
shalat per dua rakaat.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Qays dari Aisyah RA.
‫ﷲ‬
l
/ َ
‫ﺻ‬ ِ
‫ﷲ‬ ُ‫ﻮﻝ‬ ُ
‫ﺳ‬ َ
‫ﺭ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
b
@ ْ
‫ﻢ‬
b
ŠِK
َ
‫ﺔ‬
َ
‫ﺸ‬ِŒ‫ﺎ‬ َ‫ﻌ‬ِ‫ﻟ‬
ُ
‫ﺖ‬
i
‫ﻠ‬
ُ
‫ﻗ‬ :‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻗﺲ‬ ‫ﺑﻦ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﺪ‬Q‫ﻋ‬ ‫ﻋﻦ‬
ْ
‫ﺭ‬
b
‫ﺄ‬ِK ُ
‫ﺮ‬ِ‫ﺗ‬ ْ
‫ﻮ‬ُ‫ﻳ‬
َ
‫ﻥ‬
b
‫@ﺎ‬: ْ
‫ﺖ‬
b
‫ﺎﻟ‬
َ
‫ﻗ‬ ‫؟‬ ُ
‫ﺮ‬ِ‫ﺗ‬ ْ
‫ﻮ‬ُ‫ﻳ‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠ"ﻪ‬
ٍ
‫ﺎﻥ‬ َ‫ﻤ‬
َ
‫ﺛ‬ َ
‫ﻭ‬ ٍ
‫ﺙ‬
َ
Ž
َ
‫ﺛ‬ َ
‫ﻭ‬
‫ﱟ‬
‫ﺖ‬ ِ
‫ﺳ‬ َ
‫ﻭ‬ ٍ
‫ﺙ‬
َ
Ž
َ
‫ﺛ‬ َ
‫ﻭ‬ 
‫ﻊ‬ َ
‫ـ‬‫ـ‬j
َ
‫ﺙ‬
َ
Ž
َ
‫ﺛ‬ ْ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ َ َ’
“
i
”
b
‫ﺄ‬ِK
َ
• َ
‫ﻭ‬ 
‫ﻊ‬ْ‫ﺒ‬ َ
‫ﺳ‬ ْ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬ q
‫ﺺ‬
َ
‫ﻘ‬
ْ
‫ﻧ‬
b
‫ﺄ‬ِK ُ
‫ﺮ‬ِ‫ﺗ‬ ْ
‫ﻮ‬ُ‫ﻳ‬ ْ
‫ﻦ‬
`
‫ﻜ‬wَ ْ
‫ﻢ‬
b
‫ﻟ‬ َ
‫ﻭ‬ ٍ
‫ﺙ‬
َ
Ž
َ
‫ﺛ‬ َ
‫ﻭ‬ َ َ
x
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﺙ‬
َ
Ž
َ
‫ﺛ‬ َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﺓ‬َ ْ
x
َ
‫ﻋ‬
Artinya, “Dari Abdullah bin Qays, ia berkata bahwa Aku bertanya kepada Aisyah RA terkait
jumlah rakaat Rasul Saw melakukan shalat witir? Aisyah menjawab bahwa Rasul melakukan
shalat witir dengan empat rakaat ditambah tiga rakaat (tujuh rakaat), enam rakaat
ditambah tiga rakaat (sembilan rakaat), delapan dan tiga rakaat (sebelas rakaat), dan
sepuluh ditamba tiga rakaat (tiga belas rakaat). Rasul tidak pernah melakukan shalat witir
kurang dari tujuh rakaat atau lebih dari tiga belas rakaat.”
Menurut Imam Malik, bagaimana bisa diganjilkan jika tidak didahului oleh
shalat genap (shalat dua rakaat) terlebih dahulu.
Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bilangan witir adalah tiga
rakaat dengan satu kali salam. Hal ini mengacu pada hadits Rasul bahwa shalat
maghrib adalah witir.
Abu Hanifah tidak mengambil dalil dari hadits-hadits tentang shalat witir
sebagaimana digambarkan dalam riwayat Aisyah karena sifat hadits tersebut
!# Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
adalah pilihan sehingga hadits tersebut tidak bisa dijadikan argumen berapa
pastinya jumlah rakaat witir.
Dalam hal ini Imam Abu Hanifah lebih memilih menggunakan qiyas. Bagi Abu
Hanifah, sesuatu yang memiliki persamaan maka hukumnya sama.
Menurut Abu Hanifah, berdasarkan hadits shalat Maghrib adalah witir siang,
sedangkan jumlah rakaatnya adalah tiga rakaat, maka shalat witir malam pun
disamakan dengan jumlah rakaat yang sama, yakni tiga rakaat dengan satu
salam.
‫ﻭﺍﺣﺪﺍ‬ ‫ﺣŠﻤﻬﻤﺎ‬ ‫ﻭﺟﻌﻞ‬ ‫ﺀ‬ 3

—˜ ‫ﺀ‬ 3

™ ‫ﻪ‬Q‫ﺷ‬ ‫ﺇﺫﺍ‬ ‫ﺇﻧﻪ‬:‫ﻘﻮﻝ‬w ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺣﻨ"ﻔﺔ‬ 3 š
›‫ﻷ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬
‫ﺑﻮﺗﺮ‬ ‫ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ‬ ‫ﺷﺒﻬﺖ‬ ‫ﻭﻟﻤﺎ‬ ‫ﺍﻟﺼﻔﺔ‬ ‫ﺑﺘﻠﻚ‬ ‫ﻜﻮﻥ‬w ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺃﺣﺮﻯ‬ ‫ﻪ‬K ‫ﻪ‬Q‫ﺍﻟﻤﺸ‬ ‫@ﺎﻥ‬
‫ﻭﺟ‬ ‫ﺛﻼﺛﺎ‬ ‫ﻭ@ﺎﻧﺖ‬ ‫ﺍﻟﻨﻬﺎﺭ‬ ‫ﺻﻼﺓ‬
‫ﺛﻼﺛﺎ‬ ‫ﺍﻟﻠ"ﻞ‬ ‫ﺻﻼﺓ‬ ‫ﻭﺗﺮ‬ ‫ﻜﻮﻥ‬w ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺐ‬
Artinya, “Sesungguhnya Abu Hanifah berkata bahwa jika ada sesuatu yang menyerupai
sesuatu yang lain, maka hukumnya menjadi satu. Sesuatu yang menyerupai (dalam hal ini
witir malam) lebih cocok untuk disamakan dengan sifat yang diserupai (shalat maghrib).
Ketika shalat maghrib diserupakan dengan witir shalat nahar dan dilakukan dengan tiga
rakaat, maka shalat witir malam juga wajib dilakukan dengan tiga rakaat,” (Lihat Ibnu
Rusyd Al-Hafid, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, [Mesir: Mathbaah Musthafa
Al-Babi Al-Halabi, 1975 M], juz I, halaman 201).
Imam As-Syafi‘i mencoba menengahi kedua pendapat tersebut. Ia mengatakan
bahwa bilangan rakaat witir adalah cukup satu rakaat. Ia berpegang pada
hadits yang menjelaskan bahwa Rasul shalat witir dengan satu rakaat.
‫ﻋﺎŒﺸﺔ‬ ‫ﻗﺎﻟﺖ‬: ‫ﺇﺣﺪﻯ‬ ‫ﺍﻟﻠ"ﻞ‬ ‫ﻣﻦ‬ 3
/‫ﺼ‬w ‫@ﺎﻥ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠ"ﻪ‬ ‫ﷲ‬
l
/ َ
‫ﺻ‬ ‫ﺃﻧﻪ‬
‫ﺑﻮﺍﺣﺪﺓ‬ ‫ﻣﻨﻬﺎ‬ ‫ﻳﻮﺗﺮ‬ ‫ﻛﻌﺔ‬
‫ﺭ‬ ‫ﺓ‬ 
x‫ﻋ‬
Artinya, “Aisyah berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan shalat malam
sebanyak sebelas rakaat dan salah satunya dilakukan dengan ganjil (witir) dengan satu
rakaat.”
Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa Rasul memerintahkan jika khawatir
tiba shalat subuh, maka shalat witir saja dengan satu rakaat. Hadits tersebut
diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA:
ِ
‫ﻞ‬ْ"
l
‫ﺍﻟﻠ‬
ُ
‫ﺓ‬
َ
Ž َ
‫ﺻ‬
ٍ‫ﺓ‬
َ
‫ﺪ‬ ِ
‫ﺍﺣ‬ َ
‫ﻮ‬ِ‫ﺑ‬ ْ
‫ﺮ‬ِ‫ﺗ‬ ْ
‫ﻭ‬
b
‫ﺄ‬
َ
‫ﻓ‬
َ
‫ﻚ‬
`
@q
‫ﺭ‬
ْ
‫ﺪ‬ُw
َ
‫ﺢ‬ْ‫ﺒ‬ ‫ﱡ‬
‫ﺍﻟﺼ‬
‫ﱠ‬
‫ﻥ‬
b
‫ﺃ‬
َ
‫ﺖ‬ْw
b
‫ﺃ‬ َ
‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬
َ
‫ﺫ‬ِ‫ﺈ‬
َ
‫ﻓ‬ َ4
5
ْ
‫ﺜ‬ َ‫ﻣ‬ َ4
5
ْ
‫ﺜ‬ َ‫ﻣ‬
!$ Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Artinya, “Shalat malam itu dilaksanakan dua rakaat dua rakaat, jika kamu melihat waktu
subuh sudah dekat, maka ganjilkanlah dengan satu rakaat.”
Oleh karena itu, bagi yang mengikuti Imam As-Syafii, diperbolehkan melakukan
shalat witir dengan satu rakaat tanpa melakukan shalat sunah dua rakaat
terlebih dahulu. Sedangkan bagi penganut Imam Malik, diharuskan untuk
melakukan shalat ganjil terlebih dahulu sebelum melakukan shalat witir. Bagi
pengikut Imam Abu Hanifah, shalat witir harus dilaksanakan dengan tiga rakaat
dan satu kali salam.
Wirid Sholat Witir
ُ
‫ﺱ‬ ْ
‫ﻭ‬
‫ﱡ‬
‫ﺪ‬
ُ
‫ﻘ‬
i
‫ﺍﻟ‬ ِ
‫ﻚ‬ِ‫ﻠ‬ َ‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﺎﻥ‬ َ
‫ﺤ‬ْQ ُ
‫ﺳ‬
"Maha Suci Allah. Maha Raja"
َ
‫ﺭ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬‫ﱡ‬j َ
‫ﺭ‬ ٌ
‫ﺱ‬ ْ
‫ﻭ‬
‫ﱡ‬
‫ﺪ‬
ُ
‫ﻗ‬
ٌ
‫ﺡ‬ْ
‫ﱡ‬‫ﺒ‬ ُ
‫ﺳ‬
q
‫ﺡ‬ْ
‫ﻭ‬ ‫ﱡ‬
‫ﺍﻟﺮ‬ َ
‫ﻭ‬ ِ
‫ﺔ‬
b
‫ﻜ‬ِ‫ﻶﺋ‬ َ‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬ ‫ﱡ‬
‫ﺏ‬
"Maha Suci lagi Maha qudus Tuhan kami, Tuhan seluruh Malaikat dan Ruh"
ُ َ
š
“
i
”
b
‫ﺍ‬
ُ
‫ﷲ‬ َ
‫ﻭ‬
ْ
‫ﷲ‬
‫ﱠ‬
•ِ‫ﺍ‬
َ
‫ﻪ‬
b
‫ﻟ‬ِ‫ﺍ‬ ‫ﻵ‬ َ
‫ﻭ‬
ْ
ِ
m
ُ
‫ﺪ‬ ْ‫ﻤ‬ َ
‫ﺤ‬
i
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻭ‬
ْ
‫ﷲ‬
َ
‫ﺎﻥ‬ َ
‫ﺤ‬ْQ ُ
‫ﺳ‬
"Maha suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah, dan allah Mahabesar"
ِ
‫ﻢ‬ْ" ِ
‫ﻈ‬ َ‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬ ‫ﱢ‬
3 ِ
/ َ‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬ ِŸ‫ﺎ‬ِK
‫ﱠ‬
•ِ‫ﺍ‬
َ
‫ﺓ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻗ‬
َ
• َ
‫ﻭ‬ َ‫ﻝ‬ ْ
‫ﻮ‬ َ
‫ﺣ‬
َ
• َ
‫ﻭ‬
"Dan tiada daya (untuk menghindar dari kemkasiatan), dan tiada kekuatan
(untuk mengejakan ibadah) kecualai dengan pertolongan Allah Yang Maha
tinggi lagi Maha besar."
Setelah membaca wirid kemudian dilanjutkan membaca doa :
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬ 8‫ﻌ‬ ِ
‫ﺎﺷ‬
َ
‫ﺧ‬ ‫ﺎ‬8Q
i
‫ﻠ‬
َ
‫ﻗ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬ 8‫ﻤ‬ِ‫ﺍﺋ‬
َ
‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬
8
‫ﺎﻧ‬ َ‫ﻤ‬ْwِ‫ﺍ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ـﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  ‫ﺎ‬
‫ﱠ‬
‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻢ‬ ُ
‫ﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
،‫ﺎ‬ 8
‫ﺤ‬ِ‫ﺎﻟ‬ َ
‫ﺻ‬
ً
£ َ‫ﻤ‬ َ‫ﻋ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬
8
‫ﻗ‬ ِ
‫ﺎﺩ‬ َ
‫ﺻ‬ ‫ﺎ‬
8
‫ﻨ‬ْ‫ﻴ‬ ِ
‫ﻘ‬َw
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬،‫ﺎ‬ 8‫ﻌ‬ ِ‫ﺎﻓ‬
َ
‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬ 8‫ﻤ‬
i
‫ﻠ‬ ِ
‫ﻋ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻔ‬ َ‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬ ،‫ﺍ‬8 ْ
c
“ِ‫ﺜ‬
b
‫ﻛ‬‫ﺍ‬8 ْ
c
“
َ
‫ﺧ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬ 8‫ﻤ‬‫ﱢ‬"
َ
‫ﺎﻗ‬
8
‫ﻨ‬ْ‫ﻳ‬ ِ‫ﺩ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬
b
/
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﺮ‬
i
‫ﻜ‬
‫ﱡ‬
‫ﺍﻟﺸ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬ ، ِ
‫ﺔ‬َ" ِ‫ﺎﻓ‬ َ‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﺎﻡ‬ َ‫ﻤ‬
َ
‫ﺗ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬ ،
َ
‫ﺔ‬َ" ِ‫ﺎﻓ‬ َ‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻭ‬
q
‫ﺎﺱ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﻨ‬ q
‫ﻦ‬
َ
‫ﻋ‬ َ‫ﺎﺀ‬
َ
‫ﻨ‬ ِ
‫ﻐ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻚ‬
`
‫ﻟ‬
b
‫ﺄ‬ ْ
‫ﺴ‬
َ
  َ
‫ﻭ‬ ، ِ‫ﺔ‬َ" ِ‫ﺎﻓ‬ َ‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬
!% Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
‫ﺎ‬
‫ﱠ‬
‫ﻨ‬ ِ
‫ﻣ‬ ْ‫ﻞ‬‫ﱠ‬Q
َ
‫ﻘ‬
َ
‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬‫ﱠ‬jَ
‫ﺭ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻢ‬ ُ
‫ﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬ َ‫ﻌ‬
‫ﱡ‬
‫ﺸ‬
ُ
‫ﺨ‬
َ
‫ﺗ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬ َ‫ﺎﻣ‬َ" ِ‫ﻗ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬ َ‫ﺎﻣ‬َ" ِ
‫ﺻ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬
َ
‫ﺗ‬
َ
£ َ
‫ﺻ‬
َ
‫ﻢ‬ َ
‫ﺣ‬ ْ
‫ﺭ‬
b
‫ﺎﺍ‬َw ُŸ
b
‫ﺎﺍ‬َw ُŸ
b
‫ﺎﺍ‬َw ُŸ
b
‫ﺍ‬ ‫ﺎ‬َw ‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬َ ْ
c
“ ِ
‫ﺼ‬
ْ
‫ﻘ‬
َ
‫ﺗ‬ ْ
‫ﻢ‬ ‫ﱢ‬‫ﻤ‬
َ
‫ﺗ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬
َ
‫ﺪ‬‫ﱡ‬Q َ‫ﻌ‬
َ
‫ﺗ‬ َ
‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬
َ
‫ﻋ‬‫ﱡ‬ َ4
¥
َ
‫ﺗ‬ َ
‫ﻭ‬
ِ
‫ﻪ‬ِ‫ﻟ‬
b
‫ﺍ‬
b
/
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻭ‬ ٍ
‫ﺪ‬ ‫ﱠ‬‫ﻤ‬ َ
‫ﺤ‬ ُ‫ﻣ‬ ِ
‫ﻪ‬ ِ
‫ﻘ‬
i
‫ﻠ‬
َ
‫ﺧ‬ q
ْ
c
“
َ
‫ﺧ‬
b
/
َ
‫ﻋ‬
ُ
‫ﷲ‬
l
/ َ
‫ﺻ‬ َ
‫ﻭ‬ . َ4 ْ
c
d ِ
‫ﻤ‬ ِ
‫ﺣ‬‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮ‬
i
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻭ‬ ، َ4 ْ
c
d ِ
‫ﻌ‬ َ‫ﻤ‬ ْ
‫ﺟ‬
b
‫ﺍ‬ ِ‫ﻪ‬ِQ ْ
‫ﺤ‬ َ
‫ﺻ‬ َ
‫ﻭ‬
َ4 ْ
c
d ِ
‫ﻤ‬
b
‫ﺎﻟ‬ َ‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬ ‫ﱢ‬
‫ﺏ‬َ
‫ﺭ‬ ِ
Ÿِ
ُ
‫ﺪ‬ ْ‫ﻤ‬ َ
‫ﺤ‬
Artinya :
Wahai Allah. Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang tetap, kami memohon
kepada-Mu hati yang khusyu', kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami
memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh,
kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang
banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu
kesehatan yang sempurna, kami memohon kepada-Mu syukur atas kesehatan, dan kami
memohon kepada-Mu terkaya dari semua manusia. Ya Allah, Tuhan kami. Terimalah dari
kami shalat kami, puasa kami, shalat malam kami, kekhusyu'an kami, kerendahan hati
kami, ibadah kami. Sempurnakanlah kelalaian atau kekurangan kami, Wahai Allah Wahai
Allah Wahai Allah Wahai Dzat yang Paling Penyayang diantara para penyayang. Semoga
rahmat Allah tercurahkan kepada sebaik-baiknya makhluk-Nya, Muhammad, keluarga dan
sahabatnya semua, dan segala puji milik Allah, Tuhan semesta alam.
V. TADARUS AL QUR’AN
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, karena di dalamnya terkandung
beribu kebaikan. Tidak heran pada bulan ini semua umat Islam berlomba-
lomba mencari kebaikan, termasuk tadarus (membaca) Alquran. Pada malam
hari Ramadlan, masjid-masjid marak dengan bacaan Al-Qur'an secara silih
berganti. Tidak jarang, bacaan tersebut disambungkan pada pengeras suara.
Semua itu dilakukan dengan satu harapan: berkah Ramadlan yang telah
dijanjikan Allah SWT.
Bagaimana hukum melakukan tadarus tersebut ?
Pada bulan Ramadhan, pahala amal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah
SWT. Abu Hurairah RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa
yang memeriahkan bulan Ramadlan dengan ibadah/qiyamu ramadhan; (dan
dilakukan) dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni
segala dosanya yang telah lalu”. (Shahih Bukhari, h.1870)
Al-Shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam menjelaskan, qiyam ramadhan
(dalam hadist diatas) adalah mengisi dan memeriahkan malam Ramadlan
dengan melakukan shalat dan membaca Al-Qur'an. (Subulus Salam Juz II, h.
173)
!& Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Membaca Al-Quran pada malam hari di bulan Ramadhan sangat dianjurkan
oleh agama. Kemudian bagaimana jika membaca Al-Quran secara bersama-
sama, yang satu membaca dan yang lain menyimak?
Syaikh Nawawi Al-Bantani menjawab, termasuk membaca Al-Quran adalah
mudarasah, yang sering disebut dengan idarah. Yakni seseorang membaca
pada orang lain. Kemudian orang lain itu membaca pada dirinya. Yang seperti
itu tetap sunah.” (Nihayah al-Zain, 194-195)
Dapat disimpulkan bahwa tadarus Al-Quran yang dilakukan di masjid-masjid
pada bulan Ramadhan tidak bertentangan dengan agama dan merupakan
perbuatan yang sangat baik, karena sesuai dengan tuntunan Rasul. Jika dirasa
perlu menggunakan pengeras suara agar menambah syiar Islam, maka
hendaklah diupayakan sesuai dengan keperluan dan jangan sampai
menganggu pada lingkungannya.
Sumber : buku Fiqh Tradisionalis karya KH. Muhyidin Abdussomad h. 183)
HIKMAH TADARUS DI BULAN RAMADHAN
Di bulan Ramadhan, hendaknya kita selalu membaca Al Quran setiap harinya.
Ada banyak pahala tadarus di bulan Ramadhan yang dapat kita ambil,
diantaranya adalah:
1. Mendapat syafa’at
Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian Al-
Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai
pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 804)
Nabi Muhammad saw: “Puasa dan Al-Qur’an keduanya akan memberikan
syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat…” (HR. Ahmad dan Al-
Hakim).
2. Mendapat barakah
Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian dua
bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran.
Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua
awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-
!' Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-
Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah,
meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu
menghadapinya. (HR. Muslim 804)
Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata :
saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan
didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin
membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan
adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-
orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805)
3. Mendapat pelajaran
Allah subhanahu wata’ala :
َ
‫ﻧﺰ‬
b
‫ﺃ‬ ٌ
‫ﺐ‬ٰ§
َ
‫ﺘ‬ ِ‫ﻛ‬
¨
‫ﻮﺍ‬
`
‫ﻟ‬ ۟
‫ﻭ‬
`
‫ﺃ‬ َ
‫ﺮ‬
l
‫ﻛ‬
َ
‫ﺬ‬
َ
‫ﺘ‬َ‫ﻴ‬ِ‫ﻟ‬ َ
‫ﻭ‬‫ۦ‬ ِ
‫ﻪ‬ِ‫ﺘ‬ٰ§َ‫ﺍﻳ‬َ‫ﺀ‬
¨
‫ﺍ‬ ٓ
‫ﻭ‬ ُ
‫ﺮ‬‫ﱠ‬‫ﺑ‬
‫ﱠ‬
‫ﺪ‬َ"
¬
‫ﻟ‬
ٌ
‫ﻙ‬َ
‫ﺮ‬ٰ§َ‫ﺒ‬ ُ‫ﻣ‬
َ
‫ﻚ‬ْ"
b
‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬
ُ
‫ﻪ‬ٰ§
َ
‫ﻨ‬
i
‫ﻟ‬
ِ
‫ﺐ‬ٰ§َQ
i
‫ﻟ‬
َ ْ
‫ٱﻷ‬
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah,
supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Q.S. Shad : 29)
4. Menjadi umat yang baik
Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan
mengajarkannya.” (Al-Bukhari 5027)
5. Pahala yang berlipat ganda
Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah d berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
(( َ َ
š
“‫ﺍﻟ‬ ِ
‫ﺍﻡ‬َ
‫ﺮ‬ ِ
®‫ﺍﻟ‬ ِ‫ﺓ‬َ
‫ﺮ‬
َ
‫ﻔ‬ ‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺴ‬ َ‫ﻊ‬ َ‫ﻣ‬ ِ‫ﻪ‬ِK ٌ
‫ﺮ‬ ِ
‫ﺎﻫ‬ َ‫ﻣ‬ َ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻫ‬ َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﺁﻥ‬ْ
‫ﺮ‬
ُ
‫ﺍﻟﻘ‬
`
‫ﺃ‬َ
‫ﺮ‬
ْ
‫ﻘ‬َw ‫ﻱ‬ ِ
‫ﺬ‬
l
‫ﺍﻟ‬
`
‫ﺃ‬َ
‫ﺮ‬
ْ
‫ﻘ‬َw ‫ﻱ‬ ِ
‫ﺬ‬
l
‫ﺍﻟ‬ َ
‫ﻭ‬ ، ِ‫ﺓ‬ َ
‫ﺭ‬
ِ‫ﻪ‬ْ"
b
‫ﻠ‬
َ
‫ﻋ‬
ٌ
‫ﻣﺘﻔﻖ‬ (( ِ
‫ﺍﻥ‬َ
‫ﺮ‬ ْ
‫ﺃﺟ‬
ُ
‫ﻪ‬
b
‫ﻟ‬
‫ﱞ‬
‫ﺎﻕ‬
َ
‫ﺷ‬ ِ
‫ﻪ‬ْ"
b
‫ﻠ‬
َ
‫ﻋ‬ َ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻫ‬ َ
‫ﻭ‬ ِ
‫"ﻪ‬ ِ‫ﻓ‬ ُ
‫ﻊ‬
َ
‫ﺘ‬ ْ‫ﻌ‬
َ
‫ﺘ‬
َ
fَ± َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﺁﻥ‬ْ
‫ﺮ‬
ُ
‫ﻘ‬
i
‫ﺍﻟ‬
“Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para malaikat yang
mulia. Sedangkan yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan
mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (Al-Bukhari 4937, Muslim 244)
!( Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-
Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali
lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra yang maksudnya: “bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Siapa yang medengar satu ayat daripada Kitab Allah Ta’ala (al-Qur’an) ditulis baginya satu
kebaikan yang berlipat ganda. Siapa yang membacanya pula, baginya cahanya di hari
kiamat.”
6. Jauh dari sifat munafik
Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Perumpaan seorang mu`min
yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya
wangi dan rasanya enak.
Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr
(kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq
namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun
rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an
adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” (Al-Bukhari
5427, Muslim 797)
Dalam hati orang munafik, tidak ada kebaikan padanya. Munafiq adalah orang
yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir -wal’iyya
dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah sebutkan dan peringatkan dalam
firman-Nya : “Di antara manusia ada yang mengatakan:
“Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.” (Q. S. Al-Baqarah : 8 – 10)
7. Mendapat jiwa yang tenang
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah
SWT, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan
dilimpahi ketenangan, dicurahi rahmat, diliputi para malaikat, dan disanjungi oleh Allah di
hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud).
8. Memberikan mahkota pada orang tua di hari kiamat
Nabi Muhammad saw bersabda maksudnya:
") Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
“Siapa yang membaca Al-Qur’an dan beramal dengan isi kandungannya, dianugerahkan
kedua ibu bapaknya mahkota di hari kiamat. Cahayanya (mahkota) lebih baik dari cahaya
matahari di rumah-rumah dunia. Kalaulah demikian itu matahari berada di rumahmu
(dipenuhi dengan sinarnya), maka apa sangkaan kamu terhadap yang beramal dengan ini
(al-Qur’an).” (HR. Abu Daud).
9. Diangkat derajatnya
Bersabda Rasulullah SAW yang maksudnya: Dikatakan kepada pembaca al-Qur,an:
“Bacalah (al-Qur’an), naiklah (pada derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil
sebagaimana engkau membacanya dengan tartil didunia. Sesungguhnya kedudukan
drajatmu sehingga kadar akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad).
10. Mendapat pahala sedekah
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur’an terang-terangan seperti orang
yang bersedekah terang-terangan, orang yang membaca Al-Qur’an secara tersembunyi
seperti orang yang bersedekah secara sembunyi.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat
shahihul jaami’:3105).
11. Menjadi keluarga Allah
Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’
Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau saw menjawab,’mereka adalah
Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan
Ibnu Majah)
12. Menjadi cahaya dalam kehidupan
Sabda Rasulullah saw,”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al
Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah
dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi)
13. Menjadi obat
Rasulullah SAW bersabda: “Hendaknya kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Al-
Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud).
VI. I’TIKAF
I'tikaf artinya berdiam di dalam masjid dengan maksud mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pada setiap bulan
Ramadhan selama 10 hari yang terakhir, selalu melaksanakan i'tikaf. Bahkan
secara khusus --pada tahun wafatnya--, beliau beri'tikaf pada bulan Ramadhan
" Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
itu selama 20 hari, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibu Hurairah.
Pelaksanaan i 'tikaf oleh Rasulullah SAW dan para Shahabat selama 10 hari
terakhir pada bulan Ramadhan itu erat kaitannya dengan Lailatul Qadar. Dalam
artian, Nabi dan para shahabat beri'tikaf atau bertekun ibadah untuk berjaga-
jaga ketika turun Lailatul Qadar.
Sedikit pun tidak disangsikan lagi bahwa, tempat pelaksanaan i'tikaf itu adalah
masjid. Namun, masalahnya adalah masjid yang mana? Sementara Rasulullah
SAW melaksanakan i'tikaf di masjidnya sendiri, yakni masjid Nabawi di
Madinah. Oleh sebab itulah, ada banyak pendapat mengenai dimana
seharusnya i'tikaf itu dilaksanakan. Lantaran pengertian masjid tempat i 'tikaf
yang ditunjukkan Al Qur'an dianggap masih relatif.
Firman Allah SWT:
ِ
‫ﺪ‬ ِ
‫ﺎﺟ‬ َ
‫ﺴ‬ َ‫ﻤ‬
o
‫ﺍﻟ‬ N ِ
O
P
َ
‫ﻥ‬ ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻔ‬ ِ
M‫ﺎ‬
َ
‫ﻋ‬ ْ
‫ﻢ‬
ُ
‫ﺘ‬
ْ
‫ﺃﻧ‬ َ
‫ﻭ‬
"Sedangkan kamu beri'tikaf dalam masjid." (QS Al Baqarah 2: 187)
Pendapat pertama; i'tikaf itu hanya dapat dilaksanakan di 3 masjid. Yakni
Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Aqsha di
Palestina. Dimana pendapat ini didasarkan pada hadits yang menjelaskan
bahwa, dilarang atau tidak akan diberangkatkan kendaraan kecuali menuju 3
masjid tersebut di atas.
Pendapat kedua, menyatakan; i'tikaf itu harus dilaksanakan di Masjid Jami'.
Yakni masjid yang biasa digunakan untuk mendirikan shalat 5 waktu berjamaah
dan ibadah Jum'at. Pendapat ini mungkin tepat, jika dikaitkan bahwa i'tikaf
yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW itu di masjidnya sendiri yang termasuk
dalam kategori Masjid Jami'.
Menurut pendapat kami, jika kita perhatikan Al-Baqarah ayat 187 sebagaimana
tersebut di atas, nampak jelas bahwa pengertian masjid yang dinyatakan itu
sifatnya umum. Lantaran tidak diikuti dengan satupun nama masjid tertentu.
Baik dari ketiga masjid sebagaimana pendapat di atas, maupun selain Masjid
Jami'.
Dengan demikian, mengacu pada lahirnya ayat ini, dapat diambil kesimpulan
bahwa; i'tikaf dapat dilaksanakan di Masjid Jami' dan lainnya seperti mushalla
misalnya; Walaupun memang, i'tikaf Ramadhan itu lebih baik dilaksanakan di
Masjid Jami', supaya ketika harus melaksanakan kewajiban ibadah Jum'at
"! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
misalnya, ia tak perlu lagi keluar dari masjid tempat i'tikafnya menuiu Masiid
Jami'.
Apakah yang Dikerjakan Ketika Beri'tikaf?
Sesuai dengan tujuan i'tikaf yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,
maka orang yang sedang i'tikaf hendaknya memperbanyak amal ibadah.
Misalnya, dengan cara; shalat sunnat, membaca Al-Qur'an, bertasbih,
bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak
do 'a dan tafakkur. Begitu pula dapat dengan cara melakukan kebajikan
lainnya, seperti; mempelajari tafsir, hadits, dan atau ilmu-ilmu agama Islam
lainnya. Orang yang sedang beri'tikaf hendaknya menghindari segala hal yang
tidak ada manfaatnya, baik dalam perbuatan maupun ucapan.
Sabda Rasulullah SAW bersabda:
ِ
‫ﻪ‬ْ1ِ‫ﻨ‬ ْ‫ﻌ‬
َ
8
َ
£‫ﺎ‬ َ‫ﻣ‬
ُ
‫ﻪ‬
„
Mْ
‫ﺮ‬
َ
‫ﺗ‬ ِ‫ﺀ‬ْ
‫ﺮ‬ َ‫ﻤ‬
o
‫ﺍﻟ‬ ِ
‫ﻡ‬
َ
z ْ
‫ﺇﺳ‬ p
‫ﻦ‬ ْ
‫ﺴ‬
ُ
‫ﺣ‬
ْ
‫ﻦ‬ ِ
‫ﻣ‬
"Di antara kebaikan seorang Islam adalah, meninggalkan sesuatu yang tidak
bermanfaat baginya." (HR. Tirmitzi dan Ibnu Majah, dari Abu Bashrah)
Dalam konteks i'tikaf, termasuk dalam hal yang tidak bermanfaat adalah,
berdiam diri dengan sia-sia. Jadi, bukan berdiam karena tafakkur.
Orang yang sedang i'tikaf, wajib melaksanakan segala sesuatu yang merupakan
unsur atau hakikat dari i'tikaf itu sendiri. Lantaran unsur-unsur itulah yang
disebut sebagai rukun. Niat misalnya, yang wajib dilaksanakan untuk setiap
ibadah, juga wajib dilaksanakan ketika i'tikaf. Karena petunjuk secara umum
dalam suatu hadits telah jelas, bahwa setiap ibadah wajib disertai dengan niat.
Selain itu, orang yang sedang beri'tikaf juga wajib tinggal di dalam masjid,
lantaran tinggal di dalam masjid merupakan unsur penentu untuk dapat
disebut i'tikaf.
Orang-orang yang sedang i'tikaf juga wajib menghindarkan diri dari segala
sesuatu yang dapat membatalkannya. Seperti, bersetubuh dan keluar dari
masjid tanpa alasan yang sah.
Dapatkah I'tikaf Dilaksanakan Setiap Saat?
Sejauh yang kami dapat dari keterangan berbagai hadits, i'tikaf itu
dilaksanakan oleh Rasulullah SAW hanya pada bulan Ramadhan. Dan walaupun
pernah dilaksanakan pula olehnya pada 10 hari pertama bulan Syawal, hanya
sebagai pengganti i'tikaf Ramadhan, yang gagal lantaran satu dan lain hal.
"" Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Maka boleh jadi, dengan hanya mengambil kesimpulan dari berbagai hadits
yang mengungkap tentang i'tikaf Ramadhan, muncul suatu pendapat yang
menyatakan bahwa, i'tikaf tidak disunnatkan secara mutlak sebagai suatu
bentuk ibadah yang dapat dilaksanakan setiap saat. Pendapat ini, memang
cukup beralasan.
Namun menurut kami, jika kita berbicara mengenai perintah melaksanakan
nadzar i'tikaf, sebagaimana perintah Rasulullah SAW kepada 'Umar bin Khattab
untuk memenuhi nadzar i'tikafnya, maka di dalamnya nampak jelas terkandung
pengertian bahwa i'tikaf berarti suatu bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Atau dengan kata lain, i'tikaf adalah suatu ibadah yang dapat dilaksanakan
setiap waktu, jika memang kita kehendaki. Seandainya i'tikaf tidak termasuk
sebagai suatu bentuk ketaatan kepada-Nya, maka tentu saja Umar bin Khattab
tidak akan diperintah untuk memenuhi nadzar i'tikafnya.
Sabda Rasulullah SAW:
ُ
‫ﻪ‬ ُ‫ﻌ‬ْ1 ِ
‫ﻄ‬ُ1
o
‫ﻠ‬
َ
‫ﻓ‬
َ
‫ﷲ‬ َ
‫ﻊ‬ْ‫ﻴ‬ ِ
‫ﻄ‬
ُ
8
ْ
‫ﺃﻥ‬ َ
‫ﺭ‬
َ
‫ﺬ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ
‫ﻦ‬ َ‫ﻣ‬
"Siapapun yang telah bematzar akan berbuat taat kepadaAllah, maka laksanakanlah natzar
tersebut." (HR. Bukhari)
Selain itu --sebagai tambahan-- terdapat beberapa hadits yang menunjukkan
larangan melaksanakan natzar yang tidak membawa nilai kebaikan atau
ketaatan kepada Allah SWT sebagai ibadah. Dengan demikian, nampak
semakin jelas bahwa i'tikaf merupakan suatu bentuk ibadah yang secara
mutlak dapat dilaksanakan setiap saat, dengan mendapat pahala meskipun
hanya sesaat.
Bagi Anda yang ingin melaksanakan i'tikaf, ada beberapa hal yang harus
dipahami.
Di antaranya adalah lafal niat untuk i'tikaf. Begini niatnya:
²
O‫ﺎ‬ َ‫ﻌ‬
َ
‫ﺗ‬ ِ
¢
ِ
m
َ
‫ﺎﻑ‬
b
Šِ‫ﺘ‬
ْ
‫ﻋ‬ ِ
ْ
•‫ﺎ‬
ُ
‫ﺘ‬ْ± َ

َ
‫ﻧ‬
“Saya niat I’tikaf karena iman dan mengharap akan Allah, karena Allah ta’ala."
"# Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
DO’A I’TIKAF
ْ
3
‫ﱢ‬4
5
َ
‫ﻋ‬ ُ
‫ﻒ‬
ْ
‫ﺎﻋ‬
َ
‫ﻓ‬ َ
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻔ‬ َ‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬ ‫ﱡ‬
‫ﺐ‬ ِ
‫ﺤ‬
ُ
‫ﺗ‬ ‫ﱞ‬
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻔ‬
َ
‫ﻋ‬
َ
‫ﻚ‬
‫ﱠ‬
‫ﻧ‬ِ‫ﺍ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻢ‬ ُ
‫ﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
“Ya Allah, bahwasannya Engkau menyukai pemaafan, karena itu maafkanlah aku.”
I’tikaf harus dilakukan di masjid dan dianggap sah bila memenuhi rukun-rukun
sebagai berikut :
1. Niat Mendekatkan Diri kepada Allah.
2. Berdiam di Masjid
3. Islam dan suci, serta sudah akil baligh.
VII. PANDUAN ZAKAT MENURUT BAZNAS
Definisi
Menurut Bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur atau
bertambah. Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik,
berkah, tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya
terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan
memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5)
Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat
sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan harta, pelaksanaan
zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak. Sedangkan makna suci
menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari kejelekan, kebatilan
dan pensuci dari dosa-dosa.
Dalam Al-Quran disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-
Taubah [9]: 103).
Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan
nama pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu,
dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat
disebut Muzaki. Sedangkan orang yang menerima zakat disebut Mustahik.
ASNAF (8 GOLONGAN)
Sebagai instrumen yang masuk dalam salah satu Rukun Islam, zakat tentu saja
memiliki aturan mengikat dari segi ilmu fiqihnya, salah satu diantaranya adalah
kepada siapa zakat diberikan.
"$ Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.


























Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentua ada 8 golongan
orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut:
· 1. Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
· 2. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
· 3. Amil - Mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
· 4. Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan
untuk menguatkan dalam tauhid dan syariah.
· 5. Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya.
· 6. Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam
mempertahankan jiwa dan izzahnya.
· 7. Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk
kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya.
· 8. Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam
ketaatan kepada Allah.
JENIS ZAKAT
Secara umum, zakat terbagi atas 2 (dua) yakni zakat fitrah dan zakat maal.
Secara lebih rinci, zakat maal terdiri dari zakat penghasilan/profesi, zakat
perdagangan, zakat saham, zakat perusahaan, dan lain-lain.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan bagi seorang muslim/ah yang
sudah mampu untuk menunaikannya. Zakat fitrah harus dikeluarkan setahun
sekali pada saat awal bulan Ramadhan hingga batas sebelum sholat hari raya
Idul Fitri. Hal tersebut yang menjadi pembeda zakat fitrah dengan zakat
lainnya.
Sebagaimana tercantum pada hadits Rasulullah SAW mengatakan,
“Barangsiapa yang menunaikan zakat fitri sebelum shalat Id maka zakatnya
diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat Id maka itu
hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud).
Kadar zakat fitrah: 2,5 kg / 3,5 liter beras
"% Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.
Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk beras atau makanan pokok seberat 2,5 kg
atau 3,5 liter per jiwa. Kualitas beras atau makanan pokok harus sesuai dengan
kualitas beras atau makanan pokok yang dikonsumsi kita sehari-hari. Namun,
beras atau makanan pokok tersebut dapat diganti dalam bentuk uang senilai
2,5 kg atau 3,5 liter beras.
2. Zakat Maal
Menurut bahasa, harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh
manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Sedangkan
menurut istilah, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan
dapat digunakan (dimanfaatkan). Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta)
apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:
Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentua ada 8 golongan
orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut:
· 1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai..
· 2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah,
mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.
Syarat harta yang wajib di zakati yaitu, milik penuh, bertambah atau
berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari hutang, dan
sudah berlalu satu tahun (haul).
Nisab zakat maal: 85 gram emas
Kadar zakat maal: 2,5%
Nisab zakat maal: Cara menghitung zakat maal:
2,5% x Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun
Contoh:
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki harta yang tersimpan
(emas/perak/uang) senilai Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini
Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A
sudah wajib zakat. Zakat maal yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x
Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-.
3. Zakat Profesi
Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan, diperoleh dari pengembangan
potensi diri seseorang dengan cara yang sesuai syariat, seperti upah kerja
rutin, profesi dokter, pengacara, arsitek, guru dll.
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan
Bp ramadhan

More Related Content

What's hot

Uraian Tugas Pengurus Masjid Muniroh Sukmajaya Depok
Uraian Tugas Pengurus Masjid Muniroh Sukmajaya DepokUraian Tugas Pengurus Masjid Muniroh Sukmajaya Depok
Uraian Tugas Pengurus Masjid Muniroh Sukmajaya DepokTohir Haliwaza
 
Membangun kemakmuran masjid
Membangun kemakmuran masjidMembangun kemakmuran masjid
Membangun kemakmuran masjidEndro Hariyadi
 
Proposal Pembangunan Ma'had al Abqary Berbeasiswa
Proposal Pembangunan Ma'had al Abqary BerbeasiswaProposal Pembangunan Ma'had al Abqary Berbeasiswa
Proposal Pembangunan Ma'had al Abqary BerbeasiswaYudhi Indradiningrat
 
Proposal pembangunan-musholla
Proposal pembangunan-mushollaProposal pembangunan-musholla
Proposal pembangunan-musholladeviska
 
Proposal mushola al-musyawaroh
Proposal mushola al-musyawarohProposal mushola al-musyawaroh
Proposal mushola al-musyawarohJunaedi Abu Zahra
 
Proposal pembangunan mushollah al ashar
Proposal pembangunan mushollah al ashar Proposal pembangunan mushollah al ashar
Proposal pembangunan mushollah al ashar Aris Enandi
 
Laporan pertanggung jawaban_panitia_pembangunan
Laporan pertanggung jawaban_panitia_pembangunanLaporan pertanggung jawaban_panitia_pembangunan
Laporan pertanggung jawaban_panitia_pembangunanqnetclub
 
Proposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Proposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAWProposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Proposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAWVicall Andryantho
 
Proposal kegiatan maulid nabi Muhammad SAW 1437H/2015
Proposal kegiatan maulid nabi Muhammad SAW 1437H/2015Proposal kegiatan maulid nabi Muhammad SAW 1437H/2015
Proposal kegiatan maulid nabi Muhammad SAW 1437H/2015andri setiadi
 
Proposal masjid al ikhlas labunia kec. wakorsel
Proposal masjid al ikhlas labunia kec. wakorselProposal masjid al ikhlas labunia kec. wakorsel
Proposal masjid al ikhlas labunia kec. wakorselWarnet Raha
 
PROPOSAL MUHARRAM oleh Eliha
PROPOSAL MUHARRAM oleh ElihaPROPOSAL MUHARRAM oleh Eliha
PROPOSAL MUHARRAM oleh ElihaEliha Mahsuna
 
Proposal Pembangunan Masjid Jihadulloh
Proposal Pembangunan Masjid JihadullohProposal Pembangunan Masjid Jihadulloh
Proposal Pembangunan Masjid JihadullohAris Enandi
 
Proposal Pembangunan Pondok Pesantren Mabdaul Haqqil Islami
Proposal Pembangunan Pondok Pesantren Mabdaul Haqqil IslamiProposal Pembangunan Pondok Pesantren Mabdaul Haqqil Islami
Proposal Pembangunan Pondok Pesantren Mabdaul Haqqil IslamiEndang Sahroni
 

What's hot (20)

Uraian Tugas Pengurus Masjid Muniroh Sukmajaya Depok
Uraian Tugas Pengurus Masjid Muniroh Sukmajaya DepokUraian Tugas Pengurus Masjid Muniroh Sukmajaya Depok
Uraian Tugas Pengurus Masjid Muniroh Sukmajaya Depok
 
Proposal musholla
Proposal mushollaProposal musholla
Proposal musholla
 
Proposal cetak
Proposal cetakProposal cetak
Proposal cetak
 
Img
ImgImg
Img
 
Membangun kemakmuran masjid
Membangun kemakmuran masjidMembangun kemakmuran masjid
Membangun kemakmuran masjid
 
Proposal Pembangunan Ma'had al Abqary Berbeasiswa
Proposal Pembangunan Ma'had al Abqary BerbeasiswaProposal Pembangunan Ma'had al Abqary Berbeasiswa
Proposal Pembangunan Ma'had al Abqary Berbeasiswa
 
Proposal pembangunan-musholla
Proposal pembangunan-mushollaProposal pembangunan-musholla
Proposal pembangunan-musholla
 
Proposal mushola al-musyawaroh
Proposal mushola al-musyawarohProposal mushola al-musyawaroh
Proposal mushola al-musyawaroh
 
Proposal pembangunan masjid
Proposal pembangunan masjidProposal pembangunan masjid
Proposal pembangunan masjid
 
BP SAFIRA VII-2017
BP SAFIRA VII-2017BP SAFIRA VII-2017
BP SAFIRA VII-2017
 
Proposal pembangunan mushollah al ashar
Proposal pembangunan mushollah al ashar Proposal pembangunan mushollah al ashar
Proposal pembangunan mushollah al ashar
 
Proposal penyelengaraan Isra miraj
Proposal penyelengaraan Isra mirajProposal penyelengaraan Isra miraj
Proposal penyelengaraan Isra miraj
 
BP SAFIRA VII-2017
BP SAFIRA VII-2017BP SAFIRA VII-2017
BP SAFIRA VII-2017
 
Laporan pertanggung jawaban_panitia_pembangunan
Laporan pertanggung jawaban_panitia_pembangunanLaporan pertanggung jawaban_panitia_pembangunan
Laporan pertanggung jawaban_panitia_pembangunan
 
Proposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Proposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAWProposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Proposal Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW
 
Proposal kegiatan maulid nabi Muhammad SAW 1437H/2015
Proposal kegiatan maulid nabi Muhammad SAW 1437H/2015Proposal kegiatan maulid nabi Muhammad SAW 1437H/2015
Proposal kegiatan maulid nabi Muhammad SAW 1437H/2015
 
Proposal masjid al ikhlas labunia kec. wakorsel
Proposal masjid al ikhlas labunia kec. wakorselProposal masjid al ikhlas labunia kec. wakorsel
Proposal masjid al ikhlas labunia kec. wakorsel
 
PROPOSAL MUHARRAM oleh Eliha
PROPOSAL MUHARRAM oleh ElihaPROPOSAL MUHARRAM oleh Eliha
PROPOSAL MUHARRAM oleh Eliha
 
Proposal Pembangunan Masjid Jihadulloh
Proposal Pembangunan Masjid JihadullohProposal Pembangunan Masjid Jihadulloh
Proposal Pembangunan Masjid Jihadulloh
 
Proposal Pembangunan Pondok Pesantren Mabdaul Haqqil Islami
Proposal Pembangunan Pondok Pesantren Mabdaul Haqqil IslamiProposal Pembangunan Pondok Pesantren Mabdaul Haqqil Islami
Proposal Pembangunan Pondok Pesantren Mabdaul Haqqil Islami
 

Similar to Bp ramadhan

Keutamaan_Bulan_Ramadhan.kegiatan pesantren kilat
Keutamaan_Bulan_Ramadhan.kegiatan pesantren kilatKeutamaan_Bulan_Ramadhan.kegiatan pesantren kilat
Keutamaan_Bulan_Ramadhan.kegiatan pesantren kilatHeriAsbi1
 
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptxTarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptxabijunda
 
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptxTarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptxabijunda
 
FINAL_SLIDE_Minggu_2_KAH_1444H_FALSAFAH_DAN_PENGISIAN_JIWA,_PENERANGAN.pptx
FINAL_SLIDE_Minggu_2_KAH_1444H_FALSAFAH_DAN_PENGISIAN_JIWA,_PENERANGAN.pptxFINAL_SLIDE_Minggu_2_KAH_1444H_FALSAFAH_DAN_PENGISIAN_JIWA,_PENERANGAN.pptx
FINAL_SLIDE_Minggu_2_KAH_1444H_FALSAFAH_DAN_PENGISIAN_JIWA,_PENERANGAN.pptxHASHIMFIKRIBINHJAHMA
 
Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8Anennena
 
BUKU KEGIATAN RAMADHAN OK BOLAK BALIK CETAK.docx
BUKU KEGIATAN RAMADHAN OK BOLAK BALIK CETAK.docxBUKU KEGIATAN RAMADHAN OK BOLAK BALIK CETAK.docx
BUKU KEGIATAN RAMADHAN OK BOLAK BALIK CETAK.docxSuarniSuarni5
 
Buku Kegiatan Ramadhan - SD.docx
Buku Kegiatan Ramadhan - SD.docxBuku Kegiatan Ramadhan - SD.docx
Buku Kegiatan Ramadhan - SD.docxssuserb565d4
 
buku-kegiatan-ramadhan-SMKPH 2023.doc
buku-kegiatan-ramadhan-SMKPH 2023.docbuku-kegiatan-ramadhan-SMKPH 2023.doc
buku-kegiatan-ramadhan-SMKPH 2023.docnurulpratiwi61
 
Ppt puasa
Ppt puasaPpt puasa
Ppt puasaM Yusuf
 
Ppt puasa
Ppt puasaPpt puasa
Ppt puasaM Yusuf
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Muhsin Hariyanto
 
MATERI BIMBINGAN IBADAH.pdf
MATERI BIMBINGAN IBADAH.pdfMATERI BIMBINGAN IBADAH.pdf
MATERI BIMBINGAN IBADAH.pdfJimatul Arrobi
 
tata cara sholat.pdf
tata cara sholat.pdftata cara sholat.pdf
tata cara sholat.pdfLPAAsahan
 
Haryanti modul (belajar shalat)
Haryanti modul (belajar shalat)Haryanti modul (belajar shalat)
Haryanti modul (belajar shalat)yantiyakubKIVI
 

Similar to Bp ramadhan (20)

KHUTBAH_SYABAN_1.pdf
KHUTBAH_SYABAN_1.pdfKHUTBAH_SYABAN_1.pdf
KHUTBAH_SYABAN_1.pdf
 
Keutamaan_Bulan_Ramadhan.kegiatan pesantren kilat
Keutamaan_Bulan_Ramadhan.kegiatan pesantren kilatKeutamaan_Bulan_Ramadhan.kegiatan pesantren kilat
Keutamaan_Bulan_Ramadhan.kegiatan pesantren kilat
 
eBookpuasa-edited (eISBN).pdf
eBookpuasa-edited (eISBN).pdfeBookpuasa-edited (eISBN).pdf
eBookpuasa-edited (eISBN).pdf
 
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptxTarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
 
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptxTarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
Tarhib_Ramadhan_1438_H.motivasi ramadhanpptx
 
FINAL_SLIDE_Minggu_2_KAH_1444H_FALSAFAH_DAN_PENGISIAN_JIWA,_PENERANGAN.pptx
FINAL_SLIDE_Minggu_2_KAH_1444H_FALSAFAH_DAN_PENGISIAN_JIWA,_PENERANGAN.pptxFINAL_SLIDE_Minggu_2_KAH_1444H_FALSAFAH_DAN_PENGISIAN_JIWA,_PENERANGAN.pptx
FINAL_SLIDE_Minggu_2_KAH_1444H_FALSAFAH_DAN_PENGISIAN_JIWA,_PENERANGAN.pptx
 
Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8
 
BUKU KEGIATAN RAMADHAN OK BOLAK BALIK CETAK.docx
BUKU KEGIATAN RAMADHAN OK BOLAK BALIK CETAK.docxBUKU KEGIATAN RAMADHAN OK BOLAK BALIK CETAK.docx
BUKU KEGIATAN RAMADHAN OK BOLAK BALIK CETAK.docx
 
BUKU SAKU RAMADHAN
BUKU SAKU RAMADHANBUKU SAKU RAMADHAN
BUKU SAKU RAMADHAN
 
Himpunan doa
Himpunan doaHimpunan doa
Himpunan doa
 
Buku Kegiatan Ramadhan - SD.docx
Buku Kegiatan Ramadhan - SD.docxBuku Kegiatan Ramadhan - SD.docx
Buku Kegiatan Ramadhan - SD.docx
 
buku-kegiatan-ramadhan-SMKPH 2023.doc
buku-kegiatan-ramadhan-SMKPH 2023.docbuku-kegiatan-ramadhan-SMKPH 2023.doc
buku-kegiatan-ramadhan-SMKPH 2023.doc
 
Ppt puasa
Ppt puasaPpt puasa
Ppt puasa
 
Ppt puasa
Ppt puasaPpt puasa
Ppt puasa
 
materi puasa.pdf
materi puasa.pdfmateri puasa.pdf
materi puasa.pdf
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
MATERI BIMBINGAN IBADAH.pdf
MATERI BIMBINGAN IBADAH.pdfMATERI BIMBINGAN IBADAH.pdf
MATERI BIMBINGAN IBADAH.pdf
 
tata cara sholat.pdf
tata cara sholat.pdftata cara sholat.pdf
tata cara sholat.pdf
 
Tuntunan-Shalat-Lengkap.pdf
Tuntunan-Shalat-Lengkap.pdfTuntunan-Shalat-Lengkap.pdf
Tuntunan-Shalat-Lengkap.pdf
 
Haryanti modul (belajar shalat)
Haryanti modul (belajar shalat)Haryanti modul (belajar shalat)
Haryanti modul (belajar shalat)
 

More from masjiddesa junwangi (10)

Proposal pendirian masjid jami'
Proposal pendirian masjid jami'Proposal pendirian masjid jami'
Proposal pendirian masjid jami'
 
3. referensi dokumen legalitas
3. referensi dokumen legalitas3. referensi dokumen legalitas
3. referensi dokumen legalitas
 
1001 kisah-teladan-islam
1001 kisah-teladan-islam1001 kisah-teladan-islam
1001 kisah-teladan-islam
 
10.tata naskah dinas mbs
10.tata naskah dinas mbs10.tata naskah dinas mbs
10.tata naskah dinas mbs
 
60 sahabat rasulullah
60 sahabat rasulullah60 sahabat rasulullah
60 sahabat rasulullah
 
Terjemah nashaihul ibad
Terjemah nashaihul ibadTerjemah nashaihul ibad
Terjemah nashaihul ibad
 
Lpj pq
Lpj pqLpj pq
Lpj pq
 
Manajemen Masjid
Manajemen MasjidManajemen Masjid
Manajemen Masjid
 
PANDUAN DZIKIR
PANDUAN DZIKIRPANDUAN DZIKIR
PANDUAN DZIKIR
 
PANDUAN DZIKIR
PANDUAN DZIKIRPANDUAN DZIKIR
PANDUAN DZIKIR
 

Recently uploaded

Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxArdianAlaziz
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfsrengseng1c
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxWahyudinHioda
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDAprihatiningrum Hidayati
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 

Recently uploaded (14)

Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 

Bp ramadhan

  • 1. i IBADAH DI BULAN BERKAH BUKU PEDOMAN IMAM TARAWIH Buku ini disusun sebagai Salah satu referensi imam tarawih PROGRAM SAFIRA IX BUKU INI DITERBITKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1440 H. “Allohuma bariklanaa fii rojaba wa sya’bana wa balighna romadhon”. Amiin
  • 2. ii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah mewajibkan hamba-Nya yang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana telah diwajibkan kepada ummat terdahulu agar menjadi manusia yang bertakwa. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan penerusnya sampai akhir zaman. Kita bersyukur dalam keadaan sehat dan kuat saat menyambut kembali kehadiran bulan Ramadhan, bulan agung yang penuh berkah dan maghfirah, bulan yang secara khusus disebutkan dalam Al Quran. Mari kita manfaatkan kesempatan emas ini sebagai wahana untuk menunaikan amal ibadah puasa dan amal shaleh lainnya dengan penuh keikhlasan/keyakinan dan harapan memperoleh ridha Allah (imanan wa-htisaban). Untuk membantu kelancaran dan kemudahan aktivitas ibadah di bulan suci Ramadhan ini, terutama kepada Imam Shalat Tarawih Terpadau pada Program Safari Ramahan IX se kawasan Desa Junwangi, disiapkan “BUKU PEDOMAN IMAM TARAWIH”. Buku ini memuat ketentuan pokok tentang amaliah Ramadhan dengan tetap merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Buku ini disusun dari berbagai sumber baik daring (buku-buku tentang puasa) maupun luring (situs-situs yang menjelaskan tentang puasa Ramadhan). Untuk memudahkan mempelajari buku ini disusun menjadi tiga BAB utama yaitu : PENDAHULUAN tentang latar belakang pentingnya memahami Ibadah Bulan Ramadhan, LANDASAN IBADAH berisi fiqih ibadah di Bulan Ramadhan dan PROGRAM SAFIRA IX berisi kegiatan yang akan dilaksanakan pada Bulan Ramadhan 1440 H di kawasan Desa Junwangi. Semoga ada gunan da manfa’atnya. Namun ibarat tiada gading yang tak retak. Mohon maaf bila ada kehilafan dan kekurangan dalam buku pedoman ini, masukan dan saran bisa disampaikan melalui email tersebut dibawah ini: tmbs.junwangi@gmail.com atau tmbaitussalamjunwangi@yahoo.com Wa’alaikum salam wr.wb. IR. MANOET, SE., CBA
  • 3. iii DAFTAR ISI NO ISI HAL 0 Cover i 1 Pengantar ii 2 Daftar isi iii 3 PENDAHULUAN 1 4 LANDASAN IBADAH 4 I.PUASA RAMADHAN 1. Sejarah Puasa Ramadhan 4 2. Bulan Penuh berkah 5 3. Makna Puasa 10 4. Hukum Puasa Ramadhan 10 5. Keutamaan Puasa 11 6. Hikmah Puasa 12 7. Rukun Puasa 13 8. Awal & akhir Bulan Ramahan 13 9. Rentang Waktu Puasa 13 10. Syarat Sah Puasa 14 11. Sunnah-sunnah Puasa 15 12. Orang-orang Yang Diperbolehkan Berbuka 16 13. Pembatal-pembatal Puasa 18 14. Yang Dimakruhkan Dalam Puasa 18 II. PEMAHAMAN TENTANG BERBUKA / TA’JIL III. SHALAT TARAWIH 19 IV. SHALAT WITIR 22 V. TADARUS AL QUR’AN 26 VI. I’TIKAF 30 VII. PANDUAN ZAKAT MENURUT BAZNAS 34 Definisi 34 JENIS ZAKAT 35 1. Zakat Fitrah 35 2. Zakat Mal 35 3. Zakat Profesi 36 4. Zakat Perdagangan 37 5. Zakat Saham 38 6. Zakat Perusahaan 38 7. NIAT ZAKAT FITRAH 40 VIII. TAKBIRAN 42 Bacaan Takbiran 43 IX. BILAL SHALAT IDUL FITRI 44 X. TATA CARA SHALAT IDUL FITRI 46 5 PROGRAM SAFIRA IX 49 SKEDUL KEGIATAN PROGRAM RAMADHAN & IDUL FITRI 50
  • 4. Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. PENDAHULUAN Marhaban ya Ramadhan, bulan penuh rahmat dan keberkahan. Allah memilih Ramadhan sebagai bulan yang istimewa sebagaimana firman-Nya:                                                 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi semua manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah:185).                “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah : 183).                  “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”. (QS. Al-Ashr 103:1-3). Meskipun kita setiap tahun kita beribadah di bulan Ramadhan namun apakah ibadah tersebut membekas atau hanya sekedar gugur kewajiban, atau bahkan hanya kebiasaan semata. Hal ini karena sering kali kita melakukan ibadah
  • 5. ! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. karena kebiasaan disekitar kita tanpa peduli apakah sudah sesuai tuntunan Islam atau belum kadang kita enggan untuk mengevaluasinya. Tujuan manusia diciptakan Allah SWT adalah untuk beribadah dan beramal sebanyak mungkin. Allah SWT berfirman, “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku,” (Surat Az-Dzariyat 56). Ibadah yang dilakukan manusia manfaatnya bukanlah untuk Allah SWT, tapi untuk manusia itu sendiri. Karena di akhirat kelak, tidak ada yang bisa membantu manusia kecuali amal baik selama hidup di dunia. Amal baik itu bisa berupa ibadah kepada Allah atau pun amal baik yang dilakukan terhadap sesama manusia. Dikarenakan ibadah dan amalan sangat penting dikerjakan, maka ada baiknya mengenal apa saja yang mesti dilakukan pada saat melakukan sebuah ibadah atau amalan tertentu. Setiap amalan dan ibadah ada ilmu dan cara mengerjakannya. Kalau cara ibadahnya tidak diketahui dan disempurnakan, bagaimana Allah akan menerimanya? Sebab itu, Abu Laits Al-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin menjelaskan: ‫ﺍﻟﺤ"ﻤﺎﺀ‬ ‫(ﻌﺾ‬ ‫ﻭﻗﺎﻝ‬: ‫ﺴﻠﻢ‬- . /‫ﺣ‬ ‫ﺎﺀ‬1‫ﺃﺷ‬ ‫ﻌﺔ‬4‫ﺃﺭ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﺠﺘﺎﺝ‬8: ‫ﻞ‬9‫ﻗ‬ ‫ﺍﻟﻌﻠﻢ‬ ‫ﺃﻭﻟﻬﺎ‬ ‫ﺼﻠ‬8 ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﻷﻥ‬ ‫(ﺪﺋﻪ‬ ‫ﻔﺴﺪﻩ‬8 ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺎﻥ‬D ‫ﻋﻠﻢ‬ F G‫(ﻐ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﺎﻥ‬D ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ،‫(ﺎﻟﻌﻠﻢ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺼﻠﺤﻪ‬8 ‫ﻣﻤﺎ‬ L GM‫ﺃ‬. ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺼﻠﺢ‬8 ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﻷﻥ‬ ‫ﺪﺋﻪ‬9‫ﻣ‬ N O P ‫ﺔ‬1‫ﺍﻟﻨ‬ N O R‫ﻭﺍﻟﺜﺎ‬ ‫ﺔ‬1‫(ﺎﻟﻨ‬... ‫ﺍﻟﺴﻜﻮﻥ‬ V‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬8‫ﻳﺆﺩ‬ . /‫ﺣ‬ ‫ﻪ‬1‫ﻓ‬ Y G‫ﺼ‬8 N O /‫ﻌ‬8 ،‫ﻭﺳﻄﻪ‬ N O P Y G‫ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‬ ‫ﻭﺍﻟﻄﻤﺄﻧ]ﻨﺔ‬. ،‫ﺇﺧﻼﺹ‬ F G‫(ﻐ‬ ‫ﻞ‬9‫ﻘ‬8 ‫ﻻ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬ ‫ﻷﻥ‬ ،‫ﺍﻏﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻓ‬ ‫ﻋﻨﺪ‬ ‫ﺍﻹﺧﻼﺹ‬ ‫ﺍﺑﻊ‬‫ﺮ‬‫ﻭﺍﻟ‬ ‫ﻋﻤﻠ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﻣﻨﻚ‬ ‫ﺎﺩ‬9‫ﺍﻟﻌ‬ ‫ﻗﻠﻮﺏ‬ ‫ﻞ‬9‫ﻭﺗﻘ‬ ،‫ﻣﻨﻚ‬ j‫ﺗﻌﺎ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﻞ‬9‫ﻳﺘﻘ‬ ‫(ﺎﻹﺧﻼﺹ‬ ‫ﺖ‬ Artinya, “Sebagian orang bijak berkata, ‘Amalan butuh pada empat hal agar selamat: pertama, berilmu sebelum memulainya, karena amal tidak sah tanpa ilmu. Bila amal dilakukan tanpa ilmu, mudharatnya lebih banyak ketimbang maslahatnya. Kedua, niat pada saat memulainya, karena amalan tidak sah tanpa niat. Ketiga, sabar ketika menjalankannya agar mencapai ketenangan. Keempat, ikhlas ketika selesai beramal, karena amalan tidak akan diterima tanpa keikhlasan, bila kamu ikhlas Allah akan menerima amalanmu dan hati orang-orang yang beribah pada Allah (beriman) juga akan menerimanya.”
  • 6. " Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Kutipan di atas menengaskan ada empat hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan ketika mengerjakan sebuah amalan atau ibadah. Keempat hal itu sebagai berikut: Pertama, memiliki ilmu tentang ibadah yang dikerjakan. Ilmu sangatlah penting, terutama ilmu yang berkaitan dengan ibadah. Tanpa ilmu, kita tidak mengerti bagaimana cara shalat, puasa, zakat yang benar. Maka dari itu, belajarlah sebelum mengerjakan ibadah. Kedua, tanamkan niat dalam hati pada saat mengerjakan amal ibadah. Niat menjadi rukun penting dalam ibadah. Niat menjadi pembeda antara suatu ibadah dengan ibadah lain, serta pembeda antara ibadah dengan yang bukan ibadah. Kalau tidak ada niat, ibadah yang dilakukan tidak ada gunanya. Ketiga, tumbuhkan kesabaran pada saat ibadah. Dalam mengerjakan shalat misalnya, usahakan menahan diri dan bersabar sampai selesai. Kalau tidak sabar, ibadah yang dikerjakan terasa terburu-buru dan tidak mendapatkan ketenangan. Keempat, usahakan ikhlas dalam setiap mengerjakan ibadah apapun, karena Allah hanya menerima ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan. Jangan sampai beramal karena dilihat orang, ingin mendapatkan pujian, dan melepaskan kewajiban semata. Sangat disayangkan orang yang beribadah untuk dilihat orang lain, karena semua itu tidak ada nilainya di hadapan Allah. Wallahu a’lam.
  • 7. # Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. LANDASAN IBADAH I. PUASA RAMADHAN 1. SEJARAH PUASA RAMADHAN Pakar Tafsir Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Membumikan Al- Qur’an (2000) menjelaskan, dari segi ajaran agama, para ulama menyatakan bahwa semua agama samawi, sama dalam prinsip-prinsip pokok akidah, syariat, serta akhlaknya. Ini berarti bahwa semua agama samawi mengajarkan keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari kemudian. Shalat, puasa, zakat, dan berkunjung ke tempat tertentu sebagai pendekatan kepada Allah adalah prinsip-prinsip syariat yang dikenal dalam agama-agama samawi. Tentu saja cara dan kaifiat- nya dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama. Kita dapat mempertanyakan mengapa puasa menjadi kewajiban bagi umat Islam dan umat-umat terdahulu? Manusia memiliki kebebasan bertindak memilih dan memilah aktivitasnya, termasuk dalam hal ini, makan, minum, dan berhubungan seks. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dari zaman dulu hingga sekarang menjadi tantangan manusia dalam kehidupan. Sebab, hal itu mempengaruhi sisi-sisi kehidupan lainnya sehingga berpuasa adalah ibadah yang tepat. Sejarah kewajiban puasa Ramadhan tidak terlepas dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke negeri Yatsrib (Madinah). Sebab peristiwa tersebut merupakan titik pijak penyempurnaan syariat Islam di kemudian hari. Puasa Ramadhan diwajibkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriah dengan cara dan model yang dilakukan umat Islam hingga kini. Affandi Mochtar dan Ibi Syatibi dalam buku Risalah Ramadhan (2008) mengungkapkan, sebelum ayat yang mewajibkan puasa turun, umat Islam biasa berpuasa wajib pada 10 Muharram atau Hari Asyura. Ketika Nabi Muhammad hijrah dan tiba di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi juga berpuasa pada 10 Muharram tersebut. Orang-orang Yahudi menyatakan, pada 10 Muharram Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari serangan Raja Fira’un. Kemudian
  • 8. $ Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Nabi Musa berpuasa pada 10 Muharram sebagai tanda syukur kepada Allah. Lalu, Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam agar berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Pada awalnya umat Islam diwajibkan berpuasa sampai waktu maghrib. Setelah berbuka mereka masih diperbolehkan makan, minum, dan melakukan hubungan seks suami-istri hingga kemudian melakukan shalat Isya dan tidur. Setelah melakukan shalat Isya dan tidur, mereka tidak diperbolehkan lagi untuk makan, minum, atau berhubungan seks hingga tiba saatnya waktu berbuka. Namun, praktik ini benar-benar menyulitkan umat Islam sehingga tidak sedikit yang melanggar larangan tersebut. Lalu, Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang dijelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 187 yang menyatakan, umat Islam diperbolehkan makan, minum, dan berhubungan intim dengan para istrinya sepanjang malam bulan puasa hingga terbit fajar. Tentu saja ayat tersebut disambut gembira oleh umat Islam kala itu sembari memanjatkan syukur atas kasih sayang Allah SWT. 2. BULAN PENUH BERKAH Bulan Ramadlan sering disebut sebagai syahrun ‘adzim, bulan yang agung, dan juga disebut syahrum Mubarak, bulan yang penuh berkah antara lain terdapat malam qadar di dalam bulan Ramadlan. Adapun keberkahan diberikan kepada malam, yakni malam yang diberkahi yaitu malam ketika al-Qur’an pertama kali diturunkan (al-Dukhan 44: 1-3). Barakah malam qadar, malam turunnya al-Qur’an. Malam qadar merupakan waktu yang penuh dengan barakah karena pada malam ini adalah waktu diturunkannya al-Qur’an, dan al-Qur’an adalah kitab yang penuh dengan keberkahan dan menjadi petunjuk bagi ummat manusia. Allah berfirman yang artinya: Ha Mim. Demi Kitab (al-Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami lah yang memberi peringatan. (al-Dukhan 44: 1-3). Menurut al-Alusi malam turunnya al-Qur’an dinamai dengan malam yang penuh barakah karena dengan turunnya al-Qur’an menyebabkan munculnya segala kebaikan dan manfaat duniawi dan ukhrawi. Manfaat duniawi yang terdapat dalam malam ini adalah pada malam itu ditentukannya rezeki dan ajal seseoang serta diberikannya syafaat kepada Nabi Muhammad saw, sedang
  • 9. % Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. manfaat ukhrawi adalah pada malam tersebut turunnya para malaikat yang membawa rahmat bagi yang beribadah di malam itu serta dikabulkannya doa. Turunnya al-Qur’an sebagaimana yang dijelaskan pada ayat di atas dipertegas dengan ayat yang menyatakan bahwa malam itu disebut dengan lailat al-qadr yaitu pada Surat al-Qadr 97: 1-5. Pada ayat ini dijelaskan lebih rinci tentang barakah malam tersebut yaitu malam diturunkannya al-Qur’an, malam dilipat ganda kan fahala hingga lebih baik dari seribu bulan, turunnya malaikat ke bumi, termasuk malaikat Jibril. Malaikat turun karena banyaknya berkah malam ini dan mereka turun dengan membawa rahmat dan juga keberkahan sebagaimana mereka akan turun ketika dibacakan al-Qur’an, dan mereka mengelilingi majelis dzikir, dan membentangkan sayapnya bagi penuntut ilmu sebagai penghargaan dan penghormatan bagi mereka. Kata ruh dalam surat ini, menurut mufassir adalah malaikat Jibril, disebut demikian sebagai penghargaan dan karena kedudukannya yang mulia. Adapun yang dimaksud dengan malam yang penuh dengan kedamaian hingga terbit fajar adalah malam ini penuh dengan kebaikan dan keberkahan, tidak adanya setan hingga saat fajar tiba dan tidak adanya penyakit ataupun musibah. Kata salam diartikan sebagai kebebasan dari segala macam kekurangan, apapun bentuk kekurangan tersebut, baik lahir maupun batin, sehingga seseorang yang hidup dalam salam akan terbebaskan dari penyakit, kemiskinan, kebodohan dan segala sesuatu yang termasuk dalam pengertian kekurangan lahir dan batin. Ibn al-Qayyim menjelaskan tentang hati yang mencapai kedamaian dan ketentraman mengantar pemiliknya dari ragu kepada yakin, dari kebodohan kepada ilmu, dari lalai kepada ingat, khianat kepada amanat, riya’ kepada ikhlas, lemah kepada teguh, dan sombong kepada tahu diri.” Demikian banyak keberkahan malam qadar sebagai yang disebutkan dalam al- Qur’an, meskipun tidak dinafikan adanya keberkahan pada waktu waktu lain. Seseorang yang mendapat lailat al-qadar akan semakin kuat dorongan dalam jiwanya untuk melakukan kebajikan-kebajikan pada sisa hidupnya sehingga ia merasakan kedamaian abadi. Secara umum ulama tafsir memahami kata fajr yakni waktu sebelum terbitnya matahari pada malam qadar tersebut, sementara kamu sufi memahami arti terbitnya fajar pada ayat ini sebagai terbitnya fajar matahari dari sebelah
  • 10. & Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. barat, yaitu yang akan terjadi kelak menjelang kematian atau kiamatnya dunia. Sehingga ayat ini mereka fahami bahwa keselamatan, kedamaian dan kebebasan dari segala bentuk kekurangan terus menerus berlangsung hingga saat terbitnya fajar tersebut. Ini bagi yang beruntung menemui lailat al-qadar, demikian Ibn ‘Arabi, sebagai yang dikutip Quraisy Shihab. Dengan demikian kita dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah sebagai sumber keberkahan, segala tempat, barang, waktu, individu, makanan dan lain lain ada yang diberikan unsur keberkahan oleh Allah, sehingga apabila manusia mendapatkan manfaat dari salah satunya atau semua ciptaan yang mengandung keberkahan tersebut niscayalah ia akan bahagia di dunia dan di akhirat. Jika semua kebaikan dan kenikmatan baik di dunia maupun di akhirat merupakan karunia dari Allah swt kepada hamba-Nya, maka kelangsungan dan kelanggengan serta bertambahnya kebaikan dan kenikmatan kepada manusia adalah merupakan barakah dari Allah swt. Sebuah hadits Nabi saw yang artinya: Dari ‘Abdullah ibn Mas’ud r.a berkata: ketika kami bersama Rasulullah saw dalam suatu perjalanan, dan kehabisan air, beliau berkata: carilah sedikit ar, maka para sahabat datang dengan membawa tempat yang sedikit airnya, maka Nabi memasukkan tangannya ke tempat air yang tinggal sedikit tadi, kemudian beliau bersabda: “Kemarilah pada air yang suci dan penuh barakah, dan yang barakah hanyalah dari Allah swt.” Dan telah kulihat air keluar dari sela-sela jemari Rasulullah saw. Dengan demikian jelas bahwa segala bentuk barakah berasal dari Allah swt, oleh sebab itu segala macam bacaan doa untuk mendapatkan barakah selalu disandarkan kepada Allah swt. Telah jelas pula bahwa Allah telah mengutamakan dan memilih sebagian dari makhluk-Nya, Ia pun telah mengutamakan dan memberi berkah pada sebagian tempat atas sebagian tempat yang lain seperti: Mekkah, Madinah dan Masjid al-Aqsha. Demikian pula Allah swt telah mengutamakan sebagian waktu dari sebagian lainnya seperti: bulan Ramadlan, lailat al-qadar, dan juga menempatkan keberkahan pada zaitun, air hujan dsb. Seperti yang sudah diterangkan bahwa Allah swt adalah Yang Maha Pemberi berkah yang melimpah, dan secara khusus mensifati diri-Nya dengan sifat tabarak (pemberi berkah yang melimpah), dan dapat ditemui kata tabaraka terulang Sembilan kali dalam al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai sebuah kitab suci (peringatan) juga memiliki barakah (al- Anbiya’ 21: 50, al-An’am 6: 92 dan 155), dan (Shad 38: 29).
  • 11. ' Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Al-Qur’an mengandung banyak sekali kebajikan (berkah) dan keistimewaan, termasuk orang terpelajar mengakui keistimewaannya, dan tidak sedikit dari petunjuk al-Qur/an diadopsi mereka, dan al-Qur’an juga menjadi bukti kebenaran yang membungkam para penantangnya. Al-Qur’an disebut sebagai faktor yang mendatangkan barakah karena Allah swt telah memberikan beberapa sebutan atau nama pada al-Qur’an antara lain dengan sifat mubarak yang terulang empat kali yaitu pada al-An’am 6: 92, dan 155, al-Anbiya’ 21: 50, dan Shad 38: 29. Adapun beragam nama yang diberikan kepada al-Qur’an yaitu: Al-Kitab, al- Furqan, al-Dzikr, al-Tanzil, Nur, Huda, Syifa, Rahmah, Mau’izhah, Mubarak, Mubin, Busyro, ‘Aziz, Majid, Basyir, dan Nadzir. Al-Qur’an sebagai sumber kebaikan dan faktor datangnya keberkahan yang tetap dan terus menerus bertambah. Al-Razi menjelaskan bahwa arti dari kitabun mubarak adalah kitab yang banyak kebaikannya dan mempunyai barakah yang abadi, karena selalu memberi berita gembira tentang pahala yang berlipat ganda dan ampunan yang luas, serta memberi ancaman bagi yang berbuat dosa dan maksiat. Al-Razi selanjutkan ketika menafsirkan surat al-An’am 6: 92 menjelaskan bahwa “Merupakan sunnatullah, bahwa setiap orang yang berpegang teguh pada al-Qur’an dan mencari petunjuknya maka ia akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat dan saya akui setelah banyak mengkaji ilmu agama dan ilmu umum lainnya, saya belum pernah mendapatkan kebahagiaan seperti ketika saya menekuni ilmu di bidang agama ini.” Sementara itu Ibn al-Qayyim mengatakan bahwa “Al-Qur’an lebih layak disebut dengan Mubarak dari pada yang lain, karena berlimpahnya berbagai macam kebaikan dan manfaat serta barakah yang terdapat di dalamnya. Al-Alusi menafsirkan kata mubarak dengan manfaat yang melimpah, karena ia mencakup manfaat dunia dan akhirat serta mencakup pengetahuan orang- orang terdahulu dan terkini. Dan al-Syanqithi menerangkan bahwa mubarak berarti berkah yang banyak dan kebaikan yang melimpah, karena di dalamnya terdapat banyak kebaikan untuk di dunia dan di akhirat. Adapun beberapa tanda-tanda kemuliaan al-Qur’an adalah karena al-Qur’an adalah kalamullah, al-Qur’an sebagai kitab suci yang benar dan menyerukan kepada kebenaran, al-Qur’an sebagai pemisah antara yang hak dan yang batil, al-Qur’an merupakan cahaya dan petunjuk, al-Qur’an sebagai penerang
  • 12. ( Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. bagi segala kegelapan dan kesesatan, al-Qur’an sebagai rahmat yang besar dari Allah swt, al-Quran sebagai pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan pemberi peringatan bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an merupakan sumber kesembuhan untuk segala penyakit bagi orang yang beriman dan patuh. Salah satu contoh konkrit lain yaitu tentang harta yang akan mendapat keberkahan adalah harta yang dibelanjakan pada jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji, Allah melipatgandakan bagi siapa yang Ia kehendaki. Banyak hadits Nabi saw yang juga menjelaskan tentang balasan Allah swt terhadap belanja yang dikeluarkan di jalan Allah. Beberapa keberkahan, keutamaan lain bulan ramadhan antara lain adalah: · Sebagai syahrushshobri, bulan latihan kesabaran · Sebagai bulan pasaran ibadah, dilipatkan fahala amal kebaikan · Adapun tentang keberkahan yang terdapat dalam pelaksanaan puasa itu sendiri antara lain: o Puasa sebagai ibadah untuk Allah dan Dia yang akan langsung membalas ganjarannya (fashshaumu li wa ana ajzi bihi) o Puasa sebagai latihan yang memiliki multi dimensi pendidikan: fisik, mental dan spiritual yang menghasikan kesehatan jasmani, rohani dan kesehatan sosial o Menurut Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani: Shaum syari’at menahan diri dari makanan, minuman, dan hubungan suami isteri di siang hari, shaum tariqat adalah menahan seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan yang diharamkan dan sifat-sifat tercela, lahir dan batin, siang dan malam, bila melakukan hal-hal tersebut maka batallah puasa tariqatnya. Shaum syari’at mempunyai waktu tertentu, shaum tariqat selama hidup. · Nabi bersabda: “Banyak orang yang berpuasa, hasilnya hanyalah lapar dan dahaga.” Hadits lain: “Banyak yang berpuasa, tetapi berbuka. Banyak yang berbuka, tetapi berpuasa.” Yaitu orang yang perutnya tidak berpuasa, tetapi ia menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan terlarang dan menyakiti orang lain. · Hadits Rasul: “Bagi orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan yakni ketika berbuka dan ketika melihat Allah.” Pengertian hadits im menurut syari’at ialah kebahagiaan yang pertama ketika berbuka dengan memakan makanan di waktu maghrib, kedua ketika
  • 13. ) Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. melihat bulan di malam lebaran pertanda selesainya tugas puasa Ramadlan. Adapun pengertian menurut THARIQOT ialah kebahagiaan yang pertama ketika masuk syurga menikmati kenikmatan syurga. Semoga Allah memberikannya kepada kita. Kedua ru’yah yakni melihat Allah pada hari kiamat dengan pandangan sirri secara nyata. Semoga kiya mendapatkannya. Adapun pengertian menurut HAKIKAT menjaga hati dari selain Allah dan menjaga rasa agar tidak mencintai selain Allah. Hadist Qudsi: “al-insanu sitrri wa ana sirruhu,” manusia adalah rahasiaku dan Aku rahasianya, sir ini dari nur Allah, maka orang yang di tingkat ini tidak akan cenderung kepada selain Allah. Tidak ada yang dicintai, diingini dan dicari selain Allah, di dunia maupun di akhirat. Bila hati terjatuh pada mencintai selain Allah, maka batallah shaum haqiqatnya, dan ia harus malakukan qadla dengan kembali mencintai Allah dan menemuinya di dunia dan di akhirat. Demikianlah multi keberkahan yang diberikan Allah swt kepada manusia di dunia ini untuk kebahagiaan dan kemakmuran manusia itu sendiri baik secara ekonomi maupun fahala dan ganjaran atau balasan yang berlipat ganda baik secara duniawi maupun ukhrawi. 3. MAKNA PUASA Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan Ash Shiyaam (‫)ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬ atau Ash Shaum (‫)ﺍﻟﺼﻮﻡ‬. Secara bahasa Ash Shiyam artinya adalah al imsaak (‫)ﺍﻹﻣﺴﺎﻙ‬ yaitu menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada Allah Ta’ala dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. 4. HUKUM PUASA RAMADHAN Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan firman Allah Ta’ala:                Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS. AlBaqoroh : 183)
  • 14. Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Dan juga karena puasa ramadhan adalah salah dari rukun Islam yang lima. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‫ﻻ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺷﻬﺎﺩﺓ‬ :‫ﺧﻤﺲ‬ /‫ﻋ‬ ‫ﺳﻼﻡ‬ ِ ‫ﺍﻹ‬ 3 4 5ُ‫ﺑ‬ ،‫ﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ 8 ‫ﺪﺍ‬ ّ‫ﻣﺤﻤ‬ ّ ‫ﻭﺃﻥ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻟﻪ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺭﻣﻀﺎﻥ‬ ‫ﻭﺻﻮﻡ‬ ، ّ ‫ﻭﺍﻟﺤﺞ‬ ،‫@ﺎﺓ‬ ‫ﺰ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻳﺘﺎﺀ‬ِD‫ﻭ‬ ،‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ ‫ﻗﺎﻡ‬D‫ﻭ‬ “Islam dibangun di atas lima rukun: syahadat laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR. Bukhari – Muslim). 5. KEUTAMAAN PUASA 1. Puasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Umamah Al Bahili: ‫ﻟﻪ‬ ‫ﻣﺜﻞ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﻓﺈﻧﻪ‬ ‫ﺎﻟﺼ"ﺎﻡ‬K ‫ﻋﻠ"ﻚ‬ “hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang tidak ada tandingannya” (HR. Ahmad, An Nasa-i. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i) 2. Allah Ta’ala menyandarkan puasa kepada diri-Nya. ‫ﻪ‬K ‫ﺃﺟﺰﻱ‬ ‫ﻭﺃﻧﺎ‬ 3 O ‫ﻓﺈﻧﻪ‬ ،‫ﺍﻟﺼﻮﻡ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﻟﻪ‬ ‫ﺁﺩﻡ‬: ‫ﺍﺑﻦ‬ ‫ﻋﻤﻞ‬ ‫@ﻞ‬ ‫ﻭﺟﻞ‬‫ﻋﺰ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ “Allah ‘azza wa jalla berfirman: setiap amalan manusia itu bagi dirinya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalas pahalanya” (HR. Bukhari – Muslim). 3. Puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran: sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi hal yang dilarang Allah dan sabar terhadap takdir Allah atas rasa lapar dan kesulitan yang ia rasakan selama puasa. 4. Puasa akan memberikan syafaat di hari kiamat. ‫ﺪ‬Q‫ﻟﻠﻌ‬ ‫ﺸﻔﻌﺎﻥ‬U ‫ﺁﻥ‬ ‫ﻭﺍﻟﻘﺮ‬ ‫ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬ “Puasa dan Al Qur’an, keduanya akan memberi syafaat kelak di hari kiamat” (HR. Ahmad, Thabrani, Al Hakim. Al Haitsami mengatakan: “semua perawinya dijadikan hujjah dalam Ash Shahih“). 5. Orang yang berpuasa akan diganjar dengan ampunan dan pahala yang besar.
  • 15. ! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Allah Ta’ala berfirman:                                “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al Ahzab: 35) 5. Puasa adalah perisai dari api neraka. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‫ﻨﺔ‬ ُ ‫ﺟ‬ ‫ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬ “puasa adalah perisai” (HR. Bukhari – Muslim) 6. Puasa adalah sebab masuk ke dalam surga Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa” (HR. Bukhari). 6. HIKMAH PUASA 1. Puasa adalah wasilah untuk mengokohkan ketaqwaan kepada Allah 2. Puasa membuat orang merasakan nikmat dari Allah Ta’ala 3. Mendidik manusia dalam mengendalikan keinginan dan sabar dalam menahan diri 4. Puasa menahan laju godaan setan 5. Puasa menimbulkan rasa iba dan sayang kepada kaum miskin 6. Puasa membersihkan badan dari elemen-elemen yang tidak baik dan membuat badan sehat
  • 16. " Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. 7. RUKUN PUASA 1. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa 2. Menepati rentang waktu puasa 8. AWAL & AKHIR BULAN RAMADHAN · Wajib menentukan awal bulan Ramadhan dengan ru’yatul hilal, bila hilal tidak terlihat maka bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma akan hal ini, tidak ada khilaf di antara mereka. · Para ulama mensyaratkan minimal satu orang yang melihat hilal untuk bisa menetapkan terlihatnya hilal Ramadhan. · Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Ramadhan sendirian, ulama khilaf. Jumhur ulama mengatakan ia wajib berpuasa sendirian berdasarkan ru’yah-nya. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Al Utsaimin. Sebagian ulama berpendapat ia wajib berpuasa bersama jama’ah kaum Muslimin. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Baz. · Rukyah hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh negeri yang lain (ittifaqul mathali’), ataukah setiap negeri mengikuti rukyah hilal masing- masing di negerinya (ikhtilaful mathali’)? Para ulama khilaf dalam masalah ini. Jumhur ulama berpendapat rukyah hilal suatu negeri berlaku untuk seluruh negeri yang lain. Adapun Syafi’iyyah dan pendapat sebagian salaf, setiap negeri mengikuti rukyah hilal masing-masing. Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ash Shanani dan juga Ibnu Utsaimin. · Wajib menentukan akhir bulan Ramadhan dengan ru’yatul hilal, bila hilal tidak terlihat maka bulan Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari. Para ulama ijma akan hal ini, tidak ada khilaf di antara mereka. · Jumhur ulama mensyaratkan minimal dua orang yang melihat hilal untuk bisa menetapkan terlihatnya hilal Syawal. · Jika ada seorang yang mengaku melihat hilal Syawal sendirian, maka ia wajib berbuka bersama jama’ah kaum Muslimin. · Jika hilal Syawal terlihat pada siang hari, maka kaum Muslimin ketika itu juga berbuka dan shalat Id, jika terjadi sebelum zawal (bergesernya mata hari dari garis tegak lurus). 9. RENTANG WAKTU PUASA Puasa dimulai ketika sudah terbit fajar shadiq atau fajar yang kedua. Allah Ta’ala berfirman:
  • 17. # Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. ‫ﺍ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻦ‬ ُ ‫ﻭﻫ‬ ُ ِ ]‫ﺎ‬َK َ ‫ﺎﻵﻥ‬ َ ‫ﻓ‬ ُ ‫ﻢ‬ ` a b ‫ﻟ‬ َ4 ‫ﱠ‬ c dَ‫ﺒ‬ َ fَ‫ﻳ‬ ‫ﱠ‬g 5 َ ‫ﺣ‬ i ‫ﻮﺍ‬ُjَ ْ ]‫ﺍ‬ َ ‫ﻭ‬ i ‫ﻮﺍ‬ ` ‫ﻠ‬ ` kَ ‫ﻭ‬ ْ ‫ﻢ‬ ` a b ‫ﻟ‬ ُ l m‫ﺍ‬ َ ‫ﺐ‬ َ ‫ﺘ‬ b ‫ﻛ‬‫ﺎ‬ َ‫ﻣ‬ i ‫ﻮﺍ‬ ُ ‫ﻐ‬ َ ‫ﺘ‬ْ‫ﺑ‬ q‫ﺮ‬ ْ ‫ﺠ‬ َ ‫ﻔ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ ِ ‫ﺩ‬ َ ‫ﻮ‬ ْ ‫ﺳ‬ َ ‫ﺍﻷ‬ ِ ‫ﻂ‬ْ" َ ‫ﺨ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ ُ ‫ﺾ‬َ"ْ‫ﺑ‬ َ ‫ﺍﻷ‬ ُ ‫ﻂ‬ْ" َ ‫ﺨ‬ i ‫ﺍﻟ‬ “Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar” (QS. Al Baqarah: 187). Yang dimaksud dengan khaythul abyadh di sini adalah fajar shadiq atau fajar kedua karena berwarna putih dan melintang di ufuk seperti benang. Adapun fajar kadzib atau fajar pertama itu bentuknya seperti dzanabus sirhan (ekor serigala). Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‫ﺍﻥ‬‫ﺮ‬‫ﻓﺠ‬ ‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬: ‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ ‫ﺤﻞ‬w ‫ﻓﻼ‬ ‫ﺣﺎﻥ‬x‫ﺍﻟ‬ ‫ﻛﺬﻧﺐ‬‫ﻜﻮﻥ‬w ‫ﺍﻟﺬﻱ‬ ‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬ ‫ﻓﺄﻣﺎ‬ ‫ﺤﻞ‬w ‫ﻓﺈﻧﻪ‬ ‫ﺍﻷﻓﻖ‬ 3 4 } ‫ﻣﺴﺘﻄ"ﻼ‬ ‫ﺬﻫﺐ‬w ‫ﺍﻟﺬﻱ‬ ‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬ ‫ﻭﺃﻣﺎ‬ ،‫ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ‬ ‫ﺤﺮﻡ‬w ‫ﻭﻻ‬ ‫ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ‬ ‫ﺤﺮﻡ‬w ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬ “Fajar itu ada dua: pertama, fajar yang bentuknya seperti ekor serigala, maka ini tidak menghalalkan shalat (shubuh) dan tidak mengharamkan makan. Kedua, fajar yang memanjang di ufuk, ia menghalalkan shalat (shubuh) dan mengharamkan makan (mulai puasa)” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’). Puasa berakhir ketika terbenam matahari. Allah Ta’ala berfirman: ِ ‫ﻞ‬ْ" l ‫ﺍﻟﻠ‬ b Oِ‫ﺇ‬ َ‫ﺎﻡ‬َ" ‫ﱢ‬ ‫ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻮﺍ‬ ‫ﱡ‬‫ﻤ‬ِ‫ﺗ‬ b ‫ﺃ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﺛ‬ “lalu sempurnakanlah puasa hingga malam” (QS. Al Baqarah: 187). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‫ﻓﻘﺪ‬ ،‫ﺍﻟﺸﻤﺲ‬ ‫ﺖ‬j…‫ﻭﻏ‬ ،‫ﻫﺎﻫﻨﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺍﻟﻨﻬﺎﺭ‬ ‫ﻭﺃﺩﺑﺮ‬ ‫ﻫﺎﻫﻨﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺍﻟﻠ"ﻞ‬ ‫ﻞ‬Q‫ﺃﻗ‬ ‫ﺇﺫﺍ‬ ‫ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ‬ ‫ﺃﻓﻄﺮ‬ “jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan terbenam matahari, maka orang yang berpuasa boleh berbuka” (HR. Bukhari – Muslim). 10. SYARAT SAH PUASA 1. Islam 2. Baligh 3. Berakal 4. Muqim (tidak sedang safar)
  • 18. $ Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. 5. Suci dari haid dan nifas 6. Mampu berpuasa 7. Niat 11. SUNNAH-SUNNAH PUASA 1. Sunnah-sunnah terkait berbuka puasa o Disunnahkan menyegerakan berbuka o Berbuka puasa dengan beberapa butir ruthab (kurma segar), jika tidak ada maka denganbeberapa butir tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air putih o Berdoa ketika berbuka dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: ‫ﷲ‬ ‫ﺷﺎﺀ‬ ‫ﺇﻥ‬‫ﺍﻷﺟﺮ‬ ‫ﻭﺛˆﺖ‬ ‫ﺍﻟﻌﺮﻭﻕ‬ ‫ﻭﺍﺑﺘﻠﺖ‬ ‫ﺍﻟﻈﻤﺄ‬ ‫ﺫﻫﺐ‬ “telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan, dan telah diraih pahala, insya Allah” (HR. Abu Daud, An Nasa-i, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud) 2. Sunnah-sunnah terkait makan sahur · Makan sahur hukumnya sunnah muakkadah. Dianggap sudah makan sahur jika makan atau minum di waktu sahar, walaupun hanya sedikit. Dan di dalam makanan sahur itu terdapat keberkahan · Disunnahkan mengakhirkan makan sahur mendekati waktu terbitnya fajar, pada waktu yang tidak dikhawatirkan datangnya waktu fajar ketika masih makan sahur. · Disunnahkan makan sahur dengan tamr (kurma kering). 3. Orang yang berpuasa wajib meninggalkan semua perbuatan yang diharamkan agama dan dianjurkan untuk memperbanyak melakukan ketaatan seperti: bersedekah, membaca Al Qur’an, shalat sunnah, berdzikir, membantu orang lain, i’tikaf, menuntut ilmu agama, dll 4. Membaca Al Qur’an adalah amalan yang lebih dianjurkan untuk diperbanyak di bulan Ramadhan. Bahkan sebagian salaf tidak mengajarkan ilmu di bulan Ramadhan agar bisa fokus memperbanyak membaca Al Qur’an dan mentadabburinya.
  • 19. % Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. 12. ORANG-ORANG YANG DIPERBOLEHKAN TIDAK BERPUASA 1. Orang sakit yang bisa membahayakan dirinya jika berpuasa. · Jumhur ulama mengatakan bahwa orang sakit yang boleh meninggalkan puasa adalah yang jika berpuasa itu dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan serius pada kesehatannya. · Adapun orang yang sakit ringan yang jika berpuasa tidak ada pengaruhnya sama sekali atau pengaruhnya kecil, seperti pilek, sakit kepala, maka ulama empat madzhab sepakat orang yang demikian wajib tetap berpuasa dan tidak boleh meninggalkan puasa. · Terkait adanya kewajiban qadha atau tidak, orang sakit dibagi menjadi 2 macam: § Orang yang sakitnya diperkirakan masih bisa sembuh, maka wajib meng-qadha ketika sudah mampu untuk menjalankan puasa. Ulama ijma akan hal ini. § Orang yang sakitnya diperkirakan tidak bisa sembuh, maka membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Diqiyaskan dengan keadaan orang yang sudah tua renta tidak mampu lagi berpuasa. Ini disepakati oleh madzhab fikih yang empat. 2. Musafir. · Orang yang bersafar boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik perjalanannya sulit dan berat jika dilakukan dengan berpuasa, maupun perjalanannya ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa. · Namun jika orang yang bersafar itu berniat bermukim di tempat tujuan safarnya lebih dari 4 hari, maka tidak boleh meninggalkan puasa sejak ia sampai di tempat tujuannya. · Para ulama khilaf mengenai musafir yang perjalanannya ringan dan tidak berat jika dilakukan dengan berpuasa, semisal menggunakan pesawat atau kendaraan yang sangat nyaman, apakah lebih utama berpuasa ataukah tidak berpuasa. Yang lebih kuat, dan ini adalah pendapat jumhur ulama, lebih utama tetap berpuasa. · Orang yang hampir selalu bersafar setiap hari, seperti pilot, supir bus, supir truk, masinis, dan semacamnya, dibolehkan untuk tidak berpuasa selama bersafar, selama itu memiliki tempat tinggal untuk pulang dan menetap. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Al Utsaimin. 3. Orang yang sudah tua renta · Orang yang sudah tua renta dan tidak lagi mampu untuk berpuasa dibolehkan untuk tidak berpuasa Ramadhan. Ulama ijma akan hal ini.
  • 20. & Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. · Wajib bagi mereka untuk membayar fidyah kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. 4. Wanita hamil dan menyusui · Wanita hamil atau sedang menyusui boleh meninggalkan puasa Ramadhan, baik karena ia khawatir terhadap kesehatan dirinya maupun khawatir terhadap kesehatan si bayi. · Ulama berbeda pendapat mengenai apa kewajiban wanita hamil dan menyusui ketika meninggalkan puasa. § Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup membayar fidyah tanpa qadha, ini dikuatkan oleh Syaikh Al Albani. § Sebagian ulama berpendapat bagi mereka cukup meng-qadha tanpa fidyah, ini dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al Fauzan, Al Lajnah Ad Daimah, juga pendapat Hanafiyah dan Malikiyah. § Sebagian ulama madzhab juga berpendapat bagi mereka qadha dan fidyah jika meninggalkan puasa karena khawatir akan kesehatan si bayi. 1. Yang lebih rajih –insya Allah– adalah pendapat kedua, bagi mereka wajib qadha saja tanpa fidyah. 5. Orang yang memiliki sebab-sebab yang membolehkan tidak berpuasa, diantaranya: 1. Orang yang pekerjaannya terasa berat. Orang yang demikian tetap wajib meniatkan diri berpuasa dan wajib berpuasa. Namun ketika tengah hari bekerja lalu terasa sangat berat hingga dikhawatirkan dapat membahayakan dirinya, boleh membatalkan puasa ketika itu, dan wajib meng-qadha-nya di luar Ramadhan. 2. Orang yang sangat kelaparan dan kehausan sehingga bisa membuatnya binasa. Orang yang demikian wajib berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain. 3. Orang yang dipaksa untuk berbuka atau dimasukan makanan dan minuman secara paksa ke mulutnya. Orang yang demikian boleh berbuka dan meng-qadha-nya di hari lain dan ia tidak berdosa karenanya. 4. Mujahid fi sabilillah yang sedang berperang di medan perang. Dibolehkan bagi mereka untuk meninggalkan berpuasa. Berdasarkan hadits: ،‫ﻢ‬a‫ﻟ‬ ‫ﺃﻗﻮﻯ‬‫ﻭﺍﻟﻔﻄﺮ‬ ،‫ﻋﺪﻭ@ﻢ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺩﻧﻮﺗﻢ‬ ‫ﻗﺪ‬ ‫ﺇﻧŠﻢ‬ ‫ﺭﺧﺼﺔ‬ ‫ﻓŠﺎﻧﺖ‬
  • 21. ' Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. “sesungguhnya musuh kalian telah mendekati kalian, maka berbuka itu lebih menguatkan kalian, dan hal itu merupakan rukhshah” (HR. Muslim). 13. PEMBATAL-PEMBATAL PUASA 1. Makan dan minum dengan sengaja 2. Keluar mani dengan sengaja 3. Muntah dengan sengaja 4. Keluarnya darah haid dan nifas 5. Menjadi gila atau pingsan 6. Riddah (murtad) 7. Berniat untuk berbuka 8. Merokok 9. Jima (bersenggama) di tengah hari puasa. Selain membatalkan puasa dan wajib meng-qadha puasa, juga diwajibkan menunaikan kafarah membebaskan seorang budak, jika tidak ada maka puasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin. 10.Hijamah (bekam) diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur ulama, hijamah tidak membatalkan puasa. Sedangkan pendapat Hanabilah bekam dapat membatalkan puasa. Pendapat kedua ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz dan Ibnu Al Utsaimin. 11.Masalah donor darah merupakan turunan dari masalah bekam. Maka donor darah tidak membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat jumhur ulama, dan bisa membatalkan puasa dengan men-takhrij pendapat Hanabilah. 12.Inhaler dan sejenisnya berupa aroma yang dimasukan melalui hidung, diperselisihkan apakah dapat membatalkan puasa atau tidak. Pendapat jumhur ulama ia dapat membatalkan puasa, sedangkan sebagian ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah mengatakan tidak membatalkan. Pendapat kedua ini juga dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah. 14. YANG DIMAKRUHKAN DALAM BERPUASA 1. Terlalu dalam dan berlebihan dalam berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke hidung) 2. Puasa wishal, yaitu menyambung puasa selama dua hari tanpa diselingi makan atau minum sama sekali. 3. Menyicipi makanan tanpa ada kebutuhan, walaupun tidak masuk ke kerongkongan
  • 22. ( Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. 4. Bercumbu dan mencium istri, bagi orang yang tidak mampu mengendalikan birahinya 5. Bermalas-malasan dan terlalu banyak tidur tanpa ada kebutuhan 6. Berlebihan dan menghabiskan waktu dalam perkara mubah yang tidak bermanfaat . II. PEMAHAMAN TENTANG BERBUKA / TA’JIL Ta’jil atau makanan ringan saat buka puasa, selalu tersedia di rumah, di tempat perbelanjaan, bahkan di Masjid dan Mushola. Makanan ringan pembuka puasa ini, banyak macam dan ragamnya. Sesuai dengan ke khasan daerah tersebut. Lewat tajil pula, orang berlomba-lomba menyediakannya sebagai bentuk amalan di bulan puasa. “Tajil, dari makna kata ajala, tajilu yang artinya menyegerakan berbuka, menjadi tradisi masyarakat Indonesia,” terang Ketua Yayasan Masjid Agung Brebes (MAB) Drs KH Rosjidi. Yang mendasari Tajil, urai Kiai Rosjidi, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SWT yang artinya siapa yang memberi makanan untuk buka puasa, maka pahalanya sama seperti orang yang berbuka puasa itu. Sehingga orang yang mengerti akan berlomba-lomba menyediakan tajil baik di Masjid, Mushola dan tempat-tempat umum lainnya. Setiap kita tidak mengerti kualitas puasa orang lain. Bahkan kita sendiri tidak tahu kalau ada orang lain mengaku berpuasa padahal hanya pengakuan dusta. Karena, ibadah puasa lebih dimengerti oleh pihak yang bersangkutan. Namun demikian, agama menganjurkan mereka yang sedang berpuasa untuk berbagi makanan atau minuman kepada sesamanya. Syekh Said Muhammad Ba’asyin dalam Busyrol Karim mengatakan sebagai berikut : Orang yang berpuasa disunahkan berbagi sesuatu dengan orang lain untuk buka puasanya meskipun hanya sebutir kurma atau seteguk air. Kalau dengan makan malam, tentu lebih utama berdasar pada hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Siapa yang membatalkan puasa orang lain, maka ia mendapatkan pahala puasa tanpa mengurangi pahala puasa orang yang bersangkutan.” III. SHALAT TARAWIH Sayyidah Aisyah r.a, menerangkan bahwa Rasulullah s.a.w, melaksanakan shalat malam termasuk di dalamnya shalat tarawih dengan sebelas rakaat;
  • 23. !) Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. delapan rakaat tarawih atau tahajud dan tiga rakaat witir. Riwayat aisyah r.a, yang kedua menyebutkan bahwa Nabi melaksanakan shalat malam tiga belas rakaat; delapan rakaat tarawih atau tahajjud dan lima rakaat witir. Dari kedua riwayat tersebut dapat diambil suatu pemahaman, bahwa jumlah rakaat shalat malam atau shalat tarawih tidak harus sebelas rakaat, bisa juga lebih misalnya tiga belas rakaat, seperti disebutkan dalam riwayat Aisyah r.a, yang kedua. Dengan demikian yang dimaksud dari riwayat Aisyah r.a, yang menyebutkan bahwa Nabi s.a.w, tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas rakaat, baik dalam bulan Ramadhan atau bulan-bulan lain, tidak berarti tidak boleh lebih ari sebelas rakaat. Apabila dikompromikan dengan riwayat-riwayat lain seperti riwayat Ibnu Umar r.a, yang menyebutkan bahwa shalat malam itu dua rakaat - dua rakaat tanpa menyebutkan jumlahnya, hanya kalau khawatir masuk shubuh segera melaksanakan witir satu rakaat, menunjukkan bahwa jumlah rakaat shalat tarawih atau shalat malam tidak harus sebelas, tetapi boleh lebih dari jumlah tersebut. Apalghi kalau dipadukan dengan kenyataan yang dilakukan para sahabat Nabi dan para tabi'in, mereka mengerjakan shalat tarawih dengan 20 rakaat , tiga witir dan ada pula yang mengerjakan sampai 36 rakaat dan 40 rakaat. Berkata Yazid bin Ruman: "Di zaman Umar bin Khattab, orang-orang melaksanakan shalat malam di bulan ramadhan (shalat tarawih) dengan 23 rakaat " (H.R. Imam Muslim). Ibnu Abbas melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan 20 rakaat dan witir, dengan tidak berjamaah. (H.R. Baihaqy). Berkata Atho':"Aku jumpai mereka (para sahabat) mengerjakan shalat pada (malam-malam) Ramadhan 23 rakaat dan 3 witir". (H.R. Muhammad bin Nashir). Berkata Daud bin Qais: "Aku jumpai orang-orang di zaman Abas bin Utsman bin Abdul Aziz (di Madinah), mereka shalat 36 rakaat dan mereka bershalat witir 3 rakaat ". (H.R. Muhammad bin Nashir). Imam Malik menjelaskan: "Perkara shalat (tarawih) di antara kami (di Madinah) dengan 39 rakaat , dan di Makkah 23 rakaat tidak ada suatu kesulitanpun (tidak ada masalah) dalam hal itu". Al- Tirmidzi menjelakan: "sebanyak-banyak (rakaat) yang diriwayatkan, bahwa Imam Malik shalat 41 rakaat dengan witir". (Bidayatul Hidayah, Ibn Rusyd, hal.152. bandingkan dengan A. Hasan, Pengajaran Shalat, hal. 290-192). Pada masa Umar Ibn Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thallib r.a, shalat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat dan 3 rakaat untuk shalat witir.
  • 24. ! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Para ulama Jumhur (mayoritas) juga menetapkan jumlah shalat tarawih seperti itu, demikian juga al-Tsauri, Ibn al-Mubarok dan al-Syafi'i. Imam Malik memetapkam bilangan shalat tarawih sebanyak 36 rakaat dan 3 rakaat untuk shalat witir. Ibnu Hubban menjelaskan, bahwa shalat tarawih pada mulanya adalah sebelas rakaat. Para ulama salaf mengerjakan shalat itu dengan memanjangkan bacaan, kemudian dirasakan berat, lalu mereka meringankan bacaannya dengan menambah rakaat menjadi 20 rakaat, tidak termasuk witir. Ada lagi yang lebih meringankan bacaannya sedangkan rakaatnya ditetapkan menjadi 36 rakaat, selain witir". (Hasby As-Shiddiqy, Pedoman Shalat, hal. 536- 537). Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Malik dari Abdurrahman bin Abd Qadri: ِ ‫ﺎﺏ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻄ‬ َ ‫ﺨ‬ o ‫ﺍﻟ‬ p ‫ﻦ‬ ْ 4 َ r َ‫ﻤ‬ ُ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻊ‬ َ‫ﻣ‬ ُ ‫ﺖ‬ ْ ‫ﺟ‬َ ‫ﺮ‬ َ ‫ﺧ‬ َ‫ﺎﻝ‬ َ ‫ﻗ‬ ُ ‫ﻪ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻧ‬ t ‫ﺍ‬ ‫ﻱ‬p ‫ﺎﺭ‬ َ ‫ﻘ‬ o ‫ﺍﻟ‬ ِ ‫ﺪ‬ْ9 َ ‫ﻋ‬ p ‫ﻦ‬ ْ ‫ﺑ‬ p ‫ﻦ‬ َ‫ﻤ‬ ْ ‫ﺣ‬‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﺮ‬ ِ ‫ﺪ‬ْ9 َ ‫ﻋ‬ ْ ‫ﻦ‬ َ ‫ﻋ‬ ُ ‫ﻪ‬ ْ ‫ﻨ‬ َ ‫ﻋ‬ ُ ‫ﷲ‬ َ N ِ O u َ ‫ﺭ‬ َ ‫ﻥ‬ ْ ‫ﻮ‬ ُ ‫ﻗ‬ ‫ﱢ‬ ‫ﺮ‬ َ ‫ﻔ‬ َ ‫ﺘ‬ ُ‫ﻣ‬ َ ‫ﺍﻉ‬ َ ‫ﺯ‬ ْ ‫ﻭ‬ t ‫ﺍ‬ ُ ‫ﺎﺱ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺍ‬ َ ‫ﺫ‬ِ‫ﺎ‬ َ ‫ﻓ‬ ِ ‫ﺪ‬ ِ ‫ﺠ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ‫ﻤ‬ o ‫ﺍﻟ‬ t jِ‫ﺍ‬ َ ‫ﺎﻥ‬ َ ‫ﻀ‬ َ‫ﻣ‬ َ ‫ﺭ‬ ِ O P ً ‫ﺔ‬ t ‫ﻠ‬ْ1 t ‫ﻟ‬ ُ ‫ﺮ‬ َ‫ﻤ‬ ُ ‫ﻋ‬ َ‫ﺎﻝ‬ َ ‫ﻘ‬ َ ‫ﻓ‬ ُ ‫ﻂ‬ ْ ‫ﻫ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﺮ‬ ِ‫ﻪ‬ِ‫ﺗ‬ َ z َ ‫ﺼ‬ِ( N { V َ ‫ﺼ‬ُ1 َ ‫ﻓ‬ ُ‫ﻞ‬ ُ ‫ﺟ‬‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﺮ‬ N { V َ ‫ﺼ‬ ُ | َ ‫ﻭ‬ ِ ‫ﻪ‬ ِ ‫ﺴ‬ ْ ‫ﻔ‬ َ ‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ُ‫ﻞ‬ ُ ‫ﺟ‬‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﺮ‬ N { V َ ‫ﺼ‬ ُ 8 ْ‫ﻣ‬ t ‫ﺍ‬ َ ‫ﺎﻥ‬ t } t ‫ﻟ‬ ٍ ‫ﺪ‬ ِ ‫ﺍﺣ‬ َ ‫ﻭ‬ ~ ‫ﺉ‬p ‫ﺎﺭ‬ َ ‫ﻗ‬ t V َ ‫ﻋ‬ ِ ‫ﺀ‬ َ € ُ ‫ﺆ‬ َ ‫ﻫ‬ ُ ‫ﺖ‬ ْ‫ﻌ‬ َ‫ﻤ‬ َ ‫ﺟ‬ ْ ‫ﻮ‬ t ‫ﻟ‬ ‫ﻯ‬ َ ‫ﺭ‬ t ‫ﺍ‬ N ‫ﱢ‬O Rِ‫ﺍ‬ ْ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﻬ‬ َ‫ﻌ‬ َ‫ﻤ‬ َ ‫ﺠ‬ َ ‫ﻓ‬ َ ‫ﻡ‬ َ ‫ﺰ‬ َ ‫ﻋ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﺛ‬ َ‫ﻞ‬ َ ‫ﺜ‬ ِ‫ﺓ‬ َ z َ ‫ﺼ‬ِ( َ ‫ﻥ‬ ْ ‫ﻮ‬ ƒ ‫ﻠ‬ َ ‫ﺼ‬ ُ 8 ُ ‫ﺎﺱ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﻨ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﻯ‬ َ ‫ﺮ‬ ْ ‫ﺧ‬ „ ‫ﺍ‬ ً ‫ﺔ‬ t ‫ﻠ‬ْ1 t ‫ﻟ‬ ُ ‫ﻪ‬ َ‫ﻌ‬ َ‫ﻣ‬ ُ ‫ﺖ‬ ْ ‫ﺟ‬َ ‫ﺮ‬ َ ‫ﺧ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﺛ‬ ٍ ‫ﺐ‬ ْ‫ﻌ‬ t ‫ﻛ‬ p ‫ﻦ‬ ْ ‫ﺑ‬ ‫ﱢ‬ N َ Y R „ ‫ﺍ‬ t V َ ‫ﻋ‬ . ُ ‫ﺔ‬ َ ‫ﻋ‬ ْ ‫ﺪ‬ِ9 o ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻢ‬ ْ‫ﻌ‬ِ‫ﻧ‬ ُ ‫ﺮ‬ َ‫ﻤ‬ ُ ‫ﻋ‬ َ‫ﺎﻝ‬ َ ‫ﻗ‬ ْ ‫ﻢ‬ ِ‫ﻬ‬ِ‫ﺋ‬p ‫ﺎﺭ‬ َ ‫ﻗ‬ .. "Abdurrahman bin Abd al-Qadri menceritakan padaku, "aku keluar bersama Umar pada suatu malam di bulan RAmadhan, di masjid Beliau menjumpai banyak orang dalam beberapa kelompok; ada yang sedang melaksanakan shalat sendirian dan ada yang diikuti beberapa orang. Melihat hal itu Umar barkata: "aku berfikir lebih baik aku mengumpulkam mereka dengan satu orang Imam. Setelah itu Beliau memerintahkan Ubay bin Ka'ab r.a, supaya menjadi imam bagi mereka. Pada malam berikutnya aku keluar bersama Umar lagi dan ia melihat orang-orang melaksanakan shalat dengan cara berjama'ah dengan imam Ubay bin Ka'ab r.a, (memperhatikan kegiatan shalat itu), Umar berkata: "inilah sebaik-baik bid'ah". (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari:1817 dan Malik:231). Memperhatikan uraian di atas menurut hemat penulis, shalat Tarawih bisa dilakukandengan jumlah rakaat sebagai berikut:1. Sebelas rakaat, delapan rakaat Tarawih dan tiga rakaat witir, atau sepuluh rakaat Tarawih dan satu raakaat Witir.2. Dua puluh rakaat Tarawih dengan tiga rakaat Witir.3. Dan tiga puluh enam Tarawih dan tiga rakaat witir.Dari ketiga jumlah di atas, kita boleh memilih satunya sesuai sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita masing- masing, tanpa memaksakan diri atau memberatkan. adapun do'a Shalat Tarawih :
  • 25. !! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. َ ‫ﺣ‬ ِ‫ﺓ‬ َ z ‫ﱠ‬ ‫ﻠﺼ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﻦ‬ِ‫ﻳ‬ ّ ‫ﺩ‬ َ ‫ﺆ‬ ُ‫ﻣ‬ p ‫ﺾ‬ِ‫ﺋ‬َ ‫ﺮ‬ َ ‫ﻔ‬ o ‫ﻠ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆِ‫ﻠ‬ ِ ‫ﺎﻣ‬ t D ِ ‫ﺎﻥ‬ َ‫ﻤ‬ ْ 8 ِ ْ ‫ﺎﻹ‬ِ( ْ‫ﻞ‬ َ‫ﻌ‬ ْ ‫ﺍﺟ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﻬ‬ ‰ ‫ﻟﻠ‬ t ‫ﺃ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﻈ‬ ِ‫ﺎﻓ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﻜ‬ ِ ‫ﺴ‬ ‫ﱠ‬ ‹ ُ‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬ َ ‫ﺪ‬ ُ ‫ﻬ‬ o ‫ﺎﻟ‬ِ4 َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﺍﺟ‬ َ ‫ﺭ‬ َ ‫ﻙ‬ p ‫ﻮ‬ ْ ‫ﻔ‬ َ‫ﻌ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆِ‫ﺒ‬ِ‫ﺎﻟ‬ َ ‫ﻃ‬ َ ‫ﻙ‬ َ ‫ﺪ‬ ْ ‫ﻨ‬ ِ ‫ﺎﻋ‬ َ‫ﻤ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆِ‫ﻠ‬ ِ ‫ﺎﻋ‬ َ ‫ﻓ‬ ِ‫ﺎﺓ‬ t Ž ‫ﱠ‬ ‫ﻠﺰ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ ِ ‫ﺎﺀ‬ َ ‫ﻀ‬ َ ‫ﻘ‬ o ‫ﺎﻟ‬ِ4 َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆِ‫ﺒ‬ ِ ‫ﺍﻏ‬ َ ‫ﺭ‬ ِ‫ﺓ‬ َ ‫ﺮ‬ ِ ‫ﺧ‬ ْ ‫ﺍﻵ‬ ِ O P َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻳ‬ ِ ‫ﺪ‬ ِ ‫ﺍﻫ‬ َ ‫ﺯ‬ ‫ﺎ‬َ1 ْ ‫ﻧ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺍﻟﺪ‬ ِ O P َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﺿ‬p ‫ﺮ‬ ْ‫ﻌ‬ ُ‫ﻣ‬ p ‫ﻮ‬ ْ ‫ﻐ‬ ‰ ‫ﺍﻟﻠ‬ p ‫ﻦ‬ َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻭ‬ ْ |p r ِ M‫ﺎ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﺸ‬ ِ‫ﺎﺀ‬ َ‫ﻤ‬ ْ‫ﻌ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻠﻨ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ p O ْ F ˆ ِ ‫ﺍﺿ‬ َ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻧ‬ ِ ‫ﺪ‬‫ﱢ‬1 َ ‫ﺳ‬ ِ‫ﺍﺀ‬ َ ‫ﻮ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﺖ‬ ْ ‫ﺤ‬ َ ‫ﺗ‬ َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ |p rِ‫ﺎﺑ‬ َ ‫ﺻ‬ ِ ‫ﺀ‬ َ zَ9 o ‫ﺍﻟ‬ t V َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﻦ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻳ‬ ِ‫ﺩ‬p ‫ﺍﺭ‬ َ ‫ﻭ‬ p ‫ﺽ‬ ْ ‫ﻮ‬ َ ‫ﺤ‬ o ‫ﺍﻟ‬ t jِ‫ﺍ‬ َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ |p rِ‫ﺎﺋ‬ َ ‫ﺳ‬ ِ‫ﺔ‬ َ‫ﺎﻣ‬َ1 ِ ‫ﻘ‬ o ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻡ‬ ْ ‫ﻮ‬ َ ‫ﻳ‬ َ ‫ﻢ‬ ‰ ‫ﻠ‬ َ ‫ﺳ‬ َ ‫ﻭ‬ ِ‫ﻪ‬ْ1 t ‫ﻠ‬ َ ‫ﻋ‬ ُ ‫ﷲ‬ ‰ V َ ‫ﺻ‬ ٍ ‫ﺪ‬ ‫ﱠ‬‫ﻤ‬ َ ‫ﺤ‬ ُ‫ﻣ‬ ِ ‫ﺎﻋ‬ َ ‫ﻗ‬ ِ‫ﺔ‬ َ‫ﻣ‬ َ ‫ﺮ‬ t ” o ‫ﺍﻟ‬ p‫ﺮ‬ ْ |p َ • t V َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﺎﺟ‬ َ ‫ﻧ‬ p ‫ﺎﺭ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﻨ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆِ‫ﻠ‬ ِ ‫ﺍﺧ‬ َ ‫ﺩ‬ ِ‫ﺔ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻨ‬ َ ‫ﺠ‬ o ‫ﺍﻟ‬ ِ O P َ ‫ﻭ‬ ْ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻳ‬ ِ ‫ﺪ‬ ِ ‫ﺎﻡ‬ َ‫ﻌ‬ َ ‫ﻃ‬ t jِ‫ﺍ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﺴ‬ِ– t ‫ﻠ‬ َ ‫ﺘ‬ ُ‫ﻣ‬ ~ ‫ﺎﺝ‬َ9 ْ ‫ﻳ‬ ِ‫ﺩ‬ َ ‫ﻭ‬ ٍ ‫ﻕ‬َ ْ Y G َ ‫ﺘ‬ ْ ‫ﺍﺳ‬ َ ‫ﻭ‬ ~ ‫ﺱ‬ ُ ‫ﺪ‬ ْ ‫ﻨ‬ ُ ‫ﺳ‬ ْ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﺟ‬ ‫ﱢ‬ ‫ﻭ‬ َO َ. G ُ‫ﻣ‬ ~ O ْ F ˆ ِ‫ﻋ‬p ‫ﺭ‬ ْ ‫ﻮ‬ ُ ‫ﺣ‬ ~ ‫ﺱ‬ o ‫ﺄ‬ t Žَ ‫ﻭ‬ َ ‫ﻖ‬ ْ |p ‫ﺎﺭ‬ َ ( t ‫ﺃ‬ َ ‫ﻭ‬ ٍ ‫ﺍﺏ‬ َ ‫ﻮ‬ o M t ‫ﺄ‬ِ( َO ْ F ˆِ4p ‫ﺎﺭ‬ َ ‫ﺷ‬ p O ْ F ˆ ‫ﱠ‬ ‫ﻔ‬ َ ‫ﺼ‬ ُ‫ﻣ‬ ٍ ‫ﻞ‬ َ ‫ﺴ‬ َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻭ‬ ~ O َ Y ˆ t ‫ﻟ‬ ْ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆِ‫ﻠ‬ِŽ‫ﺁ‬ ِ ‫ﺔ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻨ‬ َ ‫ﺠ‬ o ‫ﺍﻟ‬ ْ‫ﻤ‬ َ‫ﻌ‬ ْ ‫ﻧ‬ t ‫ﺍ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻳ‬ ِ ‫ﺬ‬ ‰ ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻊ‬ َ‫ﻣ‬ ~ O ْ F ˆ ِ ‫ﻌ‬ َ‫ﻣ‬ ْ ‫ﻦ‬ َ‫ﻣ‬ َ ‫ﻭ‬ ِ ‫ﺍﺀ‬ َ ‫ﺪ‬ َ ‫ﻬ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺍﻟﺸ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆ ِ‫ﻗ‬ ‫ﱢ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﱢ‬ ‫ﺍﻟﺼ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆِ‫ﻴ‬ِš ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﻨ‬ p ‫ﻦ‬ َ‫ﻣ‬ ْ ‫ﻢ‬ ِ‫ﻬ‬ْ‫ﻴ‬ t ‫ﻠ‬ َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﺖ‬ ‫ﺎ‬ ›‫ﻤ‬ْ1ِ‫ﻠ‬ َ ‫ﻋ‬ ِ œ‫ﺎ‬ِ( َO  t Mَ ‫ﻭ‬ ِ‫ﷲ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ ُ‫ﻞ‬ ْ ‫ﻀ‬ َ ‫ﻔ‬ o ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻚ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﺫ‬ ‫ﺎ‬ › ‫ﻘ‬ْ1 ِ‫ﻓ‬ َ ‫ﺭ‬ َ ‫ﻚ‬ِ‫ﺌ‬ t ‫ﻭﻟ‬ „ ‫ﺃ‬ َ ‫ﻦ‬ ُ ‫ﺴ‬ َ ‫ﺣ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﺤ‬ِ‫ﺎﻟ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﺼ‬ ِ‫ﺍﺀ‬ َ ‫ﺪ‬ َ‫ﻌ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺍﻟﺴ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ ِ ‫ﺔ‬ t Mَ ‫ﺎﺭ‬َ9 ُ‫ﻤ‬ o ‫ﺍﻟ‬ ِ‫ﺔ‬ َ ‫ﻔ‬ ْ |p ‫ﱠ‬Ÿ  ‫ﺍﻟ‬ ِ ‫ﺔ‬ t ‫ﻠ‬ْ1 ‰ ‫ﺍﻟﻠ‬ ِ‫ﻩ‬ ِ ‫ﺬ‬ َ ‫ﻫ‬ ِ O P ْ‫ﻞ‬ َ‫ﻌ‬ ْ ‫ﺍﺟ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﻬ‬ ‰ ‫ﻟﻠ‬ t ‫ﺍ‬ َ € َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆِ‫ﻟ‬ ْ ‫ﻮ‬ُ‫ﺒ‬ ْ ‫ﻘ‬ َ‫ﻤ‬ o ‫ﺍﻟ‬ t V َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻭ‬ ٍ ‫ﺪ‬ ‫ﱠ‬‫ﻤ‬ َ ‫ﺤ‬ ُ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻧ‬ ِ ‫ﺪ‬‫ﱢ‬1 َ ‫ﺳ‬ t V َ ‫ﻋ‬ ُ‫ﷲ‬ ‰ V َ ‫ﺻ‬ َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻳ‬ ِ‫ﺩ‬ ْ ‫ﻭ‬ ُ ‫ﺩ‬ ْ ‫ﺮ‬ َ‫ﻤ‬ o ‫ﺍﻟ‬ ‫ﺀ‬ِ‫ﺎ‬َ1 ِ ‫ﺷﻘ‬ ْ َ ‫ﻷ‬ o ‫ﺍ‬ َ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬ o ‫ﻠ‬ َ‫ﻌ‬ ْ ‫ﺠ‬ َ ‫ﺗ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﻤ‬ t ‫ﺎﻟ‬ َ‫ﻌ‬ o ‫ﺍﻟ‬ ‫ﱢ‬ ‫ﺏ‬ َ ‫ﺭ‬ ِ ِ ¢ ُ ‫ﺪ‬ ْ‫ﻤ‬ َ ‫ﺤ‬ o ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ َO ْ F ˆ ِ ‫ﻌ‬ َ‫ﻤ‬ ْ ‫ﺟ‬ t ‫ﺃ‬ ِ ‫ﻪ‬ِ(‫ﺎ‬ َ ‫ﺤ‬ ْ ‫ﺻ‬ t ‫ﺍ‬ َ ‫ﻭ‬ ِ‫ﻪ‬ِ‫ﺁﻟ‬ "Wahai Allah, jadikanlah kami orang-orang yang imannya sempurna, dapat menunaikan segala fardhu, memelihara shalat, menegeluarkan zakat, mencari kebaikan di sisi-Mu, senantiasa memegang teguh petunjuk-petunjukMu, terhindar dari segala penyelewengan-penyelewengan, zuhud akan harta benda, mencintai amal untuk bekal di akhirat, tabah menerima ketetapanMu, mensyukuri segala nikmatMu, tabah dalam menghadapi cobaan,dan semoga nanti pada hari kiamat kami dalam satu barisan dibawah panji-panji Nabi Muhammad s.a.w, dan sampai pada telaga yang sejuk, masuk dalam surge, selamat dari api neraka, dan duduk di atas permadani yang indah bersama para bidadari, berpakaian sutra, menikmati makanan surge, meminum susu dan madu yang murni dengan gelas, ceret dan sloki (yang diambil ) dari air yang mengalir bersama orang- orang yang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka dari golongan para Nabi, orang-orang jujur, para shuhada dan orang-orang yang shalih. Merekalah teman yang terbaik. Demikianlah karunia Allah s.w.t, dan cukuplah Allah yang mengetahui. Wahai Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini menjadi orang yang berbahagia dan diterima (amal ibadahnya). Dan janganlah Engkau jadikan kami sebagaian dari orang-orang yang sengsara dan ditolak (amal ibadahnya). Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada NAbi besar Muhammad s.a.w, beserta keluarga dan segenap sahabatnya. Segala puji milik Allah, Tuhan seru sekalian alam". IV. SHALAT WITIR Terkadang beberapa orang yang pagi hari hingga sore bekerja, agak payah sehingga walaupun terkadang hanya dilakukan sebanyak tiga rakaat, rasanya masih agak berat. Lalu, berapa sebenarnya bilangan shalat witir? Bolehkah jika hanya melakukan satu rakaat? Bukankah satu juga termasuk bilangan ganjil (witir)?
  • 26. !" Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Imam Malik mengatakan bahwa shalat witir harus didahului dengan shalat ganjil, yakni minimal dua rakaat sehingga menurut Imam Malik, tiga adalah batas minimal. Itu pun harus dibagi: dua rakaat dan satu rakaat. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bilangan witir adalah tiga rakaat dengan satu kali salam. Namun, Imam As-Syafi‘i berpendapat bahwa cukup satu rakaat sudah termasuk shalat witir. Ibn Rusyd Al-Hafid menjelaskan letak perbedaan antara ketiganya dalam Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid. Imam Malik mengatakan bahwa shalat witir harus tersusun dari shalat dua rakaat (as-syaf’u) dan satu rakaat (al-witr). Pendapat yang berbeda dengan Abu Hanifah ini mendasarkan argumennya pada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasul mengganjilkan rakaat witir setelah melakukan shalat per dua rakaat. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Qays dari Aisyah RA. ‫ﷲ‬ l / َ ‫ﺻ‬ ِ ‫ﷲ‬ ُ‫ﻮﻝ‬ ُ ‫ﺳ‬ َ ‫ﺭ‬ َ ‫ﺎﻥ‬ b @ ْ ‫ﻢ‬ b ŠِK َ ‫ﺔ‬ َ ‫ﺸ‬ِŒ‫ﺎ‬ َ‫ﻌ‬ِ‫ﻟ‬ ُ ‫ﺖ‬ i ‫ﻠ‬ ُ ‫ﻗ‬ :‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻗﺲ‬ ‫ﺑﻦ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﺪ‬Q‫ﻋ‬ ‫ﻋﻦ‬ ْ ‫ﺭ‬ b ‫ﺄ‬ِK ُ ‫ﺮ‬ِ‫ﺗ‬ ْ ‫ﻮ‬ُ‫ﻳ‬ َ ‫ﻥ‬ b ‫@ﺎ‬: ْ ‫ﺖ‬ b ‫ﺎﻟ‬ َ ‫ﻗ‬ ‫؟‬ ُ ‫ﺮ‬ِ‫ﺗ‬ ْ ‫ﻮ‬ُ‫ﻳ‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠ"ﻪ‬ ٍ ‫ﺎﻥ‬ َ‫ﻤ‬ َ ‫ﺛ‬ َ ‫ﻭ‬ ٍ ‫ﺙ‬ َ Ž َ ‫ﺛ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﱟ‬ ‫ﺖ‬ ِ ‫ﺳ‬ َ ‫ﻭ‬ ٍ ‫ﺙ‬ َ Ž َ ‫ﺛ‬ َ ‫ﻭ‬  ‫ﻊ‬ َ ‫ـ‬‫ـ‬j َ ‫ﺙ‬ َ Ž َ ‫ﺛ‬ ْ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ َ َ’ “ i ” b ‫ﺄ‬ِK َ • َ ‫ﻭ‬  ‫ﻊ‬ْ‫ﺒ‬ َ ‫ﺳ‬ ْ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ q ‫ﺺ‬ َ ‫ﻘ‬ ْ ‫ﻧ‬ b ‫ﺄ‬ِK ُ ‫ﺮ‬ِ‫ﺗ‬ ْ ‫ﻮ‬ُ‫ﻳ‬ ْ ‫ﻦ‬ ` ‫ﻜ‬wَ ْ ‫ﻢ‬ b ‫ﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ ٍ ‫ﺙ‬ َ Ž َ ‫ﺛ‬ َ ‫ﻭ‬ َ َ x َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﺙ‬ َ Ž َ ‫ﺛ‬ َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﺓ‬َ ْ x َ ‫ﻋ‬ Artinya, “Dari Abdullah bin Qays, ia berkata bahwa Aku bertanya kepada Aisyah RA terkait jumlah rakaat Rasul Saw melakukan shalat witir? Aisyah menjawab bahwa Rasul melakukan shalat witir dengan empat rakaat ditambah tiga rakaat (tujuh rakaat), enam rakaat ditambah tiga rakaat (sembilan rakaat), delapan dan tiga rakaat (sebelas rakaat), dan sepuluh ditamba tiga rakaat (tiga belas rakaat). Rasul tidak pernah melakukan shalat witir kurang dari tujuh rakaat atau lebih dari tiga belas rakaat.” Menurut Imam Malik, bagaimana bisa diganjilkan jika tidak didahului oleh shalat genap (shalat dua rakaat) terlebih dahulu. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bilangan witir adalah tiga rakaat dengan satu kali salam. Hal ini mengacu pada hadits Rasul bahwa shalat maghrib adalah witir. Abu Hanifah tidak mengambil dalil dari hadits-hadits tentang shalat witir sebagaimana digambarkan dalam riwayat Aisyah karena sifat hadits tersebut
  • 27. !# Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. adalah pilihan sehingga hadits tersebut tidak bisa dijadikan argumen berapa pastinya jumlah rakaat witir. Dalam hal ini Imam Abu Hanifah lebih memilih menggunakan qiyas. Bagi Abu Hanifah, sesuatu yang memiliki persamaan maka hukumnya sama. Menurut Abu Hanifah, berdasarkan hadits shalat Maghrib adalah witir siang, sedangkan jumlah rakaatnya adalah tiga rakaat, maka shalat witir malam pun disamakan dengan jumlah rakaat yang sama, yakni tiga rakaat dengan satu salam. ‫ﻭﺍﺣﺪﺍ‬ ‫ﺣŠﻤﻬﻤﺎ‬ ‫ﻭﺟﻌﻞ‬ ‫ﺀ‬ 3 —˜ ‫ﺀ‬ 3 ™ ‫ﻪ‬Q‫ﺷ‬ ‫ﺇﺫﺍ‬ ‫ﺇﻧﻪ‬:‫ﻘﻮﻝ‬w ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺣﻨ"ﻔﺔ‬ 3 š ›‫ﻷ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺑﻮﺗﺮ‬ ‫ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ‬ ‫ﺷﺒﻬﺖ‬ ‫ﻭﻟﻤﺎ‬ ‫ﺍﻟﺼﻔﺔ‬ ‫ﺑﺘﻠﻚ‬ ‫ﻜﻮﻥ‬w ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺃﺣﺮﻯ‬ ‫ﻪ‬K ‫ﻪ‬Q‫ﺍﻟﻤﺸ‬ ‫@ﺎﻥ‬ ‫ﻭﺟ‬ ‫ﺛﻼﺛﺎ‬ ‫ﻭ@ﺎﻧﺖ‬ ‫ﺍﻟﻨﻬﺎﺭ‬ ‫ﺻﻼﺓ‬ ‫ﺛﻼﺛﺎ‬ ‫ﺍﻟﻠ"ﻞ‬ ‫ﺻﻼﺓ‬ ‫ﻭﺗﺮ‬ ‫ﻜﻮﻥ‬w ‫ﺃﻥ‬ ‫ﺐ‬ Artinya, “Sesungguhnya Abu Hanifah berkata bahwa jika ada sesuatu yang menyerupai sesuatu yang lain, maka hukumnya menjadi satu. Sesuatu yang menyerupai (dalam hal ini witir malam) lebih cocok untuk disamakan dengan sifat yang diserupai (shalat maghrib). Ketika shalat maghrib diserupakan dengan witir shalat nahar dan dilakukan dengan tiga rakaat, maka shalat witir malam juga wajib dilakukan dengan tiga rakaat,” (Lihat Ibnu Rusyd Al-Hafid, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, [Mesir: Mathbaah Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1975 M], juz I, halaman 201). Imam As-Syafi‘i mencoba menengahi kedua pendapat tersebut. Ia mengatakan bahwa bilangan rakaat witir adalah cukup satu rakaat. Ia berpegang pada hadits yang menjelaskan bahwa Rasul shalat witir dengan satu rakaat. ‫ﻋﺎŒﺸﺔ‬ ‫ﻗﺎﻟﺖ‬: ‫ﺇﺣﺪﻯ‬ ‫ﺍﻟﻠ"ﻞ‬ ‫ﻣﻦ‬ 3 /‫ﺼ‬w ‫@ﺎﻥ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠ"ﻪ‬ ‫ﷲ‬ l / َ ‫ﺻ‬ ‫ﺃﻧﻪ‬ ‫ﺑﻮﺍﺣﺪﺓ‬ ‫ﻣﻨﻬﺎ‬ ‫ﻳﻮﺗﺮ‬ ‫ﻛﻌﺔ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺓ‬ x‫ﻋ‬ Artinya, “Aisyah berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan shalat malam sebanyak sebelas rakaat dan salah satunya dilakukan dengan ganjil (witir) dengan satu rakaat.” Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa Rasul memerintahkan jika khawatir tiba shalat subuh, maka shalat witir saja dengan satu rakaat. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA: ِ ‫ﻞ‬ْ" l ‫ﺍﻟﻠ‬ ُ ‫ﺓ‬ َ Ž َ ‫ﺻ‬ ٍ‫ﺓ‬ َ ‫ﺪ‬ ِ ‫ﺍﺣ‬ َ ‫ﻮ‬ِ‫ﺑ‬ ْ ‫ﺮ‬ِ‫ﺗ‬ ْ ‫ﻭ‬ b ‫ﺄ‬ َ ‫ﻓ‬ َ ‫ﻚ‬ ` @q ‫ﺭ‬ ْ ‫ﺪ‬ُw َ ‫ﺢ‬ْ‫ﺒ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺍﻟﺼ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻥ‬ b ‫ﺃ‬ َ ‫ﺖ‬ْw b ‫ﺃ‬ َ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬ َ ‫ﺫ‬ِ‫ﺈ‬ َ ‫ﻓ‬ َ4 5 ْ ‫ﺜ‬ َ‫ﻣ‬ َ4 5 ْ ‫ﺜ‬ َ‫ﻣ‬
  • 28. !$ Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Artinya, “Shalat malam itu dilaksanakan dua rakaat dua rakaat, jika kamu melihat waktu subuh sudah dekat, maka ganjilkanlah dengan satu rakaat.” Oleh karena itu, bagi yang mengikuti Imam As-Syafii, diperbolehkan melakukan shalat witir dengan satu rakaat tanpa melakukan shalat sunah dua rakaat terlebih dahulu. Sedangkan bagi penganut Imam Malik, diharuskan untuk melakukan shalat ganjil terlebih dahulu sebelum melakukan shalat witir. Bagi pengikut Imam Abu Hanifah, shalat witir harus dilaksanakan dengan tiga rakaat dan satu kali salam. Wirid Sholat Witir ُ ‫ﺱ‬ ْ ‫ﻭ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺪ‬ ُ ‫ﻘ‬ i ‫ﺍﻟ‬ ِ ‫ﻚ‬ِ‫ﻠ‬ َ‫ﻤ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﺎﻥ‬ َ ‫ﺤ‬ْQ ُ ‫ﺳ‬ "Maha Suci Allah. Maha Raja" َ ‫ﺭ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬‫ﱡ‬j َ ‫ﺭ‬ ٌ ‫ﺱ‬ ْ ‫ﻭ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺪ‬ ُ ‫ﻗ‬ ٌ ‫ﺡ‬ْ ‫ﱡ‬‫ﺒ‬ ُ ‫ﺳ‬ q ‫ﺡ‬ْ ‫ﻭ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺍﻟﺮ‬ َ ‫ﻭ‬ ِ ‫ﺔ‬ b ‫ﻜ‬ِ‫ﻶﺋ‬ َ‫ﻤ‬ i ‫ﺍﻟ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺏ‬ "Maha Suci lagi Maha qudus Tuhan kami, Tuhan seluruh Malaikat dan Ruh" ُ َ š “ i ” b ‫ﺍ‬ ُ ‫ﷲ‬ َ ‫ﻭ‬ ْ ‫ﷲ‬ ‫ﱠ‬ •ِ‫ﺍ‬ َ ‫ﻪ‬ b ‫ﻟ‬ِ‫ﺍ‬ ‫ﻵ‬ َ ‫ﻭ‬ ْ ِ m ُ ‫ﺪ‬ ْ‫ﻤ‬ َ ‫ﺤ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ ْ ‫ﷲ‬ َ ‫ﺎﻥ‬ َ ‫ﺤ‬ْQ ُ ‫ﺳ‬ "Maha suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan allah Mahabesar" ِ ‫ﻢ‬ْ" ِ ‫ﻈ‬ َ‫ﻌ‬ i ‫ﺍﻟ‬ ‫ﱢ‬ 3 ِ / َ‫ﻌ‬ i ‫ﺍﻟ‬ ِŸ‫ﺎ‬ِK ‫ﱠ‬ •ِ‫ﺍ‬ َ ‫ﺓ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻮ‬ ُ ‫ﻗ‬ َ • َ ‫ﻭ‬ َ‫ﻝ‬ ْ ‫ﻮ‬ َ ‫ﺣ‬ َ • َ ‫ﻭ‬ "Dan tiada daya (untuk menghindar dari kemkasiatan), dan tiada kekuatan (untuk mengejakan ibadah) kecualai dengan pertolongan Allah Yang Maha tinggi lagi Maha besar." Setelah membaca wirid kemudian dilanjutkan membaca doa : َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬ 8‫ﻌ‬ ِ ‫ﺎﺷ‬ َ ‫ﺧ‬ ‫ﺎ‬8Q i ‫ﻠ‬ َ ‫ﻗ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬ 8‫ﻤ‬ِ‫ﺍﺋ‬ َ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬ 8 ‫ﺎﻧ‬ َ‫ﻤ‬ْwِ‫ﺍ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ـﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   ‫ﺎ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﻬ‬ ¢ ‫ﻟﻠ‬ b ‫ﺍ‬ ،‫ﺎ‬ 8 ‫ﺤ‬ِ‫ﺎﻟ‬ َ ‫ﺻ‬ ً £ َ‫ﻤ‬ َ‫ﻋ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬ 8 ‫ﻗ‬ ِ ‫ﺎﺩ‬ َ ‫ﺻ‬ ‫ﺎ‬ 8 ‫ﻨ‬ْ‫ﻴ‬ ِ ‫ﻘ‬َw َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬،‫ﺎ‬ 8‫ﻌ‬ ِ‫ﺎﻓ‬ َ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬ 8‫ﻤ‬ i ‫ﻠ‬ ِ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻮ‬ ْ ‫ﻔ‬ َ‫ﻌ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ ،‫ﺍ‬8 ْ c “ِ‫ﺜ‬ b ‫ﻛ‬‫ﺍ‬8 ْ c “ َ ‫ﺧ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬ 8‫ﻤ‬‫ﱢ‬" َ ‫ﺎﻗ‬ 8 ‫ﻨ‬ْ‫ﻳ‬ ِ‫ﺩ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ b / َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﺮ‬ i ‫ﻜ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺍﻟﺸ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ ، ِ ‫ﺔ‬َ" ِ‫ﺎﻓ‬ َ‫ﻌ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﺎﻡ‬ َ‫ﻤ‬ َ ‫ﺗ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ ، َ ‫ﺔ‬َ" ِ‫ﺎﻓ‬ َ‫ﻌ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ q ‫ﺎﺱ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﻨ‬ q ‫ﻦ‬ َ ‫ﻋ‬ َ‫ﺎﺀ‬ َ ‫ﻨ‬ ِ ‫ﻐ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻚ‬ ` ‫ﻟ‬ b ‫ﺄ‬ ْ ‫ﺴ‬ َ   َ ‫ﻭ‬ ، ِ‫ﺔ‬َ" ِ‫ﺎﻓ‬ َ‫ﻌ‬ i ‫ﺍﻟ‬
  • 29. !% Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. ‫ﺎ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻨ‬ ِ ‫ﻣ‬ ْ‫ﻞ‬‫ﱠ‬Q َ ‫ﻘ‬ َ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬‫ﱠ‬jَ ‫ﺭ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﻬ‬ ¢ ‫ﻟﻠ‬ b ‫ﺍ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬ َ‫ﻌ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺸ‬ ُ ‫ﺨ‬ َ ‫ﺗ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬ َ‫ﺎﻣ‬َ" ِ‫ﻗ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬ َ‫ﺎﻣ‬َ" ِ ‫ﺻ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬ َ ‫ﺗ‬ َ £ َ ‫ﺻ‬ َ ‫ﻢ‬ َ ‫ﺣ‬ ْ ‫ﺭ‬ b ‫ﺎﺍ‬َw ُŸ b ‫ﺎﺍ‬َw ُŸ b ‫ﺎﺍ‬َw ُŸ b ‫ﺍ‬ ‫ﺎ‬َw ‫ﺎ‬ َ ‫ﻧ‬َ ْ c “ ِ ‫ﺼ‬ ْ ‫ﻘ‬ َ ‫ﺗ‬ ْ ‫ﻢ‬ ‫ﱢ‬‫ﻤ‬ َ ‫ﺗ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻧ‬ َ ‫ﺪ‬‫ﱡ‬Q َ‫ﻌ‬ َ ‫ﺗ‬ َ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬ َ ‫ﻋ‬‫ﱡ‬ َ4 ¥ َ ‫ﺗ‬ َ ‫ﻭ‬ ِ ‫ﻪ‬ِ‫ﻟ‬ b ‫ﺍ‬ b / َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻭ‬ ٍ ‫ﺪ‬ ‫ﱠ‬‫ﻤ‬ َ ‫ﺤ‬ ُ‫ﻣ‬ ِ ‫ﻪ‬ ِ ‫ﻘ‬ i ‫ﻠ‬ َ ‫ﺧ‬ q ْ c “ َ ‫ﺧ‬ b / َ ‫ﻋ‬ ُ ‫ﷲ‬ l / َ ‫ﺻ‬ َ ‫ﻭ‬ . َ4 ْ c d ِ ‫ﻤ‬ ِ ‫ﺣ‬‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﺮ‬ i ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ ، َ4 ْ c d ِ ‫ﻌ‬ َ‫ﻤ‬ ْ ‫ﺟ‬ b ‫ﺍ‬ ِ‫ﻪ‬ِQ ْ ‫ﺤ‬ َ ‫ﺻ‬ َ ‫ﻭ‬ َ4 ْ c d ِ ‫ﻤ‬ b ‫ﺎﻟ‬ َ‫ﻌ‬ i ‫ﺍﻟ‬ ‫ﱢ‬ ‫ﺏ‬َ ‫ﺭ‬ ِ Ÿِ ُ ‫ﺪ‬ ْ‫ﻤ‬ َ ‫ﺤ‬ Artinya : Wahai Allah. Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang tetap, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyu', kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesehatan yang sempurna, kami memohon kepada-Mu syukur atas kesehatan, dan kami memohon kepada-Mu terkaya dari semua manusia. Ya Allah, Tuhan kami. Terimalah dari kami shalat kami, puasa kami, shalat malam kami, kekhusyu'an kami, kerendahan hati kami, ibadah kami. Sempurnakanlah kelalaian atau kekurangan kami, Wahai Allah Wahai Allah Wahai Allah Wahai Dzat yang Paling Penyayang diantara para penyayang. Semoga rahmat Allah tercurahkan kepada sebaik-baiknya makhluk-Nya, Muhammad, keluarga dan sahabatnya semua, dan segala puji milik Allah, Tuhan semesta alam. V. TADARUS AL QUR’AN Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, karena di dalamnya terkandung beribu kebaikan. Tidak heran pada bulan ini semua umat Islam berlomba- lomba mencari kebaikan, termasuk tadarus (membaca) Alquran. Pada malam hari Ramadlan, masjid-masjid marak dengan bacaan Al-Qur'an secara silih berganti. Tidak jarang, bacaan tersebut disambungkan pada pengeras suara. Semua itu dilakukan dengan satu harapan: berkah Ramadlan yang telah dijanjikan Allah SWT. Bagaimana hukum melakukan tadarus tersebut ? Pada bulan Ramadhan, pahala amal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Abu Hurairah RA meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang memeriahkan bulan Ramadlan dengan ibadah/qiyamu ramadhan; (dan dilakukan) dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni segala dosanya yang telah lalu”. (Shahih Bukhari, h.1870) Al-Shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam menjelaskan, qiyam ramadhan (dalam hadist diatas) adalah mengisi dan memeriahkan malam Ramadlan dengan melakukan shalat dan membaca Al-Qur'an. (Subulus Salam Juz II, h. 173)
  • 30. !& Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Membaca Al-Quran pada malam hari di bulan Ramadhan sangat dianjurkan oleh agama. Kemudian bagaimana jika membaca Al-Quran secara bersama- sama, yang satu membaca dan yang lain menyimak? Syaikh Nawawi Al-Bantani menjawab, termasuk membaca Al-Quran adalah mudarasah, yang sering disebut dengan idarah. Yakni seseorang membaca pada orang lain. Kemudian orang lain itu membaca pada dirinya. Yang seperti itu tetap sunah.” (Nihayah al-Zain, 194-195) Dapat disimpulkan bahwa tadarus Al-Quran yang dilakukan di masjid-masjid pada bulan Ramadhan tidak bertentangan dengan agama dan merupakan perbuatan yang sangat baik, karena sesuai dengan tuntunan Rasul. Jika dirasa perlu menggunakan pengeras suara agar menambah syiar Islam, maka hendaklah diupayakan sesuai dengan keperluan dan jangan sampai menganggu pada lingkungannya. Sumber : buku Fiqh Tradisionalis karya KH. Muhyidin Abdussomad h. 183) HIKMAH TADARUS DI BULAN RAMADHAN Di bulan Ramadhan, hendaknya kita selalu membaca Al Quran setiap harinya. Ada banyak pahala tadarus di bulan Ramadhan yang dapat kita ambil, diantaranya adalah: 1. Mendapat syafa’at Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian Al- Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 804) Nabi Muhammad saw: “Puasa dan Al-Qur’an keduanya akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat…” (HR. Ahmad dan Al- Hakim). 2. Mendapat barakah Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-
  • 31. !' Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al- Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya. (HR. Muslim 804) Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang- orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805) 3. Mendapat pelajaran Allah subhanahu wata’ala : َ ‫ﻧﺰ‬ b ‫ﺃ‬ ٌ ‫ﺐ‬ٰ§ َ ‫ﺘ‬ ِ‫ﻛ‬ ¨ ‫ﻮﺍ‬ ` ‫ﻟ‬ ۟ ‫ﻭ‬ ` ‫ﺃ‬ َ ‫ﺮ‬ l ‫ﻛ‬ َ ‫ﺬ‬ َ ‫ﺘ‬َ‫ﻴ‬ِ‫ﻟ‬ َ ‫ﻭ‬‫ۦ‬ ِ ‫ﻪ‬ِ‫ﺘ‬ٰ§َ‫ﺍﻳ‬َ‫ﺀ‬ ¨ ‫ﺍ‬ ٓ ‫ﻭ‬ ُ ‫ﺮ‬‫ﱠ‬‫ﺑ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺪ‬َ" ¬ ‫ﻟ‬ ٌ ‫ﻙ‬َ ‫ﺮ‬ٰ§َ‫ﺒ‬ ُ‫ﻣ‬ َ ‫ﻚ‬ْ" b ‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ُ ‫ﻪ‬ٰ§ َ ‫ﻨ‬ i ‫ﻟ‬ ِ ‫ﺐ‬ٰ§َQ i ‫ﻟ‬ َ ْ ‫ٱﻷ‬ Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Q.S. Shad : 29) 4. Menjadi umat yang baik Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (Al-Bukhari 5027) 5. Pahala yang berlipat ganda Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah d berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : (( َ َ š “‫ﺍﻟ‬ ِ ‫ﺍﻡ‬َ ‫ﺮ‬ ِ ®‫ﺍﻟ‬ ِ‫ﺓ‬َ ‫ﺮ‬ َ ‫ﻔ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟﺴ‬ َ‫ﻊ‬ َ‫ﻣ‬ ِ‫ﻪ‬ِK ٌ ‫ﺮ‬ ِ ‫ﺎﻫ‬ َ‫ﻣ‬ َ ‫ﻮ‬ ُ ‫ﻫ‬ َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﺁﻥ‬ْ ‫ﺮ‬ ُ ‫ﺍﻟﻘ‬ ` ‫ﺃ‬َ ‫ﺮ‬ ْ ‫ﻘ‬َw ‫ﻱ‬ ِ ‫ﺬ‬ l ‫ﺍﻟ‬ ` ‫ﺃ‬َ ‫ﺮ‬ ْ ‫ﻘ‬َw ‫ﻱ‬ ِ ‫ﺬ‬ l ‫ﺍﻟ‬ َ ‫ﻭ‬ ، ِ‫ﺓ‬ َ ‫ﺭ‬ ِ‫ﻪ‬ْ" b ‫ﻠ‬ َ ‫ﻋ‬ ٌ ‫ﻣﺘﻔﻖ‬ (( ِ ‫ﺍﻥ‬َ ‫ﺮ‬ ْ ‫ﺃﺟ‬ ُ ‫ﻪ‬ b ‫ﻟ‬ ‫ﱞ‬ ‫ﺎﻕ‬ َ ‫ﺷ‬ ِ ‫ﻪ‬ْ" b ‫ﻠ‬ َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻮ‬ ُ ‫ﻫ‬ َ ‫ﻭ‬ ِ ‫"ﻪ‬ ِ‫ﻓ‬ ُ ‫ﻊ‬ َ ‫ﺘ‬ ْ‫ﻌ‬ َ ‫ﺘ‬ َ fَ± َ ‫ﻭ‬ َ ‫ﺁﻥ‬ْ ‫ﺮ‬ ُ ‫ﻘ‬ i ‫ﺍﻟ‬ “Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (Al-Bukhari 4937, Muslim 244)
  • 32. !( Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al- Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi). Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra yang maksudnya: “bahwa Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang medengar satu ayat daripada Kitab Allah Ta’ala (al-Qur’an) ditulis baginya satu kebaikan yang berlipat ganda. Siapa yang membacanya pula, baginya cahanya di hari kiamat.” 6. Jauh dari sifat munafik Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” (Al-Bukhari 5427, Muslim 797) Dalam hati orang munafik, tidak ada kebaikan padanya. Munafiq adalah orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir -wal’iyya dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah sebutkan dan peringatkan dalam firman-Nya : “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Q. S. Al-Baqarah : 8 – 10) 7. Mendapat jiwa yang tenang Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah SWT, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi rahmat, diliputi para malaikat, dan disanjungi oleh Allah di hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud). 8. Memberikan mahkota pada orang tua di hari kiamat Nabi Muhammad saw bersabda maksudnya:
  • 33. ") Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. “Siapa yang membaca Al-Qur’an dan beramal dengan isi kandungannya, dianugerahkan kedua ibu bapaknya mahkota di hari kiamat. Cahayanya (mahkota) lebih baik dari cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Kalaulah demikian itu matahari berada di rumahmu (dipenuhi dengan sinarnya), maka apa sangkaan kamu terhadap yang beramal dengan ini (al-Qur’an).” (HR. Abu Daud). 9. Diangkat derajatnya Bersabda Rasulullah SAW yang maksudnya: Dikatakan kepada pembaca al-Qur,an: “Bacalah (al-Qur’an), naiklah (pada derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil didunia. Sesungguhnya kedudukan drajatmu sehingga kadar akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad). 10. Mendapat pahala sedekah Rasulullah saw bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur’an terang-terangan seperti orang yang bersedekah terang-terangan, orang yang membaca Al-Qur’an secara tersembunyi seperti orang yang bersedekah secara sembunyi.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat shahihul jaami’:3105). 11. Menjadi keluarga Allah Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau saw menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) 12. Menjadi cahaya dalam kehidupan Sabda Rasulullah saw,”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi) 13. Menjadi obat Rasulullah SAW bersabda: “Hendaknya kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Al- Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud). VI. I’TIKAF I'tikaf artinya berdiam di dalam masjid dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pada setiap bulan Ramadhan selama 10 hari yang terakhir, selalu melaksanakan i'tikaf. Bahkan secara khusus --pada tahun wafatnya--, beliau beri'tikaf pada bulan Ramadhan
  • 34. " Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. itu selama 20 hari, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibu Hurairah. Pelaksanaan i 'tikaf oleh Rasulullah SAW dan para Shahabat selama 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan itu erat kaitannya dengan Lailatul Qadar. Dalam artian, Nabi dan para shahabat beri'tikaf atau bertekun ibadah untuk berjaga- jaga ketika turun Lailatul Qadar. Sedikit pun tidak disangsikan lagi bahwa, tempat pelaksanaan i'tikaf itu adalah masjid. Namun, masalahnya adalah masjid yang mana? Sementara Rasulullah SAW melaksanakan i'tikaf di masjidnya sendiri, yakni masjid Nabawi di Madinah. Oleh sebab itulah, ada banyak pendapat mengenai dimana seharusnya i'tikaf itu dilaksanakan. Lantaran pengertian masjid tempat i 'tikaf yang ditunjukkan Al Qur'an dianggap masih relatif. Firman Allah SWT: ِ ‫ﺪ‬ ِ ‫ﺎﺟ‬ َ ‫ﺴ‬ َ‫ﻤ‬ o ‫ﺍﻟ‬ N ِ O P َ ‫ﻥ‬ ْ ‫ﻮ‬ ُ ‫ﻔ‬ ِ M‫ﺎ‬ َ ‫ﻋ‬ ْ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﺘ‬ ْ ‫ﺃﻧ‬ َ ‫ﻭ‬ "Sedangkan kamu beri'tikaf dalam masjid." (QS Al Baqarah 2: 187) Pendapat pertama; i'tikaf itu hanya dapat dilaksanakan di 3 masjid. Yakni Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Aqsha di Palestina. Dimana pendapat ini didasarkan pada hadits yang menjelaskan bahwa, dilarang atau tidak akan diberangkatkan kendaraan kecuali menuju 3 masjid tersebut di atas. Pendapat kedua, menyatakan; i'tikaf itu harus dilaksanakan di Masjid Jami'. Yakni masjid yang biasa digunakan untuk mendirikan shalat 5 waktu berjamaah dan ibadah Jum'at. Pendapat ini mungkin tepat, jika dikaitkan bahwa i'tikaf yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW itu di masjidnya sendiri yang termasuk dalam kategori Masjid Jami'. Menurut pendapat kami, jika kita perhatikan Al-Baqarah ayat 187 sebagaimana tersebut di atas, nampak jelas bahwa pengertian masjid yang dinyatakan itu sifatnya umum. Lantaran tidak diikuti dengan satupun nama masjid tertentu. Baik dari ketiga masjid sebagaimana pendapat di atas, maupun selain Masjid Jami'. Dengan demikian, mengacu pada lahirnya ayat ini, dapat diambil kesimpulan bahwa; i'tikaf dapat dilaksanakan di Masjid Jami' dan lainnya seperti mushalla misalnya; Walaupun memang, i'tikaf Ramadhan itu lebih baik dilaksanakan di Masjid Jami', supaya ketika harus melaksanakan kewajiban ibadah Jum'at
  • 35. "! Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. misalnya, ia tak perlu lagi keluar dari masjid tempat i'tikafnya menuiu Masiid Jami'. Apakah yang Dikerjakan Ketika Beri'tikaf? Sesuai dengan tujuan i'tikaf yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka orang yang sedang i'tikaf hendaknya memperbanyak amal ibadah. Misalnya, dengan cara; shalat sunnat, membaca Al-Qur'an, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak do 'a dan tafakkur. Begitu pula dapat dengan cara melakukan kebajikan lainnya, seperti; mempelajari tafsir, hadits, dan atau ilmu-ilmu agama Islam lainnya. Orang yang sedang beri'tikaf hendaknya menghindari segala hal yang tidak ada manfaatnya, baik dalam perbuatan maupun ucapan. Sabda Rasulullah SAW bersabda: ِ ‫ﻪ‬ْ1ِ‫ﻨ‬ ْ‫ﻌ‬ َ 8 َ £‫ﺎ‬ َ‫ﻣ‬ ُ ‫ﻪ‬ „ Mْ ‫ﺮ‬ َ ‫ﺗ‬ ِ‫ﺀ‬ْ ‫ﺮ‬ َ‫ﻤ‬ o ‫ﺍﻟ‬ ِ ‫ﻡ‬ َ z ْ ‫ﺇﺳ‬ p ‫ﻦ‬ ْ ‫ﺴ‬ ُ ‫ﺣ‬ ْ ‫ﻦ‬ ِ ‫ﻣ‬ "Di antara kebaikan seorang Islam adalah, meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmitzi dan Ibnu Majah, dari Abu Bashrah) Dalam konteks i'tikaf, termasuk dalam hal yang tidak bermanfaat adalah, berdiam diri dengan sia-sia. Jadi, bukan berdiam karena tafakkur. Orang yang sedang i'tikaf, wajib melaksanakan segala sesuatu yang merupakan unsur atau hakikat dari i'tikaf itu sendiri. Lantaran unsur-unsur itulah yang disebut sebagai rukun. Niat misalnya, yang wajib dilaksanakan untuk setiap ibadah, juga wajib dilaksanakan ketika i'tikaf. Karena petunjuk secara umum dalam suatu hadits telah jelas, bahwa setiap ibadah wajib disertai dengan niat. Selain itu, orang yang sedang beri'tikaf juga wajib tinggal di dalam masjid, lantaran tinggal di dalam masjid merupakan unsur penentu untuk dapat disebut i'tikaf. Orang-orang yang sedang i'tikaf juga wajib menghindarkan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya. Seperti, bersetubuh dan keluar dari masjid tanpa alasan yang sah. Dapatkah I'tikaf Dilaksanakan Setiap Saat? Sejauh yang kami dapat dari keterangan berbagai hadits, i'tikaf itu dilaksanakan oleh Rasulullah SAW hanya pada bulan Ramadhan. Dan walaupun pernah dilaksanakan pula olehnya pada 10 hari pertama bulan Syawal, hanya sebagai pengganti i'tikaf Ramadhan, yang gagal lantaran satu dan lain hal.
  • 36. "" Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Maka boleh jadi, dengan hanya mengambil kesimpulan dari berbagai hadits yang mengungkap tentang i'tikaf Ramadhan, muncul suatu pendapat yang menyatakan bahwa, i'tikaf tidak disunnatkan secara mutlak sebagai suatu bentuk ibadah yang dapat dilaksanakan setiap saat. Pendapat ini, memang cukup beralasan. Namun menurut kami, jika kita berbicara mengenai perintah melaksanakan nadzar i'tikaf, sebagaimana perintah Rasulullah SAW kepada 'Umar bin Khattab untuk memenuhi nadzar i'tikafnya, maka di dalamnya nampak jelas terkandung pengertian bahwa i'tikaf berarti suatu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Atau dengan kata lain, i'tikaf adalah suatu ibadah yang dapat dilaksanakan setiap waktu, jika memang kita kehendaki. Seandainya i'tikaf tidak termasuk sebagai suatu bentuk ketaatan kepada-Nya, maka tentu saja Umar bin Khattab tidak akan diperintah untuk memenuhi nadzar i'tikafnya. Sabda Rasulullah SAW: ُ ‫ﻪ‬ ُ‫ﻌ‬ْ1 ِ ‫ﻄ‬ُ1 o ‫ﻠ‬ َ ‫ﻓ‬ َ ‫ﷲ‬ َ ‫ﻊ‬ْ‫ﻴ‬ ِ ‫ﻄ‬ ُ 8 ْ ‫ﺃﻥ‬ َ ‫ﺭ‬ َ ‫ﺬ‬ َ ‫ﻧ‬ ْ ‫ﻦ‬ َ‫ﻣ‬ "Siapapun yang telah bematzar akan berbuat taat kepadaAllah, maka laksanakanlah natzar tersebut." (HR. Bukhari) Selain itu --sebagai tambahan-- terdapat beberapa hadits yang menunjukkan larangan melaksanakan natzar yang tidak membawa nilai kebaikan atau ketaatan kepada Allah SWT sebagai ibadah. Dengan demikian, nampak semakin jelas bahwa i'tikaf merupakan suatu bentuk ibadah yang secara mutlak dapat dilaksanakan setiap saat, dengan mendapat pahala meskipun hanya sesaat. Bagi Anda yang ingin melaksanakan i'tikaf, ada beberapa hal yang harus dipahami. Di antaranya adalah lafal niat untuk i'tikaf. Begini niatnya: ² O‫ﺎ‬ َ‫ﻌ‬ َ ‫ﺗ‬ ِ ¢ ِ m َ ‫ﺎﻑ‬ b Šِ‫ﺘ‬ ْ ‫ﻋ‬ ِ ْ •‫ﺎ‬ ُ ‫ﺘ‬ْ± َ  َ ‫ﻧ‬ “Saya niat I’tikaf karena iman dan mengharap akan Allah, karena Allah ta’ala."
  • 37. "# Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. DO’A I’TIKAF ْ 3 ‫ﱢ‬4 5 َ ‫ﻋ‬ ُ ‫ﻒ‬ ْ ‫ﺎﻋ‬ َ ‫ﻓ‬ َ ‫ﻮ‬ ْ ‫ﻔ‬ َ‫ﻌ‬ i ‫ﺍﻟ‬ ‫ﱡ‬ ‫ﺐ‬ ِ ‫ﺤ‬ ُ ‫ﺗ‬ ‫ﱞ‬ ‫ﻮ‬ ُ ‫ﻔ‬ َ ‫ﻋ‬ َ ‫ﻚ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻧ‬ِ‫ﺍ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﻢ‬ ُ ‫ﻬ‬ ¢ ‫ﻟﻠ‬ b ‫ﺍ‬ “Ya Allah, bahwasannya Engkau menyukai pemaafan, karena itu maafkanlah aku.” I’tikaf harus dilakukan di masjid dan dianggap sah bila memenuhi rukun-rukun sebagai berikut : 1. Niat Mendekatkan Diri kepada Allah. 2. Berdiam di Masjid 3. Islam dan suci, serta sudah akil baligh. VII. PANDUAN ZAKAT MENURUT BAZNAS Definisi Menurut Bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur atau bertambah. Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5) Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan harta, pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak. Sedangkan makna suci menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari kejelekan, kebatilan dan pensuci dari dosa-dosa. Dalam Al-Quran disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at- Taubah [9]: 103). Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat disebut Muzaki. Sedangkan orang yang menerima zakat disebut Mustahik. ASNAF (8 GOLONGAN) Sebagai instrumen yang masuk dalam salah satu Rukun Islam, zakat tentu saja memiliki aturan mengikat dari segi ilmu fiqihnya, salah satu diantaranya adalah kepada siapa zakat diberikan.
  • 38. "$ Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M.                           Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentua ada 8 golongan orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut: · 1. Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. · 2. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. · 3. Amil - Mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. · 4. Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menguatkan dalam tauhid dan syariah. · 5. Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya. · 6. Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa dan izzahnya. · 7. Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya. · 8. Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah. JENIS ZAKAT Secara umum, zakat terbagi atas 2 (dua) yakni zakat fitrah dan zakat maal. Secara lebih rinci, zakat maal terdiri dari zakat penghasilan/profesi, zakat perdagangan, zakat saham, zakat perusahaan, dan lain-lain. 1. Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan bagi seorang muslim/ah yang sudah mampu untuk menunaikannya. Zakat fitrah harus dikeluarkan setahun sekali pada saat awal bulan Ramadhan hingga batas sebelum sholat hari raya Idul Fitri. Hal tersebut yang menjadi pembeda zakat fitrah dengan zakat lainnya. Sebagaimana tercantum pada hadits Rasulullah SAW mengatakan, “Barangsiapa yang menunaikan zakat fitri sebelum shalat Id maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat Id maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud). Kadar zakat fitrah: 2,5 kg / 3,5 liter beras
  • 39. "% Buku Pedoman Imam tarawih SAFIRA IX Tahun 1440 H./2019 M. Zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk beras atau makanan pokok seberat 2,5 kg atau 3,5 liter per jiwa. Kualitas beras atau makanan pokok harus sesuai dengan kualitas beras atau makanan pokok yang dikonsumsi kita sehari-hari. Namun, beras atau makanan pokok tersebut dapat diganti dalam bentuk uang senilai 2,5 kg atau 3,5 liter beras. 2. Zakat Maal Menurut bahasa, harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Sedangkan menurut istilah, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan). Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu: Dalam QS. At-Taubah ayat 60, Allah memberikan ketentua ada 8 golongan orang yang menerima zakat yaitu sebagai berikut: · 1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai.. · 2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll. Syarat harta yang wajib di zakati yaitu, milik penuh, bertambah atau berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari hutang, dan sudah berlalu satu tahun (haul). Nisab zakat maal: 85 gram emas Kadar zakat maal: 2,5% Nisab zakat maal: Cara menghitung zakat maal: 2,5% x Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun Contoh: Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki harta yang tersimpan (emas/perak/uang) senilai Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat maal yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-. 3. Zakat Profesi Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan, diperoleh dari pengembangan potensi diri seseorang dengan cara yang sesuai syariat, seperti upah kerja rutin, profesi dokter, pengacara, arsitek, guru dll. “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya