SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
i
IBADAH
DI
BULAN
BERKAH
BUKU
PEDOMAN
IMAM
TARAWIH
Buku
ini
disusun
sebagai
Salah
satu
referensi
imam
tarawih
PROGRAM
SAFIRA
IX
BUKU
INI
DITERBITKAN
UNTUK
KALANGAN
SENDIRI
SELAMAT
MENUNAIKAN
IBADAH
PUASA
RAMADHAN
1440
H.
“Allohuma
bariklanaa
fii
rojaba
wa
sya’bana
wa
balighna
romadhon”.
Amiin
ii
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Alhamdulillah,
puji
syukur
kita
panjatkan
ke
hadirat
Allah
swt
yang
telah
mewajibkan
hamba-Nya
yang
beriman
untuk
berpuasa
di
bulan
Ramadhan,
sebagaimana
telah
diwajibkan
kepada
ummat
terdahulu
agar
menjadi
manusia
yang
bertakwa.
Shalawat
dan
salam
semoga
dicurahkan
kepada
Nabi
Muhammad
saw
beserta
keluarga,
sahabat
dan
penerusnya
sampai
akhir
zaman.
Kita
bersyukur
dalam
keadaan
sehat
dan
kuat
saat
menyambut
kembali
kehadiran
bulan
Ramadhan,
bulan
agung
yang
penuh
berkah
dan
maghfirah,
bulan
yang
secara
khusus
disebutkan
dalam
Al
Quran.
Mari
kita
manfaatkan
kesempatan
emas
ini
sebagai
wahana
untuk
menunaikan
amal
ibadah
puasa
dan
amal
shaleh
lainnya
dengan
penuh
keikhlasan/keyakinan
dan
harapan
memperoleh
ridha
Allah
(imanan
wa-htisaban).
Untuk
membantu
kelancaran
dan
kemudahan
aktivitas
ibadah
di
bulan
suci
Ramadhan
ini,
terutama
kepada
Imam
Shalat
Tarawih
Terpadau
pada
Program
Safari
Ramahan
IX
se
kawasan
Desa
Junwangi,
disiapkan
“BUKU
PEDOMAN
IMAM
TARAWIH”.
Buku
ini
memuat
ketentuan
pokok
tentang
amaliah
Ramadhan
dengan
tetap
merujuk
kepada
Al
Qur’an
dan
Sunnah
Rasulullah
Saw.
Buku
ini
disusun
dari
berbagai
sumber
baik
daring
(buku-buku
tentang
puasa)
maupun
luring
(situs-situs
yang
menjelaskan
tentang
puasa
Ramadhan).
Untuk
memudahkan
mempelajari
buku
ini
disusun
menjadi
tiga
BAB
utama
yaitu
:
PENDAHULUAN
tentang
latar
belakang
pentingnya
memahami
Ibadah
Bulan
Ramadhan,
LANDASAN
IBADAH
berisi
fiqih
ibadah
di
Bulan
Ramadhan
dan
PROGRAM
SAFIRA
IX
berisi
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan
pada
Bulan
Ramadhan
1440
H
di
kawasan
Desa
Junwangi.
Semoga
ada
gunan
da
manfa’atnya.
Namun
ibarat
tiada
gading
yang
tak
retak.
Mohon
maaf
bila
ada
kehilafan
dan
kekurangan
dalam
buku
pedoman
ini,
masukan
dan
saran
bisa
disampaikan
melalui
email
tersebut
dibawah
ini:
tmbsalamjunwangi@gmail.com
atau
tmbaitussalamjunwangi@yahoo.com
Wa’alaikum
salam
wr.wb.
IR.
MANOET,
SE.,
CBA
iii
DAFTAR
ISI
NO
ISI
HAL
0
Cover
i
1
Pengantar
ii
2
Daftar
isi
iii
3
PENDAHULUAN
1
4
LANDASAN
IBADAH
4
I.PUASA
RAMADHAN
1.
Sejarah
Puasa
Ramadhan
4
2.
Bulan
Penuh
berkah
5
3.
Makna
Puasa
10
4.
Hukum
Puasa
Ramadhan
10
5.
Keutamaan
Puasa
11
6.
Hikmah
Puasa
12
7.
Rukun
Puasa
13
8.
Awal
&
akhir
Bulan
Ramahan
13
9.
Rentang
Waktu
Puasa
13
10.
Syarat
Sah
Puasa
14
11.
Sunnah-sunnah
Puasa
15
12.
Orang-orang
Yang
Diperbolehkan
Berbuka
16
13.
Pembatal-pembatal
Puasa
18
14.
Yang
Dimakruhkan
Dalam
Puasa
18
II.
PEMAHAMAN
TENTANG
BERBUKA
/
TA’JIL
III.
SHALAT
TARAWIH
19
IV.
SHALAT
WITIR
22
V.
TADARUS
AL
QUR’AN
26
VI.
I’TIKAF
30
VII.
PANDUAN
ZAKAT
MENURUT
BAZNAS
34
Definisi
34
JENIS
ZAKAT
35
1.
Zakat
Fitrah
35
2.
Zakat
Mal
35
3.
Zakat
Profesi
36
4.
Zakat
Perdagangan
37
5.
Zakat
Saham
38
6.
Zakat
Perusahaan
38
7.
NIAT
ZAKAT
FITRAH
40
VIII.
TAKBIRAN
42
Bacaan
Takbiran
43
IX.
BILAL
SHALAT
IDUL
FITRI
44
X.
TATA
CARA
SHALAT
IDUL
FITRI
46
5
PROGRAM
SAFIRA
IX
49
SKEDUL
KEGIATAN
PROGRAM
RAMADHAN
&
IDUL
FITRI
50
$
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
CATATAN
:
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
$)
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
SKEDUL
KEGIATAN
PROGRAM
RAMADHAN
&
IDUL
FITRI
NO
HARI/TANGGAL
NAMA
KEGIATAN
WAKTU
TEMPAT
KEGIATAN
PIC
1
RAMADHAN
SAFARI
RAMADHAN
IX
Malam
hari
MASJID
&
MUSHOLA
IMAM
TERPADU
2
RAMADHAN
TADARUS
ALQURAN
Maks
Pkl
22.00
MASJID/MUSHOLA
Jama’ah
3
RAMADHAN
I’TIKAF
Dini
hari
MASJID
Jama’ah
4
RAMADHAN
Khotmil
Qur’an
Malam
hari
MASJID/MUSHOLA
Jama’ah
5
RAMADHAN
ZAKAT
FITRAH
Maks
takbiran
MASJID/MUSHOLA
Ta’mir
masing2
6
1
Syawal
SHALAT
IDUL
FITRI
Maks
Pkl
06.15
MASJID
Ta’mir
masing2
7
1
Syawal
Berma’af
ma’afan
Ba’da
Sholat
Ied
MASJID
Imam
&
jama’ah
CATATAN
:
1.
Jadwal
Safira
IX
akan
diterbitkan
selambat-lambatnya
3
(tiga)
hari
sebelum
Ramadhan
1440
H.
/
2019
M.
2.
Setiap
imam
akan
menerima
jadwal
tarawih
sesuai
tugasnya
masing-masing
3.
Setiap
masjid/mushola
tempat
Program
Safira
IX
ini
akan
menerima
jadwal
sesuai
tempat
masing-masing
beserta
:
1.
Surat
yang
dibaca
pada
roka’at
kedua
2.
Bacaan
do’a
sholat
tarawih
3.
Baca’an
do’a
sholat
witir.
4.
Tarawih
dilaksanakan
20
rok’aat
dan
Witir
3
roka’at
dengan
2
roka’at
1
salam
5.
Mohon
imam
hadir
selambat-lambatnya
sebelum
adzan
Sholat
Isya’
6.
Bila
berhalangan
tugas
dapat
menghubungi
pengganti
7.
Bila
ada
kesulitan
dalam
bertugas
dapat
berkoordinasi
dengan
Ta’mir
setempat
8.
SAFIRA
IX
CENTER
bisa
menghubungi
telp./SMS/WA
ke
no.
085730101519
“SELAMAT
BERTUGAS”
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
PENDAHULUAN
Marhaban
ya
Ramadhan,
bulan
penuh
rahmat
dan
keberkahan.
Allah
memilih
Ramadhan
sebagai
bulan
yang
istimewa
sebagaimana
firman-Nya:





































































































































































































































































































































“(Beberapa
hari
yang
ditentukan
itu
ialah)
bulan
Ramadhan,
bulan
yang
di
dalamnya
diturunkan
(permulaan)
Al
Qur’an
sebagai
petunjuk
bagi
semua
manusia
dan
penjelasan-
penjelasan
mengenai
petunjuk
itu
dan
pembeda
(antara
yang
hak
dan
yang
batil).
Karena
itu,
barang
siapa
di
antara
kamu
hadir
(di
negeri
tempat
tinggalnya)
di
bulan
itu,
maka
wajiblah
baginya
berpuasa,
sebanyak
hari
yang
ditinggalkannya
itu,
pada
hari-hari
yang
lain.
Allah
menghendaki
kemudahan
bagimu
dan
tidak
menghendaki
kesulitan
bagimu.
Dan
hendaklah
kamu
mencukupkan
bilangannya
dan
hendaklah
kamu
mengagungkan
Allah
atas
petunjuk-Nya
yang
diberikan
kepadamu,
supaya
kamu
bersyukur.”
(Q.S.
Al-Baqarah:185).










































































































“Hai
orang-orang
yang
beriman,
diwajibkan
atas
kamu
berpuasa
sebagaimana
diwajibkan
atas
orang-orang
sebelum
kamu
agar
kamu
bertaqwa”.
(QS.
Al
Baqarah
:
183).



























































































































“Demi
masa.
Sesungguhnya
manusia
itu
benar-benar
dalam
keadaan
merugi.
Kecuali
mereka
yang
beriman
dan
beramal
shaleh
dan
saling
menasihati
dalam
kebenaran
dan
kesabaran”.
(QS.
Al-Ashr
103:1-3).
Meskipun
kita
setiap
tahun
kita
beribadah
di
bulan
Ramadhan
namun
apakah
ibadah
tersebut
membekas
atau
hanya
sekedar
gugur
kewajiban,
atau
bahkan
hanya
kebiasaan
semata.
Hal
ini
karena
sering
kali
kita
melakukan
ibadah
!
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
karena
kebiasaan
disekitar
kita
tanpa
peduli
apakah
sudah
sesuai
tuntunan
Islam
atau
belum
kadang
kita
enggan
untuk
mengevaluasinya.
Tujuan
manusia
diciptakan
Allah
SWT
adalah
untuk
beribadah
dan
beramal
sebanyak
mungkin.
Allah
SWT
berfirman,
“Tidak
Aku
ciptakan
jin
dan
manusia
kecuali
untuk
beribadah
kepada-Ku,”
(Surat
Az-Dzariyat
56).
Ibadah
yang
dilakukan
manusia
manfaatnya
bukanlah
untuk
Allah
SWT,
tapi
untuk
manusia
itu
sendiri.
Karena
di
akhirat
kelak,
tidak
ada
yang
bisa
membantu
manusia
kecuali
amal
baik
selama
hidup
di
dunia.
Amal
baik
itu
bisa
berupa
ibadah
kepada
Allah
atau
pun
amal
baik
yang
dilakukan
terhadap
sesama
manusia.
Dikarenakan
ibadah
dan
amalan
sangat
penting
dikerjakan,
maka
ada
baiknya
mengenal
apa
saja
yang
mesti
dilakukan
pada
saat
melakukan
sebuah
ibadah
atau
amalan
tertentu.
Setiap
amalan
dan
ibadah
ada
ilmu
dan
cara
mengerjakannya.
Kalau
cara
ibadahnya
tidak
diketahui
dan
disempurnakan,
bagaimana
Allah
akan
menerimanya?
Sebab
itu,
Abu
Laits
Al-Samarqandi
dalam
Tanbihul
Ghafilin
menjelaskan:
‫ﺍﻟﺤ"ﻤﺎﺀ‬
‫(ﻌﺾ‬
‫ﻭﻗﺎﻝ‬:
‫ﺴﻠﻢ‬-
.
/‫ﺣ‬
‫ﺎﺀ‬1‫ﺃﺷ‬
‫ﻌﺔ‬4‫ﺃﺭ‬
‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬
‫ﺠﺘﺎﺝ‬8:
‫ﻞ‬9‫ﻗ‬
‫ﺍﻟﻌﻠﻢ‬
‫ﺃﻭﻟﻬﺎ‬
‫ﺼﻠ‬8
‫ﻻ‬
‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬
‫ﻷﻥ‬
‫(ﺪﺋﻪ‬
‫ﻔﺴﺪﻩ‬8
‫ﻣﺎ‬
‫ﺎﻥ‬D
‫ﻋﻠﻢ‬
F
G‫(ﻐ‬
‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬
‫ﺎﻥ‬D
‫ﻓﺈﺫﺍ‬
،‫(ﺎﻟﻌﻠﻢ‬
‫ﺇﻻ‬
‫ﺢ‬
‫ﺼﻠﺤﻪ‬8
‫ﻣﻤﺎ‬
L
GM‫ﺃ‬.
‫ﺇﻻ‬
‫ﺼﻠﺢ‬8
‫ﻻ‬
‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬
‫ﻷﻥ‬
‫ﺪﺋﻪ‬9‫ﻣ‬
N
O
P
‫ﺔ‬1‫ﺍﻟﻨ‬
N
O
R‫ﻭﺍﻟﺜﺎ‬
‫ﺔ‬1‫(ﺎﻟﻨ‬...
‫ﺍﻟﺴﻜﻮﻥ‬
V‫ﻋ‬
‫ﻪ‬8‫ﻳﺆﺩ‬
.
/‫ﺣ‬
‫ﻪ‬1‫ﻓ‬
Y
G‫ﺼ‬8
N
O
/‫ﻌ‬8
،‫ﻭﺳﻄﻪ‬
N
O
P
Y
G‫ﺍﻟﺼ‬
‫ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‬
‫ﻭﺍﻟﻄﻤﺄﻧ]ﻨﺔ‬.
،‫ﺇﺧﻼﺹ‬
F
G‫(ﻐ‬
‫ﻞ‬9‫ﻘ‬8
‫ﻻ‬
‫ﺍﻟﻌﻤﻞ‬
‫ﻷﻥ‬
،‫ﺍﻏﻪ‬
‫ﺮ‬
‫ﻓ‬
‫ﻋﻨﺪ‬
‫ﺍﻹﺧﻼﺹ‬
‫ﺍﺑﻊ‬
‫ﺮ‬
‫ﻭﺍﻟ‬
‫ﻋﻤﻠ‬
‫ﻓﺈﺫﺍ‬
‫ﻣﻨﻚ‬
‫ﺎﺩ‬9‫ﺍﻟﻌ‬
‫ﻗﻠﻮﺏ‬
‫ﻞ‬9‫ﻭﺗﻘ‬
،‫ﻣﻨﻚ‬
j‫ﺗﻌﺎ‬
‫ﷲ‬
‫ﻞ‬9‫ﻳﺘﻘ‬
‫(ﺎﻹﺧﻼﺹ‬
‫ﺖ‬
Artinya,
“Sebagian
orang
bijak
berkata,
‘Amalan
butuh
pada
empat
hal
agar
selamat:
pertama,
berilmu
sebelum
memulainya,
karena
amal
tidak
sah
tanpa
ilmu.
Bila
amal
dilakukan
tanpa
ilmu,
mudharatnya
lebih
banyak
ketimbang
maslahatnya.
Kedua,
niat
pada
saat
memulainya,
karena
amalan
tidak
sah
tanpa
niat.
Ketiga,
sabar
ketika
menjalankannya
agar
mencapai
ketenangan.
Keempat,
ikhlas
ketika
selesai
beramal,
karena
amalan
tidak
akan
diterima
tanpa
keikhlasan,
bila
kamu
ikhlas
Allah
akan
menerima
amalanmu
dan
hati
orang-orang
yang
beribah
pada
Allah
(beriman)
juga
akan
menerimanya.”
#(
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
PROGRAM
SAFIRA
IX
1
NAMA
KEGIATAN
:
SAFIRA
IX
2
TANGGAL
KEGIATAN
:
RAMADHAN
1440
H./2019
M.
3
PENANGGUN
JAWAB
:
KOORDINATOR
SAFIRA
IX
4
ALAMAT
SEKRETARIAT
:
MASJID
BAITUS
SALAM
JUNWANGI
5
JENIS
KEGIATAN
:
SESUAI
SKEDUL
6
PIC/PELAKSANA
:
TA’MIR
MASJID
&
MUSHOLA
SE
KAWASAN
JUNWANGI
1.
MASJID
BAITUS
SALAM
JUNWATU
2.
MASJID
BAITUR
ROHMAN
SAMBEN
3.
MUSHOLA
DARUT
TAUFIQ
–
JUNWATU
4.
MUSHOLA
AL
IHLAS
–
KWANGEN
5.
MUSHOLA
AL
HIDAYAH
–
KWANGEN
6.
MUSHOLA
AL
MUJAHIDIN
–
SAMBEN
7.
MUSHOLA
NASRULLAH
–
SAMBEN
8.
MUSHOLA
NURUL
MUBAROKAH
–
BABADAN
BUNDER
9.
MUSHOLA
NURUL
ISLAH
-
BABADAN
BUNDER
7
ANGGARAN
BIAYA
:
SWADAYA
8
PERLENGKAPAN
TUGAS
:
1.
BUKU
PEDOMAN
2.
JADWAL
TARAWIH
UNTUK
IMAM
&
TEMPAT
IBADAH
3.
BACAAN
SURAT
TARAWIH
4.
BACAAN
DOA
TARAWIH
5.
BACAAN
DOA
WITIR
6.
BACAAN
TAKBIR
7.
BACAAN
BILAL
8.
BACAAN
NIAT
&
DOA
ZAKAT
FITRAH
#'
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
mendengarkan
khutbah
Idul
Fitri
terlebih
dahulu
hingga
rampung.
Kecuali
bila
shalat
id
ditunaikan
tidak
secara
berjamaah.Hadits
Ubaidullah
bin
Abdullah
bin
Utbah
mengungkapkan:
‫ﺃﻥ‬
‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‬
‫ﺠﻠﻮﺱ‬K
‫ﻨﻬﻤﺎ‬Ô‫ﺑ‬
‫ﻔﺼﻞ‬w
4
c
d‫ﺧﻄﺒﺘ‬
‫ﺍﻟﻌ"ﺪﻳﻦ‬
3
4
}
‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬
‫ﺨﻄﺐ‬w
“Sunnah
seorang
Imam
berkhutbah
dua
kali
pada
shalat
hari
raya
(Idul
Fitri
dan
Idul
Adha),
dan
memisahkan
kedua
khutbah
dengan
duduk.”
(HR
Asy-Syafi’i)
Pada
khutbah
pertama
khatib
disunnahkan
memulainya
dengan
takbir
hingga
sembilan
kali,
sedangkan
pada
khutbah
kedua
membukanya
dengan
takbir
tujuh
kali.
"
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Kutipan
di
atas
menengaskan
ada
empat
hal
yang
perlu
dipersiapkan
dan
dilakukan
ketika
mengerjakan
sebuah
amalan
atau
ibadah.
Keempat
hal
itu
sebagai
berikut:
Pertama,
memiliki
ilmu
tentang
ibadah
yang
dikerjakan.
Ilmu
sangatlah
penting,
terutama
ilmu
yang
berkaitan
dengan
ibadah.
Tanpa
ilmu,
kita
tidak
mengerti
bagaimana
cara
shalat,
puasa,
zakat
yang
benar.
Maka
dari
itu,
belajarlah
sebelum
mengerjakan
ibadah.
Kedua,
tanamkan
niat
dalam
hati
pada
saat
mengerjakan
amal
ibadah.
Niat
menjadi
rukun
penting
dalam
ibadah.
Niat
menjadi
pembeda
antara
suatu
ibadah
dengan
ibadah
lain,
serta
pembeda
antara
ibadah
dengan
yang
bukan
ibadah.
Kalau
tidak
ada
niat,
ibadah
yang
dilakukan
tidak
ada
gunanya.
Ketiga,
tumbuhkan
kesabaran
pada
saat
ibadah.
Dalam
mengerjakan
shalat
misalnya,
usahakan
menahan
diri
dan
bersabar
sampai
selesai.
Kalau
tidak
sabar,
ibadah
yang
dikerjakan
terasa
terburu-buru
dan
tidak
mendapatkan
ketenangan.
Keempat,
usahakan
ikhlas
dalam
setiap
mengerjakan
ibadah
apapun,
karena
Allah
hanya
menerima
ibadah
yang
dilakukan
dengan
penuh
keikhlasan.
Jangan
sampai
beramal
karena
dilihat
orang,
ingin
mendapatkan
pujian,
dan
melepaskan
kewajiban
semata.
Sangat
disayangkan
orang
yang
beribadah
untuk
dilihat
orang
lain,
karena
semua
itu
tidak
ada
nilainya
di
hadapan
Allah.
Wallahu
a’lam.
#
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
LANDASAN
IBADAH
I.
PUASA
RAMADHAN
1.
SEJARAH
PUASA
RAMADHAN
Pakar
Tafsir
Muhammad
Quraish
Shihab
dalam
karyanya
Membumikan
Al-
Qur’an
(2000)
menjelaskan,
dari
segi
ajaran
agama,
para
ulama
menyatakan
bahwa
semua
agama
samawi,
sama
dalam
prinsip-prinsip
pokok
akidah,
syariat,
serta
akhlaknya.
Ini
berarti
bahwa
semua
agama
samawi
mengajarkan
keesaan
Allah,
kenabian,
dan
keniscayaan
hari
kemudian.
Shalat,
puasa,
zakat,
dan
berkunjung
ke
tempat
tertentu
sebagai
pendekatan
kepada
Allah
adalah
prinsip-prinsip
syariat
yang
dikenal
dalam
agama-agama
samawi.
Tentu
saja
cara
dan
kaifiat-
nya
dapat
berbeda,
namun
esensi
dan
tujuannya
sama.
Kita
dapat
mempertanyakan
mengapa
puasa
menjadi
kewajiban
bagi
umat
Islam
dan
umat-umat
terdahulu?
Manusia
memiliki
kebebasan
bertindak
memilih
dan
memilah
aktivitasnya,
termasuk
dalam
hal
ini,
makan,
minum,
dan
berhubungan
seks.
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut
dari
zaman
dulu
hingga
sekarang
menjadi
tantangan
manusia
dalam
kehidupan.
Sebab,
hal
itu
mempengaruhi
sisi-sisi
kehidupan
lainnya
sehingga
berpuasa
adalah
ibadah
yang
tepat.
Sejarah
kewajiban
puasa
Ramadhan
tidak
terlepas
dari
peristiwa
hijrah
Nabi
Muhammad
SAW
ke
negeri
Yatsrib
(Madinah).
Sebab
peristiwa
tersebut
merupakan
titik
pijak
penyempurnaan
syariat
Islam
di
kemudian
hari.
Puasa
Ramadhan
diwajibkan
kepada
Nabi
Muhammad
dan
umatnya
pada
bulan
Sya’ban
tahun
ke-2
hijriah
dengan
cara
dan
model
yang
dilakukan
umat
Islam
hingga
kini.
Affandi
Mochtar
dan
Ibi
Syatibi
dalam
buku
Risalah
Ramadhan
(2008)
mengungkapkan,
sebelum
ayat
yang
mewajibkan
puasa
turun,
umat
Islam
biasa
berpuasa
wajib
pada
10
Muharram
atau
Hari
Asyura.
Ketika
Nabi
Muhammad
hijrah
dan
tiba
di
Madinah,
beliau
mendapati
orang-orang
Yahudi
juga
berpuasa
pada
10
Muharram
tersebut.
Orang-orang
Yahudi
menyatakan,
pada
10
Muharram
Allah
SWT
menyelamatkan
Nabi
Musa
dan
kaumnya
dari
serangan
Raja
Fira’un.
Kemudian
#&
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Pertama,
shalat
id
didahului
niat
yang
jika
dilafalkan
akan
berbunyi
“ushallî
rak‘ataini
sunnata
li
‘îdil
fithri”.
Ditambah
“imâman”
kalau
menjadi
imam,
dan
“makmûman”
kalau
menjadi
makmum.
‫ﺎ‬
8
‫ﻣ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻣ‬
i
‫ﺄ‬
َ
‫)ﻣ‬
q
‫ﺮ‬
ْ
‫ﻄ‬
ِ
‫ﻟﻔ‬
i
‫ﺍ‬
ِ
‫ﺪ‬
ْ
"
ِ
‫ﻟﻌ‬
ً
‫ﺔ‬
‫ﱠ‬
‫ﻨ‬
ُ
‫ﺳ‬
q
4
ْ
c
d
َ
‫ﺘ‬
َ
‫ﻌ‬
i
”
َ
‫ﺭ‬
3
¬
/
َ
‫ﺻ‬
`
‫ﺃ‬
Î
b
O‫ـﺎ‬
‫ـ‬
‫ـ‬
‫ـ‬
َ
‫ﻌ‬
َ
‫ﺗ‬
ِ
ِ
m
(‫ﺎ‬
8
‫ﺎﻣ‬
َ
‫ﻣ‬
ِ
‫ﺇ‬
Artinya:
“Aku
berniat
shalat
sunnah
Idul
Fitri
dua
rakaat
(menjadi
makmum/imam)
karena
Allah
ta’ala.”
Hukum
pelafalan
niat
ini
sunnah.
Yang
wajib
adalah
ada
maksud
secara
sadar
dan
sengaja
dalam
batin
bahwa
seseorang
akan
menunaikan
shalat
sunnah
Idul
Fitri.Sebelumnya
shalat
dimulai
tanpa
adzan
dan
iqamah
(karena
tidak
disunnahkan),
melainkan
cukup
dengan
menyeru
"ash-shalâtu
jâmi‘ah".
Kedua,
takbiratul
ihram
sebagaimana
shalat
biasa.
Setelah
membaca
doa
iftitah,
disunnahkan
takbir
lagi
hingga
tujuh
kali
untuk
rakaat
pertama.
Di
antara
takbir-takbir
itu
dianjurkan
membaca:
"
ِ
‫ﺻ‬
b
‫ﺃ‬
َ
‫ﻭ‬
ً
‫ﺓ‬
َ
‫ﺮ‬
i
®
ُ
K
ِ
‫ﷲ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ
‫ﺤ‬
ْ
Q
ُ
‫ﺳ‬
َ
‫ﻭ‬
،‫ﺍ‬
8
c
“
ِ
‫ﺜ‬
b
‫ﻛ‬
ِ
ِ
m
ُ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
،‫ﺍ‬
8
c
“
ِ
‫ﺒ‬
b
‫ﻛ‬
ُ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
‫ﷲ‬
ً
Ž
Artinya:
“Allah
Maha
Besar
dengan
segala
kebesaran,
segala
puji
bagi
Allah
dengan
pujian
yang
banyak,
Maha
Suci
Allah,
baik
waktu
pagi
dan
petang.”
Atau
boleh
juga
membaca:
ُ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
‫ﷲ‬
َ
‫ﻭ‬
ُ
‫ﷲ‬
‫ﱠ‬
¸
ِ
‫ﺇ‬
َ
‫ﻪ‬
b
‫ﻟ‬
ِ
‫ﺇ‬
َ
¸
َ
‫ﻭ‬
ِ
ِ
m
ُ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
ِ
‫ﷲ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ
‫ﺤ‬
ْ
Q
ُ
‫ﺳ‬
Artinya:
“Maha
Suci
Allah,
segala
puji
bagi
Allah,
tiada
tuhan
selain
Allah,
Allah
maha
besar.”
Ketiga,
membaca
Surat
al-Fatihah.
Setelah
melaksanakan
rukun
ini,
dianjurkan
membaca
Surat
al-Ghâsyiyah.
Berlanjut
ke
ruku’,
sujud,
duduk
di
antara
dua
sujud,
dan
seterusnya
hingga
berdiri
lagi
seperti
shalat
biasa.
Keempat,
dalam
posisi
berdiri
kembali
pada
rakaat
kedua,
takbir
lagi
sebanyak
lima
kali
seraya
mengangkat
tangan
dan
melafalkan
“allâhu
akbar”
seperti
sebelumnya.
Di
antara
takbir-takbir
itu,
lafalkan
kembali
bacaan
sebagaimana
dijelaskan
pada
poin
kedua.
Berlanjut
ke
ruku’,
sujud,
dan
seterusnya
hingga
salam.
Sekali
lagi,
hukum
takbir
tambahan
ini
sunnah
sehingga
apabila
terjadi
kelupaan
mengerjakannya,
disampai
menggugurkan
keabsahan
shalat
id.
Kelima,
setelah
salam,
jamaah
tak
disarankan
buru-buru
pulang,
melainkan
#%
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
ُ
‫ﷲ‬
َ
3
ِ
4
Æ
َ
‫ﺭ‬
َ
‫ﻭ‬،
َ
‫ﻢ‬
l
‫ﻠ‬
َ
‫ﺳ‬
َ
‫ﻭ‬
ِ
‫ﻪ‬
ِ
Q
ْ
‫ﺤ‬
َ
‫ﺻ‬
َ
‫ﻭ‬
ِ
‫ﻪ‬
ِ
‫ﻟ‬
b
‫ﺃ‬
b
/
َ
‫ﻋ‬
َ
‫ﻭ‬
،
ٍ
‫ﺪ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
ُ
‫ﻣ‬
ِ
‫ﺎﺏ‬
َ
‫ﺤ‬
ْ
‫ﺻ‬
b
‫ﺃ‬
‫ﱢ‬
‫ﻞ‬
`
@
ْ
‫ﻦ‬
َ
‫ﻋ‬
َ
‫ﻙ‬
َ
‫ﺎﺭ‬
َ
Q
َ
‫ﺗ‬
َ
4
ْ
c
d
ِ
‫ﻌ‬
َ
‫ﻤ‬
ْ
‫ﺟ‬
b
‫ﺃ‬
َ
‫ﻢ‬
l
‫ﻠ‬
َ
‫ﺳ‬
َ
‫ﻭ‬
ِ
‫ﷲ‬
ِ
‫ﻝ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﺳ‬
َ
‫ﺭ‬
Khatib
kembali
berdiri
dan
melanjutkan
khutbah
kedua
sampai
selesai.
X.
TATA
CARA
SHALAT
IDUL
FITRI
Ketika
hari
raya
Idul
Fitri
atau
Idul
Adha
tiba,
seluruh
umat
Islam
yang
tidak
ada
uzur
dianjurkan
untuk
keluar
rumah,
tak
terkecuali
perempuan
haid.
Perempuan
yang
sedang
menstruasi
memang
dilarang
untuk
shalat
tapi
ia
dianjurkan
turut
mengambil
keberkahan
momen
tersebut
dan
merayakan
kebaikan
bersama
kaum
muslimin
lainnya.
Hukum
shalat
id
sunnah
muakkadah
(sangat
dianjurkan).
Sejak
disyariatkan
pada
tahun
kedua
hijriah,
Rasulullah
tidak
meninggalkannya
hingga
beliau
wafat,
kemudian
ritual
serupa
dilanjutkan
para
sahabat
beliau.
Secara
global
syarat
dan
rukun
shalat
id
tidak
berbeda
dari
shalat
lima
waktu,
termasuk
soal
hal-hal
yang
membatalkan.
Tapi,
ada
beberapa
aktivitas
teknis
yang
agak
berbeda
dari
shalat
pada
umumnya.
Aktivitas
teknis
tersebut
berstatus
sunnah.
Waktu
shalat
Idul
Fitri
dimulai
sejak
matahari
terbit
hingga
masuk
waktu
dhuhur.
Berbeda
dari
shalat
Idul
Adha
yang
dianjurkan
mengawalkan
waktu
demi
memberi
kesempatan
yang
luas
kepada
masyarakat
yang
hendak
berkurban
selepas
rangkaian
shalat
id,
shalat
Idul
Fitri
disunnahkan
memperlambatnya.
Hal
demikian
untuk
memberi
kesempatan
mereka
yang
belum
berzakat
fitrah.
Shalat
id
dilaksanakan
dua
rakaat
secara
berjamaah
dan
terdapat
khutbah
setelahnya.
Namun,
bila
terlambat
datang
atau
mengalami
halangan
lain,
boleh
dilakukan
secara
sendiri-sendiri
(munfarid)
di
rumah
ketimbang
tidak
sama
sekali.
Berikut
tata
cara
shalat
id
secara
tertib.
Penjelasan
ini
bisa
dijumpai
antara
lain
di
kitab
Fashalatan
karya
Syekh
KHR
Asnawi,
salah
satu
pendiri
Nahdlatul
Ulama
asal
Kudus;
atau
al-Fiqh
al-Manhajî
‘ala
Madzhabil
Imâm
asy-Syâfi‘î
(juz
I)
karya
Musthafa
al-Khin,
Musthafa
al-Bugha,
dan
'Ali
asy-Asyarbaji.
$
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Nabi
Musa
berpuasa
pada
10
Muharram
sebagai
tanda
syukur
kepada
Allah.
Lalu,
Nabi
Muhammad
memerintahkan
umat
Islam
agar
berpuasa
pada
tanggal
10
Muharram.
Pada
awalnya
umat
Islam
diwajibkan
berpuasa
sampai
waktu
maghrib.
Setelah
berbuka
mereka
masih
diperbolehkan
makan,
minum,
dan
melakukan
hubungan
seks
suami-istri
hingga
kemudian
melakukan
shalat
Isya
dan
tidur.
Setelah
melakukan
shalat
Isya
dan
tidur,
mereka
tidak
diperbolehkan
lagi
untuk
makan,
minum,
atau
berhubungan
seks
hingga
tiba
saatnya
waktu
berbuka.
Namun,
praktik
ini
benar-benar
menyulitkan
umat
Islam
sehingga
tidak
sedikit
yang
melanggar
larangan
tersebut.
Lalu,
Allah
SWT
menurunkan
sebuah
ayat
yang
dijelaskan
dalam
QS
Al-Baqarah
ayat
187
yang
menyatakan,
umat
Islam
diperbolehkan
makan,
minum,
dan
berhubungan
intim
dengan
para
istrinya
sepanjang
malam
bulan
puasa
hingga
terbit
fajar.
Tentu
saja
ayat
tersebut
disambut
gembira
oleh
umat
Islam
kala
itu
sembari
memanjatkan
syukur
atas
kasih
sayang
Allah
SWT.
2.
BULAN
PENUH
BERKAH
Bulan
Ramadlan
sering
disebut
sebagai
syahrun
‘adzim,
bulan
yang
agung,
dan
juga
disebut
syahrum
Mubarak,
bulan
yang
penuh
berkah
antara
lain
terdapat
malam
qadar
di
dalam
bulan
Ramadlan.
Adapun
keberkahan
diberikan
kepada
malam,
yakni
malam
yang
diberkahi
yaitu
malam
ketika
al-Qur’an
pertama
kali
diturunkan
(al-Dukhan
44:
1-3).
Barakah
malam
qadar,
malam
turunnya
al-Qur’an.
Malam
qadar
merupakan
waktu
yang
penuh
dengan
barakah
karena
pada
malam
ini
adalah
waktu
diturunkannya
al-Qur’an,
dan
al-Qur’an
adalah
kitab
yang
penuh
dengan
keberkahan
dan
menjadi
petunjuk
bagi
ummat
manusia.
Allah
berfirman
yang
artinya:
Ha
Mim.
Demi
Kitab
(al-Qur’an)
yang
menjelaskan,
sesungguhnya
Kami
menurunkannya
pada
suatu
malam
yang
diberkahi
dan
sesungguhnya
Kami
lah
yang
memberi
peringatan.
(al-Dukhan
44:
1-3).
Menurut
al-Alusi
malam
turunnya
al-Qur’an
dinamai
dengan
malam
yang
penuh
barakah
karena
dengan
turunnya
al-Qur’an
menyebabkan
munculnya
segala
kebaikan
dan
manfaat
duniawi
dan
ukhrawi.
Manfaat
duniawi
yang
terdapat
dalam
malam
ini
adalah
pada
malam
itu
ditentukannya
rezeki
dan
ajal
seseoang
serta
diberikannya
syafaat
kepada
Nabi
Muhammad
saw,
sedang
%
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
manfaat
ukhrawi
adalah
pada
malam
tersebut
turunnya
para
malaikat
yang
membawa
rahmat
bagi
yang
beribadah
di
malam
itu
serta
dikabulkannya
doa.
Turunnya
al-Qur’an
sebagaimana
yang
dijelaskan
pada
ayat
di
atas
dipertegas
dengan
ayat
yang
menyatakan
bahwa
malam
itu
disebut
dengan
lailat
al-qadr
yaitu
pada
Surat
al-Qadr
97:
1-5.
Pada
ayat
ini
dijelaskan
lebih
rinci
tentang
barakah
malam
tersebut
yaitu
malam
diturunkannya
al-Qur’an,
malam
dilipat
ganda
kan
fahala
hingga
lebih
baik
dari
seribu
bulan,
turunnya
malaikat
ke
bumi,
termasuk
malaikat
Jibril.
Malaikat
turun
karena
banyaknya
berkah
malam
ini
dan
mereka
turun
dengan
membawa
rahmat
dan
juga
keberkahan
sebagaimana
mereka
akan
turun
ketika
dibacakan
al-Qur’an,
dan
mereka
mengelilingi
majelis
dzikir,
dan
membentangkan
sayapnya
bagi
penuntut
ilmu
sebagai
penghargaan
dan
penghormatan
bagi
mereka.
Kata
ruh
dalam
surat
ini,
menurut
mufassir
adalah
malaikat
Jibril,
disebut
demikian
sebagai
penghargaan
dan
karena
kedudukannya
yang
mulia.
Adapun
yang
dimaksud
dengan
malam
yang
penuh
dengan
kedamaian
hingga
terbit
fajar
adalah
malam
ini
penuh
dengan
kebaikan
dan
keberkahan,
tidak
adanya
setan
hingga
saat
fajar
tiba
dan
tidak
adanya
penyakit
ataupun
musibah.
Kata
salam
diartikan
sebagai
kebebasan
dari
segala
macam
kekurangan,
apapun
bentuk
kekurangan
tersebut,
baik
lahir
maupun
batin,
sehingga
seseorang
yang
hidup
dalam
salam
akan
terbebaskan
dari
penyakit,
kemiskinan,
kebodohan
dan
segala
sesuatu
yang
termasuk
dalam
pengertian
kekurangan
lahir
dan
batin.
Ibn
al-Qayyim
menjelaskan
tentang
hati
yang
mencapai
kedamaian
dan
ketentraman
mengantar
pemiliknya
dari
ragu
kepada
yakin,
dari
kebodohan
kepada
ilmu,
dari
lalai
kepada
ingat,
khianat
kepada
amanat,
riya’
kepada
ikhlas,
lemah
kepada
teguh,
dan
sombong
kepada
tahu
diri.”
Demikian
banyak
keberkahan
malam
qadar
sebagai
yang
disebutkan
dalam
al-
Qur’an,
meskipun
tidak
dinafikan
adanya
keberkahan
pada
waktu
waktu
lain.
Seseorang
yang
mendapat
lailat
al-qadar
akan
semakin
kuat
dorongan
dalam
jiwanya
untuk
melakukan
kebajikan-kebajikan
pada
sisa
hidupnya
sehingga
ia
merasakan
kedamaian
abadi.
Secara
umum
ulama
tafsir
memahami
kata
fajr
yakni
waktu
sebelum
terbitnya
matahari
pada
malam
qadar
tersebut,
sementara
kamu
sufi
memahami
arti
terbitnya
fajar
pada
ayat
ini
sebagai
terbitnya
fajar
matahari
dari
sebelah
#$
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
‫ﺍ‬
َ
‫ﺬ‬
ٰ
‫ﻫ‬
ْ
‫ﻢ‬
`
a
َ
‫ﻣ‬
ْ
‫ﻮ‬
َ
‫ﻳ‬
‫ﱠ‬
‫ﻥ‬
b
‫ﺃ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻤ‬
b
‫ﻠ‬
ْ
‫ﻋ‬
ِ
‫ﺍ‬
،
ُ
‫ﷲ‬
ُ
‫ﻢ‬
`
a
َ
‫ﻤ‬
ِ
‫ﺣ‬
َ
‫ﺭ‬
َ
4
ْ
c
d
ِ
‫ﻨ‬
ِ
‫ﻣ‬
ْ
‫ﺆ‬
ُ
‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﺓ‬
َ
‫ﺮ‬
ْ
‫ﻣ‬
ُ
‫ﺯ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
4
ْ
c
d
ِ
‫ﻤ‬
ِ
‫ﻠ‬
ْ
‫ﺴ‬
ُ
‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
ِ

]‫ﺎ‬
َ
‫ﻌ‬
َ
‫ﺎﻣ‬
َ
w
ُ
‫ﻡ‬
ْ
‫ﻮ‬
َ
±
َ
‫ﻭ‬
،
q
‫ﺮ‬
ْ
‫ﻄ‬
ِ
‫ﻔ‬
i
‫ﺍﻟ‬
ِ
‫ﺪ‬
ْ
"
ِ
‫ﻋ‬
ُ
‫ﻡ‬
ْ
‫ﻮ‬
َ
‫ﻳ‬
،
َ
‫ﺎﻡ‬
َ
‫ﻌ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﻄ‬
ِ
‫ﻪ‬
ْ
"
ِ
‫ﻓ‬
ْ
‫ﻢ‬
`
a
b
‫ﻟ‬
ُ
‫ﷲ‬
‫ﱠ‬
‫ﻞ‬
َ
‫ﺣ‬
b
‫ﺃ‬
.
q
‫ﺭ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻔ‬
ْ
‫ﻐ‬
َ
‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
ُ
‫ﻡ‬
ْ
‫ﻮ‬
َ
±
َ
‫ﻭ‬
،
q
‫ﺭ‬
ْ
‫ﻭ‬
ُ
‫ﱡ‬
x‫ﺍﻟ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﺘ‬
ِ
‫ﺼ‬
ْ
‫ﻧ‬
b
‫ﺍ‬
،
q
َ
š
“
ْ
‫ﻨ‬
ِ
‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
b
/
َ
‫ﻋ‬
ُ
‫ﺐ‬
ْ
"
ِ
‫ﻄ‬
َ
‫ﺨ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﺪ‬
ِ
‫ﻌ‬
َ
‫ﺻ‬
‫ﺍ‬
َ
‫ﺫ‬
ِ
‫ﺇ‬
.
َ
‫ﺎﻡ‬
َ
"
‫ﱢ‬
‫ﺍﻟﺼ‬
ِ
‫ﻪ‬
ْ
"
ِ
‫ﻓ‬
ْ
‫ﻢ‬
`
a
ْ
"
b
‫ﻠ‬
َ
‫ﻋ‬
َ
‫ﻡ‬
‫ﱠ‬
‫ﺮ‬
َ
‫ﺣ‬
َ
‫ﻭ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ
"
ِ
‫ﻃ‬
b
‫ﺍ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻌ‬
َ
‫ﻤ‬
ْ
‫ﺍﺳ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﺘ‬
ِ
‫ﺼ‬
ْ
‫ﻧ‬
b
‫ﺍ‬
،
ُ
‫ﷲ‬
ُ
‫ﻢ‬
`
a
َ
‫ﻤ‬
ِ
‫ﺣ‬
َ
‫ﺭ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ
"
ِ
‫ﻃ‬
b
‫ﺍ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻌ‬
َ
‫ﻤ‬
ْ
‫ﺍﺳ‬
َ
‫ﻭ‬
،
ُ
‫ﷲ‬
‫ﻢ‬
`
a
َ
‫ﻤ‬
ِ
‫ﺣ‬
َ
‫ﺭ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
َ
‫ﻥ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻤ‬
َ
‫ﺣ‬
ْ
‫ﺮ‬
ُ
‫ﺗ‬
ْ
‫ﻢ‬
`
a
l
‫ﻠ‬
َ
‫ﻌ‬
b
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﺘ‬
ِ
‫ﺼ‬
ْ
‫ﻧ‬
b
‫ﺍ‬
.
·
Bilal
masih
dalam
posisi
berdiri,
Khatib
berjalan
menuju
mimbar
dan
menghadap
ke
arah
kiblat,
lalu
kemudian
bilal
memimpin
doa:
َ
‫ﻧ‬
ِ
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
"
َ
‫ﺳ‬
ٰ
/
َ
‫ﻋ‬
‫ﱢ‬
‫ﻞ‬
َ
‫ﺻ‬
‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
،
ٍ
‫ﺪ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
ُ
‫ﻣ‬
ٰ
/
َ
‫ﻋ‬
‫ﱢ‬
‫ﻞ‬
َ
‫ﺻ‬
‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
ٰ
/
َ
‫ﻋ‬
‫ﱢ‬
‫ﻞ‬
َ
‫ﺻ‬
‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
،
ٍ
‫ﺪ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
ُ
‫ﻣ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻦ‬
ِ
‫ﻣ‬
َ
‫ﻡ‬
َ
£
ْ
‫ﺳ‬
ِ
‫ﻻ‬
i
‫ﺍ‬
‫ﱢ‬
‫ﻮ‬
َ
‫ﻗ‬
‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
.
َ
4
ْ
c
d
ِ
‫ﻤ‬
b
‫ﺎﻟ‬
َ
‫ﻟﻌ‬
i
‫ﺍ‬
‫ﱢ‬
‫ﺏ‬
َ
‫ﺭ‬
ِ
¢
ِ
m
ُ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ
‫ﻟﺤ‬
i
‫ﺍ‬
َ
‫ﻭ‬
،
ٍ
‫ﺪ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
ُ
‫ﻣ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬
َ
¸
ْ
‫ﻮ‬
َ
‫ﻣ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬
ِ
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
"
َ
‫ﺳ‬
،
ِ
‫ﺍﺕ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻣ‬
َ
¸
i
‫ﺍ‬
َ
‫ﻭ‬
ْ
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
ْ
‫ﻨ‬
ِ
‫ﻣ‬
ِ
‫ﺀ‬À
َ
"
ْ
‫ﺣ‬
َ
¸
b
‫ﺍ‬
ِ
‫ﺎﺕ‬
َ
‫ﻨ‬
ِ
‫ﻣ‬
ْ
‫ﺆ‬
ُ
‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
4
ْ
c
d
ِ
‫ﻨ‬
ِ
‫ﻣ‬
ْ
‫ﺆ‬
ُ
‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
ِ
‫ﺎﺕ‬
َ
‫ﻤ‬
ِ
‫ﻠ‬
ْ
‫ﺴ‬
ُ
‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
4
ْ
c
d
ِ
‫ﻤ‬
ِ
‫ﻠ‬
ْ
‫ﺴ‬
ُ
‫ﻤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻦ‬
ْ
±
q
ِ
´‫ﺎ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﻨ‬
َ
ْ
c
“
َ
‫ﺎﺧ‬
َ
±
َ
‫ﻭ‬
q
ْ
c
“
َ
‫ﺨ‬
i
‫ﺎﻟ‬
ِ
K
َ
‫ﻚ‬
ْ
‫ﻨ‬
ِ
‫ﻣ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬
b
‫ﻟ‬
ْ
‫ﻢ‬
ِ
‫ﺘ‬
ْ
‫ﺍﺧ‬
‫ﱢ‬
‫ﺏ‬
َ
‫ﺭ‬
.
q
‫ﻦ‬
ْ
‫ﻳ‬
‫ﱢ‬
‫ﺍﻟﺪ‬
ِ
‫ﺔ‬
َ
‫ﺎﻣ‬
َ
‫ﻗ‬
ِ
‫ﺍ‬
ٰ
/
َ
‫ﻋ‬
ْ
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻫ‬
ْ
‫ﱢ‬
x
َ
µ
َ
4
ْ
c
d
ِ
‫ﻤ‬
ِ
‫ﺍﺣ‬
‫ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮ‬
َ
‫ﻢ‬
َ
‫ﺣ‬
ْ
‫ﺭ‬
b
‫ﺎﺍ‬
َ
w
َ
‫ﻚ‬
ِ
‫ﺘ‬
َ
‫ﻤ‬
ْ
‫ﺣ‬
َ
‫ﺮ‬
ِ
‫ﺑ‬
·
Khatib
mengucapkan
salam
lalu
duduk
lagi
di
kursi
mimbar.
Selanjutnya
bilal
menyeru
takbir
satu
kali
:
ُ
Ÿ
b
‫ﺍ‬
ِ
Ÿِ
َ
‫ﻭ‬
ْ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
Ÿ
b
‫ﺍ‬
،
ْ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
‫ﷲ‬
َ
‫ﻭ‬
ُ
‫ﷲ‬
‫ﱠ‬
¸
ِ
‫ﺇ‬
َ
‫ﻪ‬
²
‫ﻟ‬
ِ
‫ﺇ‬
َ
‫ﻵ‬
،
ْ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
Ÿ
b
‫ﺍ‬
،
ْ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
Ÿ
b
‫ﺍ‬
،
ْ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
·
Kemudian
khotib
menyampaikan
khutbah
yang
pertama.
Selesai
khutbah,
khotib
duduk
sejenak,
lalu
Bilal
membaca
shalawat:
‫ﱢ‬
‫ﻞ‬
َ
‫ﺻ‬
‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ـﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
ٍ
‫ﺪ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
ُ
‫ﻣ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬
ِ
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
"
َ
‫ﺳ‬
ِ
‫ﻝ‬
²
‫ﺍ‬
ٰ
/
َ
‫ﻋ‬
َ
‫ﻭ‬
ٍ
‫ﺪ‬
‫ﱠ‬
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
ُ
‫ﻣ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬
ِ
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
"
َ
‫ﺳ‬
ٰ
/
َ
‫ﻋ‬
Atau
yang
lebih
lengkap
dengan
Shalawat
diantara
dua
Khutbah
berikut:
َ
‫ﺻ‬
‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
Ä
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺃ‬
q
‫ﻦ‬
ْ
±
َ
‫ﺯ‬
b
/
َ
‫ﻋ‬
َ
‫ﻚ‬
ِ
‫ﺎﻟ‬
َ
‫ﻤ‬
b
k
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻚ‬
ِ
‫ﻟ‬
َ
£
َ
‫ﺠ‬
ِ
K
،
ْ
‫ﻙ‬
q
‫ﺎﺭ‬
َ
j
َ
‫ﻭ‬
ْ
‫ﻞ‬
‫ﱠ‬
‫ﻀ‬
َ
‫ﻔ‬
َ
‫ﺗ‬
َ
‫ﻭ‬
ْ
‫ﻢ‬
ِ
‫ﺍﺗ‬
َ
‫ﻭ‬
ْ
‫ﺩ‬
q
‫ﺯ‬
َ
‫ﻭ‬
،
ْ
‫ﻢ‬
¬
‫ﻠ‬
َ
‫ﺳ‬
َ
‫ﻭ‬
¬
/
َ
‫ﻥ‬
َ
¸
ْ
‫ﻮ‬
َ
‫ﻣ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻧ‬
ِ
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
"
َ
‫ﺳ‬
،‫ﺍﻡ‬
َ
‫ﺮ‬
b
®
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﺔ‬
َ
Q
‫ﱢ‬
‫ﻴ‬
َ
‫ﻃ‬
ُ
‫ﺎﻡ‬
َ
‫ﻣ‬
ِ
‫ﺍﻹ‬
َ
‫ﻭ‬
،
ِ
‫ﺎﻡ‬
َ
‫ﺠ‬
َ
‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
ِ
š
›‫ﺍ‬
َ
‫ﺮ‬
َ
‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬
ِ
‫ﺪ‬
‫ﱢ‬
"
َ
‫ﺳ‬
،
َ
‫ﻙ‬
ِ
‫ﺎﺩ‬
َ
Q
ِ
‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬
##
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
ِ
Ÿ
ُ
‫ﻤﺪ‬
َ
‫ﻭﺍﻟﺤ‬
‫ﺍ‬
8
ْ
c
“‫ﺒ‬
b
‫ﻛ‬
َ
š
“”‫ﺍ‬
ُ
‫ﷲ‬
‫ﺍ‬
8
c
“
ِ
‫ﻛﺜ‬
‫ﺎﻩ‬
ّ
w‫ﺍﻻﺇ‬
ُ
‫ﺪ‬Q
ْ
‫ﻭﻻﻧﻌ‬
ُ
‫ﻻﷲ‬
ِ
‫ﺍ‬
‫ﻻﺍﻟﻪ‬
.
‫"ﻼ‬
ِ
‫ﺻ‬
b
‫ﻭﺍ‬
ً
‫ﺓ‬
َ
‫®ﺮ‬
ُ
K
ِ
‫ﷲ‬
َ
‫ﺎﻥ‬
َ
‫ﺤ‬Q
ُ
‫ﺳ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﻦ‬
ْ
‫ﻳ‬
ّ
‫ﺍﻟﺪ‬
‫ﻪ‬
b
‫ﻟ‬
َ
4
c
d
ِ
‫ﺼ‬
ِ
‫ﺨﻠ‬
ُ
‫ﻣ‬,
‫ﻥ‬
ْ
‫ﻘﻮ‬
ِ
‫ﺎﻓ‬
َ
‫ﻨ‬
ُ
‫ﺍﻟﻤ‬
َ
‫ﻩ‬
q
‫ﻛﺮ‬
‫ﻮ‬
b
‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
,‫ﻥ‬
ْ
‫ﻛﻮ‬
q
ْ

x
ُ
‫ﺍﻟﻤ‬
َ
‫ﻩ‬
q
‫ﻮﻛﺮ‬
b
‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
,‫ﻭﻥ‬
ُ
‫ﺮ‬
ِ
‫ﻓ‬
‫ﺎ‬
b
a‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻩ‬
q
‫ﺮ‬
b
‫ﻛ‬
‫ﻮ‬
b
‫ﻟ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﻩ‬
َ
‫ﺪ‬
ْ
Q‫ﻋ‬
َ
َ
¥
َ
‫ﻧ‬
َ
‫ﻭ‬
,‫ﻩ‬
َ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻋ‬
َ
‫ُﻭ‬
‫ﻕ‬
َ
‫ﺪ‬
َ
‫ﺻ‬
,‫ﻩ‬
َ
‫ﺣﺪ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﷲ‬
‫ﻻ‬
ِ
‫ﺍ‬
َ
‫ﻻﺍﻟﻪ‬,
ُ
‫ﻩ‬
َ
‫ﻨﺪ‬
ُ
‫ﺟ‬
ّ
‫ﺰ‬
َ
‫ﺃﻋ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﻭ‬
ِ
Ÿ
q
‫ﻭ‬
ُ
َ
š
“”‫ﺍ‬
ُ
‫ﷲ‬
,
š
“”
b
‫ﺍ‬
ُ
‫ﷲ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﻻﷲ‬
ِ
‫ﺍ‬
َ
‫ﻻﺍﻟﻪ‬
,‫ﻩ‬
َ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﺍﺣ‬
َ
‫ﻭ‬
َ
‫ﺍﺏ‬
َ
‫ﺰ‬
ْ
‫ﺍﻻﺣ‬
َ
‫ﻡ‬
َ
‫ﺰ‬
َ
‫ﻫ‬
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ
‫ﺍﻟﺤ‬
Artinya:
“Allah
maha
besar
dan
juga
sempurna
kebesaran-Nya,
Segala
puji
bagi-Nya
dan
maha
suci
Allah
sepanjang
pagi
dan
sore.
Tiada
Tuhan
selain
Allah
dan
tiada
yang
kami
sembah
selain
kepada-Nya,
Kami
memurnikan
agama
Islam
meskipun
orang
kafir,
musrik,
dan
munafiq
membencinya.
Tiada
Tuhan
selain
Allah
dengan
ke-esaan-Nya.
Dia
Maha
menepati
janji.
Dan
menolong
hamba-hamba-Nya,
Memuliakan
bala
tentara-Nya
dan
menghancurkan
musuh-musuh
dengan
ke
Esaan-Nya.
Tiada
Tuhan
selain
Allah.
Dan
Allah
Maha
Besar.
Allah
Maha
Besar
dan
Segala
Puji
hanya
bagi
Allah.”
IX.
BILAL
SHALAT
IDUL
FITRI
Pada
umumnya
urut-urutan
ibadah
Shalat
Idhul
Fitri
adalah
sebagaimana
dijelaskan
pada
poin-poin
di
bawah
ini:
·
Ketika
telah
masuk
Waktu
Sholat
Idhul
Fitri
atau
waktu
Sholat
Dhuha,
bilal
segera
memulai
rangkaian
Ibadah
Shalat
Idhul
Fitri
dengan
mengumandangkan
takbir
dan
menyeru
untuk
melaksanakan
shalat
Idhul
Fitri
seraya
berdiri.
Adapun
bacaannya
sebagai
berikut:
ِ
¢
ِ
m
َ
‫ﻭ‬
ُ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
Ÿ
b
‫ﺍ‬
،
ُ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
‫ﷲ‬
َ
‫ﻭ‬
ُ
‫ﷲ‬
‫ﱠ‬
¸‫ﺇ‬
َ
‫ﻪ‬
²
‫ﺇﻟ‬
َ
¸
،
ُ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
Ÿ
b
‫ﺍ‬
ُ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
Ÿ
b
‫ﺍ‬
ُ
َ
š
“
i
”
b
‫ﺃ‬
ُ
Ÿ
b
‫ﺍ‬
ُ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ
‫ﺤ‬
i
‫ﺍﻟ‬
ُ
‫ﷲ‬
ُ
‫ﻢ‬
`
a
َ
‫ﻤ‬
ِ
‫ﺣ‬
َ
‫ﺭ‬
ً
‫ﺔ‬
َ
‫ﻌ‬
ِ
‫ﺎﻣ‬
َ
‫ﺟ‬
q
4
ْ
c
d
َ
‫ﺘ‬
َ
‫ﻌ‬
i
”
َ
‫ﺭ‬
q
‫ﺮ‬
ْ
‫ﻄ‬
ِ
‫ﻔ‬
i
‫ﺍﻟ‬
ِ
‫ﺪ‬
ْ
"
ِ
‫ﻌ‬
ِ
‫ﻟ‬
ً
‫ﺔ‬
‫ﱠ‬
‫ﻨ‬
ُ
‫ﺳ‬
‫ﺍ‬
ْ
‫ﻮ‬
»
‫ﻠ‬
َ
‫ﺻ‬
×
٢
·
Setelah
dua
rakaat
Shalat
Idul
Fitri
selesai
dilaksanakan
secara
berjamaah,
Bilal
kembali
berdiri
dan
menghadap
pada
jama’ah,
lalu
mengucapkan
:
&
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
barat,
yaitu
yang
akan
terjadi
kelak
menjelang
kematian
atau
kiamatnya
dunia.
Sehingga
ayat
ini
mereka
fahami
bahwa
keselamatan,
kedamaian
dan
kebebasan
dari
segala
bentuk
kekurangan
terus
menerus
berlangsung
hingga
saat
terbitnya
fajar
tersebut.
Ini
bagi
yang
beruntung
menemui
lailat
al-qadar,
demikian
Ibn
‘Arabi,
sebagai
yang
dikutip
Quraisy
Shihab.
Dengan
demikian
kita
dapat
mengetahui
dengan
jelas
bahwa
Allah
sebagai
sumber
keberkahan,
segala
tempat,
barang,
waktu,
individu,
makanan
dan
lain
lain
ada
yang
diberikan
unsur
keberkahan
oleh
Allah,
sehingga
apabila
manusia
mendapatkan
manfaat
dari
salah
satunya
atau
semua
ciptaan
yang
mengandung
keberkahan
tersebut
niscayalah
ia
akan
bahagia
di
dunia
dan
di
akhirat.
Jika
semua
kebaikan
dan
kenikmatan
baik
di
dunia
maupun
di
akhirat
merupakan
karunia
dari
Allah
swt
kepada
hamba-Nya,
maka
kelangsungan
dan
kelanggengan
serta
bertambahnya
kebaikan
dan
kenikmatan
kepada
manusia
adalah
merupakan
barakah
dari
Allah
swt.
Sebuah
hadits
Nabi
saw
yang
artinya:
Dari
‘Abdullah
ibn
Mas’ud
r.a
berkata:
ketika
kami
bersama
Rasulullah
saw
dalam
suatu
perjalanan,
dan
kehabisan
air,
beliau
berkata:
carilah
sedikit
ar,
maka
para
sahabat
datang
dengan
membawa
tempat
yang
sedikit
airnya,
maka
Nabi
memasukkan
tangannya
ke
tempat
air
yang
tinggal
sedikit
tadi,
kemudian
beliau
bersabda:
“Kemarilah
pada
air
yang
suci
dan
penuh
barakah,
dan
yang
barakah
hanyalah
dari
Allah
swt.”
Dan
telah
kulihat
air
keluar
dari
sela-sela
jemari
Rasulullah
saw.
Dengan
demikian
jelas
bahwa
segala
bentuk
barakah
berasal
dari
Allah
swt,
oleh
sebab
itu
segala
macam
bacaan
doa
untuk
mendapatkan
barakah
selalu
disandarkan
kepada
Allah
swt.
Telah
jelas
pula
bahwa
Allah
telah
mengutamakan
dan
memilih
sebagian
dari
makhluk-Nya,
Ia
pun
telah
mengutamakan
dan
memberi
berkah
pada
sebagian
tempat
atas
sebagian
tempat
yang
lain
seperti:
Mekkah,
Madinah
dan
Masjid
al-Aqsha.
Demikian
pula
Allah
swt
telah
mengutamakan
sebagian
waktu
dari
sebagian
lainnya
seperti:
bulan
Ramadlan,
lailat
al-qadar,
dan
juga
menempatkan
keberkahan
pada
zaitun,
air
hujan
dsb.
Seperti
yang
sudah
diterangkan
bahwa
Allah
swt
adalah
Yang
Maha
Pemberi
berkah
yang
melimpah,
dan
secara
khusus
mensifati
diri-Nya
dengan
sifat
tabarak
(pemberi
berkah
yang
melimpah),
dan
dapat
ditemui
kata
tabaraka
terulang
Sembilan
kali
dalam
al-Qur’an.
Al-Qur’an
sebagai
sebuah
kitab
suci
(peringatan)
juga
memiliki
barakah
(al-
Anbiya’
21:
50,
al-An’am
6:
92
dan
155),
dan
(Shad
38:
29).
'
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Al-Qur’an
mengandung
banyak
sekali
kebajikan
(berkah)
dan
keistimewaan,
termasuk
orang
terpelajar
mengakui
keistimewaannya,
dan
tidak
sedikit
dari
petunjuk
al-Qur/an
diadopsi
mereka,
dan
al-Qur’an
juga
menjadi
bukti
kebenaran
yang
membungkam
para
penantangnya.
Al-Qur’an
disebut
sebagai
faktor
yang
mendatangkan
barakah
karena
Allah
swt
telah
memberikan
beberapa
sebutan
atau
nama
pada
al-Qur’an
antara
lain
dengan
sifat
mubarak
yang
terulang
empat
kali
yaitu
pada
al-An’am
6:
92,
dan
155,
al-Anbiya’
21:
50,
dan
Shad
38:
29.
Adapun
beragam
nama
yang
diberikan
kepada
al-Qur’an
yaitu:
Al-Kitab,
al-
Furqan,
al-Dzikr,
al-Tanzil,
Nur,
Huda,
Syifa,
Rahmah,
Mau’izhah,
Mubarak,
Mubin,
Busyro,
‘Aziz,
Majid,
Basyir,
dan
Nadzir.
Al-Qur’an
sebagai
sumber
kebaikan
dan
faktor
datangnya
keberkahan
yang
tetap
dan
terus
menerus
bertambah.
Al-Razi
menjelaskan
bahwa
arti
dari
kitabun
mubarak
adalah
kitab
yang
banyak
kebaikannya
dan
mempunyai
barakah
yang
abadi,
karena
selalu
memberi
berita
gembira
tentang
pahala
yang
berlipat
ganda
dan
ampunan
yang
luas,
serta
memberi
ancaman
bagi
yang
berbuat
dosa
dan
maksiat.
Al-Razi
selanjutkan
ketika
menafsirkan
surat
al-An’am
6:
92
menjelaskan
bahwa
“Merupakan
sunnatullah,
bahwa
setiap
orang
yang
berpegang
teguh
pada
al-Qur’an
dan
mencari
petunjuknya
maka
ia
akan
mendapatkan
kemuliaan
di
dunia
dan
di
akhirat
dan
saya
akui
setelah
banyak
mengkaji
ilmu
agama
dan
ilmu
umum
lainnya,
saya
belum
pernah
mendapatkan
kebahagiaan
seperti
ketika
saya
menekuni
ilmu
di
bidang
agama
ini.”
Sementara
itu
Ibn
al-Qayyim
mengatakan
bahwa
“Al-Qur’an
lebih
layak
disebut
dengan
Mubarak
dari
pada
yang
lain,
karena
berlimpahnya
berbagai
macam
kebaikan
dan
manfaat
serta
barakah
yang
terdapat
di
dalamnya.
Al-Alusi
menafsirkan
kata
mubarak
dengan
manfaat
yang
melimpah,
karena
ia
mencakup
manfaat
dunia
dan
akhirat
serta
mencakup
pengetahuan
orang-
orang
terdahulu
dan
terkini.
Dan
al-Syanqithi
menerangkan
bahwa
mubarak
berarti
berkah
yang
banyak
dan
kebaikan
yang
melimpah,
karena
di
dalamnya
terdapat
banyak
kebaikan
untuk
di
dunia
dan
di
akhirat.
Adapun
beberapa
tanda-tanda
kemuliaan
al-Qur’an
adalah
karena
al-Qur’an
adalah
kalamullah,
al-Qur’an
sebagai
kitab
suci
yang
benar
dan
menyerukan
kepada
kebenaran,
al-Qur’an
sebagai
pemisah
antara
yang
hak
dan
yang
batil,
al-Qur’an
merupakan
cahaya
dan
petunjuk,
al-Qur’an
sebagai
penerang
#"
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
12.
Diberikan
keselamatan
dan
hidayah
kebaikan
dimanapun
berada
dan
dalam
keadaan
apapun
13.
Dapat
membukakan
hati
yang
kaku
dan
keras
kepala
bagi
orang
orang
yang
tidak
mau
berbagi
dan
sulit
untuk
mau
menolong
14.
Memperkuat
keimanan
dan
taqwa
kepada
Allah
SWt
beserta
utusan
terakhirnya
Nabi
Muhammad
SAW.
15.
Dapat
membuat
hati
dan
kesadaran
akan
pentingnya
pertolongan
allah
SWT
semakin
kuat
16.
Memperkuat
rasa
ukhuwah
pada
muslim
yang
lain
walaupun
mereka
membaca
kalimah
untuk
mengagungkan
allh
SWT
17.
Mendapatkan
kasih
sayang
dari
allah
SWT
dan
mendapatkan
segala
berkah
dan
rahmatnya
18.
Selalu
mendapatkan
kebaikan
dari
allah
SWT
dan
dari
semua
yang
ada
dibumi
termasuk
dari
hewan
dan
tumbuhan
atau
alam
3.
Bagian-bagian
Takbir
·
Takbir
muqayyad
merupakan
takbir
yang
pelaksanaannya
memiliki
waktu
khusus,
yaitu
mengiringi
shalat,
dibaca
setelah
melaksanakan
shalat,
baik
fardhu
maupun
sunnah.
Waktu
pembacaannya
adalah
setelah
sembahyang
shubuh
hari
Arafah
(9
Dzulhijjah)
hingga
ashar
akhir
hari
Tasyriq
(13
Dzulhijjah).
·
Takbir
mursal
adalah
takbir
yang
waktunya
tidak
mengacu
pada
waktu
shalat,
atau
tidak
harus
dibaca
oleh
seseorang
setiap
usai
menjalankan
ibadah
shalat,
baik
fardu
maupun
sunnah.
Takbir
mursal
ini
sunnah
dilakukan
setiap
waktu,
di
mana
pun
dan
dalam
keadaan
apa
pun.
Baik
lelaki
maupun
perempuan
sama-sama
dianjurkan
melantunkan
takbir,
baik
saat
di
rumah,
bepergian,
di
jalan,
masjid,
pasar,
dan
seterusnya.
Dan
waktu
melakukan
takbir
mursal
dimulai
dari
terbenamnya
matahari
malam
‘id
hingga
imam
melakukan
takbiratul
ihram
shalat
‘id,
meliputi
‘idul
fitri
maupun
‘idul
adha.
1.
Bacaan
Takbiran
Pendek
(pertama)
ُ
َ
š
“
i
”‫ﺃ‬
ُ
‫ﻭﷲ‬
ُ
‫ﷲ‬
‫ﱠ‬
¸
ِ
‫ﺇ‬
َ
‫ﻟﻪ‬
ِ
‫ﺇ‬
‫ﻻ‬
ُ
َ
š
“
i
”‫ﺃ‬
ُ
‫ﷲ‬
,
ُ
َ
š
“
i
”‫ﺃ‬
ُ
‫ﷲ‬
,
ُ
َ
š
“
i
”‫ﺃ‬
ُ
‫ﷲ‬
ُ
‫ﺪ‬
ْ
‫ﻤ‬
َ
‫ﺍﻟﺤ‬
ِ
Ÿ
q
‫ﻭ‬
ُ
َ
š
“
i
”‫ﺃ‬
ُ
‫ﷲ‬
Artinya
:
“Allah
maha
besar
Allah
maha
besar
Allah
maha
besar,
Tiada
Tuhan
selain
Allah,
Allah
maha
besar
Allah
maha
besar
dan
segala
puji
bagi
Allah.”
2.
Bacaan
Takbiran
Panjang
(kedua)
#!
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
VIII.
TAKBIRAN
1.
Hukum
Membaca
Takbiran
‫ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ‬
‫ﻭﺍﻟﻄﺮﻕ‬
‫ﺍﻟﻤﻨﺎﺯﻝ‬
3
4
}
‫ﻭﻣﺴﺎﻓﺮ‬
4
´‫ﻭﺣﺎ‬
’
5‫ﻭﺃﻧ‬
‫ﺫﻛﺮ‬
‫ﻣﻦ‬
‫@ﻞ‬
‫ﺎ‬K‫ﻧﺪ‬
š
“‫ﻜ‬±‫ﻭ‬
‫ﻫﺬﺍ‬
‫ﺴﺘﻤﺮ‬µ‫ﻭ‬
،‫ﺍﻟﻔﻄﺮ‬
‫ﻋ"ﺪ‬
:
‫ﺃﻱ‬
،‫ﺍﻟﻌ"ﺪ‬
‫ﻟ"ﻠﺔ‬
‫ﻣﻦ‬
‫ﺍﻟﺸﻤﺲ‬
‫ﻏﺮﻭﺏ‬
‫ﻣﻦ‬
،‫ﻭﺍﻷﺳﻮﺍﻕ‬
‫ﺍﻟﻔﻄﺮ‬
‫ﻋ"ﺪ‬
‫ﻟ"ﻠﺔ‬
c
“‫ﺍﻟﺘﻜﺒ‬
‫ﺴﻦ‬U
‫ﻭﻻ‬
،‫ﻟﻠﻌ"ﺪ‬
‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬
3
4
}
‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬
‫ﺪﺧﻞ‬w
‫ﺃﻥ‬
O‫ﺇ‬
c
“‫ﺍﻟﺘﻜﺒ‬
‫ﻭﻟ®ﻦ‬
،‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬
‫ﻋﻘﺐ‬
3
4
}
‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‬
“
‫ﺍﻷﺫ@ﺎﺭ‬
”
‫ﺳﻨﺔ‬
‫ﺃﻧﻪ‬
‫ﺍﺧﺘﺎﺭ‬
Artinya,
“Disunahkan
takbir
bagi
laki-laki
dan
perempuan,
musafir
dan
mukim,
baik
yang
sedang
di
rumah,
jalan,
masjid,
ataupun
pasar.
Dimulai
dari
terbenam
matahari
pada
malam
hari
raya
berlanjut
sampai
shalat
Idul
Fithri.
Tidak
disunahkan
takbir
setelah
shalat
Idul
Fithri
atau
pada
malamnya,
akan
tetapi
menurut
An-Nawawi
di
dalam
Al-Azkar
hal
ini
tetap
disunahkan.”
2.
Hikmah
Membaca
Takbir
1.
Agar
mendapat
hidayah
berupa
kemudahan
menghadapi
sakaratul
maut
dan
diberikan
wajah
dengan
cahaya
yang
indah
2.
Mempertebal
rasa
percaya
dan
rasa
kecintaan
kita
terhadap
Kekuasaan
dan
kesempurnaan
yang
ada
pada
Allah
SWT.
3.
Agar
timbul
rahmat
dari
Allah
SWT
yang
diturunkannya
pada
orang
orang
terdekat
kita
4.
Dapat
meredakan
dan
mengendalikan
amarah
sijago
merah
atau
serangan
api
dalam
musibah
kebakaran
yang
meluap
luap
5.
Diberikan
ketaqwaan,
ketabahan
dan
kesabaran
dalam
menghadapi
musibah
yang
diberikan
oleh
allah
SWT
6.
Dapat
mendatangkan
banyak
pahala,
berkah
dan
datangnya
rezeki
dari
Allah
dari
tempat
yang
tidak
terduga
sebelumnya
7.
Mencegah
kejahatan
yang
terlihat
maupun
yang
tidak
terlihat
karena
lafadz
takbir
mengandung
pertolongan
8.
Untuk
mendapatkan
ketenangan
pikiran
dan
terhindar
dari
perasaan
buruk
yang
dapat
meninmbulkan
fitnah
dan
dosa
9.
Agar
jiwa
dan
raga
dapat
terhindar
dari
perbuatan
keji
dan
mungkar
J.
Dibukakan
pintu
kemudahan
dari
allah
SWT
untuk
rejeki
dan
selalu
terjaga
pada
jalan
kebaikan
10.
Mendapatkan
solusi
tercepat
dan
mudah
dari
allah
SWT
ketika
sedang
tertimpa
masalah
11.
Dipertemukan
dengan
kematian
yang
mudah,
rtidk
merepotkan
orang
lain
dan
dikelilingi
oleh
para
malaikat
(
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
bagi
segala
kegelapan
dan
kesesatan,
al-Qur’an
sebagai
rahmat
yang
besar
dari
Allah
swt,
al-Quran
sebagai
pemberi
kabar
gembira
bagi
orang-orang
yang
beriman
dan
pemberi
peringatan
bagi
orang-orang
kafir.
Al-Qur’an
merupakan
sumber
kesembuhan
untuk
segala
penyakit
bagi
orang
yang
beriman
dan
patuh.
Salah
satu
contoh
konkrit
lain
yaitu
tentang
harta
yang
akan
mendapat
keberkahan
adalah
harta
yang
dibelanjakan
pada
jalan
Allah,
seperti
sebutir
biji
yang
menumbuhkan
tujuh
tangkai,
pada
setiap
tangkai
ada
seratus
biji,
Allah
melipatgandakan
bagi
siapa
yang
Ia
kehendaki.
Banyak
hadits
Nabi
saw
yang
juga
menjelaskan
tentang
balasan
Allah
swt
terhadap
belanja
yang
dikeluarkan
di
jalan
Allah.
Beberapa
keberkahan,
keutamaan
lain
bulan
ramadhan
antara
lain
adalah:
·
Sebagai
syahrushshobri,
bulan
latihan
kesabaran
·
Sebagai
bulan
pasaran
ibadah,
dilipatkan
fahala
amal
kebaikan
·
Adapun
tentang
keberkahan
yang
terdapat
dalam
pelaksanaan
puasa
itu
sendiri
antara
lain:
o
Puasa
sebagai
ibadah
untuk
Allah
dan
Dia
yang
akan
langsung
membalas
ganjarannya
(fashshaumu
li
wa
ana
ajzi
bihi)
o
Puasa
sebagai
latihan
yang
memiliki
multi
dimensi
pendidikan:
fisik,
mental
dan
spiritual
yang
menghasikan
kesehatan
jasmani,
rohani
dan
kesehatan
sosial
o
Menurut
Syaikh
‘Abd
al-Qadir
al-Jilani:
Shaum
syari’at
menahan
diri
dari
makanan,
minuman,
dan
hubungan
suami
isteri
di
siang
hari,
shaum
tariqat
adalah
menahan
seluruh
anggota
tubuh
dari
segala
perbuatan
yang
diharamkan
dan
sifat-sifat
tercela,
lahir
dan
batin,
siang
dan
malam,
bila
melakukan
hal-hal
tersebut
maka
batallah
puasa
tariqatnya.
Shaum
syari’at
mempunyai
waktu
tertentu,
shaum
tariqat
selama
hidup.
·
Nabi
bersabda:
“Banyak
orang
yang
berpuasa,
hasilnya
hanyalah
lapar
dan
dahaga.”
Hadits
lain:
“Banyak
yang
berpuasa,
tetapi
berbuka.
Banyak
yang
berbuka,
tetapi
berpuasa.”
Yaitu
orang
yang
perutnya
tidak
berpuasa,
tetapi
ia
menjaga
anggota
tubuhnya
dari
perbuatan
terlarang
dan
menyakiti
orang
lain.
·
Hadits
Rasul:
“Bagi
orang
yang
berpuasa
akan
mendapat
dua
kebahagiaan
yakni
ketika
berbuka
dan
ketika
melihat
Allah.”
Pengertian
hadits
im
menurut
syari’at
ialah
kebahagiaan
yang
pertama
ketika
berbuka
dengan
memakan
makanan
di
waktu
maghrib,
kedua
ketika
)
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
melihat
bulan
di
malam
lebaran
pertanda
selesainya
tugas
puasa
Ramadlan.
Adapun
pengertian
menurut
THARIQOT
ialah
kebahagiaan
yang
pertama
ketika
masuk
syurga
menikmati
kenikmatan
syurga.
Semoga
Allah
memberikannya
kepada
kita.
Kedua
ru’yah
yakni
melihat
Allah
pada
hari
kiamat
dengan
pandangan
sirri
secara
nyata.
Semoga
kiya
mendapatkannya.
Adapun
pengertian
menurut
HAKIKAT
menjaga
hati
dari
selain
Allah
dan
menjaga
rasa
agar
tidak
mencintai
selain
Allah.
Hadist
Qudsi:
“al-insanu
sitrri
wa
ana
sirruhu,”
manusia
adalah
rahasiaku
dan
Aku
rahasianya,
sir
ini
dari
nur
Allah,
maka
orang
yang
di
tingkat
ini
tidak
akan
cenderung
kepada
selain
Allah.
Tidak
ada
yang
dicintai,
diingini
dan
dicari
selain
Allah,
di
dunia
maupun
di
akhirat.
Bila
hati
terjatuh
pada
mencintai
selain
Allah,
maka
batallah
shaum
haqiqatnya,
dan
ia
harus
malakukan
qadla
dengan
kembali
mencintai
Allah
dan
menemuinya
di
dunia
dan
di
akhirat.
Demikianlah
multi
keberkahan
yang
diberikan
Allah
swt
kepada
manusia
di
dunia
ini
untuk
kebahagiaan
dan
kemakmuran
manusia
itu
sendiri
baik
secara
ekonomi
maupun
fahala
dan
ganjaran
atau
balasan
yang
berlipat
ganda
baik
secara
duniawi
maupun
ukhrawi.
3.
MAKNA
PUASA
Puasa
dalam
bahasa
Arab
disebut
dengan
Ash
Shiyaam
(‫)ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬
atau
Ash
Shaum
(‫)ﺍﻟﺼﻮﻡ‬.
Secara
bahasa
Ash
Shiyam
artinya
adalah
al
imsaak
(‫)ﺍﻹﻣﺴﺎﻙ‬
yaitu
menahan
diri.
Sedangkan
secara
istilah,
ash
shiyaam
artinya:
beribadah
kepada
Allah
Ta’ala
dengan
menahan
diri
dari
makan,
minum
dan
pembatal
puasa
lainnya,
dari
terbitnya
fajar
hingga
terbenamnya
matahari.
4.
HUKUM
PUASA
RAMADHAN
Puasa
Ramadhan
hukumnya
wajib
berdasarkan
firman
Allah
Ta’ala:










































































































Hai
orang-orang
yang
beriman,
diwajibkan
atas
kamu
berpuasa
sebagaimana
diwajibkan
atas
orang-orang
sebelum
kamu
agar
kamu
bertakwa,
(QS.
AlBaqoroh
:
183)
#
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Niat
Zakat
Fitrah
untuk
Anak
Laki-laki
“Aku
niat
mengeluarkan
zakat
fitrah
untuk
anak
laki-lakiku….
(sebutkan
nama),
fardu
karena
Allah
Ta‘âlâ.”
Niat
Zakat
Fitrah
untuk
Anak
Perempuan
“Aku
niat
mengeluarkan
zakat
fitrah
untuk
anak
perempuanku….
(sebutkan
nama),
fardu
karena
Allah
Ta‘âlâ.”
Niat
Zakat
Fitrah
untuk
Diri
Sendiri
dan
Keluarga
“Aku
niat
mengeluarkan
zakat
fitrah
untuk
diriku
dan
seluruh
orang
yang
nafkahnya
menjadi
tanggunganku,
fardu
karena
Allah
Ta‘âlâ.”
Niat
Zakat
Fitrah
untuk
Orang
yang
Diwakilkan
“Aku
niat
mengeluarkan
zakat
fitrah
untuk…
(sebutkan
nama
spesifik),
fardu
karena
Allah
Ta‘âlâ.”
Saat
menerima
zakat
fitrah,
seorang
penerima
disunnahkan
mendoakan
pemberi
zakat
dengan
doa-doa
yang
baik.
Doa
bisa
dilafalkan
dengan
bahasa
apa
pun.
Di
antara
contoh
doa
tersebut
adalah
seperti
di
bawah
ini:
“Semoga
Allah
memberikan
pahala
atas
apa
yang
engkau
berikan,
dan
semoga
Allah
memberikan
berkah
atas
harta
yang
kau
simpan
dan
menjadikannya
sebagai
pembersih
bagimu.”
#)
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Cara
menghitung
zakat
perusahaan:
2,5%
x
(aset
lancar
–
hutang
jangka
pendek)
Contoh
perhitungan
zakat:
Bapak
A
selama
1
tahun
penuh
memiliki
total
asset
account
senilai
Rp100.000.000,-.
Jika
harga
emas
saat
ini
Rp622.000,-/gram,
maka
nishab
zakat
senilai
Rp52.870.000,-.
Sehingga
Bapak
A
sudah
wajib
zakat.
Zakat
maal
yang
perlu
Bapak
A
tunaikan
sebesar
2,5%
x
Rp100.000.000,-
=
Rp2.500.000,-
Contoh:
Perusahaan
A
memiliki
aset
usaha
senilai
Rp2.000.000.000,-
dengan
hutang
jangka
pendek
senilai
Rp500.000.000,-.
Jika
harga
emas
saat
ini
Rp622.000,-
/gram,
maka
nishab
zakat
senilai
Rp52.870.000,-.
Sehingga
Perusahaan
A
sudah
wajib
zakat
atas
perusahaannya.
Zakat
perusahaan
yang
perlu
ditunaikan
sebesar
2,5%
x
(Rp2.000.000.000,-
-
Rp500.000.000,-)
=
Rp37.500.000,-
NIAT
ZAKAT
FITRAH
Seluruh
amal
ibadah
harus
melibatkan
niat.
Bukan
hanya
ibadah
wajib
tapi
juga
ibadah
sunnah.
Niat
merupakan
bagian
dari
penentu
sah
atau
tidaknya
suatu
amalan.
Tak
terkecuali
pada
pelaksanaan
zakat
fitrah
yang
wajib
ditunaikan
oleh
setiap
individu
Muslim,
baik
laki-laki,
perempuan,
dewasa,
anak-anak,
merdeka,
atapun
hamba
sahaya.
Niat
adalah
iktikad
tanpa
ragu
untuk
melaksanakan
sebuah
perbuatan.
Meski
niat
adalah
urusan
hati,
melafalkannya
(talaffudh)
akan
membantu
seseorang
untuk
menegaskan
niat
tersebut.
Talaffudh
berguna
dalam
memantapkan
iktikad
karena
niat
terekspresi
dalam
wujud
yang
konkret,
yaitu
bacaan
atau
lafal.
Berikut
beberapa
lafal
niat
zakat
fitrah
dalam
bahasa
Arab:
Niat
Zakat
Fitrah
untuk
Diri
Sendiri
“Aku
niat
mengeluarkan
zakat
fitrah
untuk
diriku
sendiri,
fardu
karena
Allah
Ta‘âlâ.”
Niat
Zakat
Fitrah
untuk
Istri
“Aku
niat
mengeluarkan
zakat
fitrah
untuk
istriku,
fardu
karena
Allah
Ta‘âlâ.”
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Dan
juga
karena
puasa
ramadhan
adalah
salah
dari
rukun
Islam
yang
lima.
Nabi
Shallallahu’alaihi
Wasallam
bersabda:
‫ﻻ‬
‫ﺃﻥ‬
‫ﺷﻬﺎﺩﺓ‬
:
‫ﺧﻤﺲ‬
/‫ﻋ‬
‫ﺳﻼﻡ‬
ِ
‫ﺍﻹ‬
3
4
5
ُ
‫ﺑ‬
،‫ﷲ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‬
8
‫ﺪﺍ‬
ّ
‫ﻣﺤﻤ‬
ّ
‫ﻭﺃﻥ‬
‫ﷲ‬
‫ﻻ‬
ِ
‫ﺇ‬
‫ﻟﻪ‬
ِ
‫ﺇ‬
‫ﺭﻣﻀﺎﻥ‬
‫ﻭﺻﻮﻡ‬
،
ّ
‫ﻭﺍﻟﺤﺞ‬
،‫@ﺎﺓ‬
‫ﺰ‬
‫ﺍﻟ‬
‫ﻳﺘﺎﺀ‬
ِ
I‫ﻭ‬
،‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬
‫ﻗﺎﻡ‬I‫ﻭ‬
“Islam
dibangun
di
atas
lima
rukun:
syahadat
laa
ilaaha
illallah
muhammadur
rasulullah,
menegakkan
shalat,
membayar
zakat,
haji
dan
puasa
Ramadhan”
(HR.
Bukhari
–
Muslim).
5.
KEUTAMAAN
PUASA
1.
Puasa
adalah
ibadah
yang
tidak
ada
tandingannya.
Rasulullah
Shallallahu’alaihi
Wasallam
bersabda
kepada
Abu
Umamah
Al
Bahili:
‫ﻟﻪ‬
‫ﻣﺜﻞ‬
‫ﻻ‬
‫ﻓﺈﻧﻪ‬
‫ﺎﻟﺼ"ﺎﻡ‬K
‫ﻋﻠ"ﻚ‬
“hendaknya
engkau
berpuasa
karena
puasa
itu
ibadah
yang
tidak
ada
tandingannya”
(HR.
Ahmad,
An
Nasa-i.
Dishahihkan
Al
Albani
dalam
Shahih
An
Nasa-i)
2.
Allah
Ta’ala
menyandarkan
puasa
kepada
diri-Nya.
‫ﻪ‬K
‫ﺃﺟﺰﻱ‬
‫ﻭﺃﻧﺎ‬
3
O
‫ﻓﺈﻧﻪ‬
،‫ﺍﻟﺼﻮﻡ‬
‫ﺇﻻ‬
‫ﻟﻪ‬
‫ﺁﺩﻡ‬:
‫ﺍﺑﻦ‬
‫ﻋﻤﻞ‬
‫@ﻞ‬
‫ﻭﺟﻞ‬
‫ﻋﺰ‬
‫ﷲ‬
‫ﻗﺎﻝ‬
“Allah
‘azza
wa
jalla
berfirman:
setiap
amalan
manusia
itu
bagi
dirinya,
kecuali
puasa.
Karena
puasa
itu
untuk-Ku
dan
Aku
yang
akan
membalas
pahalanya”
(HR.
Bukhari
–
Muslim).
3.
Puasa
menggabungkan
3
jenis
kesabaran:
sabar
dalam
melakukan
ketaatan
kepada
Allah,
sabar
dalam
menjauhi
hal
yang
dilarang
Allah
dan
sabar
terhadap
takdir
Allah
atas
rasa
lapar
dan
kesulitan
yang
ia
rasakan
selama
puasa.
4.
Puasa
akan
memberikan
syafaat
di
hari
kiamat.
‫ﺪ‬Q‫ﻟﻠﻌ‬
‫ﺸﻔﻌﺎﻥ‬U
‫ﺁﻥ‬
‫ﻭﺍﻟﻘﺮ‬
‫ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬
“Puasa
dan
Al
Qur’an,
keduanya
akan
memberi
syafaat
kelak
di
hari
kiamat”
(HR.
Ahmad,
Thabrani,
Al
Hakim.
Al
Haitsami
mengatakan:
“semua
perawinya
dijadikan
hujjah
dalam
Ash
Shahih“).
5.
Orang
yang
berpuasa
akan
diganjar
dengan
ampunan
dan
pahala
yang
besar.
!
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Allah
Ta’ala
berfirman:



























































































































































































































































































































































“Sesungguhnya
laki-laki
dan
perempuan
yang
muslim,
laki-laki
dan
perempuan
yang
mukmin,
laki-laki
dan
perempuan
yang
tetap
dalam
ketaatannya,
laki-laki
dan
perempuan
yang
benar,
laki-laki
dan
perempuan
yang
sabar,
laki-laki
dan
perempuan
yang
khusyu’,
laki-laki
dan
perempuan
yang
bersedekah,
laki-laki
dan
perempuan
yang
berpuasa,
laki-laki
dan
perempuan
yang
memelihara
kehormatannya,
laki-laki
dan
perempuan
yang
banyak
menyebut
(nama)
Allah,
Allah
telah
menyediakan
untuk
mereka
ampunan
dan
pahala
yang
besar”
(QS.
Al
Ahzab:
35)
5.
Puasa
adalah
perisai
dari
api
neraka.
Rasulullah
Shallallahu’alaihi
Wasallam
bersabda:
‫ﻨﺔ‬
ُ
‫ﺟ‬
‫ﺍﻟﺼ"ﺎﻡ‬
“puasa
adalah
perisai”
(HR.
Bukhari
–
Muslim)
6.
Puasa
adalah
sebab
masuk
ke
dalam
surga
Rasulullah
Shallallahu’alaihi
Wasallam
bersabda:
“di
surga
ada
delapan
pintu,
diantaranya
ada
pintu
yang
dinamakan
Ar
Rayyan.
Tidak
ada
yang
bisa
memasukinya
kecuali
orang-orang
yang
berpuasa”
(HR.
Bukhari).
6.
HIKMAH
PUASA
1.
Puasa
adalah
wasilah
untuk
mengokohkan
ketaqwaan
kepada
Allah
2.
Puasa
membuat
orang
merasakan
nikmat
dari
Allah
Ta’ala
3.
Mendidik
manusia
dalam
mengendalikan
keinginan
dan
sabar
dalam
menahan
diri
4.
Puasa
menahan
laju
godaan
setan
5.
Puasa
menimbulkan
rasa
iba
dan
sayang
kepada
kaum
miskin
6.
Puasa
membersihkan
badan
dari
elemen-elemen
yang
tidak
baik
dan
membuat
badan
sehat
"(
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Zakat
Perusahaan
Para
ulama
peserta
Muktamar
Intemasional
Pertama
tentang
Zakat,
menganalogikan
zakat
perusahaan
ini
kepada
zakat
perdagangan,
karena
dipandang
dari
aspek
legal
dan
ekonomi
kegiatan
sebuah
perusahaan
intinya
berpijak
pada
kegiatan
trading
atau
perdagangan.
Oleh
karena
itu,
secara
umum
pola
pembayaran
dan
penghitungan
zakat
perusahaan
adalah
sama
dengan
zakat
perdagangan.
Demikian
pula
nisabnya
adalah
senilai
85
gram
emas,
sama
dengan
nishab
zakat
perdagangan
dan
sama
dengan
nishab
zakat
emas
dan
perak.
Hal
ini
sejalan
dengan
sebuah
hadis
riwayat
Abu
Daud
dari
Ali
bin
Abi
Thalib.
Dan
menurut
pendapat
yang
paling
mu'tabar
(akurat),
20
misqal
itu
sama
dengan
85
gram
emas.
Sebuah
perusahaan
biasanya
memiliki
harta
yang
tidak
akan
terlepas
dari
tiga
bentuk:
Pertama,
harta
dalam
bentuk
barang,
baik
yang
berupa
sarana
dan
prasarana,
maupun
yang
merupakan
komoditas
perdagangan.
Kedua,
harta
dalam
bentuk
uang
tunai,
yang
biasanya
disimpan
di
bank-bank.
Ketiga,
harta
dalam
bentuk
piutang.
Harta
perdagangan
yang
dikenakan
zakat
dihitung
dari
asset
lancar
usaha
dikurangi
hutang
yang
berjangka
pendek
(hutang
yang
jatuh
tempo
hanya
satu
tahun).
Jika
selisih
dari
asset
lancar
dan
hutang
tersebut
sudah
mencapai
nisab,
maka
wajib
dibayarkan
zakatnya.
Maka
yang
dimaksud
dengan
harta
perusahaan
yang
harus
dizakati
adalah
ketiga
bentuk
harta
tersebut,
dikurangi
harta
dalam
bentuk
sarana
dan
prasarana
dan
kewajiban
mendesak
lainnya,
seperti
utang
yang
jatuh
tempo
atau
yang
harus
dibayar
saat
itu
juga.
Abu
Ubaid
(wafat
tahun
224
H)
di
dalam
Al-Amwaal
menyatakan
bahwa
"Apabila
engkau
telah
sampai
batas
waktu
membayar
zakat
(yaitu
usaha
engkau
telah
berlangsung
selama
satu
tahun,
misalnya
usaha
dimulai
pada
bulan
Zulhijjah
1421
H
dan
telah
sampai
pada
Zulhijjah
1422
H),
perhatikanlah
apa
yang
engkau
miliki,
baik
berupa
uang
(kas)
ataupun
barang
yang
siap
diperdagangkan
(persediaan),
kemudian
nilailah
dengan
nilai
uang,
dan
hitunglah
utang-utang
engkau
atas
apa
yang
engkau
miliki".
Dari
penjelasan
di
atas,
maka
dapatlah
diketahui
bahwa
pola
perhitungan
zakat
perusahaan,
didasarkan
pada
laporan
keuangan
(neraca)
dengan
mengurangkan
kewajiban
atas
aktiva
lancar.
Atau
seluruh
harta
(di
luar
sarana
dan
prasarana)
ditambah
keuntungan,
dikurangi
pembayaran
utang
dan
kewajiban
lainnya,
lalu
dikeluarkan
2,5
persen
sebagai
zakatnya.
Sementara
pendapat
lain
menyatakan
bahwa
yang
wajib
dikeluarkan
zakatnya
itu
hanyalah
keuntungannya
saja.
Nisab
zakat
maal:
85
gram
emas
Kadar
zakat
maal:
2,5%
"'
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Bapak
A
memiliki
aset
usaha
senilai
Rp200.000.000,-
dengan
hutang
jangka
pendek
senilai
Rp50.000.000,-.
Jika
harga
emas
saat
ini
Rp622.000,-/gram,
maka
nishab
zakat
senilai
Rp52.870.000,-.
Sehingga
Bapak
A
sudah
wajib
zakat
atas
dagangnya.
Zakat
perdagangan
yang
perlu
Bapak
A
tunaikan
sebesar
2,5%
x
(Rp200.000.000,-
-
Rp50.000.000,-)
=
Rp3.750.000,-.
5.
Zakat
Saham
(versi
satu)
Hasil
dari
keuntungan
investasi
saham,
wajib
dikeluarkan
zakatnya
sesuai
dengan
kesepakatan
para
ulama
pada
Muktamar
Internasional
Pertama
tentang
zakat
di
Kuwait
(29
Rajab
1404.).
BAZNAS
memberikan
kemudahan
kepada
investor
dalam
menunaikan
zakat
melalui
sahamnya.
Saat
ini,
investor
tidak
perlu
menjual
saham
yang
dimiliki
untuk
menunaikan
zakat
atas
saham
yang
dimiliki.
Zakat
dapat
ditunaikan
ke
BAZNAS
dengan
memindahbukukan
saham
ke
rekening
dana
nasabah
milik
BAZNAS.
Harta
perdagangan
yang
dikenakan
zakat
dihitung
dari
asset
lancar
usaha
dikurangi
hutang
yang
berjangka
pendek
(hutang
yang
jatuh
tempo
hanya
satu
tahun).
Jika
selisih
dari
asset
lancar
dan
hutang
tersebut
sudah
mencapai
nisab,
maka
wajib
dibayarkan
zakatnya.
Nisab
zakat
profesi:
653
kg
gabah
/
524
kg
beras
(makanan
pokok)
Kadar
zakat
maal:
2,5%
(dianalogikan
kepada
zakat
emas
dan
perak
yaitu
sebesar
2,5
%,
atas
dasar
kaidah
“Qias
Asysyabah”)
Cara
menghitung
zakat
maal:
Nisab
zakat
maal:
85
gram
emas
Kadar
zakat
maal:
2,5%
Cara
menghitung
zakat
maal:
2,5%
x
Jumlah
harta
yang
tersimpan
selama
1
tahun
Cara
menghitung
zakat
saham
(dalam
satuan
lot):
Nominal
zakat
:
(harga
pasar/lembar
x
100
lembar)
Contoh
perhitungan
zakat:
Bapak
A
selama
1
tahun
penuh
memiliki
total
asset
account
senilai
Rp100.000.000,-.
Jika
harga
emas
saat
ini
Rp622.000,-/gram,
maka
nishab
zakat
senilai
Rp52.870.000,-.
Sehingga
Bapak
A
sudah
wajib
zakat.
Zakat
maal
yang
perlu
Bapak
A
tunaikan
sebesar
2,5%
x
Rp100.000.000,-
=
Rp2.500.000,-
Cara
perhitungan
&
pemindahbukuan
portfolio
saham:
Bapak
A
memiliki
saham
XXXX
sebanyak
100
lot
dimana
harga
pasar/lembar
sebesar
Rp645,-
(1
lot
sama
dengan
100
lembar).
Nilai
zakat
Bapak
A
dalam
saham
adalah
Rp2.500.000
:
(Rp645,-
x
100
lembar)
=
38,75
lot
/
pembulatan
menjadi
39
lot.
Untuk
itu,
Bapak
A
harus
memindahkan
39
lot
zakat
sahamnya.
"
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
7.
RUKUN
PUASA
1.
Menahan
diri
dari
hal-hal
yang
membatalkan
puasa
2.
Menepati
rentang
waktu
puasa
8.
AWAL
&
AKHIR
BULAN
RAMADHAN
·
Wajib
menentukan
awal
bulan
Ramadhan
dengan
ru’yatul
hilal,
bila
hilal
tidak
terlihat
maka
bulan
Sya’ban
digenapkan
menjadi
30
hari.
Para
ulama
ijma
akan
hal
ini,
tidak
ada
khilaf
di
antara
mereka.
·
Para
ulama
mensyaratkan
minimal
satu
orang
yang
melihat
hilal
untuk
bisa
menetapkan
terlihatnya
hilal
Ramadhan.
·
Jika
ada
seorang
yang
mengaku
melihat
hilal
Ramadhan
sendirian,
ulama
khilaf.
Jumhur
ulama
mengatakan
ia
wajib
berpuasa
sendirian
berdasarkan
ru’yah-nya.
Pendapat
ini
dikuatkan
oleh
Ibnu
Al
Utsaimin.
Sebagian
ulama
berpendapat
ia
wajib
berpuasa
bersama
jama’ah
kaum
Muslimin.
Pendapat
ini
dikuatkan
oleh
Ibnu
Taimiyah
dan
Ibnu
Baz.
·
Rukyah
hilal
suatu
negeri
berlaku
untuk
seluruh
negeri
yang
lain
(ittifaqul
mathali’),
ataukah
setiap
negeri
mengikuti
rukyah
hilal
masing-
masing
di
negerinya
(ikhtilaful
mathali’)?
Para
ulama
khilaf
dalam
masalah
ini.
Jumhur
ulama
berpendapat
rukyah
hilal
suatu
negeri
berlaku
untuk
seluruh
negeri
yang
lain.
Adapun
Syafi’iyyah
dan
pendapat
sebagian
salaf,
setiap
negeri
mengikuti
rukyah
hilal
masing-masing.
Pendapat
kedua
ini
dikuatkan
oleh
Ash
Shanani
dan
juga
Ibnu
Utsaimin.
·
Wajib
menentukan
akhir
bulan
Ramadhan
dengan
ru’yatul
hilal,
bila
hilal
tidak
terlihat
maka
bulan
Ramadhan
digenapkan
menjadi
30
hari.
Para
ulama
ijma
akan
hal
ini,
tidak
ada
khilaf
di
antara
mereka.
·
Jumhur
ulama
mensyaratkan
minimal
dua
orang
yang
melihat
hilal
untuk
bisa
menetapkan
terlihatnya
hilal
Syawal.
·
Jika
ada
seorang
yang
mengaku
melihat
hilal
Syawal
sendirian,
maka
ia
wajib
berbuka
bersama
jama’ah
kaum
Muslimin.
·
Jika
hilal
Syawal
terlihat
pada
siang
hari,
maka
kaum
Muslimin
ketika
itu
juga
berbuka
dan
shalat
Id,
jika
terjadi
sebelum
zawal
(bergesernya
mata
hari
dari
garis
tegak
lurus).
9.
RENTANG
WAKTU
PUASA
Puasa
dimulai
ketika
sudah
terbit
fajar
shadiq
atau
fajar
yang
kedua.
Allah
Ta’ala
berfirman:
#
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
‫ﺍ‬
َ
‫ﻭ‬
‫ﱠ‬
‫ﻦ‬
ُ
‫ﻭﻫ‬
ُ
ِ

]‫ﺎ‬
َ
K
َ
‫ﺎﻵﻥ‬
َ
‫ﻓ‬
ُ
‫ﻢ‬
`
a
b
‫ﻟ‬
َ
4
‫ﱠ‬
c
d
َ
‫ﺒ‬
َ
g
َ
‫ﻳ‬
‫ﱠ‬
t
5
َ
‫ﺣ‬
i
‫ﻮﺍ‬
ُ
j
َ
ْ

]‫ﺍ‬
َ
‫ﻭ‬
i
‫ﻮﺍ‬
`
‫ﻠ‬
`
k
َ
‫ﻭ‬
ْ
‫ﻢ‬
`
a
b
‫ﻟ‬
ُ
l
m‫ﺍ‬
َ
‫ﺐ‬
َ
‫ﺘ‬
b
‫ﻛ‬
‫ﺎ‬
َ
‫ﻣ‬
i
‫ﻮﺍ‬
ُ
‫ﻐ‬
َ
‫ﺘ‬
ْ
‫ﺑ‬
q
‫ﺮ‬
ْ
‫ﺠ‬
َ
‫ﻔ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻦ‬
ِ
‫ﻣ‬
ِ
‫ﺩ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ
‫ﺳ‬
َ
‫ﺍﻷ‬
ِ
‫ﻂ‬
ْ
"
َ
‫ﺨ‬
i
‫ﺍﻟ‬
َ
‫ﻦ‬
ِ
‫ﻣ‬
ُ
‫ﺾ‬
َ
"
ْ
‫ﺑ‬
َ
‫ﺍﻷ‬
ُ
‫ﻂ‬
ْ
"
َ
‫ﺨ‬
i
‫ﺍﻟ‬
“Maka
sekarang
campurilah
mereka
dan
ikutilah
apa
yang
telah
ditetapkan
Allah
untukmu,
dan
makan
minumlah
hingga
terang
bagimu
benang
putih
dari
benang
hitam,
yaitu
fajar”
(QS.
Al
Baqarah:
187).
Yang
dimaksud
dengan
khaythul
abyadh
di
sini
adalah
fajar
shadiq
atau
fajar
kedua
karena
berwarna
putih
dan
melintang
di
ufuk
seperti
benang.
Adapun
fajar
kadzib
atau
fajar
pertama
itu
bentuknya
seperti
dzanabus
sirhan
(ekor
serigala).
Nabi
Shallallahu’alaihi
Wasallam
bersabda:
‫ﺍﻥ‬
‫ﺮ‬
‫ﻓﺠ‬
‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬:
‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬
‫ﺤﻞ‬w
‫ﻓﻼ‬
‫ﺣﺎﻥ‬x‫ﺍﻟ‬
‫ﻛﺬﻧﺐ‬
‫ﻜﻮﻥ‬w
‫ﺍﻟﺬﻱ‬
‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬
‫ﻓﺄﻣﺎ‬
‫ﺤﻞ‬w
‫ﻓﺈﻧﻪ‬
‫ﺍﻷﻓﻖ‬
3
4
}
‫ﻣﺴﺘﻄ"ﻼ‬
‫ﺬﻫﺐ‬w
‫ﺍﻟﺬﻱ‬
‫ﺍﻟﻔﺠﺮ‬
‫ﻭﺃﻣﺎ‬
،‫ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ‬
‫ﺤﺮﻡ‬w
‫ﻭﻻ‬
‫ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ‬
‫ﺤﺮﻡ‬w
‫ﻭ‬
‫ﺍﻟﺼﻼﺓ‬
“Fajar
itu
ada
dua:
pertama,
fajar
yang
bentuknya
seperti
ekor
serigala,
maka
ini
tidak
menghalalkan
shalat
(shubuh)
dan
tidak
mengharamkan
makan.
Kedua,
fajar
yang
memanjang
di
ufuk,
ia
menghalalkan
shalat
(shubuh)
dan
mengharamkan
makan
(mulai
puasa)”
(HR.
Al
Hakim,
Al
Baihaqi,
dishahihkan
Al
Albani
dalam
Shahih
Al
Jami’).
Puasa
berakhir
ketika
terbenam
matahari.
Allah
Ta’ala
berfirman:
ِ
‫ﻞ‬
ْ
"
l
‫ﺍﻟﻠ‬
b
O
ِ
‫ﺇ‬
َ
‫ﺎﻡ‬
َ
"
‫ﱢ‬
‫ﺍﻟﺼ‬
‫ﻮﺍ‬
‫ﱡ‬
‫ﻤ‬
ِ
‫ﺗ‬
b
‫ﺃ‬
‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﺛ‬
“lalu
sempurnakanlah
puasa
hingga
malam”
(QS.
Al
Baqarah:
187).
Rasulullah
Shallallahu’alaihi
Wasallam
bersabda:
‫ﻓﻘﺪ‬
،‫ﺍﻟﺸﻤﺲ‬
‫ﺖ‬j…‫ﻭﻏ‬
،‫ﻫﺎﻫﻨﺎ‬
‫ﻣﻦ‬
‫ﺍﻟﻨﻬﺎﺭ‬
‫ﻭﺃﺩﺑﺮ‬
‫ﻫﺎﻫﻨﺎ‬
‫ﻣﻦ‬
‫ﺍﻟﻠ"ﻞ‬
‫ﻞ‬Q‫ﺃﻗ‬
‫ﺇﺫﺍ‬
‫ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ‬
‫ﺃﻓﻄﺮ‬
“jika
datang
malam
dari
sini,
dan
telah
pergi
siang
dari
sini,
dan
terbenam
matahari,
maka
orang
yang
berpuasa
boleh
berbuka”
(HR.
Bukhari
–
Muslim).
10.
SYARAT
SAH
PUASA
1.
Islam
2.
Baligh
3.
Berakal
4.
Muqim
(tidak
sedang
safar)
"&
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
melainkan
dengan
memicingkan
mata
terhadapnya.
Dan
ketahuilah,
bahwa
Allah
Maha
Kaya
lagi
Maha
Terpuji.”
(QS
Al
Baqarah:
267).
Dari
berbagai
pendapat,
dinyatakan
bahwa
landasan
zakat
profesi
dianalogikan
kepada
zakat
hasil
pertanian
yaitu
dibayarkan
ketika
memperoleh
hasilnya.
Menurut
PMA
no.52
tahun
2014,
zakat
profesi
ditunaikan
pada
saat
pendapatan
dan
jasa
diterima
dan
dibayarkan
melalui
amil
zakat
resmi.
Nisab
zakat
profesi:
653
kg
gabah
/
524
kg
beras
(makanan
pokok)
Kadar
zakat
maal:
2,5%
(dianalogikan
kepada
zakat
emas
dan
perak
yaitu
sebesar
2,5
%,
atas
dasar
kaidah
“Qias
Asysyabah”)
Cara
menghitung
zakat
maal:
2,5%
x
Jumlah
pendapatan
bruto
Contoh:
Bapak
A
menerima
penghasilan
senilai
Rp10.000.000,-.
Jika
harga
beras
yang
biasa
dikonsumsi
saat
ini
Rp10.000,-/kg,
maka
nishab
zakat
senilai
Rp5.240.000,-.
Sehingga
Bapak
A
sudah
wajib
zakat.
Zakat
profesi
yang
perlu
Bapak
A
tunaikan
sebesar
2,5%
x
Rp10.000.000,-
=
Rp250.000,-.
4.
Zakat
Perdagangan
Zakat
perdagangan
adalah
zakat
yang
dikeluarkan
dari
harta
niaga,
sedangkan
harta
niaga
adalah
harta
atau
aset
yang
diperjualbelikan
dengan
maksud
untuk
mendapatkan
keuntungan.
Dengan
demikian
maka
dalam
harta
niaga
harus
ada
2
motivasi:
Motivasi
untuk
berbisnis
(diperjualbelikan)
dan
motivasi
mendapatkan
keuntungan.
“Ambillah
zakat
dari
sebagian
harta
mereka,
dengan
zakat
itu
kamu
membersihkan
dan
mensucikan
mereka
dan
mendoalah
untuk
mereka.
Sesungguhnya
doa
kamu
itu
(menjadi)
ketenteraman
jiwa
bagi
mereka.
Dan
Allah
Maha
Mendengar
lagi
Maha
Mengetahui.”
(QS.
At-Taubah:103)
Harta
perdagangan
yang
dikenakan
zakat
dihitung
dari
asset
lancar
usaha
dikurangi
hutang
yang
berjangka
pendek
(hutang
yang
jatuh
tempo
hanya
satu
tahun).
Jika
selisih
dari
asset
lancar
dan
hutang
tersebut
sudah
mencapai
nisab,
maka
wajib
dibayarkan
zakatnya.
Nisab
zakat
profesi:
653
kg
gabah
/
524
kg
beras
(makanan
pokok)
Kadar
zakat
maal:
2,5%
(dianalogikan
kepada
zakat
emas
dan
perak
yaitu
sebesar
2,5
%,
atas
dasar
kaidah
“Qias
Asysyabah”)
Cara
menghitung
zakat
maal:
Nisab
zakat
maal:
85
gram
emas
Kadar
zakat
maal:
2,5%
Cara
menghitung
zakat
perdagangan:
2,5%
x
(aset
lancar
–
hutang
jangka
pendek)
Contoh:
"%
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Zakat
fitrah
ditunaikan
dalam
bentuk
beras
atau
makanan
pokok
seberat
2,5
kg
atau
3,5
liter
per
jiwa.
Kualitas
beras
atau
makanan
pokok
harus
sesuai
dengan
kualitas
beras
atau
makanan
pokok
yang
dikonsumsi
kita
sehari-hari.
Namun,
beras
atau
makanan
pokok
tersebut
dapat
diganti
dalam
bentuk
uang
senilai
2,5
kg
atau
3,5
liter
beras.
2.
Zakat
Maal
Menurut
bahasa,
harta
adalah
segala
sesuatu
yang
diinginkan
sekali
oleh
manusia
untuk
memiliki,
memanfaatkan
dan
menyimpannya.
Sedangkan
menurut
istilah,
harta
adalah
segala
sesuatu
yang
dapat
dimiliki
(dikuasai)
dan
dapat
digunakan
(dimanfaatkan).
Sesuatu
dapat
disebut
dengan
maal
(harta)
apabila
memenuhi
2
(dua)
syarat,
yaitu:
Dalam
QS.
At-Taubah
ayat
60,
Allah
memberikan
ketentua
ada
8
golongan
orang
yang
menerima
zakat
yaitu
sebagai
berikut:
·
1.
Dapat
dimiliki,
disimpan,
dihimpun,
dikuasai..
·
2.
Dapat
diambil
manfaatnya
sesuai
dengan
ghalibnya.
Misalnya
rumah,
mobil,
ternak,
hasil
pertanian,
uang,
emas,
perak,
dll.
Syarat
harta
yang
wajib
di
zakati
yaitu,
milik
penuh,
bertambah
atau
berkembang,
cukup
nisab,
lebih
dari
kebutuhan
pokok,
bebas
dari
hutang,
dan
sudah
berlalu
satu
tahun
(haul).
Nisab
zakat
maal:
85
gram
emas
Kadar
zakat
maal:
2,5%
Nisab
zakat
maal:
Cara
menghitung
zakat
maal:
2,5%
x
Jumlah
harta
yang
tersimpan
selama
1
tahun
Contoh:
Bapak
A
selama
1
tahun
penuh
memiliki
harta
yang
tersimpan
(emas/perak/uang)
senilai
Rp100.000.000,-.
Jika
harga
emas
saat
ini
Rp622.000,-/gram,
maka
nishab
zakat
senilai
Rp52.870.000,-.
Sehingga
Bapak
A
sudah
wajib
zakat.
Zakat
maal
yang
perlu
Bapak
A
tunaikan
sebesar
2,5%
x
Rp100.000.000,-
=
Rp2.500.000,-.
3.
Zakat
Profesi
Zakat
profesi
adalah
zakat
atas
penghasilan,
diperoleh
dari
pengembangan
potensi
diri
seseorang
dengan
cara
yang
sesuai
syariat,
seperti
upah
kerja
rutin,
profesi
dokter,
pengacara,
arsitek,
guru
dll.
“Hai
orang-orang
yang
beriman,
nafkahkanlah
(di
jalan
Allah)
sebagian
dari
hasil
usahamu
yang
baik-baik
dan
sebagian
dari
apa
yang
Kami
keluarkan
dari
bumi
untuk
kamu.
Dan
janganlah
kamu
memilih
yang
buruk-buruk
lalu
kamu
nafkahkan
daripadanya,
padahal
kamu
sendiri
tidak
mau
mengambilnya
$
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
5.
Suci
dari
haid
dan
nifas
6.
Mampu
berpuasa
7.
Niat
11.
SUNNAH-SUNNAH
PUASA
1.
Sunnah-sunnah
terkait
berbuka
puasa
o
Disunnahkan
menyegerakan
berbuka
o
Berbuka
puasa
dengan
beberapa
butir
ruthab
(kurma
segar),
jika
tidak
ada
maka
denganbeberapa
butir
tamr
(kurma
kering),
jika
tidak
ada
maka
dengan
beberapa
teguk
air
putih
o
Berdoa
ketika
berbuka
dengan
doa
yang
diajarkan
oleh
Rasulullah
Shallallahu’alaihi
Wasallam:
‫ﷲ‬
‫ﺷﺎﺀ‬
‫ﺇﻥ‬
‫ﺍﻷﺟﺮ‬
‫ﻭﺛˆﺖ‬
‫ﺍﻟﻌﺮﻭﻕ‬
‫ﻭﺍﺑﺘﻠﺖ‬
‫ﺍﻟﻈﻤﺄ‬
‫ﺫﻫﺐ‬
“telah
hilang
rasa
haus,
telah
basah
tenggorokan,
dan
telah
diraih
pahala,
insya
Allah”
(HR.
Abu
Daud,
An
Nasa-i,
dishahihkan
Al
Albani
dalam
Shahih
Abi
Daud)
2.
Sunnah-sunnah
terkait
makan
sahur
·
Makan
sahur
hukumnya
sunnah
muakkadah.
Dianggap
sudah
makan
sahur
jika
makan
atau
minum
di
waktu
sahar,
walaupun
hanya
sedikit.
Dan
di
dalam
makanan
sahur
itu
terdapat
keberkahan
·
Disunnahkan
mengakhirkan
makan
sahur
mendekati
waktu
terbitnya
fajar,
pada
waktu
yang
tidak
dikhawatirkan
datangnya
waktu
fajar
ketika
masih
makan
sahur.
·
Disunnahkan
makan
sahur
dengan
tamr
(kurma
kering).
3.
Orang
yang
berpuasa
wajib
meninggalkan
semua
perbuatan
yang
diharamkan
agama
dan
dianjurkan
untuk
memperbanyak
melakukan
ketaatan
seperti:
bersedekah,
membaca
Al
Qur’an,
shalat
sunnah,
berdzikir,
membantu
orang
lain,
i’tikaf,
menuntut
ilmu
agama,
dll
4.
Membaca
Al
Qur’an
adalah
amalan
yang
lebih
dianjurkan
untuk
diperbanyak
di
bulan
Ramadhan.
Bahkan
sebagian
salaf
tidak
mengajarkan
ilmu
di
bulan
Ramadhan
agar
bisa
fokus
memperbanyak
membaca
Al
Qur’an
dan
mentadabburinya.
%
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
12.
ORANG-ORANG
YANG
DIPERBOLEHKAN
TIDAK
BERPUASA
1.
Orang
sakit
yang
bisa
membahayakan
dirinya
jika
berpuasa.
·
Jumhur
ulama
mengatakan
bahwa
orang
sakit
yang
boleh
meninggalkan
puasa
adalah
yang
jika
berpuasa
itu
dikhawatirkan
akan
menimbulkan
gangguan
serius
pada
kesehatannya.
·
Adapun
orang
yang
sakit
ringan
yang
jika
berpuasa
tidak
ada
pengaruhnya
sama
sekali
atau
pengaruhnya
kecil,
seperti
pilek,
sakit
kepala,
maka
ulama
empat
madzhab
sepakat
orang
yang
demikian
wajib
tetap
berpuasa
dan
tidak
boleh
meninggalkan
puasa.
·
Terkait
adanya
kewajiban
qadha
atau
tidak,
orang
sakit
dibagi
menjadi
2
macam:
§
Orang
yang
sakitnya
diperkirakan
masih
bisa
sembuh,
maka
wajib
meng-qadha
ketika
sudah
mampu
untuk
menjalankan
puasa.
Ulama
ijma
akan
hal
ini.
§
Orang
yang
sakitnya
diperkirakan
tidak
bisa
sembuh,
maka
membayar
fidyah
kepada
satu
orang
miskin
untuk
setiap
hari
yang
ditinggalkan.
Diqiyaskan
dengan
keadaan
orang
yang
sudah
tua
renta
tidak
mampu
lagi
berpuasa.
Ini
disepakati
oleh
madzhab
fikih
yang
empat.
2.
Musafir.
·
Orang
yang
bersafar
boleh
meninggalkan
puasa
Ramadhan,
baik
perjalanannya
sulit
dan
berat
jika
dilakukan
dengan
berpuasa,
maupun
perjalanannya
ringan
dan
tidak
berat
jika
dilakukan
dengan
berpuasa.
·
Namun
jika
orang
yang
bersafar
itu
berniat
bermukim
di
tempat
tujuan
safarnya
lebih
dari
4
hari,
maka
tidak
boleh
meninggalkan
puasa
sejak
ia
sampai
di
tempat
tujuannya.
·
Para
ulama
khilaf
mengenai
musafir
yang
perjalanannya
ringan
dan
tidak
berat
jika
dilakukan
dengan
berpuasa,
semisal
menggunakan
pesawat
atau
kendaraan
yang
sangat
nyaman,
apakah
lebih
utama
berpuasa
ataukah
tidak
berpuasa.
Yang
lebih
kuat,
dan
ini
adalah
pendapat
jumhur
ulama,
lebih
utama
tetap
berpuasa.
·
Orang
yang
hampir
selalu
bersafar
setiap
hari,
seperti
pilot,
supir
bus,
supir
truk,
masinis,
dan
semacamnya,
dibolehkan
untuk
tidak
berpuasa
selama
bersafar,
selama
itu
memiliki
tempat
tinggal
untuk
pulang
dan
menetap.
Pendapat
ini
dikuatkan
oleh
Ibnu
Taimiyah
dan
Ibnu
Al
Utsaimin.
3.
Orang
yang
sudah
tua
renta
·
Orang
yang
sudah
tua
renta
dan
tidak
lagi
mampu
untuk
berpuasa
dibolehkan
untuk
tidak
berpuasa
Ramadhan.
Ulama
ijma
akan
hal
ini.
"$
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.




























































































































































































Dalam
QS.
At-Taubah
ayat
60,
Allah
memberikan
ketentua
ada
8
golongan
orang
yang
menerima
zakat
yaitu
sebagai
berikut:
·
1.
Fakir
-
Mereka
yang
hampir
tidak
memiliki
apa-apa
sehingga
tidak
mampu
memenuhi
kebutuhan
pokok
hidup.
·
2.
Miskin
-
Mereka
yang
memiliki
harta
namun
tidak
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
dasar
untuk
hidup.
·
3.
Amil
-
Mereka
yang
mengumpulkan
dan
mendistribusikan
zakat.
·
4.
Mu'allaf
-
Mereka
yang
baru
masuk
Islam
dan
membutuhkan
bantuan
untuk
menguatkan
dalam
tauhid
dan
syariah.
·
5.
Hamba
sahaya
-
Budak
yang
ingin
memerdekakan
dirinya.
·
6.
Gharimin
-
Mereka
yang
berhutang
untuk
kebutuhan
hidup
dalam
mempertahankan
jiwa
dan
izzahnya.
·
7.
Fisabilillah
-
Mereka
yang
berjuang
di
jalan
Allah
dalam
bentuk
kegiatan
dakwah,
jihad
dan
sebagainya.
·
8.
Ibnus
Sabil
-
Mereka
yang
kehabisan
biaya
di
perjalanan
dalam
ketaatan
kepada
Allah.
JENIS
ZAKAT
Secara
umum,
zakat
terbagi
atas
2
(dua)
yakni
zakat
fitrah
dan
zakat
maal.
Secara
lebih
rinci,
zakat
maal
terdiri
dari
zakat
penghasilan/profesi,
zakat
perdagangan,
zakat
saham,
zakat
perusahaan,
dan
lain-lain.
1.
Zakat
Fitrah
Zakat
fitrah
adalah
zakat
yang
wajib
ditunaikan
bagi
seorang
muslim/ah
yang
sudah
mampu
untuk
menunaikannya.
Zakat
fitrah
harus
dikeluarkan
setahun
sekali
pada
saat
awal
bulan
Ramadhan
hingga
batas
sebelum
sholat
hari
raya
Idul
Fitri.
Hal
tersebut
yang
menjadi
pembeda
zakat
fitrah
dengan
zakat
lainnya.
Sebagaimana
tercantum
pada
hadits
Rasulullah
SAW
mengatakan,
“Barangsiapa
yang
menunaikan
zakat
fitri
sebelum
shalat
Id
maka
zakatnya
diterima
dan
barangsiapa
yang
menunaikannya
setelah
shalat
Id
maka
itu
hanya
dianggap
sebagai
sedekah
di
antara
berbagai
sedekah.”
(HR.
Abu
Daud).
Kadar
zakat
fitrah:
2,5
kg
/
3,5
liter
beras
"#
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
DO’A
I’TIKAF
ْ
3
‫ﱢ‬
4
5
َ
‫ﻋ‬
ُ
‫ﻒ‬
ْ
‫ﺎﻋ‬
َ
‫ﻓ‬
َ
‫ﻮ‬
ْ
‫ﻔ‬
َ
‫ﻌ‬
i
‫ﺍﻟ‬
‫ﱡ‬
‫ﺐ‬
ِ
‫ﺤ‬
ُ
‫ﺗ‬
‫ﱞ‬
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻔ‬
َ
‫ﻋ‬
َ
‫ﻚ‬
‫ﱠ‬
‫ﻧ‬
ِ
‫ﺍ‬
‫ﱠ‬
‫ﻢ‬
ُ
‫ﻬ‬
¢
‫ﻟﻠ‬
b
‫ﺍ‬
“Ya
Allah,
bahwasannya
Engkau
menyukai
pemaafan,
karena
itu
maafkanlah
aku.”
I’tikaf
harus
dilakukan
di
masjid
dan
dianggap
sah
bila
memenuhi
rukun-rukun
sebagai
berikut
:
1.
Niat
Mendekatkan
Diri
kepada
Allah.
2.
Berdiam
di
Masjid
3.
Islam
dan
suci,
serta
sudah
akil
baligh.
VII.
PANDUAN
ZAKAT
MENURUT
BAZNAS
Definisi
Menurut
Bahasa,
kata
“zakat”
berarti
tumbuh,
berkembang,
subur
atau
bertambah.
Zakat
berasal
dari
bentuk
kata
"zaka"
yang
berarti
suci,
baik,
berkah,
tumbuh,
dan
berkembang.
Dinamakan
zakat,
karena
di
dalamnya
terkandung
harapan
untuk
beroleh
berkah,
membersihkan
jiwa
dan
memupuknya
dengan
berbagai
kebaikan
(Fikih
Sunnah,
Sayyid
Sabiq:
5)
Makna
tumbuh
dalam
arti
zakat
menunjukkan
bahwa
mengeluarkan
zakat
sebagai
sebab
adanya
pertumbuhan
dan
perkembangan
harta,
pelaksanaan
zakat
itu
mengakibatkan
pahala
menjadi
banyak.
Sedangkan
makna
suci
menunjukkan
bahwa
zakat
adalah
mensucikan
jiwa
dari
kejelekan,
kebatilan
dan
pensuci
dari
dosa-dosa.
Dalam
Al-Quran
disebutkan,
“Ambillah
zakat
dari
sebagian
harta
mereka,
dengan
zakat
itu
kamu
membersihkan
dan
menyucikan
mereka”
(QS.
at-
Taubah
[9]:
103).
Menurut
istilah
dalam
kitab
al-Hâwî,
al-Mawardi
mendefinisikan
zakat
dengan
nama
pengambilan
tertentu
dari
harta
tertentu,
menurut
sifat-sifat
tertentu,
dan
untuk
diberikan
kepada
golongan
tertentu.
Orang
yang
menunaikan
zakat
disebut
Muzaki.
Sedangkan
orang
yang
menerima
zakat
disebut
Mustahik.
ASNAF
(8
GOLONGAN)
Sebagai
instrumen
yang
masuk
dalam
salah
satu
Rukun
Islam,
zakat
tentu
saja
memiliki
aturan
mengikat
dari
segi
ilmu
fiqihnya,
salah
satu
diantaranya
adalah
kepada
siapa
zakat
diberikan.
&
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
·
Wajib
bagi
mereka
untuk
membayar
fidyah
kepada
satu
orang
miskin
untuk
setiap
hari
yang
ditinggalkan.
4.
Wanita
hamil
dan
menyusui
·
Wanita
hamil
atau
sedang
menyusui
boleh
meninggalkan
puasa
Ramadhan,
baik
karena
ia
khawatir
terhadap
kesehatan
dirinya
maupun
khawatir
terhadap
kesehatan
si
bayi.
·
Ulama
berbeda
pendapat
mengenai
apa
kewajiban
wanita
hamil
dan
menyusui
ketika
meninggalkan
puasa.
§
Sebagian
ulama
berpendapat
bagi
mereka
cukup
membayar
fidyah
tanpa
qadha,
ini
dikuatkan
oleh
Syaikh
Al
Albani.
§
Sebagian
ulama
berpendapat
bagi
mereka
cukup
meng-qadha
tanpa
fidyah,
ini
dikuatkan
oleh
Syaikh
Ibnu
Baz,
Syaikh
Ibnu
Al
Utsaimin,
Syaikh
Shalih
Al
Fauzan,
Al
Lajnah
Ad
Daimah,
juga
pendapat
Hanafiyah
dan
Malikiyah.
§
Sebagian
ulama
madzhab
juga
berpendapat
bagi
mereka
qadha
dan
fidyah
jika
meninggalkan
puasa
karena
khawatir
akan
kesehatan
si
bayi.
1.
Yang
lebih
rajih
–insya
Allah–
adalah
pendapat
kedua,
bagi
mereka
wajib
qadha
saja
tanpa
fidyah.
5.
Orang
yang
memiliki
sebab-sebab
yang
membolehkan
tidak
berpuasa,
diantaranya:
1.
Orang
yang
pekerjaannya
terasa
berat.
Orang
yang
demikian
tetap
wajib
meniatkan
diri
berpuasa
dan
wajib
berpuasa.
Namun
ketika
tengah
hari
bekerja
lalu
terasa
sangat
berat
hingga
dikhawatirkan
dapat
membahayakan
dirinya,
boleh
membatalkan
puasa
ketika
itu,
dan
wajib
meng-qadha-nya
di
luar
Ramadhan.
2.
Orang
yang
sangat
kelaparan
dan
kehausan
sehingga
bisa
membuatnya
binasa.
Orang
yang
demikian
wajib
berbuka
dan
meng-qadha-nya
di
hari
lain.
3.
Orang
yang
dipaksa
untuk
berbuka
atau
dimasukan
makanan
dan
minuman
secara
paksa
ke
mulutnya.
Orang
yang
demikian
boleh
berbuka
dan
meng-qadha-nya
di
hari
lain
dan
ia
tidak
berdosa
karenanya.
4.
Mujahid
fi
sabilillah
yang
sedang
berperang
di
medan
perang.
Dibolehkan
bagi
mereka
untuk
meninggalkan
berpuasa.
Berdasarkan
hadits:
،‫ﻢ‬a‫ﻟ‬
‫ﺃﻗﻮﻯ‬
‫ﻭﺍﻟﻔﻄﺮ‬
،‫ﻋﺪﻭ@ﻢ‬
‫ﻣﻦ‬
‫ﺩﻧﻮﺗﻢ‬
‫ﻗﺪ‬
‫ﺇﻧŠﻢ‬
‫ﺭﺧﺼﺔ‬
‫ﻓŠﺎﻧﺖ‬
'
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
“sesungguhnya
musuh
kalian
telah
mendekati
kalian,
maka
berbuka
itu
lebih
menguatkan
kalian,
dan
hal
itu
merupakan
rukhshah”
(HR.
Muslim).
13.
PEMBATAL-PEMBATAL
PUASA
1.
Makan
dan
minum
dengan
sengaja
2.
Keluar
mani
dengan
sengaja
3.
Muntah
dengan
sengaja
4.
Keluarnya
darah
haid
dan
nifas
5.
Menjadi
gila
atau
pingsan
6.
Riddah
(murtad)
7.
Berniat
untuk
berbuka
8.
Merokok
9.
Jima
(bersenggama)
di
tengah
hari
puasa.
Selain
membatalkan
puasa
dan
wajib
meng-qadha
puasa,
juga
diwajibkan
menunaikan
kafarah
membebaskan
seorang
budak,
jika
tidak
ada
maka
puasa
dua
bulan
berturut-turut,
jika
tidak
mampu
maka
memberi
makan
60
orang
miskin.
10.
Hijamah
(bekam)
diperselisihkan
apakah
dapat
membatalkan
puasa
atau
tidak.
Pendapat
jumhur
ulama,
hijamah
tidak
membatalkan
puasa.
Sedangkan
pendapat
Hanabilah
bekam
dapat
membatalkan
puasa.
Pendapat
kedua
ini
dikuatkan
oleh
Ibnu
Taimiyah,
Ibnu
Baz
dan
Ibnu
Al
Utsaimin.
11.
Masalah
donor
darah
merupakan
turunan
dari
masalah
bekam.
Maka
donor
darah
tidak
membatalkan
puasa
dengan
men-takhrij
pendapat
jumhur
ulama,
dan
bisa
membatalkan
puasa
dengan
men-takhrij
pendapat
Hanabilah.
12.
Inhaler
dan
sejenisnya
berupa
aroma
yang
dimasukan
melalui
hidung,
diperselisihkan
apakah
dapat
membatalkan
puasa
atau
tidak.
Pendapat
jumhur
ulama
ia
dapat
membatalkan
puasa,
sedangkan
sebagian
ulama
Syafi’iyyah
dan
Malikiyyah
mengatakan
tidak
membatalkan.
Pendapat
kedua
ini
juga
dikuatkan
oleh
Ibnu
Taimiyah.
14.
YANG
DIMAKRUHKAN
DALAM
BERPUASA
1.
Terlalu
dalam
dan
berlebihan
dalam
berkumur-kumur
dan
istinsyaq
(menghirup
air
ke
hidung)
2.
Puasa
wishal,
yaitu
menyambung
puasa
selama
dua
hari
tanpa
diselingi
makan
atau
minum
sama
sekali.
3.
Menyicipi
makanan
tanpa
ada
kebutuhan,
walaupun
tidak
masuk
ke
kerongkongan
""
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
Maka
boleh
jadi,
dengan
hanya
mengambil
kesimpulan
dari
berbagai
hadits
yang
mengungkap
tentang
i'tikaf
Ramadhan,
muncul
suatu
pendapat
yang
menyatakan
bahwa,
i'tikaf
tidak
disunnatkan
secara
mutlak
sebagai
suatu
bentuk
ibadah
yang
dapat
dilaksanakan
setiap
saat.
Pendapat
ini,
memang
cukup
beralasan.
Namun
menurut
kami,
jika
kita
berbicara
mengenai
perintah
melaksanakan
nadzar
i'tikaf,
sebagaimana
perintah
Rasulullah
SAW
kepada
'Umar
bin
Khattab
untuk
memenuhi
nadzar
i'tikafnya,
maka
di
dalamnya
nampak
jelas
terkandung
pengertian
bahwa
i'tikaf
berarti
suatu
bentuk
ketaatan
kepada
Allah
SWT.
Atau
dengan
kata
lain,
i'tikaf
adalah
suatu
ibadah
yang
dapat
dilaksanakan
setiap
waktu,
jika
memang
kita
kehendaki.
Seandainya
i'tikaf
tidak
termasuk
sebagai
suatu
bentuk
ketaatan
kepada-Nya,
maka
tentu
saja
Umar
bin
Khattab
tidak
akan
diperintah
untuk
memenuhi
nadzar
i'tikafnya.
Sabda
Rasulullah
SAW:
ُ
‫ﻪ‬
ُ
‫ﻌ‬
ْ
1
ِ
‫ﻄ‬
ُ
1
o
‫ﻠ‬
َ
‫ﻓ‬
َ
‫ﷲ‬
َ
‫ﻊ‬
ْ
‫ﻴ‬
ِ
‫ﻄ‬
ُ
8
ْ
‫ﺃﻥ‬
َ
‫ﺭ‬
َ
‫ﺬ‬
َ
‫ﻧ‬
ْ
‫ﻦ‬
َ
‫ﻣ‬
"Siapapun
yang
telah
bematzar
akan
berbuat
taat
kepadaAllah,
maka
laksanakanlah
natzar
tersebut."
(HR.
Bukhari)
Selain
itu
--sebagai
tambahan--
terdapat
beberapa
hadits
yang
menunjukkan
larangan
melaksanakan
natzar
yang
tidak
membawa
nilai
kebaikan
atau
ketaatan
kepada
Allah
SWT
sebagai
ibadah.
Dengan
demikian,
nampak
semakin
jelas
bahwa
i'tikaf
merupakan
suatu
bentuk
ibadah
yang
secara
mutlak
dapat
dilaksanakan
setiap
saat,
dengan
mendapat
pahala
meskipun
hanya
sesaat.
Bagi
Anda
yang
ingin
melaksanakan
i'tikaf,
ada
beberapa
hal
yang
harus
dipahami.
Di
antaranya
adalah
lafal
niat
untuk
i'tikaf.
Begini
niatnya:
²
O‫ﺎ‬
َ
‫ﻌ‬
َ
‫ﺗ‬
ِ
¢
ِ
m
َ
‫ﺎﻑ‬
b
Š
ِ
‫ﺘ‬
ْ
‫ﻋ‬
ِ
ْ
•‫ﺎ‬
ُ
‫ﺘ‬
ْ
±
َ

َ
‫ﻧ‬
“Saya
niat
I’tikaf
karena
iman
dan
mengharap
akan
Allah,
karena
Allah
ta’ala."
"!
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
misalnya,
ia
tak
perlu
lagi
keluar
dari
masjid
tempat
i'tikafnya
menuiu
Masiid
Jami'.
Apakah
yang
Dikerjakan
Ketika
Beri'tikaf?
Sesuai
dengan
tujuan
i'tikaf
yakni
untuk
mendekatkan
diri
kepada
Allah
SWT,
maka
orang
yang
sedang
i'tikaf
hendaknya
memperbanyak
amal
ibadah.
Misalnya,
dengan
cara;
shalat
sunnat,
membaca
Al-Qur'an,
bertasbih,
bertahmid,
bertahlil,
bertakbir,
istighfar,
shalawat
Nabi,
serta
memperbanyak
do
'a
dan
tafakkur.
Begitu
pula
dapat
dengan
cara
melakukan
kebajikan
lainnya,
seperti;
mempelajari
tafsir,
hadits,
dan
atau
ilmu-ilmu
agama
Islam
lainnya.
Orang
yang
sedang
beri'tikaf
hendaknya
menghindari
segala
hal
yang
tidak
ada
manfaatnya,
baik
dalam
perbuatan
maupun
ucapan.
Sabda
Rasulullah
SAW
bersabda:
ِ
‫ﻪ‬
ْ
1
ِ
‫ﻨ‬
ْ
‫ﻌ‬
َ
8
َ
£‫ﺎ‬
َ
‫ﻣ‬
ُ
‫ﻪ‬
„
M
ْ
‫ﺮ‬
َ
‫ﺗ‬
ِ
‫ﺀ‬
ْ
‫ﺮ‬
َ
‫ﻤ‬
o
‫ﺍﻟ‬
ِ
‫ﻡ‬
َ
z
ْ
‫ﺇﺳ‬
p
‫ﻦ‬
ْ
‫ﺴ‬
ُ
‫ﺣ‬
ْ
‫ﻦ‬
ِ
‫ﻣ‬
"Di
antara
kebaikan
seorang
Islam
adalah,
meninggalkan
sesuatu
yang
tidak
bermanfaat
baginya."
(HR.
Tirmitzi
dan
Ibnu
Majah,
dari
Abu
Bashrah)
Dalam
konteks
i'tikaf,
termasuk
dalam
hal
yang
tidak
bermanfaat
adalah,
berdiam
diri
dengan
sia-sia.
Jadi,
bukan
berdiam
karena
tafakkur.
Orang
yang
sedang
i'tikaf,
wajib
melaksanakan
segala
sesuatu
yang
merupakan
unsur
atau
hakikat
dari
i'tikaf
itu
sendiri.
Lantaran
unsur-unsur
itulah
yang
disebut
sebagai
rukun.
Niat
misalnya,
yang
wajib
dilaksanakan
untuk
setiap
ibadah,
juga
wajib
dilaksanakan
ketika
i'tikaf.
Karena
petunjuk
secara
umum
dalam
suatu
hadits
telah
jelas,
bahwa
setiap
ibadah
wajib
disertai
dengan
niat.
Selain
itu,
orang
yang
sedang
beri'tikaf
juga
wajib
tinggal
di
dalam
masjid,
lantaran
tinggal
di
dalam
masjid
merupakan
unsur
penentu
untuk
dapat
disebut
i'tikaf.
Orang-orang
yang
sedang
i'tikaf
juga
wajib
menghindarkan
diri
dari
segala
sesuatu
yang
dapat
membatalkannya.
Seperti,
bersetubuh
dan
keluar
dari
masjid
tanpa
alasan
yang
sah.
Dapatkah
I'tikaf
Dilaksanakan
Setiap
Saat?
Sejauh
yang
kami
dapat
dari
keterangan
berbagai
hadits,
i'tikaf
itu
dilaksanakan
oleh
Rasulullah
SAW
hanya
pada
bulan
Ramadhan.
Dan
walaupun
pernah
dilaksanakan
pula
olehnya
pada
10
hari
pertama
bulan
Syawal,
hanya
sebagai
pengganti
i'tikaf
Ramadhan,
yang
gagal
lantaran
satu
dan
lain
hal.
(
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
4.
Bercumbu
dan
mencium
istri,
bagi
orang
yang
tidak
mampu
mengendalikan
birahinya
5.
Bermalas-malasan
dan
terlalu
banyak
tidur
tanpa
ada
kebutuhan
6.
Berlebihan
dan
menghabiskan
waktu
dalam
perkara
mubah
yang
tidak
bermanfaat
.
II.
PEMAHAMAN
TENTANG
BERBUKA
/
TA’JIL
Ta’jil
atau
makanan
ringan
saat
buka
puasa,
selalu
tersedia
di
rumah,
di
tempat
perbelanjaan,
bahkan
di
Masjid
dan
Mushola.
Makanan
ringan
pembuka
puasa
ini,
banyak
macam
dan
ragamnya.
Sesuai
dengan
ke
khasan
daerah
tersebut.
Lewat
tajil
pula,
orang
berlomba-lomba
menyediakannya
sebagai
bentuk
amalan
di
bulan
puasa.
“Tajil,
dari
makna
kata
ajala,
tajilu
yang
artinya
menyegerakan
berbuka,
menjadi
tradisi
masyarakat
Indonesia,”
terang
Ketua
Yayasan
Masjid
Agung
Brebes
(MAB)
Drs
KH
Rosjidi.
Yang
mendasari
Tajil,
urai
Kiai
Rosjidi,
sesuai
dengan
hadits
Nabi
Muhammad
SWT
yang
artinya
siapa
yang
memberi
makanan
untuk
buka
puasa,
maka
pahalanya
sama
seperti
orang
yang
berbuka
puasa
itu.
Sehingga
orang
yang
mengerti
akan
berlomba-lomba
menyediakan
tajil
baik
di
Masjid,
Mushola
dan
tempat-tempat
umum
lainnya.
Setiap
kita
tidak
mengerti
kualitas
puasa
orang
lain.
Bahkan
kita
sendiri
tidak
tahu
kalau
ada
orang
lain
mengaku
berpuasa
padahal
hanya
pengakuan
dusta.
Karena,
ibadah
puasa
lebih
dimengerti
oleh
pihak
yang
bersangkutan.
Namun
demikian,
agama
menganjurkan
mereka
yang
sedang
berpuasa
untuk
berbagi
makanan
atau
minuman
kepada
sesamanya.
Syekh
Said
Muhammad
Ba’asyin
dalam
Busyrol
Karim
mengatakan
sebagai
berikut
:
Orang
yang
berpuasa
disunahkan
berbagi
sesuatu
dengan
orang
lain
untuk
buka
puasanya
meskipun
hanya
sebutir
kurma
atau
seteguk
air.
Kalau
dengan
makan
malam,
tentu
lebih
utama
berdasar
pada
hadits
Rasulullah
SAW.
Beliau
bersabda,
“Siapa
yang
membatalkan
puasa
orang
lain,
maka
ia
mendapatkan
pahala
puasa
tanpa
mengurangi
pahala
puasa
orang
yang
bersangkutan.”
III.
SHALAT
TARAWIH
Sayyidah
Aisyah
r.a,
menerangkan
bahwa
Rasulullah
s.a.w,
melaksanakan
shalat
malam
termasuk
di
dalamnya
shalat
tarawih
dengan
sebelas
rakaat;
!)
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
delapan
rakaat
tarawih
atau
tahajud
dan
tiga
rakaat
witir.
Riwayat
aisyah
r.a,
yang
kedua
menyebutkan
bahwa
Nabi
melaksanakan
shalat
malam
tiga
belas
rakaat;
delapan
rakaat
tarawih
atau
tahajjud
dan
lima
rakaat
witir.
Dari
kedua
riwayat
tersebut
dapat
diambil
suatu
pemahaman,
bahwa
jumlah
rakaat
shalat
malam
atau
shalat
tarawih
tidak
harus
sebelas
rakaat,
bisa
juga
lebih
misalnya
tiga
belas
rakaat,
seperti
disebutkan
dalam
riwayat
Aisyah
r.a,
yang
kedua.
Dengan
demikian
yang
dimaksud
dari
riwayat
Aisyah
r.a,
yang
menyebutkan
bahwa
Nabi
s.a.w,
tidak
pernah
shalat
malam
lebih
dari
sebelas
rakaat,
baik
dalam
bulan
Ramadhan
atau
bulan-bulan
lain,
tidak
berarti
tidak
boleh
lebih
ari
sebelas
rakaat.
Apabila
dikompromikan
dengan
riwayat-riwayat
lain
seperti
riwayat
Ibnu
Umar
r.a,
yang
menyebutkan
bahwa
shalat
malam
itu
dua
rakaat
-
dua
rakaat
tanpa
menyebutkan
jumlahnya,
hanya
kalau
khawatir
masuk
shubuh
segera
melaksanakan
witir
satu
rakaat,
menunjukkan
bahwa
jumlah
rakaat
shalat
tarawih
atau
shalat
malam
tidak
harus
sebelas,
tetapi
boleh
lebih
dari
jumlah
tersebut.
Apalghi
kalau
dipadukan
dengan
kenyataan
yang
dilakukan
para
sahabat
Nabi
dan
para
tabi'in,
mereka
mengerjakan
shalat
tarawih
dengan
20
rakaat
,
tiga
witir
dan
ada
pula
yang
mengerjakan
sampai
36
rakaat
dan
40
rakaat.
Berkata
Yazid
bin
Ruman:
"Di
zaman
Umar
bin
Khattab,
orang-orang
melaksanakan
shalat
malam
di
bulan
ramadhan
(shalat
tarawih)
dengan
23
rakaat
"
(H.R.
Imam
Muslim).
Ibnu
Abbas
melaksanakan
shalat
malam
di
bulan
Ramadhan
20
rakaat
dan
witir,
dengan
tidak
berjamaah.
(H.R.
Baihaqy).
Berkata
Atho':"Aku
jumpai
mereka
(para
sahabat)
mengerjakan
shalat
pada
(malam-malam)
Ramadhan
23
rakaat
dan
3
witir".
(H.R.
Muhammad
bin
Nashir).
Berkata
Daud
bin
Qais:
"Aku
jumpai
orang-orang
di
zaman
Abas
bin
Utsman
bin
Abdul
Aziz
(di
Madinah),
mereka
shalat
36
rakaat
dan
mereka
bershalat
witir
3
rakaat
".
(H.R.
Muhammad
bin
Nashir).
Imam
Malik
menjelaskan:
"Perkara
shalat
(tarawih)
di
antara
kami
(di
Madinah)
dengan
39
rakaat
,
dan
di
Makkah
23
rakaat
tidak
ada
suatu
kesulitanpun
(tidak
ada
masalah)
dalam
hal
itu".
Al-
Tirmidzi
menjelakan:
"sebanyak-banyak
(rakaat)
yang
diriwayatkan,
bahwa
Imam
Malik
shalat
41
rakaat
dengan
witir".
(Bidayatul
Hidayah,
Ibn
Rusyd,
hal.152.
bandingkan
dengan
A.
Hasan,
Pengajaran
Shalat,
hal.
290-192).
Pada
masa
Umar
Ibn
Khattab,
Utsman
bin
Affan
dan
Ali
bin
Abi
Thallib
r.a,
shalat
tarawih
dikerjakan
sebanyak
20
rakaat
dan
3
rakaat
untuk
shalat
witir.
"
Buku
Pedoman
Imam
tarawih
SAFIRA
IX
Tahun
1440
H./2019
M.
itu
selama
20
hari,
sebagaimana
termaktub
dalam
sebuah
hadits
yang
diriwayatkan
Imam
Bukhari
dari
Ibu
Hurairah.
Pelaksanaan
i
'tikaf
oleh
Rasulullah
SAW
dan
para
Shahabat
selama
10
hari
terakhir
pada
bulan
Ramadhan
itu
erat
kaitannya
dengan
Lailatul
Qadar.
Dalam
artian,
Nabi
dan
para
shahabat
beri'tikaf
atau
bertekun
ibadah
untuk
berjaga-
jaga
ketika
turun
Lailatul
Qadar.
Sedikit
pun
tidak
disangsikan
lagi
bahwa,
tempat
pelaksanaan
i'tikaf
itu
adalah
masjid.
Namun,
masalahnya
adalah
masjid
yang
mana?
Sementara
Rasulullah
SAW
melaksanakan
i'tikaf
di
masjidnya
sendiri,
yakni
masjid
Nabawi
di
Madinah.
Oleh
sebab
itulah,
ada
banyak
pendapat
mengenai
dimana
seharusnya
i'tikaf
itu
dilaksanakan.
Lantaran
pengertian
masjid
tempat
i
'tikaf
yang
ditunjukkan
Al
Qur'an
dianggap
masih
relatif.
Firman
Allah
SWT:
ِ
‫ﺪ‬
ِ
‫ﺎﺟ‬
َ
‫ﺴ‬
َ
‫ﻤ‬
o
‫ﺍﻟ‬
N
ِ
O
P
َ
‫ﻥ‬
ْ
‫ﻮ‬
ُ
‫ﻔ‬
ِ
M‫ﺎ‬
َ
‫ﻋ‬
ْ
‫ﻢ‬
ُ
‫ﺘ‬
ْ
‫ﺃﻧ‬
َ
‫ﻭ‬
"Sedangkan
kamu
beri'tikaf
dalam
masjid."
(QS
Al
Baqarah
2:
187)
Pendapat
pertama;
i'tikaf
itu
hanya
dapat
dilaksanakan
di
3
masjid.
Yakni
Masjidil
Haram
di
Makkah,
Masjid
Nabawi
di
Madinah,
dan
Masjidil
Aqsha
di
Palestina.
Dimana
pendapat
ini
didasarkan
pada
hadits
yang
menjelaskan
bahwa,
dilarang
atau
tidak
akan
diberangkatkan
kendaraan
kecuali
menuju
3
masjid
tersebut
di
atas.
Pendapat
kedua,
menyatakan;
i'tikaf
itu
harus
dilaksanakan
di
Masjid
Jami'.
Yakni
masjid
yang
biasa
digunakan
untuk
mendirikan
shalat
5
waktu
berjamaah
dan
ibadah
Jum'at.
Pendapat
ini
mungkin
tepat,
jika
dikaitkan
bahwa
i'tikaf
yang
dilaksanakan
oleh
Rasulullah
SAW
itu
di
masjidnya
sendiri
yang
termasuk
dalam
kategori
Masjid
Jami'.
Menurut
pendapat
kami,
jika
kita
perhatikan
Al-Baqarah
ayat
187
sebagaimana
tersebut
di
atas,
nampak
jelas
bahwa
pengertian
masjid
yang
dinyatakan
itu
sifatnya
umum.
Lantaran
tidak
diikuti
dengan
satupun
nama
masjid
tertentu.
Baik
dari
ketiga
masjid
sebagaimana
pendapat
di
atas,
maupun
selain
Masjid
Jami'.
Dengan
demikian,
mengacu
pada
lahirnya
ayat
ini,
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa;
i'tikaf
dapat
dilaksanakan
di
Masjid
Jami'
dan
lainnya
seperti
mushalla
misalnya;
Walaupun
memang,
i'tikaf
Ramadhan
itu
lebih
baik
dilaksanakan
di
Masjid
Jami',
supaya
ketika
harus
melaksanakan
kewajiban
ibadah
Jum'at
BUKU SAKU RAMADHAN
BUKU SAKU RAMADHAN
BUKU SAKU RAMADHAN
BUKU SAKU RAMADHAN
BUKU SAKU RAMADHAN

More Related Content

What's hot (7)

Sket pdf buku bungai rampai h ramlan
Sket pdf buku bungai rampai h ramlanSket pdf buku bungai rampai h ramlan
Sket pdf buku bungai rampai h ramlan
 
SK-KD Agama Islam SMP
SK-KD Agama Islam SMPSK-KD Agama Islam SMP
SK-KD Agama Islam SMP
 
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MScPanduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
 
Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa SyukurBab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
Bab 5 Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
 
Puasa dan pembentukan disiplin pribadi
Puasa dan pembentukan disiplin pribadiPuasa dan pembentukan disiplin pribadi
Puasa dan pembentukan disiplin pribadi
 
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
BULETIN UKHUWAH vol.1 isu.2
 
majalah-albinaa-vol 1
majalah-albinaa-vol 1majalah-albinaa-vol 1
majalah-albinaa-vol 1
 

Similar to BUKU SAKU RAMADHAN

RUBRIK ADAB MAJALAH HIDAYATULLAH - Adab Menyambut Ramadhan
RUBRIK ADAB MAJALAH HIDAYATULLAH - Adab Menyambut RamadhanRUBRIK ADAB MAJALAH HIDAYATULLAH - Adab Menyambut Ramadhan
RUBRIK ADAB MAJALAH HIDAYATULLAH - Adab Menyambut Ramadhan
MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Puasa penjana akhlak terpuji
Puasa penjana akhlak terpujiPuasa penjana akhlak terpuji
Puasa penjana akhlak terpuji
mnir
 
9 Keutamaan dalam bulan ramadhan.docx
9 Keutamaan dalam bulan ramadhan.docx9 Keutamaan dalam bulan ramadhan.docx
9 Keutamaan dalam bulan ramadhan.docx
dedi314394
 
Keutamaan ramadhan 1;oleh AKBP DADANG DK-JAMBI
Keutamaan ramadhan  1;oleh AKBP DADANG DK-JAMBIKeutamaan ramadhan  1;oleh AKBP DADANG DK-JAMBI
Keutamaan ramadhan 1;oleh AKBP DADANG DK-JAMBI
Woro Handayani
 

Similar to BUKU SAKU RAMADHAN (20)

KHUTBAH_SYABAN_1.pdf
KHUTBAH_SYABAN_1.pdfKHUTBAH_SYABAN_1.pdf
KHUTBAH_SYABAN_1.pdf
 
Kado spesial ramadhan 1438 h albinaamenyapa
Kado spesial ramadhan 1438 h albinaamenyapaKado spesial ramadhan 1438 h albinaamenyapa
Kado spesial ramadhan 1438 h albinaamenyapa
 
Sekarang bulan lebih utama sedekah.docx
Sekarang bulan lebih utama sedekah.docxSekarang bulan lebih utama sedekah.docx
Sekarang bulan lebih utama sedekah.docx
 
Bp ramadhan
Bp ramadhanBp ramadhan
Bp ramadhan
 
RUBRIK ADAB MAJALAH HIDAYATULLAH - Adab Menyambut Ramadhan
RUBRIK ADAB MAJALAH HIDAYATULLAH - Adab Menyambut RamadhanRUBRIK ADAB MAJALAH HIDAYATULLAH - Adab Menyambut Ramadhan
RUBRIK ADAB MAJALAH HIDAYATULLAH - Adab Menyambut Ramadhan
 
Ramadhan
RamadhanRamadhan
Ramadhan
 
04 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi iv 2013 mari marhaban yaa ...
04 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi iv 2013 mari marhaban yaa ...04 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi iv 2013 mari marhaban yaa ...
04 buletin hikmah jumat laz nas chevron duri edisi iv 2013 mari marhaban yaa ...
 
Keutamaan syaban dan ramadhan
Keutamaan syaban dan ramadhanKeutamaan syaban dan ramadhan
Keutamaan syaban dan ramadhan
 
F0lio agama
F0lio agamaF0lio agama
F0lio agama
 
Puasa penjana akhlak terpuji
Puasa penjana akhlak terpujiPuasa penjana akhlak terpuji
Puasa penjana akhlak terpuji
 
Bahan kultum-ramadhan
Bahan kultum-ramadhanBahan kultum-ramadhan
Bahan kultum-ramadhan
 
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepangKhutbah idul fitri 1434 h kobe jepang
Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang
 
Mempersiapka diri menyambut bahagia ramadhan
Mempersiapka diri menyambut bahagia ramadhanMempersiapka diri menyambut bahagia ramadhan
Mempersiapka diri menyambut bahagia ramadhan
 
Asasa fardhu ain puasa dan ramadan
Asasa fardhu ain puasa dan ramadanAsasa fardhu ain puasa dan ramadan
Asasa fardhu ain puasa dan ramadan
 
KUMPULAN KULTUM
KUMPULAN KULTUMKUMPULAN KULTUM
KUMPULAN KULTUM
 
7 keistimewaan di bulan suci ramadhan
7 keistimewaan di bulan suci ramadhan7 keistimewaan di bulan suci ramadhan
7 keistimewaan di bulan suci ramadhan
 
9 Keutamaan dalam bulan ramadhan.docx
9 Keutamaan dalam bulan ramadhan.docx9 Keutamaan dalam bulan ramadhan.docx
9 Keutamaan dalam bulan ramadhan.docx
 
MARHABAN YA RAMADHAN
MARHABAN YA RAMADHANMARHABAN YA RAMADHAN
MARHABAN YA RAMADHAN
 
First artikel
First artikelFirst artikel
First artikel
 
Keutamaan ramadhan 1;oleh AKBP DADANG DK-JAMBI
Keutamaan ramadhan  1;oleh AKBP DADANG DK-JAMBIKeutamaan ramadhan  1;oleh AKBP DADANG DK-JAMBI
Keutamaan ramadhan 1;oleh AKBP DADANG DK-JAMBI
 

More from masjiddesa junwangi (15)

Notulen rapat-190220111
Notulen rapat-190220111Notulen rapat-190220111
Notulen rapat-190220111
 
9. buku pedoman pengurus masjid
9. buku pedoman pengurus masjid9. buku pedoman pengurus masjid
9. buku pedoman pengurus masjid
 
Proposal pendirian masjid jami'
Proposal pendirian masjid jami'Proposal pendirian masjid jami'
Proposal pendirian masjid jami'
 
3. referensi dokumen legalitas
3. referensi dokumen legalitas3. referensi dokumen legalitas
3. referensi dokumen legalitas
 
1001 kisah-teladan-islam
1001 kisah-teladan-islam1001 kisah-teladan-islam
1001 kisah-teladan-islam
 
10.tata naskah dinas mbs
10.tata naskah dinas mbs10.tata naskah dinas mbs
10.tata naskah dinas mbs
 
60 sahabat rasulullah
60 sahabat rasulullah60 sahabat rasulullah
60 sahabat rasulullah
 
Terjemah nashaihul ibad
Terjemah nashaihul ibadTerjemah nashaihul ibad
Terjemah nashaihul ibad
 
Lpj pq
Lpj pqLpj pq
Lpj pq
 
bp tm baitus salam junwangi
bp tm baitus salam junwangibp tm baitus salam junwangi
bp tm baitus salam junwangi
 
Manajemen Masjid
Manajemen MasjidManajemen Masjid
Manajemen Masjid
 
BP SAFIRA VII-2017
BP SAFIRA VII-2017BP SAFIRA VII-2017
BP SAFIRA VII-2017
 
BP SAFIRA VII-2017
BP SAFIRA VII-2017BP SAFIRA VII-2017
BP SAFIRA VII-2017
 
PANDUAN DZIKIR
PANDUAN DZIKIRPANDUAN DZIKIR
PANDUAN DZIKIR
 
PANDUAN DZIKIR
PANDUAN DZIKIRPANDUAN DZIKIR
PANDUAN DZIKIR
 

Recently uploaded

Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Ustadz Habib
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
MeidarLamskingBoangm
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
puji239858
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Adam Hiola
 

Recently uploaded (8)

Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 

BUKU SAKU RAMADHAN