Bullying atau perundungan merupakan segala bentuk kekerasan atau penindasan yang dilakukan dengan sengaja baik secara fisik ataupun secara verba oleh seorang individu atau sekelompok individu yang lebih berkuasa terhadap individu atau kelompok lainnya yang berada dibawahnya, yang dimana tindakan bullying atau perundungan ini sengaja dilakukan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. PPT ini membahas mengenai perilaku Bullying dalam perspektif ilmu sosial, khususnya dalam Sosiologi Keluarga.
2. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, Bullying atau perundungan merupakan segala bentuk
kekerasan atau penindasan yang dilakukan dengan sengaja baik secara
fisik ataupun secara verba oleh seorang individu atau sekelompok individu
yang lebih berkuasa terhadap individu atau kelompok lainnya yang berada
dibawahnya, yang dimana tindakan bullying atau perundungan ini sengaja
dilakukan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.
Menurut Olweus (1997) ia mengatakan bahwasannya bullying merupakan
salah satu tindakan negatif yang dapat menyebabkan seseorang berada
dalam kondisi yang tidak nyaman/tersakiti dan biasanya terjadi secara
berulang-ulang yang mana ditandai dengan adanya ketidakseimbangan
kekuasaan antara si pelaku pembullyan/perundungan dengan korbannya.
Segala bentuk kasus pembullyan pada saat ini dapat kita lihat diberbagai
tempat.
3. LATAR BELAKANG
Bullying juga bisa dikatakan sebagai suatu aksi atau serangkaian aksi
negatif yang seringkali agresif dan manipulatif, dilakukan oleh satu
atau lebih orang terhadap orang lain atau beberapa orang selama
kurun waktu tertentu, bermuatan kekerasan, dan melibatkan
ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku biasanya mencuri-curi
kesempatan dalam melakukan aksinya, dan bermaksud membuat
orang lain merasa tidak nyaman/terganggu, sedangkan korban
biasanya juga menyadari bahwa aksi ini akan berulang menimpanya.
Segala bentuk kasus pembullyan pada saat ini dapat kita lihat
diberbagai tempat. Seperti dirumah, disekolah, atau bahkan ditempat
umum sekalipun. Oleh karena itu, maka pada presentasi kali ini kita
akan mengkaji lebih dalam terkait tidakan bullying/perundungan
terhadap anak-anak.
4. UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU
Dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU 35/2014”) telah mengatur bahwa setiap orang dilarang
menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan
terhadap anak. Bagi yang melanggarnya akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72 Juta.
● Pasal 80 jo. Pasal 76C UU 35/2014
● Pasal 76C UU 35/2014
5. UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU
Praktiknya, bullying kerap dialami anak di lingkungan sekolahnya. Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat mengatakan banyaknya kasus bullying di sekolah akibat tontonan
TV yang tidak mendidik. Tontonan TV kerap menampilkan adegan-adegan kekerasan yang
seharusnya disensor untuk anak-anak. Bullying di lingkungan pendidikan di atur dalam Pasal 54
UU 35/2014.
Apabila bullying itu dilakukan pada masa diselenggarakannya perpeloncoan di sekolah atau
yang dikenal dengan nama Masa Orientasi Sekolah (MOS), dasar hukum yang mengaturnya
adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru (“Permendikbud 18/2016”).
Apabila terjadi perpeloncoan maupun kekerasan lainnya dalam pengenalan lingkungan sekolah
maka pemberian sanksi mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan
Satuan Pendidikan dan peraturan perundang-undangan lainnya.
6. UNDANG-UNDANG
UNTUK CYBER-BULLYING
Era kontemporer kini sudah serba digital, banyak kejahatan juga terjadi di
dunia maya, salah satunya adalah disebut sebagai ‘’cyber bullying’’.
Perundungan digital (cyberbullying) merupakan salah satu tindak pidana
yang kerap terjadi di dunia maya. Cyberbullying merupakan bentuk intimidasi
yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk keperluan yang
disengaja, dilakukan terus menerus, dengan tujuan untuk merugikan orang
lain dengan cara mengintimidasi, mengancam, menyakiti atau menghina
harga diri orang lain, hingga menimbulkan permusuhan oleh seorang individu
atau kelompok.
Adapun beberapa jenis cyberbullying sendiri antara lain flaming (pesan
dengan amarah), harrasment (gangguan), denigration (pencemaran nama
baik), impersonation (peniruan), outing (penyebaran), trickery (tipu daya),
exclusion (pengeluaran), dan cyberstalking. Dalam hukum Indonesia,
ketentuan cyberbullying diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) dan perubahannya.
7. JUMLAH DATA KASUS PEMBULLYIAN
Berdasarkan rincian data kasus pengaduan anak dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
diketahui bahwa terdapat total 24.974 kasus pengaduan anak yang terjadi sejak 2016 hingga 2020.
Diantara angka tersebut, pada bidang pendidikan telah tercatat sebanyak 480 kasus pengaduan
anak korban bullying yang terjadi sejak 2016 hingga 2020 dan tercatat juga sebanyak 437 kasus
anak pelaku bullying yang terjadi sejak 2016 hingga 2020.
Sedangkan pada bidang cybercrime telah tercatat bahwa sejak 2016 hingga 2020 terdapat
sebanyak 361 kasus anak korban cyberbullying di media sosial dan tercatat juga sebanyak 360
kasus anak pelaku cyberbullying di media sosial. Data ini tidak hanyak memperlihatkan bagaimana
kasus bullying masih menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga memperlihatkan bagaimana
pengaduan bullying belum berjalan secara maksimal. Karena menurut data hasil riset Programme
for International Students Assessment (PISA) 2018 menunjukan bahwa Indonesia berada di posisi
kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak memiliki masalah bullying,
dimana sebanyak 41% siswanya mengaku pernah mengalami perundungan.
8. CONTOH KASUS PEMBULLYAN
Kejadian tersebut terjadi pada hari Minggu, 17 Mei 2020 waktu petang. Dimana kejadian ini bermula
sepele ketika sang pelaku pembully yang bernama Firdaus bersama 7 orang temannya mengejek si
korban (Rizal) yang sedang beristirahat dilapangan Bonto-Bonto, tidak lama dari itu sang korban
mencoba untuk membalasnya dengan cara membengkokkan plat motor milik si pelaku. Tak terima dengan
hal itu, maka sang pelaku (Firdaus) langsung memukul si korban (Rizal) hingga si korban jatuh tersungkur
bersama sepedahnya yang ia gunakan untuk berjualan jalangkote. Sehingga dari hal tersebut maka
beberapa jam setelah itu sang pelaku (Firdaus) bersama 7 orang temannya diamankan oleh personel
Polsek Marang di Mapolsek Marang yang mana kemudian para pelaku dibawa ke Mapolres Pangkep.
Salah satu contoh kasus pembullyan/perundungan terhadap
anak adalah terkait kasus pembullyan yang dilakukan oleh
sekelompok orang terhadap seorang bocah berusia 12 tahun
bernama Rizal penjual jalangkote diwilayah Sulawesi Selatan,
dan diketahui bahwasannya Rizal merupakan seorang anak
ABK
9. ● Kasus selanjutnya terjadi pembullyan pada 5 November 2019, salah satu siswa SMP
Pekanbaru berinisial FA dibully oleh teman-teman sekelasnya. Teman-temannya melakukan
tindakan kekerasan, dan merampas uang FA dan mengancam agar FA tidak melapor kepada
orang tuanya. Pada akhirnya dua orang teman FA memukul FA menggunakan kayu dari
bingkai foto hingga mengalami patah tulang di bagian hidung.
CONTOH KASUS PEMBULLYAN
10. ● Bila dianalisa menggunakan teori Sosiologi Keluarga, maka kelompok kami
mencoba menggunakan teori konflik. Menurut Lockwood, konflik akan selalu
menyelimuti kehidupan masyarakat. Pada dasarnya manusia selalu
mementingkan dirinya sendiri, dengan mementingkan diri sendiri akan
menyebabkan terjadinya diferensiasi kekuasaan yang dapat menimbulkan rasa
lebih dominan pada suatu kelompok dan menindas kelompok lainnya. Contohnya
seperti kasus Firdaus bersama 7 orang temannya yang mengejek Rizal dan FA
yang dibully oleh teman-temannya di sekolah. Para pelaku bully merasa mereka
lebih dominan dan berkuasa, maka mereka berani melakukan penindasan
terhadap kelompok yang lebih lemah atau korbannya.
ANALISA DALAM ILMU SOSIAL
11. SOLUSI YANG KAMI TAWARKAN
Solusi Untuk Orang Tua / Orang Dewasa
● Memberikan sosialisasi dan pengetahuan mengenai bullying kepada anak-anak.
● Membekali anak pengetahuan untuk menghadapi bullying. Orang tua dapat
memberikan pengetahuan dan keterampilan ketika anak menjadi sasaran
bullying tanpa menggunakan cara-cara agresif yang dapat memperkeruh
suasana
● Membangun komunikasi yang baik dengan anak agar anak merasa aman
bercerita kepada orang tua dan mau terbuka.
● Memberitahu anak agar tidak menjadi saksi yang hanya berdiam diri bila ada
orang di sekitarnya menjadi korban bullying.
● Membantu anak menemukan minat dan potensi pada diri mereka. dengan
mengetahui minat yang dimiliki maka mereka akan terdorong untuk
mengembangkan diri dan bertemu teman dengan bakat yang sama.
.
12. SOLUSI YANG KAMI TAWARKAN
Solusi Untuk Anak
● Sebaiknya anak tidak membawa barang-barang mahal ataupun uang yang
berlebihan. Biasanya pelaku bullying melakukan tindakan seperti merampas,
menyandera, hingga merusak barang korban.
● Sebaiknya tidak sendiirian karena biasanya pelaku bullying melihat anak yang
cenderung menyendiri sebagai mangsanya.
● Mengembangkan potensi dalam diri dan berprestasi.
13. Bullying termasuk bentuk dari kekerasan yang dilakukan secara fisik. Selain secara
fisik, bully juga bisa terjadi di social media atau yang biasanya dikenal dengan
cyberbullying. Data kasus terkait bullying berdasarkan KPAI terdapat 24.974 kasus
yang terjadi pada tahun 2016 hingga 2020. dan data kasus terkait cyberbullying yang
tercatat sejak 2016 hingga 2020 terdapat 361 kasus anak korban cyberbullying di
media social dan 360 kasus anak pelaku cyberbullying di media social.
Undang – Undang yang terkait bullying tercantum dalam UU Nomor 35 tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (“UU 35/2014”) pasal 80 dan pasal 76C UU 35/2014. Serta
Undang – Undang terkait cyberbullying ini tercantum di UU Nomor 11 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) dan perubahannya.
Kesimpulan
14. Dalam 2 kasus terkait bullying ini, dalam ilmu sosial (sosiologi) menggunakan teori
konflik. Karena pada dasarnya manusia selalu mementingkan dirinya sendiri,
dengan mementingkan diri sendiri akan menyebabkan terjadinya diferensiasi
kekuasaan yang dapat menimbulkan rasa lebih dominan pada suatu kelompok dan
menindas kelompok lainnya.
Untuk mengurangi kasus bullying yang kerap terjadi ini, perlu peran orang tua untuk
dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan ketika anak menjadi sasaran
bullying tanpa menggunakan cara-cara agresif yang dapat memperkeruh suasana
dan membangun komunikasi yang baik dengan anak agar anak merasa aman
bercerita kepada orang tua dan mau terbuka.
15. ― Desmond Tutu (Foreword)
“If you are neutral in situations of
injustice, you have chosen the
side of the oppressor. If an
elephant has its foot on the tail of
a mouse, and you say that you
are neutral, the mouse will not
appreciate your neutrality.”