Dokumen tersebut membahas tiga kasus cyber bullying yang berujung bunuh diri dan dampak negatif lainnya, serta upaya pencegahan seperti peran orang tua, sekolah dan hukum.
2. Kisah kisah nyata
Brandy Vela was an 18-year-old student from Texas City, Texas. Brandy committed suicide
in November 2016 after being bullied, cyber stalked and harassed by her ex-boyfriend
Andres Villagomez and his girlfriend Karinthya Romero.
Brandy has been bullied by her peers for years, with people making fake Facebook
accounts to harass her and send untraceable messages of intimidation on her cell phone.
The bullies targeted Brandy's weight.
Another tactic her bullies used was putting her pictures and phone number on dating
websites and say she was offering free sex to people that called her.
3. Daniel Briggs mengalami bullying dari teman-
temannya selama bertahun-tahun. Orangtua
Daniel yang melaporkan kepada pihak sekolah
dan pihak sekolah yang sudah memberikan
sanksi pada pelaku bullying tersebut seolah
nggak cukup keras menghentikan bullying,
karena Daniel tetap saja di-bully, mulai dari
dilempari tong sampah, dipukul perutnya,
bahkan dikerjai disuruh menjilat jendela bus
sekolah. Teman-temannya juga malah mengejek
Daniel karena bercerita pada orangtua dan pihak
sekolah. Daniel pun bercerita juga pada seorang
teman yang juga guru pendidikan khusus yang
memberinya nasehat untuk mengatasi bullying
teman-temannya. Tapi, semua usaha itu juga
nggak memberikan hasil. Teman-temannya
malah makin mem-bully lewat pesan elektronik
dan media sosial. Suatu hari, pe-bully Daniel
bahkan mengirim pesan yang isinya mendorong
Daniel untuk bunuh diri. Daniel bahkan
mengatakan pada beberapa temannya di kelas
dan di bus sekolah bahwa dia akan membunuh
dirinya hari itu. Akhirnya, hari itu juga, Daniel
bunuh diri dengan cara menembak dirinya
sendiri.
4. Ryan Halligan sedikit lambat dalam kemampuan berbicara
dan kemampuan motorik. Karena hal itu, Ryan sering jadi
target bullying teman-temannya. Awalnya bullying itu hanya
lewat kata-kata. Bahkan tahun 2003, Ryan sempat melawan
orang yang membullynya. Perlakuan bullying teman-
temannya sempat berhenti dan bahkan mereka menjadi
sahabat. Tetapi, temannya tersebut malah menyebarkan
rumor yang tidak benar tentang Ryan. Ryan menghabiskan
banyak waktunya untuk online, terutama menggunakan AOL
Instant Messenger. Ternyata, Ryan mengalami cyberbullying
lewat pesan singkat online dari teman-temannya. Ryan
Halligan bunuh diri dengan menggantung diri di rumahnya
pada Oktober 2003. Ayah Ryan bisa membaca semua pesan
singkat online tersebut dari folder hard drive Ryan, yang
membuat ayahnya menyadari bahwa teknologi bisa jadi
senjata yang sangat efektif dan mematikan daripada senjata
lainnya yang mungkin kita tahu saat kecil. Kasus Ryan
Halligan mendorong ayahnya untuk melobi undang-undang
di Vermont (tempat Ryan Halligan tinggal) mengenai cara
sekolah untuk mencegah dan mengatasi kasus bullying dan
bunuh diri. Ayah Ryan juga banyak memberikan ceramah
mengenai kisah anaknya dan efek dari cyberbullying di
kalangan remaja. Akhirnya, Vermont memberlakukan
undang-undang mengenai kebijakan pencegahan bullying
pada tahun 2004 yang diikuti pengesahan undang-undang
mengenai pencegahan bunuh diri pada tahun 2005,
berkaitan dengan draf yang diserahkan oleh ayah Ryan
Halligan.
5. Bahasan
Pemahaman Cyber Bullying (jenis dan permasalahan)
Contoh Kasus
Aspek Etika. Moral dan Hukum
Penanggulangan praktis
Saran bagi orang tua dan sekolah
6. Latar Belakang
Anak-anak dan remaja (dan mungkin juga
orang dewasa) telah saling menindas dan
mengintimidasi sejak lama, jauh sebelum
adanya komputer dan internet.
Penindasan bisa berbentuk perbuatan
melecehkan, mengancam,
mempermalukan, mengganggu,
merepotkan, dan berbagai jenis
perbuatan tidak menyenangkan lain
yang dilakukan seseorang (atau
sekelompok orang) terhadap orang (atau
kelompok) lain.
Dengan meluasnya pemanfaatan teknologi
informasi perbuatan penindasan ini
mengalami transformasi cara penindasan
dimana unsur perbuatan di atas masih
ada namun berubah cara dan bentuk-nya
7. Cyber Bullying
Cyber bullying adalah perbuatan penindasan yang terjadi
di ruang siber yaitu ruang dimana manusia saling
berinteraksi dengan memanfaatkan teknologi informasi
(termasuk jaringan internet) yang menghilangkan
keterbatasan waktu dan tempat.
Catatan: Bullying sering diterjemahkan perundungan
8. Apakah terjadi di Indonesia?
41 hingga 50 persen remaja Indonesia berusia 13 sampai
15 tahun pernah mengalami cyberbullying
(sumber laporan UNICEF 2016)
9. Jenis Cyber Bullying (Willard, 2004)
1) ‘Flaming’ publikasi informasi tentang seseorang dan/atau
penyampaian pesan / konten secara kasar melalui grup online,
email, atau sarana elektronik lainnya.
2) ‘Pelecehan online’, ketika pesan-pesan yang ofensif dikirim
berulang-ulang melalui email, media sosial, atau lainnya sarana
elektronik.
3) 'Cyberstalking' yang merupakan pelecehan online termasuk
ancaman, intimidasi, atau perpesanan berulang kali dengan niat
untuk menguntit korban secara online dan bisa juga secara fisik.
4) ‘Denigration’ pencemaran, penyampain hal buruk tentang
korban di ruang publik
5) ‘Masqueradinge’ berpura-pura menjadi orang lain dan mengirim
atau memposting materi yang membuat korban terlihat buruk.
6) ‘Outing’ mengirim atau mempublikasikan materi tentang korban
yang mengandung informasi sensitif, pribadi atau memalukan.
7) ‘Pengecualian’ terjadi ketika satu orang dikucilkan atau
dipisahkan dari grup online.
10. Permasalahan Cyber Bullying
●
Untuk beberapa kasus pelakunya mudah bersembunyi
dan sulit dilacak secara cepat.
●
Perbuatan dan dampak yang ada cenderung permanen
karena materi terkait umumnya bisa diakses setiap saat,
tidak dibatasi waktu dan tempat.
●
Mudah, cepat dan luasnya penyebaran informasi dalam
berbagai format (tulisan, foto, video, animasi, game dll)
yang terkait cyber bullying, sehingga dampak kerugian
bagi korban bisa besar dan proses pemulihan bagi pihak
korban atau pihak yang dirugikan sulit dan memerlukan
waktu lama
●
Sulitnya mendeteksi masalah secara dini karena para
pihak seperti guru dan orangtua berada di luar
lingkungan siber dimana anak atau siswa di bawah
asuhannya berada.
11. Jenis Penindasan Siber Lain
(dari perkembangan di lapangan)
●
“Revenge Porn” (penyebaran tanpa hak/seijin dari foto
atau video yang berisi materi yang bersifat sangat pribadi
yang tidak patut dipublikasikan, dengan tujuan balas
dendam yang dapat dibarengi dengan tindakan intimidasi
dan pemerasan).
●
Jenis ini banyak dialami orang dewasa
12. Media Penindasan
●
Penindasan siber dapat terjadi melalui penggunaan
perangkat teknologi informasi seperti ponsel, komputer,
dan tablet.
●
Penindasan siber dapat terjadi melalui pesan singkat,
email, media sosial, forum, atau game di mana orang
dapat berinteraksi dan berbagi konten.
●
Penindasan siber mencakup pengiriman, posting, atau
berbagi konten yang merugikan pihak korban yang dapat
memasuki wilayah kriminal yang tergolong tindak pidana
13. Dampak
●
Dapat berupa dampak jangka panjang yang mendalam
pada korban seperti cenderung mengalami masalah
kesehatan mental yang lebih luas, penyalahgunaan
narkoba dan pemikiran untuk bunuh diri
●
Peningkatan tekanan emosional
●
Penurunan konsentrasi, ketidakhadiran dan penurunan
prestasi akademik
●
Korban menunjukkan penyesuaian yang buruk, agresi,
depresi dan gejala somatik lainnya
●
Seriusnya dampak dari cyber bullying menyebabkan
perlunya berbagai pihak mengerti dan mengambil
langkah langkah mitigasi, koreksi, penanggulangan dan
rehabilitasi korban.
14. Penemuan Contoh Penelitian SMP
Penelitian oleh Triantoro Safaria PhD dari Universitas
Ahmad Dahlan pada 154 siswa SMP di Daerah Yogya
dan Bantul
42.90
29.20
19.60
2.90
Frekwensi Penindasan
% dari 154 sample
tidak mengalami
satu atau dua kali
beberapa kali
setiap hari
15. Penemuan Contoh Penelitian SMP
(lanjutan)
65.00
15.60
6.00
Bentuk Penindasan
% dari 154 sample
mengejek nama
fitnah atau gosip
menyebarkan informasi/foto/cerita
16. Penemuan Contoh Penelitian SMP
10.40
33.10
3.20
5.80
Pelaku Penindasan
% dari 154 sample
anonim
teman sekelas
teman dekat
dari sekolah lain
17. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
No. 24 Tahun 2017 Tentang HUKUM DAN PEDOMAN
BERMUAMALAH MELALUI MEDIA SOSIAL
Kemanfaatan konten/informasi
a) mendorong kepada kebaikan (al-birr) dan
ketakwaan (altaqwa).
b) mempererat persaudaraan (ukhuwwah) dan cinta
kasih (mahabbah)
c) menambah ilmu pengetahuan
d) mendorong untuk melakukan ajaran Islam dengan
menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi
laranganNya.
e) tidak melahirkan kebencian (al-baghdla‟) dan
permusuhan (al-„adawah).
18. Pasal 45A
(2)
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
UU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
19. Pasal 45B
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau
menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah).”
UU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
20. Menghadapi Cyber Bullying
Korban Jangan Merespons
Korban tidak perlu merespons setiap materi yang bersifat
intimidatif, mencaci, mengejek, menghina, atau mencela. Hal ini
membuat pelaku merasa sukses dan puas sehingga terus-
menerus melakukan hal ini. Bila perlu korban cukup memblokir
saja akun media sosial pelaku. Umumnya perbuatan akan
berhenti bila tidak ada respon dari korban.
Korban Jangan Membalas Dengan Perbuatan Serupa
Umumnya jika ada pembalasan, pelaku cyber bullying akan
terus membully korban dan bahkan mungkin meningkatkan
frekwensi dan kualitas serangan.
21. Menghadapi Cyber Bullying
Simpan Semua Bukti Perbuatan Penindasan.
Bukti perbuatan penindasan yang dialami dapat disimpan dalam
bentuk pesan, foto, komentar atau bentuk lain. Bilamana kasus
penindasan meningkat sehingga perlu dilaporkan kepada pihak
yang berwewenang termasuk bila diperlukan aparat penegak
hukum.
Hindari Publikasi Di Media Sosial Yang Memprovokasi
Sedapat mungkin dalam menggunakan media sosial kita tidak
mempublikasikan materi yang memancing komentar negatif.
Manfaatkan media sosial untuk berinteraksi secara wajar sesuai
dengan lingkungan sosial yang ada dan tidak berlebihan
menarik perhatian dan membuat sensasi.
22. Tanda Tanda Yang harus Diwaspadai
( pada perilaku anak )
Perubahan emosi setelah menggunakan internet atau
ponsel
Tidak mau bicara atau merahasiakan aktivitas online dan
penggunaan ponsel.
Menghabiskan lebih banyak atau lebih sedikit waktu untuk
-ada gawai, komputer atau ponsel
Banyak nomor telepon baru, teks atau alamat e-mail baru
muncul di perangkat yang digunakan
Tidak ingin pergi ke sekolah dan / atau menghindari
bertemu teman dan teman sekolah.
Menghindari situasi sosial yang sebelumnya
menyenangkan.
Kesulitan tidur.
Penurunan percaya diri
23. Peran Orang Tua
●
Berkomunikasi dengan anak tentang masalah cyber
bullying secara positif dan meyakinkan anak untuk
melaporkan bila ada masalah
●
Membantu melaporkan kepada penyedia layanan internet
dan/atau social media tentang masalah, pelanggaran
atau ancaman yang diterima (termasuk pembajakan
akun, akun yang melakukan cyber bullying)
●
Orang tua perlu memahami social media, yang lebih
mudah adalah dengan juga menggunakan-nya meskipun
tidak aktif
24. Peran Guru dan Sekolah
●
Membuat kebijakan sekolah dan menyediakan mekanisme
untuk menerima laporan (yang terjaga kerahasiaannya) dan
menindaklanjuti laporan cyber bullying
●
Melakukan edukasi kepada siswa, guru, orang tua siswa
tentang cyber bullying secara umum dan kebijakan sekolah
tentang hal ini
●
Mengenakan sangsi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
terjadi terkait cyber bullying
●
Membantu melaporkan kepada penyedia layanan internet
dan/atau social media tentang masalah, pelanggaran atau
ancaman yang diterima (termasuk pembajakan akun, akun
yang melakukan cyber bullying)
●
Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan orang tua dari
korban dan pelaku cyberbullying