Kimia Farma Bandung jual obat penggugur kandungan Aborsi janin
Makalah glossophyrosis
1. KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami
kelompok VI sebagai penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen kami, serta teman-teman
seperjuangan sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami kelompok VI sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen dan
pembaca kami meminta saran dan masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah lainnya di masa yang akan datang.
Makassar, Desember 2016
Penyusun
2. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. KLASIFIKASI CRANIOFACIAL NEUROLOGIC DISORDER
B. GLOSSOPYROSIS
a. Definisi Glossophyrosis
b. Tahapan Penegakkan Diagnosis
c. Gejala dan Tanda Klinis dari Glossopyrosis
d. Etiologi dan Faktor Predisposisi Glossopyrosis
e. Patomekanisme Penyakit Glossophyrosis
f. Terapi Penyakit Glossopyrosis
g. Prevalensi Penyakit Glossophyrosis
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. ASUHAN KEPERAWATAN GLOSSOPHYROSIS
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lidah merupakan salah satu bagian penting dalam rongga mulut dengan
berbagai macam fungsi, seperti membantu dalam berbicara, pengunyahan,
pengecapan dan membantu dalam sistem pencernaan. Dan lidah pun tidak
luput dari serangan berbagia macam penyakit, infeksi dan kelainan yang
ditimbulkan oleh berbagai macam hal, meliputi infeksi jamur, kanker, trauma,
kebiasaan tertentu dan lain-lain.
Lidah merupakan tempat beradanya indra pengecap (khemoreseptor).
Zat yang dapat dikecap adalah zat-zat kimia berupa larutan. Pada saat kita
mengecap makanan, rasa yang timbul sebenarnya adalah perpaduan antara rasa
dan bau. Oleh karena itu indra pengecap erat kaitannya dengan indra pembau.
Lidah terbentuk oleh jaringan otot yang ditutupi oleh selaput lendir yang selalu
bash dan berwarna merah jambu. Di dalam mulut, permukaan lidah terasa halus
dan licin.
Ada tiga jenis papila yang ada di permukaan lidah yaitu:
a. Papila sirkumvalata, yang berbentuk cincin. Papila ini terdapat di pangkal li
dah, berjajar membentuk huruf V.
b. Papila fungiformis, yang berbentuk seperti jamur. Papila ini menyebar di pe
rmukaan ujung dan sisi lidah
c. Papila filiformis, yang berbentuk seperti rambut. Papila ini merupakan papil
a terbanyak. Papila inilebih banyak berfungsi sebagai perasa sentuhan daripa
da pengecap.
Pada papila-papila inilah terdapat kuncup pengecap yang merupakan kumpulan
ujung-ujung saraf pengecap dan oleh serabut-serabut saraf dihubungkan dengan
otak. Suatu zat dapat dirasakan oleh lidah bila zat tersebut berupa larutan. Larut
an tersebut kemudian memenuhi parit-parit di sekitar papila-papila. Karena pad
4. a papila tersebut terdapat kuncup-kuncup pengecap, maka zat yang mengisi pari
t tersebut merangsang kuncup pengecap. Rangsangan ini diteruskan oleh serabu
t saraf menuju ke otak untuk diartikan. Kuncup-kuncup pengecap dapat membe
dakan empat rasa pokok yaitu asam, pahit, manis dan asin.
Burning Mouth Syndrom adalah sebuah sensasi terbakar pada seluruh sudut lida
h. Untuk situasi ini, terdapat dua istilah medis, yaitu glossodynia danGlossopyr
osis. Pada umumnya, tidak terdapat tanda-tanda yang bisa dilihat. Jika rasa terb
akar juga ada pada bibir, dagu dalam, langit-langit mulut, gusi, dll. maka itu dik
enal dengan nama sindrom mulut terbakar. Pada beberapa kasus, indera pengec
ap pasien kemungkinan bisa hilang sementara.
B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dikaji dalam makalah ini dibatasi pada hal-hal berikut ini :
a. Apa klasifikasi craniofacial neurologic disorder?
b. Apa definisi dari Glossopyrosis?
c. Bagaimana tahap-tahap penegakan diagnosis ?
d. Bagaimana gejala dan tanda klinis dari Glossopyrosis?
e. Apa etiologi dan faktor predisposisi Glossopyrosis?
f. Bagaimana patomekanisme Glossopyrosis?
g. Bagaimana terapi pada penyakit Glossopyrosis?
h. Bagaimana prevalensi penyakit Glossopyrosis?
C. TUJUAN MAKALAH
Pada makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Mengetahui klasifikasi dari craniofacial neurologic disorder.
b. Mengetahui definisi dari Glossopyrosis.
c. Mengetahui tahap-tahap penegakan diagnosis.
d. Mengetahui gejala dan tanda klinis Glossopyrosis.
e. Mengetahui etiologi dan faktor predisposisi Glossopyrosis.
f. Mengetahui patomekanisme penyakit goossophyrosis.
g. Mengetahui terapi untuk penyakit glossophyrosis.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. KLASIFIKASI CRANIOFACIAL NEUROLOGIC DISORDER
Klasifikasi Craniofacial Neurologic Disorder, diantaranya adalah:
a. Dyskinesia
Dysekinesia di definisikan sebagai gangguan gerak, menyebabkan gerakan
yang tidak lengkap atau hanya sebagian.
b. Paralysis
Paralysis juga disebut sebagai glossoplegia. Ini biasanya terjadi karena ced
era sepihak inti dalam medula atau hypoglossal saraf perifer.
c. Oropharyngeal dysphagia
Oropharyngeal dyshpagia disebabkan oleh kelemahan lidah. Gejala aspira
si saat menelan, regurgitasi makanan, nyeri faring.
d. Dysgeusia dan Hypogeusia
Dysgeusia adalah rasa abnormal presistent dan hypogeusia dalah berkurang
nya sensasi rasa. Tidak ada stimulus diperlukan untuk selera berubah, hal it
u disebut sebagai "Phantom" taste.
Selain itu, ada beberapa juga kelainan dalam rongga mulut yang dikaitkan
dengan adanya gangguan saraf, yaitu :
a) Trigeminal Neuralgia ( Tic douloureux, trifacial neuralgia, Fothergill's
disease)
Trigeminal Neuralgia (TN) merupakan dasar dari orofacial
neuralgias yang mana distribusi terhadap structur anatomi terletak pada
nervus V. Sebagian besar memengaruhi divisi kedua dan ketiga nervus
trigeminal dan paling sering berperan dalam menstimulasi permulaan
dari rasa sakit yang sangat hebat. Rasa sakit terletak pada daerah wajah
dan sering diikuti dengan kejang wajah dalam durasi yang singkat atau
tic. Penyebab dari trigeminal neuralgia ini umunya bersifat idiopatik
selain itu juga dikatakan bahwa penyababnya adalah karena adanya
demyelination dan aneursm.
7. b) Glossophyrosis ( Bourning Mouth / Tongue Syndrome, Glossodynia,
Stomadynia, oral dysesthesia)
Glossophyrosis merupakan satu rasa sakit yang timbul di dalam
rongga mulut yang ditandai dengan adanya rasa terbakar, gatal, tajam,
dan atau bahkan mati rasa yang menyerang pada mukosa, bibir dan atau
lidah tanpa adanya lesi pada daerah mukosa. Rasa terbakar ini dapat
bersifat terus menerus atau intermitten.
c) Glossopharyngeal Neuralgia
Glossopharyngeal Neuralgia merupakan suatu oral-facial pain
dimana rasa sakitnya timbul pada daerah tonsil dan tenggorokan.
Glossopharyngeal Neuralgia bersifat idiopatik, namun juga bisa
disebabkan oleh adanya space - occupying lesion, demyelination,
aneurysm. Rasa sakit yang timbul bersifat tajam dan menusuk. Pada
pemeriksaan klinis ditemukan adanya neuplasma pada dasar lidah atau
apada daerah orophayrynx. Secara klinis, sakit yang timbul pada
glossopharyngeal neuralgia ini sama dengan rasa sakit yang ada pada
trigeminal neuralgia, tapi pada kondisi ini, beberapa sensasi rasa
menusuk terletak pada region tonsil atau oropharynx, dan sering
menyebar ke mata.
d) Atypical Facial Pain
Atypical Facial Pain merupakan rasa sakit yang bersifat kronik
yang asalnya tidak diketahui dan bersifat terus menerus. Atypical Facial
Pain ini lebih dominan terjadi pada perempuan diatas usia 30 tahun.3
e) Temporomandibular Joint pain – dysfucntion (myofascial pain
dysfunction (MFD), facial arthromyalgia (FAM), mandibular
dysfunction, or mandibular stress syndrome )
Temporomandibular Joint pain – dysfucntion merupakan suatu
kelainan yang timbul akibat adanya disfugsi temporomandibular joint.
Biasanya ditandai dengan adanya keterbatasan dalam membuka mulut,
adanya clicking pada saat membuka dan menutup mulut. Differential
8. diagnosis pada temporomandibular disorder yaitu ; Rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, penyakit TMJ lainnya.
B. GLOSSOPYROSIS
a. Definisi Glossophyrosis
Istilah glossodynia (painful lidah) dan Glossopyrosis (sensasi terbakar li
dah), serta glossalgia, menggambarkan fenomena ini dalam gangguan ini se
hubungan dengan daerah yang paling terkena dampak, lidah (terutama ujun
g dan batas lateral). Istilah lain seperti stomatodynia, stomatopyrosis, dyses
thesia lisan, dan Burning Mouth Syndrom (GLOSSOPYROSIS) atau sindr
om mulut terbakar digunakan untuk mendefinisikan kondisi ini.
Sindrom mulut terbakar (disebut juga glossodynia, Glossopyrosis, dysaesth
esia oral) ditandai dengan sensasi terbakar yang mempengaruhi mukosa or
al yang disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik lain misalnya xerostomia,
desain gigi tiruan yang tidak baik, diabetes, anemia (Coulthard dkk., 2003).
Glossopyrosis adalah kondisi yang sangat menyakitkan yang sering dide
finisikan sebagai sensasi panas di lidah, bibir, palatum ataupun di seluruh r
ongga mulut atau pedas, atau glositis psikogenik. Walaupun sindrom ini da
pat mengenai siapapun, namun lebih banyak terjadi pada wanita setengah b
aya maupun lanjut usia. Sindrom mulut terbakar sering terjadi dengan diser
tai berbagai kondisi medis dan gigi, dari kekurangan gizi dan menopause sa
mpai mulut kering alergi. Tetapi hubungan mereka tidak jelas, dan penyeba
b pasti sindrom mulut terbakar tidak selalu dapat diidentifikasi dengan pasti
(National Institute of Dental and Craniofacial Research, 2010).
b. Tahapan Penegakkan Diagnosis
Salah satu tanggung jawab seorang dokter gigi adalah melakukan diagno
sa dan menentukan perawatan yang tepat terhadap rasa sakit yang timbul pa
da rongga mulut. Rasa sakit di dalam rongga mulut ada beberapa macam, (
contonya ; berdenyut, tumpul, tajam) tergantung dari durasi dari rasa sakit,
keparahan, dan intensitas. Meskipun dari beberapa kasus sakit yang dihada
9. pi oleh seorang dokter gigi selalu dikaitkan dengan gigi, selain itu juga ada
beberapa penyakit di dalam rongga mulut yang terjadi karena adanya gangg
uan saraf. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman yang komprehensif terh
adap gangguan yang memengaruhi saraf dan suplai sarah dari berbagai mac
am anatomi dan struktur yang dikaitkan dengan oral cavity. Dengan adanya
pemahaman yang baik, maka seorang dokter gigi dapat menentukan jenis k
eluhan yang dialami pasien dengan baik dan dapat mengambil tindakan sec
ara tepat dalam hal perawatan.
a) Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif setidak -tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni i
dentitas pasien, keluhan utama, present ilness, riwayat medik, riwayat d
ental, riwayat keluarga, dan riwayat sosial.
1. Identitas Pasien/data demografis
Data identitas pasien ini diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi pe
rlu menghubungi pasien pasca-tindakan, dapat pula sebagai data ante
mortem (dental forensic). Data identitas pasien ini meliputi :
- Nama pasien (nama lengkap dan nama panggilan)
- Tempat dan tanggal lahir (usia)
- Alamat tempat tinggal
- Golongan darah
- Pekerjaan
- Pendidikan
- Pendidikan
- Nomor telepon
2. Keluhan Utama (chief complaint/CC)
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan olrh pasien dan alasan pasien
datang ke dokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh
terhadap pertimbangan dokter gigi dalam menentukan perawatan.
10. 3. Present Illness (PI)
Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka diperlukan pada
pengembangan akar masalah yang ada dalam keluhan utama, yaitu
dengan mengidentifikasi keluhan utama. Misalnya, dengan mencari
tahu kapan rasa sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul,
apakah keluhan itu bersifat intermittent (berselang) atau terus-
menerus, jika intermittent seberapa sering, ada faktor pemicunya, dan
sebagainya. Jika rasa sakit terdekskripsikan sebagai masalah utama,
maka ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, misalnya sebagai
berikut sesuai dengan kasus (glossodynia):
Lokasi dan radiasi
Bilateral, melibatkan lidah anterior dalam banyak kasus, dan
kadang-kadang juga bibir, langit-langit, dan faring
Karakter
Serasa terbakar, menusuk, dan ketidaknyamanan
Durasi, periodisitas
bertahap dan spontan, dengan sensasi terbakar yang terjadi ,
meskipun tidak ada rasa sakit
Faktor yang mempengaruhi
Gejala dapat meningkatkan ketika berbicara, ketika makan
makanan panas atau pedas, dan pada saat stres. Gejala dapat
dikurangi dengan mengonsumsi makanan tertentu atau dengan
minum, dengan tidur atau istirahat.
4. Riwayat Medis (medical history)
Riwayat medis perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan
diagnosis, treatment, dan prognosis. Beberapa hal yang penting
ditanyakan adalah :
Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan, serta gejala
umum yang lainnya
11. Gejala yang dikaitkan dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk
dengan sistem resporasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal
dan lesi kulit, kecemasan, depresi dengan kelainan kejiwaan
Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan
Alergi makanan dan obat
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
Riwayat rawat inap
Anestesi
Masalah medis spesifik seperti terapi kotikosteriod, dibetes,
kecenderungan perdarahan, penyakit jantung, dan resiko
endokarditis yang dapat mempengaruhi prosedur operasi.
5. Riwayat Dental (dental history)
Selain riwayat medik, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena
akan mempengaruhi seseorang dokter gigi dalam menentukan rencana
dan manajemen perawatan yang akan dilakukan. Beberapa riwayat
dental yang dapat ditanyakan yaitu :
Pasien rutin ke dokter gigi atau tidak
Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan
Masalah gigi geligi pasien
Perawatan restorasi /pencabutan gigi terakhir
6. Riwayat Keluarga (family history)
Ini berkaitan dengan masalah herediter yang berkaitan dengan kondisi
keluarga seperti kasus tersebut. Beberapa penyakit yang berkaitan
dengan kelompok etnik tertentu.
7. Riwayat Sosial
Riwayat sosial yang dapat diungkapkan antara lain :
Apakah pasien masih memiliki keluarga
Keadaan sosio-ekonomi
Kebiasaan merokok, minum alkohol, pengguna obat-obatan, dan
Informasi tentang diet makan pasien.
12. b) Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan objektif yang dilakukan secara umum ada dua yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan intra oral.
1. Pemeriksaan Ektra Oral
Pemeriksaan ektra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan
secara umum dari pasien, misalnya pembengkakan di muka dan di
leher, pola skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara palpasi limfonodi, otot-otot mastikasi, dan pemeriksaan temporo
mandibular joint (TMJ).
2. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan
dalam rongga mulut. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi dan
jaringan sekitar (jaringan lunak maupun jaringan keras). Misalnya :
Bibir
Mukosa labial
Mukosa bukal
Dasar mulut dan bagian ventral lidah
Bagian dorsal lidah
Palatum (palatum keras dan palatum lunak)
Gingiva.
Pada kasus dengan adanya pembengkakan, sebaiknya diperiksa
lebih teliti dengan memperhatikan hal-hal berikut :
Batas-batas pembengkakan : jelas atau tidak jelas
Konsistensi : keras, kenyal atau lunak
Fluktuasi : positif atau negatif
Warna : merah, putih, kuning
Bentuk permukaan : rata atau tidak rata
Mudah berdarah : positif atau negatif
palpasi : sakit atau tidak sakit
13. c) Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi
Artherografi: untuk membedakan malformasi dan lesi ulser
Sialografik : pemeriksaan kelenjar slaiva
Magnetic Resonance Imagin (MRI): untuk pemeriksaan jaringan
lunak
2. Pengambilan Specimen Darah
Specimen darah kapiler, vena, dan arteri semuanya segera
digunakan untuk melakukan pemeriksaan hematologi dan kimia
darah. Pemilihannya tergantung dari nilai apa yang dibutuhkan.
3. Pemeriksaan Biopsi
Dalam rongga mulut, pemeriksaan biopsi digunakan untuk
mengukuhkan suatu diagnosis dari keganasan kelainan klinis yang
dicurigai dan sebagai penunjang diagnosa dalam mengevaluasi
kelainan non-neoplastik. Macam-macam pemeriksaan biopsi dalam
rongga mulut yang dapat dilakukan adalah :
Eksisi/eksisional biopsi
Insisi
Aspirasi jarum halus
Usapan.
c. Gejala dan Tanda Klinis dari Glossopyrosis
Manifestasi klinis Glossophyrosis digambarkan oleh rasa panas yang
terus-menerus, rasa terbakar dan sensasi yang menyakitkan yang
berlangsung sepanjang hari. Hal ini merupakan penyakit kronis yang
muncul di lokasi yang berbeda dalam rongga mulut, tentu saja dengan tidak
adanya jenis lesi yang bisa membenarkan gejala, serta perubahan klinis
atau histologis penyakit ini. Pasien cenderung mengeluhkan sensasi mulut
dan langit-langit dengan perubahan kering, yang terasa seperti rasa pahit.
14. Lidah merupakan lokasi yang paling umum dari manifestasi
Glossophyrosis (di ujung dan di tepi lateral), bersama-sama dengan bibir,
terutama bibir bawah. Deskripsi simtomatologi bervariasi tergantung dari
pasien ke pasien, meskipun mayoritas dari mereka menggambarkan gejala
seperti tak tertahankan dan dengan perkembangan yang berkepanjangan.
Perasaan tidak nyaman cenderung terus-menerus, atau bersifat intermitten,
dan jika terjadinya sering, akan memburuk sepanjang hari.
d. Etiologi dan Faktor Predisposisi Glossopyrosis
Berikut beberapa etiologi terjadinya Glossopyrosis secara umum:
a) Kekurangan vitamin
b) Anemia
c) Gangguan hormon
d) Xerostomia
e) Gangguan GI
f) Faktor psikogenik, misalnya kanker fobia, anxienty kronis, depresi
g) Neuralgia trigeminal
h) Nyeri dari gigi
i) Edema angioneurotic
j) Glositis Moeller
k) Sindrom menopause
l) Sariawan
Faktor penyebab untuk Glossophyrosis diklasifikasikan dalam empat
kategori (de Moura et al, 2007.):
1. Faktor lokal
Meskipun banyak faktor predisposisi telah dikaitkan dengan
GLOSSOPYROSIS, semua yang kontroversial. Iritasi kimia, reaksi alergi
terhadap bahan gigi, kebiasaan parafungsional galvanik belum ditemukan
yang menjadi penyebab penting dari GLOSSOPYROSIS
(a) Disfungsi saliva
15. Perubahan saliva diamati pada pasien dengan Glossophyrosis, seperti
ekskresi yang lebih rendah dari protein berat molekul rendah (<13 k D)
dapat menyebabkan perubahan fungsi lubrikasi saliva dan dalam
persepsi mukosa mulut.
(b) Gangguan pengecapan
Pasien dengan Glossophyrosis sering melaporkan sensasi sakit yang dia
rasakan disertai dengan dysguesia dan phantom taste. Menemukan
bahwa ada central inhibitory yg berinteraksi antara rasa dan rasa sakit di
mulut biasanya menghambat oral pain. Reseptor rasa pada rasa pahit
yang paling kecil dan paling rentan terhadap cedera dibanding yang
lain. Kerusakan chorda tympani atau taste buds melepaskan
penghambatan pada saraf glossopharyngeal atau saraf
trigeminal. Supertasters adalah individu dengan meningkatkan
kemampuan untuk mendeteksi rasa. Pada pasien dengan
GLOSSOPYROSIS terutama supertasters dan intensitas nyeri oral
ditemukan berkorelasi dengan kepadatan fungiform
papila(Grushka et al.).
(c) Ulseratif dan erosif Lesi, Candidiasis.
Hal ini tidak mengherankan bahwa mikroba usus ditemukan di
mulut. H. pylori ditemukan di gastric ulcer juga ditemukan dalam ulkus
mukosa mulut. .pada studi H. pylori ditemukan pada 16% kasus
GLOSSOPYROSIS (Gall-roselj et al., 2006). Pseudo membran dan
Candidiasis erythomatous juga terkait dengan
GLOSSOPYROSIS. Melaporkan bahwa pada pasien dengan
GLOSSOPYROSIS tanpa tanda-tanda klinis Candidiasis, 86% membaik
setelah menggunakan antifungal lozenges. Kita bisa membedakan rasa
sakit pada lidah terkait dengan Candidiasis dan GLOSSOPYROSIS,
seperti dalam Candidiasis ada nyeri fungsional tapi di
GLOSSOPYROSIS nyeri pada lidah menghilang pada saat makan
(Terai & Shimahara, 2007).
16. 2. Faktor sistemik
(a) Perubahan hormonal
Berdasarkan suatu studi, sekitar 90% wanita dengan glossophyrosis
dkabarkan berada pada fase menopause, dengan frekuensi terbesar dari
onset dilaporkan dari 3 tahun sebelum 12 tahun setelah menopause
(Kanchan et al.). Baik terapi penggantian hormon sistemik atau topikal
telah terbukti efektif. Dalam terapi penggantian hormon penelitian
terbaru ditemukan berkhasiat pada pasien GLOSSOPYROSIS yang
telah menunjukkan nuclear estrogen receptors pada uji
imunohistokimia dan tidak efektif pada mereka yang tidak memiliki
reseptor (Miyamoto & Ziccardi). Terapi penggantian estrogen dapat
mengurangi tekanan psikologis pada pasca wanita menopause
(Kanchan et al.).
(b) Diabetes Mellitus.
Diabetes mellitus telah dikaitkan dengan Glossopyrosis dengan bukti
10% sampai 37%(Miyamoto & Ziccardi). Ketika Diabetes menjadi
faktor predisposisi untuk oral Candidiasis yang dimana menyebabkan
iritasi mukosa dan dengan demikian menghasilkan oral burning
(Kanchan et al.). Selain diabetes, kontak yang terlalu lama pada
glukosa dapat menyebabkan kerusakan ujung saraf. Sirkulasi yang
buruk juga efek samping dari diabetes dan dengan demikian
menurunkan pain threshold karena faktor ini dapat dengan mudah
mengganggu fungsi di ujung cabang v2 atau v3 saraf trigeminal.
(c) Infeksi virus
Sebuah hubungan yang mungkin antara GLOSSOPYROSIS dan herpes
kerusakan virus dievaluasi dalam studi baru-baru ini atas dasar
pandangan bahwa herpes virus dapat menyebabkan neuropathies. Tapi
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membedakan infeksi aktif atau
post viral infection pada Glossopyrosis (Grushka et al.).
(d) Gangguan Anemia, Gizi dan Hematologi
17. Metabolisme dan integritas lapisan mukosa mulut sensitif terhadap
kekurangan vitamin dan mineral (Kanchan et al.). Kekurangan vitamin
dan mineral telah dilaporkan menjadi salah satu dalam etiologi
Glossopyrosis dengan prevalensi mulai dari 2% hingga 85% (de
Moura et al.). Bagaimapun peran dari vitamin B1, B2, dan B6 masih
belum jelas.
(e) Hypothyroidism
Studi terbaru menunjukkan korelasi antara Glossopyrosis, rasa dan
hipotiroidisme. Hormon tiroid ini penting untuk maturasi taste
buds.Jadi pasien dengan hypothyroidismdimanifestasi dengan aguesia
atau dysguesia(Femiano et al.).
(f) Obat-obatan.
Obat-obatan dilaporkan menyebabkan Glossopyrosis. Angiotensin
converting enzyme inhibitor yang paling sering menjadi etiologi dari
glossophyrosis. Angiotensin receptor blocker (losartan), antikoagulan,
antiretroviral (efevirenz), antikolinergik, metoclorpramide, juga
menyebabkan Glossopyrosis. (Guidice;. Grushka et al).
3. Faktor Psikogenik
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa pasien dengan
GLOSSOPYROSIS mengalami depresi, gangguan suasana hati dan
kecemasan. Kehidupan yang sukses kadang-kadang mungkin memainkan
peran dalam timbulnya gangguan ini. Kurangnya rasa sakit saat tidur dan
peningkatan gejala siang hari hanya indikator bahwa sindrom mungkin
memiliki asal-usul psikologis.
4. Faktor neurogenik
Studi terbaru telah menunjukkan disfungsi berbagai saraf kranial yang
berhubungan dengan sensasi rasa bisa menjadi penyebab Glossopyrosis
(Kanshan et al.). Persepsi abnormal dari berbagai intensitas nyeri,
perubahan dalam transmisi saraf dan gangguan sistem microcirculatory
18. neurovaskular menyetujui pandangan neuropatik pada
Glossopyrosis). Kadar serumdari IL-6, sitokin saraf ditemukan rendah pada
pasien Glossopyrosis.
e. Patomekanisme Penyakit Glossophyrosis
Etiologi dan patofisiologi dari Glossopyrosis belum diketahui secara pas
ti, meskipun beberapa hipotesis sudah diberikan.GLOSSOPYROSIS masu
k ke dalam grup idiopathic orofacial pain conditions. Meskipun begitu bebe
rapa penelitian sudah mendemonstrasikan bahwa teradapat perubahan sens
oris dan respon reflex yang abnormal dari otak dimana mensugesti adanya
disfungsi dari system saraf perifer. Faktor psikogenik juga memiliki peran
dalam proses kerja sugesti pada otak, tetapi secara umum faktor ini masih
belum diterima secara kausal.
f. Terapi Penyakit Glossopyrosis
Manajemen sindrom mulut terbakar (Glossopyrosis atau Glossopyrosis)
pada pasien dewasa dengan sindrom mulut terbakar, bermacam faktor
mungkin berinteraksi secara sinergis. Pada diabetes yang tidak terkontrol,
xerostomia dan kandidiasis dapat memberikan kontribusi terhadap gejala
yang berhubungan dengan mulut terbakar. Sebagai tambahan untuk
pengobatan terhadap kondisi ini, peningkatan dalam pengontrolan kadar
gula darah penting dilakukan untuk mengurangi gejala. Pemberian dosis
rendah benzodiazepins, tricyclic antidepresant dan antikonvulsan dapat
membantu dalam mengurangi atau menghilangkan gejala setelah beberapa
minggu atau bulan. Dosis dari obat ini disesuaikan dengan gejala yang
dialami pasien. Efek samping yang berpotensi meliputi xerostomia.
Konsultasi dengan dokter pasien sangat perlu karena obat ini mempunyai
potensial untuk kecanduan dan ketergantungan. Pengobatan yang biasa
digunakan meliputi amitriptilin, nortriptilin, clonazepam dan gabapentin.
Yang menarik amitriptilin telah digunakan untuk pengobatan neuropati
otonom pada diabetes.
19. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan spesifikasi
jenis Glossopyrosis, primer atau sekunder. Kunci utama fari terapi untuk
Glossopyrosis sekunder adalah merawat atua menghilangkan penyebab
lokal atau penyakit sistemik dengan memberikan medikamen (seperti
Inhibitor ACE). Pada Glossopyrosis primer digunakan berbagai
medikamen dari kelas yang berbeda.
Medikamen yang dapat digunakan pada penderita Glossophyrosis:
- Antidepressants
- Aniolytics
- Anticonvulsants
- Atypical antipsychotics
- Enzodiazepines
- Tricyclic antidepressants
- Gabapentin
- Trazodone
- Amisulpride
- Topical capsaicin,
- Alpha-lipoic acid. Penggunaan alpha lipoic acid (ALA) 600 mg
tiap hari selama lebih dari 2 bulan.
- Clonazepam lozenges (oral dissolution 1 mg tablet 3 hari sekali)
bermanfaat pada pasien dengan predominat peripheral
Glossopyrosis dan pada pasien dengan gangguan penglihatan
(buta) topical clonepam dapat mengurangi intensitas nyeri.
- Pemberian Capcaisin sebagai reseptor desensitizer untuk
imflamasi neurogenik . pemberian sistemik capcaisin
Pemberian antidepresan dan antipsycotik
- Obat anti-epileptik , cara kerja sama dengan gamma amino butyric
acid(GABA) meningkatkan efek menghambat system saraf pusat dengan
mengurangi rangsangan neuron dan nyeri. Yang sering digunakan ada
clonazepam dan gabapentin. Tipe yang digunakan dapat berupa sistemik
20. maupun topical dengan dosis 0.25 mg/hari dan maksimum 3mg/hari. Dan
untuk topical dossisnya 0.5-1 mg 2atau 3 kali sehari. Kobionasi topical dan
sistemik dapat dilakukan.
- Antidepresan. Tricyclic antidepressant seperti amitriptyline dan
nortiptyline dengan dosis rendah berguna pada kasus Glossopyrosis akan
tetapi kontraindikasi pada pasien dengan bibir kering.
- Analgesik. Digunakan untuk merawat gejala dari GLOSSOPYROSIS.
Capcaisin topical 0.25 % 3kali sehari.benzydamine hidroklorid 15ml
0.15% dikumur selama satu menit 3kali sehari. Dapat jugaa digunakan
lidokain.
- Perawatan Hormonal
- Intervensi psikiatrik
Pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan, tergantung pada
penyebab gejala sindrom, pengobatan mungkin dapat mencakup:
a. Menyesuaikan atau mengganti gigi palsu yang mengiritasi
b. Mengobati gangguan yang ada seperti diabetes, sindrom Sjögren, atau
masalah tiroid untuk memperbaiki gejala mulut terbakar
c. Suplemen untuk kekurangan nutrisi
d. Ganti obat jika obat yang menyebabkan mulut terbakar
e. Resep obat untuk Meredakan mulut kering
f. Mengobati kandidiasis oral
g. Membantu mengontrol nyeri dari kerusakan saraf
h. Mengurangi kecemasan dan depresi.
Bila penyebab yang mendasari tidak dapat ditemukan, pengobatan ditujukan
pada gejala untuk mencoba mengurangi rasa sakit yang terkait dengan
sindrom mulut terbakar.
g. Prevalensi Penyakit Glossophyrosis
21. Glossophyrosis (Glossopyrosis) dibedakan dengan sensasi terbakar,
nyeri, atau gejala gatal-gatal di mukosa mulut, yang timbul tanpa adanya
perubahan dalam pemeriksaan fisik, analisis laboratorium, atau laju aliran
saliva. Kondisi ini cenderung muncul dalam setengah baya dan lanjut usia
perempuan, Asosiasi Internasional untuk Studi Pain mendefinisikan
Glossophyrosis sebagai nyeri yang berlangsung selama setidaknya 4-6 bulan
lamanya dan yang terletak di lidah atau di membran mukosa lain dan yang
disajikan dengan tidak adanya temuan klinis dan / atau laboratorium.
Meskipun persentase dalam temuan penelitian dapat bervariasi antara 0,7 %
dan 15 %, kita dapat menyatakan bahwa penyakit ini sangat lazim.
Informasi epidemiologi dapat berbeda tergantung pada peneliti yang
menganalisis itu. Dalam kelompok risiko menopause-wanita, prevalensi
gangguan ini berkisar antara 18% dan 33%. Mayoritas penelitian yang
dilakukan menunjukkan dominasi jelas bahwa wanita memiliki lebih dari laki-
laki, berkisar antara 3-1 dan 9-1 untuk jenis kelamin perempuan. Menurut
sebagian besar penulis, usia rata-rata khas pasien dari Glossophrosis adalah
dari 50 sampai 60 tahun tua, namun juga dapat timbul pada pasien dekat
dengan usia tiga puluhan, tetapi tidak pada anak-anak atau remaja.
Glossopyrosis Ini merupakan suatu kondisi yang biasanya
mempengaruhi wanita setengah baya. Pria juga dapat terkena tetapi umumnya
pada usia lanjut daripada wanita. Glossopyrosis jarang pada anak-anak dan
remaja, yang sangat jarang di dewasa muda, dan relatif umum pada orang
dewasa yang lebih tua dari 40 tahun2. Pada beberapa Faktor dapat di amati
prevalensi terjadi nya Glossopyrosis:
a) Menopause
Sekitar 90% wanita yang berpartisipasi dalam studi eksperimental
Glossophyrosis adalah menopause, dengan frekuensi terbesar dari onset
dilaporkan dari 3 tahun sebelumnya untuk 12 tahun berikutnya menopause.
Salah satu studi wanita postmenopause dengan Glossopyrosis
menunjukkan bahwa perempuan ini dinilai subyek menopause. Namun,
terlepas dari temuan ini, tidak ada perbedaan yang signifikan.
22. Glossopyrosis tampaknya paling umum pada wanita pascamenopause,
kesimpulan berdasarkan sampel dalam penelitian eksperimental. Terjadinya
ketidaknyamanan mulut, termasuk pembakaran, dalam 10% sampai 40%
atau lebih dari wanita yang menghadiri pusat untuk pengobatan gejala
menopause dan laporan mulut terbakar sekitar 16% dari usia responden
perempuan 40-49 tahun dalam umum gigi survei. angka ini berbeda dengan
prevalensi keseluruhan jauh lebih rendah dari mulut terbakar dari 0,7%
menjadi 2,6% yang telah dilaporkan dalam studi epidemiologi termasuk
kelompok pasien gigi yang normal, sekelompok sehat wanita menopause,
sampel acak dari 1.000 canadians tinggal di perkotaan besar. dan dalam
sebuah studi demografi baru-baru ini besar nyeri orofasial di Amerika
Serikat. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan tingkat prevalensi
aktual dan rasio jenis kelamin di populasi umum dan untuk menentukan
apakah wanita postmenopause yang menduduki dalam uji eksperimental.
b) Faktor gizi
Meskipun Glossopyrosis telah lama dikaitkan dengan kekurangan gizi,
terutama zat besi, B12 dan asam folat, banyak penelitian telah gagal untuk
menunjukkan lebih tinggi dari prevalensi yang diharapkan dari kekurangan
gizi saat burning mouth. Namun demikian, defisiensi vitamin B1, B2, B6
dan seng dalam subjects Glossopyrosis dibandingkan dengan subject
control . Namun, terapi penggantian vitamin ini dalam beberapa penelitian
telah menghasilkan resolusi gejala hanya 30% dari individu kekurangan
atau tidak lebih efektif daripada plasebo. lebih lanjut, dalam sebuah studi
oleh beberapa peneliti ini sama, tidak berkelanjutan (yaitu, lebih besar dari
2 bulan) peningkatan hasil b1, b2, dan penggantian b6, bahkan pada orang-
orang mendiagnosa sebagai kekurangan. menarik, dalam studi terkontrol
yang lebih baru oleh peneliti yang sama ini, terapi B1 dan B6 saja, yang
ditentukan secara empiris di 312 individu dengan burning mouth
ditemukan efektif dalam mengurangi intensitas nyeri terbakar hingga 45%.
Sayangnya, tidak ada data terkontrol plasebo dilaporkan, tidak ada jumlah
23. yang sebenarnya orang yang merespon positif terhadap pengobatan ini.
temuan ini juga belum dilaporkan oleh peneliti lain.
c) Diabetes Mellitus
Meskipun diabetes mellitus telah dikaitkan dengan Glossopyrosis di
sejumlah studi yang lebih lama. kesimpulan dari beberapa studi ini adalah
prevalensi yang sangat tinggi dari burning mouth di kelompok pasien gigi
seharusnya normal dan prevalensi tinggi nilai-nilai toleransi glukosa
abnormal pada banyak individu setelah pengobatan dengan agen
hipoglikemik oral. Temuan terbaru menunjukkan prevalensi tes toleransi
glukosa yang abnormal hanya 2% sampai 10% dari penderita diabetes.
Mungkin juga menunjukkan bahwa diabetes mungkin tidak menjadi
penyebab penting dari Glossopyrosis . Sebaliknya, bagaimanapun, diabetes
bisa menyebabkan rentan terhadap kandidiasis oral, yang mungkin
berperan untuk membakar mulut pada beberapa pasien.
25. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Glossopyrosis berupa keluhan pada lidah dimana terasa panas dan terba
kar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini kebanyak
an karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf. Timbulnya
sensasi rasa terbakar pada lidah yang merupakan manifestasi dari masalah keji
waan, sering terjadi pada pasien di atas 50 tahun.
Secara klinis lidah tampak normal atau sedikit kemerahan, penderita mengeluh
lidahnya terasa terbakar dan atau gatal terutama pada tepi-tepi lateral dan ujung
lidah .Terapi dengan menghilangkan etiologinya.
Glossophyrosis dapat disebabkan karena Anemia, gangguan hormone, faktor ps
ikogenik (misalnya kanker fobia, anxienty kronis, depresi), nyeri dari gigi, dan
lainnya.
B. SARAN
a. Melihat dari banyaknya penyakit berbahaya yang dapat menyerang lidah,
maka kita harus menjaga dan merawat kebersihan mulut terutama lidah.
b. Rutinlah memeriksakan kesehatan mulut dan lidah minimal 6 bulan sekali
ke dokter.
26. DAFTAR PUSTAKA
Lynch, Malcolm A. 1992. Oralmedicine:diagnosis and treatment. J.Blippincott
company.
Langlais, Robert P. 1994. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
Hipokrates: Jakarta.
Scully C. 1991. Atlas Bantu Kedokteran Gigi: Penyakit Mulut. Hipokrates:
Jakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52152/4/Chapter%20II.pdf