1. DIARE AKUT
SANDO PUTRA KOPERTINO MALAU
TERAH IMANUEL MIRINO
MIRZA HALIM OTHMAN
Pembimbing:
dr. Desi Maghfirah, Sp.PD
LAPORAN KASUS
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUDdr. ZAINOELABIDIN
BANDAACEH
2019
2. LATAR BELAKANG
Defekasi dg tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).
Kandungan air tinja : > 200 g/hari atau 200 ml/24jam
• Akut : < 14 hari
• Kronik : > 14 hari
Penyebab :
Infeksi dan Non infeksi
Diare
Diare akut/gastroenteritis akut :
99.000.000
USA : 8.000.000 pasien berobat ke dokter.
> 250.000 pasie dirawat di RS/tahun (1,5% dewasa)
Dunia angka kejadian diare akut per tahun mencapai 1,5 miliar kasus.
RISKESDAS 2013
Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5% dan 7,0 %
3. TINJAUAN PUSTAKA
DIARE BAB dg konsistensi yg lembek, dg freq. > 3 kali/hari, biasanya > 200 g/hari.
EPIDEMIOLOGI
Indonesia :
“Profil Kesehatan 2010”
Diare akut infeksi
Rawat inap di RS dg case fatality rate 1,79%
Rawat jalan tdk sebesar rawat inap, namun termasuk kelompok 5 besar yg
dijumpai di Indonesia
DUNIA
“WHO”
Diare akut infeksi
Dilaporkan > 1,5 juta episode/tahun. (Kematian terutama pd anak < 5 thn.)
5. Non Infeksi
• Intoksikasi makanan
Makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium
perfingens, B.cereus, S.Aureus, Streptococcus anhaemo lyticus dll.
• Alergi
susu sapi, makanan tertentu
• Malabsorpsi/maldigestif
Karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa) disakaroda (sakarosa, laktosa), lemak: rantai
panjang trigliserida protein: asam amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance,
cows milk, vitamin dan mineral.
• Immunodefisiensi:
Hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi
IgA, imunodefisiensi IgA.
• Terapi obat
Antibiotik, kemoterapi, antasida, dll.
• Tindakan tertentu
Seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi dradiasi
6. FAKTOR RISIKO
• Baru saja bepergian ke daerah tropis, negara berkembang, kelompok perdamaian dan sering
berkemah.
• Makanan atau keadaaan makanan yang tidak biasa : makanan laut dan shell fish, terutama yang
mentah, restoran fast food, tempat piknik.
• Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, resiko infeksi HIV/AIDS.
• Baru saja menggunakan obat anti mikroba pada institusi kejiwaan dan rumah sakit.
Organisme Faktor risiko komorbid
C difficile Hospitalisasi, pemberian antibiotic
Plesiomonas species Penyakit hati atau keganasan
Salmonella species
Dismotilitas intestinal malnutrition, aklorhidria, hemolitik anemia (khususnya
penyakit anemia sel sabit), immunosuppresi, malaria
Rotavirus Hospitalisasi
Giardia species Agammaglobulinemia, pankreatitis kronis, aklorhidria, cystic fibrosis
Cryptosporidia species Keadaan immunokompromais atau imunosupresif
PREDISPOSISI DIARE
8. PATOFISIOLOGI
Inflamasi Noninflamasi
Mekanisme
Invasi mukosa atau cytotoxin mediated
inflammatory response
Enterotoksin atau berkurangnya
kapasitas absorpsi usus kecil
Lokasi Kolon, usus kecil bagian distal Usus kecil bagian proksimal
Diagnosis
Terdapat leukosit feses, kadar laktoferin
feses tinggi
Tidak ada leukosit feses, kadar
laktoferin feses rendah
Penyebab
Bakteri
Campylobacter
Shigella Species
Clostridium Difficile
Yersimia
Vibrio parahaemolyticus
Enteroinvasive E. Coli
Plesimonas shigelloides
Salmonella
Escherichia Colli
Clostridium perfringens
Staphyloccoccus aureus
Aeromonas hydrophilia
Bacilius cereus
Vibrio cholerae
Virus
Cytomegalovirus
Adenovirus
Herpes Simplex Virus
Rotavirus
Norwalk
Parasit Entamoeba Histolytica
Cryptosporidium
Microsporidium
Isospora
Crylospora
Giardia Lamblia
9. Organisme Inkubasi Durasi Vomitus Demam Nyeri abdomen
Rotavirus 1-7 hari 4-8 hari Ya Rendah Tidak
Adenovirus 8-10 hari 5-12 hari Tertunda Rendah Tidak
Norwalk virus 1-2 hari 2 hari Ya Tidak Tidak
Astrovirus 1-2 hari 4-8 hari +/- +/- Tidak
Calicivirus 1-4 hari 4-8 hari Ya +/- Tidak
Aeromonas sp. Tidak ada 0-2 minggu +/- +/- Tidak
Campylobacter sp. 2-4 hari 5-7 hari Tidak Ya Ya
C. difficile Variabel Variabel Tidak Sedikit Sedikit
C. perfringens Minimal 1 hari Ringan Tidak Ya
Enterohemorrhagic E.coli 1-8 hari 3-6 hari Tidak +/- Ya
Enterotoxigenic E.coli 1-3 hari 3-5 hari Ya Rendah Ya
Plesiomonas sp. Tidak ada 0-2 minggu +/- +/- +/-
Salmonella sp. 0-3 hari 2-7 hari Ya Ya Ya
Shigella sp. 0-2 hari 2-5 hari Tidak Tinggi Ya
Vibrio sp. 0-1 hari 5-7 hari Ya Tidak Ya
Yersinia enterocolytica Tidak ada 1-46 hari Ya Ya Ya
Giardia sp. 2 minggu 1+ minggu Tidak Tidak Ya
Cryptosporidium sp. 5-21 hari Berbulan-bulan Tidak Rendah Ya
Entamoeba sp 5-7 hari 1-2+ minggu Tidak Ya Tidak
Korelasi antara Organisme Frekuensi Gejala
10. Korelasi Antara Patogenesis dan Gejala Diare Infeksi
Mikroorganisme Nausea & muntah
Nyeri
abdomen
Demam/
panas
Diare Lokasi
1. Organisme penghasil Toksin
a. Toksin preformed
Bacillus cereus, Staphylococcus
aureus, Clostridium perfringens
+++-++++ +-++ -+ +++-++++, air Usus halus
b. Enterotoksin
Vibrio cholerae, enterotoxigenisc
E.coli(ETEC), Klebsiella
pneumoniae, Aeromonas species
++-++++ +-++ -+ +++-++++, air
c. Cytotoksin
Clostridium difficile
-+
+++-++++
+-++
+-+++,
biasa air,
Kadang berdarah
Hemorrhagic E.Coli -+ +-++++ +-++
+-+++,
awal air,
Cepat berdarah
2. Organisme Enteroadherent
Enteropathogenic dan
enteroadherent E.Coli, Organisme
Giardia, Cryptosporidosis, cacing
-+ +-+++ +-++ +-++, air Usus halus
11. 3. Organisme invasive
a. Inflamasi minimal
Rotavirus dan virus Norwalk +-++ ++-+++ +++-++++ +-+++, air
b. Inflamasi variabel
Salmonella, Campylobacter,
Aeromonas species, Vibrio
parahaemolyticus, Yersinia
enterocolitica.
-+++ +-+++ ++-++++ +++-++++, air
atau berdarah
Kolon
Ileum terminal
c. Inflamasi berat
Shigella species,
enteroinvasive E.coli,
Entamoeba histolytica
-+ +-++++ -++++ +-++, berdarah
12. Karakteristik feses Usus halus
Usus besar
Makroskopis Cair Mukoid dan/atau berdarah
Volume Banyak Sedikit
Frekuensi Meningkat Sangat meningkat
Darah Mungkin ada tetapi tidak pernah darah
segar
Biasanya darah segar
pH Kemungkinan <5.5 >5.5
Substansi pereduksi Kemungkinan positif Negatif
Jumlah leukosit <5/lapangan pandang kecil Biasanya >10/lapangan pandang kecil
Leukosit serum Normal Mungkin leukositosis, bentuk batang
Karakteristik feses untuk menentukan asal patologi
13. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaaan penunjang.
ANAMNESIS
Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan perhatian
khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah, berlendir, purulen). Pasien harus
dievaluasi untuk tanda-tanda mengetahui dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus,
pusing, dan perubahan status mental. Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit yang
disebabkan oleh ingesti racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi)
diare adalah demam, tenesmus, dan feses berdarah.
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit
dasarnya. Keluhan diare berlangsung kurang dari 15 hari.
14. Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu untuk mengevaluasi potensi paparan
agent. Anak-anak di tempat penitipan, penghuni panti jompo, penyicip makanan, dan pasien
yang baru dirawat di rumah sakit berada pada risiko tinggi penyakit diare menular. Wanita
hamil memiliki 12 kali lipat peningkatan risiko listeriosis, terutama yang mengkonsumsi
olahan daging beku, keju lunak, dan susu mentah.
Riwayat sakit terdahulu dan penggunaan antibiotik dan obat lain harus dicatat pada pasien
dengan diare akut.
PEMERIKSAAN FISIK
Hal yang diperiksa pada pemeriksaan fisik
- Keadaan umum, kesadaran, status gizi, tanda vital (tensi, nadi, laju respirasi, suhu);
- Status hidrasi (Tabel 8);
- Kualitas nyeri perut (untuk menyingkirkan penyakit-penyakit lain yang bermanifestasi diare akut)
(Tabel 9);
- Colok dubur dianjurkan dilakukan pada semua kasus diare dengan feses berdarah, terutama pada
usia >50 tahun.
- Identifikasi penyakit komorbid (Tabel 2)
15. • Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang, suara
serak, pasien belum jatuh dalam presyok.
• Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam
presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
• Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis.
Pathogens
Gambaran Klinis
Shigella
Salmonella
Campylobac
ter
Yersinia
Norovirus
Vibrio
Cyclospora
Cryptospori
dium
Giardia
Entamoeba
Histolytica
Clostridium
Difficile
Shiga
toxin-
producing
E.coli
(including
O157:H7)
Nyeri Perut V V V O O
Demam V V V V O O A
Tanda peradangan feses O V O V N
Mual dan/atau muntah O O O V O O O V O
Tinja positif heme V V V O V O
Tinja berdarah O O O O V V O
Kata kunci: O = terjadi, V=variable;tidak umum: A= atipikal, N=tidak sering
16. Gejala
Derajat dehidrasi
Minimal (<3% dari berat
badan)
Ringan sampai sedang (3–
9% dari berat badan)
Berat (>9% dari berat
badan)
Status mental
Normal Normal, lemas atau
gelisah, iritabel
Apatis, letargik, tidak
sadar
Rasa haus
Normal Sangat haus; sangat
ingin minum
Tidak dapat minum
Denyut jantung
Normal Normal sampai
meningkat
Takikardi, pada kasus
berat bradikardia
Kualitas denyut nadi
Normal Normal sampai menurun Lemah atau tidak
teraba
Pernafasan Normal Normal, cepat dalam
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Air mata Ada Menurun Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Pecah-pecah
Turgor kulit Baik < 2 detik > 2 detik
Isian kapiler Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas
Hangat
Dingin Dingin, sianosis
Urine output Normal sampai menurun
Menurun Minimal
17. • Apendisitis
• Adneksitis
• Divertikulitis
• Peritonitis sekunder karena perforasi usus
• Infeksi sistemik: seperti malaria, campak, tifoid, dll
• Inflammatory bowel disease
• Enterokolitis iskemik
• Oklusi arteri/vena mesenterika
Penyakit yang bermanifestasi diare akut dengan atau tanpa gejala peritonitis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah perifer lengkap
- Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
- Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
(pernafasan Kusmaull)
- Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa
(Giardia, E. histolytica).
Pemeriksaan darah
18. - Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses pada inflamatory
diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur)
- Pada kasus dengan dehidrasi dilakukan pemeriksaan darah, feses, dan urin rutin,
pemeriksaan kimia darah meliputi ureum, kreatinin, elektrolit, serum transaminase, gula
darah, dan bila perlu analisis gas darah.
- Kultur feses dilakukan pada kasus dengan dehidrasi, demam, diare berdarah, atau setelah
3 hari pengobatan tidak ada perbaikan klinik.
- Pemeriksaan sigmoidoskopi/kolonoskopi dilakukan pada kasus diare berdarah bila
pemeriksaan penunjang yang sebelumnya tidak memperlihatkan penyebab yang jelas.
Pemeriksaan feses
19. Agar darah
Seluruh bakteria aerob dan jamur, mendeteksi produksi sitokrom
oksidase
Mac Conkey Eosin-Methylene Blue
(EMB) agar
Menghambat organisme gram-positif, dapat memfermentasi laktosa
Xylose-lysine-deoxycholate (XLD) agar;
Hektoen enteric (HE) agar
Menghambat organisme gram-positif dan GNB non-patogenik, dapat
memfermentasi laktosa dan produksi H2S
Skirrow agar Selektif untuk spesies Campylobacter
Sorbitol-Mac Conkey (SM) agar Selektif untuk enterohemorrhagic E coli
Cefsulodin-ingrasan- novobiocin
(CIN) agar
Selektif untuk Y enterocolitica
Thiosulfate-citrate-bile- sucrose (TCBS)
agar
Selektif untuk spesies Vibrio
Cycloserine-cefoxitin- fructose-egg
(CCFE) agar
Selektif untuk C difficile
MEDIUM KULTUR UNTUK ISOLASI BAKTERI DENGAN SPESIMEN FESES
21. Telur Ascaris Lumbricoides ( Cacing Gelang )
Berbentuk oval
Berisi embrio
Bewarna kuning
kecoklatan
Panjang 88 – 94 μm dan lebar 40 – 45 μm
dinding 2 lapis : albumin hialin dan vitelin
telur berwarna granula refraktil berwarna kuning
kecoklatan
Telur Hookworms ( Cacing Tambang )
Berbentuk oval dan panjang ± 60 μm, lebar ± 40 μm,
dinding 1 lapis tipis dan transparan
Isi telur tergantung umur :
Tipe A → berisi pembelahan sel (1 – 4 sel)
Tipe B → berisi pembelahan sel (> 4 sel)
Tipe C → berisi larva
Telur Clonorchis Sinensis ( Cacing Pipih )
Telur berbentuk oval.
Telur mempunyai operculum
Ukuran : panjang ±29 μm dan lebar ±16 μm Telur
berisi mirasidium
Telur Taenia Sp ( Cacing Pita )
Ukuran : panjang 30 – 40 μm dan lebar 20 – 30 μm
Berwarna coklat tengguli
Lapisan embriofore bergaris-garis radier
Di dalamnya terdapat hexacanth embrio
JENIS JENIS TELUR CACING
PADA FESES
22. Telur berbentuk oval.
Telur mempunyai operculum
Ukuran : panjang ±29 μm dan lebar ±16 μm Telur
berisi mirasidium
Ukuran : panjang 30 – 40 μm dan lebar 20 – 30 μm
Berwarna coklat tengguli
Lapisan embriofore bergaris-garis radier
Di dalamnya terdapat hexacanth embrio
Telur Enterobius Vermicularis ( Cacing Kremi )
Berbentuk oval
asimetris
telur selalu
berisi larva
Ukuran : panjang 50 – 60 μm dan lebar 20 – 32 μm
Dinding luar merupakan lapisan albumin dan dalam
lapisan lemak
Telur Trichuris Trichiura ( Cacing Cambak )
Berbentuk oval
Telur berisi embrio
Panjang ± 50 μm dan lebar ± 23 μm
Dinding 2 lapis : luar berwarna kekuningan dan
dalam transparan
Diujung telur terdapat tonjolan mucoid plug / polar
plug / clear knop
23. DOKUMENTASI
JENIS SISA
FESES
KETERANGAN
Sisa Serat Otot
( Serat Daging)
Adanya sisa serat otot ( serat
daging ) difeses dikarenakan
makanan yang mengandung
serat otot tidak dapat dicerna.
Sisa Serat Tumbuhan
Adanya sisa serat tumbuhan
di feses dikarenakan tidak
tercernanya tumbuhan /
sayuran, makanan yg
mengandung banyak serat
tumbuhan akan membentuk
lebih banyak feses karena
serat tumbuhan tersebut tidak
dapat dicerna
Sisa Serat Lemak
Adanya sisa serat lemak
difeses dikarenakan makanan
yang mengandung serat
lemak tidak dapat dicerna.
JENIS SISA MAKANAN PADA FESES
Sisa Serat Otot
(Serat Daging)
Sisa Serat Tumbuhan
Adanya sisa serat otot (serat daging)
difeses dikarenakan makanan yang
mengandung serat otot tidak dapat
dicerna
Adanya sisa serat tumbuhan di feses
dikarenakan tidak tercernanya
tumbuhan / sayuran, makanan yg
mengandung banyak serat tumbuhan
akan membentuk lebih banyak feses
karena serat tumbuhan tersebut tidak
dapat dicerna
Sisa Serat Lemak
Adanya sisa serat lemak difeses
dikarenakan makanan yang
mengandung serat lemak tidak dapat
dicerna.
24. PENATALAKSANAAN
Terapi Rehidrasi
Terapi Simptomatik
Terapi Definitif
ORAL
INTRAVENA
RUMATAN
INFEKSI
NON INFEKSI
DIARE dg Penyakit
Penyerta
DIARE pd Keadaan
Khusus
Harus dipertimbangankan Banyak
kerugian daripada keuntungannya.
• Antimotilitas
• Antispsmodik/spsmolitik
• Stool hardener
25. Penyebab Terapi
Shigellosis (serius) Siprofloksasin 500mg 2 kali/hari; 3 hari
S. (para) typhi Siprofloksasin 500mg 2 kali/hari; 10 hari pilihan ke 1
Amoksisilin 750mg 4 kali/hari; 14 hari (alternatif 1)
Ko-trimoksazol 960mg 2 kali/hari; 14 hari (alternatif 2)
Salmonellosis lain Siprofloksasin 500mg 2 kali/hari; 10 hari (pilihan ke 1)
Amoksisilin 750mg 4 kali/hari;(alternatif 1)
Ko-Trimoksazol 960mg kali/hari; 14 hari (alternatif 2)
Campylobacter (keluhan serius dan persisten) Eritromisin 250mg 4 kali/hari; 5 hari
Klaritromisin 250mg 4 kali/hari; 5 hari
Yersinia Dosisiklin 200mg hari ke-1; lalu 100mg 1 kali/hari; 4 hari
Ko-trimoksazol 960mg 2 kali/hari; 5 hari (alternatif 1)
Siprofloksasin 500mg 2 kali/hari 5 hari (alternatif 2)
Disentri amebik Tinidazol 2g 1 kali/hari; 3 hari (pilihan ke 1)
Metronidazol 750mg 2 kali/hari; 5 hari (alternatif 1)
(diikuti oleh diloksanid furoat 500 mg 3 kali/hari; 10 hari
Vibrio Cholerae Siprofloksasin 1g sekali sehari
Vibramisin 300mg satu kali sehari
Giardia Lamblia Tinidazol 2gr satu kali sehari
Sehistosoma spp Praziquantel 40mg/kg sekali sehari
Strongyloides stercoralis Albendazol 400mg 1 kali/hari; 3 hari
Ivermektin 150-200 mikrogram/kg satu kali sehari
Tiabendazol 25mg/kg 2 kali/hari (maks. 1500 mg per dosis)
Trichurs prichuria Mebendazol 100mg 2 kali/hari. 3 hari
Crypiospriodiosis sembuh spontan dengan
status imun normal. Jika pejamu
immunocompromised dengan diare persisten
Paromisin 500-1000mg 3 kali/hari; 14 hari
Azitromisin 500mg 1 kali/hari; 3 hari
Cyclospora Ko-Trimoksazol 960mg 3 kali/hari; 14 hari
Isospora belli Ko-Trimoksazol 960mg 3 kali/hari; 14 hari
Clostridium Difficile
Biasanya penyembuhan spontan setelah
menghentikan antibiotik
Metronidazol 500mg 3 kali/hari; 7-10 hari (jika diperlukan
Vancomisin 125mg 4 kali/hari; 7-10 hari (alternatif)
Penggunaan Antibiotika
dalam terapi diare
26. Klinis Skor
Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 kali/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, spoor atau koma 2
Frekuensi napas > 30 kali/menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
Metode Daldiyono
Rumus Kebutuhan cairan :
Kebutuhan Cairan =
𝑺𝒌𝒐𝒓
𝟏𝟓
x 10% x kgBB x 1 L
27. EVALUASI DAN PENATALAKSANAAN DEHIDRASI
(klasifikasi berdasarkan CDC AS 2008)
Dehidrasi minimal
Dehidrasi ringan sedang
Dehidrasi berat
Kekurangan cairan < 3%
Kebutuhan cairan = 103/100 x 30-40cc/kgBB/hari
Kebutuhan cairan = pengeluaran [feses + IWL(10% BB)] ditambah 30-40cc/kgBB/hari
Kekurangan cairan < 3-9%
Kebutuhan cairan = 109/100 x 30-40cc/kgBB/hari
Kebutuhan cairan = pengeluaran [feses + IWL(10% BB)] ditambah 30-40cc/kgBB/hari
Kekurangan cairan > 9%
Kebutuhan cairan = 112/100 x 30-40cc/kgBB/hari
Kebutuhan cairan = pengeluaran [feses + IWL(10% BB)] ditambah 30-40cc/kgBB/hari
1 jam pertama 50% defisit cairan harus diberikan
3 jam berikutnya diberikan sisa defisit
Selanjutnya diberikan sesuai dg kehilangan cairan melalui feses (losses)
29. PROGNOSIS
• Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang
mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,
prognosis diare infeksius sangat baik dengan morbiditas dan
mortalitas minimal
• Di Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan diare
infeksius < 1,0%. Pengecualiannya pada infeksi EHEC
dengan mortalitas 1,2% yang berhubungan dengan sindrom
uremik hemolitik
32. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S M
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Lambuk
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. CM : 0-95-56-09
Tanggal Masuk : 15 Mei 2019
Tanggal Periksa : 16 Mei 2019
33. ANAMNESIS
• Keluhan Utama : BAB cair
• Keluhan Tambahan : Mual, muntah, dan demam
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantara keluarga dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari
SMRS dengan frekuensi lebih dari 7 kali per hari. Pagi SMRS sudah 3 kali BAB
cair. Awalnya hanya cairan bercampur berak darah, sejak pagi hari SMRS sudah
ada ampas dan berlendir. Demam sejak 2 hari SMRS terutama malam hari. Nyeri
perut terutama di ulu hati dan perut terasa mules sejak 2 hari SMRS. Mual dan
muntah ada. Muntah sesekali tidak tentu saat makan berisi makanan yang
dimakan, tidak ada muntah darah. Tidak ada riwayat makan sesuatu yang lain
dari biasanya. Pasien juga merasa lemas dan sering haus. BAB berdarah tidak
ada. BAK dikatakan sedikit dan terakhir sekitar pukul 06.00 WIB SMRS.
Pada saat diruangan, pasien mengatakan badannya lemas, mual sudah
berkurang, muntah dan demam tidak ada, BAB 1 kali dikatakan masih cair,
minum baik namun makan hanya sedikit.
34. • Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit DM, Hipertensi, asma, dan penyakit kronis lainnya disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
• Riwayat Penggunaan Obat:
Pasien sebelumnya berobat ke puskesmas dan siberi obat 3 kali sehari tetapi keluhan
belum berkurang. Pasien lupa nama obatnya.
• Riwayat Kebiasaan Sosial :
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya membersihkan
rumah. Pasien mengatakan dirinya jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan. Makanan di rumah biasanya dimasak sendiri dan untuk minum menggunakan
air mineral dalam kemasan galon. Pasien juga suka makan makanan pedas dan
berminyak.
35. Pemeriksaan Fisik
Compos mentis
E4M6V5
82 x/i, reguler,
kuat angkat, isi
cukup
110/60 mmHg
• 20 x/i
• 36,8◦C
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 162 cm
IMT : 24,76% (normoweight)
36. Kepala : Normochepali
Rambut : Hitam, sulit dicabut
Mata : Konjngtiva palpebra inferior pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
RCL (+/+), RCTL (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
Hidung : NCH (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Sianosis (-), tampak keraing.
Leher : Peningkatan TVJ (-), pembesaran KGB (-)
Kulit : Warna kuning langsat, turgor kulit baik.
37. • Inspeksi : simetris, retraksi intracostal(-)
• Palpasi : Simetris
• Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler (+/+) Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
THORAX
• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Iktus kordis di ICS V
• Auskultasi : BJ I > BJ II, bising (-)
JANTUNG
38. • Inspeksi : Distensi (-)
• Palpasi : Soepel, nyeri tekan tidak ada, hepar dan limpa tidak teraba
• Perkusi : timpani
• Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
ABDOMEN
Sign
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Pucat - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
EKSTREMITAS
39. Genitalia
Tidak diperiksa
Rectal Toucher
Tidak dilakukan
Status mental Kooperatif
Rasa haus Ada
Denyut jantung 82x/menit
Kualitas denyut nadi Kuat angkat
Pernafasan 20x/menit
Mata Tidak cekung
Air mata Ada
Mulut dan lidah Basah
Turgor kulit Baik
Isian kapiler < 2 detik
Ekstremitas Hangat
Urine output 400 cc/10 jam
EKSTREMITAS
41. Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
Berat Jenis 1,010 1,003-1,030
pH 5,0 5,0-9,0
Leukosit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Leukosit 1-2 0-5 LPB
Eritrosit 0-1 0-1 LPB
Epitel 2-3 0-2 LPK
Hasil lab urinalisa tanggal 17 Mei 2019
Saran : Feses Rutin
42. DIAGNOSIS
Diare Akut ec dd/
1. Disentri Basiler
2. Infeksi Virus
3. Intoleransi Makanan
- Bedrest
- Diet M II 1700 kkal/hari
- IVFD Ringer Laktat 30 gtt/i makro
- Injeksi Ceftriaxone 2gr/24jam IV
- Injeksi Ondansentron 4mg/8jam IV
- Injeksi Omeprazole 40 mg/ 12 jam IV
- Metronidazole 3 x 500 mg
- Probiotik 3x 1 tab
- Attapulgite 1 tab/ tiap BAB cair
TERAPI
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
PROGNOSIS
43. FOLLOW UP HARIAN
Rabu 15/05/2019 Kamis 16/05/2019 Jumat 17/05/2019
S/lemas, BAB sedikit ampas,
Mual dan muntah berkurang,
nafsu makan kurang, nyeri perut
berkurang.
S/BAB sudah ada ampas,
Muntah tidak ada, nyeri perut
berkurang.
S/BAB sudah ada ampas,
Muntah tidak ada, nafsu makan
sudah ada.
O/ TD: 110/60mmHg
HR: 82x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,8oC
O/ TD: 100/60mmHg
HR: 72x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,7oC
O/ TD: 110/70mmHg
HR: 80x/menit
RR: 18x/menit
T: 36,8oC
A/- Diare Akut ec dd/
1. Disentri Basiler
2. Infeksi Virus
3. Intoleransi Makanan
- Dehidrasi Ringan
A/- Diare Akut ec dd/
1. Disentri Basiler
2.Infeksi Virus
3.Intoleransi Makanan
A/- Diare Akut ec dd/
1. Disentri Basiler
2.Infeksi Virus
3.Intoleransi Makanan
44. P/ - Bedrest
- Diet M II 1700 kkal/hari
- IVFD Ringer Laktat 30 gtt/i makro
- Injeksi Ceftriaxone 2gr/24jam IV
- Injeksi Ondansentron 4mg/8jam IV
- Injeksi Omeprazole 40 mg/ 12 jam IV
- Metronidazole 3 x 500 mg
- Probiotik 3x 1 tab
- Attapulgite 1 tab/ tiap BAB cair
P/ - Bedrest
- Diet M II 1700 kkal/hari
- IVFD Ringer Laktat 30 gtt/i makro
- Injeksi Ceftriaxone 2gr/24jam IV
- Injeksi Ondansentron 4mg/8jam IV
- Injeksi Omeprazole 40 mg/ 12 jam IV
- Metronidazole 3 x 500 mg
- Probiotik 3x 1 tab
- Attapulgite 1 tab/ tiap BAB cair
P/ - PBJ
FOLLOW UP HARIAN
Rabu 15/05/2019 Kamis 16/05/2019 Jumat 17/05/2019
45. • BAB cair lebih dari 7 kali perhari sejak 3 hari yang lalu. Terdapat
sedikit ampas disertai lendir dan darah
• Hal tersebut sesuai dengan definisi diare adalah buang air
besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah padat,
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
gram dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar
encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut
berlangsung kurang dari 14 hari.
PEMBAHASAN
46. • Demam sejak 2 hari terutama malam hari
• hal ini dapat terjadi respon tubuh akibat pirogen dalam leukosit
yang sebelumnya dipengaruhi oleh pirogen eksogen yang
berasal dari mikroorganisme yang mempengaruhi hipotalamus
sebagai sistem termoregulasi.
47. • Mual dan muntah setiap makan juga dikeluhkan pasien yang
berisi makanan yang dimakan
• Mual merupakan sensasi tidak nyaman di perut bagian atas
yang disertai dorongan untuk muntah. Hal tersebut
terjadi respon terhadap infeksi yang mempengaruhi pusat
muntah.
48. • Pasien sering merasa haus
• Dehidrasi terjadi akibat pengeluaran cairan tubuh melalui
muntah dan BAB cair yang berlebihan. Namun pada status
dehidrasi didapatkan dalam dehidrasi minimal.
49. • hasil pemeriksaan laboratorium, jumlah leukosit 4000/mm3.
• Leukosit merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang mobile.
Leukosit dibentuk di sumsum tulang belakang dan sebagian lagi di
jaringan limfe. Terjadinya penurunan jumlah leukosit pada tubuh
disebut leukopenia. Leukopenia terjadi bila sumsum tulang belakang
sedikit memproduksi sel darah putih, sehingga banyak bakteri dan
parasit lain yang masuk menginvasi jaringan. Diare yang disebabkan
oleh infeksi dari Shigella meningkatkan leukosit. Tidak terjadinya
peningkatan leukosit pada pasien bukan berarti tidak mengalami
infeksi akan tetapi kemungkinan disebabkan oleh sistem imun tubuh
yang rendah akibat stres dan depresi atau bisa disebabkan malnutrisi
yang menyebabkan sistem imun tubuh menurun
50. • Diet M II 1700 kkal
• Diberikan agar memudahkan pencernaan pada pasien diare.
Ringer Laktat untuk terapi rehidrasi dan 30 tpm kebutuhan
cairan sesuai berat badan pasien. Pemberian ceftriaxone
merupakan golongan chepalosporin generasi III yang efektif
mengatasi bakteri gram negatif seperti Shigella
51. KESIMPULAN
Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara
berkembang maupun negara maju. Sebagian besar bersifat self limiting
sehingga hanya perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi bakteri dapat
diberikan terapi antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat
dilanjutkan dengan terapi spesifik sesuai dengan hasil kultur.
Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup aman
bila diberikan sesuai dengan aturan.
Prognosis diare akut infeksi bakteri baik, dengan morbiditas dan
mortalitas yang minimal. Dengan hygiene dan sanitasi yang baik
merupakan pencegahan untuk penularan diare infeksi bakteri.