Pemodelan Spasial Lahan Kritis pada Kawasan Usaha Pertanian di Kabupaten Sleman, DIY
1. Sistem
Informasi Geospasial
Luhur Moekti Prayogo
19/449597/PTK/12856
Magister Teknik Geomatika
Universitas Gadjah Mada
Dosen Pengampu:
Bapak Dr. Diyono, ST., MT
Pemodelan Spasial Lahan Kritis
Pada Kawasan Budidaya Usaha Pertanian Kabupaten Sleman - DIY
2. Pendahuluan
Kegiatan Penentuan Lahan Kritis
Tema Pemodelan Spasial Lahan Kritis Pada Kawasan
Budidaya Usaha Pertanian
Data Dasar Peta Produktivitas, Kemiringan Lereng, Erosi,
Prosentase Batu-batuan, dan Manajemen Lahan
Proses Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang
(Scoring)
Lokasi Kabupaten Sleman
Tujuan Untuk Mengetahui Daerah Lahan Kritis
Berdasarkan Unsur-unsur Pembentuk Lahan Kritis
di Kabupaten Sleman
3. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun
dikelola, produktivitas lahan kritis sangat rendah, bahkan
dapat terjadi hasil produksi yang diterima jauh lebih sedikit
daripada biaya produksinya
Dalam pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang tiap
unit dalam satu tema memiliki nilai atau harkat yang
disesuaikan dengan kontribusi terhadap penentuan hasil
dari modelnya.
Deskripsi Singkat
4. Aplikasi yang digunakan adalah pemodelan spasial lahan kritis
dimana model ini menganggap bahwa lahan kritis tersusun
atas 4 kondisi fisik yaitu produktivitas, lereng, erosi,
prosentase batuan dan menejemen lahan, dimana tiap tema
memiliki jenjang harkat yang sama 1 – 5
Selanjutnya tiap komponen tersebut memiliki bobot kontribusi
yang berbeda sesuai dengan dominasinya dalam pembentukan
lahan kritis.
Deskripsi Singkat
5. No Produktivitas Harkat
1 Sangat Tinggi 5
2 Tinggi 4
3 Sedang 3
4 Rendah 2
5 Sangat Rendah 1
Tabel 1. Produktivitas (Faktor Bobot =30) Tabel 2. Kemiringan Lereng =20
No Kemiringan (%) Harkat
1 < 8.0 5
2 8.0 – 15 4
3 16 - 25 3
4 26 – 40 2
5 > 40 1
No Erosi Harkat
1 Ringan 5
2 Sedang 4
3 Berat 3
4 Sangat Berat 2
Tabel 3. Erosi =15
No Prosentase
Batu-batuan
Harkat
1 Sedikit 5
2 Sedang 3
3 Banyak 1
Tabel 4. Prosentase Batu-batuan =5
No Manajemen Lahan Harkat
1 Baik 5
2 Sedang 3
3 Buruk 1
Tabel 5. Manajemen Lahan =30
10. Menambahkan perintah Union dengan mencari pada ArcToolbox -
Analysis Tools - Overlay - Union kemudian tarik ke dalam Model.
Kemudian file input peta yang akan dioverlay dihubungkan dengan ke
kotak Union dengan button.
Menambahkan perintah Add Field, klik kanan pada kotak Add Field
sehingga muncul kotak dialognya kemudian memberi nama dengan
Keterangan pada Field Name, dan Field Type isi dengan TEXT.
Menambah perintah Calculate Field, klik kanan pada kotak Calculate
Field sehingga muncul kotak dialognya, kemudian isi : Keterangan
pada Field Name, Expression isi dengan Keterangan. Dan pada Code
Block isi dengan script sebagai berikut :
Cara Pembuatan Model
11. Menambah perintah Dissolve klik kanan pada kotak Dissolve sehingga
muncul kotak dialognya, kemudian isi Output Feature Class:
Union_Dissolve dan Dissolve_Field : Keterangan kemudian Klik OK.
Melakukan validasi dan menjalankan model. Cara validasi pada Model
pilih menu Model - Validate Entire Model dan cara menjalankan model
pilih menu Model - Run Entire Model.
Dim Total as Long
Dim Keterangan as String
Total=(5*[SKORBATU]) + (15*[SKOROS]) +(20* [SKORLER]) +
(30*[SKORMANA]) + (30*[SKORPROD])
if Total<200 then
Keterangan="sangat kritis"
Elseif Total>=200 and Total<=400 then
Keterangan="Kritis"
Elseif Total>400 then
Keterangan="tidak kritis"
Endif
script
17. Hasil Pembahasan Model
Pada pemodelan ini, harus memperhatikan tentang pengaruh masing-
masing variabel yang digunakan dan membandingkan dari masing-
masing variable tersebut mana yang lebih berpengaruh dan mana yang
tidak
Dalam penentuan bobot ini diperlukan pengetahuan yang cukup terhadap
tema yang sedang dikerjakan. Jika kita kurang paham terhadap tema
yang sedang dikerjakan maka akan berpengaruh terhadap pembobotan
yang dilakukan. Pembobotan yang salah akan berakibat tehadap validitas
peta hasil akhir
18. Hasil Pembahasan Model
Produktivitas lahan dan manajemen lahan menjadi variabel utama
dalam peruntukan tema ini sehingga kedua variabel ini diberi bobot
yang tertinggi yaitu 30. Produktivitas lahan mempunyai variasi
harkat yang lebih besar yaitu 5 harkat
Faktor pembobot dari pendekatan berjenjang tertimbang
dipengaruhi oleh besarnya pengaruh unsur tersebut terhadap model
yang dikembangkan.
19. Refrensi
• Firman FM, 2013. Pedoman Praktıkum Mata Kulıah Pemodelan
Sıstem Informası, Universitas Trunojoyo Madura
• Farizki, 2017. Pemetaan Kualitas Permukiman dengan Menggunakan
Penginderaan Jauh dan SIG di Kecamatan Batam Kota, Batam.
Majalah Geografi Indonesia Vol. 31, No.1, Maret 2017 (39 - 45)