2. CINA KUNO
Peradaban Cina adalah beradaban tertua yang
hingga sekarang masih bisa dirasakan. Cina
memiliki peran penting dalam perkembangan
peradaban dunia. Hal itu bisa dilihat dari artefak-
artefak yang ditinggalkan atau falsafah yang
ditinggalkan. Sebagai salah satu peradaban besar,
tentu saja sangatlah perlu untuk mengetahui
system politik, ekonomi dan masyarakat pada
masyarakat Cina.
3. PEMERINTAH
Dalam pemikiran Cina tradisional, jika pemerintah baru bertahan
dalam kekuatannya, ia harus dapat membuktikan amanat dari surga
untuk menjadi kaisar baru. Menurut filsuf dari orang-orang Tao, dulunya
dinasti hanya dapat dibuktikan jika memiliki “mandat dari surga”, dan
juga dipercaya dimana mandat dari dinasti tertentu telah dikeluarkan, hal
tersebut akan mengalah pada pemberontak atau pemberontak istana. Di
dalam pemikiran tradisional orang-orang Cina, kerajaan yang
sesungguhnya hanya ada di surga, tetapi tetap yang
melaksananakannya adalah orang-orang di dunia. Efek dari filosofi
politik orang-orang Tao adalah sederhana dan praktis: setiap orang
boleh mencoba keberuntungannya dengan pemberontakan jika dia
sangat mengharapkannya. Apabila pemberontakannya gagal, kemudian
yang membuat suatu percobaan dengan jelas tidak memiliki “mandat
dari surga” dan biasanya mereka dieksekusi. Bagaimanapun, seorang
pemberontak yang berhasil diambil sebagai bukti bahwa mandat dari
surga benar-benar ada. Hal ini semata-mata hanyalah nyanyian
kesuksesan saja. Setiap orang dapat menjadi seorang kaisar sepanjang
ia dapat mengumpulkan kekuatannya.
4. Bagi Cina, the family was the state in miniature, the state the family writ
large. Itu sebabnya Max Weber menyebut Cina sebagai “familistic state”. Penulis
melihat bahwa dinasti Han yang lebih setia pada ajaran Konfusius. Menurut
penulis artikel ini, akibat dari paham keluarga Cina yang ditafsirkan secara
berbeda (salah) dengan apa yang dianjurkan oleh Konfuisus tentang sistem
keluarga 3 generasi, Cina pernah mengalami krisis karena memberlakukan sistem
three tyrannies (ruler, the father, and the husband). Three Tyrannies kemudian
berkembang menjadi the three bonds (dalam bahasa Cina, sangang). The three
bonds terdiri dari: relasi rulers-ministers; fathers-sons; and husbands-wifes. Tetapi
rupanya paham ini berkembang lagi menjadi the three accordances atau three
services: minister melayani ruler, anak melayani bapaknya, dan istri melayani
suaminya (jadi tidak resiprokal, hanya pelayanan searah saja!). para pengagum
three services, menganggap ini sumber dari segala keteratutan. Secara defacto,
Paham three services masih sejalan dengan sistem tradisional Cina yang
menekankan filial obligation dan filial piety.
Sistem three services tidak bersifat resiprokal sebagaimana yang diajarkan
oleh Mencius (salah seorang murid Konfuisus). Mencius mengatakan: jika seorang
pangeran merawat para pembantunya seperti tangan dan kakinya, mereka (para
pembantunya) akan merawat pangeran itu seperti perut dan hati mereka. Jika
pangeran merawat para pembantunya seperti kuda dan anjingnya, mereka akan
merawatnya seperti seorang yang gila. Dan, jika seorang pangeran melihat para
pembantunya seperti lumpur dan rerumputan, mereka juga akan melihat pangeran
itu seperti seorang lawan.
5. Menurut Mencius, Konfusius mengajarkan bahwa keteraturan
sosio-politik terjadi ketika ruler berkelakuan seperti ruler, minister
berkelakuan seperti minister, dan father berkelakukan seperti father
dan son berkelakukan seperti son; menurut Konfusius, hal ini yang ia
sebut sebagai sumber knowledge, etika. Konfusian dari suku Han
melihat bahwa Yin-Yang mengandung sistem resiprokal. Yin
diidentikkan dengan minister, son and wife sedangkan Yang
diidentikkan dengan ruler, father, husband. Oleh karena itu, three
bonds bagi suku Han harus dilihat seperti relasi Yin-Yang.
Melihat uraian di atas, jelas bahwa Konfusius menolak sistem
otoriter. Konfusius memberi tekanan pada saling adanya relasi
secara etika dan bukan pada control kekuasaan yang otoriter.
Seorang murid Konfusius, Xunzi mengatakan bahwa jika setiap
orang bersikap hormat, tertib, tanpa cela, menghargai orang lain,
saat itulah terjadi bahwa setiap orang bersaudara. Dalam sistem
reciprocity, sistem absolut tidak berlaku. Karena dalam sistem
reciprocity yang ditekankan adalah fleksibilitas, keutamaan (virtue).
Dan, kekuatan relasi yang cocok dalam KBE tidak terletak dalam
sistem kekuasaan absolut (husband, father, and ruler) melainkan
pada authority yang membangun pengetahuan etika.
6. BENTUK PEMERINTAHAN
Sistem pemerintahan yang digunakan ketika keakaisan Cina
kuno masih berkuasa adalah sistem pemerintahan yang sentralistik.
Sistem sentralistik ini bisa disetarakan dengan sikap absolutisme
monarki. Sehingga dalam pelaksananany timbullah istilah “semua
tanah adalah tanah raja dan semua orang adalah milik raja”.
Dalam pelaksanan pemerintahn raja juga memabgi tugas-tugas
bawahan. Pada masa kekaisaran kaisar terdapat enam orang
bawahan. Enam orang bawahan inilah yang akan melaksanakan
perintah raja. Enam orang itu memiliki tugas: menteri surga, pembuat
kebijakan; menteri bumi, menteri berkenaan dengan pendidikan;
menteri musim semi, menteri berkenaan dengan pengadilan agama;
menteri musim panas, meneteri berkenaan dengan administrasi
keseharian; menteri menteri musim gugur, menteri berkenan dengan
penjatuhan hukuman; menteri musim dingin, menteri yang berkenaan
dengan logistik negara, termasuk pembiayaan proyek besar. Tiap
menteri memiliki staff ratusan dari bagian-bagian. Kaisar jug
amengontrol enam kekuatan militer, setiap regional memiliki tiga, dua
atu satu yang disesuaikan dengan wilayah.
7. KEMASYARAKATAN
Sistem keluarga Cina dipengaruhi oleh paham kekeluargaan
Konfusius. Menurut Olga Lang, orangtua dalam sistem keluarga Cina
berkewajiban mengajari anggota keluarganya tentang mekanisme
Negara agar mereka bisa menerima ororitas Negara. Lucian Pye
melihat bahwa kultur politik Cina menekankan interpendensi antara
pemerintah dan keluarga. Karena, dalam masyarakat tradisional Cina,
keluarga berperan untuk mengurangi kekacauan dalam institusi-institusi
public, orangtua selalu menekankan order sosial dan kesejahteraan
setiap anggota keluarga.
Relationship merupakan motor penggerak dalam politik ideologi
kekeluargaan Cina. Implikasi politik dari sistem ini adalah bahwa dalam
membangun ekonomi Cina, yang ditekankan adalah jaringan, relasi
(untuk saling menolong). Kinship networks (jaringan kekeluargaan),
menjadi pilar paradigma baru dalam kerangka kerja ekonomi Cina.
Selain itu, yang mengakibatkan Cina mampu menguasai perekonomian
secara global adalah etos kerja yang menekankan keuletan dan
kerajinan. Ada tiga penjelasan etos kerja.
Pertama, dalam sistem keluarga Cina, etos kerja telah ditanamkan
kepada anak-anak sejak kecil. Bagi Cina, kerja dihubungkan dengan
kumpulan nilai yang kompleks, yang mencakup pengorbanan diri, rasa
percaya, dan hemat yang dipandang sebagai dasar terakumulasinya
kekayaan.
8. Kedua, etos kerja Cina berorientasi kelompok. Setiap individu
berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, kemudian
untuk kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, orang Cina bekerja keras untuk mendapatkan imbalan materi.
Dalam komunitas Cina perantauan (seperti di Singapura), kemakmuran,
kenyamanan, dalam usia lanjut, menduduki posisi sentral dalam
persepsi Cina tentang kehidupan yang baik.
Awalnya, bentuk ideal Cina adalah joint family: membangun ikatan
kekeluargaan yang terdiri dari lima keturunan yang hidup secara
bersama-sama dalam satu atap, sharing bersama, satu dapur bersama,
saling berbagi keuntungan serta saling membantu, yang dikendalikan
oleh seorang kepala keluarga. Pemerintah kekaisaran Cina tradisonal
mengadopsi sistem kekeluargaan ini menjadi bentuk ideal untuk
mencapai harmoni dalam sistem pemerintah. Tetapi secara defacto,
sistem kekeluargaan yang dikendalikan oleh seorang kepala keluarga
dan pemerintahan yang dikendalikan oleh monarkhi, mengakibatkan
Cina terjerumus dalam sistem kekeluargaan dan pemerintahan yang
sangat feodal (dan hal ini bertolak belakang dengan visi Konfusius yang
selalu menekankan dimensi etika dalam menjalankan otoritas). Baru
pada zaman dinasti Ming, sistem keperintahan yang feodal lamban laun
mulai ditinggalkan. Sistem keluarga a la Konfusian menekankan etika
kesalehan, sopan santun, keutamaan, menghargai orang lain. Pada
abad 20-an, yang berkembang di dalam masyarakat Cina justru nuclear
family (keluarga inti) dan stem family.
9. Kedua sistem kekeluargaan ini membangun jaringan
kekeluargaan (kinship networks) yang lebih luas, tidak semata-mata
secara bilogis tetapi jaringan kekeluargaan atas dasar kebajikan-
etika. Banyaknya anggota keluarga dalam satu atap pun berkurang.
Karena pada era itu, sistem yang cocok dengan bentuk ideal
keluarga Cina (menurut kaum terpelajar Konfusian) adalah sistem 3
generasi (orangtua, anak, dan kakek-nenek). Pemerintah Singapura
mempromosikan sistem 3 generasi ini dengan membangun rumah
bagi mereka yang baru menikah dan ingin tinggal bersama dalam
sistem 3 generasi.
Hubungan antara tiga dan lima keluarga a la Konfusian
merupakan kunci relasi-relasi: ayah-anak, suami-istri, adik-kakak
(sistem 3 generasi) dan sistem 5 generasi (ayah-anak, suami-istri,
adik-kakak, kakek-cucu lelaki, dan paman-kemenakan lelaki).
Konfusian lebih condong pada sistem 3 generasi. Bagi Konfusius,
relasi antara ayah-anak, suami istri dan adik-kakak, seharusnya
seperti itu relasi yang dibangun oleh aparat pemerintah (relasi
kaisar-menteri, relasi menteri-rakyat, relasi kaisar-rakyat). Paham
kekeluargaan Konfusian menekankan relationship atas dasar etika
bukan relasi secara bilogis. Menurut Konfusius, walaupun hidup
dalam satu atap, sharing secara bersama-sama belum tentu
terbangun rasa solidaritas tanpa disertai sikap yang didasarkan
pada moralitas (keutamaan).
10. Walaupun Konfusius menawarkan sistem kekeluargaan
yang berbasis pada moralitas tetapi rupa-rupanya, masyarakat
Cina ada yang menafsir ajaran Konfusius menjadi sangat
kaku. Hal itu terjadi (misalnya) ketika orang Cina
mengidentikkan family dengan jia. Jia adalah kepala keluarga
yang bersifat otoriter, segalanya dia yang menentukan. Ajaran
tentang jia yang menggiring Cina ke sistem tradisional
keluarga yang subordinasi. Ketika seorang kaisar atau
pemerintah memberlakukan paham ini dalam sistem
keperintahan-an, saat itu Cina terperangkap dalam sistem
pemerintah yang tirani, otoriter; sehingga demokrasi sulit
mendapat tempat. Oleh karena itu, W. J. F. Jenner menyebut
the Chinese family sebagai sebuah struktur yang otoiter.
11. EKONOMI
Ekonomi Cina dibangun berdasarkan ekonomi agrarian. Ekonomi
agrarioa tyang memiliki system feodalistik. Sistem bahwa penguasaan
tanah memiliki peranan penting.
Pentingnya pertanian bagi Cina telah membawa perubahan pada sisitem
teknologi pertanian juga. Sisitem pertanian yang diterapkan Cina pada
waktu itu telah mengenal adanya sistem irigasi, rotasi tanaman
pertanian, dan penggunaan hewan sebagai alat pertanian.
Cina juga tidak tergantung pada pertanian saja, namun telah
mengembangkan hasil peternakan. Peternakan yang berkemabng dicina
meliputi peternakan domba, kambing dan sapi. Selain adanya binatang
ternak setiap penduduk juga memilki hewan untuk dipelihara, seperti
lembu janta, babi dan ayam. Perekonomian Cina juag dibantu dengan
adanya perburuan yang dilakukan penduduk.
Tidak hanya pertanian, Cina juga mengembangkan sistem
perdagangan dengan dunia luar. Cina telah menjalin hubungan dagang
pertama kali dengan melakuakn transaksi di sekitar Cina bagian utara
dan laut Cina selatan. Perdagang yang dilakuakn berupa perdagangan
besi, timah, cangkang penyu, dan produk kerajinan tangan. Dengan
adanya perdagangan maka terjadilah pekembangan teknologi peleburan
besi, munculnya kota-kota dagang, dan penggunaan uang.
12. DINASTI PADA CINA KUNO
Dinasti Zhou
Dinasti Zhou (Hanzi: 周朝, hanyu pinyin: Zhou Chao) (1066 SM - 221
SM) adalah dinasti terakhir sebelum Cina resmi disatukan di bawah
Dinasti Qin. Dinasti Zhou adalah dinasti yang bertahan paling lama
dibandingkan dengan dinasti lainnya dalam sejarah Cina, dan
penggunaan besi mulai diperkenalkan di Cina mulai zaman ini.
Dinasti Zhou didirikan oleh keluarga Ji (姬) beribukota di Hao (鎬,
sekarang di sekitarXi'an), meneruskan corak budaya dan bahasa dari
dinasti sebelumnya, ekspansi Zhou pada awalnya adalah melalui
penaklukan. Secara berangsur-angsur Zhou memperluas budaya
Shang sampai ke wilayah utara Sungai Panjang.
13. Pada awalnya keluarga Ji mengendalikan negara Zhou secara
terpusat. Pada tahun 771 SM, setelah Raja You (周幽王) menggantikan
ratunya dengan Selir Baosi, ibukota diserang oleh kekuatan gabungan
dari ayah ratu, pangeran Shen yang bersekutu dengan suku-suku asing.
Kemudian, putra sang ratu, Ji Yijiu (姬宜臼) dinaikkan menduduki tahta
sebagai raja baru oleh para bangsawan dari negara Zheng, Lü, Qin dan
pangeran Shen. Ibukota negara kemudian terpaksa dipindahkan ke
sebelah timur di tahun 722 SM, tepatnya ke Luoyang di propinsi Henan
sekarang.
Oleh karena ,pemindahan ibukota ini, para sejarahwan kemudian
membagi Dinasti Zhou menjadi Dinasti Zhou Barat (西周) dari akhir abad
ke-10 SM sampai dengan tahun 771 SM, serta Dinasti Zhou Timur (東周)
dari tahun 770 SM sampai dengan tahun 221 SM. Tahun permulaan Zhou
Barat tetap masih dalam perdebatan, antara – tahun 1122 SM, tahun
1027 SM atau tahun lain dalam ratusan tahun dari akhir abad ke-12 SM.
Pada umumnya, sejarawan Cina menetapkan tahun 841 SM sebagai
tahun awal mula dari tahun pemerintahan Dinasti Zhou dalam sejarah
Cina.
Dan berdasarkan sejarahwan Cina terkenal, Sima Qian di dalam karya
tulisnya Catatan Sejarah Agung, Zhou Timur dibagi lagi dalam dua zaman
yaitu Zaman Musim Semi dan Gugur dan Zaman Negara-negara
Berperang.
14. Dinasti Han
Dinasti Han (Hanzi: 漢朝, hanyu pinyin: Han Chao) (206 SM - 220)
adalah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Cina
sepanjang sejarahnya. Dinasti ini adalah yang meletakkan dasar-
dasar nasionalitas Cina mewarisi penyatuan Cina dari dinasti
sebelumnya, Dinasti Qin. Dinasti Han sendiri didirikan oleh Liu Bang,
seorang petani yang memenangkan perang saudara dengan
saingannya, Xiang Yu. Dinasti Han merupakan salah satu dinasti
terkuat di Cina, dan karena pengaruhnya yang besar, etnis-etnis
mayoritas di Cina sekarang ini menyebut mereka orang Han (biarpun
mungkin nenek moyang mereka bukan dari etnis Han).