1. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma
kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat
di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk
masyarakat seluruhnya.
Bagian-bagian budaya politik
Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :
Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
Budaya politik partisipatif (aktif)
Tipe-tipe Budaya politik ==
Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya
politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap
empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali
terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat
suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik
yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum
semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.
Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif
maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat
dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem
politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan
yang di buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam
pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari
akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap
masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak
suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang
sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat
tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga
merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman
yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang
memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat
kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung.
Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas,
meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau
menolak.
Budaya politik yang berkembang di indonesia == Gambaran sementara tentang budaya politik
Indonesia, yang tentunya haruus di telaah dan di buktikan lebih lanjut, adalah pengamatan tentang
variabel sebagai berikut :
Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks yang dihadapi
oleh India misalnya, yang menghadapi masalah perbedaan bahasa, agama, kelas, kasta yang
2. semuanya relatif masih rawan/rentan.
Budaya politik Indonesia yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan di
lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam mempergunakan hak dan dalam memikul
tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh
penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan primordial.
Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang di kenal melalui indikatornya berupa
sentimen kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan tertentu;
purutanisme dan non puritanisme dan lain-lain.
kecendrungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan sifat
patrimonial; sebagai indikatornya dapat di sebutkan antara lain bapakisme, sikap asal bapak senang.
Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan pola-pola
yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat.
REDIRECT Nama halaman tujuan
Budaya Politik di Indonesia
Hirarki yang Tegar/Ketat
Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat hirarkis.
Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa (wong
gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah melalui tatanan hirarkis yang
sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan
asal-usul kelas masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat
kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa 'halus'.
Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain tercemin pada cara
penguasa memandang diri dan rakyatnya.
Kecendrungan Patronage
Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola
hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik semacam ini
tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari dukungan dari atas
daripada menggali dukungn dari basisnya.
Kecendrungan Neo-patrimoniaalistik
Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan
munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut
yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan
tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial.
Ciri-ciri birokrasi modern:
Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam
organisasi
Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang tegas
Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur bekerjanya
organisasi dan tingkah laku anggotanya
Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan
promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.
3. Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang
filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung.[rujukan?]
Ia menulis
berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik,
pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.[rujukan?]
Bersama dengan Socrates dan Plato, ia
dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran
Barat.[rujukan?]
Daftar isi
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di
Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia
mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya
yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting,
selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam
dan karya seni.[rujukan?]
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis.[rujukan?]
Karyanya ini
menggambarkan kecenderungannya akan analisis kritis, dan pencarian terhadap hukum alam
dan keseimbangan pada alam.[rujukan?]
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda,
Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada
(eksis).[rujukan?]
Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda
bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.[rujukan?]
Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana
penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang
tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa
Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.[rujukan?]
Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai
dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.[rujukan?]
Meskipun demikian, dalam
penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir
induktif (inductive thinking).[rujukan?]
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah
silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua
kebenaran yang telah ada.[rujukan?]
Misalkan ada dua pernyataan (premis)[rujukan?]
:
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusia (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari
bentuk demokrasi dan monarki.[rujukan?]
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap
berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang
yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika
4. (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika
formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.[rujukan?]
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.[1]
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.[1]
Ia mengatakan
bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.[1]
Menurut Aristoteles
keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.[1]
Menurut Aristoteles
sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai
dengan estetika.[1]
Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke
luar.[2]
Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.[2]
Dorongan normatif yang
dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut.[2]
Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan.[2]
.aristoteles juga mendefinisikan
pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak
awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga
Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau
bukti-bukti yang konkrit.
Sejalan dengan perkembangan jaman dan peradaban manusia maka
berkembanglah juga kesenian. Seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam
kehidupan manusia terutama fungsi pemenuhan kebutuhan. Secara umum fungsi
seni dapat dibagi menajdi 2 yakni fungsi individual dan fungsisosial.
A. FUNGSI INDIVIDU
1. Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik
Pada hakekatnya manusia adalah mahkluk homofaber yang mempunyai
kecakapan untuk apresiasi pada keindahan dan pemakaian benda-benda. Seni
terapan memang mengacu pada pemuasan kebutuhan fisik sehingga segi
kenyamanan menjadi hal penting. Sebagai contoh seni bangunan, seni furniture,
seni pakaian/ textile, seni kerajinan dlll.
2. Fungsi pemenuhan kebutuhan emosional
Seseorang memiliki sifat yang berbeda-beda dengan manusia lain. Pengalaman
hidup sesorang sangatlah mempengaruhi sisi emosional/ perasaaanya. Contoh
perasaan sedih, letih-lelah, gembira, iba, kasihan, benci, cinta dlll. Manusia dapat
merasakan semua itu dikarenakan di dalam dirinya terkandung dorongan
emosional yang merupakan situasi kejiwaan pada setiap manusia normal. Untuk
memenuhi kebutuhan emosiaonal manusia memerlukan dorongan dari luar
dirinya yang bersifat menyenangkan, memuaskan kebutuhan batinnya. Sebagai
sontoh karena kegiatan dan rutinitas sehari- hari maka manusia mengalami
keletihan sehingga memerlukan rekreasi misalnya menonton hiburan teater,
menonton film di bioskop, konser, pameran seni rupa dll. Seseorang yang
memiliki pengalaman estetikanya lebih banyak maka ia akan memiliki kepuasan
yang lebih banyak pula. Sedangkan seniman adalah sesorang yang mampu
mengapresiasikan pengalaman dan perasaaannya dalam sebuah karya seni
5. yang diciptakannya. Hal itu juga diyakini olehnya sebagai sarana memuaskan
kebutuhan emosiaonal dirinya.
B. FUNGSI SOSIAL
1. Fungsi Sosial Seni di bidang Rekreasi
Kejenuhan sesorang karena aktivitasnya sehari-hari membuat sesorang
membutuhkan penyegaran diri misalnya diwaktu hari libur mengunjungi tepat-
tempat rekreasi obyek wisata (rekreasi alam).Seni juga dapat dijadikan sebagai
benda rekreasi misalnya seni teater, pagelaran musik, pameran lukisan, pameran
bonsai. Seni sebagai benda rekreasi adalah seni yang mampu menciptakan
suatu kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaharuan dari kondisi
yang telah ada. Di era globaliasai ini kehadiran seni menadapatkan perhatian
yang sangat serius dari banyak pihak (terkait dengan kebutuhan dan nilai
ekonomi/ bisnis )
2. Fungsi Sosial Seni di bidang Komunikasi
Pada hakekatnya setiap orang berkomunikasi dengan masnusia lain
menggunkan bahasa karena merupakan sarana yang paling efektif, mudah dan
cepat untuk dimengerti. Namun begitu bahasa memiliki keterbatasan karena
tidaklah mungkin semua orang menghafalkan semua bahasa yanga ada. Oleh
sebab itulah dibutuhkan bahasa yang universal; bahasa yang dapat dimengerti
oleh semua orang. Seni diyakini dapat dipergunakan demi kepentingan tersebut,
misalnya Affandi dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh pelosok dunia
melalui lukisannya, Shakespeare dapat berkomuniikasi dengan puisi-puisinya
dsb. Tampaknya seni menjadi efektif membantu orang untuk berkomunikasi
karena seni dapat menembus batasan-batasan bahasa verbal maupun
perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni manusia dapat
berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya serta melalui seni kita dapat
mengenal budaya bangsa lain.
3. Fungsi Sosial Seni di bidang Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas dimengerti sebagai suatu kondisi tertentu yang
memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga mengakibatkan
seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dalam sebuah
pertunjukan seni orang sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung
karena di dalam setiap karya seni pasti ada pesan/ makna yang sampaikan.
Disadari atau tidak rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh seni
merupakan alat pendidikan bagi seseorang. Seni bermanfaat untuk membimbing
dan mendidik mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah kepada
kondisi yang lebih baik-maju dari sebelumnya. Disinilah seni harus disadari
menumbukan pengalaman estetika dan etika.
4. Fungsi Sosial Seni di bidang Rohani
Kepercayaan religi tersebut terdapat dalam karya-karya moko, neraca, dolmen,
menhir, candi pura, bagunan masjid, gereja, ukiran, relief dsb. Manakah yang
muncul terlebih dahulu, kepercayaan religi atau seni terlebih dahulu?.Jawabnya
tidak tahu secara pasti. Karl Barth berpendapat bahwa sumber keindahan adalah
Tuhan. Agama sering dijadikan juga sebagai salah satu sumber inspirasi seni
yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-pengalaman religi
6. tersebut tergambarkan dalam bentuk nilai estetika. Banyak media yang mereka
pergunakan. Ada yang memakai suara, gerak, visual dsb. Contoh: Kaligrafi arab,
makam, relief candi, gereja dsb.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll)
dinamakan lingkungan pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Manfaat / Kegunaan Pameran Seni Rupa di Kelas atau di Sekolah
Pameran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam bidang kesenirupaan, karena
kegiatan pameran baik sekali kegunaannya baik bagi siswa, seniman, pengamat seni rupa, maupun
bagi perkembangan seni rupa pada umumnya. Melalui pameran, seorang siswa bisa
memperkenalkan karya-karyanya kepada masyarakat baik dilingkungan sekolah ataupun masyarakat
umum untuk dilihat, dinilai, dikagumi, atau dikritik.
Manfaat pameran seni rupa di lingkungan sekolah
a) Meningkatkan kemampuan berkarya
b) Dapat melakukan penilaian / evaluasi
c) Sebagai sarana apresiasi dan hiburan
d) Melatih siswa untuk bermasyarakat
3. Jenis-Jenis Pameran
Manfaat pameran seni rupa di lingkungan sekolah
a) Meningkatkan kemampuan berkarya
b) Dapat melakukan penilaian / evaluasi
c) Sebagai sarana apresiasi dan hiburan
d) Melatih siswa untuk bermasyarakat
b. Fungsi Seni
Sejak jaman prasejarah, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari seni. Nenek moyang
kalian membuat lukisan primitif pada dinding-dinding goa tempat tinggalnya, membuat
perkakas, perhiasan dari tulang binatang buruan atau menari-nari disekeliling api unggun
sambil menyanyi dalam upacara ritual dan sebagainya. Hal itu sebagai usaha mengungkapkan
ekspresi yang dirasakan dengan kegiatan tersebut.
7. Di zaman modern, perkembangan seni semakin tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Seni telah disadari keberadaannya. Sehingga perkembangan manusia dalam
menciptakan dan menggunakan seni semakin dapat dirasakan. Pada perkembangan
selanjutnya, manusia telah menciptakan karya seni yang berdaya guna dalam kehidupan
mereka