Angka kematian bayi di beberapa negara sedang berkembang mengalami penurunan yang lambat atau stagnan, terutama disebabkan oleh peningkatan kematian bayi pada periode neonatal. Penyebab utama kematian neonatal di dunia adalah prematuritas, infeksi, dan asfiksia. Di Indonesia, asfiksia merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah bayi berat lahir rendah. Tingkat kematian neonatal akibat asfiksia di
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
Asfiksia dan kematian neonatal pada bayi prematur
1. Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan
sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena
jumlah kematian bayi pada periode neonatal mengalami peningkatan. Lawn et al. (2005)
menyatakan setiap tahun di dunia 4 juta bayi meninggal pada 4 minggu kehidupannya
(periode neonatal), tiga perempat kematian bayi terjadi pada minggu pertama dan risiko
tertinggi terjadi pada hari pertama kehidupan bayi.
Menurut World Health Organization (WHO), penyebab utama kematian neonatal di
dunia secara umum adalah prematuritas sebesar 27%, penyakit infeksi 26% dan 23% asfiksia.
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian
bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47%
meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu neonatus yang meninggal.
Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar
27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) (Depkes RI, 2008).
Kematian neonatal karena asfiksia di RSUP NTB pada beberapa tahun terakhir masih
tinggi. Pada tahun 2011 terdapat 121 (58,17%) kematian neonatal dari 208 kasus asfiksia,
sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 115 (60,52%) kematian neonatal dari 190 kasus
asfiksia (RSUP NTB, 2012). Di Indonesia penyebab kematian neonatal antara lain bayi berat
lahir rendah (BBLR) sebesar 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi
lain dan kelainan kongenital. Asfiksia bayi baru lahir merupakan salah satu penyebab utama
kematian perinatal baik di negara sedang berkembang maupun di negara sudah berkembang
(Oswyn et al., 2002, JNPK-KR, 2008). Menurut National Center for Health Stastitics
(NCHS) tahun 2002, menyebutkan bahwa di USA kematian bayi yang disebabkan asfiksia
bayi baru lahir sebesar 14.4 per 100.000 kelahiran hidup merupakan urutan ke 10 penyebab
kematian bayi. Di negara sedang berkembang kasus asfiksia sekitar 4-9 juta setiap tahunnya,
2. namun hanya 1-2 juta kelahiran yang mendapat resusitasi dengan benar. Di dunia, lebih dari 1
juta bayi meninggal setiap tahun karena komplikasi asfiksia (Zupan, 1999, Laberge et al.,
2006, Lissauer and Fanaroff, 2009). Kejadian asfiksia bayi baru lahir juga disebabkan
kelahiran prematur. Kelahiran prematur adalah bayi lahir hidup dengan usia kehamilan _ 37
minggu terhitung sejak hari pertama haid terakhir wanita (Saifuddin et al., 2010). Lee (2006)
menyebutkan bayi prematur (< 37 minggu) lebih berisiko untuk mati karena asfiksia. Hal ini
disebabkan gangguan telah dimulai sejak dari kandungan, misalnya gawat janin atau stres
janin saat proses kelahirannya. Berdasarkan 3 penelitian meta-analysis yang pernah
dilakukan pada 41 negara, terdapat 84% dari seluruh kelahiran prematur dengan usia
kehamilan 32-< 37 minggu (moderate to late preterm), 10,4% dalam usia kehamilan 28-< 32
minggu (very preterm), dan 5,2% dalam usia kehamilan < 28 minggu (extremely preterm)
(Blencowe et al., 2012, WHO, 2012a). Casey et al. (2001) menemukan dari 13.399 bayi yang
lahir sebelum waktunya (pada usia kehamilan 26-36 minggu), angka kematian neonatal
adalah 315 per 1000 bayi dengan skor Apgar 5 menit dari 0-3 dibandingkan dengan 5 per
1000 bayi dengan skor Apgar 5 menit dari 7-10. Untuk 132.228 bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan _ 37 minggu), tingkat mortalitas yaitu 244 per 1000 bayi dengan skor Apgar 5
menit dari 0-3, dibandingkan dengan 0,2 per 1000 bayi dengan skor Apgar 5 menit 7-10.
Risiko kematian neonatal pada bayi cukup bulan dengan skor Apgar 5 menit 0-3 (RR, 1460,
CI 95%, 835-2555) adalah 8 kali risiko pada bayi cukup bulan dengan nilai pH darah arteri
umbilikalis _ 7,0 (RR, 180, CI 95%, 97-334).