Tiga kalimat:
Cerita penulis melihat seorang anak kecil menghafal Alquran saat membantu orang tuanya, memberikan inspirasi untuk menanamkan agama Islam pada anak dengan baik. Hidup adalah pilihan, dan masa depan tergantung pada pilihan kita saat ini.
1. Kaifa khaluk? Kali ini, ada sebuah peristiwa sederhana yang pernah ku saksikan.
Sederhana namun memberikan sebuah inspirasi besar bagiku. Dan tergerak tuk ku bagikan
dalam sebuah cerita yang semoga dapat memberikan manfaat untukmu, Saudaraku.
Pagi itu, aktivitas yang rutin kulakukan sebagai salah satu bentuk pengabdian kecilku
pada seorang ibu ialah membantunya membereskan rumah. Salah satu yang ku lakukan
ialah menyapu, mulai dari seluruh isi rumah hingga pelataran sekitar rumah. Saat itu, teras
sedang ku sapu dan ku lihat seorang anak kecil berusia sekitar 6 atau 7 tahun yang juga
tengah membantu orang tuanya. Deduksi ini ku dapat ketika aku melihat dia berlari-lari kecil
sembari membaca secuil kelapa melewatiku. Hal yang mengingatkan pada masa kecilku.
Ketika dia melewatiku, samar-samar ku dengar lantunan gumaman halusnya. Ayat Alqur’an.
Surah Al-Fatihah. Sebuah surah yang sederhana yang jelas kita hafal dan selalu kita
lantunkan terutama saat mendirikan sholat. Kubiarkan dia lewat agar lantunan ayat itu tidak
terputus. Sebuah peristiwa yang sederhana bukan? Namun begitu mendalam maknanya
bagiku.
Benar-benar beruntung ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya. Keluarga
yang selalu bersamanya dan mendidiknya. Seorang anak yang tanpa sepengetahuan
siapapun bahkan dia terus memuja Sang Khalik. Benar-benar aku merasa iri dan merasa
begitu tidak ada apa-apanya. Timbul berbagai pertanyaan saat itu, bagaimana orangtuanya
mendidiknya. Surah apa saja yang sudah diperkenalkan padanya. Hadist apa saja yang sudah
dia dengar. Terbesit dalam hati bahwa kelak akan ku didik anak-anakku hingga terasalah
padanya manisnya iman dan indahnya Islam. Semoga Allah memudahkan.
Sekilas kuingat dalam buku karya Felix Siauw bahwa semua yang terjadi pada semua
orang saat ini ialah merupakan hasil dari pilihan-pilihannya di masa lampau. Karena hidup
adalah pilihan. Maka ketika kita melihat ada anak-anak kecil yang sudah bisa menghafal
alqur’an, membacanya dengan lancar dan mahir, hal ini mencerminkan usaha kerasnya
dalam mempelajarinya pada masa lalu. Dan bukan tidak mungkin jika kita ingin
menjangkaunya.
Karena hidup adalah sebuah pilihan, maka harus ada pilihan lain yang kita tinggalkan.
Fokus pada salah satu pilihan intinya. Saat kita memilih untuk belajar misalnya, maka kita
harus meninggalkan bermain. Disebutkan dalam Hadist Riwayat Ibnu Hibban
2. “Berkata Allah Azza Wa Jalla: Aku tidak akan meghipun dua rasa takut dan dua rasa
aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan
memberinya rasa aman di hari kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan
memberikan rasa takut kepadanya di hari akhir” (HR. Ibnu Hibban)
Lalu, bagaimana wajah masa depan dunia kita? Itu tergantung dari pilihan-pilihan
yang kita ambil saat ini. Mengingat pada peristiwa yang kulihat tadi, sudah ada yang
memilih untuk fokus menanamkan Islam pada anaknya dan nyata hasilnya. Dan aku yakin
sudah semakin banyak pula yang memilih jalan demikian. Lalu apa yang akan kita pilih?
Semoga Allah memudahkan dan menguatkan pilihan kita.
Kholifatun Azizah