Seorang pemuda Libiya yang tidak pernah shalat mendapat buku dzikir dari pemuda Arab Saudi di sebuah warung kopi. Awalnya ia tidak memperdulikan buku itu tetapi suatu malam ketika tidak bisa tidur, ia membaca buku itu dan tergerak untuk mulai shalat. Sejak saat itu ia menjadi taat beribadah dan bahkan menjadi da'i yang giat berdakwah.
1. HIDAYAH DATANG DARI SEBUAH WARUNG KOPI
Dalam suatu majelisnya, Syaikh Utsman al-Khomis ditanya, “Hal apakah yang bisa menjadi sebab
datangnya hidayah dan keistiqomahan pada seseorang?”
Beliau menjawab, “Sangat banyak hal yang bisa mendatangkan hidayah. Di antaranya beliau bercerita
tentang seorang pemuda Libiya yang diberi hadiah buku saku tentang dzikir oleh seorang pemuda dari
Arab Saudi”.
Kurang lebih, cerita beliau adalah sebagai berikut:
Ada seorang warga Libia, ia bersama ibu dan seorang saudari perempuannya pindah dari Libia untuk
menetap di London.
Ia mengatakan, di antara kami bertiga hanya ibuku saja yang shalat. Aku dan saudariku tidak shalat
bahkan tidak mengerti shalat.
Suatu hari, aku datang di suatu kedai kopi, aku berkenalan dengan seorang laki-laki dari Arab Saudi.
Di akhir perjumpaan, dia memberiku sebuah buku saku tentang dzikir.
Aku merasa pemberiannya ini tidak bermanfaat sama sekali, shalat saja aku tidak, apalagi membaca
dzikir.
Tapi karena merasa tidak enak menolak, aku pun menerima pemberiannya dan kusimpan di saku baju.
Sesampainya di rumah, kukeluarkan dari saku bajuku buku yang ia berikan, lalu kulemparkan hingga
terperosok di bawah lemariku.
Setelah beberapa hari, di suatu malam, seperti biasa aku pulang dari aktivitas lalu aku menonton televisi.
Aku mencari acara yang menarik di TV, dari chanel ke chanel lainnya namun tidak ada acara yang
membuat aku tertarik.
Lalu kubuka majalah, tidak juga aku merasa berselera berlama-lama membacanya.
Setelah itu berselancar di dunia maya, juga tidak ada yang memikat perhatianku. Sudah, kututup pintu
kamar dan tirai jendela, aku pun bersiap tidur.
Kubolak-balikkan badan, namun tidak juga rasa kantuk itu datang.
Malah aku teringat akan buku saku yang diberikan laki-laki Arab Saudi tempo hari itu. Susah payah,
akhirnya aku berhasil mengeluarkan buku itu dari bawah kolong lemariku.
Saat kubuka buku itu, ternyata berisi, barangsiapa mengamalkan ini akan mendapatkan hal ini,
barangsiapa mengamalkan demikian maka pahalanya demikian.
Saat itu, kondisi jiwaku adalah kondisi seseorang yang telah berputus asa dari rahmat Allah karena
banyaknya dosa-dosa yang telah aku lakukan.
Aku adalah seseorang yang telah berpasrah diri kalau ditetapkan sebagai penghuni neraka.
Saat kubaca buku itu, ternyata pengampunan dosa dari Allah demikian mudahnya.
Buku itu benar-benar memberikan kesan yang dalam bagi diriku. Hingga tak terasa aku membacanya
hingga datang waktu subuh.
Saat itu kulihat ibuku sedang menunaikan shalat. Selesainya ibuku dari shalat, kukatakan kepadanya,
“Ibu, aku ingin shalat”. Ibuku menjawab, “Mandilah terlebih dahulu”. Aku pun mandi kemudian
menunaikan shalat.
2. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi meninggalkan shalat.
Diceritakan kepada Syaikh Utsman al-Khomis bahwa orang ini kemudian menjadi seorang da’i yang
cukup dikenal di London. Ia sangat bersemangat dalam berdakwah hingga mendakwahkan Islam di jalan-
jalan ketika berjumpa dengan orang-orang non-Islam. Dan banyak orang mendapatkan hidayah Islam
melalui dirinya.
Pelajaran:
1. Jangan remehkan hadiah sekecil apapun.
2. Jangan memvonis seseorang sudah tertutup darinya hidayah.
3. Biasakanlah memberi hadiah-hadiah yang bermanfaat kepada orang-orang untuk melembutkan hati
mereka menerima dakwah.
4. Seseorang dengan profesinya masing-masing bisa memberikan hadiah. Seorang dosen bisa
memberikan buku-buku bermanfaat kepada mahasiswanya karena nilai ujiannya yang baik atau lain
sebagainya. Seorang pengusaha bisa memberikan hadiah kepada relasinya saat di awal jumpa. Seorang
teman memberikan hadiah kepada temannya. Dll. Mungkin akan datang suatu hari, Allah bukakan
kebaikan bagi mereka yang diberi hadiah tersebut.
5. Berdakwah bisa dilakukan dimana saja, sampai berjumpa dengan seseorang di sebuah warung kopi
pun adalah kesempatan untuk berdakwah.
Oleh Nurfitri Hadi