“Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu, dan Demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah keras”.
(Ibrahim : 7)
Relevansi Isra’ dan Mi‘raj terhadap Ummah: Dahulu dan KiniEzad Azraai Jamsari
Nota perkuliahan PBJJ bagi kursus PPPY1272 Fiqh Sirah, kursus WAJIB dari Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia.
Kekuatiran adalah luapan emosi yang seringkali mencengkram disaat kita mengalami krisis, dan ini adalah sifat alami daripada manusia. Kita kuatir bagaimana hari esok, kalau ini terjadi, kalau itu terjadi apa jadinya dengan hidup saya?
“Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu, dan Demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah keras”.
(Ibrahim : 7)
Relevansi Isra’ dan Mi‘raj terhadap Ummah: Dahulu dan KiniEzad Azraai Jamsari
Nota perkuliahan PBJJ bagi kursus PPPY1272 Fiqh Sirah, kursus WAJIB dari Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia.
Kekuatiran adalah luapan emosi yang seringkali mencengkram disaat kita mengalami krisis, dan ini adalah sifat alami daripada manusia. Kita kuatir bagaimana hari esok, kalau ini terjadi, kalau itu terjadi apa jadinya dengan hidup saya?
1. Meraih Surga Ibu
Oleh Wiyanto Suud
Syahdan, seorang laki-laki suatu ketika bertanya kepada Ibn Abbas RA, “Saya
meminang seorang wanita, tetapi dia menolak pinangan saya. Setelah itu, datang orang
lain meminangnya, lalu dia menerimanya. Saya menjadi cemburu dan membunuhnya.
Apakah tobat saya diterima?”
Ibn Abbas bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?” Dia menjawab, “Tidak.” Ibn
Abbas berkata, "Bertobatlah kepada Allah dan mendekatlah kepada-Nya semampumu."
Atha' bin Yasar yang hadir ketika itu bertanya kepada Ibn Abbas, "Mengapa engkau
bertanya kepada lelaki itu, apakah ibunya masih hidup?" Ibn Abbas menjawab, "Saya
tidak tahu perbuatan yang paling mendekatkan (seseorang) kepada Allah SWT,
melainkan berbakti kepada ibu." (HR. Bukhari).
Demikian mulia kedudukan seorang ibu. Di antara bapak dan ibu, ibulah yang lebih
berhak untuk menerima perhatian dari seorang anak. Tidak hanya itu, dalam sebuah
sabda Nabi Muhammad SAW yang masyhur, ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar
daripada seorang bapak.
Ada beberapa alasan mengapa seorang ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar
daripada seorang bapak. Pertama, seorang ibu menanggung berbagai kesusahan, baik
ketika mengandung maupun melahirkan. Bahkan, ketika anaknya sudah berumur empat
puluh tahun pun, perhatian seorang ibu tidak pernah berhenti, ia terus mendoakan
anaknya (QS. Al-Ahqaf [46]: 15).
Kedua, kesusahan ketika mengandung itu bertambah dan semakin bertambah (QS.
Luqman [31]: 14).
Dimuat di “Hikmah” Republika, 20 Maret 2010.
2. Ketiga, kesusahan seorang ibu mencapai puncaknya ketika hendak melahirkan.
Alquran memberi gambaran betapa sakit waktu melahirkan dengan ungkapan bahwa
Maryam binti Imran menginginkan kematian atau menjadi barang yang tidak berarti (QS
Maryam [19]: 23).
Keempat, setelah melahirkan, kewajiban ibu belum selesai. Ia harus menyusui dan
merawat anaknya. Ia tidak akan pernah merasa tenang jika keselamatan dan
kenyamanan sang anak terancam. Hal ini seperti ibu dari Nabi Musa AS ketika ia
diperintahkan Allah untuk menghanyutkan anaknya di sungai (QS. Alqashash [28]: 7-13).
Empat perkara ini cukup menjelaskan mengapa Allah dan Rasul-Nya menempatkan
derajat ibu lebih tinggi daripada bapak. Bahkan, surga--sebagai sebaik-baik tempat
kembali bagi manusia sesudah mati--diasosiasikan berada di bawah telapak kaki seorang
ibu.