Tulisan ini membahas tentang peran penting ibu dalam membangun karakter anak dan bangsa. Ibu dituntut untuk merevitalisasi perannya dalam mendidik anak dengan menanamkan nilai-nilai agama, pendidikan yang baik, serta bahasa yang sopan. Dengan peran aktif ibu dalam pendidikan karakter anak, diharapkan dapat mengubah kondisi sosial dan bangsa yang sedang merosot. Ibu diharapkan menjadi teladan dalam membentuk
1. Bangunlah Ibu, Negeri Menantimu …….
Oleh : Agus Gunawan, S.Pd.
Nalar Seorang Ibu
Surga di bawah telapak kaki ibu, sebuah pepatah yang senantiasa menjadi simbolisasi
tentang betapa mulianya seorang ibu. Betapa tidak, karena ibulah kita terlahir dan terukir
sehingga mendapat kodrat sebagai manusia. Maka wajar kalau ibu oleh Rasulullah SAW begitu
di kedepankan daripada bapak dari segi ketaatan.
Ibu ditinjau dari segi lahiriahnya tercipta sebagai perempuan dan memiliki perbedaan
dengan bapak yang merupakan laki-laki. Hal ini terlihat dari pola pikir keduanya. Ibu senantiasa
berpikir dengan mengedepankan perasaan, hal ini dikarenakan perempuan memiliki bagian
otak yang bernama corpus callosum yang lebih tebal, yang menurut Taufik Pasiak, penulis buku
best seller mengenai otak, merupakan bagian otak yang memungkinkan transfer antara dua
bagian otak. Karena tebalnya, informasi yang dipindahkan pun berlangsung cepat secara bolak-
balik, hal ini mengakibatkan otak kanan yang merupakan otak intuitif mudah berkoordinasi
dengan otak kiri yang merupakan otak rasionalitas. Saking mudahnya sehingga perempuan
ataupun ibu, ketika memutuskan suatu masalah, agak kesulitan apakah itu keputusan rasional
atau keputusan intuitif.
Sehingga, dengan adanya perbedaan bagian otak tersebut, ibu pun dalam
mengutarakan maksud dan tujuan melalui bahasa senantiasa didasari dengan emosi yang
begitu kuat. Sehingga bahasa Ibu bisa menjadi penghangat dan pengingat setiap anak disaat
mendapatkan masalah dalam kehidupannya.
Peran Ibu Seharusnya
Perlu kiranya dalam pembangunan di era modern sekarang ini, peran ibu yang samar-
samar perlu dikembalikan. Ibu perlu merevitalisasi aspek diri dan luar dirinya, diantaranya anak-
anak. Ibu mesti hidup di dalam hati anak-anaknya.
2. Dengan fenomena kemajuan yang begitu cepat untuk saat sekarang, sudah waktunya
para ibu tidak berpangku tangan menunggu kebijakan maupun kebajikan dari semua pihak
dalam merubah perilaku yang semakin radikal dan anarkis. Sebaiknya distorsi ataupun
penyimpangan yang terjadi perlu pendekatan dari tangan halus seorang ibu.
Hendaknya ibu memiliki peran yang riil dalam artian mampu berada dalam arah
merubah karakteristik masyarakat komunalnya meskipun dalam lingkup kecil. Sebagai contoh
dalam cara berbahasa anak, ibu seharusnya mampu meraih dengan bahasa jiwanya untuk
berkomunikasi dengan mereka melalui bahasa santun, sehingga anak-anak mampu berbahasa
yang baik dan normatif. Karena saat sekarang ini, bahasa sarkasme telah menjadi refleksi
keseharian dan hal ini sudah tentu berdampak kepada akhlak mereka. Bukankah Allah SWT
berfirman : ”Falaa taqul lahumaa uffin” yang bermakna ”maka janganlah kalian mengatakan
kepada orangtuamu perkataan ‘ah.” Maksud dari firman Allah tersebut, bahwa ucapan
penolakan saja tidak boleh dilakukan oleh anak terhadap orang tua, terlebih lagi apabila
perlakuan kasar yang diberlakukan terhadap keduanya. Oleh karena itu, para ibu jangan
memulai mengajar anak dengan membiarkan mereka berkata dengan perkataan yang tidak
bermoral.
Selanjutnya, Ibu pun harus lebih memiliki orientasi arah kehidupan dan penghidupan
bagi keluarganya dengan menanamkan aspek spiritual yang kokoh. Mampu menjadi uswah
hasanah (contoh yang baik) sebagaimana Rasulullah SAW mampu menjadi panutan umat
hingga hari ini. Ritual ibadah mesti menjadi barometer kehidupan sehari-hari, merasa kurang
dalam hidup ini kalau tidak diisi dengan sholat lima waktu umpamanya. Jangan sampai ibu
meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah secara ritual maupun individual, hal ini telah
menjadi ultimatum dari Allah SWT. sebagaimana tercantum dalam Q.S. An-Nisa ayat 9 yang
bermakna : “Hendaklah takut kepada Allah SWT seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah yang mereka khawatir atas kondisi mereka … “ Semakin banyak anak
yang dibiarkan ruhaniahnya kosong dari nilai agama, maka akan semakin banyak pula masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh anak tersebut dalam kehidupan sehari-hari karena tidak
memiliki pegangan.
3. Ibu pun harus serius dalam peningkatan pendidikan anaknya. Karena tidak sedikit anak
yang masih ditelantarkan dalam pembelajaran disebabkan ibunya tidak memperhatikan
keberlangsungan pendidikan di sekolahnya. Anak bersekolah sekehendak hatinya, tanpa ada
tanggapan atau pun nasihat kepada anak-anaknya. Padahal pendidikan saat ini erat kaitannya
dengan masa depan. Oleh karena itu, untuk mencapai masa depan maka capailah pendidikan
setinggi-tingginya dengan bantuan dari orang tua bukan hanya dari segi dana semata tetapi
keberlangsungan pembelajaran diperhatikan semaksimal mungkin.
Pengubah Bangsa itu Bernama “Ibu”
Di balik keberhasilan seorang lelaki, terdapat campur tangan yang bernama perempuan.
Apabila perempuan dengan campur tangannya mampu membawa keberhasilan, berarti
segenap keterpurukan dimungkinkan karena tidak adanya perhatian perempuan terhadap
segala apa yang terjadi.
Indonesia telah merdeka selama 65 tahun lamanya. Akan tetapi, kemajuan demi
kemajuan yang menjadi impian segenap warga Indonesia, sepertinya harus dibarengi mimpi
buruk yang berkepanjangan, baik dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan yang lainnya.
Kondisi perpolitikan Indonesia telah berubah dari mulai orde lama ke orde baru hingga
sekarang era pasca reformasi. Akan tetapi, semangat demokrasi kian menunjukkan arah yang
tidak stabil. Dengan makin terkuaknya segala kasus yang ada.
Begitu pula dari aspek yang lainnya, Indonesia dengan inflasinya yang makin menanjak
telah menambah beban ekonomi setiap keluarga, pengangguran merajalela, persentase jumlah
masyarakat miskin semakin memuncak, serta permasalahan lainnya yang bertubi-tubi mendera
tubuh Negara Indonesia sehingga semakin merana.
Hal ini bisa jadi karena peran perempuan terutama ibu sudah dilupakan atau sengaja
melupakan diri dikarenakan segala kekusutan yang ada. Padahal berbagai fenomena yang anti
sosial dan segala bencana yang melanda, tak ubahnya merupakan akumulasi dari sistem asuh,
asih dan asah yang salah dari pihak ibu.
4. Tidak ada seorang ibu pun yang mau anaknya kalau besar menjadi korupsi, tetapi
kenapa mereka diajari dari sejak kecil untuk senantiasa hidup dalam hedonisme, agar menilai
segala sesuatu dari aspek materi, bukan esensi. Asal punya uang segala sesuatu bisa dibeli.
Para ibu menginginkan anaknya menjadi anak yang pintar, akan tetapi sedikit yang
berharap agar menjadi anak yang sholeh. Buktinya betapa mahalnya biaya pendidikan asalkan
kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang baik pasti akan dibiayai, meskipun dalam
pendidikannya tak sedikit pun menyentuh nilai-nilai moral dan agama. Sehingga yang terbentuk
adalah anak-anak yang memiliki masa depan dunia yang cerah akan tetapi tidak memiliki masa
depan akhirat yang bermanfaat.
Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai amal yang terus mengalir meski
kita meninggal dunia, salah satu diantaranya adalah anak yang sholeh yang mampu mendoakan
orang tuanya. Lalu bagaimana pula dengan anak-anak yang hanya diisi dengan pendidikan
umum tanpa diimbangi pendidikan agama, apakah mereka akan mendoakan orang tuanya,
karena sehari-harinya saja jarang atau mungkin tidak pernah mereka berdo’a.
Saatnya ibu mau berperan untuk mengubah kondisi dan situasi saat ini, sebagaimana
metode Al-Qur’an yang dicontohkan oleh Luqman terhadap anaknya dalam mendidik, yaitu :
1. Ajarkanlah ketauhidan sejak dini, jangan dekatkan mereka kepada hal-hal yang
menyekutukan Allah SWT;
2. Bentuklah rasa sayang dan hormat kepada orang tua, pintar berterima kasih kepada orang
tua;
3. Ikut sertakan kepada lembaga atau majlis yang berorientasi kepada perwujudan nilai-nilai
Islami;
4. Menyelami hakikat hidup, bahwa setelah dunia ada akhirat dan setelah hidup ada kematian,
mampu bertanggung jawab terhadap amaliah mereka;
5. Laksanakanlah segala ritual ibadah maupun muamalah yang diajarkan oleh agama;
6. Jauhkan rasa tinggi diri dari setiap jiwa anak-anak yang mendorong mereka untuk tidak
mengindahkan kebaikan dan merendahkan manusia yang lain.
5. Ibu yang terbaik pasti akan mengubah arah pandang, mau mengubah pola pikir dan pola
tindak. Terlebih dalam membentuk kekuatan imannya dan iman keluarganya terutama anak-
anaknya. Mulailah dari diri ibu, mulailah detik ini, mulailah membangun bangsa dengan
kekuatan ibu, karena bangsa sedang menunggu bangunnya para Ibu dari tidurnya yang panjang.
Bangunlah Bu, Negeri menantimu …..
6. Identitas Pribadi
Nama : Agus Gunawan, S.Pd.
Alamat : Jl. Pagarsih Gg. Wd. Sastra Rt. 02/11
Kel. Jamika Kec. Bojongloa Kaler Bandung 40231
Pekerjaan : PNS
Instansi : Kanmenag Kota Cimahi
Jabatan : Guru MA As-Sa’adah
Alamat Sekolah : Jl. Sadarmanah No. 110 Leuwi Gajah – Cimahi
Hobi : Membaca