SlideShare a Scribd company logo
1 of 87
Download to read offline
1
MENGEJAR
ANGAN-
ANGAN
Antologi Puisi,
Cerpe, dan Skenario Drama
Oleh : Eli Ernawati, S.Pd.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
Buku Antologi Puisi, Cerpen, dan Skenario Drama yang berjudul Mengajar Angan-
angan dengan baik. Penulis menyadari bahwa buku antologi ini dapat terselesaikan
berkat bantuan, fasilitas, semangat, serta dukungan yang diberikan oleh berbagai
pihak.
. Buku Antologi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan buku ini sangat diharapkan. Penulis juga
berharap, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
Pati, 31 Oktober 2020
Eli Ernawati, S. Pd.
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................ 2
DAFTAR ISI .......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................... 10
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................... 13
1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 14
1.4 Rumusan Masalah.............................................................................. 14
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 14
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................. 16
2.2 Kerangka Berpikir............................................................................. 36
2.3 Hipotesis Tindakan ........................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
4
 Tema: Tempat yang Berkesan
BSI Siang itu
Terik matahari mengguyur keadaan siang itu
Panas menusuk kulit
Terasa mendidih di atas ubun-ubun
Tak ada sentuhan hembusan nafas udara
Tapi tak ada hirau bagi penuntut ilmu
Mereka berjuang melawan ganasnya
sang surya
Mengeluh, …
hanya lirih
Apalah arti kulit hitam nan hangus
Dibanding impian yang ditabung dari
belum punya dosa
Cakrawala esok menanti dengan setia
Kehidupan bahagia menjadi cita-cita
Bukan hanya selama jantung berdetak
Tapi walau jiwa dan raga sudah terpisah
Di alam itu kebahagiaan ingin diraih jua
Perjuangan itu mereka rasakan
Di BSI tercinta
Demi gelar sarjana
5
Selintas Kuta Dalam Benakku
Semilir angin, nyiur melambai-lambai
Nyanyian ombak menari-nari di anganku
Bertaburan pasir putih menghiasi kalbuku
Inginku berlari-lari mengejar awan yang kelabu
Indahnya panorama senja itu
Matahari tersenyum malu di balik peraduannya
Anganku terlintas …
Akankah aku dapat menikmati
panorama itu?
Tidak, itu semua hanya mimpi
Karena aku hanya bisa berkhayal bisa berada
di Kuta lagi
Mungkinkah aku akan kembali ke Kuta?
Mengukir kenangan selintas dalam hidupku
6
Disakiti Namun Dirindukan
Tua tapi tak serenta umurmu
Muda tapi tak seperti perawakanmu
Bersih tapi tak selayak wajahmu
Namun, keberadaanmu memulai kehidupan ini
Insan bumi tak mengganggapmu lagi
Dulu kau dipuja, ditimang-timang, dan dikagumi
Sekarang,
Orang-orang hanya menjadikanmu objek kesenangan
Tak peduli kau disakiti atau dilukai
Namun, kau tetap tegar kokoh berdiri
Tak kurang dari naga
Engkau tetap memberikan suasana nyaman
Pada insan bumi
Sumber belerangmu menjadi teman kulit mereka
Angin dan udara masih menunjukkan keperawanannya
Tubuhmu dijaga pepohonan dan rerumputan
Sepi menenangkan jiwa
Semua yang kau miliki tak membuat orang
Lelah mendaki
Untuk menjenguk, merasakan kenikmatan yang
kau berikan
7
Bumi Mina Taniku
Sejuknya suasana pagi menusuk relung jiwaku
Ketika mentari pagi datang menyapa
Sambutlah nuansa kehidupan yang mengajakmu
dalam canda,
Rentangkan tanganmu,
tuluskan batinmu,
tegakkan kepalamu,
biarkan sang surya bercengkrama di alam ini
Alam indah yang pernah aku singgahi
Bumi Mina Taniku …
Identitas kelahiranku
Sawah, ladangmu melahirakan petani ulung
Menghasilkan bahan kehidupan
Aku bangga menjadi bagianmu
Aku berjanji pada diriku
Akan kujaga nama baikmu
Kemanapun kuhentakkan kakiku
8
Bumi Tempat Terindah
Pelangi itu indah, tapi tak terlalu indah
buat kehidupanku
Bintang itu indah, tapi hanya buat sementara
Cahya bulan juga indah, tapi hanya menemani malam
Surya pagi pun indah, tapi mengusik peristirahatan manusia
Tempat terindah yang tak ternilai harganya yaitu bumi
Di dalamnya terdapat kebahagian yang bisa kita peroleh,
dan menemani kita diwaktu susah ataupun senang
Dirimu adalah nafas kehidupan
Tempatku berpijak untuk menggapai segenggam harapan
Menemaniku sepanjang jalan hidupku
Kau tak pernah mengkhianati hidupku
Selalu setia disisiku
Walau aku menginjak-injakkan kakiku di atas tubuhmu
Sakitpun tak kau hiraukan
9
Kursi Tanpa Nama
Langit cerah bermain dengan awan
Matahari merasa menang dari awan kelabu
Desir angin merasuk dalam kalbu
Hari itu menorehkan sejarah kau dan aku
Sebuah pertemuan mengawali sebuah cerita
Tentang kisah kau dan aku
Tumpukan papan kayu menjadi saksi bisu
Sederhana tapi bukti sejarah kau dan aku dimulai
Coklat lusuh warna kulitnya
Berkaki seperti manusia tapi papat menyangganya
Membisu dalam polah apapun
Tak ada suara dari jiwa dan raganya
Dia tak bernama
Tapi dia menemani pertemuan kau dan aku
Sebuah kursi
Walau dia akan hancur dimakan binatang
Tapi kesaksian atas kisah kita tak akan lekang dimakan waktu
10
Sandaran Dalam Sejenak Hidupku
Di tengah-tengah kegalauanku tempat ini menjadi sandaran
Di sudut senyumku ruang ini menjadi saksi
Tak bernyawa, hanya diam dalam keheningan
Tapi dirimu tak pernah buatku menangis
Tak seperti mereka yang bernyawa dan bicara
Mereka yang mengukir luka-luka dalam hidupku
Menebarkan kerikil tajam dalam pijakan kakiku
Kau tetap diam melihat dan mendengar keluh kesahku
Memberikan tempatmu dalam sedu sedanku
Berjuta kenangan telah ku tabung disini
Meski hanya kotak tak berjiwa,
tak beraga,
tak berasa,
tak bercipta,
tak berkarsa
Tapi dirimu mengisi sebuah cerita
Sebuah kisah dalam sejenak hidupku
11
Ku Tak Tahu dan yang Ku Tahu
Ku tidak tahu kapan kau dilahirkan ke dunia ini
Yang ku tahu kau sudah berdiri tegap saat aku dilahirkan
Ku tidak tahu kapan kau mengalami perubahan
Yang ku tahu kau adalah saksi pertumbuhan ragaku
Ku tidak penah tahu ataupun mendengar kau mengeluh
Yang ku tahu kau tetap setia mendampingi orang-orang terkasihku
Melewati berbagai kerikil kehidupan
Kau menyimpan sejuta memori kenangan orang-orang terkasihku
Kau adalah payung kehidupan bagi orang-orang terkasihku
Kau memang tak seindah istana raja
ataupun gedung loji milik penguasa itu
Namun dalam naluriku dan orang-orang terkasihku
Kau patut diberi penghargaan atas jasamu
Umurmu memang lebih tua dariku
Tapi semangatmu tetap terpancar di wajah jiwamu
Tetaplah seperti itu, jiwa yang selalu semangat
dan tak pernah lelah menemaniku dan orang-orang terkasihku
Berjalan menerjang waktu
Menjalani garis kehidupan
Bersama-sama kita lewati sampai tiba waktu itu
12
 Tema: Cinta
Do’a Untuk Ayah
Tegap badanmu menopang kewajiban
Kuat tanganmu tanpa lelah mencari nafkah
Kau bilang “buat keluarga dan anakku
akan aku lakukan apa saja”
Tak sekoin pamrihpun kau harapkan
Tulus dari palung jiwa
Pergi saat fajar menyingsing
Pulang saat mentari akan bersembunyi
Mengais rizki untuk sebuah keinginan
Sepercik harapan ingin membahagiakan keluarga
Ayah,
Kau memberi cahaya kehidupan bagi keluarga
Kau didik aku untuk menggapai mimpiku
Selalu mendongkrak semangatku disaat aku lengah
Memberiku seuntai ucapan disaat aku lalai
Dalam setiap sujudku hanya satu pintaku
Tuhan, jadikanlah aku anak yang berbakti
Bagi keluarga, nusa, bangsa dan agama
Itu adalah harapan ayah kepada anaknya
Hanya itu yang bisa aku lakukan
Untuk membalas cinta kasihmu
13
Kurindu Ibuku
Setiap ku pejamkan mata, selalu terhias senyum riangmu
Setiap kali ku menutup telinga dari bisingnya gemuruh kota,
Kudegar canda tawamu
Setiap aku memandang awan kelabu di waktu senja,
Dadaku menjadi terasa sesak
Bagai rindunya seorang anak terhadap pelukan Ibunya
Ibu …
Setiap kali aku mendengar nyanyian burung-burung
Aku selalu terdiam dan sedih
Karena kesendirian dan kesunyianku
Aku selalu teringat belaian kasih sayangmu
Ibu …
Bayangmu akan selalu terlintas
Di setiap kekosonganku
Karena engkau cinta dan kasih sayangku seutuhnya
14
Kutunggu Kehadiranmu
Saat aku berumur 8 tahun
Aku mengharap kehadiranmu
Aku terus berdo’a pada Tuhan
Agar mengirim engkau ke dunia ini
Alhamdulillah,
Kata yang terucap dari bibirku
Tuhan mendengar do’aku
Saat aku berumur 9 tahun engkau dilahirkan
ke dunia ini oleh wanita paling mulia
dalam hidupku
Seorang bayi laki-laki yang lucu dan mungil
Membuat hari-hariku tak kesepian lagi
Istanaku pun bertambah ramai
Penuh canda, tawa, tangisan, dan suara keributan
Dalam hati aku ingin selalu melindungimu
Walau terkadang kau membuatku marah
Walau kadang kita saling bertengkar
Tapi nuraniku mencintai dan menyayangimu
Aku berharap kau tumbuh menjadi anak yang berguna
Bagi keluarga, nusa, bangsa, dan agama kelak
Itu kasihku untukmu
Kasih sayang kakak kepada adiknya
15
Diam
Dia diam
Diam
Diam
Dan diam
D
I
A
M
Diam
Kata tak pernah terucap
Kalimat tak pernah terdefinisikan
Tuhan
Dia kembali diam
Membisu
Tuhan
Dia begitu diam
Hinga
Tak kutemukan kunci untuk membuka
pintu hatinya
16
Arti Jatuh Cinta
Sejak kamu hadir dalam hidupku
Aku begitu tak mengerti apa yang kurasa
Tetapi perlahan-lahan kupahami arti kehadiranmu
Kadang aku merasa rindu
Kadang aku merasa gelisah
Tapi aku tak percaya
Kau buat aku tak berdaya
Untuk ungkapkan apa yang aku rasa
Mungkinkah ini yang namanya jatuh cinta
Bahagia dan sedih ada karena cinta
Dunia ini hampa tanpa sebuah cinta
Hari penuh warna juga karena cinta
Cinta datang membawa bahagia
Dan pergi meninggalkan luka
Cinta sempurna hiasi dengan rasa setia dan percaya
Karena setia dan percaya cinta akan abadi
Selamanya …
17
Nama Itu
Hati,
bibir,
dan otakku
Selalu menyebut nama itu
Sebuah nama bersangkar disana
Nama itu yang mengendalikan diriku
Membuatku
Tertawa,
tersenyum,
kecewa,
rindu,
merana,
dan menangis
Satu kata yang bisa ungkapkan
Cinta
Aku ingin mengungkapkan itu kepadamu
Aku ingin memilikimu
Aku ingin mencintai semua yang melekat pada dirimu
Senyum,
tawa,
canda,
celotehanmu
Membuat duniaku menjadi merekah
Seperti mawar yang mekar dengan tetesan embun pagi
Seperti pelangi yang tersenyum kepada awan
Seperti bulan yang menemani bintang menerangi malam
Nama itu membuatku tergila-gila
Nama yang biasa tapi memberi makna bagi hidupku
18
Karena nama itu adalah namamu
Walau kau tak merasa seperti yang ku rasa
Namamu tak terganti dalam jiwaku
Namamu telah mendarah daging di tubuhku
Nama yang telah membuatku tergila-gila
19
Salahkah?
Salahkah ?
Saat kau hadir, kutak sadar akan tergila
Salahkah ?
Pertemuan yang singkat tak membawa kesan apapun
Salahkah ?
Konflik asmaramu membuatku dekat denganmu
Hingga ku tak sadar telah ada getaran di dadaku
Seperti sihir yang menyedotku dalam dilema ini
Salahkah ?
Jika kekaguman menguasai naluriku
Ku tak peduli akan apapun
Hanya satu namamu yang menggerakkanku seperti boneka
Dan salahkah bila aku memilih hati di atas cinta dari tali persahabatan?
Kamu yang punya kuncinya
Salahkah aku ?
Bila aku seperti keledai yang tak pernah mencium
rumput saat kau berlari jauh sekali
Hingga ku tak bisa melihat bayangmu
20
Mengapa dan Apa Jawabnya
Mengapa aku harus mengenalmu?
Mengapa aku harus bertemu denganmu?
Mengapa aku harus menjadi temanmu?
Mengapa aku harus melihat senyummu?
Mengapa aku harus menatap matamu?
Mengapa?
Mengapa ini harus terjadi padaku?
Aku bertanya padamu?
Kau tak menjawab
Aku bertanya pada diriku
Akupun tak tahu jawabnya
Aku bertanya pada orang-orang
Mereka hanya bingung dengan bibir yang mengatup
Lalu aku harus bertanya pada siapa?
Sebuah bisikan berhembus di telingaku
Jawabnya
Tanyakan pada hatimu!
Lalu aku bertanya pada hatiku
Mengapa aku jadi seperti ini?
Jawabnya
Karena aku jatuh cinta kepadamu
Mengapa aku jatuh cinta kepadamu?
Hatiku berteriak
Karena kamu punya yang aku ingini
Tapi mengapa kau hancurkan keinginan itu?
Tiada yang tahu jawabnya
Hanya sebuah pengandaian
Andai aku tak mengenalmu
21
Andai aku tak bertemu denganmu
Andai aku tak berteman denganmu
Andai aku tak melihat senyummu
Andai aku tak menatap matamu
Aku takkan jatuh cinta kepadamu
Dan hatiku akan tetap damai
22
Harapan Tak Terbalas
Kapan aku mulai mengagumimu?
Kapan aku bisa membelai rambutmu?
Kapan aku bisa mendekap hangat tubuhmu?
Kapan aku bisa merasakan hembusan nafasmu?
Kapan kau akan membalas rasa itu?
Aku hanya bisa bermimpi
Setiap kupejamkan mata ini
Aku lihat bayangmu dengan sejuta harapan untukku
Saat ku buka mataku
Kenyataan membuat air mataku jatuh
Kau menghapus semua harapan itu
Kau tak punya harapan sepertiku
Kau menorehkan luka di hatiku
Kau hanya menampakkan punggungmu
Dan kaupun pergi meninggalkanku
Tanpa peduli dengan diriku yang terjatuh mengejarmu
Semua hanya harapan kosong belaka
23
Keyakinan Berbalik Jadi Penyesalan
Sejak pertemuan itu
Aku selalu mendewakanmu
Di mataku kau adalah yang terbaik dari yang terbaik
Kau membuatku yakin
Mencintaimu adalah indah
Kau meyakinkanku kau tak akan memanfaatkan cinaku ini
Kini kau tersenyum di atas tangisku
Kau berdiri di atas lukaku
Kau menari di atas kepedihanku
Kau jatuhkan aku dalam lubang penyesalan
Semua telah terjadi
Waktu tak bisa kuputar kembali
Berlalu, hilang seiring berjalannya waktu
Tapi lukaku masih membekas di hati
Kau tak mau mengobati luka itu
Hingga benih kebencian tumbuh di hatiku
Semakin lama semakin sakit kurasa
Biarlah karma yang akan membalas kekalahanku
24
Semua Jadi Berbalik
Awalnya kau ulurkan tanganmu padaku
Mendekapku dalam hangat pelukanmu
Menyeka airmata yang tumpah dari pelupuk mataku
Menatap dalam-dalam bola mataku
yang diselimuti kesenduan
Kau datang bagai seorang pahlawan
yang akan menolongku dari jerat kehancuran
Kau genggam tangan ini seolah melindungiku dari bahaya
Memberiku setitik cahaya dalam hatiku
Aku masih buta akan kasihmu
Hati ini ingin menggapai cinta yang telah pergi
Kau lapangkan hatimu untuk
menemaniku dalam kalut jiwaku
Perlahan-lahan aku mulai membuka tangan ini
untuk menerima kasihmu
Tiba-tiba kau hempaskan uluran tanganku
Aku terjartuh lagi
Kehancuran kini menderaku kembali
Kau pergi dengan impianmu sendiri
Dan aku hanya terdiam dalam sepiku
25
Cinta Sejati
Terbersit bayangan tampan wajahmu
Terbias cinta dan kasih putih
Seketika rindu merajam meluruhkan hati
Tak tertahankan ingin berjumpa
Menabur mimpi
Menuai harapan
Berharap kau jadi milikku selamanya
Tak dapat disangkal lagi
Engkau memang untukku
Biarlah badai melanda cinta kita
Berbekal percaya
Kita mampu lewati
Menuju kebahagiaan sejati
Yang selalu kita rindukan
Aku bersujud pada Yang Kuasa
Semoga engkau memang diciptakan untukku
Jika suratan takdir seperti itu siapa yang akan menyangkal
Cinta kita tak terpisahkan
Hanya maut yang akan memisahkan
26
Cinta Pertama
Saat pertama kali aku melihatmu
Jantungku mulai berdegup kencang
Sejak saat itu
Malam-malamku penuh mimpi tentangmu
Setiap kali bersamamu
Serasa aku terbang melayang
Anganku membawamu turut serta
Menghadapi ribuan bintang di langit
Aku jatuh cinta kepadamu
Dan kaupun membalas cintaku
Aku mohon jangan lukai aku
Ini yang pertama buatku
Aku ingin yang paling indah
Walau nanti jika takdir menghendaki
kita akan berpisah jua
Kisah ini tak akan aku lupakan
Ku ukir dalam ruang hatiku yang paling dalam
27
Cemburu Mengukir Luka
Katakan padanya aku cemburu
Melihat embun mengecup
Setiap tegur sapa mentari
Aku cemburu
Saat pena kusasai ego dan emosi
Saat bunyi keyboard arungi malam
Saat sunyi temani detikku
Aku cemburu
Cintaku terbagi!
Padanya kau berikan kasih sama sepertiku
Aku yang pertama tak terima
Tetapkan pilihanmu!
Meski awan menutup cahya bulan dan bintang
Tak ada lagi kicau burung
Dedaunan menjatuhkan diri
Aku lebih lega seperti itu
Relung hatiku kau ukir luka
Keyakinan cinta sejati akan kembali
Dan tak pernah tinggalkan aku
Yang bisa mengobati luka itu
28
Bersamanya Kau buat Kesedihanku
Irama swastika spiritual bergelombang
Di keputihan salju
Sejumput asa menari
Riang di atas buih samudra
Aku lihat disana
Dirimu melambai dengan angin senyum
Di sekitarku nampak sesak
Parau dalam diam
Hitam pekat tanpa asap
Aku lihat dirimu tidak lagi sendiri
Kau telah bersamanya, menggandeng tangannya
sembari kau hempaskankan buih tanpa pantai
Di depan mukaku kau torehkan tangis
Sembilu menyayat dadaku
Merobek dan mematahkan hati ini
Kau tertawa bersamanya di atas kehinaanku
29
Pengejaran yang Sia-sia
Aku yang memikirkan namun tak banyak berharap
Kau membuat waktuku tersita dengan angan tentangmu
Mencoba aku lupakan tapi ku tak bisa
Mengapa begini?
Mungkin, dirimu sebatas bayangan yang tak bisa ku kejar
Dirimu tak pernah menoleh menatap diriku
Dirimu mengejar impianmu sendiri
Membuatku terjatuh untuk kesekian kali
Tapi mengapa kaki ini tak berhenti jua?
Mungkinkah, kau kan berbalik mengejarku?
Pertanyaan yang selalu terngiang di telinga dan otakku
Tapi tak kutemukan jawabnya
Kau pun berlalu selintas melambaikan tangan
Menunduk dan kecewa
Pengejaranku berbuah sia-sia
Hati ini pilu, menangis dalam kesepian
30
Inginku Tak Sejalan Dengan Inginmu
Terdiam dalam dimensiku
Merangkai hitam putih kepingan kenangan
Terjerat, sesak oleh himpitan kerinduan
Mengisi memenuhi relung jiwaku
Meyesakkan dada bersama hentakan nadiku
Inginku berlari melupakan ini semua
Menghapus tiap jejak langkahmu
Mencoba melawan hatiku yang masih inginimu
Mungkin mudah kuucapkan
Namun ku tak kuasa menghapus bayangmu
Karena ku telah jauh melangkah
Karena hatiku terlanjur memilihmu
Namun apalah dayaku
Jika ternyata kenyataan tak memihakku
Mungkin detik ini, ku harus lupakanmu
Menata kepingan hatiku kembali
Mencoba menatap mentari dengan tegar
Belajar untuk lepaskanmu
Membebaskanmu bersama angin malam
Agar kau memilih jalanmu sendiri
31
 Tema: Realita Sosial
Sisi Lain
Satu sisi berisi keturunan Adam
Mereka hidup bergelimang cahaya intan
Tapi hati mereka gelap, menjerit
Kurang, …
Istana, kereta kuda nan apik
Kasur kapas yang empuk dan lembut,
Baju berhias berlian
Tapi hati mereka kosong tak punya apa-apa
Jalan kotor layaknya got tega mereka lewati
Demi kenikmatan dunia yang membutakan naluri
Mereka seperti tikus yang tak punya rasa
Tak peduli sisi lain mereka
Sisi lain dari keturunan Adam
Hanya rumah kardus dan baju lusuh
Tapi hati mereka kaya, punya segalanya
Istana dan segala gemerlap isinya
Memilih jalan terhormat untuk hidup
Walau harus memerangi kekejaman alam
Untuk sebuah kekenyangan
Hanya satu harapan di genggaman
Semoga kepala negeri mendengar jeritan mereka
Menolong mereka dari keterpurukan
Hingga kekejaman hidup terhapus dari memori
32
Nyanyian Bangkai Tikus
Seonggok bangkai tergolek
Tiada gerak
Tiada kata
Tuli
Bisu
Diam tercaci dan terludahi
Mencicit perih
Tercabik kuku orok
Bagai cacing kering terlindas bebatuan
Di tengah hutan
Di tengah binatang nista
Rumput pun tak mendongak
Tiada daya
Hanya melihat,
Tiada pertolongan
Aku seonggok bangkai
Mencicit dalam cacat
33
Ketegaran Pengamen
Badanmu lusuh kotor bercampur debu
Dengan gitar di tangan kau telusuri lorong-lorong bus
Jalanan yang berasap penuh debu
Rumah demi rumah
Terminal demi terminal
Kau jelajahi gedung demi gedung
Menjajakan suara pada berbagai telinga
Menghibur mereka yang mengantuk
Walau kadang yang kau dapat hanya cacian
Semua itu kau terima dengan lapang dada
Demi sesuap nasi untuk memberi makan cacing-cacing di perutmu
Keringat yang mengucur dan langkah yang lelah
Tak kau pedulikan lagi
Walau sang surya menjukkan keganasannya
Walau rintik hujan membasahi tubuh
Kau tetap tegar menjalani hidup
34
Impian yang Tak Terwujud
Sinar mataku selalu tertutup tetes airmata
Langka menemukan senyum di sudut bibirku
Wajahku sendu bagai langit mendung yang siap
menumpahkan hujan airmata
Hari-hari kujalani dengan elusan dada
Tak kudengar alunan musik yang menenangkan jiwa
Hanya suara jangkrik yang menghibur
Harapanku ada seorang pangeran menolongku dari keterpurukan
Merubah hidup sunyi menjadi keramaian
Pantaskah aku mendapatkannya?
Pangeran pasti mencari seorang putri raja
di negeri seberang sana
Bukan anak tikus seperti aku
Yang hidup di tempat sampah dan got
Yang terbiasa hidup kotor
Yang tak ada siapapun menghargai
Mereka lebih menghargai sampah daripada kaumku
Apalagi pangeran, itu hanya impian
yang tak bisa aku wujudkan
35
Angan-angan Menjadikan Luka
Angan-angan selalu menghantui pikiran
Kehidupan ini pahit untuk dijalani
Selama ini yang aku dapat hanyalah luka
Luka yang sama di tempat yang sama
Tak tahu kapan luka itu dapat disembuhkan
Yang bisa menyembuhkan hanya dalam angan-angan
Inginku berlari mengejar angan-angan itu
Tapi masih terlalu jauh
Aku lelah
Airmataku menetes
Menangisi semua yang terjadi padaku
Hingga airmata ini kering
Lukaku tak kunjung sembuh
Kehidupanku masih terlalu pahit untuk dirasakan
Aku selalu bertanya kapan kehidupanku berubah menjadi manis?
36
Ingin Bernasib Seperti Mereka
Sepi sendiri tiada yang menemani
Memutar otak untuk merubah nasib
Apa daya tangan ini terlalu kecil untuk melakukannnya
Ingin seperti mereka yang berbahagia
Yang tak pernah berpikir akan kekurangan
Semua yang mereka ingini dapat diwujudkan
Hanya menelan ludah melihat mereka bersenang-senang
Aku selalu bermimpi kehidupanku berubah
Itu hanya mimpi
Dan sampai detik ini juga mimpi-mimpi itu tak pernah jadi nyata
Ingin marah, tapi tak ada yang disalahkan
Menyesal, apa yang disesalkan?
Ini sudah menjadi garis takdir
Aku hanya bisa meratapi nasib ini
Menahan amarah setiap kata-kata dari bibir mereka menusuk hati
Itu sudah makanan sehari-hari
Hingga telinga ini kebal mendengarnya
Hanya kata sabar yang menguatkan hidup ini
37
Kesedihan Kehilangan
Bulan tak lagi tersenyum
Memandang kalut wajahku
Yang tak lagi bersenyawa dalam tawa
Memikul hitam dalam keabu-abuan
Membeku darah
Membatu raga
Melapukkan jiwa
Jagad hanya tersenyum palsu
Lenyap!
Aku hina ragaku
Perihku melambai tangan
Tapi teman tak bersapa
Hanya mengoceh ledekan
Hilang aku oleh diam
Mengheningkan jiwa dalam ketiadaan
38
Beginilah Diriku
Banjir membutir terhempas ke bumi
Sisa peradapan kini menyapa langit
Lumpur hitam mengering mendebu
Mengajak agin mengecup embun
Di ranting cemara,
aku selembar awan lepas bebas mengitari bumi
Bersayap gerimis pada sisa pelangi di sudut kegalauanku
Di dinding ruang kalbu
Aku bagai rainkarnasi tanpa mati
Tak seorang akan mengenal
Tak pula ada peduli
Aku tak berharga
Aku tak minta dilahirkan seperti ini
Nasib yang membawaku jadi begini
Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa
Ibu pun aku tak tahu
Langit dan bumi itulah temanku
39
Bangsat
Kaum-kaum berteriak berkata dalam hati
Bangsat
Tak perlu kau percaya pada teman
Tak ada yang kau harapkan dari teman
Tak ada setia dalam teman
Kau lukai jiwa kita
Kau hancurkan ragaku
Kau tak pernah berbalas
Kau tak pernah perasa
Bangsat
Kau pecundang
Bangsat
Kau berbangkai
Muak aku melihatmu
Akan kuhapus namamu dalam daftarku
40
Jalan Gelap
Terlalu berat hidup ini buat kujalani sendiri
Melangkah dalam bayang-bayang gelap
Sepi membisu membutakan hati
Matipun terasa perlahan-lahan
Raga terjatuh termakan tanah
Lintang membentang hati yang kesakitan
Bilik jantung tertulis pesan kematian
Tanpa mendongak pada teduh air yang keruh
Membasuh airmata dengan kasih peneduh
Jalanku telah jauh
Tak tahu arah yang akan ku tuju
Rasa ini ingin kembali menatap cahaya surya
Penyesalan tumbuh beranak pinak
Siapa yang peduli akan hidup ini ?
Memang inilah jalanku
Walau tak rela tapi aku harus terus berjalan
menelusuri lorong-lorong gelap
Menunggu kematian datang menjemput
41
Patah dan Rontok Hari Minggu yang cerah, hari
yang indah untuk melepas kelelahan dari aktivitas kuliah. Kos-kosan sepi karena
banyak penghuni kos yang mudik alias pulang kampung. Aku tidak mudik soalnya
belum jatahnya untuk mudik. Habis sholat Subuh, aku kembali ke tempat tidur dan
menarik selimutku untuk melanjutkan mimpi-mimpi indahku yang sempat tertunda.
Jam 07.00 pagi tiba-tiba teman kos sebelah kamarku berteriak memanggil namaku.
Iya lupa, ternyata temanku itu tidak ikutan mudik. Namanya Riris, orangnya cantik,
kulitnya putih bersih, rambutnya panjang, lurus bondingan, badannya padat berisi,
dan tinggi kira-kira 155 cm. Dia berteriak kegirangan dan mengetuk pintu kamarku.
“Mbok, si Mbok, bukain pintunya dong! Ayo cepetan bangun!” Ya, si Mbok
itulah julukanku di kos, soalnya namaku sama dengan nama ibunya salah satu
temanku yaitu Lily. Apa boleh dikata, teman-teman suka menggodaku dengan
memanggilku seperti itu. Spontan aku kaget dan terbangun. Aku beranjak dari
tempat tidur dan membuka pintu kamarku. Dengan raut muka yang kusut dan
rambut yang masih acak-acakan, aku bertanya pada Riris. “Ya Allah, ada apa sich
Ris? Ini tu hari Minggu, please dech! Gangguin orang tidur aja! Ayo masuk ada apa
sich, kok kamu berenergi banget kayaknya?”“Aduh kamu tahu nggak Mbok, Adit
tadi telpon aku. Dia ngajakin aku ketemuan. Aku bingung banget nich.” “What
Adit? Adit yang mana?” “OMG! Pikun banget sich kamu Mbok.. Adit itu
temen chattingku yang pernah aku ceritain kemarin itu lho, yang fotonya pake
celana kotak-kotak.” Aku menjawab, “Oooh, yang itu.” sambil tiduran. “Mbok
kamu dengerin aku nggak sich? Aku serius nich.” “Iya-iya aku dengerin kamu.”
gerutuku. “Aku deg-degan nich Mbok.”. “Deg-degan kenapa sich Ris?
Masa gitu aja deg-degan?” “Kira-kira dimana tempat ketemuan yang asyik ya
Mbok?” “Ya Allah ribet amat sich Ris. Ketemu di kos-kosan aja kenapa,
nggak usah jauh-jauh. Kamu kasih tahu aja alamat kos kita!” “Gitu ya
Mbok?” “Kok kamu girang banget mau ketemu Adit, kamu kan udah punya
cowok. Hayo, kubilangin cowok kamu baru tau rasa.” “Yach, jangan dong
Mbok! Please...! Ntar aku beliin bakso dech!” “Yee..main suap nich
ceritanya? Kalau ketahuan KPK gimana? Hehehe… hmmm, oke lah!” “Ya
42
udah Mbok, sana cepetan mandi jangan molor mulu! Kayak aku nich udah mandi,
makin cantik kan? Nggak kayak kamu, jam segini masih kayak Kunti. Hehehe...
aku mau telpon Adit dulu ah. Daaaaaaah!” Riris berlalu, keluar kamarku dan
menutup pintu dengan keras sekali. “Sorry ya Mbok, nggak sengaja! Hehehe…”
“Dasar genit!” dengan hati yang sedikit terpaksa aku beranjak dari tempat
tidur, keluar kamar, menyambar handuk dan masuk kamar mandi. Tak berapa lama
kemudian Riris berteriak lagi dan menggedor pintu kamar mandi. “Mbok, si
Mbok cepetan mandinya! Adit udah berangkat mau ke sini.” “Ih, dasar tante
girang. Sabar dikit napa sich Buk? Dari tadi suruh cepet-cepet mulu. Orang sabar
disayang Tuhan tau! Mau ketemu Adit aja girangnya minta ampun.”
“Biarin!” Jawab Riris sambil berlalu dan berkata, “Cepet dikit ya mandinya!
Hehehe…” “Uh….” Gerutuku dari dalam kamar mandi. Sepuluh menit
kemudian aku keluar dari kamar mandi. Kemudian aku bergegas ganti baju dan
mempercantik diri. Dandan belum selesai, Riris sudah berteriak lagi seperti orang
kesetanan dan membuka pintu kamarku. “ Mbok cepetan, ternyata Adit udah
nyampe di depan kost lho!” “Waduh Ris, gimana nich?” Aku pun jadi panik.
“Rambutku belum aku keringin nich, belum aku catok pula.” “Halah, nggak
usah pake ngeringin rambut atau catok segala dech! Udah gitu aja ntar Adit
kelamaan nunggu malah kabur dech!” Akhirnya aku hanya menyisir rambut saja,
mengenakan celana jeans dan kaos berwarna orange. “Ris, aku udah cantik
belum?” tanyaku pada Riris. “Udah-udah, kok sekarang gantian kamu yang jadi
genit sich Mbok?” “Biarin!” Kemudian kami berdua keluar kos-kosan
untuk menemui Adit. Adit tidak sendirian, dia bersama temannya. Aku dan Riris
berjabat tangan dengan mareka berdua dan memperkenalkan diri masing-masing.
Aku sempat kaget, ternyata yang namanya Adit memang tampan dan keren.
Temannya juga tidak kalah tampan dengannya. Dia bernama Bodi. Tahu begitu,
tadi aku dandan semaksimal mungkin. Kami berempat bercakap-cakap di teras kos-
kosan. Kami membicarakan banyak hal tentang diri masing-masing. Dari situlah
kami mengenal satu sama lain, dari keluarga, kepribadian kita, kuliah kita, hobi,
tanggal lahir, tukeran nomor Hp, sampai nama julukan segala kita bicarakan.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.30. Adit mengajak kami untuk
43
makan siang. Kami berempat makan siang di warung bakso. Setelah makan siang
selesai kami kembali ke kos-kosan. Adit dan Bodi pamit pulang karena kita sudah
cukup lama berbincang-bincang dan kita juga butuh istirahat serta menunaikan
ibadah sholat. Sehabis itu aku dan Riris kembali ke dalam kos dan kami masuk
kamar masing-masing untuk sholat dan istirahat. Malam harinya aku tidur di kamar
Riris karena Riris butuh teman untuk curhat. Riris bercerita banyak hal tentang Adit
dan Bodi. Riris mengetahui hal tersebut dari chatting. Ternyata yang namanya Bodi
sudah punya pacar dan pacarnya juga kuliah satu Universitas dengan kami. Kalau
Adit baru putus dengan pacarnya semester gasal kemarin. Dalam hatiku, “Wah
cuma Adit nich harapanku satu-satunya.” Tak ku sangka Riris juga tertarik dengan
Adit dan membuatku jadi sedikit kecewa. Kami bercerita panjang lebar sampai
tertidur. Tengah malam tiba-tiba terdengar suara alunan musik dari Hp. Itu adalah
bunyi Hp Riris, tanda sebuah telpon masuk. Riris bangun dan mengambil Hp-nya
kemudian menjawab telpon itu. Walaupun mataku terpejam, aku masih mendengar
percakapan Riris dengan seseorang di seberang sana. Dari nada bicaranya Riris
tampak senang. Setelah Riris selesai mengangkat telpon itu, dia membangunkan
tidurku. Aku membuka mata perlahan dan menatap wajah Riris. Riris menceritakan
tentang percakapannya di telpon tadi. Aku pun hanya melongo seperti orang idiot
setelah tahu bahwa yang meneleponnya adalah Adit. Jantungku hampir copot ketika
Riris mengatakan bahwa Adit mengungkapkan isi hatinya kalau dia menyukai Riris.
Aku terdiam lemas sambil tersenyum semanis-manisnya kepada Riris, padahal
hatiku kecewa.Sejak itu Riris resmi berpacaran dengan Adit. Mereka sering sms-an
dan saling telpon. Adit juga sering main ke kos-kosanku. Kurang lebih dua minggu
sudah hubungan mereka berjalan. Hari Sabtu Adit mengajak Riris jalan-jalan ke
Bandungan. Mereka sempat berpamitan kepadaku dan pada saat itu juga aku akan
mudik. Tiga hari kemudian saat aku kembali ke kos, Riris curhat kepadaku.
Ternyata dia putus dengan Adit. Aku tidak tahu ekspresi apa yang harus
kuperlihatkan kepada Riris. Jujur hatiku merasa senang mendengar dia putus
dengan Adit. Tapi di sisi lain Riris adalah temanku, dan aku harus ikut prihatin
dengan kejadian yang menimpanya. Kemudian aku menanyakan apa penyebab
putusnya hubungan cinta mereka, padahal baru dua minggu jadian. Dari cerita Riris,
44
mereka putus karena saat mereka jalan berdua tiba-tiba Erwin pacar Riris telpon.
Kemudian Adit menanyakan siapa yang baru saja menelpon Riris. Riris sempat
berbohong kepada Adit bahwa yang menelpon adalah kakaknya, tapi Adit tidak
puas dengan jawaban Riris dan merebut Hp Riris dengan paksa. Setelah Adit
melihat panggilan masuknya, ternyata tertulis nama “Sayangku”. Adit menjadi
marah setelah tahu kalau dirinya dibohongi oleh Riris. Mereka berdua bertengkar
dan Adit memutuskan untuk kembali pulang. Sesampainya di kos, Adit langsung
minta putus dengan Riris. Itulah akhir dari cerita cinta mereka. Aku heran
terhadap Riris, dia sama sekali tidak menunjukkan wajah sedih setelah putus
dengan Adit. Dia merasa tidak menyesal sama sekali, baginya Erwin tetap nomor
satu. Minggu berikutnya, Riris memutuskan untuk pindah kos dengan alasan ingin
mencari suasana baru. Hal itu membuatku merasa mempunyai kesempatan untuk
mendekati Adit. Sejak itulah ganti kisahku dengan Adit dimulai. Aku
memberanikan diri sms Adit untuk menanyakan kabarnya. Akupun senang karena
Adit mau membalas sms-ku. Dia curhat kepadaku bahwa dia kecewa dengan sikap
Riris. Adit jadi ketagihan curhat tentang semua masalah yang dialaminya kepadaku.
Kita mulai sering sharing tanpa ada rasa sungkan satu sama lain. Hubunganku
dengannya semakin dekat seiring berjalannya waktu. Dia jadi sering main ke kosku,
bercanda bersamaku, tertawa, bercerita, bahkan Adit pernah mengajakku menonton
film di bioskop. Tak terasa pertemananku dengannya sudah berjalan lima bulan.
Aku semakin mengenal dirinya dan begitu juga sebaliknya. Rasa sayangku tumbuh
semakin lama semakin besar. Tetapi aku tidak tahu bagaimana perasaannya
kepadaku. Awal dari kehancuran kisahku dengan Adit adalah ketika teman
SMA-ku main ke kos untuk menjengukku. Saat itu aku memang sedang sakit.
Namanya Lia, kuliah di Akademi Kebidanan. Perawakannya tinggi, langsing,
rambutnya lurus dan panjang, kulitnya putih bersih, dan wajahnya memang cantik.
Cukup lama juga dia berada di kosku, sore harinya dia pamit pulang. Di luar
dugaan, saat itu Adit datang ke kosku untuk menengokku juga. Kukenalkan
temanku itu pada Adit. “Kenalin Dit, ini temanku! Dia kuliah di Akademi
Kebidanan.”Mereka saling berjabat tangan sambil menyebut nama masing-masing.
Kemudian aku minta tolong kepada Adit untuk mengantarkan Lia pulang ke
45
kosnya. Adit menyanggupi permintaanku. Kira-kira 45 menit, Adit sudah kembali
ke kosku. Dia bertanya, “ Mbok, aku boleh nggak minta nomor Hp-nya Lia?”
“ Buat apa Dit kamu minta nomor Hp-nya Lia? Kenapa tadi saat
mengantarnya pulang kamu tidak minta langsung kepada orangnya?” “ Aku
kan baru kenal dengannya Mbok, jadi aku masih sungkan. Tadi aja aku nggak bicara
banyak dengannya. Dia juga hanya mengucapkan terima kasih ketika sampai di
kos-nya. Lia cantik ya Mbok?” “Iya dia memang cantik. Kamu suka
padanya?” “Sepertinya begitu sich Mbok. Kan aku kuliah di Akademi
Keperawatan, jadi nyambung kan Mbok kalau sama dia? Menurutmu gimana?”
Aku kecewa dengan pernyataan Adit barusan, dengan berat hati aku berkata,
“ Ya pantaslah kalau kamu dengannya. Secara kamu ganteng dan Lia juga cantik.
Jurusan kalian juga nyambung. Cocoklah!” “Gitu ya Mbok? Bolehkan Mbok
kalau aku PDKT dengannya?” “Ya, terserah kamu Dit! Aku sich hanya bisa
mendukung.” Dengan terpaksa, aku memberikan nomor Hp Lia kepada Adit.
Setelah itu Adit pamit pulang kepadaku. Semenjak itu Adit benar-benar PDKT
dengan Lia. Aku jadi terkena imbasnya karena perlahan-lahan Adit mulai menjauh
dariku. Dia jadi jarang sms ataupun memberi tahu kabarnya kepadaku, dan dia juga
jarang main ke kosku. Kalaupun dia sms aku, itu hanya sekadar dia menanyakan
tentang diri Lia. Hal itu membuatku jengkel karena yang dibicarakan hanyalah Lia,
Lia, dan Lia. Adit sudah berubah, tidak seperti dulu. Jujur aku merasa cemburu.
Perasaanku menjadi tidak karuan karena sikap Adit. Sampai suatu ketika aku sudah
tidak tahan lagi dengan keadaan itu, sehingga dengan penuh pertimbangan,
akhirnya aku memberanikan diri untuk memberi tahu Lia atas apa yang kurasakan
selama ini kepada Adit. Untungnya Lia mengerti dengan keadaanku dan dia
mendukungku jika aku jadian dengan Adit. Dia memberiku saran supaya aku
menyatakan perasaanku kepada Adit. Tapi aku tidak langsung menanggapi saran
Lia. Aku merasa tidak pantas jika menjadi pacar Adit. Menurutku Adit pantas
mendapatkan yang lebih baik dariku. Aku menyayanginya sepenuh hatiku hingga
aku tidak bisa melepasnya. Aku juga merasa tidak enak kalau harus menyatakan
perasaanku lebih dulu kepadanya. Menurutku itu merupakan hal yang tidak etis
karena aku ini perempuan. Tidak pantas seorang perempuan jika mendahului laki-
46
laki. Namun kegundahan hatiku memaksaku untuk menerima saran Lia. Puncak
dari segala yang kutakutkan akhirnya tiba juga. Aku mengumpulkan keberanian
untuk mengatakan yang sejujurnya tentang perasaanku kepada Adit. Malam itu
menjadi saksi bisu tragedi antara aku dan Adit. Peristiwa itu akan selalu aku ingat
dan menjadi memori sejarah perjalanan cintaku. Kamis, 9 Oktober 2008, jam 19.30,
aku sms Adit untuk datang ke kosku. Setelah itu aku mendapat balasan sms darinya
kalau dia memenuhi permintaanku. Tiga puluh menit kemudian dia benar-benar
sampai dikosku. Dia sms aku kalau dia sudah berada di depan kosku dan
menyuruhku keluar untuk segera menemuinya. Tak berapa lama aku keluar kos
untuk menemuinya. Jantungku berdetak kencang serasa mau copot dari tempatnya.
Aku memasang senyum semanis-manisnya di depan Adit. Dia masih berada
di atas motornya. “Hey Mbok, ada apa kamu menyuruhku datang ke kosmu?
“Duduk dulu nanti aku ceritain ke kamu!”Adit turun dari motor dan berjalan
menuju kosku. Kemudian kami berdua duduk di teras kos. Akupun memulai
pembicaraan. Kutarik napas dalam-dalam. “Dit, aku mau ngomong sesuatu sama
kamu. Ini tentang perasaanku ke kamu.” “Perasaan apa Mbok? Aku jadi
bingung dech sama kamu.” “Tapi kamu janji dulu ya, kalau kamu nggak akan
marah sama aku setelah aku jujur padamu!” “Sebenarnya ada apa sich, kok pake
janji nggak akan marah segala?” “Udahlah, yang penting kamu janji dulu!
Baru setelah itu aku mau ngomong sama kamu.” “Iya-iya aku janji. Cepetan
ngomong!” “Nah gitu dong! Dengerin ya! Sebenarnya, sejak awal aku ketemu
kamu aku udah tertarik sama kamu. Tapi selalu kupendam karena kamu selalu dekat
dengan temanku. Aku berusaha mengalah dan menerima kenyataan. Aku juga takut
kalau pertemanan kita menjadi rusak karena egoku ini. Tapi semakin kamu dekat
denganku, aku semakin menyayangimu dan tak bisa melepasmu. Aku tahu Dit,
kalau aku ini bukan apa-apa. Aku tidak secantik Riris ataupun Lia. Aku tidak pantas
mendapatkanmu. Aku hanya cewek biasa-biasa saja sedangkan kamu begitu perfect
bagiku. Aku menyadari kamu lebih pantes dapetin yang lebih baik daripada aku.
Aku hanya ingin jujur padamu. Aku tidak ingin memendam perasaan ini lebih lama
lagi karena sangat menyiksaku setiap kali aku melihatmu tapi tidak bisa
memilikimu. Sekarang terserah kamu mau bagaimana! Keputusan ada di
47
tanganmu.” Tak kusadari air mataku jatuh membasahi pipiku. Aku mengusapnya
perlahan. “Mbok, aku minta maaf padamu. Aku tidak tahu kalau selama ini
ternyata diam-diam kamu menyukaiku. Tapi aku hanya menganggapmu sebagai
seorang teman, tidak lebih. Kalaupun ada rasa sayang itu hanya sebatas rasa sayang
kepada seorang teman. Maafkan aku ya Mbok kalau aku tidak bisa mambalas
cintamu! Mendengar jawaban Adit, aku bagai ditampar petir di siang bolong.
Aku harus terlihat tegar di hadapan Adit. Kutarik napas dalam-dalam dan kuelus
dadaku. “Nggak apa-apa Dit, aku sudah memikirkan resikonya jauh-jauh hari.
Kamu berhak mencintai siapa saja. Sekarang aku bisa lega karena udah jujur sama
kamu. Kita tetap teman kan Dit? Hanya itu saja yang ingin kusampaikan kepadamu.
Kamu masih mau disini atau pulang?” “Sekali lagi sorry ya Mbok, tanpa
kusadari aku telah menyakiti perasaanmu. Kita tetap teman kok Mbok. Jangan
nangis lagi ya Mbok! Aku tidak bisa lama-lama disini karena ada acara lain.”
“Makasih ya Dit udah mau jadi temenku.” “Sama-sama Mbok, aku juga
berterima kasih sama kamu selama ini udah mau jadi tempat sampah buat aku. Aku
pamit dulu ya Mbok! Assalamu’alaikum!” “Wa’alaikumsalam! Jangan kapok
main kesini ya Dit!” Sambil berjalan Adit berkata “Iya, kamu tetap teman
terbaikku.” Tidak seperti yang dikatakan Adit waktu itu. Mungkin malam itu
adalah terakhir kalinya Adit main ke kosku. Dia tidak pernah membalas smsku lagi.
Dia semakin menjauh dariku hingga aku tidak bisa meraihnya lagi. Dia tidak mau
menjadi temanku lagi. Hatiku bertambah hancur, patah dan rontok menjadi
berkeping-keping. Mungkin itu adalah kata-kata yang pantas ditujukan kepadaku.
Aku menyesali perbuatanku. Aku terlalu menuruti egoku untuk memiliki Adit. Jika
saja aku tidak melakukan hal itu mungkin saat ini aku masih menjadi temannya.
Melihat wajahnya, senyumnya, tawanya, dan candanya. Sekarang semua itu hilang
bagai ditelan bumi. Penyesalanku tak ada gunanya, nasi telah menjadi bubur.
Ternyata yang bisa patah dan rontok tidak hanya rambut, tapi hatiku juga.
48
Sebuah Keberanian
Seorang gadis berlari-lari kecil melintasi koridor sekolah. Dia tampak
kelelahan sekali, napasnya terengah-engah. Dia berlari menuju lapangan basket.
Gadis itu bernama Lirna. Gadis mungil yang centil, lucu, lincah, dan ceria.
Wajahnya yang baby face membuatnya terlihat imut dan lebih muda dari umurnya.
Hari itu merupakan hari yang penting untuk sahabat Lirna. Karena hari itu adalah
hari pertandingan basket antar sekolah sekabupaten. Sahabatnya Eka yang menjadi
kapten tim basket sekolahnya. Jika sekolahnya memenangkan pertandingan basket
itu, maka Eka akan mendapat kesempatan untuk meraih beasiswa. Sebagai sahabat,
Lirna harus ikut menjadi suporter di pertandingan itu. Kalau dia tidak datang di
pertandingan itu, Eka bisa marah kepadanya. Sore itu Lirna hampir lupa kalau hari
itu sahabatnya ada pertandingan. Dia ketiduran karena kelelahan seharian bermain
komputer di rumah. Maklum hari Minggu, tidak ada kegiatan yang dia kerjakan. Di
rumah dia tidak ada teman yang bisa diajak bermain paling-paling hanya Mbok
Nem pembantu rumahnya.Dia adalah anak tunggal dari keluarga yang
berkecukupan.
Sampai di lapangan basket, dia langsung mencari tempat duduk di kursi penonton.
Dia memilih duduk di pojok kanan atas agar bisa melihat pertandingan dengan jelas.
Ternyata pertandingan sudah setengah permainan. Pikiran Lirna jadi kacau karena
hal itu. Dia berpikir setelah pertandingan selesai nanti pasti dia kena semprot dari
Eka. Di samping kursinya, duduk sekelompok gadis-gadis centil dan kemayu yang
selalu mengelu-elukan Eka dan menjerit-jerit setiap kali Eka memasukkan bola ke
dalam ring. Di sekolah, Eka memang menjadi idola karena ketampanannya.
Badannya tinggi atletis, kulitnya putih bersih, aktif dalam kegiatan sekolah,
ditambah lagi dia adalah kapten tim basket sekolah yang menaikkan pamornya. Eka
terkenal playboy di sekolah. Dia sering bergonta-ganti pacar. Dia menggunakan
kelebihannya untuk menggaet para gadis. Lirna melirik gerombolan gadis-gadis itu
dengan pandangan yang sinis. Dia berbicara sendiri dengan lirih “Centil banget sih
49
cewek-cewek ini. Nggak pernah liat cowok ganteng apa. Liat Eka aja sampai
segitunya. Biasa aja kali! Lebai deh! Nyebelin banget sih.”
Pertandingan berlangsung dengan tegang. Antara tim yang satu dengan
yang lain skornya saling mengejar. Lirna sendiri ikut menjadi tegang. Dalam
hatinya dia berdoa agar tim basket sekolahnya yang menang dan Eka bisa
mendapatkan beasiswa. Eka sangat menginginkan beasiwa itu karena dia ingin
hidup mandiri dan tidak ingin membebani keluarganya. Tak terasa pertandingan
berakhir ketika peluit sang wasit dibunyikan. Lirna bisa tersenyum lega saat itu
karena pertandingan dimenangkan oleh tim basket sekolahnya. Walaupun dengan
selisih skor yang sedikit. Tim basket sekolah lawan memang tak mudah untuk
dikalahkan, permainannya cukup bagus. Tapi yang membuat tim basket lawan
kalah yaitu karena para anggota tim tidak menjaga kekompakan dalam
permainannya. Lirna bersorak atas kemenangan sahabatnya itu.
Dia segera menghampiri Eka di tengah lapangan untuk mengucapkan
selamat pada Eka. Dari kejauhan Eka berlonjak-lonjak kegirangan bersama tim
basketnya atas kemenangan itu. Lirna memanggil Eka “Eka…Eka…Eka!”
Eka menoleh dan tersenyum melihat Lirna. Setelah Lirna berhadapan dengan Eka
dia mengulurkan tangan sambil berkata “Selamat ya Ka atas kemenanganmu! Aku
ikut senang atas kemenangan yang kamu raih.”
Eka tidak membalas uluran tangan Lirna. Lirna bingung dengan sikap Eka yang
seperti itu.
“Ka, kenapa kamu nggak membalas uluran tanganku ini?”
“Salah sendiri kamu datang terlambat di pertandinganku. Itu yang namanya
sahabat?”
“Sory deh Ka! Aku lupa kalau hari ini kamu ada pertandingan. Abis aku
kecapean sih, jadi ya aku ketiduran. Tapi kan aku udah berusaha datang di
pertandinganmu ini. Buktinya sekarang aku ada di hadapanmu.”
“Sory, sory. Nggak segampang itu kali. Tau nggak tadi aku celingak-
celinguk kayak orang gila nyariin kamu di kursi penonton sebelum pertandingan
dimulai. Aku nggak konsen saat pertandingan hampir dimulai gara-gara kamu
belum datang.”
50
”Terus aku harus gimana dong agar kamu bisa maafin aku?”
“Ntar malam kamu harus mentraktirku makan steak untuk kemenanganku
ini! Oke!”
“Uuh, dasar perut karet! Makanan aja yang dipikirin.”
“Mau apa nggak? Kalau nggak mau ya udah. Aku nggak akan ngomong
sama kamu lagi.”
“Lho kok gitu sih! Iya iya aku traktir kamu makan steak nanti malam.”
“Nah gitu dong! Itu baru namanya temenku. Mau pulang bareng nggak?”
“Ayuk! Daripada naik taksi kan mahal.”
“Huuh, dasar! Dari dulu nggak pernah berubah, selalu aja perhitungan.”
“Biarin!”
“Ya udah kamu tunggu di sini dulu ya! Aku mau ngambil tasku di loker
dulu.”
“Sana cepetan! Jangan lama-lama ya! Soalnya ini dah sore nanti aku bisa
diomelin mama.”
Eka segera berlari menuju ruang ganti untuk mengambil tasnya di loker. Dia
tidak ingin membiarkan Lirna menunggu lama. Dia tahu betul bahwa Lirna anak
satu-satunya yang sangat dilindungi oleh keluarganya. Selanjutnya Eka
menghampiri Lirna kembali untuk mengajaknya pulang bersama. Mereka pulang
bersama naik motor. Eka mengantarkan Lirna sampai di depan rumahnya. Setelah
Lirna turun dari motor, Eka juga ikut turun dan memakirkan motornya.
“Lho, ngapain kamu Ka, pake turun segala? Kenapa nggak langsung pulang
aja?
“Emangnya aku nggak boleh main ke rumahmu?’
“Ya boleh sih, tapi inikan dah sore. Emangnya kamu nggak mandi dulu?”
“Ah, kalau soal mandi sih gampang.”
Mereka berdua berjalan menuju rumah Lirna. Lirna membukakan pintu
sambil mengucapakan salam. Dibalas ucapan salam dari dalam rumah. Ternyata itu
adalah mama Lirna. Eka langsung menyalami mama Lirna. Eka sudah akrab dengan
keluarga Lirna. Eka dan Lirna sudah berteman sejak kelas 2 SMP jadi Eka sudah
tidak asing lagi dalam keluarga itu. Eka langsung berbicara pada mama Eka.
51
“Tante, boleh nggak kalau nanti malam aku mengajak Lirna keluar untuk
merayakan kemenangan tim basketku.”
Lirna kaget mendengar Eka berbicara seperti itu pada mamanya. Ternyata
Eka ingin masuk rumahnya karena alasan itu.
“Boleh kok Ka. Asal pulangnya jangan malam-malam. Lirna itu anak
perempuan nggak baik kalau pulang malam-malam. Tante percaya kalau Lirna
sama kamu. Ingat, jaga Lirna baik-baik ya! Yang sabar kalau menghadapi Lirna.
Kamu tahu sendiri Lirna itu anaknya manjanya setengah mati!”
Lirna mencubit pinggang mamanya. “Ah mama apa-apaan sih. Pasti gitu
deh kalau Eka kesini. Sebel!”
“Tu kan Ka, kamu liat sendiri kelakuannya barusan.”
“Beres tante! Eka akan pegang amanat tante baik-baik.”
Malam harinya sekitar jam 19.00, Eka menjemput Lirna di rumahnya. Lirna
juga sudah siap pergi dengan Eka. Dia berdandan semanis mungkin. Mereka berdua
pamit kepada orangtua Lirna. Kemudian mereka pergi ke sebuah restoran. Mereka
memesan meja untuk dua orang. Setelah memesan makanan, mereka berbicara
panjang lebar. Tertawa dan bercanda bersama. Setelah makanan ada di hadapan
mereka, mereka masih saja asyik berbicara.
Lirna mengenal Eka saat kelas dua SMP. Dulu Lirna anaknya pendiam dan
sulit untuk bergaul. Dia selalu terlihat sendiri di sekolah. Saat jam istirahat
berlangsung, Lirna selalu ke perpustakaan sekolah membaca buku-buku cerita.
Kalau tidak dia hanya berdiam diri di dalam kelas sambil menikmati bekalnya dari
rumah. Dia jarang sekali jajan di sekolah. Sepulang sekolah, seperti biasa Lirna
sedang menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Tidak seperti biasa, saat itu
jemputan Lirna datangnya terlambat. Sampai sekolah sepi, jemputan Lirna belum
datang juga. Tiba-tiba ada seekor anjing mengejarnya. Dia berlari ketakutan sambil
berteriak minta tolong. Tidak ada orang yang menolongnya karena saat itu memang
sudah tidak ada orang. Untungnya ada seorang anak lelaki yang keluar dari dalam
sekolah. Dia baru saja selesai mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mading di
sekolah. Dia kaget saat ada suara orang menjerit minta tolong. Dia mencari sumber
suara itu. Ternyata dia melihat ada seorang gadis sedang dikejar anjing. Dia
52
langsung mengambil batu untuk menolong gadis itu. Dia langsung berlari mengejar
gadis dan anjing itu. Kemudian dia melemparkan batu itu kepada anjing untuk
mengusirnya.
“Pergi kamu dari sini!”
Anjing itu terjatuh kemudian anak laki-laki itu menyuruh anjing itu pergi.
Anjing itu berlari menjauhi Lirna. Anak laki-laki itu mendekati Lirna.
“Kamu tidak apa-apa? Kenapa jam segini kamu masih ada disini padahal
sekolah sudah sepi?”
“Aku nggak apa-apa. Aku menunggu jemputan, tapi nggak datang-datang.
Tiba-tiba ada seekor anjing dan dia malah mengejarku. Aku takut dan berlari
sekencang-kencangnya. Aku berteriak minta tolong, tapi tak ada yang
menolongku.” Lirna bercerita sambil terisak-isak karena ketakutan.
“Sudahlah jangan menangis! Ya mana mungkin ada yang menolongmu,
sekolah saja sudah sepi.”
“Terus kenapa kamu masih ada disini?”
“Hari ini aku mendapat tugas untuk memasang dan menata mading. Jadi aku
pulang terlambat. Kamu mau nggak tak anterin pulang? Daripada kamu nunggu
disini sendirian nanti dikejar anjing lagi lho.”
“Iya aku mau.”
Mereka berdua pulang bersama naik angkot. Di dalam angkot mereka
berbincang-bincang.
“Kenalkan, aku Eka anak kelas 2B. Kamu siapa?”
“Aku Lirna anak kelas 2A.”
“Berarti kelas kita sebelahan dong. Tapi aku kok jarang melihatmu, padahal
kelas kita bersebelahan. Bolehkan kalau nanti aku sering main ke kelasmu?”
“ Aku jarang keluar kelas. Kalau keluar paling-paling aku ke perpus. Kamu
boleh kok main ke kelasku.”
“Kenapa kamu nggak bersama teman-temanmu saja jajan di kantin
misalnya?”
“Aku nggak punya teman. Aku takut dan minder.”
53
“Kenapa harus takut dan minder? Di mata Allah, semua makhluknya punya
derajat yang sama. Yang membedakan hanya amal dan perbuatannya. Kalau begitu
bolehkan jika aku berteman denganmu?”
“Makasih udah mau jadi temenku.”
Eka mengulurkan tangannya kepada Lirna dan Lirna membalas uluran
tangan itu.
“Mulai sekarang kita temen ya!”
Sejak itu Eka dan Lirna berteman. Lirna tidak lagi menunggu jemputan
setiap pulang sekolah. Dia selalu pulang bersama Eka. Pada awalnya mamanya
tidak mengijinkan dia pulang sendiri. Tapi dia meyakinkan mamanya setelah
kejadian dia dikejar anjing itu. Lirna juga mengenalkan Eka pada mamanya. Dia
bercerita pada mamanya bahwa Ekalah yang saat itu menolongnya. Eka minta ijin
pada mama Lirna supaya beliau tidak perlu repot-repot lagi menjemput Lirna
karena dia yang akan menemani Lirna pulang sekolah. Kebetulan rumah Eka searah
dengan rumah Lirna. Mama Lirna mengijinkan hal itu dan mempercayai Eka untuk
menjaga Lirna. Eka sering main di rumah Lirna. Mereka sering mengerjakan tugas
bareng. Di sekolah mereka juga selalu bermain bersama. Lirna tidak lagi menjadi
anak yang penakut. Dia sudah mempunyai teman. Ekalah yang selalu membantunya
untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Lirna menjadi anak yang tidak pendiam
lagi. Bahkan sebaliknya, dia tumbuh menjadi gadis yang cerewet dan centil . Semua
itu berkat dukungan Eka. Eka yang merubahnya seperti itu.
Diam-diam Lirna mengagumi Eka. Tetapi Eka adalah lelaki yang dikagumi
banyak gadis. Eka selalu curhat pada Lirna saat dia dekat dengan seorang gadis.
Alasan itu membuat Lirna selalu memendam perasaaannya. Dia selalu memaksakan
senyum mengembang di bibirnya setiap kali Eka bersemangat cerita tentang gadis
yang dekat dengannya. Eka memang siswa yang aktif. Dia sering mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Lirna selalu menolak ajakan Eka yang
mengajaknya menyibukkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Lirna
hanya mau menemani Eka setiap kali Eka ada kegiatan. Dimanapun Eka berada
Lirna selalu mengikutinya. Bahkan saat Eka mojok dengan pacarnya di belaknag
sekolahpun ditungguinya. Terkadang Eka marah setiap Lirna membuntutinya terus.
54
Lirna tidak peduli dengan omelan Eka. Dia merasa senang jika berada di dekat Eka
meski tidak memiliki Eka sebagai seorang pacar. Lirna selalu menuruti perintah
Eka. Bahkan Lirna sering dimanfaatkan Eka untuk mengerjakan PR-nya. Lirna
tidak bisa menolak permintaaan Eka. Karena dia merasa berhutang budi pada Eka.
Eka sudah membantunya keluar dari rasa ketakutan dan minder.
Suatu hari pada hari Minggu di rumah, Eka sendirian karena orangtuanya
berada di luar kota untuk urusan pekerjaaan. Dia mempunyai seorang kakak laki-
laki tetapi sudah kuliah sehingga jarang ada di rumah. Saat itu dia sedang sakit.
Pembantunya juga mendadak minta pulang kampung karena ada urusan keluarga.
Eka benar-benar sendirian dan tidak ada yang mengurusinya. Untung saja saat itu
Lirna datang ke rumahnya. Lirna yang mengurusinya saat itu. Lirna
membelikannya obat dan makanan. Lirna yang menyuapinya makan dan
membantunya minum obat. Eka baru sadar bahwa Lirna sangat perhatian padanya.
Padahal dia sering memarahi Lirna setiap Lirna selalu membuntutinya di sekolah.
Lama-lama Eka merasa malu jika Lirna membuntutinya terus. Dia sering diejek
teman-temannya bahwa dia selalu dikawal seorang bodyguard. Tapi sekarang lain
ceritanya. Eka baru tahu bahwa dia mempunyai sesuatu yang sangat berharga yaitu
perhatian Lirna.
Mulai saat itu Eka memberikan perhatian yang lebih kepada Lirna. Dia tidak lagi
memarahi Lirna setiap Lirna membuntutinya. Justru sebaliknya dia merasa senang
saat Lirna membuntutinya. Itu sudah menjadi kebiasaan. Rasanya ada yang hilang
dalam diri Eka jika Lirna tidak membuntutinya. Eka merasa ada yang menjaganya
setiap Lirna membuntutinya. Eka tidak mempedulikan lagi ocehan teman-
temannya. Eka merasa bingung dengan perasaannya pada Lirna. Dia mulai suka
memperhatikan Lirna. Benih-benih rasa sayang tumbuh di hati Eka. Tapi Eka tidak
berani mengungkapkan perasaan itu. Dia takut persahabatannnya akan berantakan
jika saja dia menyatakan perasaan cintanya pada Lirna. Dia memutuskan
memendam perasaan itu.
Dia melampiaskan kegundahan hatinya itu dengan berpacaran dengan gadis
lain. Tapi semua gadis-gadis yang pacaran dengannya tidak ada yang merasa betah.
55
Karena Eka tidak pernah memberikan perhatiannya pada mereka. Eka selalu
mengutamakan Lirna.
Setelah mereka lulus SMP mereka memutuskan untuk melanjutkan ke SMA
yang sama. Hubungan mereka semakin dekat Kemana-mana selalu berdua.
Walaupun mereka berbeda kelas, hal itu tidak menjadi kendala. Lirna selalu
membonceng Eka setiap pulang sekolah. Gosip yang beredar bahwa mereka
berpacaran. Mereka tidak mempedulikan gosip itu. Eka merasa tersiksa dengan
sikapnya yang melampiaskan kegundahan hatinya kepada gadis-gadis lain. Dia
merasa telah membohongi dirinya sendiri. Dia juga semakin menyibukkan diri
dalam kegiatan sekolah untuk mengatasi kegundahan yang semakin merajalela di
hatinya. Dia menjadi lebih semangat kalau Lirna berada di dekatnya.
Malam itu di sebuah restoran Eka ingin mengungkapkan isi hatinya kepada Lirna.
Dia menyuruh Lirna mentraktirnya makan steak itu hanya alasan saja untuk mencari
waktu dan suasana yang tepat mengungkapkan isi hatinya kepada Lirna. Saat Lirna
sedang menikmati makanannya tiba-tiba Eka memegang tangannya. Lirna kaget
dengan perlakuan Eka. Jantungnya berdetak kencang serasa mau copot. Lirna
menghentikan makannya. Eka memandang wajahnya dalam-dalam.
“Lir, boleh nggak aku ngomong sesuatu kepadamu?”
“Boleh. Emangnya kamu mau ngomong apa pake minta ijin segala sama
aku?”
“Sebenarnya selama ini diam-diam aku menyukaimu. Entah sejak kapan
aku menyukaimu, aku tidak tau. Mungkin sejak kamu suka membuntutiku. Atau
mungkin sejak kamu merawatku saat aku sakit. Atau mungkin juga saat kamu selalu
menemaniku ketika aku sendiri, memberikan perhatianmu padaku, menjadi tempat
curhatku, aku tidak tau. Selama ini aku berpacaran dengan banyak gadis itu hanya
kedok belaka. Aku hanya ingin melampiaskan kegundahan hatiku pada mereka.
Tapi mereka tidak ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku. Kamulah yang
menempati ruang special di hatiku. Aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan isi
hatiku padamu. Aku takut jika akan kehilanganmu. Aku takut kalau persahabatan
kita berantakan Lir.”
56
Lirna menaruh jari telunjuknya di bibir Eka. “Ssst.... Kamu jangan ngomong lagi!
Kamu pikir ngapain selama ini aku membuntutimu, memberikan perhatian padamu,
menuruti semua perintahmu, sampai mengerjakan PR-mu segala? Kamu terlalu
picik Ka. Diam-diam aku sudah menyukaimu sejak kamu mengajari aku untuk
menjalani hidup ini penuh semangat. Kamu yang telah memusnahkan rasa
ketakutan dan keminderanku selama ini. Kamu yang mau mengerti sikap manjaku.
Aku berpikir selama ini kamu hanya menganggapku sebagai seorang sahabat nggak
lebih. Karena kamu selalu memilih gadis lain untuk menjadi kekasihmu.”
Lirna melepaskan jari telunjuknya dari bibir Eka. Eka berdiri, berjalan
mendekatinya dan memeluknya erat sekali. Lirna membalas pelukan itu. Mereka
tenggelam dengan suasana itu. Semua orang yang ada di restoran itu memandangi
mereka. Mereka merasa malu dan saling melepaskan pelukannya. Mereka kembali
ke mejanya masing-masing. Menghabiskan makanan yang telah mereka pesan.
Selanjutnya Eka mengantarkan Lirna pulang. Sebelum Lirna menuju pintu
rumahnya, Eka meraih tangannya dan mengecup pipi Lirna. Lirna hanya tersenyum
dengan tingkah Eka.
“Kenapa kamu tidak membalas kecupanku, sayang?”
Lirna membalas kecupan itu di pipi Eka. Dia tersipu malu dan berlari menuju pintu
rumahnya. Sebelum dia masuk, dia mengucapkan sesuatu pada Eka.
“Sudah sana cepetan pulang! Ini sudah malam nanti kamu dimarahi sama
mama.”
“Iya sayangku. Makasih untuk semuanya.”
Eka kembali menaiki motornya dan Lirna melambaikan tangannya.
Malam itu malam terindah bagi mereka. Mereka telah mengambil keputusan yang
terbaik. Mereka menemukan keberanian dalam diri mereka untuk seuatu yang patut
diperjuangkan.
Persahabatan Tidak Pernah Berakhir
57
Malam sunyi menyelimuti sebuah kamar di kos-kosan. Langit gelap
tertutup awan kelabu. Tak ada sebutir bintang yang menerangi malam. Bulan
bersembunyi di balik awan mendung. Di kamar itu terdengar dua orang sedang
beradu argumen untuk sebuah kemenangan.
“Sek, kenapa kamu tega mengkhianatiku? Padahal aku sudah
menganggapmu seperti saudaraku sendiri.”
“Maafkan aku Ta, aku tak bermaksud seperti itu. Aku terpaksa melakukan
hal itu. Aku tak tega dengan Wawan. Dia lelaki yang baik, tak pantas jika kamu
memperlakukannya seperti itu. Aku hanya ingin membantumu keluar dari rasa
kebimbangan.”
“Membantu katamu? Tapi menurutku itu adalah sebuah kebodohan. Gara-
gara kamu buka mulut pada Wawan, aku hampir saja putus dengannya. Untung dia
mau memaafkanku tapi dengan syarat aku harus memutuskan Bagus. Aku berat
melakukan hal itu. Aku masih menyayangi Bagus. Aku merasa sendiri saat itu. Tak
ada yang membelaku. Keluargaku juga menyalahkanku. Mereka tidak mau tetangga
sampai tahu hubunganku dengan Bagus. Bahkan sahabat yang kuharapkan
membelaku malah dia sendiri yang mengobarkan api.”
“Aku sadar Ta aku memang salah. Sekarang terserah kamu mau berbuat apa
padaku? Aku terima. Asalkan satu pintaku, jangan pernah memutuskan
persahabatan kita!”
“Aku tidak tahu lagi Sek apa yang harus kulakukan. Aku bingung.”
Mereka terdiam dalam keheningan malam. Hujan turun membasahi bumi
ikut meramaikan suasana yang menjadi bagian keheningan malam itu. Mereka
terlelap dalam mimpi-mimpinya. Tak tahu apakah itu mimpi yang indah atau
sebaliknya.
Sekyna dan Tata bersahabat sejak mereka kelas 2 SMA. Hubungan mereka
bertambah akrab dari hari ke hari. Apalagi mereka sekarang kuliah di Universitas
yang sama dan tinggal dalam satu kamar kos-kosan.. Walaupun mereka berbeda
jurusan tetapi hal itu tak menjadi kendala kekompakan mereka. Mereka selalu
terlihat bersama dimanapun berada di luar jam kuliah mereka. Tata berasal dari
keluarga yang berada. Sedangkan Sekyna berasal dari keluarga yang pas-pasan.
58
Tata mempunyai sikap yang cenderung egois, manja dan suka menang sendiri.
Sekyna orangnya sabar, suka mengalah dan bersifat keibuan. Mereka saling
mengisi kekurangan satu sama lain.
Setiap pulang ke kota asal, Sekyna sering menginap di rumah Tata.
Keluarga Tata sudah menganggap Sekyna seperti keluarga sendiri. Saat liburan
menjelang lebaran Sekyna menginap di rumah Tata. Saat itu Wawan pacar Tata
juga menginap disitu. Mereka sedang ada masalah. Di rumah Tata mereka berdua
bertengkar. Tata tidak suka jika Wawan dekat dengan Deki. Menurutnya Deki itu
orangnya kecentilan. Tapi Wawan mengelak hal itu dia hanya berteman dengan
Deki. Mana mungkin dia tertarik dengan Deki karena dia adalah pacar sahabatnya
sendiri. Sekyna tidak membela siapa-siapa. Dia tidak ingin terlalu mencampuri
hubungan mereka. Padahal Tata sendiri punya kesalahan yang lebih fatal. Sudah
tiga bulan Tata selingkuh dengan Bagus. Tata mengenal Bagus dari Mukri
temannya. Bagus tahu kalau Tata sudah punya pacar tetapi dia tidak peduli dengan
hal itu. Dia tetap mendekati Tata. Tata terpesona dengan sikap Bagus yang selalu
menuruti permintaannya dan selalu mengalah dengannya. Akhirnya mereka
menjalin hubungan terlarang itu di belakang Wawan. Ditambah lagi Tata merasa
jenuh dengan sikap Wawan yang pemarah dan over protectif kepadanya.
Tata selalu mencari-cari kesalahan Wawan agar Wawan memutuskannya. Tata
tidak mau kalau dia yang memutuskan Wawan agar orang beranggapan kalau yang
salah bukanlah dia melainkan Wawan. Dengan adanya Deki Tata punya alasan
untuk menyalahkan Wawan. Tetapi hal itu tidak berhasil karena Wawan dibela oleh
keluarga Tata. Keluarga Tata tahu bahwa Tata menjalin hubungan dengan Bagus.
Mereka menentang hubungan itu, terutama ibu Tata. Hal itu dilihat dari latar
belakang Bagus yang kurang jelas. Mereka lebih suka kalau Tata dengan Wawan.
Wawan berasal dari keluarga yang berada dan jelas latar belakangnya. Apalagi
Wawan dan Tata sudah berpacaran lebih dari tiga tahun. Apa kata orang nanti kalau
anak gadisnya mempunyai pacar lebih dari satu. Mau tidak mau Tata harus
menerima keadaan itu. Wawan juga sudah berjanji bahwa dia akan berusaha untuk
menjauhi Deki demi hubungannya dengan Tata kembali menjadi baik. Satu malam
Sekyna menginap di rumah Tata. Paginya Sekyna diantar Tata pulang. Setelah itu
59
Sekyna tidak tahu lagi apa yang terjadi diantara Wawan dan Tata. Setelah tiga hari,
Sekyna mendapat sms dari Wawan. Isi sms itu adalah Wawan menanyakan pemilik
sebuah nomor Hp kepada Sekyna. Sekyna tidak membalas sms itu. Dia takut dan
bingung. Kalau seandainya dia jujur berarti dia sudah mengkhianati sahabatnya
sendiri. Tetapi di sisi lain dia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia telah
melakukan sebuah dosa. Dia berbohong kepada Wawan. Padahal selama ini Wawan
sudah bersikap baik kepadanya. Bahkan dia sudah dianggap seperti adiknya sendiri.
Sekyna tidak tega melihat Wawan dikibulin Tata selama ini. Dia juga kasihan
kepada Wawan karena Sekyna tahu kalau Wawan sangat mencintai Tata. Tidak
puas dengan sikap Sekyna yang tidak membalas smsnya, Wawan mendatangi
rumah Sekyna. Jam 10.00 pagi Wawan sampai di rumah Sekyna dan segera
mengetuk pintu rumahnya. Sekyna keluar membuka pintu rumahnya untuk melihat
siapa yang bertamu. Betapa terkejutnya Sekyna setelah tahu bahwa yang datang
adalah Wawan. Sekyna mempersilakan Wawan masuk dan duduk di ruang tamu.
Tanpa basa-basi lagi Wawan langsung membuka pembicaraan. “Langsung saja Sek.
Kenapa kamu tidak membalas sms-ku kemarin? Jawabanmu sangat penting
bagiku.” Sekyna terpaksa berbohong untuk melindungi Tata.
”Maaf Wan, aku tidak punya pulsa untuk membalas sms-mu!”
”Jangan bohong kamu! Terlihat dari sorot matamu kalau kamu tidak berkata
jujur. Aku paling tidak suka dibohongi. Jika kamu sayang pada Tata seharusnya
kamu berkata jujur karena ini menyangkut hubunganku dengannya!” Sekyna
menunduk, tak berani menatap wajah Wawan.
”Aku mohon kepadamu Sek, jawablah pertanyaanku ini!”
”Baiklah Wan, aku akan menjawab pertanyaanmu dengan jujur! Asalkan
kamu mau berjanji padaku kalau kamu tak akan memberi tahu Tata bahwa akulah
yang membuka rahasia ini! Aku takut kalau Tata membenciku dan tidak mau
berteman lagi denganku”.
”Baiklah aku berjanji padamu! Sekarang cepat katakan padaku! Nomor Hp
itu milik siapa?”
60
”Nomor Hp itu adalah nomor Bagus, selingkuhan Tata. Sudah tiga bulan dia
menduakanmu. Tata merasa jenuh dengan semua sikapmu yang pemarah dan over
protectif padanya.”
“Kenapa kamu tidak jujur dari dulu? Kalau seandainya kamu mau jujur
padaku, mungkin aku akan memperbaiki sikap-sikapku pada Tata. Dengan begitu
mungkin Tata juga nggak akan selingkuh di belakangku.”
“Aku minta maaf Wan. Aku Tidak mau terlalu mencampuri hubungan
kalian. Itu urusan kalian berdua dan aku hanya menuruti perintah Tata. Aku sangat
menyayanginya.
”Kemarin aku dan Tata bertengkar lagi. Aku tidak sengaja menbaca sms di
Hp-nya. Aku kaget saat kulihat bahwa ada sms yang namanya ditulis dengan nama
”Cinta”, padahal itu bukan nomor Hp-ku. Aku menanyakan nomor itu pada Tata.
Kata Tata nomor itu adalah nomor gebetanmu Mario. Tapi aku tak percaya, mana
mungkin kalau itu gebetanmu kok sms-an sama dia. Aku marah dan memutuskan
untuk pulang ke rumahku sendiri. Sekarang aku harus gimana Sek?” ”Kamu
lelaki yang baik Wan, jadi janganlah kamu melakukan hal yang bodoh! Sebenarnya
Tata mencintaimu tapi dia tergoda dengan bujuk rayu Bagus. Bagus selalu
menunjukkan kedewasaannya pada Tata. Dia selalu menuruti permintaan Tata.”
”Aku juga sangat mencintai Tata, apalagi hubungan kami sudah lebih dari
tiga tahun. Sebelum kamu berteman dengannya, aku sudah lebih dulu berpacaran
dengannya. Aku nggak mungkin memutuskannya. Tapi aku juga harus tegas. Aku
harus menyuruhnya memilih antara aku atau Bagus.”
”Itu adalah keputusan yang terbaik Wan. Aku mendukung hubungan kalian.
Aku tak ingin jika Tata memilih hal yang salah. Keluarganya juga sangat
menentang hubungannya dengan Bagus. Tapi Tata ngotot. Keluarganya tidak
berani memberitahu hal itu padamu karena mereka takut kalau Tata ngambek.”
”Ya sudah Sek, terima kasih atas infonya. Doakan saja agar aku bisa
menyelesaikan masalah ini! Aku pamit dulu ya! Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikumsalam. Hati-hati di jalan, Wan!”
“Ya Sek. Sekali lagi terima kasih.”
”Sama-sama.”
61
Wawan pulang dari rumah Sekyna dan segera menuju rumah Tata. Dengan
wajah yang merah padam Wawan menemui Tata untuk menyelesaikan masalah itu.
”Ta, aku sudah tahu semua tentang rahasiamu. Sebenarnya nomor Hp itu
bukan nomornya Mario gebetan Sekyna kan? Selama ini aku sudah
mempercayaimu, tapi kenapa kamu tega mengkhianatiku ? Nomor Hp itu adalah
nomor Hp Bagus kan, selingkuhanmu ?” Tata tak berani menatap wajah Wawan.
Dia takut dengan ekspresi wajah Wawan. Dia bingung harus menjawab apa.
Jawaban jujur atau bohong.
“Ngaco kamu. Tahu darimana kamu kalau nomor itu adalah nomor Bagus?
Bagus itu siapa, aku nggak kenal sama dia?”
“Aku Tanya sama kamu apakah kamu masih mencintaiku?”
”Kenapa kamu menanyakan hal itu padaku? Ya jelaslah kalau aku masih
mencintaimu! Kalau nggak, kenapa sampai saat ini aku masih bertahan sama
kamu.”
”Kalau begitu demi hubungan kita, jawab dengan jujur! Nomor itu, nomor
Hp siapa?” Tata bingung dengan pertanyaan itu. Dia masih mencintai Wawan.
Kalau dia berbohong berarti dia telah mengkhianati cinta Wawan. Airmatanya
menetes membasahi pipi.
“Maafkan aku Wan, selama ini aku memang telah membohongimu! Aku
telah menduakanmu dengan Bagus. Bagus sangat baik padaku. Aku juga tertarik
padanya. Aku merasa jenuh dengan semua sikapmu yang pemarah dan over
protectif. Sekarang terserah kamu mau apa! Aku akan menerima keputusanmu!”
”Aku mencintaimu, aku nggak mau jika harus kehilanganmu. Tapi aku juga
nggak boleh egois. Kamu berhak mecintai siapa saja. Kamu nggak salah, akulah
yang salah. Aku nggak bisa ngertiin kamu. Kamu boleh memilih antara aku dan
Bagus. Jika kamu bahagia aku juga ikut bahagia.”
”Nggak, akulah yang seharusnya disalahkan atas masalah ini! Aku yang
memulai semuanya jadi aku juga yang harus mengakhiri semuanya. Aku memang
menyayangi Bagus tapi rasa sayangku pada Bagus tidak bisa mengalahkan rasa
sayangku sama kamu. Aku lebih memilihmu daripada Bagus. Kita sudah
berpacaran cukup lama. Sementara aku baru sebentar mengenal Bagus. Aku khilaf.
62
Aku telah mengkhianati cintamu.” Mereka berdua berpelukan dan meneteskan air
mata.
”Sekarang aku mohon padamu! Jika kamu lebih memilih aku putuskan
Bagus sekarang juga! Dan jika kamu melakukan hal yang sama lagi aku nggak akan
memaafkanmu lagi. Begitu juga sebaliknya, jika aku melakukan hal yang sama
kamu boleh membenciku. Kita sama-sama salah. Kita mulai lagi dari awal dan
memperbaiki kesalahan masing-masing!” Wawan melepaskan pelukannya dan
mengambil Hp-nya. Dia menyuruh Tata untuk menelpon Bagus. Sebenarnya Tata
berat melakukan hal itu karena dia masih menyayangi Bagus. Demi hubungannya
dan Wawan kembali menjadi baik Tata rela melakukan hal itu. Tata memencet
nomor Hp Bagus. Setelah tersambung, Tata menuruti perintah Wawan yang
menyuruhnya memutuskan Bagus. Detik itu juga hubungan Tata dengan Bagus
berakhir. Selanjutnya Tata bertanya pada Wawan ”Wan, aku sudah menuruti semua
perintahmu demi hubungan kita. Sekarang giliranku untuk minta sesuatu padamu.
Siapa orangnya yang memberi tahumu semua hal tentang Bagus? Aku juga mau
kamu jawab dengan jujur. Aku tahu selama ini kamu tidak pernah berbohong
kepadaku.”
”Tapi kamu janji dulu padaku kalau kamu nggak akan marah sama
orangnya!”
”Aku janji padamu aku nggak akan marah sama orangnya.”
”Yang memberi tahuku adalah Sekyna. Kamu jangan menyalahkannya. Dia
menyayangimu makanya dia melakukan hal itu. Dia nggak ingin jika kamu memilih
hal yang salah.”
”Baiklah aku nggak akan marah padanya!”
Libur lebaran telah selesai. Setelah kejadian itu setiap kali Sekyna sms Tata,
sms itu tak pernah mendapat balasan. Bahkan Tata juga tidak bersilaturrahim ke
rumah Sekyna. Mereka kembali ke kampus tidak bersama-sama lagi. Padahal
biasanya mereka selalu terlihat kompak. Sekyna sampai di kos duluan. Dia punya
firasat buruk tentang hubungannya dengan Tata. Setelah Tata sampai di kos
ternyata dugaan Sekyna benar. Tata tidak menepati janjinya pada Wawan. Tak
sepatah katapun keluar dari mulut Tata untuk Sekyna. Sekyna sudah berbasa-basi
63
memulai pembicaraan dengan Tata. Tapi reaksi Tata tetap sama. Hingga terjadilah
prahara itu. Sudah dua minggu Tata mendiamkan Sekyna. Sekyna meminta
pertanggungjawaban Wawan untuk mengembalikan hubungannya dengan Tata.
Sekyna juga meminta bantuan teman satu kosnya untuk memperbaiki hubungannya
dengan Tata.
Malam itu saat ada konser musik, semua anak kos menontonnya tak
terkecuali Tata dan Sekyna. Sekyna merasa kaget saat Tata menggandeng
tangannya. Di tempat konser tersebut mereka berdua terlihat kompak lagi. Mereka
bercanda dan tertawa bersama lagi. Mereka menonton konser itu sampai selesai
hingga jam 12.00 malam. Sesampainya di kos Tata memulai pembicaraan pada
Sekyna.
”Sek, aku minta maaf atas semua sikapku padamu selama ini! Aku memang
bodoh dan egois. Sekarang aku sadar, bahwa yang kamu lakukan memang benar.
Aku tidak terombang-ambing lagi dalam kebimbangan antara Wawan dan Bagus.
Ternyata yang mencintaiku dengan tulus memang Wawan. Aku mendapat kabar
dari Mukri, bahwa Bagus telah menggandeng cewek lain. Kamu memang sahabat
terbaikku Sek. Aku bersyukur punya sahabat sepertimu. Kamu selalu mengalah
denganku dan mengingatkanku jika aku berbuat kesalahan.”
”Sebelum kamu minta maaf sama aku, aku sudah memaafkanmu Ta. Aku
juga minta maaf padamu karena tak bisa menjaga rahasiamu.”
”Kamu nggak salah Sek. Kamu sudah melakukan hal yang benar. Sekarang
aku tidak terombang-ambing lagi dalam kebimbangan. Berkat kamu aku tidak
terjerumus pada rayuan Bagus yang buaya itu.”
”Kita sama-sama salah Ta. Kita mulai lagi dari awal. Sekarang kita perbaiki
semua kesalahan kita. Biarpun ada kata mantan pacar, kuharap nggak akan ada kata
mantan sahabat diantara kita.”
Mereka berdua saling mengkaitkan jari kelingkingnya tanda sebuah
kesepakatan. Mereka berdua kembali tertawa bersama lagi dan berteriak ”Sahabat
untuk selamanya dan nggak akan pernah berakhir. Yeee...!”
64
Cinta yang Kembali
Kehidupan keluarga Wahyudit sangat menderita. Nyonya Wahyudit tidak
ingin terus hidup menderita sehingga dia memutuskan untuk meninggalkan
rumah. Dia mengajak putrinya Rere untuk ikut dengannya. Tapi Rere menolak
ajakan ibunya. Dia ingin bersama ayahnya. Setelah Nyonya Wahyudit pergi dari
rumah, satu bulan kemudian, Tuan Wahyudit juga memutuskan untuk
meninggalkan rumah dan pindah ke Jakarta. Di perjalanan dia bertemu dengan
seorang kakek. Kakek itu sedang dihajar oleh perampok. Tuan Wahyudit segera
menolong kakek itu. Dia melawan perampok itu. Karena dia jago silat akhirnya
perampok itu bisa dikalahkan. Melihat kakek itu terluka, Tuan Wahyudit segera
65
membawa kakek itu ke rumah sakit. Kakek itu banyak mengeluarkan darah
sehingga Tuan Wahyudit mendonorkan darahnya pada kakek itu. Tapi nyawa
kakek itu tidak bisa tertolong lagi. Kakek itu ternyata adalah seorang jutawan.
Tetapi dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Dia hanya tinggal bersama para
pembantunya. Dulu kakek itu punya satu anak laki-laki, tapi anak laki-lakinya
meninggal bersama menantu dan cucunya pada sebuah kecelakaan. Tidak
disangka kakek itu menyerahkan seluruh kekayaannya kepada Tuan Wahyudit.
Kekayaan yang sekarang didapatkannya sedikit dapat membuatnya melupakan
kejadian buruk yang dialaminya. Tidak hanya Tuan Wahtyudit, Rere juga dapat
merasakan betapa bahagianya jadi orang kaya .
Setelah 10 tahun memimpin perusahaan yang diberikan kakek itu,
perusahaan itu maju pesat. Tapi tidak begitu dengan Rere. Dia merasa kesepian
karena tidak ada yang mau berteman dengannya. Hari pertama masuk sekolah
Rere sudah merasa gelisah. Banyak anak-anak yang membicarakannya, tidak
terkecuali Anita dan pengikutnya.
”Teman-teman, coba lihat siapa yang datang? Orang kaya datang nich!
Wow takut aku kalau dia menyuap Kepala sekolah untuk mengeluarkan kita
semua!”
Tanpa takut Rere mendekati Anita dan para pengikutnya sambil berkata
”Kalian memang benar aku akan menyuap Kepala Sekolah untuk mengeluarkan
kalian semua dari sekolah ini jika kalian tidak mau diam!”
”Benarkah? Coba saja kau lakukan!”
Rere merasa sedang dipermalukan oleh Anita. Tentu saja Anita merasa
senang, karena dia punya teman yang bisa diganggu setiap saat. Sepulang sekolah
Rere melihat seorang anak kecil yang menangis. Kemudian Rere mendekatinya.
Ternyata anak itu menangis karena jepit rambutnya jatuh ke lubang parit. Rere
membantu anak itu untuk mengambil jepit rambut anak itu dan menceburkan
dirinya ke dalam parit yang kotor. Pengawal Rere yang melihat itu langsung
mendekat dan menyuruh Rere naik. Tapi Rere ingin membantu anak itu sendiri.
Didit melihat ini sangat lucu dan aneh. Bagaimana mungkin seorang putri jutawan
peduli pada anak kecil yang tidak dikenalnya. Kemudian Didit mendekat dan
membantu Rere. Akhirnya Didit menemukan jepit rambut itu dan memberikannya
pada Rere. Rere memberikan jepit rambut itu pada anak kecil tadi. Rere juga
mengantar anak itu pulang. Rere meninggalkan Didit sendirian. Pikiran Didit yang
negatif terhadap Rere hilang. Didit pun mulai memikirkan Rere begitupun dengan
Rere. Rasa kesepian yang selalu bersamanya seakan hilang karena Didit. Padahal
ini adalah kali pertama mereka bertemu.
”Apa yang sedang dilakukan putri ayah disini?
”Ayah, ayah sudah pulang?”
”Kau sedang apa? Apa kau merasa sedih?”
“Iya aku merasa sedih karena ayah tidak pernah menemaniku, ayah selalu
sibuk dengan urusan ayah.”
“Baiklah sayang, ayah minta maaf. Bagaimana kalau besok kita pergi
bersama ?”
“Benarkah? Ayah tidak bohong? Besok aku akan menunggu ayah.”
“Ayah janji!”
66
Keesokan harinya tetap saja rasa benci pada teman-teman di sekolah selalu
datang. Pagi ini tak ada yang berbeda, nyaris tak ada yang menyapa Rere. Bel
masuk berbunyi, anak-anak yang datang terlambat menaiki pagar belakang
sekolah. Rere yang merasa sangat kesepian, menikmati pandangan langka itu.
Rere merasa terhibur dan dia malas untuk masuk kelas. Dia memutuskan untuk
tetap berada di taman. Tak lama kemudian sesosok anak laki-laki datang terburu-
buru melompati pagar belakang. Ternyata dia adalah Didit. Rere tersenyum kecil
terpesona dengan kelakuan Didit. Akhirnya Didit menemani Rere dan mereka
saling berbincang-bincang. Hingga Rere memutuskan untuk kembali ke kelas.
Didit menatap punggung yang benar-benar membutuhkan perlindungan. Rasa sepi
yang seakan telah bersatu dengan Rere.
Bel pulang berbunyi, Rere tidak sabar menunggu ayah. Dua jam sudah
Rere menunggu ayah sampai tiba-tiba ponsel Rere berdering. Ternyata yang
menelpon adalah ayah Rere dan mengabarkan kalau ayah tidak bisa menemani
Rere karena ada urusan. Rere begitu kesal, bahkan ayah yang sangat disayanginya
pun lebih sayang pada pekerjaannya. Tiga pengawal menjemput Rere untuk
pulang tapi Rere ngotot tidak mau pulang dan tetap bersikeras menunggu ayah.
Akhirnya pengawal mengerti dan segera pergi.
Malam itu Didit ingin pergi dari rumah untuk mengambil sesuatu yang
tertinggal di sekolah. Tapi kakeknya melarang dia pergi dari rumah. Didit kesal
pada kakeknya yang selalu mengatur hidupnya. Didit nekat dan tetap pergi
melalui jendela kamarnya. Sebenarnya kakek Didit mengetahuinya tapi dia
membiarkan Didit pergi.
Rere duduk sendiri di taman sekolah. Tiba-tiba saja penjaga sekolah malah
mengira Rere adalah hantu gentayangan. Tidak lama kemudian Didit datang.
Penjaga sekolah itu lari dan menabrak Didit. Penjaga sekolah itu memberitahu
Didit bahwa di taman ada hantu wanita. Karena penasaran Didit pergi ke taman.
Dia melihat Rere yang sedang duduk sendiri.
”Kau? Kau sedang apa?”
”Kau sendiri sedang apa?”
”Aku ingin mengambil sesuatau. Kau tidak takut sendiri disini. Aku boleh
duduk di sampingmu kan? Jika tidak boleh, aku pergi.”
Rere tiba-tiba memegang tangan Didit. ”Kau bisa temani aku, hanya
sebentar saja!”
”Emmm...aku bisa. Kau boleh cerita apapun padaku!”
Rere menangis, Didit merasa sedikit merasakan kesepian dalam diri Rere.
Seorang putri pengusaha yang punya segalanya ternyata menyimpan sejuta
kesedihan.
”Menangislah, kau boleh pinjam pundakku jika kau mau!”
”Aku benar-benar ingin menangis.”
Lama-kelamaan Rere tertidur dalam dekapan Didit. Sesekali Rere
mengatakan ”Aku kesepian...”. Didit sakit mendengarnya, dalam hatinya berkata
”Apa aku jatuh cinta padamu?”. Setelah pagi Tuan Wahyudit datang menjemput
Rere. Didit melihat wajah polos Rere saat tidur dan tidak tega membangunkannya.
Tuan Wahyudit melihat Didit dan putrinya sedang berdua dan mendekat.
”Rere.”
67
”Re, itu ayahmu sudah datang.”
Tapi Rere tidak mau melepaskan tangan Didit. Jadi Didit harus
mengggendong Rere ke mobil.
”Terima kasih kau telah menjaga putriku.”
”Tolong! Rere sangat kesepian. Seorang ayah harus menemani putrinya!”
Tuan Wahyudit tidak begitu peduli pada Didit. Tuan Wahyudit membawa
Rere pulang dan terus menatap wajah putri kesayangannya itu. Dalam tidurnya
Rere terus berkata ”Aku kesepian...!” dan Rere memanggil nama Didit.
”Rere, ini ayah sayang.”
Rere terbangun oleh suara dan belaian ayahnya. Tapi rasa marah Rere
pada ayahnya belum juga hilang. ”Sayang apa kau masih marah pada ayah?
Baiklah ayah akan melakukan apapun untukmu! Kau ingin ayah bagaimana?”
Rere tetap terdiam. Ayah sudah mencoba minta maaf, tapi Rere tetap tidak
peduli.
”Apa kau ingin ice cream, kue pie, kau mau boneka Teddy Bear, atau yang
lainnya, katakan saja sayang!”
Aku ingin ayah selalu bersamaku, apa ayah bisa? Ayah tidak bisa kan?”
”Maaf sayang, ayah tau kau pasti merasa sangat kesepian. Tapi ayah tidak
bisa meninggalkan pekerjaaan ayah. Baiklah bagaimana kalau sekarang kita jalan-
jalan, kau mau?”
Rere memeluk ayahnya. Sebenarnya Rere mengerti hanya saja kadang rasa
sepi itu mengalahkan semuanya. Rere merasa sangat senang karena ayah bisa
menemaninya jalan-jalan. Mereka menghabiskan waktu bersama di tempat
rekreasi.
Didit resah karena hamir bel tapi Rere belum datang juga. Dia khawatir
jika Rere sakit. Didit mencoba menghubungi Rere, tapi Anita terlanjur datang.
Anita mengajak Didit masuk kelas, tapi Didit menolaknya dan menyuruh Anita
masuk kelas sendiri. Didit tidak mengurusi Anita yang terus mengoceh. Didit
terus berjalan sambil melambaikan tangannya pada Anita.
Pagi itu di sekolah memang terasa ada yang sedikit berbeda. Begitu turun
dari mobil semua anak memandangi Rere dengan aneh. Tiba-tiba saja Anita
datang menghampiri Rere.
”Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi! Tidak akan pernah, dengar
Rere aku tidak akan pernah merelakan Didit dengan anak yang sombong seperti
kamu.”
”Apa maksudmu?”
Tangan Anita terbang ke pipi Rere, spontan para pengawal Rere langsung
mendorong Anita sampai jatuh. Suasana menjadi ramai, Didit pun datang. Anita
memanfaatkan kesempatan itu dan berpura-pura pingsan. Rere menyuruh
pengawalnya untuk membawa Anita ke rumah sakit. Rere merasa sangat panik.
Sepulang sekolah semua anak menjauhi Rere. Tapi tidak dengan Didit. Rere tidak
pulang dengan mobil jemputannya. Rere berjalan di pinggir jalan yang ramai. Ini
adalah kali pertama dia berjalan sendiri tanpa pengawalnya. Didit terus mengikuti
langkah kaki Rere. Sampai akhirnya Rere berhenti di sebuah taman kota. Tiba-tiba
saja Rere memanjat pohon yang tinggi. Didit pun segera berlari menghampiri
Rere. Didit takut jika Rere akan bertindak bodoh.
68
”Rere, kau sedang apa?”
”Aku sedang mencari ketenangan.”
”Apa kau tidak apa-apa?”
”Tidak, kau mau naik? Ayo cepat naik! Dari sini pemandangannya indah.”
Melihat Rere yang tersenyum, Didit tenang. Dia ikut naik ke atas pohon.
”Kau ini benar-benar aneh, benar kau tidak apa-apa?”
”Benar, tenang saja! Lagi pula sekarang ada kau.”
”Apa?”
”Bilang saja kalau kau suka padaku!”
”Pemandangannya sangat indah, kau benar.”
”Dit, aku tau...”
Tiba-tiba saja Didit mencium bibir Rere. Rere merasa serba salah dan dia
tidak sadar kalau sedang berada di atas pohon. Mereka terjatuh, Didit
berusaha melindungi Rere. Tapi justru dia sendiri yang terluka. Melihat
Didit yang tidak sadarkan diri, Rere merasa sangat panik. Rere minta
tolong orang yang ada di taman itu untuk memanggilkan taksi dan
membawa Didit ke klinik terdekat. Setelah sampai di klinik, untungnya
Didit tidak apa-apa.
”Aku takut sekali.”
”Aku ini kuat, lihat aku baik-baik saja!”
Mereka saling berpelukan.
Ayah cemas dengan Rere karena sudah sore dia belum pulang juga. Tidak
lama kemudian Rere pulang, ayah menjadi tenang. Wajah Rere kelihatan
sumringah sekali sore itu. Dia bercerita kepada ayahnya mengapa hari itu dia
kelihatan sumringah. Rere menceritakan perihal Didit kepada ayahnya. Tapi
ayahnya belum bisa menerima kalau sudah ada seseorang yang menyayangi
putrinya selain dirinya. Ayah menyuruh Rere segera mandi dan istirahat.
Pengawal Rere menceriakan kejadian di sekolah Rere tadi pagi. Ayah menyuruh
anak buahnya untuk memberi pelajaran kepada keluarga Anita karena sudah
menyakiti putri kesayangannya.
Kesokan harinya anak-anak sudah mengetahui berita tentang keluarga
Anita. Perusahaan milik keluarganya terancam bangkrut. Saat baru masuk kelas,
Anita dan genknya langsung mendatangi Rere. Mereka menyeret Rere ke kamar
mandi.
”Apa-apaan ini?”
”Aku tau ini karena ayahmu. Kau tau kalian telah membuat keluargaku
hancur.”
”Apa peduliku, ini salahmu sendiri. Jika kau begini, keluargamu akan
semakin menderita.”
”Re, aku benar-benar membencimu.”
Rere dan Anita bertengkar dan saling menjambak rambut. Anak-anak yang
lain langsung menjadikan ini sebagai sebuah tontonan menarik. Tentu saja Didit
ikut melihat. Didit menyuruh Anita untuk melepaskan Rere. Anita tidak terima
dengan perlakuan Didit yang selalu membela Rere. Didit menampar wajah Anita
karena Anita menyalahkan Rere.
69
Berita pertengkaran Rere dan Anita terdengar sampai keluar sekolah dan
sampai pada Tuan Wahyudit. Tuan Wahyudit dan anak buahnya langsung pergi ke
sekolah Rere. Setibanya di sekolah, Tuan Wahyudit menjadi pusat perhatian
seluruh penghuni sekolah. Kepala Sekolah menemui Tuan Wahyudit dengan
perasaan agak takut. Tuan Wahyudit meminta Kepala Sekolah untuk mebawa
putrinya pulang dan menyuruh Kepala Sekolah untuk membawa Anita ke ruang
tersebut. Kepala Sekolah langsung melaksanakan perintah Tuan Wahyudit untuk
memanggil Anita dan Rere ke runag Kepala sekolah. Setelah mereka sampai di
ruang Kepala Sekolah, Tuan Wahyudit langsung mengingatkan Anita untuk tidak
mengganggu putrinya lagi. Kalau hal itu sampai dilakukan lagi maka Tuan
Wahyudit tidak akan memaafkan keluarga mereka lagi. Tuan Wahyudit sudah
mengembalikan aset keluarga Anita. Kemudian Tuan Wahyudit mengajak Rere
pulang. Rere bingung dengan sikap ayhanya yang tiba-tiba mengajaknya pulang
padahal sekolah belum saatnya bubar. Kepala sekolah tidak berani menentang
Tuan wahyudait sehingga Rere diizinkan pualng.
Malam harinya Didit mengajak Rere keluar. Rere merasa senang karena
Didit membuat Rere merasa tenang berada di dekatnya. Ternyata Didit telah
menyiapkan semuanya. Didit tahu Rere sangat suka kembang api. Tidak hanya itu
Didit juga membuat permainan-permainan lucu yang membuat Rere tertawa.
Diam-diam Didit mentap wajah Rere dalamdalam dan merasakan bahwa itu
adalah pertam kalinya Didit melihat Rere bisa tertawa lepas. Saking senangnya
Rere berlari-lari tanpa menyadari dirinya telah berada di tengah jalan. Didit baru
tersadar dari lamunanya terhadap rere saat klkson sebuah mobil berbunyi keras
sekali menuju ke arah Rere. Dididt berlari sekencang mungkin untuk menhampiri
Rere.
”Rere, awaaas!”
Rere menoleh, tapi mobil itu sudah sangat dekat sekali dengan dirinya.
Rere tidak bisa menghindar lagi. Didit mendorong tubuh Rere ke pinggir jalan.
Didit terjatuh tertabrak mobil itu dan berlumuran darah. Rere terpental ke pinggir
jalan dan keningnya terbentur tiang listrik. Mereka berdua sama-sama tak
sadarkan diri. Bunyi suara sirine mobil Ambulance datang. Mereka berdua dibawa
ke rumah sakit. Tuan Wahyudit sangat kaget dan syok setelah mendengar kabar
dari pihak rumah sakit bahwa putrinya mengalami kecelakaan. Tanpa berpikir
panjang, Tuan Wahyudit langsung meluncur ke rumah sakit. Tak kalah kagetnya
kakek Didit yang mendengar kabar juga dari rumah sakit bahwa cucunya
mengalami kecelakaan. Tak berapa lama Tuan Wahyudit sampai di rumah sakit.
Dia langsung menemui tim dokter yang menangani putrinya. Tuan Wahyudit bisa
bernapas lega karena luka Rere tidak begitu parah. Sehingga Tuan Wahyudit bisa
langsung menemui Rere di kamar pasien. Tapi Rere masih terbaring lemas
menutup kedua bola matanya. Berbeda dengan Didit, dia kehilangan banyak
darah. Kakek Didit bertambah bingung saat sampai di rumah sakit ternyata
cucunya dalam keadaan yang sangat kritis. Tim dokter menyarankan kepada
kakek Didit untuk secepatnya mencarikan donor darah yang cocok denagn
golongan darah Didit untuk Didit. Kakek Didit ingin menolong cucunya, tapi
golongan darahnya tidak sama dengan cucunya. Kakek Didit terpak menghubungi
ayah Didit yang sudah lama meninggalkan Didit. Ayah Didit lebih memilih istri
70
mudanya yang dulu menjadi cinta pertamanya setelah ibu Didit meninggal karena
kecelakaan. Setelah kejadian itu Didit sangat membenci ayahnya. Sejak kejadian
itu Didit tinggal bersama kakek yang dari ayahnya. Tidak hanya Didit yang
membencinya ayahnya, kakek Didit juga sangat menyesalkan perbuatan putranya
demi istri mudanya rela meninggalkan darah dagingnya sendiri.
Mendengar kabar itu ayah Didit kaget dan segera pergi ke rumah sakit
untuk menyelamatkan putranya. Sampai di rumah sakit, ayah Didit langsung
menemui kakek Didit. Kakek Didit tidak bicara banyak kepada anaknya. Dia
hanya berpesan jika ayah Didit masih menginginkan anaknya hidup, maka dia
harus mendonorka darahnya. Ayah Didit menangis mendengar itu semua dan
menyesali perbuatannya yang telah menyia-nyiakan Didit. Dia segera
berkonfirmasi kepada tim dokter yang menangani Didit untuk mendonorkan
darahnya kepada Didit.
”Ayah, Didit mana? Apa dia baik-baik saja ayah? Ayah Didit yang telah
menyelamatkan aku dari kecelakaan itu.”
”Ayah tidak tahu Re, bagaimana keadaan Didit sekarang. Sebaiknya kamu
istirahat saja nggak usah memikirkan hal lain!”
”Aku ingin bertemu Didit ayah.”
Rere menangis memohon kepada ayahnya agar mengijinkannyauntuk
menemui Didit. Tuan Wahyudit tidak tega melihat putrinya yang terus menangis
menanyakan keadaan Didit. Akhirnya dengan seijin dokter, Tuan Wahyudit
menemani Rere untuk melihat keadaan Didit. Kakek Didit menunggu di depan
ruang operasi. Rere dan ayahnya segera menghampiri kakek Didit untuk
menanyakan keadaan Didit. Tujuh jam kemudian tim dokter keluar dari ruang
operasi. Dokter memberi tahukan pada semuanya yang menunggu di depan ruang
operasi bahwa nyawa Didit bisa diselamatkan dan Didit akan dipindahkan ke
ruang pasien. Semuanya bisa bernapas lega mendengar perkataan dokter.
Mereka semua menuju ke ruang pasien untuk melihat keadaan Didit. Di
kamar Didit sudah ada ayah Didit yang menunggui Didit. Kakek Didit, Tuan
Wahyudit dan Rere masuk ke kamar Didit. Mereka semua ikut menunggu Didit
sadar dan membuka bola matanya. Empat puluh lima menit kemudian, jari tangan
Didit bergerak dan sedikit demi sedikit membuka bola matanya. Setelah semua
bola matanya terbuka, dia memandangi semua orang yang berdiri di sampingnya.
Dia terkejut saat melihat sosok orang yang telah meninggalkannya selama kurang
lebih 7 tahun demi egonya sendiri.
”Buat apa ayah berada disini? Bukannya ayah sudah tidak peduli lagi
dengan aku?”
”Jangan bicara seperti itu Dit, ayahmulah yang sudah mendonorkan
darahnya padamu sehingga nyawamu bisa diselamtakan!”
”Kakek jangan bicara bohong padaku!”
”Kakek tidak bohong Dit.”
”Dit, ayah memang salah, kamu pantas membenci ayah. Ayah minta maaf
atas tindakan bodoh yang telah ayah lakukan padamu! Sekarang ayah sadar bahwa
hanya kamulah harta ayah yang paling berharaga. Ayah akan melakukan apa saja
asal kamu mau memaafkan ayah!”
71
”Apa ayah sanggup meninggalkan wanita itu dan kembali kepadaku? Ayah
pasti tidak sanggup kan? Sebaiknya ayah pergi saja dari sini! Aku muak melihat
wajah ayah.”
”Kamu salah Dit. Sebenarnya ayah sudah bercerai dengan Mira 3 tahun
yang lalu.”
”Ayah bohong. Ayah hanya ingin membuat hatiku senang kan?”
”Ayah tidak bohong, ayah berkata yang sejujurnya. Ayah memergoki tante
Mira sekingkuh di sebuah restoran. Ternyata dia hanya mengincar harta ayah.
Tante Mira tidak mencintai ayah dengan tulus. Setelah itu ayah memutuskan
untuk menceraikannya. Terserah kamu mau memaafkan ayah atau tidak!”
”Tapi kenapa ayah tidak mau kembali padaku?”
”Waktu itu ayah juga ingin kembali padamu, tapi ayah takut kamu
menolak ayah karena ayah telah membuat kesalahan yang begitu besar padamu.”
”Ayah sudah menyelamatkan nyawaku, kenapa aku tidak memaafkan
ayah. Selama ini aku sangat kesepian dan membutuhkan kasih sayang ayah.
Sekarang ayah kembali, kenapa aku tidak menerima ayah. Kalau ayah sudah
minta maaf padaku, aku akan jadi anak yang telah durhaka jika tidak memaafkan
ayah.”
”Berarti kamu memaafkan ayah nak?”
Didit menganggukkan kepalanya. Ayahnya memeluknya dan Didit
membalas pelukan itu. Semua yang melihat kejadian itu ikut terharu dan
melelehkan airmatanya. Didit melepaskan pelukan ayahnya. Didit melihat sosok
Rere berada di sampingnya.
”Rere... Kamu tidak apa-apa Re?”
”Aku tidak apa-apa Dit, semua berkat pertolonganmu. Mungkin kalau
kamu tidak ada, aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku.”
”Nak Didit, terima kasih kamu telah menjaga putriku dengan baik. Aku
sadar bahwa sekarang Rere sudah dewasa. Dia tidak hanya membutuhkan kasih
sayangku saja tetapi juga kasih sayang dari yang lainnya. Sudah saatnya sedikit
demi sedikit aku sebagai ayah Rere harus bisa melepasnya. Dan sekarang aku
mempercayakan Rere padamu!”
Tuan Wahyudit memegang tangan Rere dan melekatkannya dengan tangan
Didit. ”Jaga Rere baik-baik! Kalian memang pasangan yang serasi.”
Rere dan Didit tersenyum. Semua yang berada disitu juga ikut tersenyum.
Saat itu cinta yang pernah hilang di genggaman kini sudah kembali menjadi satu.
 Teks Drama
Patah dan Rontok
BABAK I
HARI MINGGU PAGI DI SEBUAH KOS-KOSAN NAMPAK SEPI
KARENA BANYAK PENGHUNINYA YANG MUDIK. AKU MASIH
TERLELAP DALAM MIMPI-MIMPI INDAHKU YANG SEMPAT
TERTUINDA SAAT SHOLAT SUBUH. JAM 07.00 PAGI TIBA-TIBA TEMAN
KOS SEBELAH KAMARKU BERTERIAK MEMANGGIL NAMAKU.
72
NAMANYA RIRIS, ORANGNYA CANTIK, KULITNYA PUTIH BERSIH,
RAMBUTNYA PANJANG, LURUS BONDINGAN, BADANNYA PADAT
BERISI, DAN TINGGI KIRA-KIRA 155 CM.
ADEGAN I
Riris : (BERLARI DARI KAMARNYA MENUJU KAMARKU
SAMBIL MELONJAK-LONJAK)
Mbok, si Mbok, bukain pintunya dong! Ayo cepetan bangun!
SI MBOK ADALAH NAMA JULUKANKU DI KOS, KARENA NAMAKU
SAMA DENGAN NAMA IBUNYA SALAH SATU TEMANKU YAITU LILY.
APA BOLEH DIKATA TEMAN-TEMAN SUKA MENGGODAKU DENGAN
MEMANGGILKU SEPERTI ITU.
Lily : (KAGET DAN TERBANGUN KEMUDIAN BERANJAK DARI
TEMPAT TIDUR DENGAN RAUT MUKA YANG MASIH
KUSUT DAN RAMBUT YANG MASIH ACAK-ACAKAN
MEMBUKA PINTU KAMAR)
Ya Allah, ada apa sich Ris? Ini tu hari Minggu, please dech!
Gangguin orang tidur aja! Ayo masuk ada apa sich, kok kamu
berenergi banget kayaknya?
Riris : Aduh kamu tahu nggak Mbok, Adit tadi telpon aku. Dia ngajakin
aku ketemuan. Aku bingung banget nich.
Lily : What Adit? Adit yang mana?
Riris : OMG! Pikun banget sich kamu Mbok. Adit itu temen chattingku
yang pernah aku ceritain kemarin itu lho, yang fotonya pake
celana kotak-kotak.
Lily : Oooh, yang itu. (SAMBIL TIDURAN)
Riris : Mbok kamu dengerin aku nggak sich? Aku serius nich.
Lily : Iya-iya aku dengerin kamu. (DENGAN WAJAH YANG
MANYUN)
Riris : Aku deg-degan nich Mbok.
Lily : deg-degan kenapa sich Ris? Masa gitu aja deg-degan?
Riris : Kira-kira dimana tempat ketemuan yang asyik ya Mbok?
Lily : Ya Allah ribet amat sich Ris. Ketemu di kos-kosan aja kenapa, nggak
usah jauh-jauh. Kamu kasih tahu aja alamat kos kita!
Riris : Gitu ya Mbok?
Lily : Kok kamu girang banget mau ketemu Adit, kamu kan udah punya
cowok. Hayo, kubilangin cowok kamu baru tau rasa.
Riris : Yach, jangan dong Mbok! Please…! Ntar aku beliin bakso dech!
Lily : Yee..main suap nich ceritanya? Kalau ketahuan KPK gimana? Hehehe…
Hmmm, oke lah!
Riris : Ya udah Mbok, sana cepetan mandi jangan molor mulu! Kayak aku nich
udah mandi, makin cantik kan? Nggak kayak kamu, jam segini masih
kayak Kunti. Hehehe… aku mau telpon Adit dulu ah. Daaaaaaah!
(BERLALU KELUAR KAMAR DAN MENUTUP PINTU KAMAR
DENGAN KERAS SEKALI)
73
Sorry ya Mbok, nggak sengaja! Hehehe…
Lily : Dasar genit!
(BERANJAK DARI TEMPAT TIDUR, KELUAR KAMAR, MENYAMBAR
HANDUK, DAN MASUK KAMAR MANDI)
ADEGAN II
(RIRIS BERTERIAK LAGI DAN MENGGEDOR PINTU KAMAR
MANDI)
Riris : Mbok si Mbok cepetan mandinya! Adit udah berangkat mau kesini.
Lily : Ih, dasar tante girang. Sabar dikit napa sich Buk? Dari tadi suruh cepet
cepet mulu. Orang sabar disayang Tuhan tau! Mau ketemu Adit aja
girangnya minta ampun.
Riris : Biarin. (BERLALU SAMBIL BERKATA)
Cepet dikit ya mandinya! Hehehe…
Lily : Uh…(MENGGERUTU DALAM KAMAR MANDI)
(SEPULUH MENIT KEMUDIAN AKU KELUAR KAMAR MANDI.
BERGEGAS GANTI BAJU DAN MEMPERCANTIK DIRI.)
Riris : (KEMBALI BERTERIAK LAGI DAN MEMBUKA PINTU
KAMARKU)
Mbok cepetan, ternyata Adit udah nyampe di depan kos lho!
Lily : Waduh Ris, gimana nich? (MONDAR-MANDIR, BINGUNG MAU
MELAKUKAN APA?)
Rambutku belum aku keringin nich, belum aku catok pula.
Riris : Halah, nggak usah pake ngeringin rambut atau catok segala dech! Udah
gitu aja ntar Adit kelamaan nunggu malah kabur dech.
Lily : (MENYISIR RAMBUT MENGENAKAN PAKAIAN CELANA JEANS
DAN KAOS WARNA ORANGE)
Ris, aku udah cantik belum?
Riris : Udah-udah, kok sekarang gantian kamu yang jadi genit sich Mbok?
Lily : Biarin.
ADEGAN III
AKU DAN RIRIS KELUAR KOS-KOSAN UNTUK MENEMUI ADIT.
ADIT BERSAMA TEMANNYA. KAMI BERJABAT TANGAN DENGAN
MEREKA BERDUA SAMBIL MENYEBUT NAMA MASING-MASING.
TEMANNYA BERNAMA BODI.
Lily : (BERBICARA LIRIH KEPADA DIRI SENDIRI)
Sialan, ternyata Adit cakep juga nich! Temannya juga nggak kalah keren.
Tau gini tadi aku dandan semaksimal mungkin.
KAMI BEREMPAT DUDUK DI TERAS KOS-KOSAN.
Riris : Apakah kalian berdua satu kos-kosan?
Adit : Iya, kami berdua satu kos-kosan. Kamu dan Lily satu kamar ya?
Riris : What? Lily? Kebagusan Dit. Dia bisa gede kepala tu kamu panggil Lily.
Panggil aja Mbok.
74
Adit : Hah, Mbok? Maksudnya?
Lily : Nggak apa-apa Dit, nggak usah dengerin Riris! Dia kan suka hilang
Ingatan.
SEMUA TERTAWA MENDENGAR OCEHANKU.
Riris : Iya Dit, Bod, dia disini tu dipanggil Mbok. Abis namanya sama dengan
nama ibu teman sekamarnya.
ADIT DAN BODY SEREMPAK BERKATA “Oooh”
Adit : Lily, eh salah Mbok, hehehe…kamu jurusan apa?
Lily : Ya udah deh aku ngalah aja terserah mau panggil aku apa! Aku jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kenapa?
(DENGAN BIBIR YANG MANYUN)
RIRIS, ADIT, DAN BODY TERTAWA GELI MELIHAT TINGKAHKU.
MEREKA BERTIGA BERKATA “Marah, niye?” KEMUDIAN KAMI
BEREMPAT TERTAWA BERSAMA.
Lily : Eh Bodi, kamu kok belum bicara apa-apa sich. Lagi sakit gigi
ya?Hehehe…Bicara kek!
Bodi : Wah ngece kamu Mbok. Aku nggak sakit gigi tau. La dari tadi nggak ada
yang ngajak bicara aku sich.
Lily : Oooh, gitu. Ya udah sekarang aku tanya dech sama kamu. Kamu satu
jurusan ya sama Adit? Terus semester berapa? Kalau hobi kamu apa?
Bodi : Satu-satu dong Mbok tanyanya! Main nyerocos aja. Aku emang satu
jurusan sama Adit. Aku baru semester 2. Kalau hobi, aku suka jalan
jalan, main futsal, bilyard, makan, molor, chatting buat nambah kenalan
sekalian nyari cewek, hehehe…Kalau hobi kamu apa?
Lily : Huuh dasar playboy cap duren tiga! Aku juga suka jalan-jalan, baca
komik, cerpen, atau novel, pokoknya buku cerita gitu dech, nonton TV,
shopping kalau punya duit sich, hehehe…
Adit : Mbok boleh minta nomor Hp kamu nggak? Aku belum punya nomor
kamu nich, kalau nomor Hp-nya Riris sich aku udah punya.
Lily : Boleh, nich nomor Hp-ku catet aja!
(MENYERAHKAN HP PADA ADIT)
Adit : Tak miscal ya Mbok?
(MENGEMBALIKAN HP-KU, KEMUDIAN MEMENCET NOMOR
DI HP-NYA)
Lily : Udah masuk Dit.
(MENCATAT NOMOR HP-ADIT DI HP)
Adit : Ris, kalau kamu hobinya apa?
Riris : Hobiku kayaknya sama dech sama si Mbok.
Adit : Mentang-mentang satu kos-kosan nich terus hobinya sama.
Riris : Ya nggak gitu sich Dit, kan biasanya cewek punya hobi yang sama
seperti jalan-jalan sama shopping. Terus apalagi coba, kalau nggak itu?
Eh ada yang beda, aku nggak terlalu suka baca buku, meski buku-buku
cerita sich. Mendingan tidur. Kalau kamu apa Dit?
Adit : Aku juga suka jalan-jalan, main futsal, nonton TV, bilyard, chatting,
makan, tidur dech.
Riris : Alah kalian sendiri punya hobi yang sama gitu kok. Dit kamu punya
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN
MENGEJAR ANGAN

More Related Content

What's hot (19)

Puisi Saya
Puisi SayaPuisi Saya
Puisi Saya
 
Puisi safira dita a.(30)
Puisi safira dita a.(30)Puisi safira dita a.(30)
Puisi safira dita a.(30)
 
Lirik lagu 2 bimbo
Lirik lagu 2 bimboLirik lagu 2 bimbo
Lirik lagu 2 bimbo
 
7076858 kumpulan-lagu-keroncong
7076858 kumpulan-lagu-keroncong7076858 kumpulan-lagu-keroncong
7076858 kumpulan-lagu-keroncong
 
Bak air yang mengalir
Bak air yang mengalirBak air yang mengalir
Bak air yang mengalir
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
10 puisi aneh
10 puisi aneh10 puisi aneh
10 puisi aneh
 
Kumpulan lirik lagu
Kumpulan lirik laguKumpulan lirik lagu
Kumpulan lirik lagu
 
doa dan puisi
doa dan puisidoa dan puisi
doa dan puisi
 
Koleksi puisi
Koleksi puisiKoleksi puisi
Koleksi puisi
 
Lirik Lagu Rhoma Irama LENGKAP A-Z (260+ Lagu)
Lirik Lagu Rhoma Irama LENGKAP A-Z (260+ Lagu)Lirik Lagu Rhoma Irama LENGKAP A-Z (260+ Lagu)
Lirik Lagu Rhoma Irama LENGKAP A-Z (260+ Lagu)
 
Puisi cinta
Puisi cintaPuisi cinta
Puisi cinta
 
Puisi kehidupan
Puisi kehidupanPuisi kehidupan
Puisi kehidupan
 
Tenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijckTenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijck
 
Antologi Puisiku :)
Antologi Puisiku :)Antologi Puisiku :)
Antologi Puisiku :)
 
Tugas puisi nangdix
Tugas puisi nangdixTugas puisi nangdix
Tugas puisi nangdix
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Sajak pengetua
Sajak pengetuaSajak pengetua
Sajak pengetua
 
Puisi tanpa judul
Puisi tanpa judulPuisi tanpa judul
Puisi tanpa judul
 

Similar to MENGEJAR ANGAN

Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruAbrar Farisi
 
Tugas puisi Iqhfirly XMIIA4 20
Tugas puisi Iqhfirly XMIIA4 20Tugas puisi Iqhfirly XMIIA4 20
Tugas puisi Iqhfirly XMIIA4 20Iqhfirly Irhamna
 
simulasi digital
simulasi digitalsimulasi digital
simulasi digitalsintrong
 
simulasi digital
simulasi digitalsimulasi digital
simulasi digitalsintrong
 
Bantu Ponakan buat Tugas
Bantu Ponakan buat TugasBantu Ponakan buat Tugas
Bantu Ponakan buat TugasHijriaha
 
Puisi dan stand up comedy untuk kompetisi akademik 2015
Puisi  dan stand up comedy untuk kompetisi akademik 2015Puisi  dan stand up comedy untuk kompetisi akademik 2015
Puisi dan stand up comedy untuk kompetisi akademik 2015kuswantiri
 
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4Perbarani Intan
 
04. Isi - Kompilasi Sajak Cikgu Iswan (1999 - 2014)
04. Isi - Kompilasi Sajak Cikgu Iswan (1999 - 2014)04. Isi - Kompilasi Sajak Cikgu Iswan (1999 - 2014)
04. Isi - Kompilasi Sajak Cikgu Iswan (1999 - 2014)gayong1
 

Similar to MENGEJAR ANGAN (20)

Kumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaruKumpulan puisi perpisahan terbaru
Kumpulan puisi perpisahan terbaru
 
Puisi 3
Puisi 3Puisi 3
Puisi 3
 
Lukisan hasan
Lukisan hasanLukisan hasan
Lukisan hasan
 
Tugas puisi Iqhfirly XMIIA4 20
Tugas puisi Iqhfirly XMIIA4 20Tugas puisi Iqhfirly XMIIA4 20
Tugas puisi Iqhfirly XMIIA4 20
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Kumpulan puisi ku !!
Kumpulan puisi ku !!Kumpulan puisi ku !!
Kumpulan puisi ku !!
 
simulasi digital
simulasi digitalsimulasi digital
simulasi digital
 
simulasi digital
simulasi digitalsimulasi digital
simulasi digital
 
Puisi faiha
Puisi faihaPuisi faiha
Puisi faiha
 
Bantu Ponakan buat Tugas
Bantu Ponakan buat TugasBantu Ponakan buat Tugas
Bantu Ponakan buat Tugas
 
Aeman ibu
Aeman   ibuAeman   ibu
Aeman ibu
 
10 puisi alissa h. xipa4 4
10 puisi alissa h. xipa4 410 puisi alissa h. xipa4 4
10 puisi alissa h. xipa4 4
 
Puisi dan stand up comedy untuk kompetisi akademik 2015
Puisi  dan stand up comedy untuk kompetisi akademik 2015Puisi  dan stand up comedy untuk kompetisi akademik 2015
Puisi dan stand up comedy untuk kompetisi akademik 2015
 
Chairil anwar
Chairil anwarChairil anwar
Chairil anwar
 
Selamat malam indonesia
Selamat malam indonesiaSelamat malam indonesia
Selamat malam indonesia
 
puisi kapolres.docx
puisi kapolres.docxpuisi kapolres.docx
puisi kapolres.docx
 
Sajak buat mama
Sajak buat mamaSajak buat mama
Sajak buat mama
 
SDN Kenongo 1
SDN Kenongo 1SDN Kenongo 1
SDN Kenongo 1
 
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
tugas 10 puisi intan10_10 mia 4
 
04. Isi - Kompilasi Sajak Cikgu Iswan (1999 - 2014)
04. Isi - Kompilasi Sajak Cikgu Iswan (1999 - 2014)04. Isi - Kompilasi Sajak Cikgu Iswan (1999 - 2014)
04. Isi - Kompilasi Sajak Cikgu Iswan (1999 - 2014)
 

Recently uploaded

Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTNeta
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfDannahadiantyaflah
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024idmpo grup
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................teeka180806
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekachairilhidayat
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungnicksbag
 
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...Neta
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 

Recently uploaded (14)

Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari IniNila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
Nila88 : Situs Slot Gacor Scatter Hitam Mahjong & Link Slot Resmi Hari Ini
 
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah MaxwinBento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
Bento88slot Situs Judi Slot Terbaik & Daftar Slot Gacor Mudah Maxwin
 
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang MaxwinLim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
Lim4D Link Daftar Situs Slot Gacor Hari Ini Terpercaya Gampang Maxwin
 
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOTIDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
IDMPO : GAME SLOT SPACEMAN PRAGMATIC PLAY MUDAH JACKPOT
 
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
BabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjfBabahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
Babahhsjdkdjdudhhndjdjdfjdjjdjdjfjdjjdjdjdjjf
 
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang MenangRyu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
Ryu4D : Daftar Situs Judi Slot Gacor Terbaik & Slot Gampang Menang
 
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
IDMPO Link Slot Online Terbaru Kamboja 2024
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PPI CILOTO oke.pp...............................
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdekaSTD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
STD BAB 6 STATISTIKA kelas x kurikulum merdeka
 
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandungWa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
Wa + 62 82211599998, TERLARIS, souvenir dompet unik bandung
 
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
IDMPO : SITUS SLOT DEPOSIT RECEH & BOCORAN GAME SLOT GACOR TERPERCAYA 2024 Ar...
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 

MENGEJAR ANGAN

  • 1. 1 MENGEJAR ANGAN- ANGAN Antologi Puisi, Cerpe, dan Skenario Drama Oleh : Eli Ernawati, S.Pd.
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan Buku Antologi Puisi, Cerpen, dan Skenario Drama yang berjudul Mengajar Angan- angan dengan baik. Penulis menyadari bahwa buku antologi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, fasilitas, semangat, serta dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak. . Buku Antologi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan buku ini sangat diharapkan. Penulis juga berharap, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Pati, 31 Oktober 2020 Eli Ernawati, S. Pd.
  • 3. 3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................. 1 KATA PENGANTAR............................................................................ 2 DAFTAR ISI .......................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................... 10 1.2 Identifikasi Masalah........................................................................... 13 1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 14 1.4 Rumusan Masalah.............................................................................. 14 1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 14 1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka .................................................................................. 16 2.2 Kerangka Berpikir............................................................................. 36 2.3 Hipotesis Tindakan ........................................................................... 37 BAB III METODE PENELITIAN
  • 4. 4  Tema: Tempat yang Berkesan BSI Siang itu Terik matahari mengguyur keadaan siang itu Panas menusuk kulit Terasa mendidih di atas ubun-ubun Tak ada sentuhan hembusan nafas udara Tapi tak ada hirau bagi penuntut ilmu Mereka berjuang melawan ganasnya sang surya Mengeluh, … hanya lirih Apalah arti kulit hitam nan hangus Dibanding impian yang ditabung dari belum punya dosa Cakrawala esok menanti dengan setia Kehidupan bahagia menjadi cita-cita Bukan hanya selama jantung berdetak Tapi walau jiwa dan raga sudah terpisah Di alam itu kebahagiaan ingin diraih jua Perjuangan itu mereka rasakan Di BSI tercinta Demi gelar sarjana
  • 5. 5 Selintas Kuta Dalam Benakku Semilir angin, nyiur melambai-lambai Nyanyian ombak menari-nari di anganku Bertaburan pasir putih menghiasi kalbuku Inginku berlari-lari mengejar awan yang kelabu Indahnya panorama senja itu Matahari tersenyum malu di balik peraduannya Anganku terlintas … Akankah aku dapat menikmati panorama itu? Tidak, itu semua hanya mimpi Karena aku hanya bisa berkhayal bisa berada di Kuta lagi Mungkinkah aku akan kembali ke Kuta? Mengukir kenangan selintas dalam hidupku
  • 6. 6 Disakiti Namun Dirindukan Tua tapi tak serenta umurmu Muda tapi tak seperti perawakanmu Bersih tapi tak selayak wajahmu Namun, keberadaanmu memulai kehidupan ini Insan bumi tak mengganggapmu lagi Dulu kau dipuja, ditimang-timang, dan dikagumi Sekarang, Orang-orang hanya menjadikanmu objek kesenangan Tak peduli kau disakiti atau dilukai Namun, kau tetap tegar kokoh berdiri Tak kurang dari naga Engkau tetap memberikan suasana nyaman Pada insan bumi Sumber belerangmu menjadi teman kulit mereka Angin dan udara masih menunjukkan keperawanannya Tubuhmu dijaga pepohonan dan rerumputan Sepi menenangkan jiwa Semua yang kau miliki tak membuat orang Lelah mendaki Untuk menjenguk, merasakan kenikmatan yang kau berikan
  • 7. 7 Bumi Mina Taniku Sejuknya suasana pagi menusuk relung jiwaku Ketika mentari pagi datang menyapa Sambutlah nuansa kehidupan yang mengajakmu dalam canda, Rentangkan tanganmu, tuluskan batinmu, tegakkan kepalamu, biarkan sang surya bercengkrama di alam ini Alam indah yang pernah aku singgahi Bumi Mina Taniku … Identitas kelahiranku Sawah, ladangmu melahirakan petani ulung Menghasilkan bahan kehidupan Aku bangga menjadi bagianmu Aku berjanji pada diriku Akan kujaga nama baikmu Kemanapun kuhentakkan kakiku
  • 8. 8 Bumi Tempat Terindah Pelangi itu indah, tapi tak terlalu indah buat kehidupanku Bintang itu indah, tapi hanya buat sementara Cahya bulan juga indah, tapi hanya menemani malam Surya pagi pun indah, tapi mengusik peristirahatan manusia Tempat terindah yang tak ternilai harganya yaitu bumi Di dalamnya terdapat kebahagian yang bisa kita peroleh, dan menemani kita diwaktu susah ataupun senang Dirimu adalah nafas kehidupan Tempatku berpijak untuk menggapai segenggam harapan Menemaniku sepanjang jalan hidupku Kau tak pernah mengkhianati hidupku Selalu setia disisiku Walau aku menginjak-injakkan kakiku di atas tubuhmu Sakitpun tak kau hiraukan
  • 9. 9 Kursi Tanpa Nama Langit cerah bermain dengan awan Matahari merasa menang dari awan kelabu Desir angin merasuk dalam kalbu Hari itu menorehkan sejarah kau dan aku Sebuah pertemuan mengawali sebuah cerita Tentang kisah kau dan aku Tumpukan papan kayu menjadi saksi bisu Sederhana tapi bukti sejarah kau dan aku dimulai Coklat lusuh warna kulitnya Berkaki seperti manusia tapi papat menyangganya Membisu dalam polah apapun Tak ada suara dari jiwa dan raganya Dia tak bernama Tapi dia menemani pertemuan kau dan aku Sebuah kursi Walau dia akan hancur dimakan binatang Tapi kesaksian atas kisah kita tak akan lekang dimakan waktu
  • 10. 10 Sandaran Dalam Sejenak Hidupku Di tengah-tengah kegalauanku tempat ini menjadi sandaran Di sudut senyumku ruang ini menjadi saksi Tak bernyawa, hanya diam dalam keheningan Tapi dirimu tak pernah buatku menangis Tak seperti mereka yang bernyawa dan bicara Mereka yang mengukir luka-luka dalam hidupku Menebarkan kerikil tajam dalam pijakan kakiku Kau tetap diam melihat dan mendengar keluh kesahku Memberikan tempatmu dalam sedu sedanku Berjuta kenangan telah ku tabung disini Meski hanya kotak tak berjiwa, tak beraga, tak berasa, tak bercipta, tak berkarsa Tapi dirimu mengisi sebuah cerita Sebuah kisah dalam sejenak hidupku
  • 11. 11 Ku Tak Tahu dan yang Ku Tahu Ku tidak tahu kapan kau dilahirkan ke dunia ini Yang ku tahu kau sudah berdiri tegap saat aku dilahirkan Ku tidak tahu kapan kau mengalami perubahan Yang ku tahu kau adalah saksi pertumbuhan ragaku Ku tidak penah tahu ataupun mendengar kau mengeluh Yang ku tahu kau tetap setia mendampingi orang-orang terkasihku Melewati berbagai kerikil kehidupan Kau menyimpan sejuta memori kenangan orang-orang terkasihku Kau adalah payung kehidupan bagi orang-orang terkasihku Kau memang tak seindah istana raja ataupun gedung loji milik penguasa itu Namun dalam naluriku dan orang-orang terkasihku Kau patut diberi penghargaan atas jasamu Umurmu memang lebih tua dariku Tapi semangatmu tetap terpancar di wajah jiwamu Tetaplah seperti itu, jiwa yang selalu semangat dan tak pernah lelah menemaniku dan orang-orang terkasihku Berjalan menerjang waktu Menjalani garis kehidupan Bersama-sama kita lewati sampai tiba waktu itu
  • 12. 12  Tema: Cinta Do’a Untuk Ayah Tegap badanmu menopang kewajiban Kuat tanganmu tanpa lelah mencari nafkah Kau bilang “buat keluarga dan anakku akan aku lakukan apa saja” Tak sekoin pamrihpun kau harapkan Tulus dari palung jiwa Pergi saat fajar menyingsing Pulang saat mentari akan bersembunyi Mengais rizki untuk sebuah keinginan Sepercik harapan ingin membahagiakan keluarga Ayah, Kau memberi cahaya kehidupan bagi keluarga Kau didik aku untuk menggapai mimpiku Selalu mendongkrak semangatku disaat aku lengah Memberiku seuntai ucapan disaat aku lalai Dalam setiap sujudku hanya satu pintaku Tuhan, jadikanlah aku anak yang berbakti Bagi keluarga, nusa, bangsa dan agama Itu adalah harapan ayah kepada anaknya Hanya itu yang bisa aku lakukan Untuk membalas cinta kasihmu
  • 13. 13 Kurindu Ibuku Setiap ku pejamkan mata, selalu terhias senyum riangmu Setiap kali ku menutup telinga dari bisingnya gemuruh kota, Kudegar canda tawamu Setiap aku memandang awan kelabu di waktu senja, Dadaku menjadi terasa sesak Bagai rindunya seorang anak terhadap pelukan Ibunya Ibu … Setiap kali aku mendengar nyanyian burung-burung Aku selalu terdiam dan sedih Karena kesendirian dan kesunyianku Aku selalu teringat belaian kasih sayangmu Ibu … Bayangmu akan selalu terlintas Di setiap kekosonganku Karena engkau cinta dan kasih sayangku seutuhnya
  • 14. 14 Kutunggu Kehadiranmu Saat aku berumur 8 tahun Aku mengharap kehadiranmu Aku terus berdo’a pada Tuhan Agar mengirim engkau ke dunia ini Alhamdulillah, Kata yang terucap dari bibirku Tuhan mendengar do’aku Saat aku berumur 9 tahun engkau dilahirkan ke dunia ini oleh wanita paling mulia dalam hidupku Seorang bayi laki-laki yang lucu dan mungil Membuat hari-hariku tak kesepian lagi Istanaku pun bertambah ramai Penuh canda, tawa, tangisan, dan suara keributan Dalam hati aku ingin selalu melindungimu Walau terkadang kau membuatku marah Walau kadang kita saling bertengkar Tapi nuraniku mencintai dan menyayangimu Aku berharap kau tumbuh menjadi anak yang berguna Bagi keluarga, nusa, bangsa, dan agama kelak Itu kasihku untukmu Kasih sayang kakak kepada adiknya
  • 15. 15 Diam Dia diam Diam Diam Dan diam D I A M Diam Kata tak pernah terucap Kalimat tak pernah terdefinisikan Tuhan Dia kembali diam Membisu Tuhan Dia begitu diam Hinga Tak kutemukan kunci untuk membuka pintu hatinya
  • 16. 16 Arti Jatuh Cinta Sejak kamu hadir dalam hidupku Aku begitu tak mengerti apa yang kurasa Tetapi perlahan-lahan kupahami arti kehadiranmu Kadang aku merasa rindu Kadang aku merasa gelisah Tapi aku tak percaya Kau buat aku tak berdaya Untuk ungkapkan apa yang aku rasa Mungkinkah ini yang namanya jatuh cinta Bahagia dan sedih ada karena cinta Dunia ini hampa tanpa sebuah cinta Hari penuh warna juga karena cinta Cinta datang membawa bahagia Dan pergi meninggalkan luka Cinta sempurna hiasi dengan rasa setia dan percaya Karena setia dan percaya cinta akan abadi Selamanya …
  • 17. 17 Nama Itu Hati, bibir, dan otakku Selalu menyebut nama itu Sebuah nama bersangkar disana Nama itu yang mengendalikan diriku Membuatku Tertawa, tersenyum, kecewa, rindu, merana, dan menangis Satu kata yang bisa ungkapkan Cinta Aku ingin mengungkapkan itu kepadamu Aku ingin memilikimu Aku ingin mencintai semua yang melekat pada dirimu Senyum, tawa, canda, celotehanmu Membuat duniaku menjadi merekah Seperti mawar yang mekar dengan tetesan embun pagi Seperti pelangi yang tersenyum kepada awan Seperti bulan yang menemani bintang menerangi malam Nama itu membuatku tergila-gila Nama yang biasa tapi memberi makna bagi hidupku
  • 18. 18 Karena nama itu adalah namamu Walau kau tak merasa seperti yang ku rasa Namamu tak terganti dalam jiwaku Namamu telah mendarah daging di tubuhku Nama yang telah membuatku tergila-gila
  • 19. 19 Salahkah? Salahkah ? Saat kau hadir, kutak sadar akan tergila Salahkah ? Pertemuan yang singkat tak membawa kesan apapun Salahkah ? Konflik asmaramu membuatku dekat denganmu Hingga ku tak sadar telah ada getaran di dadaku Seperti sihir yang menyedotku dalam dilema ini Salahkah ? Jika kekaguman menguasai naluriku Ku tak peduli akan apapun Hanya satu namamu yang menggerakkanku seperti boneka Dan salahkah bila aku memilih hati di atas cinta dari tali persahabatan? Kamu yang punya kuncinya Salahkah aku ? Bila aku seperti keledai yang tak pernah mencium rumput saat kau berlari jauh sekali Hingga ku tak bisa melihat bayangmu
  • 20. 20 Mengapa dan Apa Jawabnya Mengapa aku harus mengenalmu? Mengapa aku harus bertemu denganmu? Mengapa aku harus menjadi temanmu? Mengapa aku harus melihat senyummu? Mengapa aku harus menatap matamu? Mengapa? Mengapa ini harus terjadi padaku? Aku bertanya padamu? Kau tak menjawab Aku bertanya pada diriku Akupun tak tahu jawabnya Aku bertanya pada orang-orang Mereka hanya bingung dengan bibir yang mengatup Lalu aku harus bertanya pada siapa? Sebuah bisikan berhembus di telingaku Jawabnya Tanyakan pada hatimu! Lalu aku bertanya pada hatiku Mengapa aku jadi seperti ini? Jawabnya Karena aku jatuh cinta kepadamu Mengapa aku jatuh cinta kepadamu? Hatiku berteriak Karena kamu punya yang aku ingini Tapi mengapa kau hancurkan keinginan itu? Tiada yang tahu jawabnya Hanya sebuah pengandaian Andai aku tak mengenalmu
  • 21. 21 Andai aku tak bertemu denganmu Andai aku tak berteman denganmu Andai aku tak melihat senyummu Andai aku tak menatap matamu Aku takkan jatuh cinta kepadamu Dan hatiku akan tetap damai
  • 22. 22 Harapan Tak Terbalas Kapan aku mulai mengagumimu? Kapan aku bisa membelai rambutmu? Kapan aku bisa mendekap hangat tubuhmu? Kapan aku bisa merasakan hembusan nafasmu? Kapan kau akan membalas rasa itu? Aku hanya bisa bermimpi Setiap kupejamkan mata ini Aku lihat bayangmu dengan sejuta harapan untukku Saat ku buka mataku Kenyataan membuat air mataku jatuh Kau menghapus semua harapan itu Kau tak punya harapan sepertiku Kau menorehkan luka di hatiku Kau hanya menampakkan punggungmu Dan kaupun pergi meninggalkanku Tanpa peduli dengan diriku yang terjatuh mengejarmu Semua hanya harapan kosong belaka
  • 23. 23 Keyakinan Berbalik Jadi Penyesalan Sejak pertemuan itu Aku selalu mendewakanmu Di mataku kau adalah yang terbaik dari yang terbaik Kau membuatku yakin Mencintaimu adalah indah Kau meyakinkanku kau tak akan memanfaatkan cinaku ini Kini kau tersenyum di atas tangisku Kau berdiri di atas lukaku Kau menari di atas kepedihanku Kau jatuhkan aku dalam lubang penyesalan Semua telah terjadi Waktu tak bisa kuputar kembali Berlalu, hilang seiring berjalannya waktu Tapi lukaku masih membekas di hati Kau tak mau mengobati luka itu Hingga benih kebencian tumbuh di hatiku Semakin lama semakin sakit kurasa Biarlah karma yang akan membalas kekalahanku
  • 24. 24 Semua Jadi Berbalik Awalnya kau ulurkan tanganmu padaku Mendekapku dalam hangat pelukanmu Menyeka airmata yang tumpah dari pelupuk mataku Menatap dalam-dalam bola mataku yang diselimuti kesenduan Kau datang bagai seorang pahlawan yang akan menolongku dari jerat kehancuran Kau genggam tangan ini seolah melindungiku dari bahaya Memberiku setitik cahaya dalam hatiku Aku masih buta akan kasihmu Hati ini ingin menggapai cinta yang telah pergi Kau lapangkan hatimu untuk menemaniku dalam kalut jiwaku Perlahan-lahan aku mulai membuka tangan ini untuk menerima kasihmu Tiba-tiba kau hempaskan uluran tanganku Aku terjartuh lagi Kehancuran kini menderaku kembali Kau pergi dengan impianmu sendiri Dan aku hanya terdiam dalam sepiku
  • 25. 25 Cinta Sejati Terbersit bayangan tampan wajahmu Terbias cinta dan kasih putih Seketika rindu merajam meluruhkan hati Tak tertahankan ingin berjumpa Menabur mimpi Menuai harapan Berharap kau jadi milikku selamanya Tak dapat disangkal lagi Engkau memang untukku Biarlah badai melanda cinta kita Berbekal percaya Kita mampu lewati Menuju kebahagiaan sejati Yang selalu kita rindukan Aku bersujud pada Yang Kuasa Semoga engkau memang diciptakan untukku Jika suratan takdir seperti itu siapa yang akan menyangkal Cinta kita tak terpisahkan Hanya maut yang akan memisahkan
  • 26. 26 Cinta Pertama Saat pertama kali aku melihatmu Jantungku mulai berdegup kencang Sejak saat itu Malam-malamku penuh mimpi tentangmu Setiap kali bersamamu Serasa aku terbang melayang Anganku membawamu turut serta Menghadapi ribuan bintang di langit Aku jatuh cinta kepadamu Dan kaupun membalas cintaku Aku mohon jangan lukai aku Ini yang pertama buatku Aku ingin yang paling indah Walau nanti jika takdir menghendaki kita akan berpisah jua Kisah ini tak akan aku lupakan Ku ukir dalam ruang hatiku yang paling dalam
  • 27. 27 Cemburu Mengukir Luka Katakan padanya aku cemburu Melihat embun mengecup Setiap tegur sapa mentari Aku cemburu Saat pena kusasai ego dan emosi Saat bunyi keyboard arungi malam Saat sunyi temani detikku Aku cemburu Cintaku terbagi! Padanya kau berikan kasih sama sepertiku Aku yang pertama tak terima Tetapkan pilihanmu! Meski awan menutup cahya bulan dan bintang Tak ada lagi kicau burung Dedaunan menjatuhkan diri Aku lebih lega seperti itu Relung hatiku kau ukir luka Keyakinan cinta sejati akan kembali Dan tak pernah tinggalkan aku Yang bisa mengobati luka itu
  • 28. 28 Bersamanya Kau buat Kesedihanku Irama swastika spiritual bergelombang Di keputihan salju Sejumput asa menari Riang di atas buih samudra Aku lihat disana Dirimu melambai dengan angin senyum Di sekitarku nampak sesak Parau dalam diam Hitam pekat tanpa asap Aku lihat dirimu tidak lagi sendiri Kau telah bersamanya, menggandeng tangannya sembari kau hempaskankan buih tanpa pantai Di depan mukaku kau torehkan tangis Sembilu menyayat dadaku Merobek dan mematahkan hati ini Kau tertawa bersamanya di atas kehinaanku
  • 29. 29 Pengejaran yang Sia-sia Aku yang memikirkan namun tak banyak berharap Kau membuat waktuku tersita dengan angan tentangmu Mencoba aku lupakan tapi ku tak bisa Mengapa begini? Mungkin, dirimu sebatas bayangan yang tak bisa ku kejar Dirimu tak pernah menoleh menatap diriku Dirimu mengejar impianmu sendiri Membuatku terjatuh untuk kesekian kali Tapi mengapa kaki ini tak berhenti jua? Mungkinkah, kau kan berbalik mengejarku? Pertanyaan yang selalu terngiang di telinga dan otakku Tapi tak kutemukan jawabnya Kau pun berlalu selintas melambaikan tangan Menunduk dan kecewa Pengejaranku berbuah sia-sia Hati ini pilu, menangis dalam kesepian
  • 30. 30 Inginku Tak Sejalan Dengan Inginmu Terdiam dalam dimensiku Merangkai hitam putih kepingan kenangan Terjerat, sesak oleh himpitan kerinduan Mengisi memenuhi relung jiwaku Meyesakkan dada bersama hentakan nadiku Inginku berlari melupakan ini semua Menghapus tiap jejak langkahmu Mencoba melawan hatiku yang masih inginimu Mungkin mudah kuucapkan Namun ku tak kuasa menghapus bayangmu Karena ku telah jauh melangkah Karena hatiku terlanjur memilihmu Namun apalah dayaku Jika ternyata kenyataan tak memihakku Mungkin detik ini, ku harus lupakanmu Menata kepingan hatiku kembali Mencoba menatap mentari dengan tegar Belajar untuk lepaskanmu Membebaskanmu bersama angin malam Agar kau memilih jalanmu sendiri
  • 31. 31  Tema: Realita Sosial Sisi Lain Satu sisi berisi keturunan Adam Mereka hidup bergelimang cahaya intan Tapi hati mereka gelap, menjerit Kurang, … Istana, kereta kuda nan apik Kasur kapas yang empuk dan lembut, Baju berhias berlian Tapi hati mereka kosong tak punya apa-apa Jalan kotor layaknya got tega mereka lewati Demi kenikmatan dunia yang membutakan naluri Mereka seperti tikus yang tak punya rasa Tak peduli sisi lain mereka Sisi lain dari keturunan Adam Hanya rumah kardus dan baju lusuh Tapi hati mereka kaya, punya segalanya Istana dan segala gemerlap isinya Memilih jalan terhormat untuk hidup Walau harus memerangi kekejaman alam Untuk sebuah kekenyangan Hanya satu harapan di genggaman Semoga kepala negeri mendengar jeritan mereka Menolong mereka dari keterpurukan Hingga kekejaman hidup terhapus dari memori
  • 32. 32 Nyanyian Bangkai Tikus Seonggok bangkai tergolek Tiada gerak Tiada kata Tuli Bisu Diam tercaci dan terludahi Mencicit perih Tercabik kuku orok Bagai cacing kering terlindas bebatuan Di tengah hutan Di tengah binatang nista Rumput pun tak mendongak Tiada daya Hanya melihat, Tiada pertolongan Aku seonggok bangkai Mencicit dalam cacat
  • 33. 33 Ketegaran Pengamen Badanmu lusuh kotor bercampur debu Dengan gitar di tangan kau telusuri lorong-lorong bus Jalanan yang berasap penuh debu Rumah demi rumah Terminal demi terminal Kau jelajahi gedung demi gedung Menjajakan suara pada berbagai telinga Menghibur mereka yang mengantuk Walau kadang yang kau dapat hanya cacian Semua itu kau terima dengan lapang dada Demi sesuap nasi untuk memberi makan cacing-cacing di perutmu Keringat yang mengucur dan langkah yang lelah Tak kau pedulikan lagi Walau sang surya menjukkan keganasannya Walau rintik hujan membasahi tubuh Kau tetap tegar menjalani hidup
  • 34. 34 Impian yang Tak Terwujud Sinar mataku selalu tertutup tetes airmata Langka menemukan senyum di sudut bibirku Wajahku sendu bagai langit mendung yang siap menumpahkan hujan airmata Hari-hari kujalani dengan elusan dada Tak kudengar alunan musik yang menenangkan jiwa Hanya suara jangkrik yang menghibur Harapanku ada seorang pangeran menolongku dari keterpurukan Merubah hidup sunyi menjadi keramaian Pantaskah aku mendapatkannya? Pangeran pasti mencari seorang putri raja di negeri seberang sana Bukan anak tikus seperti aku Yang hidup di tempat sampah dan got Yang terbiasa hidup kotor Yang tak ada siapapun menghargai Mereka lebih menghargai sampah daripada kaumku Apalagi pangeran, itu hanya impian yang tak bisa aku wujudkan
  • 35. 35 Angan-angan Menjadikan Luka Angan-angan selalu menghantui pikiran Kehidupan ini pahit untuk dijalani Selama ini yang aku dapat hanyalah luka Luka yang sama di tempat yang sama Tak tahu kapan luka itu dapat disembuhkan Yang bisa menyembuhkan hanya dalam angan-angan Inginku berlari mengejar angan-angan itu Tapi masih terlalu jauh Aku lelah Airmataku menetes Menangisi semua yang terjadi padaku Hingga airmata ini kering Lukaku tak kunjung sembuh Kehidupanku masih terlalu pahit untuk dirasakan Aku selalu bertanya kapan kehidupanku berubah menjadi manis?
  • 36. 36 Ingin Bernasib Seperti Mereka Sepi sendiri tiada yang menemani Memutar otak untuk merubah nasib Apa daya tangan ini terlalu kecil untuk melakukannnya Ingin seperti mereka yang berbahagia Yang tak pernah berpikir akan kekurangan Semua yang mereka ingini dapat diwujudkan Hanya menelan ludah melihat mereka bersenang-senang Aku selalu bermimpi kehidupanku berubah Itu hanya mimpi Dan sampai detik ini juga mimpi-mimpi itu tak pernah jadi nyata Ingin marah, tapi tak ada yang disalahkan Menyesal, apa yang disesalkan? Ini sudah menjadi garis takdir Aku hanya bisa meratapi nasib ini Menahan amarah setiap kata-kata dari bibir mereka menusuk hati Itu sudah makanan sehari-hari Hingga telinga ini kebal mendengarnya Hanya kata sabar yang menguatkan hidup ini
  • 37. 37 Kesedihan Kehilangan Bulan tak lagi tersenyum Memandang kalut wajahku Yang tak lagi bersenyawa dalam tawa Memikul hitam dalam keabu-abuan Membeku darah Membatu raga Melapukkan jiwa Jagad hanya tersenyum palsu Lenyap! Aku hina ragaku Perihku melambai tangan Tapi teman tak bersapa Hanya mengoceh ledekan Hilang aku oleh diam Mengheningkan jiwa dalam ketiadaan
  • 38. 38 Beginilah Diriku Banjir membutir terhempas ke bumi Sisa peradapan kini menyapa langit Lumpur hitam mengering mendebu Mengajak agin mengecup embun Di ranting cemara, aku selembar awan lepas bebas mengitari bumi Bersayap gerimis pada sisa pelangi di sudut kegalauanku Di dinding ruang kalbu Aku bagai rainkarnasi tanpa mati Tak seorang akan mengenal Tak pula ada peduli Aku tak berharga Aku tak minta dilahirkan seperti ini Nasib yang membawaku jadi begini Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa Ibu pun aku tak tahu Langit dan bumi itulah temanku
  • 39. 39 Bangsat Kaum-kaum berteriak berkata dalam hati Bangsat Tak perlu kau percaya pada teman Tak ada yang kau harapkan dari teman Tak ada setia dalam teman Kau lukai jiwa kita Kau hancurkan ragaku Kau tak pernah berbalas Kau tak pernah perasa Bangsat Kau pecundang Bangsat Kau berbangkai Muak aku melihatmu Akan kuhapus namamu dalam daftarku
  • 40. 40 Jalan Gelap Terlalu berat hidup ini buat kujalani sendiri Melangkah dalam bayang-bayang gelap Sepi membisu membutakan hati Matipun terasa perlahan-lahan Raga terjatuh termakan tanah Lintang membentang hati yang kesakitan Bilik jantung tertulis pesan kematian Tanpa mendongak pada teduh air yang keruh Membasuh airmata dengan kasih peneduh Jalanku telah jauh Tak tahu arah yang akan ku tuju Rasa ini ingin kembali menatap cahaya surya Penyesalan tumbuh beranak pinak Siapa yang peduli akan hidup ini ? Memang inilah jalanku Walau tak rela tapi aku harus terus berjalan menelusuri lorong-lorong gelap Menunggu kematian datang menjemput
  • 41. 41 Patah dan Rontok Hari Minggu yang cerah, hari yang indah untuk melepas kelelahan dari aktivitas kuliah. Kos-kosan sepi karena banyak penghuni kos yang mudik alias pulang kampung. Aku tidak mudik soalnya belum jatahnya untuk mudik. Habis sholat Subuh, aku kembali ke tempat tidur dan menarik selimutku untuk melanjutkan mimpi-mimpi indahku yang sempat tertunda. Jam 07.00 pagi tiba-tiba teman kos sebelah kamarku berteriak memanggil namaku. Iya lupa, ternyata temanku itu tidak ikutan mudik. Namanya Riris, orangnya cantik, kulitnya putih bersih, rambutnya panjang, lurus bondingan, badannya padat berisi, dan tinggi kira-kira 155 cm. Dia berteriak kegirangan dan mengetuk pintu kamarku. “Mbok, si Mbok, bukain pintunya dong! Ayo cepetan bangun!” Ya, si Mbok itulah julukanku di kos, soalnya namaku sama dengan nama ibunya salah satu temanku yaitu Lily. Apa boleh dikata, teman-teman suka menggodaku dengan memanggilku seperti itu. Spontan aku kaget dan terbangun. Aku beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamarku. Dengan raut muka yang kusut dan rambut yang masih acak-acakan, aku bertanya pada Riris. “Ya Allah, ada apa sich Ris? Ini tu hari Minggu, please dech! Gangguin orang tidur aja! Ayo masuk ada apa sich, kok kamu berenergi banget kayaknya?”“Aduh kamu tahu nggak Mbok, Adit tadi telpon aku. Dia ngajakin aku ketemuan. Aku bingung banget nich.” “What Adit? Adit yang mana?” “OMG! Pikun banget sich kamu Mbok.. Adit itu temen chattingku yang pernah aku ceritain kemarin itu lho, yang fotonya pake celana kotak-kotak.” Aku menjawab, “Oooh, yang itu.” sambil tiduran. “Mbok kamu dengerin aku nggak sich? Aku serius nich.” “Iya-iya aku dengerin kamu.” gerutuku. “Aku deg-degan nich Mbok.”. “Deg-degan kenapa sich Ris? Masa gitu aja deg-degan?” “Kira-kira dimana tempat ketemuan yang asyik ya Mbok?” “Ya Allah ribet amat sich Ris. Ketemu di kos-kosan aja kenapa, nggak usah jauh-jauh. Kamu kasih tahu aja alamat kos kita!” “Gitu ya Mbok?” “Kok kamu girang banget mau ketemu Adit, kamu kan udah punya cowok. Hayo, kubilangin cowok kamu baru tau rasa.” “Yach, jangan dong Mbok! Please...! Ntar aku beliin bakso dech!” “Yee..main suap nich ceritanya? Kalau ketahuan KPK gimana? Hehehe… hmmm, oke lah!” “Ya
  • 42. 42 udah Mbok, sana cepetan mandi jangan molor mulu! Kayak aku nich udah mandi, makin cantik kan? Nggak kayak kamu, jam segini masih kayak Kunti. Hehehe... aku mau telpon Adit dulu ah. Daaaaaaah!” Riris berlalu, keluar kamarku dan menutup pintu dengan keras sekali. “Sorry ya Mbok, nggak sengaja! Hehehe…” “Dasar genit!” dengan hati yang sedikit terpaksa aku beranjak dari tempat tidur, keluar kamar, menyambar handuk dan masuk kamar mandi. Tak berapa lama kemudian Riris berteriak lagi dan menggedor pintu kamar mandi. “Mbok, si Mbok cepetan mandinya! Adit udah berangkat mau ke sini.” “Ih, dasar tante girang. Sabar dikit napa sich Buk? Dari tadi suruh cepet-cepet mulu. Orang sabar disayang Tuhan tau! Mau ketemu Adit aja girangnya minta ampun.” “Biarin!” Jawab Riris sambil berlalu dan berkata, “Cepet dikit ya mandinya! Hehehe…” “Uh….” Gerutuku dari dalam kamar mandi. Sepuluh menit kemudian aku keluar dari kamar mandi. Kemudian aku bergegas ganti baju dan mempercantik diri. Dandan belum selesai, Riris sudah berteriak lagi seperti orang kesetanan dan membuka pintu kamarku. “ Mbok cepetan, ternyata Adit udah nyampe di depan kost lho!” “Waduh Ris, gimana nich?” Aku pun jadi panik. “Rambutku belum aku keringin nich, belum aku catok pula.” “Halah, nggak usah pake ngeringin rambut atau catok segala dech! Udah gitu aja ntar Adit kelamaan nunggu malah kabur dech!” Akhirnya aku hanya menyisir rambut saja, mengenakan celana jeans dan kaos berwarna orange. “Ris, aku udah cantik belum?” tanyaku pada Riris. “Udah-udah, kok sekarang gantian kamu yang jadi genit sich Mbok?” “Biarin!” Kemudian kami berdua keluar kos-kosan untuk menemui Adit. Adit tidak sendirian, dia bersama temannya. Aku dan Riris berjabat tangan dengan mareka berdua dan memperkenalkan diri masing-masing. Aku sempat kaget, ternyata yang namanya Adit memang tampan dan keren. Temannya juga tidak kalah tampan dengannya. Dia bernama Bodi. Tahu begitu, tadi aku dandan semaksimal mungkin. Kami berempat bercakap-cakap di teras kos- kosan. Kami membicarakan banyak hal tentang diri masing-masing. Dari situlah kami mengenal satu sama lain, dari keluarga, kepribadian kita, kuliah kita, hobi, tanggal lahir, tukeran nomor Hp, sampai nama julukan segala kita bicarakan. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.30. Adit mengajak kami untuk
  • 43. 43 makan siang. Kami berempat makan siang di warung bakso. Setelah makan siang selesai kami kembali ke kos-kosan. Adit dan Bodi pamit pulang karena kita sudah cukup lama berbincang-bincang dan kita juga butuh istirahat serta menunaikan ibadah sholat. Sehabis itu aku dan Riris kembali ke dalam kos dan kami masuk kamar masing-masing untuk sholat dan istirahat. Malam harinya aku tidur di kamar Riris karena Riris butuh teman untuk curhat. Riris bercerita banyak hal tentang Adit dan Bodi. Riris mengetahui hal tersebut dari chatting. Ternyata yang namanya Bodi sudah punya pacar dan pacarnya juga kuliah satu Universitas dengan kami. Kalau Adit baru putus dengan pacarnya semester gasal kemarin. Dalam hatiku, “Wah cuma Adit nich harapanku satu-satunya.” Tak ku sangka Riris juga tertarik dengan Adit dan membuatku jadi sedikit kecewa. Kami bercerita panjang lebar sampai tertidur. Tengah malam tiba-tiba terdengar suara alunan musik dari Hp. Itu adalah bunyi Hp Riris, tanda sebuah telpon masuk. Riris bangun dan mengambil Hp-nya kemudian menjawab telpon itu. Walaupun mataku terpejam, aku masih mendengar percakapan Riris dengan seseorang di seberang sana. Dari nada bicaranya Riris tampak senang. Setelah Riris selesai mengangkat telpon itu, dia membangunkan tidurku. Aku membuka mata perlahan dan menatap wajah Riris. Riris menceritakan tentang percakapannya di telpon tadi. Aku pun hanya melongo seperti orang idiot setelah tahu bahwa yang meneleponnya adalah Adit. Jantungku hampir copot ketika Riris mengatakan bahwa Adit mengungkapkan isi hatinya kalau dia menyukai Riris. Aku terdiam lemas sambil tersenyum semanis-manisnya kepada Riris, padahal hatiku kecewa.Sejak itu Riris resmi berpacaran dengan Adit. Mereka sering sms-an dan saling telpon. Adit juga sering main ke kos-kosanku. Kurang lebih dua minggu sudah hubungan mereka berjalan. Hari Sabtu Adit mengajak Riris jalan-jalan ke Bandungan. Mereka sempat berpamitan kepadaku dan pada saat itu juga aku akan mudik. Tiga hari kemudian saat aku kembali ke kos, Riris curhat kepadaku. Ternyata dia putus dengan Adit. Aku tidak tahu ekspresi apa yang harus kuperlihatkan kepada Riris. Jujur hatiku merasa senang mendengar dia putus dengan Adit. Tapi di sisi lain Riris adalah temanku, dan aku harus ikut prihatin dengan kejadian yang menimpanya. Kemudian aku menanyakan apa penyebab putusnya hubungan cinta mereka, padahal baru dua minggu jadian. Dari cerita Riris,
  • 44. 44 mereka putus karena saat mereka jalan berdua tiba-tiba Erwin pacar Riris telpon. Kemudian Adit menanyakan siapa yang baru saja menelpon Riris. Riris sempat berbohong kepada Adit bahwa yang menelpon adalah kakaknya, tapi Adit tidak puas dengan jawaban Riris dan merebut Hp Riris dengan paksa. Setelah Adit melihat panggilan masuknya, ternyata tertulis nama “Sayangku”. Adit menjadi marah setelah tahu kalau dirinya dibohongi oleh Riris. Mereka berdua bertengkar dan Adit memutuskan untuk kembali pulang. Sesampainya di kos, Adit langsung minta putus dengan Riris. Itulah akhir dari cerita cinta mereka. Aku heran terhadap Riris, dia sama sekali tidak menunjukkan wajah sedih setelah putus dengan Adit. Dia merasa tidak menyesal sama sekali, baginya Erwin tetap nomor satu. Minggu berikutnya, Riris memutuskan untuk pindah kos dengan alasan ingin mencari suasana baru. Hal itu membuatku merasa mempunyai kesempatan untuk mendekati Adit. Sejak itulah ganti kisahku dengan Adit dimulai. Aku memberanikan diri sms Adit untuk menanyakan kabarnya. Akupun senang karena Adit mau membalas sms-ku. Dia curhat kepadaku bahwa dia kecewa dengan sikap Riris. Adit jadi ketagihan curhat tentang semua masalah yang dialaminya kepadaku. Kita mulai sering sharing tanpa ada rasa sungkan satu sama lain. Hubunganku dengannya semakin dekat seiring berjalannya waktu. Dia jadi sering main ke kosku, bercanda bersamaku, tertawa, bercerita, bahkan Adit pernah mengajakku menonton film di bioskop. Tak terasa pertemananku dengannya sudah berjalan lima bulan. Aku semakin mengenal dirinya dan begitu juga sebaliknya. Rasa sayangku tumbuh semakin lama semakin besar. Tetapi aku tidak tahu bagaimana perasaannya kepadaku. Awal dari kehancuran kisahku dengan Adit adalah ketika teman SMA-ku main ke kos untuk menjengukku. Saat itu aku memang sedang sakit. Namanya Lia, kuliah di Akademi Kebidanan. Perawakannya tinggi, langsing, rambutnya lurus dan panjang, kulitnya putih bersih, dan wajahnya memang cantik. Cukup lama juga dia berada di kosku, sore harinya dia pamit pulang. Di luar dugaan, saat itu Adit datang ke kosku untuk menengokku juga. Kukenalkan temanku itu pada Adit. “Kenalin Dit, ini temanku! Dia kuliah di Akademi Kebidanan.”Mereka saling berjabat tangan sambil menyebut nama masing-masing. Kemudian aku minta tolong kepada Adit untuk mengantarkan Lia pulang ke
  • 45. 45 kosnya. Adit menyanggupi permintaanku. Kira-kira 45 menit, Adit sudah kembali ke kosku. Dia bertanya, “ Mbok, aku boleh nggak minta nomor Hp-nya Lia?” “ Buat apa Dit kamu minta nomor Hp-nya Lia? Kenapa tadi saat mengantarnya pulang kamu tidak minta langsung kepada orangnya?” “ Aku kan baru kenal dengannya Mbok, jadi aku masih sungkan. Tadi aja aku nggak bicara banyak dengannya. Dia juga hanya mengucapkan terima kasih ketika sampai di kos-nya. Lia cantik ya Mbok?” “Iya dia memang cantik. Kamu suka padanya?” “Sepertinya begitu sich Mbok. Kan aku kuliah di Akademi Keperawatan, jadi nyambung kan Mbok kalau sama dia? Menurutmu gimana?” Aku kecewa dengan pernyataan Adit barusan, dengan berat hati aku berkata, “ Ya pantaslah kalau kamu dengannya. Secara kamu ganteng dan Lia juga cantik. Jurusan kalian juga nyambung. Cocoklah!” “Gitu ya Mbok? Bolehkan Mbok kalau aku PDKT dengannya?” “Ya, terserah kamu Dit! Aku sich hanya bisa mendukung.” Dengan terpaksa, aku memberikan nomor Hp Lia kepada Adit. Setelah itu Adit pamit pulang kepadaku. Semenjak itu Adit benar-benar PDKT dengan Lia. Aku jadi terkena imbasnya karena perlahan-lahan Adit mulai menjauh dariku. Dia jadi jarang sms ataupun memberi tahu kabarnya kepadaku, dan dia juga jarang main ke kosku. Kalaupun dia sms aku, itu hanya sekadar dia menanyakan tentang diri Lia. Hal itu membuatku jengkel karena yang dibicarakan hanyalah Lia, Lia, dan Lia. Adit sudah berubah, tidak seperti dulu. Jujur aku merasa cemburu. Perasaanku menjadi tidak karuan karena sikap Adit. Sampai suatu ketika aku sudah tidak tahan lagi dengan keadaan itu, sehingga dengan penuh pertimbangan, akhirnya aku memberanikan diri untuk memberi tahu Lia atas apa yang kurasakan selama ini kepada Adit. Untungnya Lia mengerti dengan keadaanku dan dia mendukungku jika aku jadian dengan Adit. Dia memberiku saran supaya aku menyatakan perasaanku kepada Adit. Tapi aku tidak langsung menanggapi saran Lia. Aku merasa tidak pantas jika menjadi pacar Adit. Menurutku Adit pantas mendapatkan yang lebih baik dariku. Aku menyayanginya sepenuh hatiku hingga aku tidak bisa melepasnya. Aku juga merasa tidak enak kalau harus menyatakan perasaanku lebih dulu kepadanya. Menurutku itu merupakan hal yang tidak etis karena aku ini perempuan. Tidak pantas seorang perempuan jika mendahului laki-
  • 46. 46 laki. Namun kegundahan hatiku memaksaku untuk menerima saran Lia. Puncak dari segala yang kutakutkan akhirnya tiba juga. Aku mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sejujurnya tentang perasaanku kepada Adit. Malam itu menjadi saksi bisu tragedi antara aku dan Adit. Peristiwa itu akan selalu aku ingat dan menjadi memori sejarah perjalanan cintaku. Kamis, 9 Oktober 2008, jam 19.30, aku sms Adit untuk datang ke kosku. Setelah itu aku mendapat balasan sms darinya kalau dia memenuhi permintaanku. Tiga puluh menit kemudian dia benar-benar sampai dikosku. Dia sms aku kalau dia sudah berada di depan kosku dan menyuruhku keluar untuk segera menemuinya. Tak berapa lama aku keluar kos untuk menemuinya. Jantungku berdetak kencang serasa mau copot dari tempatnya. Aku memasang senyum semanis-manisnya di depan Adit. Dia masih berada di atas motornya. “Hey Mbok, ada apa kamu menyuruhku datang ke kosmu? “Duduk dulu nanti aku ceritain ke kamu!”Adit turun dari motor dan berjalan menuju kosku. Kemudian kami berdua duduk di teras kos. Akupun memulai pembicaraan. Kutarik napas dalam-dalam. “Dit, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Ini tentang perasaanku ke kamu.” “Perasaan apa Mbok? Aku jadi bingung dech sama kamu.” “Tapi kamu janji dulu ya, kalau kamu nggak akan marah sama aku setelah aku jujur padamu!” “Sebenarnya ada apa sich, kok pake janji nggak akan marah segala?” “Udahlah, yang penting kamu janji dulu! Baru setelah itu aku mau ngomong sama kamu.” “Iya-iya aku janji. Cepetan ngomong!” “Nah gitu dong! Dengerin ya! Sebenarnya, sejak awal aku ketemu kamu aku udah tertarik sama kamu. Tapi selalu kupendam karena kamu selalu dekat dengan temanku. Aku berusaha mengalah dan menerima kenyataan. Aku juga takut kalau pertemanan kita menjadi rusak karena egoku ini. Tapi semakin kamu dekat denganku, aku semakin menyayangimu dan tak bisa melepasmu. Aku tahu Dit, kalau aku ini bukan apa-apa. Aku tidak secantik Riris ataupun Lia. Aku tidak pantas mendapatkanmu. Aku hanya cewek biasa-biasa saja sedangkan kamu begitu perfect bagiku. Aku menyadari kamu lebih pantes dapetin yang lebih baik daripada aku. Aku hanya ingin jujur padamu. Aku tidak ingin memendam perasaan ini lebih lama lagi karena sangat menyiksaku setiap kali aku melihatmu tapi tidak bisa memilikimu. Sekarang terserah kamu mau bagaimana! Keputusan ada di
  • 47. 47 tanganmu.” Tak kusadari air mataku jatuh membasahi pipiku. Aku mengusapnya perlahan. “Mbok, aku minta maaf padamu. Aku tidak tahu kalau selama ini ternyata diam-diam kamu menyukaiku. Tapi aku hanya menganggapmu sebagai seorang teman, tidak lebih. Kalaupun ada rasa sayang itu hanya sebatas rasa sayang kepada seorang teman. Maafkan aku ya Mbok kalau aku tidak bisa mambalas cintamu! Mendengar jawaban Adit, aku bagai ditampar petir di siang bolong. Aku harus terlihat tegar di hadapan Adit. Kutarik napas dalam-dalam dan kuelus dadaku. “Nggak apa-apa Dit, aku sudah memikirkan resikonya jauh-jauh hari. Kamu berhak mencintai siapa saja. Sekarang aku bisa lega karena udah jujur sama kamu. Kita tetap teman kan Dit? Hanya itu saja yang ingin kusampaikan kepadamu. Kamu masih mau disini atau pulang?” “Sekali lagi sorry ya Mbok, tanpa kusadari aku telah menyakiti perasaanmu. Kita tetap teman kok Mbok. Jangan nangis lagi ya Mbok! Aku tidak bisa lama-lama disini karena ada acara lain.” “Makasih ya Dit udah mau jadi temenku.” “Sama-sama Mbok, aku juga berterima kasih sama kamu selama ini udah mau jadi tempat sampah buat aku. Aku pamit dulu ya Mbok! Assalamu’alaikum!” “Wa’alaikumsalam! Jangan kapok main kesini ya Dit!” Sambil berjalan Adit berkata “Iya, kamu tetap teman terbaikku.” Tidak seperti yang dikatakan Adit waktu itu. Mungkin malam itu adalah terakhir kalinya Adit main ke kosku. Dia tidak pernah membalas smsku lagi. Dia semakin menjauh dariku hingga aku tidak bisa meraihnya lagi. Dia tidak mau menjadi temanku lagi. Hatiku bertambah hancur, patah dan rontok menjadi berkeping-keping. Mungkin itu adalah kata-kata yang pantas ditujukan kepadaku. Aku menyesali perbuatanku. Aku terlalu menuruti egoku untuk memiliki Adit. Jika saja aku tidak melakukan hal itu mungkin saat ini aku masih menjadi temannya. Melihat wajahnya, senyumnya, tawanya, dan candanya. Sekarang semua itu hilang bagai ditelan bumi. Penyesalanku tak ada gunanya, nasi telah menjadi bubur. Ternyata yang bisa patah dan rontok tidak hanya rambut, tapi hatiku juga.
  • 48. 48 Sebuah Keberanian Seorang gadis berlari-lari kecil melintasi koridor sekolah. Dia tampak kelelahan sekali, napasnya terengah-engah. Dia berlari menuju lapangan basket. Gadis itu bernama Lirna. Gadis mungil yang centil, lucu, lincah, dan ceria. Wajahnya yang baby face membuatnya terlihat imut dan lebih muda dari umurnya. Hari itu merupakan hari yang penting untuk sahabat Lirna. Karena hari itu adalah hari pertandingan basket antar sekolah sekabupaten. Sahabatnya Eka yang menjadi kapten tim basket sekolahnya. Jika sekolahnya memenangkan pertandingan basket itu, maka Eka akan mendapat kesempatan untuk meraih beasiswa. Sebagai sahabat, Lirna harus ikut menjadi suporter di pertandingan itu. Kalau dia tidak datang di pertandingan itu, Eka bisa marah kepadanya. Sore itu Lirna hampir lupa kalau hari itu sahabatnya ada pertandingan. Dia ketiduran karena kelelahan seharian bermain komputer di rumah. Maklum hari Minggu, tidak ada kegiatan yang dia kerjakan. Di rumah dia tidak ada teman yang bisa diajak bermain paling-paling hanya Mbok Nem pembantu rumahnya.Dia adalah anak tunggal dari keluarga yang berkecukupan. Sampai di lapangan basket, dia langsung mencari tempat duduk di kursi penonton. Dia memilih duduk di pojok kanan atas agar bisa melihat pertandingan dengan jelas. Ternyata pertandingan sudah setengah permainan. Pikiran Lirna jadi kacau karena hal itu. Dia berpikir setelah pertandingan selesai nanti pasti dia kena semprot dari Eka. Di samping kursinya, duduk sekelompok gadis-gadis centil dan kemayu yang selalu mengelu-elukan Eka dan menjerit-jerit setiap kali Eka memasukkan bola ke dalam ring. Di sekolah, Eka memang menjadi idola karena ketampanannya. Badannya tinggi atletis, kulitnya putih bersih, aktif dalam kegiatan sekolah, ditambah lagi dia adalah kapten tim basket sekolah yang menaikkan pamornya. Eka terkenal playboy di sekolah. Dia sering bergonta-ganti pacar. Dia menggunakan kelebihannya untuk menggaet para gadis. Lirna melirik gerombolan gadis-gadis itu dengan pandangan yang sinis. Dia berbicara sendiri dengan lirih “Centil banget sih
  • 49. 49 cewek-cewek ini. Nggak pernah liat cowok ganteng apa. Liat Eka aja sampai segitunya. Biasa aja kali! Lebai deh! Nyebelin banget sih.” Pertandingan berlangsung dengan tegang. Antara tim yang satu dengan yang lain skornya saling mengejar. Lirna sendiri ikut menjadi tegang. Dalam hatinya dia berdoa agar tim basket sekolahnya yang menang dan Eka bisa mendapatkan beasiswa. Eka sangat menginginkan beasiwa itu karena dia ingin hidup mandiri dan tidak ingin membebani keluarganya. Tak terasa pertandingan berakhir ketika peluit sang wasit dibunyikan. Lirna bisa tersenyum lega saat itu karena pertandingan dimenangkan oleh tim basket sekolahnya. Walaupun dengan selisih skor yang sedikit. Tim basket sekolah lawan memang tak mudah untuk dikalahkan, permainannya cukup bagus. Tapi yang membuat tim basket lawan kalah yaitu karena para anggota tim tidak menjaga kekompakan dalam permainannya. Lirna bersorak atas kemenangan sahabatnya itu. Dia segera menghampiri Eka di tengah lapangan untuk mengucapkan selamat pada Eka. Dari kejauhan Eka berlonjak-lonjak kegirangan bersama tim basketnya atas kemenangan itu. Lirna memanggil Eka “Eka…Eka…Eka!” Eka menoleh dan tersenyum melihat Lirna. Setelah Lirna berhadapan dengan Eka dia mengulurkan tangan sambil berkata “Selamat ya Ka atas kemenanganmu! Aku ikut senang atas kemenangan yang kamu raih.” Eka tidak membalas uluran tangan Lirna. Lirna bingung dengan sikap Eka yang seperti itu. “Ka, kenapa kamu nggak membalas uluran tanganku ini?” “Salah sendiri kamu datang terlambat di pertandinganku. Itu yang namanya sahabat?” “Sory deh Ka! Aku lupa kalau hari ini kamu ada pertandingan. Abis aku kecapean sih, jadi ya aku ketiduran. Tapi kan aku udah berusaha datang di pertandinganmu ini. Buktinya sekarang aku ada di hadapanmu.” “Sory, sory. Nggak segampang itu kali. Tau nggak tadi aku celingak- celinguk kayak orang gila nyariin kamu di kursi penonton sebelum pertandingan dimulai. Aku nggak konsen saat pertandingan hampir dimulai gara-gara kamu belum datang.”
  • 50. 50 ”Terus aku harus gimana dong agar kamu bisa maafin aku?” “Ntar malam kamu harus mentraktirku makan steak untuk kemenanganku ini! Oke!” “Uuh, dasar perut karet! Makanan aja yang dipikirin.” “Mau apa nggak? Kalau nggak mau ya udah. Aku nggak akan ngomong sama kamu lagi.” “Lho kok gitu sih! Iya iya aku traktir kamu makan steak nanti malam.” “Nah gitu dong! Itu baru namanya temenku. Mau pulang bareng nggak?” “Ayuk! Daripada naik taksi kan mahal.” “Huuh, dasar! Dari dulu nggak pernah berubah, selalu aja perhitungan.” “Biarin!” “Ya udah kamu tunggu di sini dulu ya! Aku mau ngambil tasku di loker dulu.” “Sana cepetan! Jangan lama-lama ya! Soalnya ini dah sore nanti aku bisa diomelin mama.” Eka segera berlari menuju ruang ganti untuk mengambil tasnya di loker. Dia tidak ingin membiarkan Lirna menunggu lama. Dia tahu betul bahwa Lirna anak satu-satunya yang sangat dilindungi oleh keluarganya. Selanjutnya Eka menghampiri Lirna kembali untuk mengajaknya pulang bersama. Mereka pulang bersama naik motor. Eka mengantarkan Lirna sampai di depan rumahnya. Setelah Lirna turun dari motor, Eka juga ikut turun dan memakirkan motornya. “Lho, ngapain kamu Ka, pake turun segala? Kenapa nggak langsung pulang aja? “Emangnya aku nggak boleh main ke rumahmu?’ “Ya boleh sih, tapi inikan dah sore. Emangnya kamu nggak mandi dulu?” “Ah, kalau soal mandi sih gampang.” Mereka berdua berjalan menuju rumah Lirna. Lirna membukakan pintu sambil mengucapakan salam. Dibalas ucapan salam dari dalam rumah. Ternyata itu adalah mama Lirna. Eka langsung menyalami mama Lirna. Eka sudah akrab dengan keluarga Lirna. Eka dan Lirna sudah berteman sejak kelas 2 SMP jadi Eka sudah tidak asing lagi dalam keluarga itu. Eka langsung berbicara pada mama Eka.
  • 51. 51 “Tante, boleh nggak kalau nanti malam aku mengajak Lirna keluar untuk merayakan kemenangan tim basketku.” Lirna kaget mendengar Eka berbicara seperti itu pada mamanya. Ternyata Eka ingin masuk rumahnya karena alasan itu. “Boleh kok Ka. Asal pulangnya jangan malam-malam. Lirna itu anak perempuan nggak baik kalau pulang malam-malam. Tante percaya kalau Lirna sama kamu. Ingat, jaga Lirna baik-baik ya! Yang sabar kalau menghadapi Lirna. Kamu tahu sendiri Lirna itu anaknya manjanya setengah mati!” Lirna mencubit pinggang mamanya. “Ah mama apa-apaan sih. Pasti gitu deh kalau Eka kesini. Sebel!” “Tu kan Ka, kamu liat sendiri kelakuannya barusan.” “Beres tante! Eka akan pegang amanat tante baik-baik.” Malam harinya sekitar jam 19.00, Eka menjemput Lirna di rumahnya. Lirna juga sudah siap pergi dengan Eka. Dia berdandan semanis mungkin. Mereka berdua pamit kepada orangtua Lirna. Kemudian mereka pergi ke sebuah restoran. Mereka memesan meja untuk dua orang. Setelah memesan makanan, mereka berbicara panjang lebar. Tertawa dan bercanda bersama. Setelah makanan ada di hadapan mereka, mereka masih saja asyik berbicara. Lirna mengenal Eka saat kelas dua SMP. Dulu Lirna anaknya pendiam dan sulit untuk bergaul. Dia selalu terlihat sendiri di sekolah. Saat jam istirahat berlangsung, Lirna selalu ke perpustakaan sekolah membaca buku-buku cerita. Kalau tidak dia hanya berdiam diri di dalam kelas sambil menikmati bekalnya dari rumah. Dia jarang sekali jajan di sekolah. Sepulang sekolah, seperti biasa Lirna sedang menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Tidak seperti biasa, saat itu jemputan Lirna datangnya terlambat. Sampai sekolah sepi, jemputan Lirna belum datang juga. Tiba-tiba ada seekor anjing mengejarnya. Dia berlari ketakutan sambil berteriak minta tolong. Tidak ada orang yang menolongnya karena saat itu memang sudah tidak ada orang. Untungnya ada seorang anak lelaki yang keluar dari dalam sekolah. Dia baru saja selesai mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mading di sekolah. Dia kaget saat ada suara orang menjerit minta tolong. Dia mencari sumber suara itu. Ternyata dia melihat ada seorang gadis sedang dikejar anjing. Dia
  • 52. 52 langsung mengambil batu untuk menolong gadis itu. Dia langsung berlari mengejar gadis dan anjing itu. Kemudian dia melemparkan batu itu kepada anjing untuk mengusirnya. “Pergi kamu dari sini!” Anjing itu terjatuh kemudian anak laki-laki itu menyuruh anjing itu pergi. Anjing itu berlari menjauhi Lirna. Anak laki-laki itu mendekati Lirna. “Kamu tidak apa-apa? Kenapa jam segini kamu masih ada disini padahal sekolah sudah sepi?” “Aku nggak apa-apa. Aku menunggu jemputan, tapi nggak datang-datang. Tiba-tiba ada seekor anjing dan dia malah mengejarku. Aku takut dan berlari sekencang-kencangnya. Aku berteriak minta tolong, tapi tak ada yang menolongku.” Lirna bercerita sambil terisak-isak karena ketakutan. “Sudahlah jangan menangis! Ya mana mungkin ada yang menolongmu, sekolah saja sudah sepi.” “Terus kenapa kamu masih ada disini?” “Hari ini aku mendapat tugas untuk memasang dan menata mading. Jadi aku pulang terlambat. Kamu mau nggak tak anterin pulang? Daripada kamu nunggu disini sendirian nanti dikejar anjing lagi lho.” “Iya aku mau.” Mereka berdua pulang bersama naik angkot. Di dalam angkot mereka berbincang-bincang. “Kenalkan, aku Eka anak kelas 2B. Kamu siapa?” “Aku Lirna anak kelas 2A.” “Berarti kelas kita sebelahan dong. Tapi aku kok jarang melihatmu, padahal kelas kita bersebelahan. Bolehkan kalau nanti aku sering main ke kelasmu?” “ Aku jarang keluar kelas. Kalau keluar paling-paling aku ke perpus. Kamu boleh kok main ke kelasku.” “Kenapa kamu nggak bersama teman-temanmu saja jajan di kantin misalnya?” “Aku nggak punya teman. Aku takut dan minder.”
  • 53. 53 “Kenapa harus takut dan minder? Di mata Allah, semua makhluknya punya derajat yang sama. Yang membedakan hanya amal dan perbuatannya. Kalau begitu bolehkan jika aku berteman denganmu?” “Makasih udah mau jadi temenku.” Eka mengulurkan tangannya kepada Lirna dan Lirna membalas uluran tangan itu. “Mulai sekarang kita temen ya!” Sejak itu Eka dan Lirna berteman. Lirna tidak lagi menunggu jemputan setiap pulang sekolah. Dia selalu pulang bersama Eka. Pada awalnya mamanya tidak mengijinkan dia pulang sendiri. Tapi dia meyakinkan mamanya setelah kejadian dia dikejar anjing itu. Lirna juga mengenalkan Eka pada mamanya. Dia bercerita pada mamanya bahwa Ekalah yang saat itu menolongnya. Eka minta ijin pada mama Lirna supaya beliau tidak perlu repot-repot lagi menjemput Lirna karena dia yang akan menemani Lirna pulang sekolah. Kebetulan rumah Eka searah dengan rumah Lirna. Mama Lirna mengijinkan hal itu dan mempercayai Eka untuk menjaga Lirna. Eka sering main di rumah Lirna. Mereka sering mengerjakan tugas bareng. Di sekolah mereka juga selalu bermain bersama. Lirna tidak lagi menjadi anak yang penakut. Dia sudah mempunyai teman. Ekalah yang selalu membantunya untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Lirna menjadi anak yang tidak pendiam lagi. Bahkan sebaliknya, dia tumbuh menjadi gadis yang cerewet dan centil . Semua itu berkat dukungan Eka. Eka yang merubahnya seperti itu. Diam-diam Lirna mengagumi Eka. Tetapi Eka adalah lelaki yang dikagumi banyak gadis. Eka selalu curhat pada Lirna saat dia dekat dengan seorang gadis. Alasan itu membuat Lirna selalu memendam perasaaannya. Dia selalu memaksakan senyum mengembang di bibirnya setiap kali Eka bersemangat cerita tentang gadis yang dekat dengannya. Eka memang siswa yang aktif. Dia sering mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Lirna selalu menolak ajakan Eka yang mengajaknya menyibukkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Lirna hanya mau menemani Eka setiap kali Eka ada kegiatan. Dimanapun Eka berada Lirna selalu mengikutinya. Bahkan saat Eka mojok dengan pacarnya di belaknag sekolahpun ditungguinya. Terkadang Eka marah setiap Lirna membuntutinya terus.
  • 54. 54 Lirna tidak peduli dengan omelan Eka. Dia merasa senang jika berada di dekat Eka meski tidak memiliki Eka sebagai seorang pacar. Lirna selalu menuruti perintah Eka. Bahkan Lirna sering dimanfaatkan Eka untuk mengerjakan PR-nya. Lirna tidak bisa menolak permintaaan Eka. Karena dia merasa berhutang budi pada Eka. Eka sudah membantunya keluar dari rasa ketakutan dan minder. Suatu hari pada hari Minggu di rumah, Eka sendirian karena orangtuanya berada di luar kota untuk urusan pekerjaaan. Dia mempunyai seorang kakak laki- laki tetapi sudah kuliah sehingga jarang ada di rumah. Saat itu dia sedang sakit. Pembantunya juga mendadak minta pulang kampung karena ada urusan keluarga. Eka benar-benar sendirian dan tidak ada yang mengurusinya. Untung saja saat itu Lirna datang ke rumahnya. Lirna yang mengurusinya saat itu. Lirna membelikannya obat dan makanan. Lirna yang menyuapinya makan dan membantunya minum obat. Eka baru sadar bahwa Lirna sangat perhatian padanya. Padahal dia sering memarahi Lirna setiap Lirna selalu membuntutinya di sekolah. Lama-lama Eka merasa malu jika Lirna membuntutinya terus. Dia sering diejek teman-temannya bahwa dia selalu dikawal seorang bodyguard. Tapi sekarang lain ceritanya. Eka baru tahu bahwa dia mempunyai sesuatu yang sangat berharga yaitu perhatian Lirna. Mulai saat itu Eka memberikan perhatian yang lebih kepada Lirna. Dia tidak lagi memarahi Lirna setiap Lirna membuntutinya. Justru sebaliknya dia merasa senang saat Lirna membuntutinya. Itu sudah menjadi kebiasaan. Rasanya ada yang hilang dalam diri Eka jika Lirna tidak membuntutinya. Eka merasa ada yang menjaganya setiap Lirna membuntutinya. Eka tidak mempedulikan lagi ocehan teman- temannya. Eka merasa bingung dengan perasaannya pada Lirna. Dia mulai suka memperhatikan Lirna. Benih-benih rasa sayang tumbuh di hati Eka. Tapi Eka tidak berani mengungkapkan perasaan itu. Dia takut persahabatannnya akan berantakan jika saja dia menyatakan perasaan cintanya pada Lirna. Dia memutuskan memendam perasaan itu. Dia melampiaskan kegundahan hatinya itu dengan berpacaran dengan gadis lain. Tapi semua gadis-gadis yang pacaran dengannya tidak ada yang merasa betah.
  • 55. 55 Karena Eka tidak pernah memberikan perhatiannya pada mereka. Eka selalu mengutamakan Lirna. Setelah mereka lulus SMP mereka memutuskan untuk melanjutkan ke SMA yang sama. Hubungan mereka semakin dekat Kemana-mana selalu berdua. Walaupun mereka berbeda kelas, hal itu tidak menjadi kendala. Lirna selalu membonceng Eka setiap pulang sekolah. Gosip yang beredar bahwa mereka berpacaran. Mereka tidak mempedulikan gosip itu. Eka merasa tersiksa dengan sikapnya yang melampiaskan kegundahan hatinya kepada gadis-gadis lain. Dia merasa telah membohongi dirinya sendiri. Dia juga semakin menyibukkan diri dalam kegiatan sekolah untuk mengatasi kegundahan yang semakin merajalela di hatinya. Dia menjadi lebih semangat kalau Lirna berada di dekatnya. Malam itu di sebuah restoran Eka ingin mengungkapkan isi hatinya kepada Lirna. Dia menyuruh Lirna mentraktirnya makan steak itu hanya alasan saja untuk mencari waktu dan suasana yang tepat mengungkapkan isi hatinya kepada Lirna. Saat Lirna sedang menikmati makanannya tiba-tiba Eka memegang tangannya. Lirna kaget dengan perlakuan Eka. Jantungnya berdetak kencang serasa mau copot. Lirna menghentikan makannya. Eka memandang wajahnya dalam-dalam. “Lir, boleh nggak aku ngomong sesuatu kepadamu?” “Boleh. Emangnya kamu mau ngomong apa pake minta ijin segala sama aku?” “Sebenarnya selama ini diam-diam aku menyukaimu. Entah sejak kapan aku menyukaimu, aku tidak tau. Mungkin sejak kamu suka membuntutiku. Atau mungkin sejak kamu merawatku saat aku sakit. Atau mungkin juga saat kamu selalu menemaniku ketika aku sendiri, memberikan perhatianmu padaku, menjadi tempat curhatku, aku tidak tau. Selama ini aku berpacaran dengan banyak gadis itu hanya kedok belaka. Aku hanya ingin melampiaskan kegundahan hatiku pada mereka. Tapi mereka tidak ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku. Kamulah yang menempati ruang special di hatiku. Aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan isi hatiku padamu. Aku takut jika akan kehilanganmu. Aku takut kalau persahabatan kita berantakan Lir.”
  • 56. 56 Lirna menaruh jari telunjuknya di bibir Eka. “Ssst.... Kamu jangan ngomong lagi! Kamu pikir ngapain selama ini aku membuntutimu, memberikan perhatian padamu, menuruti semua perintahmu, sampai mengerjakan PR-mu segala? Kamu terlalu picik Ka. Diam-diam aku sudah menyukaimu sejak kamu mengajari aku untuk menjalani hidup ini penuh semangat. Kamu yang telah memusnahkan rasa ketakutan dan keminderanku selama ini. Kamu yang mau mengerti sikap manjaku. Aku berpikir selama ini kamu hanya menganggapku sebagai seorang sahabat nggak lebih. Karena kamu selalu memilih gadis lain untuk menjadi kekasihmu.” Lirna melepaskan jari telunjuknya dari bibir Eka. Eka berdiri, berjalan mendekatinya dan memeluknya erat sekali. Lirna membalas pelukan itu. Mereka tenggelam dengan suasana itu. Semua orang yang ada di restoran itu memandangi mereka. Mereka merasa malu dan saling melepaskan pelukannya. Mereka kembali ke mejanya masing-masing. Menghabiskan makanan yang telah mereka pesan. Selanjutnya Eka mengantarkan Lirna pulang. Sebelum Lirna menuju pintu rumahnya, Eka meraih tangannya dan mengecup pipi Lirna. Lirna hanya tersenyum dengan tingkah Eka. “Kenapa kamu tidak membalas kecupanku, sayang?” Lirna membalas kecupan itu di pipi Eka. Dia tersipu malu dan berlari menuju pintu rumahnya. Sebelum dia masuk, dia mengucapkan sesuatu pada Eka. “Sudah sana cepetan pulang! Ini sudah malam nanti kamu dimarahi sama mama.” “Iya sayangku. Makasih untuk semuanya.” Eka kembali menaiki motornya dan Lirna melambaikan tangannya. Malam itu malam terindah bagi mereka. Mereka telah mengambil keputusan yang terbaik. Mereka menemukan keberanian dalam diri mereka untuk seuatu yang patut diperjuangkan. Persahabatan Tidak Pernah Berakhir
  • 57. 57 Malam sunyi menyelimuti sebuah kamar di kos-kosan. Langit gelap tertutup awan kelabu. Tak ada sebutir bintang yang menerangi malam. Bulan bersembunyi di balik awan mendung. Di kamar itu terdengar dua orang sedang beradu argumen untuk sebuah kemenangan. “Sek, kenapa kamu tega mengkhianatiku? Padahal aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri.” “Maafkan aku Ta, aku tak bermaksud seperti itu. Aku terpaksa melakukan hal itu. Aku tak tega dengan Wawan. Dia lelaki yang baik, tak pantas jika kamu memperlakukannya seperti itu. Aku hanya ingin membantumu keluar dari rasa kebimbangan.” “Membantu katamu? Tapi menurutku itu adalah sebuah kebodohan. Gara- gara kamu buka mulut pada Wawan, aku hampir saja putus dengannya. Untung dia mau memaafkanku tapi dengan syarat aku harus memutuskan Bagus. Aku berat melakukan hal itu. Aku masih menyayangi Bagus. Aku merasa sendiri saat itu. Tak ada yang membelaku. Keluargaku juga menyalahkanku. Mereka tidak mau tetangga sampai tahu hubunganku dengan Bagus. Bahkan sahabat yang kuharapkan membelaku malah dia sendiri yang mengobarkan api.” “Aku sadar Ta aku memang salah. Sekarang terserah kamu mau berbuat apa padaku? Aku terima. Asalkan satu pintaku, jangan pernah memutuskan persahabatan kita!” “Aku tidak tahu lagi Sek apa yang harus kulakukan. Aku bingung.” Mereka terdiam dalam keheningan malam. Hujan turun membasahi bumi ikut meramaikan suasana yang menjadi bagian keheningan malam itu. Mereka terlelap dalam mimpi-mimpinya. Tak tahu apakah itu mimpi yang indah atau sebaliknya. Sekyna dan Tata bersahabat sejak mereka kelas 2 SMA. Hubungan mereka bertambah akrab dari hari ke hari. Apalagi mereka sekarang kuliah di Universitas yang sama dan tinggal dalam satu kamar kos-kosan.. Walaupun mereka berbeda jurusan tetapi hal itu tak menjadi kendala kekompakan mereka. Mereka selalu terlihat bersama dimanapun berada di luar jam kuliah mereka. Tata berasal dari keluarga yang berada. Sedangkan Sekyna berasal dari keluarga yang pas-pasan.
  • 58. 58 Tata mempunyai sikap yang cenderung egois, manja dan suka menang sendiri. Sekyna orangnya sabar, suka mengalah dan bersifat keibuan. Mereka saling mengisi kekurangan satu sama lain. Setiap pulang ke kota asal, Sekyna sering menginap di rumah Tata. Keluarga Tata sudah menganggap Sekyna seperti keluarga sendiri. Saat liburan menjelang lebaran Sekyna menginap di rumah Tata. Saat itu Wawan pacar Tata juga menginap disitu. Mereka sedang ada masalah. Di rumah Tata mereka berdua bertengkar. Tata tidak suka jika Wawan dekat dengan Deki. Menurutnya Deki itu orangnya kecentilan. Tapi Wawan mengelak hal itu dia hanya berteman dengan Deki. Mana mungkin dia tertarik dengan Deki karena dia adalah pacar sahabatnya sendiri. Sekyna tidak membela siapa-siapa. Dia tidak ingin terlalu mencampuri hubungan mereka. Padahal Tata sendiri punya kesalahan yang lebih fatal. Sudah tiga bulan Tata selingkuh dengan Bagus. Tata mengenal Bagus dari Mukri temannya. Bagus tahu kalau Tata sudah punya pacar tetapi dia tidak peduli dengan hal itu. Dia tetap mendekati Tata. Tata terpesona dengan sikap Bagus yang selalu menuruti permintaannya dan selalu mengalah dengannya. Akhirnya mereka menjalin hubungan terlarang itu di belakang Wawan. Ditambah lagi Tata merasa jenuh dengan sikap Wawan yang pemarah dan over protectif kepadanya. Tata selalu mencari-cari kesalahan Wawan agar Wawan memutuskannya. Tata tidak mau kalau dia yang memutuskan Wawan agar orang beranggapan kalau yang salah bukanlah dia melainkan Wawan. Dengan adanya Deki Tata punya alasan untuk menyalahkan Wawan. Tetapi hal itu tidak berhasil karena Wawan dibela oleh keluarga Tata. Keluarga Tata tahu bahwa Tata menjalin hubungan dengan Bagus. Mereka menentang hubungan itu, terutama ibu Tata. Hal itu dilihat dari latar belakang Bagus yang kurang jelas. Mereka lebih suka kalau Tata dengan Wawan. Wawan berasal dari keluarga yang berada dan jelas latar belakangnya. Apalagi Wawan dan Tata sudah berpacaran lebih dari tiga tahun. Apa kata orang nanti kalau anak gadisnya mempunyai pacar lebih dari satu. Mau tidak mau Tata harus menerima keadaan itu. Wawan juga sudah berjanji bahwa dia akan berusaha untuk menjauhi Deki demi hubungannya dengan Tata kembali menjadi baik. Satu malam Sekyna menginap di rumah Tata. Paginya Sekyna diantar Tata pulang. Setelah itu
  • 59. 59 Sekyna tidak tahu lagi apa yang terjadi diantara Wawan dan Tata. Setelah tiga hari, Sekyna mendapat sms dari Wawan. Isi sms itu adalah Wawan menanyakan pemilik sebuah nomor Hp kepada Sekyna. Sekyna tidak membalas sms itu. Dia takut dan bingung. Kalau seandainya dia jujur berarti dia sudah mengkhianati sahabatnya sendiri. Tetapi di sisi lain dia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia telah melakukan sebuah dosa. Dia berbohong kepada Wawan. Padahal selama ini Wawan sudah bersikap baik kepadanya. Bahkan dia sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Sekyna tidak tega melihat Wawan dikibulin Tata selama ini. Dia juga kasihan kepada Wawan karena Sekyna tahu kalau Wawan sangat mencintai Tata. Tidak puas dengan sikap Sekyna yang tidak membalas smsnya, Wawan mendatangi rumah Sekyna. Jam 10.00 pagi Wawan sampai di rumah Sekyna dan segera mengetuk pintu rumahnya. Sekyna keluar membuka pintu rumahnya untuk melihat siapa yang bertamu. Betapa terkejutnya Sekyna setelah tahu bahwa yang datang adalah Wawan. Sekyna mempersilakan Wawan masuk dan duduk di ruang tamu. Tanpa basa-basi lagi Wawan langsung membuka pembicaraan. “Langsung saja Sek. Kenapa kamu tidak membalas sms-ku kemarin? Jawabanmu sangat penting bagiku.” Sekyna terpaksa berbohong untuk melindungi Tata. ”Maaf Wan, aku tidak punya pulsa untuk membalas sms-mu!” ”Jangan bohong kamu! Terlihat dari sorot matamu kalau kamu tidak berkata jujur. Aku paling tidak suka dibohongi. Jika kamu sayang pada Tata seharusnya kamu berkata jujur karena ini menyangkut hubunganku dengannya!” Sekyna menunduk, tak berani menatap wajah Wawan. ”Aku mohon kepadamu Sek, jawablah pertanyaanku ini!” ”Baiklah Wan, aku akan menjawab pertanyaanmu dengan jujur! Asalkan kamu mau berjanji padaku kalau kamu tak akan memberi tahu Tata bahwa akulah yang membuka rahasia ini! Aku takut kalau Tata membenciku dan tidak mau berteman lagi denganku”. ”Baiklah aku berjanji padamu! Sekarang cepat katakan padaku! Nomor Hp itu milik siapa?”
  • 60. 60 ”Nomor Hp itu adalah nomor Bagus, selingkuhan Tata. Sudah tiga bulan dia menduakanmu. Tata merasa jenuh dengan semua sikapmu yang pemarah dan over protectif padanya.” “Kenapa kamu tidak jujur dari dulu? Kalau seandainya kamu mau jujur padaku, mungkin aku akan memperbaiki sikap-sikapku pada Tata. Dengan begitu mungkin Tata juga nggak akan selingkuh di belakangku.” “Aku minta maaf Wan. Aku Tidak mau terlalu mencampuri hubungan kalian. Itu urusan kalian berdua dan aku hanya menuruti perintah Tata. Aku sangat menyayanginya. ”Kemarin aku dan Tata bertengkar lagi. Aku tidak sengaja menbaca sms di Hp-nya. Aku kaget saat kulihat bahwa ada sms yang namanya ditulis dengan nama ”Cinta”, padahal itu bukan nomor Hp-ku. Aku menanyakan nomor itu pada Tata. Kata Tata nomor itu adalah nomor gebetanmu Mario. Tapi aku tak percaya, mana mungkin kalau itu gebetanmu kok sms-an sama dia. Aku marah dan memutuskan untuk pulang ke rumahku sendiri. Sekarang aku harus gimana Sek?” ”Kamu lelaki yang baik Wan, jadi janganlah kamu melakukan hal yang bodoh! Sebenarnya Tata mencintaimu tapi dia tergoda dengan bujuk rayu Bagus. Bagus selalu menunjukkan kedewasaannya pada Tata. Dia selalu menuruti permintaan Tata.” ”Aku juga sangat mencintai Tata, apalagi hubungan kami sudah lebih dari tiga tahun. Sebelum kamu berteman dengannya, aku sudah lebih dulu berpacaran dengannya. Aku nggak mungkin memutuskannya. Tapi aku juga harus tegas. Aku harus menyuruhnya memilih antara aku atau Bagus.” ”Itu adalah keputusan yang terbaik Wan. Aku mendukung hubungan kalian. Aku tak ingin jika Tata memilih hal yang salah. Keluarganya juga sangat menentang hubungannya dengan Bagus. Tapi Tata ngotot. Keluarganya tidak berani memberitahu hal itu padamu karena mereka takut kalau Tata ngambek.” ”Ya sudah Sek, terima kasih atas infonya. Doakan saja agar aku bisa menyelesaikan masalah ini! Aku pamit dulu ya! Assalamu’alaikum!” “Wa’alaikumsalam. Hati-hati di jalan, Wan!” “Ya Sek. Sekali lagi terima kasih.” ”Sama-sama.”
  • 61. 61 Wawan pulang dari rumah Sekyna dan segera menuju rumah Tata. Dengan wajah yang merah padam Wawan menemui Tata untuk menyelesaikan masalah itu. ”Ta, aku sudah tahu semua tentang rahasiamu. Sebenarnya nomor Hp itu bukan nomornya Mario gebetan Sekyna kan? Selama ini aku sudah mempercayaimu, tapi kenapa kamu tega mengkhianatiku ? Nomor Hp itu adalah nomor Hp Bagus kan, selingkuhanmu ?” Tata tak berani menatap wajah Wawan. Dia takut dengan ekspresi wajah Wawan. Dia bingung harus menjawab apa. Jawaban jujur atau bohong. “Ngaco kamu. Tahu darimana kamu kalau nomor itu adalah nomor Bagus? Bagus itu siapa, aku nggak kenal sama dia?” “Aku Tanya sama kamu apakah kamu masih mencintaiku?” ”Kenapa kamu menanyakan hal itu padaku? Ya jelaslah kalau aku masih mencintaimu! Kalau nggak, kenapa sampai saat ini aku masih bertahan sama kamu.” ”Kalau begitu demi hubungan kita, jawab dengan jujur! Nomor itu, nomor Hp siapa?” Tata bingung dengan pertanyaan itu. Dia masih mencintai Wawan. Kalau dia berbohong berarti dia telah mengkhianati cinta Wawan. Airmatanya menetes membasahi pipi. “Maafkan aku Wan, selama ini aku memang telah membohongimu! Aku telah menduakanmu dengan Bagus. Bagus sangat baik padaku. Aku juga tertarik padanya. Aku merasa jenuh dengan semua sikapmu yang pemarah dan over protectif. Sekarang terserah kamu mau apa! Aku akan menerima keputusanmu!” ”Aku mencintaimu, aku nggak mau jika harus kehilanganmu. Tapi aku juga nggak boleh egois. Kamu berhak mecintai siapa saja. Kamu nggak salah, akulah yang salah. Aku nggak bisa ngertiin kamu. Kamu boleh memilih antara aku dan Bagus. Jika kamu bahagia aku juga ikut bahagia.” ”Nggak, akulah yang seharusnya disalahkan atas masalah ini! Aku yang memulai semuanya jadi aku juga yang harus mengakhiri semuanya. Aku memang menyayangi Bagus tapi rasa sayangku pada Bagus tidak bisa mengalahkan rasa sayangku sama kamu. Aku lebih memilihmu daripada Bagus. Kita sudah berpacaran cukup lama. Sementara aku baru sebentar mengenal Bagus. Aku khilaf.
  • 62. 62 Aku telah mengkhianati cintamu.” Mereka berdua berpelukan dan meneteskan air mata. ”Sekarang aku mohon padamu! Jika kamu lebih memilih aku putuskan Bagus sekarang juga! Dan jika kamu melakukan hal yang sama lagi aku nggak akan memaafkanmu lagi. Begitu juga sebaliknya, jika aku melakukan hal yang sama kamu boleh membenciku. Kita sama-sama salah. Kita mulai lagi dari awal dan memperbaiki kesalahan masing-masing!” Wawan melepaskan pelukannya dan mengambil Hp-nya. Dia menyuruh Tata untuk menelpon Bagus. Sebenarnya Tata berat melakukan hal itu karena dia masih menyayangi Bagus. Demi hubungannya dan Wawan kembali menjadi baik Tata rela melakukan hal itu. Tata memencet nomor Hp Bagus. Setelah tersambung, Tata menuruti perintah Wawan yang menyuruhnya memutuskan Bagus. Detik itu juga hubungan Tata dengan Bagus berakhir. Selanjutnya Tata bertanya pada Wawan ”Wan, aku sudah menuruti semua perintahmu demi hubungan kita. Sekarang giliranku untuk minta sesuatu padamu. Siapa orangnya yang memberi tahumu semua hal tentang Bagus? Aku juga mau kamu jawab dengan jujur. Aku tahu selama ini kamu tidak pernah berbohong kepadaku.” ”Tapi kamu janji dulu padaku kalau kamu nggak akan marah sama orangnya!” ”Aku janji padamu aku nggak akan marah sama orangnya.” ”Yang memberi tahuku adalah Sekyna. Kamu jangan menyalahkannya. Dia menyayangimu makanya dia melakukan hal itu. Dia nggak ingin jika kamu memilih hal yang salah.” ”Baiklah aku nggak akan marah padanya!” Libur lebaran telah selesai. Setelah kejadian itu setiap kali Sekyna sms Tata, sms itu tak pernah mendapat balasan. Bahkan Tata juga tidak bersilaturrahim ke rumah Sekyna. Mereka kembali ke kampus tidak bersama-sama lagi. Padahal biasanya mereka selalu terlihat kompak. Sekyna sampai di kos duluan. Dia punya firasat buruk tentang hubungannya dengan Tata. Setelah Tata sampai di kos ternyata dugaan Sekyna benar. Tata tidak menepati janjinya pada Wawan. Tak sepatah katapun keluar dari mulut Tata untuk Sekyna. Sekyna sudah berbasa-basi
  • 63. 63 memulai pembicaraan dengan Tata. Tapi reaksi Tata tetap sama. Hingga terjadilah prahara itu. Sudah dua minggu Tata mendiamkan Sekyna. Sekyna meminta pertanggungjawaban Wawan untuk mengembalikan hubungannya dengan Tata. Sekyna juga meminta bantuan teman satu kosnya untuk memperbaiki hubungannya dengan Tata. Malam itu saat ada konser musik, semua anak kos menontonnya tak terkecuali Tata dan Sekyna. Sekyna merasa kaget saat Tata menggandeng tangannya. Di tempat konser tersebut mereka berdua terlihat kompak lagi. Mereka bercanda dan tertawa bersama lagi. Mereka menonton konser itu sampai selesai hingga jam 12.00 malam. Sesampainya di kos Tata memulai pembicaraan pada Sekyna. ”Sek, aku minta maaf atas semua sikapku padamu selama ini! Aku memang bodoh dan egois. Sekarang aku sadar, bahwa yang kamu lakukan memang benar. Aku tidak terombang-ambing lagi dalam kebimbangan antara Wawan dan Bagus. Ternyata yang mencintaiku dengan tulus memang Wawan. Aku mendapat kabar dari Mukri, bahwa Bagus telah menggandeng cewek lain. Kamu memang sahabat terbaikku Sek. Aku bersyukur punya sahabat sepertimu. Kamu selalu mengalah denganku dan mengingatkanku jika aku berbuat kesalahan.” ”Sebelum kamu minta maaf sama aku, aku sudah memaafkanmu Ta. Aku juga minta maaf padamu karena tak bisa menjaga rahasiamu.” ”Kamu nggak salah Sek. Kamu sudah melakukan hal yang benar. Sekarang aku tidak terombang-ambing lagi dalam kebimbangan. Berkat kamu aku tidak terjerumus pada rayuan Bagus yang buaya itu.” ”Kita sama-sama salah Ta. Kita mulai lagi dari awal. Sekarang kita perbaiki semua kesalahan kita. Biarpun ada kata mantan pacar, kuharap nggak akan ada kata mantan sahabat diantara kita.” Mereka berdua saling mengkaitkan jari kelingkingnya tanda sebuah kesepakatan. Mereka berdua kembali tertawa bersama lagi dan berteriak ”Sahabat untuk selamanya dan nggak akan pernah berakhir. Yeee...!”
  • 64. 64 Cinta yang Kembali Kehidupan keluarga Wahyudit sangat menderita. Nyonya Wahyudit tidak ingin terus hidup menderita sehingga dia memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia mengajak putrinya Rere untuk ikut dengannya. Tapi Rere menolak ajakan ibunya. Dia ingin bersama ayahnya. Setelah Nyonya Wahyudit pergi dari rumah, satu bulan kemudian, Tuan Wahyudit juga memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pindah ke Jakarta. Di perjalanan dia bertemu dengan seorang kakek. Kakek itu sedang dihajar oleh perampok. Tuan Wahyudit segera menolong kakek itu. Dia melawan perampok itu. Karena dia jago silat akhirnya perampok itu bisa dikalahkan. Melihat kakek itu terluka, Tuan Wahyudit segera
  • 65. 65 membawa kakek itu ke rumah sakit. Kakek itu banyak mengeluarkan darah sehingga Tuan Wahyudit mendonorkan darahnya pada kakek itu. Tapi nyawa kakek itu tidak bisa tertolong lagi. Kakek itu ternyata adalah seorang jutawan. Tetapi dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Dia hanya tinggal bersama para pembantunya. Dulu kakek itu punya satu anak laki-laki, tapi anak laki-lakinya meninggal bersama menantu dan cucunya pada sebuah kecelakaan. Tidak disangka kakek itu menyerahkan seluruh kekayaannya kepada Tuan Wahyudit. Kekayaan yang sekarang didapatkannya sedikit dapat membuatnya melupakan kejadian buruk yang dialaminya. Tidak hanya Tuan Wahtyudit, Rere juga dapat merasakan betapa bahagianya jadi orang kaya . Setelah 10 tahun memimpin perusahaan yang diberikan kakek itu, perusahaan itu maju pesat. Tapi tidak begitu dengan Rere. Dia merasa kesepian karena tidak ada yang mau berteman dengannya. Hari pertama masuk sekolah Rere sudah merasa gelisah. Banyak anak-anak yang membicarakannya, tidak terkecuali Anita dan pengikutnya. ”Teman-teman, coba lihat siapa yang datang? Orang kaya datang nich! Wow takut aku kalau dia menyuap Kepala sekolah untuk mengeluarkan kita semua!” Tanpa takut Rere mendekati Anita dan para pengikutnya sambil berkata ”Kalian memang benar aku akan menyuap Kepala Sekolah untuk mengeluarkan kalian semua dari sekolah ini jika kalian tidak mau diam!” ”Benarkah? Coba saja kau lakukan!” Rere merasa sedang dipermalukan oleh Anita. Tentu saja Anita merasa senang, karena dia punya teman yang bisa diganggu setiap saat. Sepulang sekolah Rere melihat seorang anak kecil yang menangis. Kemudian Rere mendekatinya. Ternyata anak itu menangis karena jepit rambutnya jatuh ke lubang parit. Rere membantu anak itu untuk mengambil jepit rambut anak itu dan menceburkan dirinya ke dalam parit yang kotor. Pengawal Rere yang melihat itu langsung mendekat dan menyuruh Rere naik. Tapi Rere ingin membantu anak itu sendiri. Didit melihat ini sangat lucu dan aneh. Bagaimana mungkin seorang putri jutawan peduli pada anak kecil yang tidak dikenalnya. Kemudian Didit mendekat dan membantu Rere. Akhirnya Didit menemukan jepit rambut itu dan memberikannya pada Rere. Rere memberikan jepit rambut itu pada anak kecil tadi. Rere juga mengantar anak itu pulang. Rere meninggalkan Didit sendirian. Pikiran Didit yang negatif terhadap Rere hilang. Didit pun mulai memikirkan Rere begitupun dengan Rere. Rasa kesepian yang selalu bersamanya seakan hilang karena Didit. Padahal ini adalah kali pertama mereka bertemu. ”Apa yang sedang dilakukan putri ayah disini? ”Ayah, ayah sudah pulang?” ”Kau sedang apa? Apa kau merasa sedih?” “Iya aku merasa sedih karena ayah tidak pernah menemaniku, ayah selalu sibuk dengan urusan ayah.” “Baiklah sayang, ayah minta maaf. Bagaimana kalau besok kita pergi bersama ?” “Benarkah? Ayah tidak bohong? Besok aku akan menunggu ayah.” “Ayah janji!”
  • 66. 66 Keesokan harinya tetap saja rasa benci pada teman-teman di sekolah selalu datang. Pagi ini tak ada yang berbeda, nyaris tak ada yang menyapa Rere. Bel masuk berbunyi, anak-anak yang datang terlambat menaiki pagar belakang sekolah. Rere yang merasa sangat kesepian, menikmati pandangan langka itu. Rere merasa terhibur dan dia malas untuk masuk kelas. Dia memutuskan untuk tetap berada di taman. Tak lama kemudian sesosok anak laki-laki datang terburu- buru melompati pagar belakang. Ternyata dia adalah Didit. Rere tersenyum kecil terpesona dengan kelakuan Didit. Akhirnya Didit menemani Rere dan mereka saling berbincang-bincang. Hingga Rere memutuskan untuk kembali ke kelas. Didit menatap punggung yang benar-benar membutuhkan perlindungan. Rasa sepi yang seakan telah bersatu dengan Rere. Bel pulang berbunyi, Rere tidak sabar menunggu ayah. Dua jam sudah Rere menunggu ayah sampai tiba-tiba ponsel Rere berdering. Ternyata yang menelpon adalah ayah Rere dan mengabarkan kalau ayah tidak bisa menemani Rere karena ada urusan. Rere begitu kesal, bahkan ayah yang sangat disayanginya pun lebih sayang pada pekerjaannya. Tiga pengawal menjemput Rere untuk pulang tapi Rere ngotot tidak mau pulang dan tetap bersikeras menunggu ayah. Akhirnya pengawal mengerti dan segera pergi. Malam itu Didit ingin pergi dari rumah untuk mengambil sesuatu yang tertinggal di sekolah. Tapi kakeknya melarang dia pergi dari rumah. Didit kesal pada kakeknya yang selalu mengatur hidupnya. Didit nekat dan tetap pergi melalui jendela kamarnya. Sebenarnya kakek Didit mengetahuinya tapi dia membiarkan Didit pergi. Rere duduk sendiri di taman sekolah. Tiba-tiba saja penjaga sekolah malah mengira Rere adalah hantu gentayangan. Tidak lama kemudian Didit datang. Penjaga sekolah itu lari dan menabrak Didit. Penjaga sekolah itu memberitahu Didit bahwa di taman ada hantu wanita. Karena penasaran Didit pergi ke taman. Dia melihat Rere yang sedang duduk sendiri. ”Kau? Kau sedang apa?” ”Kau sendiri sedang apa?” ”Aku ingin mengambil sesuatau. Kau tidak takut sendiri disini. Aku boleh duduk di sampingmu kan? Jika tidak boleh, aku pergi.” Rere tiba-tiba memegang tangan Didit. ”Kau bisa temani aku, hanya sebentar saja!” ”Emmm...aku bisa. Kau boleh cerita apapun padaku!” Rere menangis, Didit merasa sedikit merasakan kesepian dalam diri Rere. Seorang putri pengusaha yang punya segalanya ternyata menyimpan sejuta kesedihan. ”Menangislah, kau boleh pinjam pundakku jika kau mau!” ”Aku benar-benar ingin menangis.” Lama-kelamaan Rere tertidur dalam dekapan Didit. Sesekali Rere mengatakan ”Aku kesepian...”. Didit sakit mendengarnya, dalam hatinya berkata ”Apa aku jatuh cinta padamu?”. Setelah pagi Tuan Wahyudit datang menjemput Rere. Didit melihat wajah polos Rere saat tidur dan tidak tega membangunkannya. Tuan Wahyudit melihat Didit dan putrinya sedang berdua dan mendekat. ”Rere.”
  • 67. 67 ”Re, itu ayahmu sudah datang.” Tapi Rere tidak mau melepaskan tangan Didit. Jadi Didit harus mengggendong Rere ke mobil. ”Terima kasih kau telah menjaga putriku.” ”Tolong! Rere sangat kesepian. Seorang ayah harus menemani putrinya!” Tuan Wahyudit tidak begitu peduli pada Didit. Tuan Wahyudit membawa Rere pulang dan terus menatap wajah putri kesayangannya itu. Dalam tidurnya Rere terus berkata ”Aku kesepian...!” dan Rere memanggil nama Didit. ”Rere, ini ayah sayang.” Rere terbangun oleh suara dan belaian ayahnya. Tapi rasa marah Rere pada ayahnya belum juga hilang. ”Sayang apa kau masih marah pada ayah? Baiklah ayah akan melakukan apapun untukmu! Kau ingin ayah bagaimana?” Rere tetap terdiam. Ayah sudah mencoba minta maaf, tapi Rere tetap tidak peduli. ”Apa kau ingin ice cream, kue pie, kau mau boneka Teddy Bear, atau yang lainnya, katakan saja sayang!” Aku ingin ayah selalu bersamaku, apa ayah bisa? Ayah tidak bisa kan?” ”Maaf sayang, ayah tau kau pasti merasa sangat kesepian. Tapi ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaaan ayah. Baiklah bagaimana kalau sekarang kita jalan- jalan, kau mau?” Rere memeluk ayahnya. Sebenarnya Rere mengerti hanya saja kadang rasa sepi itu mengalahkan semuanya. Rere merasa sangat senang karena ayah bisa menemaninya jalan-jalan. Mereka menghabiskan waktu bersama di tempat rekreasi. Didit resah karena hamir bel tapi Rere belum datang juga. Dia khawatir jika Rere sakit. Didit mencoba menghubungi Rere, tapi Anita terlanjur datang. Anita mengajak Didit masuk kelas, tapi Didit menolaknya dan menyuruh Anita masuk kelas sendiri. Didit tidak mengurusi Anita yang terus mengoceh. Didit terus berjalan sambil melambaikan tangannya pada Anita. Pagi itu di sekolah memang terasa ada yang sedikit berbeda. Begitu turun dari mobil semua anak memandangi Rere dengan aneh. Tiba-tiba saja Anita datang menghampiri Rere. ”Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi! Tidak akan pernah, dengar Rere aku tidak akan pernah merelakan Didit dengan anak yang sombong seperti kamu.” ”Apa maksudmu?” Tangan Anita terbang ke pipi Rere, spontan para pengawal Rere langsung mendorong Anita sampai jatuh. Suasana menjadi ramai, Didit pun datang. Anita memanfaatkan kesempatan itu dan berpura-pura pingsan. Rere menyuruh pengawalnya untuk membawa Anita ke rumah sakit. Rere merasa sangat panik. Sepulang sekolah semua anak menjauhi Rere. Tapi tidak dengan Didit. Rere tidak pulang dengan mobil jemputannya. Rere berjalan di pinggir jalan yang ramai. Ini adalah kali pertama dia berjalan sendiri tanpa pengawalnya. Didit terus mengikuti langkah kaki Rere. Sampai akhirnya Rere berhenti di sebuah taman kota. Tiba-tiba saja Rere memanjat pohon yang tinggi. Didit pun segera berlari menghampiri Rere. Didit takut jika Rere akan bertindak bodoh.
  • 68. 68 ”Rere, kau sedang apa?” ”Aku sedang mencari ketenangan.” ”Apa kau tidak apa-apa?” ”Tidak, kau mau naik? Ayo cepat naik! Dari sini pemandangannya indah.” Melihat Rere yang tersenyum, Didit tenang. Dia ikut naik ke atas pohon. ”Kau ini benar-benar aneh, benar kau tidak apa-apa?” ”Benar, tenang saja! Lagi pula sekarang ada kau.” ”Apa?” ”Bilang saja kalau kau suka padaku!” ”Pemandangannya sangat indah, kau benar.” ”Dit, aku tau...” Tiba-tiba saja Didit mencium bibir Rere. Rere merasa serba salah dan dia tidak sadar kalau sedang berada di atas pohon. Mereka terjatuh, Didit berusaha melindungi Rere. Tapi justru dia sendiri yang terluka. Melihat Didit yang tidak sadarkan diri, Rere merasa sangat panik. Rere minta tolong orang yang ada di taman itu untuk memanggilkan taksi dan membawa Didit ke klinik terdekat. Setelah sampai di klinik, untungnya Didit tidak apa-apa. ”Aku takut sekali.” ”Aku ini kuat, lihat aku baik-baik saja!” Mereka saling berpelukan. Ayah cemas dengan Rere karena sudah sore dia belum pulang juga. Tidak lama kemudian Rere pulang, ayah menjadi tenang. Wajah Rere kelihatan sumringah sekali sore itu. Dia bercerita kepada ayahnya mengapa hari itu dia kelihatan sumringah. Rere menceritakan perihal Didit kepada ayahnya. Tapi ayahnya belum bisa menerima kalau sudah ada seseorang yang menyayangi putrinya selain dirinya. Ayah menyuruh Rere segera mandi dan istirahat. Pengawal Rere menceriakan kejadian di sekolah Rere tadi pagi. Ayah menyuruh anak buahnya untuk memberi pelajaran kepada keluarga Anita karena sudah menyakiti putri kesayangannya. Kesokan harinya anak-anak sudah mengetahui berita tentang keluarga Anita. Perusahaan milik keluarganya terancam bangkrut. Saat baru masuk kelas, Anita dan genknya langsung mendatangi Rere. Mereka menyeret Rere ke kamar mandi. ”Apa-apaan ini?” ”Aku tau ini karena ayahmu. Kau tau kalian telah membuat keluargaku hancur.” ”Apa peduliku, ini salahmu sendiri. Jika kau begini, keluargamu akan semakin menderita.” ”Re, aku benar-benar membencimu.” Rere dan Anita bertengkar dan saling menjambak rambut. Anak-anak yang lain langsung menjadikan ini sebagai sebuah tontonan menarik. Tentu saja Didit ikut melihat. Didit menyuruh Anita untuk melepaskan Rere. Anita tidak terima dengan perlakuan Didit yang selalu membela Rere. Didit menampar wajah Anita karena Anita menyalahkan Rere.
  • 69. 69 Berita pertengkaran Rere dan Anita terdengar sampai keluar sekolah dan sampai pada Tuan Wahyudit. Tuan Wahyudit dan anak buahnya langsung pergi ke sekolah Rere. Setibanya di sekolah, Tuan Wahyudit menjadi pusat perhatian seluruh penghuni sekolah. Kepala Sekolah menemui Tuan Wahyudit dengan perasaan agak takut. Tuan Wahyudit meminta Kepala Sekolah untuk mebawa putrinya pulang dan menyuruh Kepala Sekolah untuk membawa Anita ke ruang tersebut. Kepala Sekolah langsung melaksanakan perintah Tuan Wahyudit untuk memanggil Anita dan Rere ke runag Kepala sekolah. Setelah mereka sampai di ruang Kepala Sekolah, Tuan Wahyudit langsung mengingatkan Anita untuk tidak mengganggu putrinya lagi. Kalau hal itu sampai dilakukan lagi maka Tuan Wahyudit tidak akan memaafkan keluarga mereka lagi. Tuan Wahyudit sudah mengembalikan aset keluarga Anita. Kemudian Tuan Wahyudit mengajak Rere pulang. Rere bingung dengan sikap ayhanya yang tiba-tiba mengajaknya pulang padahal sekolah belum saatnya bubar. Kepala sekolah tidak berani menentang Tuan wahyudait sehingga Rere diizinkan pualng. Malam harinya Didit mengajak Rere keluar. Rere merasa senang karena Didit membuat Rere merasa tenang berada di dekatnya. Ternyata Didit telah menyiapkan semuanya. Didit tahu Rere sangat suka kembang api. Tidak hanya itu Didit juga membuat permainan-permainan lucu yang membuat Rere tertawa. Diam-diam Didit mentap wajah Rere dalamdalam dan merasakan bahwa itu adalah pertam kalinya Didit melihat Rere bisa tertawa lepas. Saking senangnya Rere berlari-lari tanpa menyadari dirinya telah berada di tengah jalan. Didit baru tersadar dari lamunanya terhadap rere saat klkson sebuah mobil berbunyi keras sekali menuju ke arah Rere. Dididt berlari sekencang mungkin untuk menhampiri Rere. ”Rere, awaaas!” Rere menoleh, tapi mobil itu sudah sangat dekat sekali dengan dirinya. Rere tidak bisa menghindar lagi. Didit mendorong tubuh Rere ke pinggir jalan. Didit terjatuh tertabrak mobil itu dan berlumuran darah. Rere terpental ke pinggir jalan dan keningnya terbentur tiang listrik. Mereka berdua sama-sama tak sadarkan diri. Bunyi suara sirine mobil Ambulance datang. Mereka berdua dibawa ke rumah sakit. Tuan Wahyudit sangat kaget dan syok setelah mendengar kabar dari pihak rumah sakit bahwa putrinya mengalami kecelakaan. Tanpa berpikir panjang, Tuan Wahyudit langsung meluncur ke rumah sakit. Tak kalah kagetnya kakek Didit yang mendengar kabar juga dari rumah sakit bahwa cucunya mengalami kecelakaan. Tak berapa lama Tuan Wahyudit sampai di rumah sakit. Dia langsung menemui tim dokter yang menangani putrinya. Tuan Wahyudit bisa bernapas lega karena luka Rere tidak begitu parah. Sehingga Tuan Wahyudit bisa langsung menemui Rere di kamar pasien. Tapi Rere masih terbaring lemas menutup kedua bola matanya. Berbeda dengan Didit, dia kehilangan banyak darah. Kakek Didit bertambah bingung saat sampai di rumah sakit ternyata cucunya dalam keadaan yang sangat kritis. Tim dokter menyarankan kepada kakek Didit untuk secepatnya mencarikan donor darah yang cocok denagn golongan darah Didit untuk Didit. Kakek Didit ingin menolong cucunya, tapi golongan darahnya tidak sama dengan cucunya. Kakek Didit terpak menghubungi ayah Didit yang sudah lama meninggalkan Didit. Ayah Didit lebih memilih istri
  • 70. 70 mudanya yang dulu menjadi cinta pertamanya setelah ibu Didit meninggal karena kecelakaan. Setelah kejadian itu Didit sangat membenci ayahnya. Sejak kejadian itu Didit tinggal bersama kakek yang dari ayahnya. Tidak hanya Didit yang membencinya ayahnya, kakek Didit juga sangat menyesalkan perbuatan putranya demi istri mudanya rela meninggalkan darah dagingnya sendiri. Mendengar kabar itu ayah Didit kaget dan segera pergi ke rumah sakit untuk menyelamatkan putranya. Sampai di rumah sakit, ayah Didit langsung menemui kakek Didit. Kakek Didit tidak bicara banyak kepada anaknya. Dia hanya berpesan jika ayah Didit masih menginginkan anaknya hidup, maka dia harus mendonorka darahnya. Ayah Didit menangis mendengar itu semua dan menyesali perbuatannya yang telah menyia-nyiakan Didit. Dia segera berkonfirmasi kepada tim dokter yang menangani Didit untuk mendonorkan darahnya kepada Didit. ”Ayah, Didit mana? Apa dia baik-baik saja ayah? Ayah Didit yang telah menyelamatkan aku dari kecelakaan itu.” ”Ayah tidak tahu Re, bagaimana keadaan Didit sekarang. Sebaiknya kamu istirahat saja nggak usah memikirkan hal lain!” ”Aku ingin bertemu Didit ayah.” Rere menangis memohon kepada ayahnya agar mengijinkannyauntuk menemui Didit. Tuan Wahyudit tidak tega melihat putrinya yang terus menangis menanyakan keadaan Didit. Akhirnya dengan seijin dokter, Tuan Wahyudit menemani Rere untuk melihat keadaan Didit. Kakek Didit menunggu di depan ruang operasi. Rere dan ayahnya segera menghampiri kakek Didit untuk menanyakan keadaan Didit. Tujuh jam kemudian tim dokter keluar dari ruang operasi. Dokter memberi tahukan pada semuanya yang menunggu di depan ruang operasi bahwa nyawa Didit bisa diselamatkan dan Didit akan dipindahkan ke ruang pasien. Semuanya bisa bernapas lega mendengar perkataan dokter. Mereka semua menuju ke ruang pasien untuk melihat keadaan Didit. Di kamar Didit sudah ada ayah Didit yang menunggui Didit. Kakek Didit, Tuan Wahyudit dan Rere masuk ke kamar Didit. Mereka semua ikut menunggu Didit sadar dan membuka bola matanya. Empat puluh lima menit kemudian, jari tangan Didit bergerak dan sedikit demi sedikit membuka bola matanya. Setelah semua bola matanya terbuka, dia memandangi semua orang yang berdiri di sampingnya. Dia terkejut saat melihat sosok orang yang telah meninggalkannya selama kurang lebih 7 tahun demi egonya sendiri. ”Buat apa ayah berada disini? Bukannya ayah sudah tidak peduli lagi dengan aku?” ”Jangan bicara seperti itu Dit, ayahmulah yang sudah mendonorkan darahnya padamu sehingga nyawamu bisa diselamtakan!” ”Kakek jangan bicara bohong padaku!” ”Kakek tidak bohong Dit.” ”Dit, ayah memang salah, kamu pantas membenci ayah. Ayah minta maaf atas tindakan bodoh yang telah ayah lakukan padamu! Sekarang ayah sadar bahwa hanya kamulah harta ayah yang paling berharaga. Ayah akan melakukan apa saja asal kamu mau memaafkan ayah!”
  • 71. 71 ”Apa ayah sanggup meninggalkan wanita itu dan kembali kepadaku? Ayah pasti tidak sanggup kan? Sebaiknya ayah pergi saja dari sini! Aku muak melihat wajah ayah.” ”Kamu salah Dit. Sebenarnya ayah sudah bercerai dengan Mira 3 tahun yang lalu.” ”Ayah bohong. Ayah hanya ingin membuat hatiku senang kan?” ”Ayah tidak bohong, ayah berkata yang sejujurnya. Ayah memergoki tante Mira sekingkuh di sebuah restoran. Ternyata dia hanya mengincar harta ayah. Tante Mira tidak mencintai ayah dengan tulus. Setelah itu ayah memutuskan untuk menceraikannya. Terserah kamu mau memaafkan ayah atau tidak!” ”Tapi kenapa ayah tidak mau kembali padaku?” ”Waktu itu ayah juga ingin kembali padamu, tapi ayah takut kamu menolak ayah karena ayah telah membuat kesalahan yang begitu besar padamu.” ”Ayah sudah menyelamatkan nyawaku, kenapa aku tidak memaafkan ayah. Selama ini aku sangat kesepian dan membutuhkan kasih sayang ayah. Sekarang ayah kembali, kenapa aku tidak menerima ayah. Kalau ayah sudah minta maaf padaku, aku akan jadi anak yang telah durhaka jika tidak memaafkan ayah.” ”Berarti kamu memaafkan ayah nak?” Didit menganggukkan kepalanya. Ayahnya memeluknya dan Didit membalas pelukan itu. Semua yang melihat kejadian itu ikut terharu dan melelehkan airmatanya. Didit melepaskan pelukan ayahnya. Didit melihat sosok Rere berada di sampingnya. ”Rere... Kamu tidak apa-apa Re?” ”Aku tidak apa-apa Dit, semua berkat pertolonganmu. Mungkin kalau kamu tidak ada, aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku.” ”Nak Didit, terima kasih kamu telah menjaga putriku dengan baik. Aku sadar bahwa sekarang Rere sudah dewasa. Dia tidak hanya membutuhkan kasih sayangku saja tetapi juga kasih sayang dari yang lainnya. Sudah saatnya sedikit demi sedikit aku sebagai ayah Rere harus bisa melepasnya. Dan sekarang aku mempercayakan Rere padamu!” Tuan Wahyudit memegang tangan Rere dan melekatkannya dengan tangan Didit. ”Jaga Rere baik-baik! Kalian memang pasangan yang serasi.” Rere dan Didit tersenyum. Semua yang berada disitu juga ikut tersenyum. Saat itu cinta yang pernah hilang di genggaman kini sudah kembali menjadi satu.  Teks Drama Patah dan Rontok BABAK I HARI MINGGU PAGI DI SEBUAH KOS-KOSAN NAMPAK SEPI KARENA BANYAK PENGHUNINYA YANG MUDIK. AKU MASIH TERLELAP DALAM MIMPI-MIMPI INDAHKU YANG SEMPAT TERTUINDA SAAT SHOLAT SUBUH. JAM 07.00 PAGI TIBA-TIBA TEMAN KOS SEBELAH KAMARKU BERTERIAK MEMANGGIL NAMAKU.
  • 72. 72 NAMANYA RIRIS, ORANGNYA CANTIK, KULITNYA PUTIH BERSIH, RAMBUTNYA PANJANG, LURUS BONDINGAN, BADANNYA PADAT BERISI, DAN TINGGI KIRA-KIRA 155 CM. ADEGAN I Riris : (BERLARI DARI KAMARNYA MENUJU KAMARKU SAMBIL MELONJAK-LONJAK) Mbok, si Mbok, bukain pintunya dong! Ayo cepetan bangun! SI MBOK ADALAH NAMA JULUKANKU DI KOS, KARENA NAMAKU SAMA DENGAN NAMA IBUNYA SALAH SATU TEMANKU YAITU LILY. APA BOLEH DIKATA TEMAN-TEMAN SUKA MENGGODAKU DENGAN MEMANGGILKU SEPERTI ITU. Lily : (KAGET DAN TERBANGUN KEMUDIAN BERANJAK DARI TEMPAT TIDUR DENGAN RAUT MUKA YANG MASIH KUSUT DAN RAMBUT YANG MASIH ACAK-ACAKAN MEMBUKA PINTU KAMAR) Ya Allah, ada apa sich Ris? Ini tu hari Minggu, please dech! Gangguin orang tidur aja! Ayo masuk ada apa sich, kok kamu berenergi banget kayaknya? Riris : Aduh kamu tahu nggak Mbok, Adit tadi telpon aku. Dia ngajakin aku ketemuan. Aku bingung banget nich. Lily : What Adit? Adit yang mana? Riris : OMG! Pikun banget sich kamu Mbok. Adit itu temen chattingku yang pernah aku ceritain kemarin itu lho, yang fotonya pake celana kotak-kotak. Lily : Oooh, yang itu. (SAMBIL TIDURAN) Riris : Mbok kamu dengerin aku nggak sich? Aku serius nich. Lily : Iya-iya aku dengerin kamu. (DENGAN WAJAH YANG MANYUN) Riris : Aku deg-degan nich Mbok. Lily : deg-degan kenapa sich Ris? Masa gitu aja deg-degan? Riris : Kira-kira dimana tempat ketemuan yang asyik ya Mbok? Lily : Ya Allah ribet amat sich Ris. Ketemu di kos-kosan aja kenapa, nggak usah jauh-jauh. Kamu kasih tahu aja alamat kos kita! Riris : Gitu ya Mbok? Lily : Kok kamu girang banget mau ketemu Adit, kamu kan udah punya cowok. Hayo, kubilangin cowok kamu baru tau rasa. Riris : Yach, jangan dong Mbok! Please…! Ntar aku beliin bakso dech! Lily : Yee..main suap nich ceritanya? Kalau ketahuan KPK gimana? Hehehe… Hmmm, oke lah! Riris : Ya udah Mbok, sana cepetan mandi jangan molor mulu! Kayak aku nich udah mandi, makin cantik kan? Nggak kayak kamu, jam segini masih kayak Kunti. Hehehe… aku mau telpon Adit dulu ah. Daaaaaaah! (BERLALU KELUAR KAMAR DAN MENUTUP PINTU KAMAR DENGAN KERAS SEKALI)
  • 73. 73 Sorry ya Mbok, nggak sengaja! Hehehe… Lily : Dasar genit! (BERANJAK DARI TEMPAT TIDUR, KELUAR KAMAR, MENYAMBAR HANDUK, DAN MASUK KAMAR MANDI) ADEGAN II (RIRIS BERTERIAK LAGI DAN MENGGEDOR PINTU KAMAR MANDI) Riris : Mbok si Mbok cepetan mandinya! Adit udah berangkat mau kesini. Lily : Ih, dasar tante girang. Sabar dikit napa sich Buk? Dari tadi suruh cepet cepet mulu. Orang sabar disayang Tuhan tau! Mau ketemu Adit aja girangnya minta ampun. Riris : Biarin. (BERLALU SAMBIL BERKATA) Cepet dikit ya mandinya! Hehehe… Lily : Uh…(MENGGERUTU DALAM KAMAR MANDI) (SEPULUH MENIT KEMUDIAN AKU KELUAR KAMAR MANDI. BERGEGAS GANTI BAJU DAN MEMPERCANTIK DIRI.) Riris : (KEMBALI BERTERIAK LAGI DAN MEMBUKA PINTU KAMARKU) Mbok cepetan, ternyata Adit udah nyampe di depan kos lho! Lily : Waduh Ris, gimana nich? (MONDAR-MANDIR, BINGUNG MAU MELAKUKAN APA?) Rambutku belum aku keringin nich, belum aku catok pula. Riris : Halah, nggak usah pake ngeringin rambut atau catok segala dech! Udah gitu aja ntar Adit kelamaan nunggu malah kabur dech. Lily : (MENYISIR RAMBUT MENGENAKAN PAKAIAN CELANA JEANS DAN KAOS WARNA ORANGE) Ris, aku udah cantik belum? Riris : Udah-udah, kok sekarang gantian kamu yang jadi genit sich Mbok? Lily : Biarin. ADEGAN III AKU DAN RIRIS KELUAR KOS-KOSAN UNTUK MENEMUI ADIT. ADIT BERSAMA TEMANNYA. KAMI BERJABAT TANGAN DENGAN MEREKA BERDUA SAMBIL MENYEBUT NAMA MASING-MASING. TEMANNYA BERNAMA BODI. Lily : (BERBICARA LIRIH KEPADA DIRI SENDIRI) Sialan, ternyata Adit cakep juga nich! Temannya juga nggak kalah keren. Tau gini tadi aku dandan semaksimal mungkin. KAMI BEREMPAT DUDUK DI TERAS KOS-KOSAN. Riris : Apakah kalian berdua satu kos-kosan? Adit : Iya, kami berdua satu kos-kosan. Kamu dan Lily satu kamar ya? Riris : What? Lily? Kebagusan Dit. Dia bisa gede kepala tu kamu panggil Lily. Panggil aja Mbok.
  • 74. 74 Adit : Hah, Mbok? Maksudnya? Lily : Nggak apa-apa Dit, nggak usah dengerin Riris! Dia kan suka hilang Ingatan. SEMUA TERTAWA MENDENGAR OCEHANKU. Riris : Iya Dit, Bod, dia disini tu dipanggil Mbok. Abis namanya sama dengan nama ibu teman sekamarnya. ADIT DAN BODY SEREMPAK BERKATA “Oooh” Adit : Lily, eh salah Mbok, hehehe…kamu jurusan apa? Lily : Ya udah deh aku ngalah aja terserah mau panggil aku apa! Aku jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kenapa? (DENGAN BIBIR YANG MANYUN) RIRIS, ADIT, DAN BODY TERTAWA GELI MELIHAT TINGKAHKU. MEREKA BERTIGA BERKATA “Marah, niye?” KEMUDIAN KAMI BEREMPAT TERTAWA BERSAMA. Lily : Eh Bodi, kamu kok belum bicara apa-apa sich. Lagi sakit gigi ya?Hehehe…Bicara kek! Bodi : Wah ngece kamu Mbok. Aku nggak sakit gigi tau. La dari tadi nggak ada yang ngajak bicara aku sich. Lily : Oooh, gitu. Ya udah sekarang aku tanya dech sama kamu. Kamu satu jurusan ya sama Adit? Terus semester berapa? Kalau hobi kamu apa? Bodi : Satu-satu dong Mbok tanyanya! Main nyerocos aja. Aku emang satu jurusan sama Adit. Aku baru semester 2. Kalau hobi, aku suka jalan jalan, main futsal, bilyard, makan, molor, chatting buat nambah kenalan sekalian nyari cewek, hehehe…Kalau hobi kamu apa? Lily : Huuh dasar playboy cap duren tiga! Aku juga suka jalan-jalan, baca komik, cerpen, atau novel, pokoknya buku cerita gitu dech, nonton TV, shopping kalau punya duit sich, hehehe… Adit : Mbok boleh minta nomor Hp kamu nggak? Aku belum punya nomor kamu nich, kalau nomor Hp-nya Riris sich aku udah punya. Lily : Boleh, nich nomor Hp-ku catet aja! (MENYERAHKAN HP PADA ADIT) Adit : Tak miscal ya Mbok? (MENGEMBALIKAN HP-KU, KEMUDIAN MEMENCET NOMOR DI HP-NYA) Lily : Udah masuk Dit. (MENCATAT NOMOR HP-ADIT DI HP) Adit : Ris, kalau kamu hobinya apa? Riris : Hobiku kayaknya sama dech sama si Mbok. Adit : Mentang-mentang satu kos-kosan nich terus hobinya sama. Riris : Ya nggak gitu sich Dit, kan biasanya cewek punya hobi yang sama seperti jalan-jalan sama shopping. Terus apalagi coba, kalau nggak itu? Eh ada yang beda, aku nggak terlalu suka baca buku, meski buku-buku cerita sich. Mendingan tidur. Kalau kamu apa Dit? Adit : Aku juga suka jalan-jalan, main futsal, nonton TV, bilyard, chatting, makan, tidur dech. Riris : Alah kalian sendiri punya hobi yang sama gitu kok. Dit kamu punya