Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Kti laila maharani
1. 100
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 26
TAHUN P1A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN PUTING
SUSU LECET DI BPS YUNITA VERO MIZA, Amd.keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh
LAILA MAHARANI
201207159
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 26
TAHUN P1A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN PUTING
SUSU LECET DI BPS YUNITA VERO MIZA , Amd.keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Profesi
Ahli Madya Kebidanan Pada Prodi DIII Kebidanan Akbid Adila Bandar Lampung
Disusun Oleh
Nama :LAILA MAHARANI
Nim : 201207159
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Senin
Tanggal : 29- 06 - 2015
Penguji I Penguji II
Andestyana Septiyaningsih, S.ST, M.Kes Septi Ristiyana, S.ST
NIK. 0230099002 NIK.2015021067
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila, M.PH.
NIK. 2011041008
iii
4. 4
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 26
TAHUN P1A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN PUTINGSUSU LECET
DI BPS YUNITA VERO MIZA, Amd.keb BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Laila Maharani,
Andestyana Septiyaningsih,S.ST, M.Kes,Septi Ristiyana,S.ST
INTISARI
Menurut World Health Organization (WHO) Masalah utama yang diderita oleh ibu yang
menyusui pada daerah payudara adalah putting susu lecet/nyeri, sekitar 57% dari ibu-ibu yang
menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puttingnya dan payudara bengkak. Tujuan
studi kasus diperolehnya pengalaman nyata dan mampu memberikan asuhan kebidanan ada Ny.M
usia 26 tahun P1A0 post partum 3 Hari dengan putting susu lecet di BPS Yunita Vero Miza,
Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
Dalam penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif, tekhnik
memperoleh data yaitu data primer dan sekunder. Dengan cara wawancara langung dengan klien,
melakukan pemeriksaan fisik, dan melihat buku register persalinan. Objek yang diambil dalam
studi kasus ini adalah satu orang ibu post partum yaitu Ny.M usia 26 tahun P1A0 post partum 3
Hari dengan putting susu lecet.
Hasil dari studi kasus ini penulis mampu melakukan asuhan, melakukan interpretasi data,
menentukan diagnose, menentukan diagnose potensial, melakukan antisipasi masalah potensial
yaitu melakukan penanganan putting susu lecet, menyusun rencana asuhan kebidanan, melakukan
asuhan kebidanan direncanakan, melaksanakan evaluasi. Bagi tenaga kesehatan harus lebih
memperhatikan asuhan kebidanan pada ibu post partum agar tidak timbulnya masalah yang akan
terjadi terutama pada ibu post partum dengan putting susu lecet
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Putting Susu Lecet
Kepustakaan : 18 refrensi
Jumlah halaman : 127 halaman
iv
5. 5
CURRICULUM VITAE
Nama : LAILA MAHARANI
Nim : 2012.159
Tempat/tanggal lahir : LAILA MAHARANI, 2 November 1994
Alamat : Griya Sukarame Belakang Kampus Iain Jl.Bangau B:7
No:13
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : Ke VII
Biografi : Anak ke dua dari 2 saudara
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 47 Lahat pada tahun 2000 - 2006
2. SMP SANTO YOSEF Lahat pada tahun 2007 - 2009
3. SMA SANTO YOSEF Lahat pada tahun 2009 - 2012
4. Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung Sejak
Tahun 2012 Hingga sekarang
v
7. 7
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Study kasus ini, dan dibalik
penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-
orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Terima kasih buat Kedua Orang Tuaku dan Kakakku Tercinta.
2. Teman-temanku diasramaku.
3. Almamaterku dan teman-temanku angkatan ke-7.
vii
8. 8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.M Umur 26 Tahun P1A0 2 Hari Post
Partum dengan Puting Susu Lecet di BPS Yunita Vero Miza, Amd.keb
Bandar Lampung Tahun 2015”.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, M.PH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Ibu Puspita dewi, S.ST., M.kes selaku pembimbing I dan Ibu Tri Riwayati
Ningsih, S.ST terima kasih atas bimbinganya selama ini.
3. Andestyana Septiyaningsih, S.ST, M.Kes selaku penguji I dan Septi
Ristiyana, S.ST selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah
4. Yunita Vero Miza, Amd.keb selaku pemilik BPS yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di BPS Yunita Vero Miza, Amd.keb Bandar
Lampung
5. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa Karya Tulis
Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
viii
9. 9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii
INTISARI...................................................................................................... iv
CURICULUM VITAE.................................................................................. v
MOTTO ........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
KATA PENGATAR...................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup.............................................................................. 5
1.5 Manfaat Penulisan ......................................................................... 6
1.6 Metode dan Tekhnik Memperoleh Data......................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis..................................................................... 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan................................................. 49
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan............................................ 69
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian................................................................................... 71
3.2 Matriks ...................................................................................... 81
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.................................................................................. 97
4.2 Interpretasi Data.......................................................................... 108
4.3 Antisipasi Masalah Potensial....................................................... 111
4.4 Tindakan Segera......................................................................... 112
4.5 Perencanaan Asuhan................................................................... 112
4.6Melaksanakan Perencanaan.......................................................... 115
4.7Evaluasi ....................................................................................... 119
ix
10. 10
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 121
5.2 Saran .......................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
11. 11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ....................................... 11
Tabel 2.2 Involusi Uteri .................................................................................. 12
Table 3.1 Matriks............................................................................................ 81
xi
12. 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Payudara ....................................................................... 28
Gambar 2.2 Bentuk Puting Susu ..................................................................... 29
xii
13. 13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Izin Bidan
Lampiran 3 : Lembar Konsul
Lampiran 3 : SAP Tekhnik Menyusui dan Leaflet
xiii
14. 100
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) ( 2014 ) ASI adalah
makanan bayi ciptaan Tuhan yang tak tergantikan dengan makanan dan minuman
yang lain. Hak setiap bayi untuk mendapatkan ASI dan hak ibu untuk
memberikan ASI kepada bayinya. . Oleh karena itu WHO/UNICEF telah
merekomendasikan standar emas pemberian makan pada bayi yaitu menyusui
bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan didahului dengan
Inisiasi Menyusu Dini segera setelah lahir, mulai umur 6 bulan berikan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) dan teruskan menyusu hingga anak berumur 2 tahun.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia
menunjukkan sedikit penurunan dari 61,5 % tahun 2010 menjadi 61,1% pada
tahun 2011. Namun cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan
meningkat dari 33,6 % pada tahun 2010 menjadi 38,5 % pada tahun 2011.
Cakupan pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi beberapa hal, terutama
masih terbatasnya tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan,
belum tersosialisasi secara merata Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif, belum maksimalnya kegiatan edukasi, advokasi
dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI. ( WHO, 2014 )
Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2004
1
15. 2
sebesar 40% dan pada tahun 2012 meningkat menjadai 42%, sedangkan cakupan
pemberian susu botol pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2004 sebesar 17%,
sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan pula sebesar 29% (Depkes,
2014).
Cakupan bayi mendapatkan ASI esklusif di Provinsi Lampung tahun 2012
sebanyak 29,24% dimana angka ini masih dibawah target yang vdiharapkan yaitu,
60% (Profil Dinkes Provinsi Lampung, 2012).
Pencapaian ASI ekslusif di Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun
menunjukkan hasil yang fluktuatif. Pada tahun 2011 tercatat pencapaian ASI
eksklusif di Kota Bandar Lampung sebesar 65,1% dan di tahun berikutnya, 2012
terjadi peningkatan pencapaian ASI eksklusif di Kota Bandar Lampung yaitu
sebesar 67,93% namun di tahun 2013 sampai bulan Agustus pencapaian
pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan yaitu hanya sebesar 64,55%.
Angka ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih dibawah dari target
yang di inginkan (80%) (Profil Dinkes Kota Bandar Lampung, 2013).
Pada keadaan putting susu lecet ini seorang ibu sering menghentikan
proses menyusui karena putingnya sakit. Dalam hal ini yang dilakukan oleh ibu
adalah melihat bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta melihat apakah terdapat
infeksi candida (dimulut bayi) (Ari Sulistywati, 2009.Hal 32).
Menurut Vivian (2011) penyebab putting susu lecet adalah tekhnik
menyusui yang salah, putting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat
16. 3
iritan lain saat ibu membersihkan putting susu, moniliasis pada mulut bayi yang
menular ada putting susu ibu, bayi dengan lidah pendek, cara menghentikan
menyusui yang kurang tepat.
Berdasarkan pra survey yang dilakukan di BPS Yunita Vero Miza
Amd.keb, Bandar Lampung bulan febuari 2015 di peroleh hasil 40 ibu bersalin
dan diperoleh 17 ibu Post Partum primipara dan 15 ibu yang mengalami putting
susu lecet . Penulis menemukan salah seorang ibu nifas mengalami putting susu
lecet. Dari hasil wawancara menggunakan check list tekhnik menyusui yang benar
dan fisik yang dilakukan ternyata ibu kurang mengerti/memahami tentang cara
mengatasi putting susu lecet yang terjadi pada payudaranya dan hasil observasi
mengenai tekhnik menyusui ibu tidak tahu akan tekhnik menyusui yang benar,
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Asuhan
kebidanan pada ibu Post Partum dengan Putting Susu Lecet terhadap Ny.M Usia
26 tahun P1A0 di BPS Yunita Vero Miza Bandar lampung Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum dengan Putting
Susu Lecet terhadap Ny.M Usia 26 Tahun P1A0 di BPS Yunita Vero Miza
Bandar Lampung tahun 2015 ”?
17. 4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu Post Partum
dengan Putting Susu Lecet terhadap Ny.M Usia 26 Tahun P1A0 di
BPS Yunita Vero Miza Bandar Lampung tahun 2015
1.3.2 Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian data pada ibu Post Partum
dengan Putting Susu Lecet terhadap Ny.M Usia 26 Tahun P1A0 di
BPS Yunita Vero Miza Bandar Lampung tahun 2015
b. Penulis mampu melakukan interpretasi data untuk mengidentifikasi
diagnosa Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum dengan Putting
Susu Lecet terhadap Ny.M Usia 26 Tahun P1A0 di BPS Yunita
Vero Miza Bandar Lampung tahun 2015
c. Penulis mampu menentukan masalah potensial dan mengantisipasi
penanganan Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum dengan
Putting Susu Lecet terhadap Ny.M Usia 26 Tahun P1A0 di BPS
Yunita Vero Miza Bandar Lampung tahun 2015
d. Penulis mampu melaksanakan tindakan segera Asuhan Kebidanan
pada Ibu Post Partum dengan Putting Susu Lecet terhadap Ny.M
Usia 26 Tahun P1A0 di BPS Yunita Vero Miza Bandar Lampung
tahun 2015
18. 5
e. Penulis mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada
Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum dengan Putting Susu
Lecet terhadap Ny.M Usia 26 Tahun P1A0 di BPS Yunita Vero
Miza Bandar Lampung tahun 2015
f. Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan yang efisien dan
aman pada Ibu Post partum dengan Putting susu Lecet terhadap
Ny.M Usia 26 Tahun P1A0 di BPS Yunita Vero Miza Bandar
Lampung tahun 2015
g. Penulis mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan
pada ibu Post Partum dengan Putting Susu Lecet terhadap Ny.M
Usia 26 Tahun P1A0 di BPS Yunita Vero Miza Bandar Lampung
tahun 2015
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah 1 orang
ibu nifas yaitu Ny.M Usia 26 Tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan
Putting Susu Lecet
1.4.2 Tempat
Dalam penelitian ini penulis mengambil di BPS Yunita Vero Miza
Sukarame Bandar Lampung
1.4.3 Waktu pelaksanaan
Penelitian dilakukan mulai tanggal 10 April s/d 17 April 2015
19. 6
1.5 Manfaat Penilitian
1.5.1 Institusi Pendidikan
a. Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi
mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya.
1.5.2 Lahan Praktek
Dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan
manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan dilahan praktek
khususnya Asuhan pada ibu nifas dengan putting susu lecet.
1.5.3 Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat
khususnya ibu Post Partum (dengan Putting Susu Lecet) pada masa
nifas mengenai pentingnya tekhnik menyusui yang benar yang penting
bagi bayi serta dapat mengurangi angka terjadinya masalah pada ibu
yang menyusui.
1.5.4 Penulis
Sebagai penerapan dalam mata kuliah asuhan kebidanan khususnya
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan putting susu lecet dan
menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.
20. 7
1.6 Metode Penulisan dan Tekhnik Memperoleh Data
1.6.1 Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini
adalah metode penelitian survey deskriptif dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran
fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi
tertentu. Pada umumnya survey deskriptif digunakan untuk membuat
penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program
dimasa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program tersebut.
1.6.2 Tekhnik Memperoleh Data
1.6.2.1 Data Primer
1. Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(responden),atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh
langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau
percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari
metode observasi. (Soekidjo Notoatmodjo, 2012.Hal 35-
139).
21. 8
1.6.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga
kita tinggal mencari dan mengumpulkan data.
1. Studi Pustaka
Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari
referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas
yakni Asuhan nifas normal dari beberapa buku dan
informasi dari internet.
2. Studi Dokumentasi
Studi yang dilakukan dengan mempelajari status kesehatan
klien bersumber dari catatan dokter, bidan, maupun sumber
lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005.Hal 62-63).
22. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu(Saleha,2009.Hal 2).
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati, 2010.Hal 1).
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan Asuhan masa nifas normal dibagi dua yaitu :
1. Tujuan umum :
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak
2. Tujuan khusus :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya
23. 10
2) Melaksanakanskriningyangkomprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu dan bayinya
3) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian
imunisasi dan perawatan bayi sehat
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana
(Saleha,2009.Hal 4).
2.1.1.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Masa
Nifas
1. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
2. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekan kebersihan
yang aman
3. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan
bayinya
4. Memulai dan mendorong pemberian
ASI(Ambarwati,2010.Hal 4).
24. 11
2.1.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
2.1 Tabel Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jamsetelah
persalinan
a) Mencegah perdarahan masa nifaskarena
atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana cara mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dengan
bayi yang baru lahir.
f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan
cara mencegah hypotermi.
g) Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari setelah
persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan
normal : uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup
makan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperhatikan tanda-tanda
penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat
bayi sehari-hari.
3 2 minggu setelah
persalinan
Sama seperti di atas.
4 6 minggu setelah
persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-
kesulitan yang ia atau bayinya alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara
dini.
(Sulistyawati, 2009.Hal 6-7).
25. 12
2.1.1.5 Tahapan Masa Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama islam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. ‘
2. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan(Saleha,2009.Hal 3-5).
2.1.1.6 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Uterus
Uterus sewaktu hamil penuh beratnya 11 kali lebih berat
sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gram.
26. 13
2.2 Tabel Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat
Bayi lahir Setinggi Pusat 1.000 gram
Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 Minggu Pertengahan pusat dengan sympisis 500 gram
2 Minggu Tidak teraba di atas sympisis 350 gram
6 Minggu Normal 50 – 60 gram
8 Minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram
(Sunarsih, 2011.Hal 57)
Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat,
12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat menurun kira-kira 1
cm setiap hari. Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus
uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm
dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat
simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak
teraba(Ambarwati,2010.Hal 77).
2. Perubahan pada lochea
Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada
wanita pada masa nifas
1) Lochea rubra berwarna merah karena berisi darah segar
dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,vernik
caseossa,lanugo,mekonium selama 2 hari pasca
persalinan.
27. 14
2) Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3sampai ke-7 pasca
persalinan.
3) Lochea serosa adalah lokia berikutnya di mulai dengan
versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Cairan tidak
berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14
pascapersalinan berisi cairan serum jaringan
desidua,leukosit,dan eritrosit.
4) Lochea Alba adalah lokia yang terakhirdi mulai dari
hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga
sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu
berikutnya.
3. Payudara(Mammae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami.Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis,yaitu sebagai berikut:
1) Produksi susu
2) Sekresi susu atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan,jaringan
payudaratumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.Setelah
melahirkan,ketika hormon yang di hasilkan plasenta tidak
ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan
28. 15
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).Sampai hari
ketiga setelah melahirkan,efek prolaktin pada payudara
mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi
bengkak terisi darah,sehingga timbul rasa
hangat,bengkak,dan rasa sakit.Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi ketika bayi mulai
menghisap putting,refleks saraf merangsang lubus
posterior pituitari untuk menyekresi hormon
oksitosin.Oksitosin merangsang refleks
letdown(mengalirkan),sehingga menyebabkan ejeksi ASI
melalui sinus lactiferous payudara ke duktus yang
terdapat pada putting.Ketika ASI dialirkan karena isapan
bayi atau dengan di pompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak.Refleks ini dapat
berlanjut sampai waktu yang cukup
lama.(Saleha,2009.Hal 157-158).
3) Tahapan ASI
a. Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya
adalah kolostrum, yang mengandung campuran kaya
akan protein, mineral, dan antibodi daripada ASI
yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari
ke-3 atau hari ke-4 kolostrum berubah menjadi Asi
29. 16
yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila
ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering
menyusui, maka proses adanya ASI akan meningkat.
b. ASI Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak
hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua
minggu,volume air susu bertambah banyak dan
berubah warna, serta komposisi. Kadar
imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan
lemak dan laktosa meningkat.
c. ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.
ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI
matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau
saat lima menit pertama disebut foremik. Foremik
lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah
lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk.
Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk
membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan
30. 17
demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik
foremilk maupun hindmilk (Vivian, 2011.Hal 20-21).
4. PerubahanSistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaaan
mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong,pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan,kurangnya asupan cairan dan makanan ,serta
kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi
dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan
ambulasi awal.Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat
diberikanobat laksansia.
Selain konstipasi,ibu juga mengalami anoreksia akibat
penurunan dari sekresi kelenjar pencernaaan dan
mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
5. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan
sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah
31. 18
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 13-36 jam
post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut “Diuresis”.Ureter yang berdilatasi sakan
kembali normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odema dan
hyperemia, kadang-kadang odem trigonum yang
menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio
urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang
sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali
kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih
15cc).Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung
kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.
7. Tanda tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah melahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post
partum menandakan terjadinya pre- eklamsi post partum.
2) Nadi
32. 19
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60 – 80 x/
menit. Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100x/menit adalah
abnormal dan hal ini menunjukan adanya kemungkinan
infeksi.
3) Suhu
Dalam satu hari ( 24 jam ) post partum, suhu badan akan
naik sedikit ( 37,5o
C – 38o
C) sebagai akibat kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.
Biasanya , pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena
adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak
turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan. Pernafasan
harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-
30x/mnt.
8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
33. 20
Selam kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan
oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali
estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat
sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi
normal. Aliran ini terjadi dalam 2 -4 jam pertama setelah
kelahiran bayi selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak
sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu
mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama
sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan, vagina
kehilangan darah sekitar 200 – 500 ml, sedangkan pada
persalinan dengan SC, pengeluaran 2 kali lipatnya. Perubahan
terdiri dari volume darah dan kadar hematokrit.
9. PerubahanSistem Hematologi
Selama minggu minggu terakhir kehamilan , kadar pibrinogen
dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah semakin
meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen
dan plasma akan sedikit menurun tapi darah akan mengental
sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leokositosis
yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai
15000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut dapat naik
34. 21
lagi 25000 – 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan yang
lama(Sulistiyawati,2009.Hal 80-82).
2.1.1.7 Kebutuhan DasarMasa Nifas
1. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk :
1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.
2) Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800
kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500
kalori dan tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori
tersebut adalah tambahan dari kebutuhan kalori per
harinya. Misal pada ibu dengan kebutuhan perhari 1800
kalori artinya saat nifas pada 6 bulan pertama dibutuhkan
1800 kalori plus tambahan 800 kalori sehingga kalori
yang dibutuhkan sebanyak 2600 kalori. Demikian pula
pada 6 bulan selanjutnya dibutuhkan rata-rata 2300 kalori
dan tahun kedua 2200 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2
liter didapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang
ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain .
35. 22
Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40
hari.
3) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin
A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan
kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan-
bulan pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A
yang terkandung dalam ASI ( Suherni, 2009.Hal 71).
Kebersihan diri ibu post partum antara lain :
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi
dan alergi pada kulit bayi.
b. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
c. Mengganti pembalut setiap kali darah penuh atau
minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap
selesai membersihkan daerah kemaluannya.
e. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk
menyentuh daerah luka(Sulistyawati,2009.Hal 87-89).
2. Pola istirahat tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur
yang dibutuhkan ibu nifas selama 8 jam pada malam hari
dan 1 jam pada siang hari (Damaiyanti,2011.Hal 84).Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu,
36. 23
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
proses involusi uterus, dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan tidak mampu merawat bayi dan
dirinya sendiri.
3. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun
dari tempat tidur dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan.
Keuntungan ambulasi dini adalah sebagai berikut:
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2) faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3) early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu
cara merawat anaknya selama ibu masih dirumah sakit.
Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi
makan.
Menurut penelitian-penelitian yang seksama. Early
ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di
perut.
37. 24
4. Eliminasi
1) BAK
Ibu di minta untuk buang air kecil 6 jam post patum. Jika
dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau
sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka di lakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih
penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
2) BAB
Ibu post partum di harapkan buang air besar setelah
harikedua post partum .jika hari ke tiga belum juga BAB
maka perlu di beri obat pencahar per oral atau per rectal.
Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bias
BAB,maka di lakukan klisma.
5. Aktifitas Seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas
harus memenuhi syarat berikut ini. Secara fisik aman untuk
memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya kedalam
vaginanya tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak
budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya selama 40 hari
38. 25
atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung
pada pasangan yang bersangkutan (Saleha, 2009.Hal 73-75).
6. Keluarga Berencana
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau
melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel
telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Tujuan dari konsepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas,
antara lain Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil
progestin, implant, dan AKDR. (Sunarsih, 2011.Hal 77)
7. Latihan/Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,
sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawall mungkin
dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan
tidak ada penyulit post partum. Sebelum memulai
bimbingan cara senam nifas, sebaiknya bidan mendiskusikan
terlebih dahulu dengan pasien mengenai pentingnya otot
perut dan panggul , akan mengurangi keluhan sakit
punggung yang biasanya dialami oleh ibu nifas, Latihan
tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat membantu
39. 26
untuk mengencangkan otot bagian perut (Sulistyawati,
2009.Hal 103).
2.1.1.8 Anatomi Dan Fisiologi Payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara
horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris
medialis. Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan tepatnya
diantara jaringan subkutan superficial dan profundus yang
menutupi muskulus pectoralis mayor.
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil
adalah 200 gram, pada wanita aterm 400-600 gram dan pada
masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran akan
bervariasi menurut aktifitas dan fungsionalnya. Payudara
menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil
setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan
jaringan lemak.
Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya
mengecil setelah menopouse. pembesaran ini terutama
disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan
penimbunan jaringan lemak.Areola mamae (kalang payudara)
letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan
yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya.
40. 27
Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh
kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis,
sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah
mulai terjadi sekresi ASI (Ambarwati,2010.Hal 7).
1. Struktur payudara
1) Makroskopis
a) Cauda Aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah
aksila
b) Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada
masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-
kira 2.5 cm. Letaknya mengelilingi putting susu dan
berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan
dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan
warna ini bergantung dari corak kulit dan adanya
kehamilan, pada wanita yang corak kulitnya kuning
langsat akan berwarna jingga kemerahan. Bila
kulitnya kehitaman, maka warnanya lebih gelap.
Selama kehamilan, warna akan menjadi lebih gelap
41. 28
dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya. Pada
daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat,
kelenjar lemak dari montgomeri yang membentuk
tuberkel dan akan membesar selama kehamilan.
Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan
dan dapat melicinkan kalang payudara selama
menyusui. Pada kalang payudara terdapat duktus
lactiferous yang merupakan tempat penampungan air
susu. Sinus lactiferous, yaitu saluran dibawah areola
yang besar melebar, akhirnya memusat kedalam
putting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos
yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c) Papila Mamae (putting susu)
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil
yang merupakan muara dari duktus lactiferous, ujung-
ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah
bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara
sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus lactiferous
akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi ,
sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik
42. Gambar.2.1
Gambar. 2.2
kembali putting susu tersebut. Bentuk putting
macam yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang
dan terbenam (inverted).
Gambar.2.1 Struktur Makroskopis
Jenis-jenis putting susu
29
putting ada 4
macam yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang
43. 30
2) Mikroskopis
a) Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi
susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan
lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh
darah.Payudara terdiri atas masing-masing 15-25
lobus.Masing-masing lobus terdiri atas 20-40 lobus.
Selanjutnya masing-masing lobus terdiri atas 10-100
alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan
saluran air susu (system duktus) sehingga menyerupai
suatu pohon. ASI disalurkan dari alveolus kedalam
saluran kecil (duktulus) kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus lactiferous).
b) Ductus lactifer
Saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactiferus.
c) Ampulla
Adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang
merupakan tempat menyimpan airsusu. Letaknya di
bawah areola meluas sampai muara papilla mammae.
d) Tubulus lactiferus
Meluas dari ampula sampai muara papilla.
44. 31
2. Pembentukan Air Susu
Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua reflek yang
masing-masing berperan dalam pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu,yaitu:
1) Reflek prolaktin
Reflek ini sangat memegang peranan penting dalam proses
kolostrum,dimana hormon ini merangsan sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu kadar prolaktin ibu
yang akan menyusui akan normal kembali tiga bulan
setelah melahirkan. Pada ibu yang menyusui akan
meningkat dalam keadaan-keadaan seperti:
1. Stres Atau Pengaruh Psikis
2. Anastesi
3. Operasi
4. Rangsangan putting susu
2) Reflek let down
Rangsangan ini bersal dari hisapan bayi yang dilanjutkan
neurohiposis yang kemudian dikeluarkan oleh oksitosin
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down
1. Melihat Bayi
2. Mendengarkan suaranya
45. 32
3. Mencium bayinya
4. Memikirkan untuk menyusui bayinya
(Saleha,2009.Hal 15-16).
3. Fisiologi Laktasi
Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron
mengunduksi perkembangan alveoli dan duktus
lactiferousdidalam payudara, serta merangsang produksi
kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa
sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen
menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan
naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI.Produksi prolaktin
yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi
pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin.
Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi
sel- sel myopithel. Proses ini disebut sebagai ” reflek
prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI
tersedia bagi bayi.Dalam hari- hari dini, laktasi refleks ini
tidak dipengaruhi oleh keadaaan emosi ibu. Nantinya, reflek
ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia merasa
takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila merasakan
nyeri.
46. 33
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae
melalui duktus ke sinus lactiferus. Hisapan merangsang
produksi oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior.
Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-
sel khusus (sel-sel myoepitel) yang mengelilingi alveolus
mammae dan duktus lactiferus. Kontraksi sel- sel khusus ini
mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferus
menuju sinus lactiferus, tempat ASI akan menyimpan. Pada
saat bayi menghisap, ASI didalam sinus tertekan
keluar,kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan
let dwon dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan
dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar
memikirkan tentang bayinya( Sulistyawati, 2009.Hal 10).
2.1.1.9 ManfaatPemberian ASI
1. Bagi Bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
2) Mengandung antibody
3) Mengurangi kejadian karies dentis
4) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya
ikatan antara ibu dan bayi
5) Terhindar dari alergi
6) Meningkatkan kecerdasan bayi
47. 34
7) Membantu perkembangan rahang dan merangsang
pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi
pada payudara
2. Bagi Ibu
1) Aspek kontrasepsi
2) Aspek kesehatan ibu
3) Aspek penurunan berat badan
4) Aspek psikologis
3. Bagi Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
2) Menghemat devisa Negara
3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
4) Peningkatan kualitas generasi penerus
(Ambarwati,2010.Hal 17-74).
2.1.2 Masalah dalam menyusui
2.1.2.1 Putting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi
mulut bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan
segera hilang.
Cara menangani:
1. Pastikan posisi menyusui sudah benar
48. 35
2. Mulailah menyusui pada putting susu yang tidak sakit, guna
membantu mengurangi sakit pada putting susu yang sakit
3. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di
putting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa
waktu sampai putting susu kering
(Ambarwati,2010.Hal 17-24).
2.1.2.2 Payudara Penuh
Pada payudara penuh payudara terasa berat, nyeri, panas, dan
keras, bila diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam
(Sunarsih, 2011.Hal 40).
2.1.2.3 Bendungan ASI
1. Pengertian
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe
sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah,2010. Hal 345).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3
ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan
disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar,karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi
meningkat,terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi
49. 36
yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan
waktu menyusui(Prawirohardjo,2010.Hal 652).
Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan
duktus lactiferous pada payudara ibu dan dapat terjadi pula
bila ibu memiliki kelainan putting susu. Faktor-faktor
penyebab, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna(dalam masa
laktasi,terjadi peningkaan produksi ASI pada ibu yang
produksi ASI-nya yang berlebihan)
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi,
bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin
atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan
menimbulkan bendungan ASI)
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Tekhnik
yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan
putting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri
pada saat bayi menyusu)
4. Putting susu terbenam(Putting susu terbenam akan
menyulitkan bayi dalam menyusu, Karena bayi tidak
dapat menghisap putting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI)
5. Putting susu terlalu panjang (Putting susu yang panjang
menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena
50. 37
bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang
sinus lactiferous untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya
ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI)
2. Tanda dan gejala, yaitu :
1) Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri,
2) Payudara bengkak
3) Warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38oC
(Rukiyah,2010.Hal 347).
Gejala bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan
payudara dan dipalpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta
sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu,tetapi tidak
terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam (Prawirahardjo,
2010.Hal 652).
2.1.2.4 Payudara bengkak
1. Pengertian
Payudara bengkak payudaranya udem, sakit, putting kencang,
kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila diperiksa/diisap
ASI tidak keluar.Badan bisa demam setelah 24 jam.
Penyebab payudara bengkak disebabkan karena menyusui
yang tidak kontinu sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah
duktus. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI
meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang
51. 38
baik, mungkin kurang seing ASI dikeluarkan, dan mungkin
juga ada pembatasan waktu menyusui. Hal ini dapat terjadi
pada hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan
bra yang ketat serta keadaan puttingsusu yang tidak bersih
dapat menyebabakan sumbatan pada duktus (Sunarsih,
2011.Hal 40).
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering
terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah
ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi dalam
jumlah banyak.
2. Penyebab bengkak :
1) Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah
2) Produksi ASI berlebihan
3) Terlambat menyusui
4) Pengeluaran ASI yang jarang
5) Waktu menyusui yang terbatas
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui
dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus
yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara
bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau hari keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan
mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan
mempengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh
52. 39
payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering terasa penuh,
tegang, serta nyeri. Kemudian di ikuti oleh penurunan produksi
ASI dan penurunan let down. Pengunaan bra yang ketat juga bisa
menyebabkan segmental engorgement, demikian pula putting
yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
2.1.2.5 Mastitis
1. Pengertian
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai
atau tidak disertai infeksi. Mastitis adalah infeksi pada
payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang menyusui.
Mastitis umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah
melahirkan terutama pada primipara. Mastitis juga ditandai
dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang
membengkak, demam, menggigil, dan penderita merasa
lemah dan tidak nafsu makan. Mastitis biasanya disebabkan
oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu yang
berlanjut.(Rukiyah, 2010.Hal 350-351).
2. Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :
1) Payudarabengkak yang tidak disusui secara adekuat,
akhirnya terjadi mastitis.
2) Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman
terjadinya payudara membengkak
53. 40
3) Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental
engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka
bisa terjadi mastitis.
4) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia
akan mudah terkena infeksi(Sitti saleha,2009.Hal 109).
3. Tanda dan gejala pada mastitis, yaitu :
1) Rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu,
2) Penderita merasa lesu,
3) Tidak nafsu makan,
4) Mammae membesar,
5) Nyeri dan pada suatu tempat kulit merah,
6) Membengkak sedikit dan nyeri pada perabaan, serta
payudara keras(Rukiyah, 2010.Hal 351).
2.1.2.6 Abses payudara
1. Pengertian
Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari
mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan
dalam payudara tersebut.
2. Tanda dan gejala yang dirasakan oleh ibu dengan
absespayudara adalah sebagai berikut:
1) Ibu tampak lebih parah sakitnya
54. 41
2) Payudara lebih merah dan mengkilap
3) Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga
perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanah tersebut
(Saleha,2009.Hal 109-110).
2.1.2.7 Putting susu lecet
1. Pengertian
Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk
celah - celah. Putting susu lecet ini sering terjadi saat
minggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2008. Hal
92).Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat
menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan
pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat
sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Dewi dan Sunarsih,
2011.Hal 39).
Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar
akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan
dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Putting susu lecet
dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi
dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau
dermatitis (Ambarwati,2010.Hal 46).
55. 42
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah
menderita kelecetan pada putting.
2. Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kesalahan dalam tehknik menyusui, bayi tidak
menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila
bayi hanya menyusu pada pitting susu, maka bayi akan
mendapatkan ASI sedikit, Karna gusi baayi tidak
menekan pada sinus laktiferus, sedangkaan pada ibu
nyaa akan menjadi nyeri/ kelecetan pada putting susu
Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting
susu ibu.
2) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, cream, atau zat
iritan lain nya untuk mencuci putting susu
3) Bayi dengan tali lidah yang pendek ( frenulum lingue ),
sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke
kalang payudara dan isapan hanya pada putting susu
saya.
2) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan
menyusui dengan kurang berhati-hati. (Sitti Saleha,
2009.Hal 102-103)
3. Cara menangani :
1) Cari penyebab putting lecet (posisi menyusui salah,
candidiasis atau dermatitis)
56. 43
2) Obati penyebab putting lecet terutama perhatikan posisi
menyusui
3) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas
tadi
4) Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka
tidak begitu sakit
5) Olesi putting susu dengan ASI akhir (hindmilk), jangan
sekali-sekali memberikan obat lain, seperti krim, salep.
6) Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk
sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya
akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam.
7) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan
alat pompa karena nyeri
8) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan
untuk menggunakan dengan sabun
9) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada
payudara yang sakit untuk sementara untuk memberi
kesempatan lukanya menyembuh
10) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan
(jangan dengan pompa ASI) untuk tetap
mempertahankan kelancaran pembentukan ASI
57. 44
11) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas. jangan
menggunakan dot
12) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-
mula dengan waktu yang lebih singkat
13) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk
kepuskesmas
(Ambarwati,2010.Hal 44-47).
4. Pencegahan
1) Tidak membersihkan putting dengan sabun, alcohol,
krim atau zat-zat iritan lainnya
2) Sebaiknya untuk melepaskan putting dari isapan bayi
pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa
menarik putting, tetapi dengan menekan dagu atau
dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke
mulut bayi.
3) Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu
sampai ke kalang payudara dan menggunakan kedua
payudara (Saleha, 2009.Hal 105).
2.1.3 Cara Menyusui Yang Benar
2.1.3.1 Tekhnik Menyusui
1. Pengertian tekhnik menyusui
58. 45
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan
ASI kepada bayi dengan perleketan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar.
2. Beberapa langkah – langkah menyusui yang benar :
1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun,keluarkan
sedikit asi dan oleskan ke sekitar putting,dengan posisi
duduk atau berbaring santai
2) Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya
duduk tegak di tempat tidur dan ibu harus merasa
rileks dan santai
3) Lengan ibu menopang kepala leher dan seluruh badan
bayi muka bayi menghadap ke payudara ibu hidung
bayi di depan putting susu ibu posisi bayi harus
sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke
perut ibu bayi seharusnya berbaring dengan seluruh
tubuhnya menghadap ibu kepala harus sejajar dengan
perutnya.
4) Mendekatkan bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi
yang siap untuk menyusu: membuka mulut, bergerak
mencari dan menoleh bayi harus berada dekar dengan
payudara ibu.
5) Ibu menyentuh putting susunya ke bibir bayi,
menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian
59. 46
mengarahkan putting susu ibu hingga bibir bayi dapat
menangkap putting susu ibu, ibu memegang payudara
dengan satu tangan dengan cara meletakkan keempat
jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara
ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C” dan
ibu jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola
6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam
mulut bayi semua, dagu rapat ke payudara dan
hidungnya menyentuh bagian atau payudara dan bibir
bawah bayi melengkung kearah luar
7) Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah
seluruh tubuh bayi jangan hanya leher dah bahunya
saja
8) Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu harus
mengeluarkan putting dari mulut bayi dengan cara
memasukan jari kelingking ibu di antara mulut dan
payudara
9) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di
pundak atau menelungkupkan bayi melintang di
pangkuan ibu kemudian menepuk-nepuk punggung
bayi (Dewi dan Sunarsih, 2011.Hal 32-34).
3. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
60. 47
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola
bawah lebih banyak yang masuk
6) Bayi Nampak menghisap dengan ritme perlahan-
lahan
7) Putting susu tidak terasa nyeri
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9) Kepala bayi agak menengadah (Saleha, 2009.Hal 35).
4. Melepas Isapan Bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa
kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang
lain.
Cara melepas isapan bayi :
1) Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui
sudut mulut
2) Dagu bayi ditekan kebawah
5. Menyendawakan Bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara
dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah
menyusu.
61. 48
Cara menyendawakan bayi :
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
2) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan
ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi
bersendawa.
2.1.3.2 TekhnikPengeluaran ASI
1. Cuci tangan sampai bersih.
2. Pegang cangkir bersih untuk menampung ASI.
3. Condongkan badan kedepan dan sanggah payudara dengan
tangan.
4. Letakkan ibu jari pada batas atas areola mamae dan letakkan
jari telunjuk pada batas areola mamae bagian bawah
sehingga berhadapan.
5. Tekan kedua jari ini kedalam ke arah dinding dada tanpa
menggeser letak kedua jari tadi.
6. Pijat daerah diantara kedua jari tadi kea rah depan sehingga
akan memeras dan mengeluarkan ASI yang berada di dalam
sinus lactiferous.
7. Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali.
8. Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu jari
dan telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari
batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan.
62. 49
9. Lakukan berulang-ulang sehingga ASI akan terperah dari
semua bagian payudara.
10. Jangan memijat putting susu, karena ini tidak akan
mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan rasa sakit.
(Ambarwati, 2010.Hal 33-34)
2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen
kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan.Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebgaai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,
dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambiln suatu
keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery,
edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara
sistematis dan siklik. (Soepardan, 2007.Hal 96).
63. 50
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
2.2.2.1 Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan klien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Ambarwati
,2010.Hal 131).
A. Data Subyektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien.
1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
2) Umur
Dicatat dalam bentuk tahun untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-
alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap.Sedangkan umur lebih dari
35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam masa nifas.
3) Agama
64. 51
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.Menurut
Permendiknas No 28 Tahun 2010 tingkat
pendidikan SMA sudah baik, SMP baik dan SD
kurang baik.
5) Suku/ Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan.
2. Keluhan utama
65. 52
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules,
sakit pada jalan lahir karena adanya luka jahitan pada
perenium atau sakit pada payudara karena putting susu
lecet.
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat, penyakit akut,
kronis, seperti : jantung, DM, Hipertensi, Asma
yang dapat memengaruhi pada masa nifas ini.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data - data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diserita pada
saat ini yangada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
4. Riwayat perkawinan
66. 53
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya
sehingga akan memengaruhi proses nifas.
5. Riwayat Obstetrik
1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah
keguguran, jumlah anak, cara persalinan yang
lalu,penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
2) Riwayat Persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB,BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat
ini.
6. Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut
adat istiadat yang akan menguntungkan atau
67. 54
merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya
pada kebiasaan pantangan makanan.
7. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya.Wanita mengalami banyak perubahan
emosi/psikologis selama masa nifas sementara ibu
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.Cukup sering
ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah
kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai
postpartum blues sebagian besar merupakan
perwujudan fenomena psikologi yang dialami oleh
wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal
ini sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas
dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama
kehamilan dan persalinan.
2) Rasa sakit masa awal nifas
3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan
dan postpartum.
4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat
bayinya setelah meninggalkan rumah sakit.
68. 55
5) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi
suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikologis :
1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
2) Respon ibu terhadap bayinya
3) Respon ibu terhadap dirinya
8. Datapengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu
tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan
menguntungkan selama masa nifas.
(Ambarwati, 2010.Hal 131-136)
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Ibu-ibu postpartum harus diberikan pendidikan
mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi
ibu menyusui yaitu sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
69. 56
b. Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan
ibu untuk minum sebelum menyusui). (Dewi dan
Sunarsih, 2011.Hal 71).
2) Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) minimal 6
jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum
dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi
100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Untuk pola
buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah
dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum
dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral
atau perektal.
3) Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari.(Damai
Yanti,2011.Hal 84)
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal yaitu, mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi, memperlambat proses involusi uterus,
70. 57
dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan
depresi, dan ketidak mampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri. (Saleha, 2009.Hal 73-84).
4) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genitalia,
karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari.
Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat
reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi,
seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan
ambulasi (Ambarwati, 2010.Hal 137).
B. Data Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan
harus melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang
bidan lakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009.Hal
121).
71. 58
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai
berikut:
1) Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan, hasil pengamatan yang
dilaporkan kriterianya baik atau lemah.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat
kesadaran pasien dari keadaan compos mentis
sampai dengan koma.
3) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami
darah pada pembuluh darah pada pembuluh
arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan
darah normal manusia adalah sistolik antara
90-120 mmHg, dan diastolic 60-80 mmHg.
Pasca melahirkan pada kasus normal tekanan
darah biasanya tidak berubah. Perubahan
72. 59
tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan dapat di akibatkan oleh
perdarahan, sedangkan tekanan darah tinggi
pada postpartum merupakan tanda terjadinya
preeklamsi postpartum. Namun demikian, hal
tersebut sangat jarang terjadi.
(2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 –
80 kali per menit. Pasca melahirkan denyut
nadi dapat dapat menjadi bradikardi maupun
lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100
kali per menit, harus waspada kemungkinan
infeksi atau pedarahan post partum.
(3) Pernafasan
Frekuensi nafasan normal pada orang dewasa
adalah 16 – 24 kali permenit. Pada ibu post
partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat.
(4) Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan
akan naik sedikit (37,5 - 38℃) sebagai akibat
73. 60
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan, dan kelelahan (Dewi dan Sunarsih,
2011.Hal 90).
2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada kepala
terdapat organ-organ yang sangat penting.
Pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi.
2) Muka
Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka,
apakah kulitnya normal, pucat. Ketidaksimetrisan
muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf
ke tujuh (Nervus Fasialis).
3) Mata
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, tekhnik
yang di gunakan inspeksi dan palpasi.
4) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan
pendengaran. tekhnik yang di gunakan adalah
inspeksi dan palpasi.
5) Hidung
74. 61
Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus.
6) Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada
mulut.
7) Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ
lain yang berkaitan. Tekhnik yang digunakan
adalah inspeksi dan palpasi.
8) Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan,
2011.Hal 86).
9) Payudara
Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.
Namun dipayudara sudah terbentuk kolostrum
yang baik sekali untuk bayi,karena mengandug zat
gizi dan antibiotik pembunuh kuman(Saleha,
2009.Hal 11).
10) Perut
a. TFU
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat
Bayi lahir Setinggi Pusat 1.000 gram
Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 Minggu Pertengahan pusat dengan sympisis 500 gram
75. 62
2 Minggu Tidak teraba di atas sympisis 350 gram
6 Minggu Normal 50 – 60 gram
8 Minggu Normal sebelum hamil 30 gram
( Sunarsih,2011.Hal 57)
b. Keadaan abdomen
Uterus normal :
a) Berkontraksi baik
b) Tidak berada di atas ketinggian fundal
saatmasa nifas segera
Uterus Abnormal :
a) Lembek
b) Di atas ketinggian fundal saat masa
postpartum segera
Kandung kemih : bisa buang air/tak bisa
buang air
c. Keadaan genetalia
a) Lochea :
Normal :Menurut (Vivian) 2009,lochea
yang ada pada hari ke7-14 adalah lochea
serosa yang berwarna kuning kecokelatan.
d. Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas
luka episiotomi/robekan, hecting
e. Keadaan anus : hemoroid/ tidak
f. Keadaan ekstermitas
76. 63
g. Varices
a) Oedema
b) Reflex patella(Priharjo, 2007.Hal 50-154).
h. Punggung
Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk.
i. Genetalia
Mengkajikebersihan,pengeluaran,massa dan
bau (Ambarwati, 2010.Hal 139-141).
2.2.2.2 Interprestasi Data
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Pra
Abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1) Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah
pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur,
keterangan ibu tentang keluhannya.
2) Data objektif
77. 64
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital.
2. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
(Ambarwati, 2010.Hal 142)
3. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan
masalahnya(Sulistyawati,2010.Hal 229).
2.2.2.3 IdentifikasiDiagnosa Atau Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan
masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan.Bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar
terjadi.Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal
ini. Dalam hal ini pada kasus putting susu lecet diagnosa
potensial yang akan terjadi adalah bendungan Asi.
78. 65
2.2.2.4 Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai dengan kondisi pasien.
2.2.2.5 Perencanaan
Berdasarkan diagnosis yang didapat, bidan dapat
merencanakan asuhan pada ibu. Pada langkah ini rencana
asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya (pengkajian data dan perumusan
diagnosis)(Sunarsih, 2011.Hal 88).
Cara menangani :
1. Beritahu penyebab putting lecet (posisi menyusui salah,
candidiasis atau dermatitis).
2. Anjurkan ibu untuk obati penyebab putting lecet terutama
perhatikan posisi menyusui.
3. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas
tadi.
4. Anjurkan ibu dapat terus memberikan ASInya pada
keadaan luka tidak begitu sakit.
79. 66
5. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hindmilk), jangan
sekali-sekali memberikan obat lain, seperti krim, salep.
6. Beritahu ibu putting susu yang sakit dapat diistirahatkan
untuk sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan
biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24
jam.
7. Beritahu ibu selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya
ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan
dengan alat pompa karena nyeri.
8. Beritahu ibu cuci payudara sekali saja sehari dan tidak
dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun.
9. Beritahu ibu bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui
pada payudara yang sakit untuk sementara untuk memberi
kesempatan lukanya menyembuh.
10. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan
(jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan
kelancaran pembentukan ASI.
11. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas. jangan
menggunakan dot.
12. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-
mula dengan waktu yang lebih singkat.
13. Beritahu ibu bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu,
rujuk kepuskesmas.
80. 67
2.2.2.6 Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efesien dan aman (Ambarwati,2010.Hal 145-
147).
1. Memberitahu ibu penyebab putting lecet yaitu :
a. Kesalahan dalam tehknik menyusui, bayi tidak
menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila
bayi hanya menyusu pada pitting susu, maka bayi
akan mendapatkan ASI sedikit, Karna gusi baayi tidak
menekan pada sinus laktiferus, sedangkaan pada ibu
nyaa akan menjadi nyeri/ kelecetan pada putting susu
b. Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada
putting susu ibu.
c. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, cream, atau zat
iritan lain nya untuk mencuci putting susu
d. Bayi dengan tali lidah yang pendek ( frenulum lingue ),
sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke
kalang payudara dan isapan hanya pada putting susu
saya.
81. 68
e. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan
menyusui dengan kurang berhati-hati. ( Sitti Saleha,
2009.Hal102-103 ).
2. Menganjurkan ibu untuk obati penyebab putting lecet
terutama perhatikan posisi menyusui.
3. Mengerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri
diatas tadi.
4. Menganjurkan ibu dapat terus memberikan ASInya pada
keadaan luka tidak begitu sakit.
5. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hindmilk), jangan
sekali-sekali memberikan obat lain, seperti krim, salep.
6. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk
sementara waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya
akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam.
7. Memberitahu ibu selama putting susu diistirahatkan,
sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
8. Memberitahu ibu cuci payudara sekali saja sehari dan
tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun.
9. Memberitahu ibu bila sangat menyakitkan, berhenti
menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara
untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh.
82. 69
10. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan
(jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan
kelancaran pembentukan ASI.
11. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas. jangan
menggunakan dot.
12. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-
mula dengan waktu yang lebih singkat.
13. Memberitahu ibu bila lecet tidak sembuh dalam 1
minggu, rujuk kepuskesmas
(Ambarwati,2010.Hal 46-47).
2.2.2.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang diilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang berikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar
terhadap setiap aspek asuhan yang sedah dilaksanakan tapi
belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana (Ambarwati, 2010.Hal 147).
83. 70
2.2 Landasan Hukum Kewenangan bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.2.1 Kewenangan normal:
Asuhan pada ibu nifas dan menyusui :
Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
pada ibu nifas dan menyusui dan tanggap terhadap budaya setempat.
a.Pengetahuan dasar
- Fisiologi nifas.
- Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus .
- Proses laktasi/menyusui dan tekhnik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim yang terjadi, termasuk pembengkakan
payudara, abses, mastitis, putting susu lecet, putting susu masuk.
- Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas dan kebutuhan
fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
- Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
- Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
- Bounding and attachement orang tua dan bayi baru lahir untuk
menciptakan hubungan positif.
- Indikator masalah-masalah laktasi.
- Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan
yang terus menerus, infeksi.
84. 71
- Indikator masalah – masalah laktasi.
- Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan
per vaginam menetap, sisa plasenta, renjatan, dan preeclampsia
postpartum.
- Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum,
seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urin dan
inkontinensia fekal.
- Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
- Tanda dan gejala komplikasi abortus.
b. Keterampilan dasar
- Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus,
termasuk keterangan rinci tentang kehmilan, persalinan, dan
kelahiran.
- Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
- Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka
jahitan.
- Merumuskan diagnosis masa nifas.
- Menyusun perencanaan
- Memulai dan mendukung pemberian ASI ekslusif.
- Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu yang meliputi
perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi, dan asuhan bayi baru lahir.
- Mengindentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan, jika
perlu.
85. 72
- Mengindentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan,
atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
- Penatalaksanaan ibu postpartum abnormal: sisa plasenta, rejatan,
dan infeksi ringan.
- Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB
pascapersalinan.
- Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita
pascaaborsi
- Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
- Memberikan antibiotik yang sesuai.
- Mencatat mendokumentasikan temuan-temuan serta intervensi
yang dilakukan.
c. Keterampilan tambahan
- Melakukan insisi pada hematoma vulva.
( Soepardan , 2008.Hal 63-65)
86. 73
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.M USIA 26 TAHUN P1A0 POST
PARTUM 2 HARI DENGAN PUTTING SUSU LECET
DI BPS YUNITA VERO MIZA Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Anamnesa Oleh : Laila Maharani
Tanggal : 10 April 2015
Pukul : 10.00 Wib
I. PENGKAJIAN
Data Subjektif
1. Identitas
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. M Tn. S
Umur : 26 tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Suku : Serang Jawa
Pendidikan : SMA SMP
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Jln.Yasir Hadi brotu, Gg. Melati Bumi Kedamaian
Bandar Lampung
73
87. 74
2. Keluhan Utama
a. Ibu mengatakan saat ini payudaranya terasa nyeri dan terdapat puting
susu lecet pada kedua payudara.
b. Ibu mengatakan saat menyusui payudaranya terasa sakit.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat kesehatan dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
88. 75
c. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : Syah, menikah
Usia nikah pertama : 26 Tahun
Lamanya pernikahan : 1 Tahun
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari
Banyaknya : 5 – 6 Hari
Sifat : Encer disertai gumpalan
Dismenorhea : Tidak
89. 76
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
N
o
Tanggal
persalin
an
Tempat
persalinan
Umur
Keha
milan
Jenis
persalinan
Penolo
ng
Penyul
it
Keadaan Ket
Nifas Anak
JK BB
1 08–04-
2015
Bps
Yunita
vero miza
39
Mingg
u
Spontan Bidan Tidak
ada
Baik P 2700 Baik
c. Riwayat KB: Belum pernah KB
6. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pola Nutrisi
Saat hamil : Makan 3 kali sehari (1 porsi nasi yaitu ½ centong nasi),
1 mangkuk sayur,2 potong tempe dan tahu, dan minum 5-
6 gelas/hari
Saat nifas : Makan 3 kali sehari ( 2 porsi nasi yaitu 1 centong nasi), 2
mangkuk sayur, 2 potong tempe dan tahu, 1 buah pisang
dan minum 6-8 gelas/hari
Pola Eliminasi
Saat hamil : Ibu BAB 2 x sehari dengan konsistensi lembek, BAK 6-7
x sehari dengan konsistensi kuning jernih
Saat nifas : Ibu sudah BAB 1x pada tanggal 10-04-2015 pukul 08.00
wib dengan konsistensi lembek, BAK 4-5 x sehari
dengan konsistensi kuning jernih
90. 77
Pola Istirahat
Saat hamil : Ibu tidur siang 2-3 jam, malam 6-7 jam
Saat nifas : Ibu tidur siang ± 30 menit, malam 4- 5 jam
Personal Hygiene
Saat hamil : Ibu gosok gigi 3x sehari, keramas 1x sehari, mandi 2x
sehari, ganti celana dalam 2-3x sehari
Saat nifas : Ibu gosok gigi 3x sehari, keramas 1x sehari, mandi 2x
sehari, ganti celana dalam dan pembalut 3-4 x sehari
Pola Seksual
Saat hamil : Ibu mengatakan jarang melakukan hubungan seksual,
Saat nifas : Ibu saat ini mengatakan belum pernah melakukan
hubungan seksual dikarenakan sedang dalam masa
nifas.
d. Psikososial
Tanggapan ibu terhadap dirinya :Ibu senang akan kelahiran bayinya
Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Cukup
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluarga senang
akan kelahiran
bayinya
Pengambil keputusan : Suami
Lingkungan yang berpengaruh : Keluarga
91. 78
Data Objektif
Tgl. 10 – 4 – 2015, Pukul 10.00 Wib
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
TD : 110/70 MmHg
Pernapasan : 23x
/Menit
Nadi : 82x
/Menit
Suhu : 37,8 o
C
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a. Wajah
Pucat : Tidak
Oedema : Tidak ada
b. Mata
Simetris : Ya, antara kiri dan kanan
Konjungtiva : Merah Muda
Kelopak mata : Tidak oedema
Sklera : Putih
c. Hidung
Simetris : Ya, antara kiri dan kanan
92. 79
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
d. Mulut
Bibir : Tidak pecah-pecah
Lidah : Bersih
Gusi : Tidak ada perdarahan
Gigi : Tidak caries
e. Telinga
Simetris : Ya, antara kiri dan kanan
Gangguan pendengaran : Tidak ada
f. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran
g. Ketiak, Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
h. Dada
Retraksi : Tidak ada
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
i. Payudara
Simetris : Kanan dan kiri
Pembesaran : Ada
Putting susu : Menonjol, terdapat lecet pada kedua
payudara
Benjolan : Tidak ada
93. 80
Pengeluaran : ASI Kolostrum
j. Punggung dan pinggang
Simetris : Ya, antara kiri dan kanan
Nyeri ketuk : Tidak ada
k. Abdomen
Benjolan : Tidak ada
Konsistensi : Keras pada daerah fundus
Kandung kemih : Kosong
Uterus: TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
l. Anogenital
Labia mayora / minora : Tidak oedema
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Pengeluaran vagina
Jenis Lochea : Lochea rubra
Warna : Merah segar
Bau : Khas, anyir
Perineum : Ada luka jahitan dan masih basah
Anus : Tidak ada hemoroid
m. Ekstremitas bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varices : Tidak ada
94. 81
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
HB : Tidak dilakukan
Golongan darah : Tidak dilakukan
b. Urine
Protein : Tidak dilakukan
Glukosa : Tidak dilakukan
4. Data Penunjang
Riwayat persalinan sekarang
a. Ibu
Tempat melahirkan : BPS Yunita Vero Miza, Amd.Keb
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 10 jam 15 menit
Catatan waktu
Kala I : 7 jam 35 menit
Kala II : 30 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
Jumlah : 10 jam 15 menit
Ketuban pecah pukul : 12.15 WIB
95. 82
Placenta
Lahir secara : Spontan
Perineum : Ruptur perineum, derajat 1
b. Bayi
Lahir tanggal/pukul : 08-04-2015 /14.35 wib
Jenis Kelamin : Perempuan
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 39 Minggu
96. 100
Tabel 3.2
MATRIKS
Tgl/ jam Pengkajian Interprestasi data DX potensial/
Masalah
potensial
Tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
Jumat 10
April
2015/10.00
wib
DS:
- Ibu mengatakan ini anak
yang pertama dan belum
pernah keguguran
- Ibu mengatakan telah
melahirkan pada tanggal
08-4-2015 pukul 14.35
wib
- Ibu mengatakan saat ini
payudaranya terasa nyeri
dan terdapat putting susu
lecet ada kedua
payudaranya
Do:
- Keadaan umum: baik
- Keadaan emosional :
stabil
- Kesadaran : compos
mentis,
- TTV-
Tekanan Darah : 110/70
mmHg
Respirasi : 23x
/menit
Dx: Ny. M umur 26 tahun
P1Ao 2 hari post partum
dengan putting susu lecet
Dasar
Ds :
- Ibu mengatakan ini anak
yang pertama dan belum
pernah keguguran
- Ibu mengatakan telah
melahirkan pada tanggal 08-
4-2015 pukul 14.35 wib
- Ibu mengatakan saat ini
payudaranya terasa nyeri
dan terdapat putting susu
lecet ada kedua payudaranya
Do:
- Keadaan umum: baik
- Keadaan emosional : stabil
- Kesadaran : compos mentis,
- TTV-
Tekanan Darah : 110/70
mmHg
Bendungan Asi 1.Perawatan
payudara
2. Tehknik
menyusui
yang baik
dan benar
1.Beri tahukan pada
ibu keadaan ibu
saat ini
2.Cari penyebab
putting susu lecet
1. Memberi tahukan pada
ibu mengenai keadaan
ibu saat ini baik yaitu
Tekanan darah ; 110/ 70
mmHg Nadi : 82 x/ menit
Pernafasan : 23 x/ menit
Suhu : 37,8o
C
TFU : 2 jari dibawah
pusat
Lochea :Rubra
2. Mencari penyebab
putting susu lecet apakah
ada kesalahan dalam
tekhnik menyusui,
monoliasis pada mulut
bayi yang menular pada
putting susu ibu, akibat
dari pemakaian sabun,
alcohol, krim atau zat
iritan lainnya untuk
mencuci putting, bayi
dengan lidah pendek,
menghentikan menyusui
dengan kurang hati –
hati.
1. Ibu sudah
mengerti
dengan
keadaan ibu
saat ini baik
2. Setelah
dilakukan
pengkajian
tentang
penyebab
putting susu
lecet
didapatkan
hasil bahwa
penyebabny
a adalah dari
tekhnik
menyusui
yang salah.
97. 84
Nadi : 82 x
/menit
Suhu: 37,8 o
C
- Payudara
a) Pembesaran: ada
b) Putting susu :
menonjol dan
terdapat lecet pada
kedua payudara
c) Benjolan : Tidak ada
d) Pengeluaran: ASI
Kolostrum
- TFU : 2 jari dibawah
pusat
- Lochea : Rubra
Respirasi : 23x
/menit
Nadi : 82 x
/menit
Suhu: 37,8 o
C
- Payudara
e) Pembesaran: ada
f) Putting susu : menonjol
dan terdapat lecet pada
kedua payudara
g) Benjolan : Tidak ada
h) Pengeluaran: ASI
Kolostrum
- TFU : 2 jari dibawah
pusat
- Lochea : Rubra
Masalah :
- Nyeri pada payudaranya
dan terdapat putting susu
lecet
Kebutuhan:
- Perawatan payudara
- Tehknik menyusui yang
benar
3.Lakukan dan
ajarkan cara
perawatan putting
susu lecet dengan
cara:
a) Olesi putting
susu dengan
asi akhir (hind
milk), tidak
menggunakan
sabun, krim
b) Beritahu ibu
Putting susu
yang sakit
dapat
diistirahatkan
untuk
sementara
waktu kurang
lebih 1x24
jam,dan
biasanya akan
sembuh sendiri
dalam waktu
sekitar 2x24
jam.
c) Beritahu ibu
Selama putting
susu
diistirahatkan,
sebaiknya ASI
tetap
3. Melakukan dan
mengajarkan cara
perawatan putting susu
lecet seperti:
a) .Mengolesi putting
susu dengan asi
akhir (hind milk),
tidak menggunakan
sabun, krim, alkohol,
ataupun zat iritan
lain saat
membersihkan
payudara
b) .Memberitahu ibu
Putting susu yang
sakit dapat di
istirahatkan untuk
sementara waktu +
1x24 jam, dan
biasanya akan
sembuh sendiri
dalam waktu sekitar
2 x 24 jam
c) Memberitahu ibu
Selama putting susu
diistirahatkan,
sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan
tangan, dan tidak
3. Perawatan
putting susu
lecet telah di
lakukan dan
ibu
mengerti
dengan cara
perawatan
putting susu
lecet
98. 85
dikeluarkan
dengan tangan,
dan tidak
dianjurkan
dengan alat
pompa karena
nyeri.
d) Beritahu ibu
Cuci payudara
sekali saja
sehari dan
tidak
dibenarkan
untuk
menggunakan
sabun
e) Berikan ASI
perah dengan
sendok atau
gelas jangan
menggunakan
dot
f) Beritahu ibu
Setelah terasa
membaik
mulai
menyusui
kembali mula-
mula dengan
waktu lebih
singkat
4. Ajarkan pada ibu
tekhnik menyusui
dianjurkan dengan
alat pompa karena
nyeri
d) Memberitahu ibu
Cuci payudara
sekali saja sehari
dan tidak
dibenarkan untuk
menggunakan sabun
e) Memberikan ASI
perah dengan
sendok atau gelas
jangan
menggunakan dot
f) Memberitahu ibu
Setelah terasa
membaik mulai
menyusui kembali
mula-mula dengan
waktu lebih singkat
4. Mengajarkan ibu
tekhnik menyusui
4. Ibu sudah
mengerti
99. 86
yang benar yang benar yaitu:
a) Cuci tangan
yang bersih
dengan sabun ,
keluarkan
sedikit asi dan
oleskan ke
sekitar putting ,
dengan posisi
duduk atau
berbaring santai.
b) Ibu harus
mencari posisi
yang nyaman,
biasanya duduk
tegak ditempat
tidur dan ibu
harus mersa
rileks dan
santai.
c) Lengan ibu
menompang
kepala leher dan
seluruh badan
bayi muka bayi
menghadap ke
payudara ibu
hidung bayi di
depan putting
susu ibu posisi
bayi harus
sedemikian rupa
sehingga perut
ibu bayi
seharusnya
berbaring
dan dapat
melakukan
tekhnik
menyusui
yang benar
sesuai yang
diajarkan
100. 87
dengan seluruh
tubuh
menghadap ibu
kepala harus
sejajar dengan
perutnya.
d) Mendekatkan
bayi
ketubuhnya dan
mengamati bayi
yang siap untuk
menyusu :
membuka
mulut, bergerak
mencari dan
menoleh bayi
harus berada
dekat dengan
payudara ibu.
e) Ibu menyetuh
putting susunya
kebibir bayi,
menunggu
hingga mulut
bayi terbuka
lebar kemudian
mengarahkan
putting susu ibu
hingga bibir
bayi dapat
menangkap
putting susu ibu,
ibu memegang
payudara
dengan satu
tangan dengan
101. 88
cara meletakkan
keempat jari
dibawah
payudara dan
ibu jari diatas
payudara ibu
jari dan telunjuk
harus
membentuk
huruf “C” dan
ibu jari tidak
boleh terlalu
dekat dengan
aerola.
f) Pastikan bahwa
sebagian besar
aerola masuk
kedalam mulut
bayi semua,
dagu rapat
kepayudara dan
hidungnya
menyetuh
bagian atau
payudara dan
bibir bawah
bawah bayi
melengkung
kerah luar.
g) Bayi diletakan
menghadap ibu
dengan posisi
sanggah seluruh
tubuh bayi
jangan hanya
leher dan
102. 89
5. Ajarkan
pada ibu
cara tekhnik
pengeluaran
asi
bahunya saja
h) jika bayi sudah
selesai
menyusu, ibu
harus
mengeluarkan
putting dari
mulut bayi
dengaan cara
memasukkan
jari kelingking
ibu diantara
mulut dan
payudara
i) Menyedawakan
bayi dengan
menyandarkan
di pundak atau
menenlungkupk
an bayi
melintang
dipangkuan ibu
kemudian
menepuk-nepuk
punggung bayi.
5. Mengajarkan ibu
cara tekhnik
pengeluaran asi
yaitu dengan cara:
a) Cuci tangan
sampai bersih
b) Pegang cangkir
bersih untuk
menampung ASI
5 Ibu
menger
ti cara
pengel
uaran
asi
103. 90
c) Condongkan
badan kedepan
dan sangga
payudara dengan
tangan
d) Letakkan ibu
jari pada batas
areola mamae
dan letakkan jari
telunjuk pada
batas areola
mamae bagian
bawah sehingga
berhadapan.
e) Tekan kedua jari
ini ke dalam ke
arah dinding
dada tanpa
menggeser letak
kedua jari tadi.
f) Pijat daerah
diantara kedua
jari tadi ke arah
depan sehingga
akan memeras
dan
mengeluarkan
ASI yang berda
di dalam sinus
lactiferous.
g) Ulangi gerakan
tekan, pijat dan
lepas beberapa
kali.
h) Setelah
pancaran ASI
berkurang,
pindahkan posisi
104. 91
6. Beritahu
pada ibu
nutrisi untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisnya
ibu jari dan
telunjuk tadi
dengan cara
diputar pada sisi
lain dari batas
aerola dengan
kedua jari selalu
berhadapan.
i) Lakukan
berulang- ulang
sehingga ASI
akan terperah
dari semua
bagian payudara.
j) Jangan memijat
atau menarik
putting susu,
karena ini tidak
akan
mengeluarkan
ASI dan akan
menyebabkan
rasa sakit.
6. Memberi tahu pada
ibu tentang nutrisi
Berupa makanan
yang mengandung
zat besi untuk
memperbanyak
keluarnya asi
berupa makanan
hijau seperti daun
katu, daum bayam,
kangkung, dan
protein nabati
6 Ibu
menger
ti
tentang
memen
uhi
kebutu
han
nutrisi.
105. 92
7. Beritahu ibu
tentang
kebutuhan
istirahat
yang cukup
8. Anjurkan
ibu untuk
selalu
memberikan
asi pada
bayinya
secaraon-
demand
berupa tempe, tahu,
kacang-kacangan,
berupa protein
hewani seperti ikan,
telur, daging, untuk
mempercepat
pemulihan sel-sel
tubuh ibu setelah
persalinan.
7. Memberitahu ibu
tentang kebutuhan
istirahat yang
cukup yaitu 8 jam
pada malam hari
dan 1 jam pada
siang hari, dan
menganjurkan pada
ibu untuk tidur saat
bayinya tertidur.
8. Menganjurkan pada
ibu untuk selalu
memberikan asi
pada bayinya secara
on-demand ( tidak
terjadwal )
7 Ibu
sudah
menget
ahui
tentang
kebutu
han
istiraha
t yang
harus
dipenu
hinya.
8 Ibu
bersedi
a untuk
membe
rikan
asi
pada
bayiny
a
106. 93
Selasa 14
April
2015
16.00 wib
DS:
- Ibu mengatakan
telah melahirkan
pada tanggal 08-4-
2015
- Ibu mengatakan
putting susunya
sudah mulai
membaik dan
masih sedikit
Nyeri pada putting
saat menyusui
DO:
- Keadaan umum:
baik
- Keadaaan
Emosional: stabil
- Kesadaran:
composmentis
- TTV:TD: 110/70
N:82X/Mnt
RR:23x/Mnt
S:36,8o
C
- Putting susu masih
lecet sedikit
- Masih terasa nyeri
saat menyusui
- TFU : pertengahan
pusat- sympisis
- Lochea :
Sanguilenta
Dx:Ny. M umur 26 tahun P1
A0 6 hari post partum dengan
putting susu lecet
Dasar
Ds :
- Ibu mengatakan telah
melahirkan pada
tanggal 08-4-2015
- Ibu mengatakan
putting susunya
sudah mulai
membaik dan masih
sedikit
Nyeri pada putting
saat menyusui
DO:
- Keadaan umum: baik
- Keadaaan
Emosional: stabil
- Kesadaran:
composmentis
- TTV:TD: 110/70
N:82X/Mnt
RR:23x/Mnt
S:36,8o
C
- Putting susu masih
lecet sedikit
Masih terasa nyeri
saat menyusui
- TFU : pertengahan
pusat- sympisis
- Lochea :
Sanguilenta
Bendungan ASI Tidak ada 1. Beritahu
keadaaan ibu saat
ini
2. Tanyakan
apakah ibu
sudah
melakukan
tekhnik
menyusui yang
benar
1. Memberitahu keadaaan
ibu saat ini
yaitu:TD:110/70 mmHg
N:82X/Mnt
RR:23X/Mnt
S: 36,8o
C
TFU : Pertengahan
pusat simpisis
Lochea : Sanguelenta
2. Mengevaluasi tentang
tekhnik menyusui yang
benar
a) Cuci tangan
yang bersih
dengan sabun ,
keluarkan
sedikit asi dan
oleskan ke
sekitar putting ,
dengan posisi
duduk atau
berbaring santai.
b) Ibu harus
mencari posisi
yang nyaman,
biasanya duduk
tegak ditempat
tidur dan ibu
harus mersa
rileks dan
santai.
c) Lengan ibu
menompang
kepala leher dan
seluruh badan
1. ibu mengerti
dengan
kondisinya
saat ini dan
keadaan
bayinya
2. ibu mengerti
tentang
tehknik
menyusui
yang benar
107. 94
Masalah :
- Nyeri pada payudara
dan putting susu sedikit
lecet
Kebutuhan :
- Perawatan payudara
- Tehknik menyusui yang
benar
bayi muka bayi
menghadap ke
payudara ibu
hidung bayi di
depan putting
susu ibu posisi
bayi harus
sedemikian rupa
sehingga perut
ibu bayi
seharusnya
berbaring
dengan seluruh
tubuh
menghadap ibu
kepala harus
sejajar dengan
perutnya.
d) Mendekatkan
bayi
ketubuhnya dan
mengamati bayi
yang siap untuk
menyusu :
membuka
mulut, bergerak
mencari dan
menoleh bayi
harus berada
dekat dengan
payudara ibu.
e) ibu menyetuh
putting susunya
kebibir bayi,
menunggu
hingga mulut
108. 95
bayi terbuka
lebar kemudian
mengarahkan
putting susu ibu
hingga bibir
bayi dapat
menangkap
putting susu ibu,
ibu memegang
payudara
dengan satu
tangan dengan
cara meletakkan
keempat jari
dibawah
payudara dan
ibu jari diatas
payudara ibu
jari dan telunjuk
harus
membentuk
huruf “C” dan
ibu jari tidak
boleh terlalu
dekat dengan
aerola.
f) Pastikan bahwa
sebagian besar
aerola masuk
kedalam mulut
bayi semua,
dagu rapat
kepayudara dan
hidungnya
menyetuh
bagian atau
payudara dan
109. 96
bibir bawah
bawah bayi
melengkung
kerah luar.
g) Bayi diletakan
menghadap ibu
dengan posisi
sanggah seluruh
tubuh bayi
jangan hanya
leher dan
bahunya saja
h) Jika bayi sudah
selesai
menyusu, ibu
harus
mengeluarkan
putting dari
mulut bayi
dengaan cara
memasukkan
jari kelingking
ibu diantara
mulut dan
payudara
i) Menyedawakan
bayi dengan
menyandarkan
di pundak atau
menenlungkupk
an bayi
melintang
dipangkuan ibu
110. 97
3. Beri tahukan
pada ibu
pentingnya asi
eksklusif.
4. Evaluasi
tentang
kecukupan
nutrisi ibu.
5. Evaluasi
tentang
kecukupan
istirahat ibu
kemudian
menepuk-nepuk
punggung bayi.
3. Memberitahukan pada ibu
tentang pentingnya asi
eksklusif yaitu asi
mengandung zat
pelindung, membantu
perkembangan fisik
motorik lebih cepat, kalori
dari asi memenuhi
kebutuhan bayi sampai
bayi berumur 6 bulan
4. Mengevalusi tentang
kecukupan nutrisi ibu,
apakah ibu sudah
memenuhi kebutuhan
nutrisinya
5. Mengevaluasi tentang
kecukupan istirahat ibu,
apakah ibu sudah
mencukupi kebutuhan
istirahatnya.
3. Ibu mengerti
tentang
pentingnya asi
eksklusif
4. Kebutuhan
nutrisi ibu
telah terpenuhi
sesuai yang
telah
dianjurkan
5. Kebutuhan
istirahat ibu
telah terpenuhi
sesuai dengan
yang telah
dianjurkan.
Jumat 17
April 2015/
13.00 IB
Ds
Ibu mengatakan putting
susunya tidak lecet lagi
Do
- Keadaan umum: baik
- Keadaan emosional :
stabil
Dx: Ny. M umur 26 tahun
P1Ao 9 hari post partum
Dasar
Ds :
- Ibu mengatakan putting
susunya tidak lecet lagi
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kan
pada ibu
keadaan ibu saat
ini
1. Memberi tahu ibu
keadaan ibu saat ini
sudah baik yaitu
Tekanan Darah: 110/70
mmHg
Respirasi : 23x
/menit
Nadi : 82x
/menit
Suhu: 36,6o
C
1. Ibu mengerti
dengan
keadaannya
saat
111. 98
- Kesadaran : compos
mentis,
- TTV
Tekanan Darah :110/70
mmHg
Respirasi : 23x
/menit
Nadi : 82x
/menit
Suhu: 36,6o
C
- Payudara
Putting susu : menonjol
Nyeri tekan : tidak ada
- TFU : Tak teraba
diatas sympisis
- Lochea : Serosa
Do
- Keadaan umum: baik
- Keadaan emosional : stabil
- Kesadaran : compos
mentis,
- TTV
Tekanan Darah :110/70
mmHg
Respirasi : 23x
/menit
Nadi : 82x
/menit
Suhu: 36,6o
C
- Payudara
Putting susu : menonjol
Nyeri tekan : tidak ada
- TFU : Tak teraba diatas
sympisis
- Lochea : Serosa
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
2. Evaluasi pada ibu
sudah mengerti
mengenai tekhnik
menyusui
3. Evaluasi pada
ibu apakah ibu
telah mengerti
cara tekhnik
pengeluaran asi
4. Evaluasi pada
ibu pentingnya
ASI esklusif
Dan putting susu sudah
tidak lecet lagi
TFU tak teraba diatas
simpisis
Lochea serosa
2. Mengevaluasi pada ibu
apakah ibu telah
mengerti tekhnik
menyusui yang benar
dan menganjurkan ibu
untuk melakukannya
3. Menanyakan pada ibu
apakah ibu telah
mengerti cara
pengeluran asi dan
menganjurkan ibu untuk
melakukannya
4. Menanyakan pada ibu
apakah pentingnya ASI
esklusif
2. Ibu sudah
mengerti
mengenai
tekhnik
menyusui
3. Ibu sudah
mengerti cara
pengeluaran
asi
4. Ibu
mengatakan
sudah
mengerti
pentingnya
ASI bagi
bayinya, yaitu
untuk
pemenuhan
pertumbuhan
dan
perkembangan
bayinya.
112. 99
5. Anjurkan pada
ibu untuk
melakukan
kunjungan ulang
4 hari kemudian
pada tanggal 21 –
04 – 2015 atau
apabila ibu ada
keluhan
5. Menganjurkan pada ibu
untuk melakukan
kunjungan ulang 4 hari
kemudian pada tanggal
21 – 04 – 2015 ketenaga
kesehatan jika terdapat
keluhan
5. Ibu mengerti
dan akan
bersedia
melakukan
kunjungan
ulang
113. 100
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan data dasar
4.1.1 Pengkajian
Pada pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dasar
tentang keadaan pasien pada Ny.Musia 26 tahun P1A0 dengan putting
susu lecet dan didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Data Subjektif
1. Umur ibu
a. Tinjauan teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi pendarahan dalam masa nifas.
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny. M berusia 26 tahun.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori tidak terjadi kesenjangan pada usia ibu.
Karena usia 26 tahun sudah dianggap matang baik organ
reproduksi ibu maupun dari psikis ibu tidak mengalami perdarahan
pada masa nifasnya.