SlideShare a Scribd company logo
1 of 135
Download to read offline
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. T
UMUR 19 TAHUN P1 A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS NURHASANAH Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Pada Prodi DIII Kebidanan
Akbid Adila Bandar Lampung
DISUSUN OLEH :
HABIBAH
201207086
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2
PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 07 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Nesia Catur Hutami, S.ST, M.KES Ratna Wati, S.ST
NIK.0114028902 NIK. 11210042
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK.2011041008
ii
3
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. T
UMUR 19 TAHUN P1 A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS NURHASANAH Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Habibah, Puspita Dewi,S.SST, M.Kes, Margareta Rinjani S.ST
Intisari
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2
jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Berdasarkan data
SDKI tahun 2012 terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat
melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar
(59,78% ) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun. Asuhan masa
nifas diberikan karena diharapkan ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya
untuk menyesuaikan perannya sebagai ibu. mampu memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas
6 jam post partum terhadap Ny. T.
Metode penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di BPS Nurhasanah Amd.Keb jl ikan bawal
gudang lelang teluk betung. Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu
Ny.T umur 19 tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2015. Format yang
digunakan adalah format asuhan kebidanan menurut Varney. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah data primer dan sekunder.
Dari hasil Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan hasil ibu dalam keadaan sehat, rasa mulas pada
perut ibu tidak dirasakan lagi dan tidak ada penyulit yang berhubungan dengan masa nifas
terhadap Ny. T umur 19 tahun 6 Jam Post Partum di BPS Nurhasanah Amd.Keb Bandar Lampung.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan bagi tempat praktek terutama bagi bidan
serta tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti
penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE
Kata Kunci : Asuhan Nifas, 6 jam post partum
Kepustakaan : 14 referensi
Jumlah halaman : 115
iii
4
CURICULUM VITAE
Nama : Habibah
Nim : 201207086
Tempat/tanggal lahir : Bandar Lampung, 23 September 1994
Alamat : Jl Yos Sudarso Tanjung Pura II Pidada II no 05 panjang
utara Bandar Lampung
Institusi : Akademi kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : Ke VII
Biografi : Anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak Nur
khamid dengan ibu Nikmah
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Aisyah Panjang Utara Bandar Lampung tahun 1999-2000
2. SD Negeri 1 Panjang Utara Bandar Lampung tahun 2000-2006
3. SMP Negri 11 Bandar Lampung tahun 2006-2009
4. SMK Negri 1 Bandar Lampung Tahun 2009-2012.
5. Penulis Sekarang Terdaftar Sebagai Mahasiswa Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung Tahun 2012 Hingga Sekarang.
iv
5
MOTO
Sabar dalam mengatasi kesulitan adalah KUNCI utama dari
kesuksesan yang ingin diraihnya
Habibah
v
6
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis ucapkan terimakasih kepada Tuhan YME yang selalu
mendampingi setiap langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Study kasus ini,dan dibalik penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis
memberikan persembahan kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik
secara langsung maupun tidak langsung.
1. Terima kasih buat kedua orang tua ku Mama tercinta (Nikmah) dan Bapak
tercinta (Nur Khamid) yang selalu memberikan semangat dan mendoakan aku
disetiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta mengharapkan setiap
keberhasilan yang penulis lakukan
2. Terima kasih buat ade ku tercinta (Nur Azizah) yang telah memberikan support
dan doanya terima kasih juga yang selama ini mau mendengarkan cerita-cerita
ku.Terima kasih buat keluarga besar tercinta yang selalu memberikan doa dan
dukungannya selama aku menyelesaikan kuliah ini.
3. Pembimbing Akademik ku yang selalu membimbingku, memberikan nasehat
dan ilmu nya tanpa pamrih ibu Puspita Dewi S.ST, M.Kes dan Margareta
Rinjani S.ST
4. Almamater tercinta Akademi kebidanan ADILA Bandar lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
vi
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam
bentuk studi kasus kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
pada Ny. T umur 19 tahun P1 A0 6 jam post partum di BPS Nurhasanah,
Amd.Keb Bandar Lampung”
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
menulis Karya Tulis Ilmiah, penulis banyak menerima bantuan. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr.Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Puspita Dewi S.ST, M.Kes selaku pembimbing 1 Karya Tulius Ilmiah.
3. Margareta Rinjani S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah.
4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam studi kasus ini yang tidak
bisa disebut satu persatu.
Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Bandar Lampung, Juli 2015
Penulis
vii
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………….…. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………..…….. ii
INTISARI………………………………..……………...…….. iii
CURICULUM VITATE…………………………………....... iv
MOTO………………………………………………………..... v
PERSEMBAHAN………………………………………..…..... vi
KATA PENGANTAR……………………………………….... vii
DAFTAR ISI……………………………………………........... viii
DAFTAR TABEL…………...………………………................ x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
1.6 Metedologi dan Teknik Memperoleh Data ................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis Masa Nifas ............................................ 8
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan …..................................... 49
2.3 Landasan Hukum Wewenang Bidan ....................................... 63
BAB III STUDI KASUS
3.1 Pengkajian ........................................................................... 67
3.2 Matriks ................................................................................ 77
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .............................................................................. 86
4.2 Data objektif............................................................................ 92
viii
9
4.3 Interprestasi Data ................................................................... 100
4.4 Diagnosa Potensial ................................................................ 102
4.5 Antisipasi Masalah …............................................................ 103
4.6 Perencanaan …...................................................................... 104
4.7 Pelaksanaan …....................................................................... 107
4.8 Evaluasi …............................................................................. 111
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan …............................................................................ 116
5.2 Saran …................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebijakan program nasional masa nifas ....................... 12
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri ...................................................... 30
Tabel 3.1 Matriks .......................................................................... 77
x
11
DAFTAR TABEL
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Konsul
Lampiran 3 : Dokumentasi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu ( Dewi dan Sunarsih, 2013).
Asuhan ibu nifas yang diberikan guna meningkatkan kesejahteraan fisik
dan psikologis bagi ibu dan bayi, adanya pencegahan, diagnosa dini, dan
pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila perlu,
mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk
mampu melaksanakan peranannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus, mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan
anak, serta peningktan pengembangan hubungan baik antara ibu dan anak
(Sulistyawati, 2009).
Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 kematian
perempuan meningkat akibat persalinan, sebanyak 99% kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio
kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO 2010).
Berdasarkan data SDKI tahun 2012 terlihat bahwa kasus kematian ibu
(kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak
179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat
1
2
persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun.Kasus kematian ibu
tertinggi ada di Kota Bandar Lampung.Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi
Lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain
(Profil Dinas Kesehatan Provinsi lampung Tahun 2012 (29-04-2015 ; 17:56
WIB).
Menurut data dari Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar lampung
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari Kabupaten kota tahun 2012
sebesar 115,8 per 100.000 Kelahiran Hidup (Profil Dinas Kesehatan Provinsi
lampung Tahun 2012(29-04-2015 ; 17:56 WIB).
Asuhan masa nifas diberikan karena diharapkan ibu akan mendapatkan
fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan perannya sebagai ibu
dan kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat
terdeteksi sehingga penanganannya pun akan lebih maksimal
(Sulistyawati,2009;).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayi, fisik maupun psikologisnya, melaksanakan skrining yang
komprehensif mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya, memberikan pendidikan kesehatan,tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, kb, menyusui, pemberian imunisasi dan
perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana (Ambarwati,
2010).
Berdasarkan hasil pra survey di BPS Nurhasanah Gudang Lelang Teluk
Betung pada tanggal 28 April 2015 Ny. T melahirkan di BPS Nurhasanah pada
3
saat di lakukan pengkajian Ny. T mengatakan tidak mengetahui tentang cara
perawatan setelah melahirkan.
Dengan adanya data dan fenomenal yang terjadi diatas penulis tertarik
untuk mengambil Studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Ny. T
umur 19 tahun P1 A0 post partum 6 jam di BPS Nurhasanah, Amd.Keb Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post
partum terhadap Ny. T umur 19 tahun P1 A0 di BPS Nurhasanah
Amd.Keb.
1.3Tujuan Penulis
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam
post partum terhadap Ny. T Umur 19 Tahun P1A0 di
BPS. Nurhasanah Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung Tahun
2015.
1.3.2.Tujuan Khusus
1.3.2.1 Penulis mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan
pada kasus ibu nifas 6 jam khususya pada
Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb.
1.3.2.2 Penulis mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga
mampu menyusun diagnosa kebidanan, masalah dan
4
kebutuhan pada ibu nifas khususya pada Ny. T umur 19 Tahun
P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb.
1.3.2.3 Penulis mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu
nifas khususya pada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS
Nurhasanah Amd.Keb.
1.3.2.4 Penulis mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera pada asuhan kebidanan
ibu nifas khususya pada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di
BPS Nurhasanah Amd.Keb.
1.3.2.5 Penulis mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu
nifas khususya pada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS
Nurhasanah Amd.Keb.
1.3.2.6 Penulis mampu melaksanakan Asuhan kebidanan pada ibu
nifas khususnyapada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS
Nurhasanah Amd.Keb.
1.3.2.7 Penulis mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan
kasus ibu nifas khususya pada Ny. T umur 19 Tahun P1A0 di
BPS Nurhasanah Amd.Keb.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu
Ny.T umur 19 tahun.
5
1.4.2 Tempat
Penelitian dilakukan di BPS Nurhasanah Amd.Keb jl ikan bawal
gudang lelang teluk betung Bandar Lampung
1.4.3 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2015.
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Instansi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian serta dapat dijadikan
sebagai sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai bahan
referensi berikutnya khususnya dalam penatalaksanaan 6 jam post
partum .
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan
bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang
berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti
penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE.
1.5.3. Bagi Ny. T
Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan bagi Ny. T dalam
penatalaksanaan 6 jam post partum sehingga ibu telah mengerti
tentang perawatan ibu selama masa nifas
6
1.5.4.Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
mengaplikasikan pendidikan penulis khususnya tentang
penatalaksanaan 6 jam post partum pada ibu nifas.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Metodologi penelitian
Metode yang digunakan penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini
adalah metode pennelitian survei deskriktif yang dapat didefinisikan
sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenimena yang terjadi dan untuk
menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait
dengan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam
komunitas tertentu. (Notoatmodjo, 2012; h. 35-36)
1.6.2 Tehnik Memperoleh Data
a. Data Primer
1. Wawancara
Salah satu metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan
data adalah dengan wawancara, dimana penulis mendapat
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden), dan bercakap-cakap dengan
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi
data diperoleh langsung dari responden melalui suatu
pertemuan atau percakapan. (Notoatmodjo, 2012; h. 139).
7
Wawancara dilakukan dengan cara :
a) Auto anamnesa
Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien
mengenai penyakitnya.
b) Allo anamnesa
Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau orang lain
mengenai penyakit klien (Sulistyawati, 2009).
2. Pengkajian fisik
Adalah pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki
(Ambarwati,.2008,h;139).
b. Data Sekunder
1. Study pustaka
Penulis mencari dan mengumpulkan serta mempelajari
referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas
yakni Asuhan Nifas dari beberapa buku dan informasi
internet.
2. Studi Dokumentasi
Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan
klien yang bersumber dari catatan bidan, maupun sumber
lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan
diagnostik, atau melihat data dari rekam medis
(Notoatmodjo, 2005).
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 PengertianMasa nifas
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa Nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu.
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil dan
membutuhkan jangka waktu tertentu (Dewi dan Sunarsih, 2013: h 1).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Saleha, 2009: h 4).
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiyah dan
Yulianti, 2011; h 1).
8
9
2.1.2 Prinsip dan sasaran asuhan masa nifas
Prinsip asuhan kebidanan pada ibu masa nifas hendaknya yang
bermutu tinggi serta menyesuaikan terhadap budaya setempat yang
tidak berpengaruh negatif terhadap kesehatan ibu, jika dijabarkan
lebih luas sasaran asuhan kebidanan masa nifas meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologi
b. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun
psikis
c. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan hubungan
antara ibu dan anak yang baik
d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan
ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya
khusus
e. Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu
f. Merujuk ibu ke dokter sepesialis bila perlu (Dewi dan Sunarsih, 2013;
h 1)
2.1.3 Tujuan asuhan masa nifas
2.1.3.1 Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis
dimana asuhan pada masa nifas ini peran keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayi
10
2.1.3.2 Melaksanakan skrining yang komperhensif dimana bidan harus
melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas
secara sistematis mulai dari pengkajian data subyektif,
obyektif maupun penunjang
2.1.3.3 Setelah bidan melaksanakan pengkajian bidan harus
menganalisa data tersebut agar tujuan masa nifas ini dapat
mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
2.1.3.4 Mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan
bayi, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat
langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas
dapat dilaksanakan.
2.1.3.5 Memberikan pedidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui yang benar,
pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
(Rukiyah dan Yulianti, 2011; hal.3)
2.1.4 Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi:
a. Puerpurium Dini
Masa Kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan
b. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-
8 minggu
11
c. Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
bahkan tahunan (Sulistyawati, 2009; h 5).
2.1.5 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
a. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
c. Memfasilitai hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h 3).
12
2.1.6 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah
persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang
baru lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil
2 6 hari setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan
dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperhatikan tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah
persalinan
Sama seperti di atas.
4 6 minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan
yang ia atau bayinya alami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Table 2.1.Kebijakan program nasional masa nifas ( Sulistyawati, 2009; h 6-7).
2.1.7 Laktasi dan menyusui
2.1.7.1 Anatomi Dan Fisiologi Payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV,
secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea
aksilaris medialis. (Rukiyah dan Yulianti, 2011). Payudara
adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
13
bayi. Manusia memiliki sepasang kelenjar payudara yang
beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat
menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia
yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara
normal tidak berkembang kecuali jika dirangsang oleh
hormon. Pada wanita tetap berkembang setiap pubertas
sedangkan selama hamil terutama berkembang pada saat
menyusui (Dewi dan Sunarsih, 2013;h 7).
2.1.7.2 Proses laktasi dan menyusui
Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusu dini,
dimana ASI baru keluar akan keluar setelah ari-ari atau
plasenta lepas, hormon plasenta mengandung hormon
penghambat yaitu prolaktin yang menghambat proses
pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon plasenta
tersebut tidak diproduksi lagi sehingga air susu keluar.
14
Umumnya air susu keluar 2-3 hari setelah melahirkan (Saleha,
2009; h.11).
2.1.7.3 Struktur payudara
a. Struktur makrokospikdari payudara
1. Cauda aksilaris
Jaringan yang meluas kearah aksila
2. Aerola
Daerah lingkaran yang mengalami hiperpigmentasi.
Aerola pada masing-masing payudara memiliki garis
tengah kira-kira 2,5 cm letaknya mengelilingi puting
dan berwarna gelap selama hamil warna akan menjadi
gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya
3. Papila mamae
Papila mamae terletak setinggi kosta keempat. Pada
tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan
muara dari duktus lakteferus, ujung-ujung serat saraf,
pembuluh darah, pembuluh getah bening serat-serat otot
polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada
kontraksi duktus lakteferus akan memadat dan akan
menyebabkan puting susu ereksi
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h 7-9).
b. Struktur mikrokopis dari payudara
Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi
dan tersusun atas bangunan-bangunan sebagai berikut:
15
1. Alveoli
Merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
2. Duktus laktiferus
Saluran sentral yang merupakan muara dari beberapa
tubulus lakteferus
3. Ampula
Bagian dari duktus laktiferus yang melebar merupakan
tempat penyimpan air susu. Ampula terletak dibawah
aerola.
4. Tubulus
Jaringan yang meluas dari ampula sampai ke papila
mamae
(Dewi dan Sunarsih, 2013, h 9) .
c. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang
menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan,
kamar, atau tempat secara bersama-sama dan tidak
dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Tujuan dilakukannya rawat gabung ini adalah sebagai
berikut:
1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap
saat atau kapan saja saat dibutuhkan
2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas
16
3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam
merawat bayinya
4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan
merawat bayinya secara baik dan benar
5. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional
Sedangkan untuk manfaat bisa didapatkan jika dilakukan
rawat gabung pada ibu dan bayi sebagai berikut :
1. Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah
untuk melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan
sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari
pasien lain atau petugas kesehatan.
2. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera
disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini
merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi
mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi
ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin yang
dapat membantu proses fisiologis involusi rahim.
3. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjadi proses lekat
akibat sentuhan badan antar a ibu dan bayi. Hal tersebut
17
akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan
oleh bayi.
4. Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga
mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari
rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan
mendapat bimbingan mengenai cara menyusui secara
benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan
bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat
menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri setelah pulang dari RS.
5. Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi
rumah sakit, terutama RS pemerintah, hal tersebut
merupakan suatu penghematan terhadap anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu,
dot, serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban
perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar
dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
18
6. Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat
menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi,
serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu
maupun bayinya (Dewi, 2011; h 18-19).
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan
menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera
setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini
ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari
payudara.
Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di
perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan
dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui
lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia
berhasil menyusui.
Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut.
1. Dalam 30 menit pertama stadium istirahat/diam dalam
keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak
bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat
ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan
penyesuain peralihan dari keadaan dalam kandungan.
Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar
pertumbuhan bayi dalam suasana aman.
19
2. Antara 30-40 menit mengeluarkan suara, gerakan mulut
seperti ingin minum, mencium, dan menjilat tangan.
Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk
menemukan payudara dan putting susu ibu.
3. Mengeluarkan air liur saat menyadari bahwa ada
makanan di sekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya.
4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai
sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-
jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada
ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan
meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan
tangannya yang mungil.
5. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka
mulut lebar, dan melekat dengan baik (Saleha, 2009; h
28-31).
e. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peran yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu
ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah
masalah-masalah umum terjadi, dukungan dalam
pemberian ASI dengan cara berikut:
1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir
selama beberapa jam pertama
20
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu
untuk mencegah masalah umum yang timbul
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama
(rawat gabung), manfaat dari rawat gabung adalah
sebagai berikut:
a) Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah
bayi menyusu setiap saat tanpa rejadwal. Dengan
demikian, semakin sering bayi menyusu, maka ASI
segera keluar.
b) Aspek fisiologis
Bila bayi selalu dekat dengan ibunya, maka bayi lebih
sering disusui. Hal ini mengakibatkan bayi mendapat
nutrisi alami dan kecukupan ASI.
c) Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara
ibu dan bayi atau proses lekat (early infont mother
bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan
badaniah ibu dan bayi.
d) Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu
dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya
21
sendiri pasca melahirkan. Pada saat ini lah dorongan
suami dan keluarga sangat di perlukan oleh ibu.
e) Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada
ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit
maupun pemerintah
f) Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat meliahat
perubahan fisik atau perilaku bayinya yang
menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera
menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada
hal-hal yang dianggap tidak wajar
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
6. Membersihkan kolostrum dan ASI saja
7. Menghindari susu botol dan dot empen (Dewi, 2011;h
15-17).
f. Manfaat pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera
sampai berumur sedikitnya 2 tahun akan memberikan
banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu maupun masyarakat
pada umumnya
22
a.Manfaat bagi bayi
Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan
bayi dan perkembangan kecerdasannya, pertumbuhan sel
otak secara optimal ,mudah dicerna, penyerapan lebih
sempurna, mengandung zat anti diare, protein ASI adalah
spesifik species sehingga jarang menyebabkan alergi
untuk manusia, membantu pertumbuhan gigi,
mengandung zat antibody mencegah infeksi, merangsang
pertumbuhan sistem kekebalan tubuh, dan mempererat
ikatan batin ibu dan bayi
b.Bagi ibu
Manfaat untuk ibu yakni : mudah, murah, praktis,
mempercepat involusi uterus, mengurangi perdarahan,
mencegah kehamilan, meningkatkan rasa kasih sayang ,
mengurangi penyakit kanker (Rukiyah dan
Yulianti, 2011; h. 17-18).
c.Bagi semua orang
1) ASI selalu bersih dan bebas hama yang menyebabkan
infeksi
2) Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus
3) ASI selalu tersedia dan gratis
4) Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih
kembali akan memperoleh perlindungan sepenuhnya
23
dari kemungkinan hamil (Sulistyawati, 2009; h 17-
18).
d.Manfaat bagi negara
1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian
obat-obatan
2) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu
formula dan perlengkapan menyusui
3) Mengurangi polusi
4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas (Saleha, 2009; h 33).
g. Stadium ASI
ASI dibedakan menjadi 3 stadium yaitu sebagai berikut:
1) Kolostrum
Cairan pertama yang diperboleh bayi pad ibunya
adalah kolostrum yang mengandung campuran kaya
akan protein, mineral, antibodi dari pada ASI yang
telah matang. ASI dimulai ada kira-kira pada hari ke 3
atau hari ke 4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang
matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir.
Kolostrum merupakan cairan dengan viskosis kental,
lengket, dan berwarna kekuningan. (Dewi dan
Sunarsih, 2013; h. 20)
Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.
Namun dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang
24
baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya
gizi dan antibiotik pembunuh kuman. (Saleha, 2009;
h. 11)
Dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:
a.Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga
saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.
b.Mengandung kadar protein yang tinggi terutama
gama globulin sehingga dapat memberikan
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c.Mengandung zat antibodi sehingga mampu
melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi
untuk jangka waktu s/d 6 bulan. (Saleha, 2009; h.
25)
2) ASI transisi
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai ASI matang, yaitu sejak hari ke 4
sampai hari ke 10. Selama 2 minggu, volume air susu
bertambah banyak dan berubah warna, serta
komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein
menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3) ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya.
ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI
matur relatif konstan, tidak mengumpal bila
25
dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau
lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih
encer, serta mempunyai kandungan lemak rendah,
tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air (Dewi
dan Sunarsih, 2013; h. 20-21).
h. Cara Menyusui Yang Benar
Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara
memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi
ibu dan bayi dengan benar. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.30)
Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar:
1. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya.
3. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi
diletakkan pada lekungan siku ibu dan bokong bayi
diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu.
4. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan
yang satu didepan.
5. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara
26
6. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
7. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
8. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat
jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola
9. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting
reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu
atau menyentuh sisi mulut bayi
10. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
diletakkan ke payudara ibu dengan putting serta areol
dimasukkan kemulut bayi
11. Melepas isapan bayi
a. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa
kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara
yang lain. Cara melepas isapan bayi:
1) Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi
melalui sudut mulut atau
2) Dagu bayi ditekan kebawah
b. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang
belum terkosongkan (yang dihisap terakhir)
c. Setelah selesai menyusui, ASI dikelurkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan areola
sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 38-40)
27
d. Menyendawakan bayi tujuan menyendawakan bayi
adalah mengeluarkan udara dari lubang supaya bayi
tidak muntah (gumoh-jawa) setealh menyususi.
Cara menyendawakan bayi:
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada
bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan
2) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas
pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi
sampai bayi bersendawa. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h.40).
i. Memerah dan Meyimpan ASI
Cara memerah ASI adalah sebagai berikut:
a. Letakkan ibu jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari areola.
Usahakan untuk mengikuti aturan tersebut sebagai
panduan, apalagi ukuran dari areola tiap wanita sangat
bervariasi. Tempatkan ibu jari diatas areola pada
posisi jam 12 dan jari lainnya pada posisi jam 6.
b. Dorongan kearah dada, hindari meregangkan jari.
Bagi ibu yang payudaranya besar, angkat dan dorong
kearah dada
c. Gulung menggunakan ibu jari lainnya secara
bersamaan
28
d. Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan
gudang ASI hingga kosong. Jika dilakukan dengan
tepat maka ibu tidak akan kesakitan saat memerah
e. Putar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI
lainnya. Demikian juga saat memerah payudara
lainnya, gunakan kedua tangan. (Sulistyawati, 2009;
h. 39-40)
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa
saat dengan syarat sebagai berikut:
1) Di udara bebas/terbuka :6-8 jam
2) Di lemari es (4c) :24 jam
3) Di lemari pendingin/beku (-18C) :6 bulan
(Saleha, 2009; h. 28)
Mencairkan ASI beku dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1) Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang
atau panci kecil
2) Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat
tersebut. ASI akan mencair dalam waktu kurang
dari 5 menit. ( Saleha, 2009; h. 27).
29
2.1.8 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
2.1.8.1 Perubahan Sistem Reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna
berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada
masa ini terjadi perubahan penting lainnya, perubahan-
perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut: (Saleha,
2009 h 53).
a. Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih
pertengahan antara umbilicus dan simpisis, atau sedikit
lebih tinggi. Kontraksi adalah sama dengan kontraksi
sewaktu persalinan, hanya saja sekarang tujuannya berbeda.
Sebagaimana diketahui, ketika uterus berkontraksi, seorang
wanita akan merasakan mules. Inilah yang disebut nyeri
setelah melahirkan. Hal ini akan berlangsung 2 hingga 3
hari setelah melahirkan (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h
141).
b. Bagian bekas implantasi plasenta
Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas
12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar
bermuara. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan
trombosis disamping pembuluh darah tertutup karena
30
kontraksi otot rahim. Bekas luka implantasi dengan cepat
mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir
masa nifas sebesar 2 cm. Lapisan endrometrium dilepaskan
dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokia. Lokia
bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis
endrometrium dan luka akan sembuh 6-8 minggu postpartum.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 75-76).
Tabel 2.1Tinggi fundus uteri dan berat uterus
menurut masa involusi
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram
Sumber : ( Dewi dan Sunarsih, 2013; h 57 ).
c. Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin
lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. (Dewi dan
Sunarsih, 2013; h 57)
d. Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks
agak menganga seperti corong, seger setelah bayi lahir.
Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
31
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara
korpus dan serviks berbentuk semacam cicin (Sulistyawati,
2009;h 77).
e. Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,
antara lain :
1. Autolysis
Merupakan proses peenghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan
lima kali lebarnya dari sebelum hamil
2. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferase dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai
reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan placenta
3. Efek Oksitosin
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intrauteri
yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari
32
kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu
proses homeostatis (Sulistyawati, 2009; h 75).
4. Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina selama masa nifas (Saleha,2009: h 55).
Jenis-jenis lokia berdasarkan warna dan waktu keluarnya
a. Lokia rubra atau merah (cruenta) lokia ini muncul
pada hari pertama sampai hari ke empat masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium
b. Lokia sanguinolenta
Lokia ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir,
serta berlangsung dari hari ke empat sampai hari
ketujuh post partum
c. Lokia serosa
Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau
laserasi plasenta. Keluar pada hari ke tujuh sampai
hari ke empat belas
33
d. Lokia alba
Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati,
lokia alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
e. Lokia Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah dan berbau busuk (Sulistyawati, 2009;h 76).
f. Lochiostatis, pengeluaran lochea yang tidak lancar
keluarnya (Rukiyah dan Yulianti, 2011;h 60).
5. Kontraksi
Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu
persalinan, hanya saja sekarang tujuannya berbeda.
Sebagaimana diketahui, ketika uterus berkontraksi,
seorang wanita akan merasakan mules. Inilah yang
disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini akan
berlangsung 2 hingga 3 hari setelah melahirkan (Rukiyah
dan Yulianti, 2011; h 141).
6. Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks
agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir.
Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara
korpus dan serviks berbentuk semacam cincin
34
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu
persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap.
Setelah bayi lahir tangan dapat masuk kedalam rongga
rahim. Pada minggu ke enam post partum, serviks sudah
menutup kembali (Sulistyawati, 2009; h 77).
f. Perubahan Pada Vulva, Perineum Dan Vagina
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta pencegahan, setelah beberapa hari
persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor.
Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Himen tampak
sebagian tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan
berubah menjadi karankulae mitiormis yang khas bagi
wanita multipara. Ukura vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan saat sebelum persalina pertama
(Damayanti dan Sundawati, 2011;h. 58). Sedangkan
perubahan pada perineum segera setelah melahirkan,
perinium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke
lima, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonus
nya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum hamil (Sulistyawati, 2009;h 78).
35
g. Perubahan-perubahan tanda-tanda vital:
1. Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik
sedikit (37,5-38C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ke tiga suhu badan naik lagi karena ada
pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih
cepat
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklamsia postpartum
4. Pernapasan
Keadaan pernapasaan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak
normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran napas (Dewi
dan Sunarsih, 2013; h 60).
36
h. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.
Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid,
laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan di atau makanan yang mengandung serat
dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak
berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan
pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat
laksan yang lain (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 80).
i. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan
sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfingter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine
dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam
postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu (Sulistyawati, 2009; h 78-79).
37
j. Perubahan Sistem Kardiovaskuler dan haematologi
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan
kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak
hamil. Jumlah sel darah dan kadar haemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Volume darah normal yang
diperlukan placenta dan pembuluh darah uterin, meningkat
selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan
hormon estrogen, yang dengan cepata mengurangi volume
plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen
menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi
daripada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung
cairan sehingga daya koagulasi meningkat (Rukiyah dan
Yulianti, 2011; h 70).
Sedangkan yang terjadi di perubahan hematologi Selama
minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin
meningkat. Pada hari pertama postpartu, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, akan tetapi
darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan
jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama
proses persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari
postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi
sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika
38
wanita tersebut mengalami persalinan yang lama
(Sulistyawati, 2009; h 75-83).
k. Perubahan Sistem Muskulokeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluh – pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan
karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-
8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-
serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat
besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih
agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul,
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2
hari post partum, sudah dapat fisioterapi (Sulistyawati,
2009; h 78-79).
39
2.1.9 Perubahan Psikologi Masa Nifas
Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu
tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap
wanita atau pasangan suami istri. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:
4.1.9.1 Fase talking in
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan
tergantung oleh orang lain. Kehadiran suami dan keluarga
sangat diperlukan dalm fase ini, untuk memberi dukungan
moril
4.1.9.2 Periode Taking hold
Berlangsung 3-10 hari setelah post parum, ibu mulai khawatir
akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawab dalam
merawat bayinya. Dalam fase ini sangat baik bagi ibu untuk
mendapatkan penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
4.1.9.3 Periode Letting go
Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.
Ibu sudah dapat meyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya.
Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat (Dewi dan
Sunarsih, 2013; h 65-66).
40
2.1.10 Kebutuhan dasar masa nifas
2.1.10.1 Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh
untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada
masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%,
karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup
untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat 3 kali
lipat dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 97).
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat (Dewi dan
Sunarsi, 2013; h 71).
Ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai
berikut :
1.Mengkonsusi tambahan 500 kalori tiap hari
2. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
3. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca peralinan
41
4. Minum kapsul viamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
2.1.10.2 Ambulasi dini
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah
kebijakan untuk selekas mungkin untuk membimbing klien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas
mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan
early ambulation adalah :
1. Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat
2. Faal usus dan kandung kecing lebih baik
3. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk
merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan
lain-lain selama ibu masih dalam perawatan
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (social
ekonomis) (Saleha, 2009; h 72).
2.1.10.3 Eliminasi
Miksi
Ibu diminta untuk BAK 6 jam post partum. Jika dalam 8
jam post partum belum dapat berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi.Berikut sebab-sebab terjadinya kesulitan
berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum
1. Berkurangnya tekanan intra abdominal
42
2. Otot-otot perut masih lemah
3. Edema uretra
4. Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha,2009;
h. 73).
Ibu mampu BAK sendiri bila tidak, maka dilakukan
tindakan berikut:
1. Dirangsang dengan mengalirkan air
2. Mengompres air hangat di atas simpisis
3. Saat sith bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilkukan
kateterisasi. Hal ini dapat membuat klien tidak nyaman dan
resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu,
kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 hari
postpartum (Dewi dan Sunarsi, 2013; h 73).
BAB
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.
Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet
teratur, cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga,
atau berikan obat rangsangan per oral/rektal (Damayanti
Sundawati, 2011; h 83).
2.1.10.4 Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam
43
sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan
siang hari.
Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan
beberapa kerugian, misalnya:
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidak nyamanan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri (Sulistyawati, 2009; h
103).
2.1.10.5 Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah
sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post
partum. Hasrat sexual pada bulan pertama akan berkurang
baik kecepatanya mampu lamanya, juga orgasme pun akan
menurun. Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat
dilakukan setelah masa nifas berdasarkan teori bahwa saat
itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses penyembuhan
luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik
aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan
satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman
untuk melakukan hubungan suami istri (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h 108 .
44
2.1.10.6 Personal hyigene
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu post partum adalah sebagai berikut:
a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh
tubuh, terutama daerah perineum
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Dan nasehati ibu
untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air
kecil atau besar
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan di setrika
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminya
45
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut (Saleha, 2009; h 73).
2.1.10.7 Latihan senam nifas
Setelah melahirkan terjadi involusi pada hampir seluruh
organ tubuh wanita. Involusi ini jelas sangat terlihat pada
alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding
perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae
gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat
terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha
untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding
perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk
mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing
seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam
nifas (Saleha, 2009; h. 75).
2.1.11 Respon orang tua terhadap bayi baru lahir
2.1.11.1 Pengertian bounding atachment adalah suatu proses dimana
sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi
dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan
(Rukiyah dan Yulianti, 2011; h 38).
2.1.11.2 Tahapan-tahapan bounding attachment adalah sebagai
berikut:
46
1. Perkenalan (acguaintance) dengan melakukan kontak
mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera
setelah mengenal bayinya.
2. Keterikatan ( bounding)
3. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat
individu dengan individu (Dewi dan Sunarsih, 2013; h
46)
2.1.12 Pencegahan hipotermi
2.1.12.1 Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir
Kondisi bayi baru lahir dengan tubuh basah karena air
ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang
terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan
mengakibatkan bayi cepat kehilangan suhu tubuh.
2.1.12.2 Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru
lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain
kering kemudian diletakkan terkurap diatas dada ibu untuk
mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
2.1.12.3 Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil
Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir (Dewi,
2011; h 3)
Ada 4 cara bayi yang membuat bayi kehilangan panas yaitu
a. Konduksi
47
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak.
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang
bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara
(Dewi, 2011;h 13-14).
2.1.13 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
Infeksi Masa Nifas
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya
suhu badan melebihi 38o
C tanpa menghitung hari pertama dan
berturut-turut selama dua hari (Manuaba, 2010: hal.415).
Infeksi masa nifas adalah infeksi pada traktus genitalia setelah
persalinan biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta (Saleha,
2009; h 96).
Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir
atau setelah kala tiga. Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim
48
akan bertambah naik, tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu
menjadi cepat.
1. Klasifikasi Klinis
Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama, penyebab atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, dan robekan jalan lahir
Perdarahan Pasca Persalinan Sekunder, yakni perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab: robekan jalan lahir dan
sisa plasenta atau membran
2. Etiologi dan Faktor Penyebab Predisposisi
a. Atonia uteri (>75%), atau Uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri
b.Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi
pada jalan lahir bisa disebabkan oleh robekan spontan atau
memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan jalan lahir
dapat terjadi di tempat : Robekan Serviks, Perlukaan Vagina,
Robekan perinium
c. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam
rahim baik sebagaian atau seluruhnya
d.Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)
e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati) (Rukiyah dan
Yulianti; 2011, h 116).
49
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Ambarwat dan Wulandari, 2010; h 130).
2.2.1 Pengumpulan data dasar (pengkajian)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien,
untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1. Anamnesa
Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa terdiri
dari beberapa kelompok penting sebagai berikut:
a. Data Subjektif
Identitas pasien
1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih
dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas.
50
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
5) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
8) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit
pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;,h 131-132).
51
9) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yanag lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti:
Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubunganyan dengan masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari,
2010; h 133)
10) Riwayat obstetri
a) Riwayat haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya.
b) Menarche
Usia pertama kalimengalami menstruasi pada wanita
indonesia pada usia 12-16
52
c) Siklus
Jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32
hari.
d) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan
e) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi, misalnya sakit yang
sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah darah yang
banyak.
(Sulistyawati, 2009; h 112).
11) Riwayat persalina sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 134).
12) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa
53
nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h 134).
13) Pola kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh
kembang bayi (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 71).
b) Eliminasi
Buang air besar (BAB). Defekasi (BAK) harus ada dalam
3 hari postpartum (Dewi dkk, 2011; h 73).
Miksi normal apabila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h 73).
c) Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1
jam pada siang hari (Damayanti dan Sundawati, 2011; h
84).
d) Personal hygine
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi
kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur meuoun
lingkungan (Damayanti dan Sundawati, 2011; h 84).
54
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 137).
b. Data Objektif
Data ini di kumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan penunjang yang di lakukan secara berurutan.
2. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:
a. Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya baik
atau lemah.
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan compos mentis sampai dengan koma (Sulistyawati,
2009; h 122).
55
3. Tanda tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat
menandakan terjadinya pre eklamsia postpartum (Ambarwati
dan Wulandari, 2010;h, 85).
b. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80 denyut permenit setelah partus, dan
dapat terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh
tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium
kordis pada penderita. Pada ibu nifas umumnya denyut nadi
labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali
kedalam keadaan semula (Saleha, 2009; h.61)
c. Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30 x/menit. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;
hal.137-139).
d. Suhu
Pada masa pospartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38ºC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan,
dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi
biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada
56
pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak dan bewarna
merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi pada indometrium, (mastitis,
traktus genetalis, atau system lain) (Sulistyawati, 2009; h.80)
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada kepala terdapat
organ-organ yang sangat penting. Pengkajian di awali dengan
inspeksi lalu palpasi.
b. Muka
Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya
normal, pucat. Ketidak simetrisan muka menunjukkan adanya
gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis).
c. Mata
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang di
gunakan inspeksi dan palpasi.
d. Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga/membrane timpani, dan pendengaran. teknik yang di
gunakan adalah inspeksi dan palpasi.
e. Hidung
Di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung,
bagian dalam, lalu sinus-sinus.
57
f. Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut.
g. Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang
berkaitan. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi.
h. Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan dan Kasim, 2012;
hal.66-86)
i. Payudara
Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun
dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk
bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotik pembunuh
kuman (Saleha, 2009; hal.11).
j. Perut
Selama masa kehamilan kulit abdomen, kulit abdomen akan
melebar, melonggar dan mengendur selama berbulan –bulan
(Damayanti dan Sundawati,2011;h,62).
Tabel 2.1Tinggi fundus uteri dan berat uterus
menurut masa involusi
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram
Sumber : Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 57
58
k. Anogenital
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta meregang, setelah beberapa hari persalinan
kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga.
Proses involusi uterus biasanya disertai dengan adanya rasa
nyeri yang disebut after pain yaitu perasaan mulas-mulas yang
diakibatkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung selama
2-4 hari pasca persalinan. Proses kontraksi juga mempengaruhi
pengeluaran secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas yang disebut dengan lochea, (Damayanti dan
Sundawati, 2011; h 5).
Lochea dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Lokia rubra atau merah (cruenta) lokia ini muncul pada hari
pertama sampai hari ke empat masa post partum. Cairan yang
keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan mekonium.
2. Lokia sanguinolenta
Lokia ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke empat sampai hari ketujuh post
partum.
59
3. Lokia serosa
Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke tujuh sampai hari ke empat belas.
4. Lokia alba
Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati, lokia
alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu.
5. Lokia Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
(Sulistyawati;2009,h 76).
6. Lochiostatis, pengeluaran lochea yang tidak lancar keluarnya
(Rukiyah dan Yulianti;2011,h 60).
2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan
intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam
langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi
diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diidentifikasikan oleh bidan.
Diagnosa Kebidanan
60
Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan abortus, anak hidup,
umur ibu, dan keadaan nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010
hal.141).
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa, masalah
dan kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan (Damayanti dan Sundawati 2011; h 112).
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi:
1. Data Subjektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
2. Data Objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Ambarwati dan
Wulandari,2010; h 142).
2.2.3 Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
61
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati
dan Wulandari, 2010; h 143).
2.2.4 Tindakan Segera
Pada pelaksanaannya, bidan kadang dihadapkan pada beberapa situasi
yang darurat, yang menuntut bidan melakukan tindakan penyelamatan
terhadap pasien. Kadang pula dihadapkan pada situasi pasien yang
memerlukan tindakan segera padahal sedang menunggu intruksi
dokter. Bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat melakukan
evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman
(Sulistyawati, 2009; hal. 132)
Mengidentifikasi perlunya penanganan segera oleh bidan atau dokter
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
TIM kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Rukiyah dan
Yulianti, 2011; h 110).
2.2.5 Perencanaan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau
antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi
bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya
(Ambarwati dan Wulandari, 2011; hal.143).
Asuhan yang diberikan pada 6-8 jam post partum:
62
1. Mencegah terjadinya perdarahan
2. Mendetesi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi
rujukan bila perdarahan berlanjut
3. Memberi konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaiman mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2.2.6 Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik tehadap masalah pasien ataupun diagnosis yang di
tegakkan (Ambarwati dan Wulandari, 2010; hal.145)
2.2.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan
Wulandari, 2010;h 147)
63
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
1. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
1) Ruang lingkup:
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal
e) Pelayanan ibu menyusui
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2) Kewenangan :
a) Pelayanan kesehatan anak
Ruang lingkup
64
(1) Pelayanan bayi baru lahir
(2) Pelayanan bayi
(3) Pelayanan anak balita
(4) Pelayanan anak pra sekolah
b) Kewenangan
(1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini
(IMD), injeksi vitamin K 1
(2) Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari), dan perawatan tali pusat
(3) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
(5) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
(6) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan
anak pra sekolah
(7) Pemberian konseling dan penyuluhan
(8) Pemberian surat keterangan kelahiran
(9) Pemberian surat keterangan kematian
(www.KesehatanIbu.Depkes,go.id)
65
Standar pelayanan nifas
(1) Standar 13 pelayanan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dam menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernapasa spontan, mencegah hipoksia
sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
(2) Standar 14 penanganan pada dua jam pertama setelah
persalinan
Bidan melakukan pemantauan pada ibu terhadap
terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan,
serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping
itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu
untuk memulai pemberian ASI
(3) Standar 15 pelayanan bagi dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas
melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu
kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini,
penanganan, atau perujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,
66
makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi, dan KB. (Soepardan dan Suryani, 2007;
121)
67
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. T
UMUR 19 TAHUN P1 A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS NURHASANAH Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 28 April 2015
Jam : 21.40 WIB
Tempat : BPS Nurhasanah
Nama Mahasiswa : Habibah
Nim : 201207086
DATA SUBJEKTIF
IDENTITAS
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. T Tn. D
Umur : 19 tahun 24 tahun
Agama : Islam Islam
Suku : Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerja Swasta
Alamat : Jl ikan bawal Gg damai gudang lelang bandar lampung
68
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa
mules
3. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatits : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatits : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
69
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatits : Tidak ada
TBC : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah
Usia nikah pertama : 18 Tahun
Lamanya pernikahan : 1 tahun
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
1) Menarche : 13 Tahun
2) Siklus : 28 Hari
3) Lama : 4-6 Hari
4) Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari
5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal
6) Disminorhea : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
No. TahunPersalinan Tempat
Persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
penolong penyulit Keadaan
nifas anak
1 Hamil ini
70
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenias persalinan : Spontan
Tanggal : 28 April 2015
Jam : 19.40 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Panjang badan : 49 cm
Berat badan : 2800 gram
Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat
d. Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi.
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil :Ibu makan 3x sehari dengan menu 1 porsi
nasi, 1 mangkuk sayur, 1 potong daging
ayam, minum air putih 8 gelas perhari, serta
minum susu 1 gelas per hari
Selama nifas :Ibu baru makan 1 kali dari setelah
melahirkan, dengan menu 1 porsi nasi, 1
mangkuk sayur sop, 1 potong ayam dan 1
potong tempe dan 8 gelas air putih
71
b. Pola eliminasi
Selama hamil
BAK :Ibu mengatakan BAK 5-7 kali per hari,
dengan warna jernih.
BAB :Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum
melahirkan.
Selama nifas
BAK :Ibu mengatakan BAK 1 kali pada 3 jam
post partum.
BAB :Ibu mengatakan belum BAB selama
pemantauan 6 jam post partum.
c. Pola aktivitas
Selam hamil :Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
seperti memasak, menyapu, mengepel, dan
mencuci.
Selama nifas :Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu
ke kamar mandi sendiri pada 6 jam post
partum
d. Pola istirahat
Selam hamil :Ibu tidur malam selam 6-8 jam dan tidur
siang selama 1-2 jam
72
Selama nifas :Ibu mengatakan belum bisa tidur selama
6 jam setelah melahirkan karena perutnya
masih terasa mulas
e. Pola personal hygine
Selam hamil :Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali
dalam seminggu, ganti pakaian setiap
mandi dan dan mengganti celana dalam 3x
sehari atau jika lembab.
Selam nifas :Ibu mengganti pembalut 1 kali dari
setelah melahirkan
f. Pola seksual
Selam hamil :Ibu jarang melakukan hubungan seksual,
yaitu 3x seminggu.
Selama nifas :Ibu tidak melakukan hubungan seksual
7. Psikososial
a. Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah melahirkan
secara normal
b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Ibu tidak tau bahwa
rasa mules yang masih dirasakan adalah hal yang normal
c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluarga bahagia
dengan kelahiran bayi Ny. T
d. Pengambilan keputusan : Pengambil keputusan dalam keluarga
dilakukan secara bermusyawarah
e. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
73
Data objektif
Tanggal/ waktu: 28-04-2015 / 21.40 WIB
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
Pernafasan : 24 kali/menit
Nadi : 78 kali/menit
Suhu : 36,50
c
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a. Wajah
Oedem : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
b. Mata
Simetris : Ya kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak odema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
c. Hidung
Simetris : Ya kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
74
Kebersihan : Bersih
d. Mulut
Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan
Lidah : Bersih
e. Telinga
Simetris : Simetris kanan dan kiri
Lubang : Ada kanan dan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak ada
f.Payudara
Simetris : simetris antara kanan dan kiri
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada kolostrum
Rasa nyeri : Tidak ada
g. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Konsistensi : Keras
Benjolan : Tidak ada
Pembesaran lien dan liver : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat
h. Anogenital
Vulva : Warna merah kehitaman
Perenium : Tidak Ada luka hacting
Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra
75
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
i.Ekstremitas
Atas
Odema : Tidak ada
Kebersihan kuku : Bersih
Bawah
Odema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Refleks patela : Positip
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
4. Data penunjang
a. Riwayat Persalinan Sekarang
1. Tempat melahirkan : BPS Nurhasanah, Amd.Keb
2. Penolong : Bidan
3. Jenis persalinan : Spontan
4. Tanggal persalinan : 28 April 2015
5. Komplikasi : Tidak ada
6. Lama persalinan
Kala 1 : 8 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 7 menit
76
Kala IV : 2 jam
Lama : 10 jam 37 menit
7. Ketuban pecah pukul : 19.30 WIB
8. Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 225cc / 100cc
9. Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin
10.Obat – obatan yang diberikan setelah persalinan
: Paracetamol 500 mg, tablet Fe dengan dosis 60 mg, Vitamin
A dengan dosis 200.000 IU
11. Plasenta : Lahir : Spontan
Insersia : Sentralis
Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
Diameter : 20 cm
Selaput Dan Kotiledon : Lengkap
Kelainan : Tidak ada
12. Perenium : Tidak ada laserasi
b. Bayi
Lahir tanggal/pukul : 28-04-2015 / 19.40 WIB
Nilai APGAR : 9/10
Jenis kelamin : Laki- laki
Masa gestasi : 39 minggu 5 hari
MATRIK
Tgl /
jam
PENGKAJIAN
INTERPRETASI
DATA (DIAGNOSA,
MASALAH,
KEBUTUHAN)
Dx
POTENSIAL
/ MASALAH
POTENSIAL
ANTISIPASI/
TINDAKAN
SEGERA
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
28 April
2015,
pukul
21.40
WIB
Ds :
Ibu mengatakan
senang atas
kelahiran anak
pertamanya
Ibu mengatakan
mulas di bagian
perutnya
Do :
KU ibu baik
Kesadaran
composmetis
Tekanan Darah
110/80 mmHg
Nadi:78 x/menit
Pernapasan
24 x/ menit
Suhu 36,5 C
TFU 2 jari di
bawah pusat
Dx : Ny. T umur 19
tahun P1A0 2 Jam post
partum
Ds :
-
ibu
mengatakan ini
adalah
persalinan
yang pertama
dan belum
pernah
keguguran.
-
ibu melahirkan
tanggal 28-04-
2015
Pukul 19.40
wib.
DO: KU ibu baik
kesadaran
composmetis,
TD: 110 /80 mmHg
Tidak ada Tidak ada 1. Jelaskan tentang kondisi ibu saat ini
2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan
yang dialaminya.
3. Ajarkan pada ibu dan keluarga
untuk melakukan massase
1. Menjelaskan kepada
ibu tentang hasil
pemeriksaannya
yaitu: Keadaan
umum: baik, TTV:
TD: 110/80 mmHg,
N: 78x/ menit, RR:
24x/ menit, Suhu:
36,5 C.
TFU: 2 jari dibawah
pusat, Kontraksi:
kuat, Lokhea: rubra,
Luka perineum: tidak
ada
2.Menjelaskan pada
ibu tentang keluhan
yang dialami oleh
ibu saat ini yaitu
perut mulas adalah
hal yang normal
karena pengembalian
uterus kebentuk
semula seperti
sebelum hamil. Jadi
ibu tidak perlu
khawatir.
3.Mengajarkan pada
ibu cara mencegah
1. Ibu mengerti keadaannya
saat ini keadaan baik
2. Ibu mengerti bahwa hal
yang dialami ibu adalah hal
yang normal.
3. Ibu dan keluarga mengerti
cara masase dengan baik
69
Pengeluaran
lokhea rubra
Nadi 78 x/ menit
Pernapasan 24 x/ menit
Suhu 36,5 C
Pengeluaran payudara
kolostrum
TFU 2 jari dibawah
pusat
Pengeluaran lokhea
rubra
Masalah: tidak ada
Kebutuhan:
1. Jelaskan pada ibu
tentang
keadaannya saat
ini
2.
Beritahu ibu
tentang
kebutuhannya
4. Beritahu ibu untuk memberikan ASI
awal
5. Melakukan rawat gabung antara ibu
dan bayi
perdarahan pada
masa nifas dengan
cara mengajarkan ibu
dan keluarga untuk
tetep melakukan
masase selama 15
kali dalam 15 detik
agar uterus tetep
berkontraksi dan
dapat mencegah
perdarahan
4.Menganjurkan ibu
untuk memberikan
asi awal pada
bayinya karena
cairan pertama yang
diperboleh bayi dari
ibunya adalah
kolostrum yang
mengandung kadar
protein yang tinggi
dan mengandung zat
antibody sehingga
mampu melindungi
tubuh bayi dari
berbagai penyakit
infeksi untuk jangka
waktu s/d 6 bulan
5.Melakukan rawat
gabung antara ibu
dan bayinya yaitu
dengan cara
melakukan
4. Ibu bersedia menyusui
bayinya seawal mungkin
5. Ibu dan bayi telah
dilakukan rawat gabung
70
6. Ajarkan ibu untuk melakukan
pencegahan hipotermi pada bayinya.
perawatan yang
menyatukan ibu
berserta bayinya
dalam satu ruangan,
kamar, atau tempat
secara bersama-
samaan dan tidak
dipisahkan selama 24
jam penuh dalam
sehari
6.Mengajarkan pada
ibu untuk melakukan
pencegahan
hipotermi yaitu
dengan cara:
Mengeringakan
tubuh bayi segera
mungkin setelah
lahir, bayi yang baru
lahir harus segera
dikeringkan dan
dibungkus dengan
kain kering
kemudian diletakkan
terkurap diatas dada
ibu untuk
mendapatkan
kehangatan dari
dekapan ibu,
menunda
memandikan BBL
sampai tubuh bayi
stabil, menghindari
kehilangan panas pda
6. Ibu mengerti cara
pencegahan hipotermi.
71
7. Anjurkan ibu untuk tetap memenuhi
kebutuhan nutrisi
8. Menganjurkan kepada ibu untuk
melakukan ambulasi dini
bayi baru lahir
7.Menganjurkan ibu
untuk memenuhi
nutrisi dan cairan
untuk pemulihan
kondisi kesehatan
setelah melahirkan,
cadangan tenaga
serta memenuhi
produksi ASI. Ibu
nifas membutuhkan
tambahan makanan
kurang lebih 500
kalori tiap hari,
seperti:
mengkomsumsi
tambahan 500 kalori
tiap hari
minum sedikitnya 3
liter air setiap hari
pil zat besi harus
diminum untuk
menambah zat gizi,
setidaknya selama 40
hari pasca persalinan
minum kapsul vit A
kepada bayinya melalui
ASI
8.Menganjurkan
kepada ibu untuk
melakukan ambulasi
7. Ibu telah memenuhi
kebutuhan nurisinya
8. Ibu telah melakukan
anbulasi dini yaitu dengan
berjalan-jalan di sekitar
72
9. Beritahu ibu untuk banyak istirahat
dini yaitu dengan
selekas mungkin
keluar dari tempat
tidurnya dan
membimbingnya
selekas mungkin
berjalan. Ibu telah
diperbolehkan
bangun dari tempat
tidur dalam 24-48
jam post partum
9.Menganjurkan ibu
untuk beristirahat
minimal 1 jam pada
siang hari atau saat
bayi tidur, usahakan
agar ibu dapat
beristirahat
semaksimal mungkin
dan pada malam hari
7-8 jam, hal ini agar
kondisi ibu tetap
terjaga selama masa
nifas, produksi ASI
dan mempercepat
kepulihan kondisi
ibu supaya ibu dapat
merawat bayinya
dengan baik.
tempat tidurnya
9. Ibu belum beristrirahat
sehabis melahirkan
73
29
April201
5,
pukul01.
40 WIB
DS :
Ibu mengatakan
melahirkan anak
pertamanya
Ibu mengatakan
perutnya masih
terasa mulas
DO :
Td: 110/80
mmhg
N : 78x/mnt
RR : 24x/mnt
T : 36,5 ºC
Pengeluaran :
ada,kolostrum
TFU : 2 jari
dibawah pusat.
Lokhea : rubra.
Dx: Ny. T umur 19
tahun P1 A0 6 jam post
partum
Dasar :
- Ibu
mengatakan ini
adalah
kelahiran anak
pertama dan
belum pernah
mengalami
keguguran
Bayi lahir pada tanggal
28 April 2015
Pukul 19.40 wib
Do: KU ibu baik
kesadaran
composmetis
TD 110/80 mmHg
Nadi 78 x/menit
Pernapasan 24 x/ menit
Suhu 36,5 C
Pengeluaran payudara:
colostrum
TFU pertengahan pusat
simpisis
Pengeluaran lokhea
rubra
Tidak ada Tidak ada 1. Evaluasi dan
jelaskan
kepada ibu
tentang hasil
pemeriksaan
2. Evaluasi
kembali pada
ibu tentang
keluhan yang
dialaminya.
3. Evaluasi ibu
dan keluarga
dalam
melakukan
masase
1. Mengevaluasi dan menjelaskan
kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
yaitu: TD: 110/80 mmHg, N: 78x/
menit, RR: 24x/ menit, suhu: 36,5 C
TFU: 2 jati dibawah pusat
Kontraksi: kuat
Lokhea: rubra
2. Mengevaluasi tentang keluhan yang
dirasakan yaitu rasa mulas yang
dialaminya adalah hal yang normal
3. Mengevaluasi kembali ibu untuk
mencegah perdarahan masa nifas
dengan cara mengajarkan ibu dan
keluarga untuk tetep melakukan
masase selama 15 kali dalam 15 detik
agar uterus tetep berkontraksi dan
dapat mencegah perdarahan
1. .Memantau keadaan ibu
saat ini dalam keadaan
baik sesuai dengan
pemeriksaan fisik ibu
dalam keadaan baik
TD: 110/80 mmHg,
N: 78 x/menit RR:
24x/menit
Suhu: 36,5 C
2. Ibu mengerti bahwa hal
yang dialami ibu adalah
hal yang normal. Hal ini
merupakan proses
dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum
hamil kembali.
3. Ibu dan keluarga sudah
melakukan massase
setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata
tidak terjadi perdarahan
74
Masalah: tidak ada
Kebutuhan: tidak ada
4. Evaluasi
kepada ibu
tentang
pemberian ASI
awal
5. Evaluasi rawat
gabung antara
ibu dan bayi
4. Mengevaluasi kepada ibu tentang
memberikan ASI awalnya
5. Mengevaluasi kembali melakukan
rawat gabung antara ibu dan bayinya
4. Menganjurkan ibu untuk
memberikan asi awal
pada bayinya karena
cairan pertama yang
diperboleh bayi dari
ibunya adalah kolostrum
yang mengandung kadar
protein yang tinggi dan
mengandung zat antibody
sehingga mampu
melindungi tubuh bayi
dari berbagai penyakit
infeksi untuk jangka
waktu s/d 6 bulan
5.Ibu dan bayi telah
melakukan rawat gabung
antara ibu dan bayinya
yaitu dengan cara
melakukan perawatan
yang menyatukan ibu
berserta bayinya dalam
satu ruangan, kamar, atau
tempat secara bersama-
samaan dan tidak
dipisahkan selama 24
jam penuh dalam sehari
75
6. Evaluasi ibu
tentang cara
pencegahan
hipotermi pada
bayinya
7. Evaluasi ibu
untuk tetap
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
6. Mengevaluasi kepada ibu cara
pencegahan hipotermi pada bayinya
7. Mengevaluasi tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada ibu
6. Ibu mengerti bagaimana
cara agar bayinya tidak
hipotermi yaitu dengan
cara: mengeringkan
tubuh bayi segera setelah
lahir, bayi yang baru
lahir harus segera
dikeringkan dan
dibungkus dengan kain
kering kemudian
diletakkan tengkurap
diatas dada ibu untuk
mendapatkan kehangatan
dari dekapan ibu,
memunda memandikan
bayi dan menghindari
kehilangan panas
7. Ibu mengerti dan mau
memenuhi nutrisi dan
cairan untuk pemulihan
kondisi kesehatan setelah
melahirkan, cadangan
tenaga serta memenuhi
produksi ASI. Ibu nifas
membutuhkan tambahan
makanan kurang lebih
500 kalori tiap hari
Mengkomsumsi
tambahan 500 kalori tiap
hari
Minum sedikitnya 3 liter
76
8. Evaluasi ibu
tentang pola
istirahat
9. Mengajarkan
pada ibu untuk
menjaga
personal
hygiene
8. Mengevaluasi kembali pada ibu
tentang kebutuhan istirahat
9. Mengajarkan kepada ibu untuk
melakukan personal hygiene.
air setiap hari
Pil zat besi harus
diminum untuk
menambah zat gizi,
setidaknya selama 40
hari pasca persalinan
Minum kapsul vit A
kepada bayinya melalui
ASI
8. Ibu megatakan belum
bisa tidur selama 6 jam
setelah melahirkan
karena perutnya masih
terasa mulas
9. Ibu mengatakan akan
menjaga personal
hygiene dengan cara
menganti pembalut setiap
habis BAK atau BAB
atau bila terasa
lembab,ganti celana
dalam bila terasa lembab,
membersihkan genetalia
pada saat BAB/BAK dari
depan kebelakang,
mengeringkan dengan
handuk kering.
77
10. Anjurkan ibu
untuk
kunjungan
ulang
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan
ulang dan apabila ada keluhan
10. Ibu akan melakukan
kunjungan ulang pada
tanggal 05 Mei 2015 dan
apabila ada keluhan
segera datang ke tenaga
kesehatan
78
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas terhadap NY. T umur
19 tahun P1 A0 6 jam post partum di dapatkan hasil sebagai berikut:
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang
keadaan pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu
nifas yaitu Ny. T umur 19 tahun P1 A0 6 jam post partum normal di
dapatkan hasil:
4.1.1 Umur
4.1.1.1 Tinjauan teori
Umur dicatat untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikis belum siap. Sedangkan umur lebih dari
35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.131).
4.1.1.2 Tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian Ny. T saat ini berusia 19
tahun
4.1.1.3 Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori terjadi
kesenjangan karna Ny. T dalam kasus ini tidak mengalami
masalah sedangkan umur pasien 19 tahun dan umur ini
dapat dikatogorikan pada umur yang beresiko.
79
4.1.2 Suku /bangsa
4.1.2.1 Tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 132).
4.1.2.2 Tinjauan kasus
Suku ibu adalah jawa
4.1.2.3 Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karna di dalam keluarga tidak
menganut kepercayaan yang berhubungan dengan adat
istiadat dalam suatu suku di dalam keluarga tersebut.
4.1.3 Pendidikan
4.1.3.1 Tinjauan teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektual klien,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari,
2010; h 132).
4.1.3.2 Setelah dilakukan pengkajian Ny. T pendidikan
terakhirnya yaitu SMA
4.1.3.3 Pembahasan
Pada tinjauan kasus dan teori tidak ada kesenjangan
karena tingkat pendidikan ibu adalah tingkat SMA, maka
dalam memberikan konseling pada klien gunakan bahasa
80
yang baik dan mudah dimengerti sehingga klien dapat
mengerti dan mampu melaksanakan konseling yang telah
diberikan.
4.1.4 Keluhan utama
4.1.4.1 Menurut tinjauan teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit
pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 132)
4.1.4.2 Menurut tinjauan kasus
Ny. T mengeluh terasa mulas pada perutnya
4.1.4.3 Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus karena Ny. T mengalami suatu hal yang
fisiologis yaitu mulas pada bagian perutnya.
4.1.5 Pola kebutuhan sehari-hari
4.1.5.1 Nutrisi
a. Tinjauan Teori
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, terutama kebutuhan protein dan
karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat
kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi (Dewi dan
Sunarsih, 2013; h 71).
81
b.Tinjauan kasus
Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan, dengan
menu nasi, sayur sop, lauk pauk 1 potong ayam dan 1
potong tempe serta air putih
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus karena Ny T sudah makan setelah
menjalankan persalinan
4.1.5.2 Eliminasi
A. Defekasi
a. Tinjauan teori
Buang air besar (BAB). Defekasi (BAK) harus ada
dalam 3 hari postpartum (Dewi dan Sunarsih, 2013; h
73).
b. Tinjauan kasus
Ibu belum dapat BAB karena ibu baru saja mengalami
6 jam post partum
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
ada kesenjangan karena ibu dalam keadaan fisiologis
dimana ibu dalam keadaan 6 jam post partum
berdasarkan teori normal ibu nifas mengalami
defekasi pada hari ke 3-4 setelah persalinan
82
B. Miksi
a. Tinjauan Teori
Miksi normal apabila dapat BAK spontan setiap 3-4
jam. (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 73).
b. Tinjauan Kasus
Ny. T sudah BAK 1 kali dalam 3 jam setelah post
partum dengan warna jernih dan bau khas urin
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena Ny. T telah BAK setelah 3 jam
post partum yaitu pada pukul 22.40 Wib
C. Pola istirahat
a. Tinjauan Teori
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam
hari dan 1 jam pada siang hari (Damaiyanti dan
Sundawati, 2011; h 84)
b. Tinjauan kasus
Dari setelah melahirkan sampai 6 jam ibu belum bisa
tidur karena perut ibu masih mulas
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori terdapat
kesenjangan antara teori dengan kasus yang didapat,
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
83
yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam
hari dan 1 jam pada siang hari (Damaiyanti dan
Sundawati, 2011; h 84)
Dari setelah melahirkan sampai 6 jam ibu belum bisa
tidur karena perut ibu masih mulas
D. Personal hygine
a. Tinjauan Teori
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi
dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri
meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur
maupun lingkungan (Damayanti dan Sundawati,
2011; h 84).
b. Tinjauan Kasus
Ibu mengganti pembalut 1 kali dari setelah
melahirkan
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena Ny. T selalu menjaga
kebersihan dirinya dengan baik
E. Aktifitas
a. Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.
Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
84
mempercepat proses pengembalian alat-alat
reproduksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 137).
b. Tinjauan kasus
Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke kamar
mandi sendiri pada 6 jam post partum
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena Ny. T sudah mampu
berjalan-jalan setelah melahirkan.
4.2 Data Objektif
4.2.1 Pemeriksaan umum
a. Tinjauan teori
1. Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya
baik atau lemah (Sulistyawati, 2009; h 122).
2. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien
dari keadaan compos mentis sampai dengan koma
(Sulistyawati, 2009; h 122).
85
b. Tinjauan kasus
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmetis
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjaun teori dan tinjauan kasus
karena keadaan dan kesadaran ibu dalam keadaan baik
4.2.2 Tanda-tanda vital
4.2.2.1 Tekana Darah
a. Tinjauan teori
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklamsia
postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h, 85).
b. Tinjauan kasus
Tekanan darah : 110/80 mmHg
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena pada tekanan darah ibu
tidak mengalami peningkatan atau penurunan tekanan
darah.
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi
Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi

More Related Content

What's hot (20)

Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti eka wahyuni
Kti eka wahyuniKti eka wahyuni
Kti eka wahyuni
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyaniKti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyani
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandariKti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti dwi
Kti dwiKti dwi
Kti dwi
 
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti qintan ozi fauzia
Kti qintan ozi fauziaKti qintan ozi fauzia
Kti qintan ozi fauzia
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 

Similar to Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi

Similar to Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi (20)

Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova rianti
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhaniKti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti reni sapitria
Kti reni sapitriaKti reni sapitria
Kti reni sapitria
 
Kti nelsa
Kti nelsaKti nelsa
Kti nelsa
 
Kti fertika
Kti fertikaKti fertika
Kti fertika
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Husnul
HusnulHusnul
Husnul
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasari
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Berikut ini adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari latar belakang di atas:1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula, yaitu 2 jam setelah lahir plasenta hingga 6 minggu. 2. Tujuan asuhan ibu nifas adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu dan bayi, mencegah komplikasi

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. T UMUR 19 TAHUN P1 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS NURHASANAH Amd.Keb BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Pada Prodi DIII Kebidanan Akbid Adila Bandar Lampung DISUSUN OLEH : HABIBAH 201207086 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 i
  • 2. 2 PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Selasa Tanggal : 07 Juli 2015 Penguji I Penguji II Nesia Catur Hutami, S.ST, M.KES Ratna Wati, S.ST NIK.0114028902 NIK. 11210042 Direktur Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK.2011041008 ii
  • 3. 3 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. T UMUR 19 TAHUN P1 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS NURHASANAH Amd.Keb BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Habibah, Puspita Dewi,S.SST, M.Kes, Margareta Rinjani S.ST Intisari Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Berdasarkan data SDKI tahun 2012 terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78% ) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun. Asuhan masa nifas diberikan karena diharapkan ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan perannya sebagai ibu. mampu memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum terhadap Ny. T. Metode penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di BPS Nurhasanah Amd.Keb jl ikan bawal gudang lelang teluk betung. Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu Ny.T umur 19 tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2015. Format yang digunakan adalah format asuhan kebidanan menurut Varney. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Dari hasil Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan hasil ibu dalam keadaan sehat, rasa mulas pada perut ibu tidak dirasakan lagi dan tidak ada penyulit yang berhubungan dengan masa nifas terhadap Ny. T umur 19 tahun 6 Jam Post Partum di BPS Nurhasanah Amd.Keb Bandar Lampung. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE Kata Kunci : Asuhan Nifas, 6 jam post partum Kepustakaan : 14 referensi Jumlah halaman : 115 iii
  • 4. 4 CURICULUM VITAE Nama : Habibah Nim : 201207086 Tempat/tanggal lahir : Bandar Lampung, 23 September 1994 Alamat : Jl Yos Sudarso Tanjung Pura II Pidada II no 05 panjang utara Bandar Lampung Institusi : Akademi kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : Ke VII Biografi : Anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak Nur khamid dengan ibu Nikmah RIWAYAT PENDIDIKAN 1. TK Aisyah Panjang Utara Bandar Lampung tahun 1999-2000 2. SD Negeri 1 Panjang Utara Bandar Lampung tahun 2000-2006 3. SMP Negri 11 Bandar Lampung tahun 2006-2009 4. SMK Negri 1 Bandar Lampung Tahun 2009-2012. 5. Penulis Sekarang Terdaftar Sebagai Mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun 2012 Hingga Sekarang. iv
  • 5. 5 MOTO Sabar dalam mengatasi kesulitan adalah KUNCI utama dari kesuksesan yang ingin diraihnya Habibah v
  • 6. 6 PERSEMBAHAN Puji syukur penulis ucapkan terimakasih kepada Tuhan YME yang selalu mendampingi setiap langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Study kasus ini,dan dibalik penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. 1. Terima kasih buat kedua orang tua ku Mama tercinta (Nikmah) dan Bapak tercinta (Nur Khamid) yang selalu memberikan semangat dan mendoakan aku disetiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan 2. Terima kasih buat ade ku tercinta (Nur Azizah) yang telah memberikan support dan doanya terima kasih juga yang selama ini mau mendengarkan cerita-cerita ku.Terima kasih buat keluarga besar tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungannya selama aku menyelesaikan kuliah ini. 3. Pembimbing Akademik ku yang selalu membimbingku, memberikan nasehat dan ilmu nya tanpa pamrih ibu Puspita Dewi S.ST, M.Kes dan Margareta Rinjani S.ST 4. Almamater tercinta Akademi kebidanan ADILA Bandar lampung sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. vi
  • 7. 7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk studi kasus kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas pada Ny. T umur 19 tahun P1 A0 6 jam post partum di BPS Nurhasanah, Amd.Keb Bandar Lampung” Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam menulis Karya Tulis Ilmiah, penulis banyak menerima bantuan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr.Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 2. Puspita Dewi S.ST, M.Kes selaku pembimbing 1 Karya Tulius Ilmiah. 3. Margareta Rinjani S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah. 4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam studi kasus ini yang tidak bisa disebut satu persatu. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis vii
  • 8. 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………….…. i HALAMAN PENGESAHAN…………………………..…….. ii INTISARI………………………………..……………...…….. iii CURICULUM VITATE…………………………………....... iv MOTO………………………………………………………..... v PERSEMBAHAN………………………………………..…..... vi KATA PENGANTAR……………………………………….... vii DAFTAR ISI……………………………………………........... viii DAFTAR TABEL…………...………………………................ x DAFTAR LAMPIRAN.............................................................. xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 3 1.4 Ruang Lingkup .......................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 1.6 Metedologi dan Teknik Memperoleh Data ................................ 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis Masa Nifas ............................................ 8 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan …..................................... 49 2.3 Landasan Hukum Wewenang Bidan ....................................... 63 BAB III STUDI KASUS 3.1 Pengkajian ........................................................................... 67 3.2 Matriks ................................................................................ 77 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian .............................................................................. 86 4.2 Data objektif............................................................................ 92 viii
  • 9. 9 4.3 Interprestasi Data ................................................................... 100 4.4 Diagnosa Potensial ................................................................ 102 4.5 Antisipasi Masalah …............................................................ 103 4.6 Perencanaan …...................................................................... 104 4.7 Pelaksanaan …....................................................................... 107 4.8 Evaluasi …............................................................................. 111 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan …............................................................................ 116 5.2 Saran …................................................................................. 118 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN ix
  • 10. 10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kebijakan program nasional masa nifas ....................... 12 Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri ...................................................... 30 Tabel 3.1 Matriks .......................................................................... 77 x
  • 11. 11 DAFTAR TABEL Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Lembar Konsul Lampiran 3 : Dokumentasi xi
  • 12. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu ( Dewi dan Sunarsih, 2013). Asuhan ibu nifas yang diberikan guna meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi, adanya pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila perlu, mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan peranannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus, mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningktan pengembangan hubungan baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009). Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 kematian perempuan meningkat akibat persalinan, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO 2010). Berdasarkan data SDKI tahun 2012 terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat 1
  • 13. 2 persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34 tahun.Kasus kematian ibu tertinggi ada di Kota Bandar Lampung.Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain (Profil Dinas Kesehatan Provinsi lampung Tahun 2012 (29-04-2015 ; 17:56 WIB). Menurut data dari Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar lampung Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari Kabupaten kota tahun 2012 sebesar 115,8 per 100.000 Kelahiran Hidup (Profil Dinas Kesehatan Provinsi lampung Tahun 2012(29-04-2015 ; 17:56 WIB). Asuhan masa nifas diberikan karena diharapkan ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan perannya sebagai ibu dan kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun akan lebih maksimal (Sulistyawati,2009;). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, fisik maupun psikologisnya, melaksanakan skrining yang komprehensif mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya, memberikan pendidikan kesehatan,tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, kb, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana (Ambarwati, 2010). Berdasarkan hasil pra survey di BPS Nurhasanah Gudang Lelang Teluk Betung pada tanggal 28 April 2015 Ny. T melahirkan di BPS Nurhasanah pada
  • 14. 3 saat di lakukan pengkajian Ny. T mengatakan tidak mengetahui tentang cara perawatan setelah melahirkan. Dengan adanya data dan fenomenal yang terjadi diatas penulis tertarik untuk mengambil Studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Ny. T umur 19 tahun P1 A0 post partum 6 jam di BPS Nurhasanah, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah “Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum terhadap Ny. T umur 19 tahun P1 A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb. 1.3Tujuan Penulis 1.3.1 Tujuan Umum Penulis mampu memberikan Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum terhadap Ny. T Umur 19 Tahun P1A0 di BPS. Nurhasanah Amd.Keb Teluk Betung Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.Tujuan Khusus 1.3.2.1 Penulis mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada kasus ibu nifas 6 jam khususya pada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb. 1.3.2.2 Penulis mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga mampu menyusun diagnosa kebidanan, masalah dan
  • 15. 4 kebutuhan pada ibu nifas khususya pada Ny. T umur 19 Tahun P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb. 1.3.2.3 Penulis mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas khususya pada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb. 1.3.2.4 Penulis mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera pada asuhan kebidanan ibu nifas khususya pada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb. 1.3.2.5 Penulis mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas khususya pada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb. 1.3.2.6 Penulis mampu melaksanakan Asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnyapada Ny.T umur 19 Tahun P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb. 1.3.2.7 Penulis mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus ibu nifas khususya pada Ny. T umur 19 Tahun P1A0 di BPS Nurhasanah Amd.Keb. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu Ny.T umur 19 tahun.
  • 16. 5 1.4.2 Tempat Penelitian dilakukan di BPS Nurhasanah Amd.Keb jl ikan bawal gudang lelang teluk betung Bandar Lampung 1.4.3 Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2015. 1.5 Manfaat Penulisan 1.5.1 Bagi Instansi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian serta dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai bahan referensi berikutnya khususnya dalam penatalaksanaan 6 jam post partum . 1.5.2 Bagi Lahan Praktek Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE. 1.5.3. Bagi Ny. T Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan bagi Ny. T dalam penatalaksanaan 6 jam post partum sehingga ibu telah mengerti tentang perawatan ibu selama masa nifas
  • 17. 6 1.5.4.Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan pendidikan penulis khususnya tentang penatalaksanaan 6 jam post partum pada ibu nifas. 1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metodologi penelitian Metode yang digunakan penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah metode pennelitian survei deskriktif yang dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenimena yang terjadi dan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu. (Notoatmodjo, 2012; h. 35-36) 1.6.2 Tehnik Memperoleh Data a. Data Primer 1. Wawancara Salah satu metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data adalah dengan wawancara, dimana penulis mendapat keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), dan bercakap-cakap dengan berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. (Notoatmodjo, 2012; h. 139).
  • 18. 7 Wawancara dilakukan dengan cara : a) Auto anamnesa Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien mengenai penyakitnya. b) Allo anamnesa Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau orang lain mengenai penyakit klien (Sulistyawati, 2009). 2. Pengkajian fisik Adalah pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki (Ambarwati,.2008,h;139). b. Data Sekunder 1. Study pustaka Penulis mencari dan mengumpulkan serta mempelajari referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas yakni Asuhan Nifas dari beberapa buku dan informasi internet. 2. Studi Dokumentasi Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan bidan, maupun sumber lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik, atau melihat data dari rekam medis (Notoatmodjo, 2005).
  • 19. 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS 2.1.1 PengertianMasa nifas Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil dan membutuhkan jangka waktu tertentu (Dewi dan Sunarsih, 2013: h 1). Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009: h 4). Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h 1). 8
  • 20. 9 2.1.2 Prinsip dan sasaran asuhan masa nifas Prinsip asuhan kebidanan pada ibu masa nifas hendaknya yang bermutu tinggi serta menyesuaikan terhadap budaya setempat yang tidak berpengaruh negatif terhadap kesehatan ibu, jika dijabarkan lebih luas sasaran asuhan kebidanan masa nifas meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologi b. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis c. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan hubungan antara ibu dan anak yang baik d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus e. Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu f. Merujuk ibu ke dokter sepesialis bila perlu (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 1) 2.1.3 Tujuan asuhan masa nifas 2.1.3.1 Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis dimana asuhan pada masa nifas ini peran keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi
  • 21. 10 2.1.3.2 Melaksanakan skrining yang komperhensif dimana bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis mulai dari pengkajian data subyektif, obyektif maupun penunjang 2.1.3.3 Setelah bidan melaksanakan pengkajian bidan harus menganalisa data tersebut agar tujuan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi. 2.1.3.4 Mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan. 2.1.3.5 Memberikan pedidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui yang benar, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat. (Rukiyah dan Yulianti, 2011; hal.3) 2.1.4 Tahapan Masa Nifas Tahapan masa nifas dibagi menjadi: a. Puerpurium Dini Masa Kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan b. Puerpurium intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6- 8 minggu
  • 22. 11 c. Remote puerpurium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan (Sulistyawati, 2009; h 5). 2.1.5 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah: a. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman c. Memfasilitai hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi d. Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 3).
  • 23. 12 2.1.6 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian ASI awal. 5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir. 6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan tanda-tanda penyulit 5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. 3 2 minggu setelah persalinan Sama seperti di atas. 4 6 minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya alami. 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini. Table 2.1.Kebijakan program nasional masa nifas ( Sulistyawati, 2009; h 6-7). 2.1.7 Laktasi dan menyusui 2.1.7.1 Anatomi Dan Fisiologi Payudara Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. (Rukiyah dan Yulianti, 2011). Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
  • 24. 13 bayi. Manusia memiliki sepasang kelenjar payudara yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang kecuali jika dirangsang oleh hormon. Pada wanita tetap berkembang setiap pubertas sedangkan selama hamil terutama berkembang pada saat menyusui (Dewi dan Sunarsih, 2013;h 7). 2.1.7.2 Proses laktasi dan menyusui Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusu dini, dimana ASI baru keluar akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas, hormon plasenta mengandung hormon penghambat yaitu prolaktin yang menghambat proses pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi sehingga air susu keluar.
  • 25. 14 Umumnya air susu keluar 2-3 hari setelah melahirkan (Saleha, 2009; h.11). 2.1.7.3 Struktur payudara a. Struktur makrokospikdari payudara 1. Cauda aksilaris Jaringan yang meluas kearah aksila 2. Aerola Daerah lingkaran yang mengalami hiperpigmentasi. Aerola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm letaknya mengelilingi puting dan berwarna gelap selama hamil warna akan menjadi gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya 3. Papila mamae Papila mamae terletak setinggi kosta keempat. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus lakteferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus lakteferus akan memadat dan akan menyebabkan puting susu ereksi (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 7-9). b. Struktur mikrokopis dari payudara Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan-bangunan sebagai berikut:
  • 26. 15 1. Alveoli Merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. 2. Duktus laktiferus Saluran sentral yang merupakan muara dari beberapa tubulus lakteferus 3. Ampula Bagian dari duktus laktiferus yang melebar merupakan tempat penyimpan air susu. Ampula terletak dibawah aerola. 4. Tubulus Jaringan yang meluas dari ampula sampai ke papila mamae (Dewi dan Sunarsih, 2013, h 9) . c. Rawat Gabung Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya. Tujuan dilakukannya rawat gabung ini adalah sebagai berikut: 1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan 2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas
  • 27. 16 3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya 4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar 5. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional Sedangkan untuk manfaat bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu dan bayi sebagai berikut : 1. Fisik Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah untuk melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan. 2. Fisiologis Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin yang dapat membantu proses fisiologis involusi rahim. 3. Psikologis Dari segi psikologis akan segera terjadi proses lekat akibat sentuhan badan antar a ibu dan bayi. Hal tersebut
  • 28. 17 akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. 4. Edukatif Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari RS. 5. Ekonomi Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit, terutama RS pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot, serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
  • 29. 18 6. Medis Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya (Dewi, 2011; h 18-19). d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia berhasil menyusui. Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut. 1. Dalam 30 menit pertama stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuain peralihan dari keadaan dalam kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.
  • 30. 19 2. Antara 30-40 menit mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum, mencium, dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu ibu. 3. Mengeluarkan air liur saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya. 4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat- jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil. 5. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik (Saleha, 2009; h 28-31). e. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI Bidan mempunyai peran yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi, dukungan dalam pemberian ASI dengan cara berikut: 1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama
  • 31. 20 2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul 3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI 4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung), manfaat dari rawat gabung adalah sebagai berikut: a) Aspek fisik Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat tanpa rejadwal. Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu, maka ASI segera keluar. b) Aspek fisiologis Bila bayi selalu dekat dengan ibunya, maka bayi lebih sering disusui. Hal ini mengakibatkan bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. c) Aspek psikologis Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infont mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. d) Aspek edukatif Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya
  • 32. 21 sendiri pasca melahirkan. Pada saat ini lah dorongan suami dan keluarga sangat di perlukan oleh ibu. e) Aspek ekonomi Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah f) Aspek medis Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat meliahat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar 5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin 6. Membersihkan kolostrum dan ASI saja 7. Menghindari susu botol dan dot empen (Dewi, 2011;h 15-17). f. Manfaat pemberian ASI Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur sedikitnya 2 tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu maupun masyarakat pada umumnya
  • 33. 22 a.Manfaat bagi bayi Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan perkembangan kecerdasannya, pertumbuhan sel otak secara optimal ,mudah dicerna, penyerapan lebih sempurna, mengandung zat anti diare, protein ASI adalah spesifik species sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia, membantu pertumbuhan gigi, mengandung zat antibody mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin ibu dan bayi b.Bagi ibu Manfaat untuk ibu yakni : mudah, murah, praktis, mempercepat involusi uterus, mengurangi perdarahan, mencegah kehamilan, meningkatkan rasa kasih sayang , mengurangi penyakit kanker (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h. 17-18). c.Bagi semua orang 1) ASI selalu bersih dan bebas hama yang menyebabkan infeksi 2) Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus 3) ASI selalu tersedia dan gratis 4) Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali akan memperoleh perlindungan sepenuhnya
  • 34. 23 dari kemungkinan hamil (Sulistyawati, 2009; h 17- 18). d.Manfaat bagi negara 1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan 2) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui 3) Mengurangi polusi 4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Saleha, 2009; h 33). g. Stadium ASI ASI dibedakan menjadi 3 stadium yaitu sebagai berikut: 1) Kolostrum Cairan pertama yang diperboleh bayi pad ibunya adalah kolostrum yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI dimulai ada kira-kira pada hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan dengan viskosis kental, lengket, dan berwarna kekuningan. (Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 20) Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang
  • 35. 24 baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotik pembunuh kuman. (Saleha, 2009; h. 11) Dengan kasiat kolostrum sebagai berikut: a.Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan. b.Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi. c.Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan. (Saleha, 2009; h. 25) 2) ASI transisi ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat. 3) ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak mengumpal bila
  • 36. 25 dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air (Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 20-21). h. Cara Menyusui Yang Benar Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.30) Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar: 1. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. 2. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. 3. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lekungan siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. 4. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan. 5. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
  • 37. 26 6. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 7. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang 8. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola 9. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi 10. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dengan putting serta areol dimasukkan kemulut bayi 11. Melepas isapan bayi a. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi: 1) Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau 2) Dagu bayi ditekan kebawah b. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir) c. Setelah selesai menyusui, ASI dikelurkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 38-40)
  • 38. 27 d. Menyendawakan bayi tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lubang supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setealh menyususi. Cara menyendawakan bayi: 1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan 2) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.40). i. Memerah dan Meyimpan ASI Cara memerah ASI adalah sebagai berikut: a. Letakkan ibu jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari areola. Usahakan untuk mengikuti aturan tersebut sebagai panduan, apalagi ukuran dari areola tiap wanita sangat bervariasi. Tempatkan ibu jari diatas areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya pada posisi jam 6. b. Dorongan kearah dada, hindari meregangkan jari. Bagi ibu yang payudaranya besar, angkat dan dorong kearah dada c. Gulung menggunakan ibu jari lainnya secara bersamaan
  • 39. 28 d. Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang ASI hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat maka ibu tidak akan kesakitan saat memerah e. Putar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya. Demikian juga saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua tangan. (Sulistyawati, 2009; h. 39-40) ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat sebagai berikut: 1) Di udara bebas/terbuka :6-8 jam 2) Di lemari es (4c) :24 jam 3) Di lemari pendingin/beku (-18C) :6 bulan (Saleha, 2009; h. 28) Mencairkan ASI beku dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panci kecil 2) Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI akan mencair dalam waktu kurang dari 5 menit. ( Saleha, 2009; h. 27).
  • 40. 29 2.1.8 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas 2.1.8.1 Perubahan Sistem Reproduksi Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi perubahan penting lainnya, perubahan- perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut: (Saleha, 2009 h 53). a. Uterus Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu persalinan, hanya saja sekarang tujuannya berbeda. Sebagaimana diketahui, ketika uterus berkontraksi, seorang wanita akan merasakan mules. Inilah yang disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini akan berlangsung 2 hingga 3 hari setelah melahirkan (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h 141). b. Bagian bekas implantasi plasenta Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah tertutup karena
  • 41. 30 kontraksi otot rahim. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. Lapisan endrometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokia. Lokia bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endrometrium dan luka akan sembuh 6-8 minggu postpartum. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 75-76). Tabel 2.1Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi Involusi TFU Berat uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram 6 minggu Normal 50 gram 8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram Sumber : ( Dewi dan Sunarsih, 2013; h 57 ). c. Perubahan ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 57) d. Perubahan pada serviks Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, seger setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
  • 42. 31 mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cicin (Sulistyawati, 2009;h 77). e. Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain : 1. Autolysis Merupakan proses peenghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil 2. Atrofi jaringan Jaringan yang berproliferase dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan placenta 3. Efek Oksitosin Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauteri yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari
  • 43. 32 kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis (Sulistyawati, 2009; h 75). 4. Lokia Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas (Saleha,2009: h 55). Jenis-jenis lokia berdasarkan warna dan waktu keluarnya a. Lokia rubra atau merah (cruenta) lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ke empat masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium b. Lokia sanguinolenta Lokia ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke empat sampai hari ketujuh post partum c. Lokia serosa Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke tujuh sampai hari ke empat belas
  • 44. 33 d. Lokia alba Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati, lokia alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu e. Lokia Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk (Sulistyawati, 2009;h 76). f. Lochiostatis, pengeluaran lochea yang tidak lancar keluarnya (Rukiyah dan Yulianti, 2011;h 60). 5. Kontraksi Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu persalinan, hanya saja sekarang tujuannya berbeda. Sebagaimana diketahui, ketika uterus berkontraksi, seorang wanita akan merasakan mules. Inilah yang disebut nyeri setelah melahirkan. Hal ini akan berlangsung 2 hingga 3 hari setelah melahirkan (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h 141). 6. Perubahan pada serviks Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin
  • 45. 34 Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Pada minggu ke enam post partum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009; h 77). f. Perubahan Pada Vulva, Perineum Dan Vagina Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta pencegahan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Himen tampak sebagian tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiormis yang khas bagi wanita multipara. Ukura vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalina pertama (Damayanti dan Sundawati, 2011;h. 58). Sedangkan perubahan pada perineum segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke lima, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonus nya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil (Sulistyawati, 2009;h 78).
  • 46. 35 g. Perubahan-perubahan tanda-tanda vital: 1. Suhu badan Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke tiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI 2. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat 3. Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum 4. Pernapasan Keadaan pernapasaan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 60).
  • 47. 36 h. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan di atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 80). i. Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfingter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu (Sulistyawati, 2009; h 78-79).
  • 48. 37 j. Perubahan Sistem Kardiovaskuler dan haematologi Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah dan kadar haemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Volume darah normal yang diperlukan placenta dan pembuluh darah uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan cepata mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h 70). Sedangkan yang terjadi di perubahan hematologi Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama postpartu, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, akan tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika
  • 49. 38 wanita tersebut mengalami persalinan yang lama (Sulistyawati, 2009; h 75-83). k. Perubahan Sistem Muskulokeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh – pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6- 8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat- serat elastis kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi (Sulistyawati, 2009; h 78-79).
  • 50. 39 2.1.9 Perubahan Psikologi Masa Nifas Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut: 4.1.9.1 Fase talking in Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan tergantung oleh orang lain. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan dalm fase ini, untuk memberi dukungan moril 4.1.9.2 Periode Taking hold Berlangsung 3-10 hari setelah post parum, ibu mulai khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayinya. Dalam fase ini sangat baik bagi ibu untuk mendapatkan penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya 4.1.9.3 Periode Letting go Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat meyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya. Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 65-66).
  • 51. 40 2.1.10 Kebutuhan dasar masa nifas 2.1.10.1 Nutrisi Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat 3 kali lipat dari kebutuhan biasa. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 97). Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat (Dewi dan Sunarsi, 2013; h 71). Ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut : 1.Mengkonsusi tambahan 500 kalori tiap hari 2. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari 3. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca peralinan
  • 52. 41 4. Minum kapsul viamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI 2.1.10.2 Ambulasi dini Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin untuk membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan early ambulation adalah : 1. Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat 2. Faal usus dan kandung kecing lebih baik 3. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih dalam perawatan 4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (social ekonomis) (Saleha, 2009; h 72). 2.1.10.3 Eliminasi Miksi Ibu diminta untuk BAK 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.Berikut sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum 1. Berkurangnya tekanan intra abdominal
  • 53. 42 2. Otot-otot perut masih lemah 3. Edema uretra 4. Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha,2009; h. 73). Ibu mampu BAK sendiri bila tidak, maka dilakukan tindakan berikut: 1. Dirangsang dengan mengalirkan air 2. Mengompres air hangat di atas simpisis 3. Saat sith bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilkukan kateterisasi. Hal ini dapat membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu, kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 hari postpartum (Dewi dan Sunarsi, 2013; h 73). BAB Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, atau berikan obat rangsangan per oral/rektal (Damayanti Sundawati, 2011; h 83). 2.1.10.4 Istirahat Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam
  • 54. 43 sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang hari. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya: 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi 2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan 3. Menyebabkan depresi dan ketidak nyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Sulistyawati, 2009; h 103). 2.1.10.5 Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Hasrat sexual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatanya mampu lamanya, juga orgasme pun akan menurun. Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses penyembuhan luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 108 .
  • 55. 44 2.1.10.6 Personal hyigene Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu post partum adalah sebagai berikut: a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, terutama daerah perineum b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Dan nasehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan di setrika d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminya
  • 56. 45 e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Saleha, 2009; h 73). 2.1.10.7 Latihan senam nifas Setelah melahirkan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini jelas sangat terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas (Saleha, 2009; h. 75). 2.1.11 Respon orang tua terhadap bayi baru lahir 2.1.11.1 Pengertian bounding atachment adalah suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h 38). 2.1.11.2 Tahapan-tahapan bounding attachment adalah sebagai berikut:
  • 57. 46 1. Perkenalan (acguaintance) dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. 2. Keterikatan ( bounding) 3. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 46) 2.1.12 Pencegahan hipotermi 2.1.12.1 Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir Kondisi bayi baru lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi cepat kehilangan suhu tubuh. 2.1.12.2 Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan terkurap diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu. 2.1.12.3 Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir (Dewi, 2011; h 3) Ada 4 cara bayi yang membuat bayi kehilangan panas yaitu a. Konduksi
  • 58. 47 Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi b. Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak. c. Radiasi Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin d. Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (Dewi, 2011;h 13-14). 2.1.13 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas Infeksi Masa Nifas Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38o C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari (Manuaba, 2010: hal.415). Infeksi masa nifas adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta (Saleha, 2009; h 96). Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala tiga. Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim
  • 59. 48 akan bertambah naik, tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat. 1. Klasifikasi Klinis Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir Perdarahan Pasca Persalinan Sekunder, yakni perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab: robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran 2. Etiologi dan Faktor Penyebab Predisposisi a. Atonia uteri (>75%), atau Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri b.Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan oleh robekan spontan atau memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat terjadi di tempat : Robekan Serviks, Perlukaan Vagina, Robekan perinium c. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik sebagaian atau seluruhnya d.Inversio uterus (uterus keluar dari rahim) e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati) (Rukiyah dan Yulianti; 2011, h 116).
  • 60. 49 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwat dan Wulandari, 2010; h 130). 2.2.1 Pengumpulan data dasar (pengkajian) Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien, untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: 1. Anamnesa Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa terdiri dari beberapa kelompok penting sebagai berikut: a. Data Subjektif Identitas pasien 1) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan 2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
  • 61. 50 3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. 4) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. 5) Suku/bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. 6) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. 7) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. 8) Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan Wulandari, 2010;,h 131-132).
  • 62. 51 9) Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan yanag lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. b) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubunganyan dengan masa nifas dan bayinya. c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 133) 10) Riwayat obstetri a) Riwayat haid Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. b) Menarche Usia pertama kalimengalami menstruasi pada wanita indonesia pada usia 12-16
  • 63. 52 c) Siklus Jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. d) Volume Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan e) Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya sakit yang sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. (Sulistyawati, 2009; h 112). 11) Riwayat persalina sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 134). 12) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa
  • 64. 53 nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 134). 13) Pola kebutuhan sehari-hari a) Nutrisi Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 71). b) Eliminasi Buang air besar (BAB). Defekasi (BAK) harus ada dalam 3 hari postpartum (Dewi dkk, 2011; h 73). Miksi normal apabila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 73). c) Istirahat Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Damayanti dan Sundawati, 2011; h 84). d) Personal hygine Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur meuoun lingkungan (Damayanti dan Sundawati, 2011; h 84).
  • 65. 54 e) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 137). b. Data Objektif Data ini di kumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang yang di lakukan secara berurutan. 2. Pemeriksaan Umum Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut: a. Keadaan umum Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya baik atau lemah. b. Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2009; h 122).
  • 66. 55 3. Tanda tanda vital a. Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklamsia postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h, 85). b. Nadi Nadi berkisar antara 60-80 denyut permenit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada ibu nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali kedalam keadaan semula (Saleha, 2009; h.61) c. Pernafasan Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; hal.137-139). d. Suhu Pada masa pospartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38ºC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada
  • 67. 56 pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak dan bewarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada indometrium, (mastitis, traktus genetalis, atau system lain) (Sulistyawati, 2009; h.80) 4. Pemeriksaan fisik a. Kepala Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada kepala terdapat organ-organ yang sangat penting. Pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi. b. Muka Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat. Ketidak simetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis). c. Mata Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang di gunakan inspeksi dan palpasi. d. Telinga Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran. teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi. e. Hidung Di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus.
  • 68. 57 f. Mulut Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut. g. Leher Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang berkaitan. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi. h. Dada Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan dan Kasim, 2012; hal.66-86) i. Payudara Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotik pembunuh kuman (Saleha, 2009; hal.11). j. Perut Selama masa kehamilan kulit abdomen, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur selama berbulan –bulan (Damayanti dan Sundawati,2011;h,62). Tabel 2.1Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi Involusi TFU Berat uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram 6 minggu Normal 50 gram 8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram Sumber : Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 57
  • 69. 58 k. Anogenital Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta meregang, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Proses involusi uterus biasanya disertai dengan adanya rasa nyeri yang disebut after pain yaitu perasaan mulas-mulas yang diakibatkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung selama 2-4 hari pasca persalinan. Proses kontraksi juga mempengaruhi pengeluaran secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang disebut dengan lochea, (Damayanti dan Sundawati, 2011; h 5). Lochea dibagi menjadi 4 yaitu: 1. Lokia rubra atau merah (cruenta) lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ke empat masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. 2. Lokia sanguinolenta Lokia ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke empat sampai hari ketujuh post partum.
  • 70. 59 3. Lokia serosa Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke tujuh sampai hari ke empat belas. 4. Lokia alba Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati, lokia alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu. 5. Lokia Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk (Sulistyawati;2009,h 76). 6. Lochiostatis, pengeluaran lochea yang tidak lancar keluarnya (Rukiyah dan Yulianti;2011,h 60). 2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. Diagnosa Kebidanan
  • 71. 60 Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010 hal.141). Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa, masalah dan kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Damayanti dan Sundawati 2011; h 112). Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputi: 1. Data Subjektif Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien 2. Data Objektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Ambarwati dan Wulandari,2010; h 142). 2.2.3 Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
  • 72. 61 anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 143). 2.2.4 Tindakan Segera Pada pelaksanaannya, bidan kadang dihadapkan pada beberapa situasi yang darurat, yang menuntut bidan melakukan tindakan penyelamatan terhadap pasien. Kadang pula dihadapkan pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera padahal sedang menunggu intruksi dokter. Bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman (Sulistyawati, 2009; hal. 132) Mengidentifikasi perlunya penanganan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota TIM kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h 110). 2.2.5 Perencanaan Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2011; hal.143). Asuhan yang diberikan pada 6-8 jam post partum:
  • 73. 62 1. Mencegah terjadinya perdarahan 2. Mendetesi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut 3. Memberi konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaiman mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4. Pemberian ASI awal 5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi 2.2.6 Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik tehadap masalah pasien ataupun diagnosis yang di tegakkan (Ambarwati dan Wulandari, 2010; hal.145) 2.2.7 Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h 147)
  • 74. 63 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 1. Kewenangan normal: a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter. 1. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu 1) Ruang lingkup: a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c) Pelayanan persalinan normal d) Pelayanan ibu nifas normal e) Pelayanan ibu menyusui f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan 2) Kewenangan : a) Pelayanan kesehatan anak Ruang lingkup
  • 75. 64 (1) Pelayanan bayi baru lahir (2) Pelayanan bayi (3) Pelayanan anak balita (4) Pelayanan anak pra sekolah b) Kewenangan (1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1 (2) Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat (3) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk (4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan (5) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah (6) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah (7) Pemberian konseling dan penyuluhan (8) Pemberian surat keterangan kelahiran (9) Pemberian surat keterangan kematian (www.KesehatanIbu.Depkes,go.id)
  • 76. 65 Standar pelayanan nifas (1) Standar 13 pelayanan bayi baru lahir Bidan memeriksa dam menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernapasa spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia. (2) Standar 14 penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan pada ibu terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI (3) Standar 15 pelayanan bagi dan bayi pada masa nifas Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan, atau perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,
  • 77. 66 makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi, dan KB. (Soepardan dan Suryani, 2007; 121)
  • 78. 67 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. T UMUR 19 TAHUN P1 A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS NURHASANAH Amd.Keb BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 I. PENGKAJIAN Tanggal : 28 April 2015 Jam : 21.40 WIB Tempat : BPS Nurhasanah Nama Mahasiswa : Habibah Nim : 201207086 DATA SUBJEKTIF IDENTITAS 1. Biodata Istri Suami Nama : Ny. T Tn. D Umur : 19 tahun 24 tahun Agama : Islam Islam Suku : Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia Pendidikan : SMA SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerja Swasta Alamat : Jl ikan bawal Gg damai gudang lelang bandar lampung
  • 79. 68 2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa mules 3. Riwayat kesehatan : a. Riwayat Kesehatan Sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatits : Tidak ada TBC : Tidak ada b. Riwayat Kesehatan Dahulu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatits : Tidak ada TBC : Tidak ada c. Riwayat Kesehatan Keluarga Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada
  • 80. 69 Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatits : Tidak ada TBC : Tidak ada 4. Riwayat Perkawinan Status perkawinan : Syah Usia nikah pertama : 18 Tahun Lamanya pernikahan : 1 tahun 5. Riwayat obstetri a. Riwayat haid 1) Menarche : 13 Tahun 2) Siklus : 28 Hari 3) Lama : 4-6 Hari 4) Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari 5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal 6) Disminorhea : Tidak ada b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. No. TahunPersalinan Tempat Persalinan Umur Kehamilan Jenis Persalinan penolong penyulit Keadaan nifas anak 1 Hamil ini
  • 81. 70 c. Riwayat persalinan sekarang Jenias persalinan : Spontan Tanggal : 28 April 2015 Jam : 19.40 WIB Jenis kelamin : Laki-laki Panjang badan : 49 cm Berat badan : 2800 gram Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat d. Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi. 6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari a. Pola Nutrisi Selama hamil :Ibu makan 3x sehari dengan menu 1 porsi nasi, 1 mangkuk sayur, 1 potong daging ayam, minum air putih 8 gelas perhari, serta minum susu 1 gelas per hari Selama nifas :Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan, dengan menu 1 porsi nasi, 1 mangkuk sayur sop, 1 potong ayam dan 1 potong tempe dan 8 gelas air putih
  • 82. 71 b. Pola eliminasi Selama hamil BAK :Ibu mengatakan BAK 5-7 kali per hari, dengan warna jernih. BAB :Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum melahirkan. Selama nifas BAK :Ibu mengatakan BAK 1 kali pada 3 jam post partum. BAB :Ibu mengatakan belum BAB selama pemantauan 6 jam post partum. c. Pola aktivitas Selam hamil :Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, mengepel, dan mencuci. Selama nifas :Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke kamar mandi sendiri pada 6 jam post partum d. Pola istirahat Selam hamil :Ibu tidur malam selam 6-8 jam dan tidur siang selama 1-2 jam
  • 83. 72 Selama nifas :Ibu mengatakan belum bisa tidur selama 6 jam setelah melahirkan karena perutnya masih terasa mulas e. Pola personal hygine Selam hamil :Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali dalam seminggu, ganti pakaian setiap mandi dan dan mengganti celana dalam 3x sehari atau jika lembab. Selam nifas :Ibu mengganti pembalut 1 kali dari setelah melahirkan f. Pola seksual Selam hamil :Ibu jarang melakukan hubungan seksual, yaitu 3x seminggu. Selama nifas :Ibu tidak melakukan hubungan seksual 7. Psikososial a. Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah melahirkan secara normal b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Ibu tidak tau bahwa rasa mules yang masih dirasakan adalah hal yang normal c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluarga bahagia dengan kelahiran bayi Ny. T d. Pengambilan keputusan : Pengambil keputusan dalam keluarga dilakukan secara bermusyawarah e. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
  • 84. 73 Data objektif Tanggal/ waktu: 28-04-2015 / 21.40 WIB 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Keadaan emosional : Stabil Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg Pernafasan : 24 kali/menit Nadi : 78 kali/menit Suhu : 36,50 c 2. Pemeriksaan fisik Kepala a. Wajah Oedem : Tidak ada Pucat : Tidak ada b. Mata Simetris : Ya kanan dan kiri Kelopak mata : Tidak odema Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih c. Hidung Simetris : Ya kanan dan kiri Polip : Tidak ada pembesaran
  • 85. 74 Kebersihan : Bersih d. Mulut Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan Lidah : Bersih e. Telinga Simetris : Simetris kanan dan kiri Lubang : Ada kanan dan kiri Gangguan pendengaran : Tidak ada f.Payudara Simetris : simetris antara kanan dan kiri Benjolan : Tidak ada Pengeluaran : Ada kolostrum Rasa nyeri : Tidak ada g. Abdomen Bekas luka operasi : Tidak ada Konsistensi : Keras Benjolan : Tidak ada Pembesaran lien dan liver : Tidak ada Kandung Kemih : Kosong Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat h. Anogenital Vulva : Warna merah kehitaman Perenium : Tidak Ada luka hacting Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra
  • 86. 75 Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan Anus : Tidak ada hemoroid i.Ekstremitas Atas Odema : Tidak ada Kebersihan kuku : Bersih Bawah Odema : Tidak ada Kemerahan : Tidak ada Varises : Tidak ada Refleks patela : Positip 3. Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan 4. Data penunjang a. Riwayat Persalinan Sekarang 1. Tempat melahirkan : BPS Nurhasanah, Amd.Keb 2. Penolong : Bidan 3. Jenis persalinan : Spontan 4. Tanggal persalinan : 28 April 2015 5. Komplikasi : Tidak ada 6. Lama persalinan Kala 1 : 8 jam Kala II : 30 menit Kala III : 7 menit
  • 87. 76 Kala IV : 2 jam Lama : 10 jam 37 menit 7. Ketuban pecah pukul : 19.30 WIB 8. Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 225cc / 100cc 9. Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin 10.Obat – obatan yang diberikan setelah persalinan : Paracetamol 500 mg, tablet Fe dengan dosis 60 mg, Vitamin A dengan dosis 200.000 IU 11. Plasenta : Lahir : Spontan Insersia : Sentralis Panjang Tali Pusat : ± 50 cm Diameter : 20 cm Selaput Dan Kotiledon : Lengkap Kelainan : Tidak ada 12. Perenium : Tidak ada laserasi b. Bayi Lahir tanggal/pukul : 28-04-2015 / 19.40 WIB Nilai APGAR : 9/10 Jenis kelamin : Laki- laki Masa gestasi : 39 minggu 5 hari
  • 88. MATRIK Tgl / jam PENGKAJIAN INTERPRETASI DATA (DIAGNOSA, MASALAH, KEBUTUHAN) Dx POTENSIAL / MASALAH POTENSIAL ANTISIPASI/ TINDAKAN SEGERA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI 28 April 2015, pukul 21.40 WIB Ds : Ibu mengatakan senang atas kelahiran anak pertamanya Ibu mengatakan mulas di bagian perutnya Do : KU ibu baik Kesadaran composmetis Tekanan Darah 110/80 mmHg Nadi:78 x/menit Pernapasan 24 x/ menit Suhu 36,5 C TFU 2 jari di bawah pusat Dx : Ny. T umur 19 tahun P1A0 2 Jam post partum Ds : - ibu mengatakan ini adalah persalinan yang pertama dan belum pernah keguguran. - ibu melahirkan tanggal 28-04- 2015 Pukul 19.40 wib. DO: KU ibu baik kesadaran composmetis, TD: 110 /80 mmHg Tidak ada Tidak ada 1. Jelaskan tentang kondisi ibu saat ini 2. Jelaskan pada ibu tentang keluhan yang dialaminya. 3. Ajarkan pada ibu dan keluarga untuk melakukan massase 1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaannya yaitu: Keadaan umum: baik, TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 78x/ menit, RR: 24x/ menit, Suhu: 36,5 C. TFU: 2 jari dibawah pusat, Kontraksi: kuat, Lokhea: rubra, Luka perineum: tidak ada 2.Menjelaskan pada ibu tentang keluhan yang dialami oleh ibu saat ini yaitu perut mulas adalah hal yang normal karena pengembalian uterus kebentuk semula seperti sebelum hamil. Jadi ibu tidak perlu khawatir. 3.Mengajarkan pada ibu cara mencegah 1. Ibu mengerti keadaannya saat ini keadaan baik 2. Ibu mengerti bahwa hal yang dialami ibu adalah hal yang normal. 3. Ibu dan keluarga mengerti cara masase dengan baik
  • 89. 69 Pengeluaran lokhea rubra Nadi 78 x/ menit Pernapasan 24 x/ menit Suhu 36,5 C Pengeluaran payudara kolostrum TFU 2 jari dibawah pusat Pengeluaran lokhea rubra Masalah: tidak ada Kebutuhan: 1. Jelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini 2. Beritahu ibu tentang kebutuhannya 4. Beritahu ibu untuk memberikan ASI awal 5. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi perdarahan pada masa nifas dengan cara mengajarkan ibu dan keluarga untuk tetep melakukan masase selama 15 kali dalam 15 detik agar uterus tetep berkontraksi dan dapat mencegah perdarahan 4.Menganjurkan ibu untuk memberikan asi awal pada bayinya karena cairan pertama yang diperboleh bayi dari ibunya adalah kolostrum yang mengandung kadar protein yang tinggi dan mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan 5.Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya yaitu dengan cara melakukan 4. Ibu bersedia menyusui bayinya seawal mungkin 5. Ibu dan bayi telah dilakukan rawat gabung
  • 90. 70 6. Ajarkan ibu untuk melakukan pencegahan hipotermi pada bayinya. perawatan yang menyatukan ibu berserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau tempat secara bersama- samaan dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam sehari 6.Mengajarkan pada ibu untuk melakukan pencegahan hipotermi yaitu dengan cara: Mengeringakan tubuh bayi segera mungkin setelah lahir, bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan terkurap diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu, menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil, menghindari kehilangan panas pda 6. Ibu mengerti cara pencegahan hipotermi.
  • 91. 71 7. Anjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi 8. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan ambulasi dini bayi baru lahir 7.Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta memenuhi produksi ASI. Ibu nifas membutuhkan tambahan makanan kurang lebih 500 kalori tiap hari, seperti: mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari minum sedikitnya 3 liter air setiap hari pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan minum kapsul vit A kepada bayinya melalui ASI 8.Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan ambulasi 7. Ibu telah memenuhi kebutuhan nurisinya 8. Ibu telah melakukan anbulasi dini yaitu dengan berjalan-jalan di sekitar
  • 92. 72 9. Beritahu ibu untuk banyak istirahat dini yaitu dengan selekas mungkin keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Ibu telah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum 9.Menganjurkan ibu untuk beristirahat minimal 1 jam pada siang hari atau saat bayi tidur, usahakan agar ibu dapat beristirahat semaksimal mungkin dan pada malam hari 7-8 jam, hal ini agar kondisi ibu tetap terjaga selama masa nifas, produksi ASI dan mempercepat kepulihan kondisi ibu supaya ibu dapat merawat bayinya dengan baik. tempat tidurnya 9. Ibu belum beristrirahat sehabis melahirkan
  • 93. 73 29 April201 5, pukul01. 40 WIB DS : Ibu mengatakan melahirkan anak pertamanya Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas DO : Td: 110/80 mmhg N : 78x/mnt RR : 24x/mnt T : 36,5 ºC Pengeluaran : ada,kolostrum TFU : 2 jari dibawah pusat. Lokhea : rubra. Dx: Ny. T umur 19 tahun P1 A0 6 jam post partum Dasar : - Ibu mengatakan ini adalah kelahiran anak pertama dan belum pernah mengalami keguguran Bayi lahir pada tanggal 28 April 2015 Pukul 19.40 wib Do: KU ibu baik kesadaran composmetis TD 110/80 mmHg Nadi 78 x/menit Pernapasan 24 x/ menit Suhu 36,5 C Pengeluaran payudara: colostrum TFU pertengahan pusat simpisis Pengeluaran lokhea rubra Tidak ada Tidak ada 1. Evaluasi dan jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan 2. Evaluasi kembali pada ibu tentang keluhan yang dialaminya. 3. Evaluasi ibu dan keluarga dalam melakukan masase 1. Mengevaluasi dan menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu: TD: 110/80 mmHg, N: 78x/ menit, RR: 24x/ menit, suhu: 36,5 C TFU: 2 jati dibawah pusat Kontraksi: kuat Lokhea: rubra 2. Mengevaluasi tentang keluhan yang dirasakan yaitu rasa mulas yang dialaminya adalah hal yang normal 3. Mengevaluasi kembali ibu untuk mencegah perdarahan masa nifas dengan cara mengajarkan ibu dan keluarga untuk tetep melakukan masase selama 15 kali dalam 15 detik agar uterus tetep berkontraksi dan dapat mencegah perdarahan 1. .Memantau keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik sesuai dengan pemeriksaan fisik ibu dalam keadaan baik TD: 110/80 mmHg, N: 78 x/menit RR: 24x/menit Suhu: 36,5 C 2. Ibu mengerti bahwa hal yang dialami ibu adalah hal yang normal. Hal ini merupakan proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil kembali. 3. Ibu dan keluarga sudah melakukan massase setelah dilakukan pemeriksaan ternyata tidak terjadi perdarahan
  • 94. 74 Masalah: tidak ada Kebutuhan: tidak ada 4. Evaluasi kepada ibu tentang pemberian ASI awal 5. Evaluasi rawat gabung antara ibu dan bayi 4. Mengevaluasi kepada ibu tentang memberikan ASI awalnya 5. Mengevaluasi kembali melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya 4. Menganjurkan ibu untuk memberikan asi awal pada bayinya karena cairan pertama yang diperboleh bayi dari ibunya adalah kolostrum yang mengandung kadar protein yang tinggi dan mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan 5.Ibu dan bayi telah melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya yaitu dengan cara melakukan perawatan yang menyatukan ibu berserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau tempat secara bersama- samaan dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam sehari
  • 95. 75 6. Evaluasi ibu tentang cara pencegahan hipotermi pada bayinya 7. Evaluasi ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi 6. Mengevaluasi kepada ibu cara pencegahan hipotermi pada bayinya 7. Mengevaluasi tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu 6. Ibu mengerti bagaimana cara agar bayinya tidak hipotermi yaitu dengan cara: mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir, bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan tengkurap diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu, memunda memandikan bayi dan menghindari kehilangan panas 7. Ibu mengerti dan mau memenuhi nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta memenuhi produksi ASI. Ibu nifas membutuhkan tambahan makanan kurang lebih 500 kalori tiap hari Mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari Minum sedikitnya 3 liter
  • 96. 76 8. Evaluasi ibu tentang pola istirahat 9. Mengajarkan pada ibu untuk menjaga personal hygiene 8. Mengevaluasi kembali pada ibu tentang kebutuhan istirahat 9. Mengajarkan kepada ibu untuk melakukan personal hygiene. air setiap hari Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan Minum kapsul vit A kepada bayinya melalui ASI 8. Ibu megatakan belum bisa tidur selama 6 jam setelah melahirkan karena perutnya masih terasa mulas 9. Ibu mengatakan akan menjaga personal hygiene dengan cara menganti pembalut setiap habis BAK atau BAB atau bila terasa lembab,ganti celana dalam bila terasa lembab, membersihkan genetalia pada saat BAB/BAK dari depan kebelakang, mengeringkan dengan handuk kering.
  • 97. 77 10. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang dan apabila ada keluhan 10. Ibu akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 05 Mei 2015 dan apabila ada keluhan segera datang ke tenaga kesehatan
  • 98. 78 BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas terhadap NY. T umur 19 tahun P1 A0 6 jam post partum di dapatkan hasil sebagai berikut: 4.1 Pengkajian Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas yaitu Ny. T umur 19 tahun P1 A0 6 jam post partum normal di dapatkan hasil: 4.1.1 Umur 4.1.1.1 Tinjauan teori Umur dicatat untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikis belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.131). 4.1.1.2 Tinjauan kasus Setelah dilakukan pengkajian Ny. T saat ini berusia 19 tahun 4.1.1.3 Pembahasan Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori terjadi kesenjangan karna Ny. T dalam kasus ini tidak mengalami masalah sedangkan umur pasien 19 tahun dan umur ini dapat dikatogorikan pada umur yang beresiko.
  • 99. 79 4.1.2 Suku /bangsa 4.1.2.1 Tinjauan teori Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 132). 4.1.2.2 Tinjauan kasus Suku ibu adalah jawa 4.1.2.3 Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karna di dalam keluarga tidak menganut kepercayaan yang berhubungan dengan adat istiadat dalam suatu suku di dalam keluarga tersebut. 4.1.3 Pendidikan 4.1.3.1 Tinjauan teori Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual klien, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 132). 4.1.3.2 Setelah dilakukan pengkajian Ny. T pendidikan terakhirnya yaitu SMA 4.1.3.3 Pembahasan Pada tinjauan kasus dan teori tidak ada kesenjangan karena tingkat pendidikan ibu adalah tingkat SMA, maka dalam memberikan konseling pada klien gunakan bahasa
  • 100. 80 yang baik dan mudah dimengerti sehingga klien dapat mengerti dan mampu melaksanakan konseling yang telah diberikan. 4.1.4 Keluhan utama 4.1.4.1 Menurut tinjauan teori Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 132) 4.1.4.2 Menurut tinjauan kasus Ny. T mengeluh terasa mulas pada perutnya 4.1.4.3 Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny. T mengalami suatu hal yang fisiologis yaitu mulas pada bagian perutnya. 4.1.5 Pola kebutuhan sehari-hari 4.1.5.1 Nutrisi a. Tinjauan Teori Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 71).
  • 101. 81 b.Tinjauan kasus Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan, dengan menu nasi, sayur sop, lauk pauk 1 potong ayam dan 1 potong tempe serta air putih c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny T sudah makan setelah menjalankan persalinan 4.1.5.2 Eliminasi A. Defekasi a. Tinjauan teori Buang air besar (BAB). Defekasi (BAK) harus ada dalam 3 hari postpartum (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 73). b. Tinjauan kasus Ibu belum dapat BAB karena ibu baru saja mengalami 6 jam post partum c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan karena ibu dalam keadaan fisiologis dimana ibu dalam keadaan 6 jam post partum berdasarkan teori normal ibu nifas mengalami defekasi pada hari ke 3-4 setelah persalinan
  • 102. 82 B. Miksi a. Tinjauan Teori Miksi normal apabila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. (Dewi dan Sunarsih, 2013; h 73). b. Tinjauan Kasus Ny. T sudah BAK 1 kali dalam 3 jam setelah post partum dengan warna jernih dan bau khas urin c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. T telah BAK setelah 3 jam post partum yaitu pada pukul 22.40 Wib C. Pola istirahat a. Tinjauan Teori Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Damaiyanti dan Sundawati, 2011; h 84) b. Tinjauan kasus Dari setelah melahirkan sampai 6 jam ibu belum bisa tidur karena perut ibu masih mulas c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yang didapat, Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
  • 103. 83 yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Damaiyanti dan Sundawati, 2011; h 84) Dari setelah melahirkan sampai 6 jam ibu belum bisa tidur karena perut ibu masih mulas D. Personal hygine a. Tinjauan Teori Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan (Damayanti dan Sundawati, 2011; h 84). b. Tinjauan Kasus Ibu mengganti pembalut 1 kali dari setelah melahirkan c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. T selalu menjaga kebersihan dirinya dengan baik E. Aktifitas a. Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
  • 104. 84 mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h 137). b. Tinjauan kasus Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke kamar mandi sendiri pada 6 jam post partum c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. T sudah mampu berjalan-jalan setelah melahirkan. 4.2 Data Objektif 4.2.1 Pemeriksaan umum a. Tinjauan teori 1. Keadaan umum Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya baik atau lemah (Sulistyawati, 2009; h 122). 2. Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2009; h 122).
  • 105. 85 b. Tinjauan kasus 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmetis c. Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara tinjaun teori dan tinjauan kasus karena keadaan dan kesadaran ibu dalam keadaan baik 4.2.2 Tanda-tanda vital 4.2.2.1 Tekana Darah a. Tinjauan teori Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklamsia postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h, 85). b. Tinjauan kasus Tekanan darah : 110/80 mmHg c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pada tekanan darah ibu tidak mengalami peningkatan atau penurunan tekanan darah.