Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan spesifikasi umum pekerjaan jalan dan jembatan khususnya mengenai spesifikasi perkerasan berbutir dan perkerasan beton semen. Materi pelatihan ini mencakup penjelasan mengenai spesifikasi lapis fondasi agregat, perkerasan berbutir tanpa penutup aspal, perkerasan beton semen, stabilisasi tanah, dan lapis fondasi agregat semen.
1. PELATIHAN SPESIFIKASI UMUM
PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN
Mata Pembelajaran :
Spesifikasi Perkerasan Berbutir dan
Perkerasan Beton Semen
oleh :
Tasripin Sartiyono
Yogyakarta, Oktober 2018
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
2. 2
Setelah Mengikuti Mata Pelatihan ini, Peserta Diharapkan
Mampu Memahami dan Menerapkan :
Spesifikasi Divisi 5 : Perkerasan Berbutir dan Perkerasan
Beton Semen
TUJUAN PEMBELAJARAN
3. 3
INDIKATOR HASIL BELAJAR
PESERTA MAMPU MENJELASKAN DAN
MENERAPKAN TENTANG :
1. Spesifikasi Perkerasan Berbutir
2. Spesifikasi Beton Semen
7. PERBANDINGAN SPESIFIKASI UMUM 2010 Rev.3 DAN SPESIFIKASI UMUM 2018
SPESIFIKASI UMUM 2010 REV.3 SPESIFIKASI UMUM 2018
Seksi Uraian Seksi Uraian
DIVISI
5
PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN
BETON SEMEN
DIVISI
5
PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN
BETON SEMEN
5.1 Lapis Pondasi Agregat 5.1 Lapis Fondasi Agregat
5.2 Perkerasan Berbutir Tanpa Penutup Aspal 5.2 Perkerasan Berbutir Tanpa Penutup Aspal
5.3 Perkerasan Beton Semen 5.3 Perkerasan Beton Semen
5.4 Lapis Pondasi Semen Tanah 5.4 Stabilisasi Tanah (Soil Stabilization)
5.5 Lapis Pondasi Agregat Semen (CTB dan CTSB) 5.5 Lapis Fondasi Agregat Semen (CTB dan CTSB)
8. PERUBAHAN MAJOR DIVISI 5
DIVISI 5 : PERKERASAN BERBUTIR & BETON SEMEN
ITEM BARU : LAPISAN DRAINASE
ITEM BARU : PERKERASAN BETON SEMEN FAST TRACK
ITEM BARU : STABILISASI TANAH DASAR
9. PERBEDAAN SPEK UMUM 2018 (KIRI) DAN 2010 REVISI 3 (KANAN)
9
DIVISI 5 – PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN
5.1. LAPIS FONDASI AGREGAT
5.1.(1) Lapis Fondasi Agregat Kelas A Meter Kubik 5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat kelas A Meter Kubik
5.1.(2) Lapis Fondasi Agregat Kelas B Meter Kubik 5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat kelas B Meter Kubik
5.1.(3) Lapis Fondasi Agregat Kelas S Meter Kubik
5.1.(4) Lapis Drainase Meter Kubik
5.2. PERKERASAN BERBUTIR TANPA PENUTUP ASPAL
5.2.(1) Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal Meter Kubik 5.2.(1) Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal Meter Kubik
5.2.(2) Lapis Fondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal Meter Kubik 5.2.(2) Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal Meter Kubik
5.3. PERKERASAN BETON SEMEN
5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen Meter Kubik 5.3.(1) Perkerasan Beton Semen Meter Kubik
5.3.(1b) Perkerasan Beton Semen Fast Track 8 Jam Meter Kubik
5.3.(1c) Perkerasan Beton Semen Fast Track 24 Jam Meter Kubik
5.3.(2a) Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan Tunggal Meter Kubik 5.3.(2) Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan
Tunggal
Meter Kubik
5.3.(2b) Perkerasan Beton Semen Fast Track 8 Jam dengan Anyaman
Tulangan Tunggal
Meter Kubik
5.3.(2c) Perkerasan Beton Semen Fast Track 24 Jam dengan Anyaman
Tulangan Tunggal
Meter Kubik
5.3.(3) Lapis Fondasi Bawah Beton Kurus Meter Kubik 5.3.(3) Lapis Pondasi Bawah beton Kurus Meter Kubik
5.4. STABILISASI TANAH (SOIL STABILIZATION) 5.4. LAPIS PONDASI SEMEN TANAH
5.4.(1) Stabilisasi Tanah Dasar dengan Semen Meter Kubik 5.4.(1) Semen untuk Lapis Pondasi Semen Tanah Ton
5.4.(2) Lapis Fondasi Tanah Semen Meter Kubik 5.4.(2) Lapis Pondasi Semen Tanah Meter Kubik
5.5. LAPIS FONDASI AGEGAT SEMEN (CTB DAN CTSB)
5.5.(1) Lapis Fondasi Agregat Semen Kelas A (Cement Treated Base= CTB) Meter Kubik 5.5.(1) Lapis Pondasi Atas Bersemen (Cement Treated Base) (CTB) Meter Kubik
5.5.(2) Lapis Fondasi Agregat Semen Kelas B (Cement Treated Sub-
Base=CTSB)
Meter Kubik 5.5.(2) Lapis Pondasi Bawah Bersemen (Cement Treated Sub-Base)
(CTSB)
Meter Kubik
11. SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT
Toleransi Dimensi dan Elevasi:
Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja:
Tidak boleh dihampar, atau dipadatkan sewaktu turun hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilakukan segera setelah hujan atau bila
kadar air jadi tidak dalam rentang yg disyaratkan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Elevasi Permukaan
relatif terhadap elevasi rencana
Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan sebagai Lapis
Pondasi Bawah (hanya permukaan atas dari
Lapisan Pondasi Bawah).
+ 0 cm
- 2 cm
Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Lapis
Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan
atau Bahu Jalan) atau Lapisan Drainase
+ 0 cm
- 1 cm
Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis Pondasi
Agregat Kelas S (hanya pada lapis
permukaan).
+ 1,5 cm
- 1,5 cm
1. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel di bawah ini
12. SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT
Toleransi Dimensi dan Elevasi:
2. Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat
ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber)
permukaan itu harus sesuai dengan Gambar.
3. Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang satu sentimeter
dari tebal yang disyaratkan.
4. Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Lapisan Drainase tidak
boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
5. Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk lapisan
resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang
terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan
maksimum pada kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus
sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum satu
sentimeter.
6. Permukaan akhir bahu jalan, termasuk setiap perkerasan yang dihampar
diatasnya, tidak boleh lebih tinggi maupun lebih rendah 1,0 cm terhadap tepi
jalur lalu lintas yang bersebelahan.
7. Lereng melintang bahu tidak boleh bervariasi lebih dari 1,0 % dari lereng
melintang rancangan.
13. SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT
Kelas Lapis Pondasi Agregat
1. Terdapat empat jenis yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat
yaitu Kelas A, Kelas B, Kelas S dan Lapisan Drainase.
2. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis
Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis
Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah.
3. Lapis Pondasi Agregat Kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup.
4. Lapisan Drainase dapat digunakan di bawah perkerasan beton
semen baik langsung maupun tidak langsung
15. SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT
Tabel 5.1.2.2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat dan Lapisan Drainase
Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas S Lapisan
Drainase
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417:2008) 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 %
Butiran pecah, tertahan ayakan No.4 (SNI
7619:2012)
95/901) 55/502) 55/502) 95/901)
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 - 35 -
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0 - 6 4 - 10 4 - 15 -
Catatan :
1) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90%
agregat kasar memounyai muka bidang pecah dua atau lebih.
2) 55/50 menunjukkan bahwa 55% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 50%
agregat kasar memounyai muka bidang pecah dua atau lebih
16. SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT
Tabel 5.1.2.2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat dan Lapisan Drainase
Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas S Lapisan
Drainase
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos
Ayakan No.200
maks.25 - - -
Gumpalan Lempung dan Butiran-butiran
Mudah Pecah (SNI 03-4141-1996)
0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 % -
CBR rendaman (SNI 1744:2012) min.90 % min.60 % min.50 % -
Perbandingan Persen Lolos Ayakan No.200
dan No.40
maks.2/3 maks.2/3 - -
Koefisien Keseragaman : Cv = D60/D10 - - - > 3,5
17. PISTON PENEKAN
LUAS ALAS 3 INCH2
PENETRASI
BEBAN
Perbandingan beban untuk penetrasi piston seluas 3 inch2
sedalam 0,1 inch terhadap beban 3000 lbs, atau 0,2 inch
terhadap beban 4500 lbs
Catatan :
Biasanya diambil yang penetrasi 0,1 inch
Bilamana yang 0,2 inch >, pengujian harus diulang
Bilamana hasil ulang masih sama, diambil yang 0,2 inch
California Bearing Ratio (CBR)
18. 18
Kurva Grafik Pemadatan
Perlu diperhatikan dalam pemadatan;
Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content/
OMC)
Pemadatan dilakukan lapis demi lapis
Diupayakan posisi horizontal
Compaction effort minimal dengan hasil maximal
19. Hubungan
Kadar Air & Enerji Pemadatan
Kepadatan
kering
Tanah
(ton/m3)
ZAVL
Pemadat
Modifikasi
Pemadat
Standar
Kadar Air (%)
19
20. Peralatan untuk uji kepadatan
Laboratorium
20
Penumbuk
Alat pengeluar benda uji,
Timbangan,
Pisau perata
Saringan
Talam/Nampan
Dongkrak
Cetakan
21. 24/07/2023 21
Pekerjaan
Lapis Fondasi
Agregat A, B,
S dan
Drainase
Pemeriksaan material
Tes pemadatan lab (Modified
Proctor test cari kadar air
optimum dan MDD) Metode D
Pencampuran agregat
Penghamparan
Pemadatan > 100%
Pemeriksaan hasil pemadatan
(Sandcone MDD lapangan)
Kepadatan = MDD
lapangan : MDD
laboratorium x 100%
Pengukuran hasil pekerjaan
22. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LFA DAN LAPIS DRAINASE
1. Penyiapan formasi sebelum penghamparan
2. Penghamparan
JMD
Trial, JMF
Harus memenuhi campuran, homogen, kadar air, ketebalan
Bila 2 lapis, diusahakan tebal lapisan sama
Bila terjadi segregasi, harus diganti dg yang bergradasi baik
Tebal padat maks 20 cm
3. Pemadatan
Trial compaction, ditentukan jenis alat, jumlah lintasan dan ketebalan loose
Kadar air antara 3% di bawah dan 1% di atas OMC
Kepadatan min 100% Modified Proctor, Metode D
Pemadatan dari arah paling rendah
22
23. Pemadatan:
Dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam
rentang - 3 % s/d +1% dari kadar air optimum (OMC)
Kepadatan ≥ 100 % kepadatan kering maksimum modifikasi
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin
gilas beroda karet untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas
statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau
degradasi berlebihan
Pengujian:
Pengujian setiap 1000 m3 bahan yg diproduksi paling sedikit
harus meliputi tidak kurang dari 5 pengujian indeks plastisitas,
5 pengujian gradasi partikel, dan 1 penentuan kepadatan
kering maksimum. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu
ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara
rutin diperiksa, mengunakan sand cone. Pengujian harus
dilakukan tidak boleh berselang lebih dari 200 m
Lapis Fondasi Agregat
24. BLENDING EQUIPMENT (1)
Spesifikasi Umum Pasal 5.1.2.(6) - Pencampuran
Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan
yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi
pemecah batu atau pencampur yang disetujui,
dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical
feeder) yang telah dikalibrasi untuk memperoleh
aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan
pencampuran di lapangan
Apakah pencampuran dengan menggunakan
Loader atau Motor Grader diijinkan?
Apa dapat diperoleh campuran yg homogen &
isotropis ?
30. PERBAIKAN LFA DAN LAPIS DRAINASE
1. Ketebalan dan permukaan tidak memenuhi toleransi ?
2. Terlalu kering untuk pemadatan ?
3. Terlalu basah untuk pemadatan ?
4. Tidak memenuhi kepadatan atau sifat-sifat tidak memenuhi
syarat ?
30
31. PENGUJIAN LFA DAN LAPIS DRAINASE
1. Pengujian di Laboratorium dan di lapangan
31
PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN LFA DAN LAPIS DRAINASE
1. Pengukuran dalam m3 yang telah memenuhi syarat
2. Bila perlu perbaikan, menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak ada pembayaran tambahan
Nomor Mata
Pembayaran
Uraian Satuan
Pengukuran
5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A Meter Kubik
5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B Meter Kubik
5.1.(3) Lapis Pondasi Agregat Kelas S Meter Kubik
5.1.(4) Lapis Drainase Meter Kubik
32. Latihan-1
1. Jelaskan persyaratan utama untuk bahan/agregat kasar dan halus, agregat campuran
ketentuan lainnya untuk lapis fondasi agregat klas B, A, S dan Drainase ?
2. Jelaskan proses pembuatan DMF dan JMF untuk Lapis fondasi Agregat Klas A, B, S dan Lapis
Drainase ?
3. Jelaskan proses Trial mix dan Trial compaction untuk Lapis fondasi Agregat A, B, S dan
Drainase ? Apa hasilnya dan gunanya ?
4. Jelaskan proses pengujian modified proctor dan hasilnya untuk Lapis Agregat Klas A, B, S dan
Drainase ?
5. Jelaskan proses pengujian kepadatan lapangan dengan Sand Cone, dan hasilnya untuk Lapis
Agregat Klas A, B, S dan Drainase ? Bagaimana cara menghitung derajad kepadatannya (%) ?
6. Jelaskan metoda pelaksanaan untuk pekerjaan lapis fondasi agregat klas B, A, S dan Drainase ?
7. Jelaskan pengendalian mutu sebagai backup data MC untuk pembayaran pekerjaan lapis
fondasi agregat klas B, A, S dan Drainase kepada Kontraktor ?
8. Jelaskan kegunaan spesifikasi pekerjaan lapis fondasi agregat klas B, A, S dan Drainase untuk
menyusun Analisa Harga Satuan Pekerjaannya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan ?
32
34. BAHAN
Tabel 5.2.2.1) Ketentuan Gradasi untuk Perkerasan Berbutir Jalan Tanpa
Penutup Aspal
Ukuran Ayakan Lapis Permukaan Agregat Lapis Pondasi Agregat
ASTM (mm) Persen Berat Yang Lolos
1½” 37,5 100
1” 25 77 - 100
¾” 19 100
½” 12,5 80 - 100 50 – 75
No.4 4,75 50 - 74 26 – 54
No.10 2,00 35 - 56 15 – 42
No.40 0,425 18 - 35 7 – 26
No.200 0,075 6 - 15 6 - 16
35. Tabel 5.2.2.2) Sifat-sifat Bahan untuk Perkerasan
Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal
Sifat-sifat Standar Lapis Permukan
Agregat
Lapis Pondasi
Agregat
Abrasi Agregat Kasar SNI 2417:2008 Maks.40 Maks.50
Butiran pecah,
tertahan ayakan No.4
SNI 7619:2012 95/90 1) 55/50 2)
Indeks Plastisitas SNI 1966:2008 4 - 10% 4 - 15%
Batas Cair SNI 1967:2008 Maks. 25 Maks.35
Gumpalan Lempung
dan Butiran-butiran
Mudah Pecah
SNI 03-4141-1996 Maks.5% Maks.5%
Catatan :
1) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 90% agregat kasar memounyai muka bidang pecah dua atau lebih.
2) 55/50 menunjukkan bahwa 55% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 50% agregat kasar memounyai muka bidang pecah dua atau lebih
36. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN PERKERASAN
BERBUTIR TANPA PENUTUP ASPAL.
Pemadatan :
• Penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan
berangsur-angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah
memanjang. Pada tempat ber”superelevasi” penggilasan harus
dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang tinggi.
• Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak
terjangkau oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan
menggunakan timbris atau pemadat mekanis
• Penambahan abu batu atau pasir berplastisitas rendah dalam
jumlah kecil pada saat pemadatan tahap akhir dapat diijinkan
agar dapat meningkatkan pengikatan pada lapis permukaan
37. PENGUJIAN
Pengujian setiap 1000 meter kubik bahan yang
diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang
dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5)
pengujian gradasi partikel, dan satu (1) penentuan
kepadatan kering maksimum. Pengujian CBR harus
dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus
secara rutin diperiksa, mengunakan sand cone .
Pengujian harus dilakukan, tetapi tidak boleh
berselang lebih dari 200 m.
38. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Diukur menurut jumlah meter kubik bahan padat
yang diperlukan,. Volume yang diukur harus
berdasarkan penampang melintang yang ditunjukkan
dalam Gambar bilamana tebal yang diperlukan
seragam dan berdasarkan penampang melintang
,bilamana tebal yang diperlukan tidak seragam, dan
panjangnya diukur secara mendatar sepanjang
sumbu jalan.
Nomor Mata
Pembayaran
Uraian Satuan
Pengukuran
5.2.(1)
5.2.(2)
Lapis Permukaan Agregat Tanpa Penutup Aspal
Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal
Meter Kubik
Meter Kubik
40. 7/24/2023 40
PERKERASAN KAKU
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah struktur yang terdiri dari plat beton semen yang
bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus
dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal
sebagai lapis permukaan.
Perkerasan kaku dikelompokkan menjadi:
Perkerasan Beton Semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus.
Terdapat 4 (empat) jenis perkerasan beton semen:
1. Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (jointed
unreinforced/plain concrete pavement);
2. Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (jointed
reinforced concrete pavement);
3. Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan
(continuously reinforced concrete pavement);
4. Perkerasan beton semen pratekan (prestressed concrete pavement).
Perkerasan Komposit, yaitu perkerasan kaku dengan plat beton sebagai lapis
pondasi dan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan (struktural).
41. 41
Ada 4 jenis Perkerasan Beton Semen
1. Jointed Plain Concrete
Pavement (JPCP)
2. Jointed Reinforced
Concrete Pavement (JRCP)
(Perkerasan kaku bersambung tanpa
tulangan)
Perkerasan kaku bersambung dengan
tulangan wire mesh (0.15 - 025) A / luas
penampang beton
42. 42
3. Continuously Reinforced
Concrete Pavement (CRCP)
4. Precast Prestessed
Concrete Pavement (PPCP)
(Perkerasan kaku menerus dengan
tulangan=(0,6-0,8)A/ luas penampang
beton
Pelat beton difabrikasi, perkerasan kaku
menerus tanpa tulangan menggunakan
kabel – kabel pratekan.
43. KOMPONEN-KOMPONEN PERKERASAN KAKU
(LC / ACBC/ CTB / AggA)
Bond Breaker/ Plastik tipis
CBR > 5 %
• Subgrade / tanah dasar minimum CBR = 6 %
• Subbase/ pondasi atau base berupa LC/lean
concrete/ beton rabat K.50 - K100 atau CTB/
cement treated base atau Aggregate A atau
ACBC/aspal hotmix
• Bond breaker berupa plastik tipis untuk
mencegah friction antara rigid dan LC
• Beton slab dengan tebal antara H = 15 cm - 35
cm dan beton mutu tinggi kuat tekan K.350 -
K. 400 atau kuat lentur Fs 45
• Tulangan polos Dowel bars untuk
melintang akomodir muai susut beton dan
joint dan
berfungsi transfer beban
• tulangan ulir Tiebars untuk joint memanjang
akomodir gerakan lenting plat beton akibat
panas dingin pada siang malam
tampak samping/ perspektif
H
tampak atas
Lapis Drainase
Tebal = 15 Cm
Beton Fs = 50Mpa
Tebal = 30 Cm
LC Fc = 10 Mpa
Tebal = 10 Cm
44. Dowel sebagai load transfer
Tulangan polos DOWEL diameter 1/8 H(tebal slab /
tidak berdasar luas penampang tulangan) karena
dowel tidak monolit dengan beton dan berfungsi
sebagai transfer beban
Pemasangan Dowel
•
•
•
•
•
Jarak joint melintang < 5 m - 6 m (24 - 25 X tebal beton)
Tulangan Polos diameter 25 mm - 40 mm (tergantung
tebal slab : 1/8 X tebal beton)
Tengah tulangan bawah joint di cat supaya tidak
berkarat
Satu ujung bebas atau kedua sisi bebas diberi
capping supaya tidak monolit dengan beton
Panjang tulangan 45 cm - 60 cm dengan jarak antar
tulangan 30 cm dan harus tegak lurus
Besi dowel sedang disiapkan, dowel tidak boleh
dilas di kedua sisi dan tegak lurus sumbunjalan
KEDALAMAN SAMBUNGAN 1⁄4 TEBAL;LAPIS PONDASI
BERBUTIR, 1/3 TEBAL UNTUK LAPIS STABILISASI
SEMEN
46. BahanPerkerasan Beton Semen
Agregat Halus untuk Perkerasan Beton Semen
Agregat halus harus memenuhi SNI 03-6820-2002 dan Pasal 7.1.2.3) dari Spesifikasi
selain yang disebutkan di bawah ini. Agregat halus harus terdiri dari bahan yang bersih,
keras, butiran yang tak dilapisi apapun dengan mutu yang seragam, dan harus :
Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No. 4 (4,75mm).
Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam.
Jika dua jenis agregat halus atau lebih dicampur, maka setiap sumber harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam Seksi ini.
Setiap fraksi agregat halus buatan harus terdiri dari batu pecah yang memenuhi Pasal
5.3.2.3) dan haruslah bahan yang non-plastis jika diuji sesuai SNI 1966 : 2008.
Sifat Ketentuan Metoda Pengujian
Berat Isi Lepas minimum 1.200 kg/m3 SNI 03-4804-1998
Penyerapan oleh Air maksimum 5% SNI 1969:2008
47. Bahan Perkerasan Beton semen
Sifat – Sifat Agregat Kasar
Sifat Ketentuan Metoda Pengujian
Kehilangan akibat Abrasi Los
Angeles
tidak melampaui 40% untuk
500 putaran
SNI 2417:2008
Berat Isi Lepas minimum 1.200 kg/m3 SNI 03-4804-1998
Berat Jenis minimum 2,1 SNI 1970:2008
Penyerapan oleh Air terak besi: maks 6%
lainnya: maks. 2,5%
SNI 1970:2008
Bentuk partikel pipih dan
lonjong dengan rasio 3:1
masing-masing maks 25% ASTM D-4791
Bidang Pecah, tertahan ayakan
No.4
minimum 95/901) SNI 7619:2012
48. Perkerasan Beton semen
Kuat Lentur Minimum untuk Perkerasan Beton Semen
Uraian Standar Nilai
Kuat Lentur pada umur 28 hari untuk Beton
Percobaan Campuran (2) (kg/cm2)
SNI 4431:2011 47 (1)
Kuat Lentur pada umur 28 hari untuk pada
Perkerasan Beton Semen (2) (pengendalian
produksi) (kg/cm2)
SNI 4431:2011 45 (1)
49. PERKERASAN BETON SEMEN
Bahan:
PC Tipe I atau yang disetujui (PPC & PCC)
Abu Terbang hanya digunakan untuk Tipe I
Sambungan Konstruksi:
≥ 1/3 panjang segmen
≥ 1,8 m dari sambungan muai/susut
Kekuatan Perkerasan Beton Semen:
Laboratorium: fs 47 kg/cm2 (bukan fc !)
Produksi: fs 45 kg/cm2 (bukan fc !)
Kekuatan Beton Kurus:
fc = 80 – 110 kg/cm2
Pengujian:
Jika Kuat Lentur < 90%, maka dilakukan pengujian Kuat
Tekan Benda Uji Inti (Core)
Jika mutu < 90%, maka harus DIBONGKAR
50. PERKERASAN BETON SEMEN (3)
Kerataan Permukaan yang Tidak Memenuhi Syarat:
Permukaan digurida
Dibongkar dan diganti
Pembayaran:
Pengurangan 4% utk setiap penurunan 1 kg/cm2 kuat lentur
Pengurangan persentase Harga Satuan akibat kekurangan
tebal
51. Perkerasan Beton semen
Pembayaran
Nomor Mata
Pembayaran
Uraian Satuan
Pengukuran
5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen Meter Kubik
5.3.(1b) Perkerasan Beton Semen Fast Track 8 jam Meter Kubik
5.3.(1c) Perkerasan Beton Semen Fast Track 24 jam Meter Kubik
5.3.(2a) Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan
Tunggal
Meter Kubik
5.3.(2b) Perkerasan Beton Semen Fast Track 8 jam dengan
Anyaman Tulangan Tunggal
Meter Kubik
5.3.(2c) Perkerasan Beton Semen Fast Track 24 jam dengan
Anyaman Tulangan Tunggal
Meter Kubik
5.3.(3) Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus Meter Kubik
52. PERALATAN UNTUK PENGUJIAN SLUMP BETON
7/24/2023 52
Berkaitan dng
workability
pekerjaan
beton
AASHTO T 119, Slump of Hydraulic Cement
Concrete
54. 54
PENGANGKUTAN ADUKAN BETON
•PENGANGKUTAN DAPAT MENGGUNAKAN TIPPING TRUCK ATAU TRUCK MIXERS (AGITATOR).
•NON AGITATING, WAKTU SEJAK SEMEN DICAMPURKAN SAMPAI KELOKASI TIDAK BOLEH LEBIH
DARI 45 MENIT ( BETON NORMAL) DAN 30 MENIT (BETON YANG MENGERAS LEBIH CEPAT, ATAU
TEMPERATUR > 30 DERAJAT C
•AGITATOR, WAKTU YANG DIIZINKAN < 60 mnt (’ BETON NORMAL) DAN LEBIH PENDEK LAGI
UNTUK BETON CEPAT MENGERAS ATAU TEMPERATUR > 30 DERAJAT C.
PENGANGKUTAN DENGAN TRUCK MIXER PENGANGKUTAN DENGAN DUMP TRUCK
55. 55
ALAT PENGECORAN BETON SLIP FORM DAN FIXED FORM
ACUAN GELINCIR (SLIP FORM)
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN DI BAGIAN SEPANJANG RANGKA MESIN
DIANTARA SISI DALAM ACUAN YANG BERGERAK.
PEMBETONAN DILAKUKAN SEPANJANG SISI ACUAN YANG BERGERAK
SEKALIGUS MENYANGGA PEMBETONAN
PENGHAMPARAN DIKENDALIKAN MELALUI SENSOR
56. 56
PENGHAMPARAN DGN SLIPFORM
• Mesin slipform dioperasikan dgn mencetak beton berbentuk plat. Satu rangkaian
peralatan dipasang didepan slipform mengisi acuan dan menghasilkan bentuk yang
uniform.
Faktor berikut yg mempengaruhi kebutuhan tekanan pencetakan : berat mesin,
menirusnya sisi acuan terhadap garis tepi perkerasan, sudut kerataan pofil, daya
frequensi vibrator, kecepatan paver dan kelacakan beton.
Metode menerus : beton dicor secara menerus
Metode panel berselang : beton dicor dengan sistim panel berselang
PENGADUK BETON DI MESIN
PENGHAMPAR
PENUANGAN BETON DIDEPAN MESIN
PENGHAMPAR DIBANTU BACK HOE
57. 57
PEMASANGAN DOWEL OTOMATIS
• Alternatif penempatan dowel bar pada
mesin otomatis adalah dengan
dibenamkan pada plat yg masih lunak.
• Campuran dgn gradasi baik dan
kelecakan yg sesuai menghasilkan
pemasangan dowel yang memuaskan.
• Campuran dgn gradasi gap dapat
memungkinkan dowel bergeser didalam
masa beton.
TRACK LINE MESIN SLIP FORM Salah satu yg penting untuk pertimbangan
desain adalah persyaratan konsisten kerataan
perkerasan beton yg stabil dan ratanya
trackline atau pad line :
• Trackline adalah jejak sepanjang mesin
slipform yg dilalui mesin tersebut.
Biasanya selebar satu meter disetiap sisi
mesin.
• Pemotongan base yg tidak distabilisasi
dapat diratakan dan dipotong, tidak
demikian dengan lean concrete yg
disesuaikan dgn kerataan subgradenya
58. 58
METODA ACUAN TETAP (FIXED FORM)
BAHAN DARI BAJA TEBAL 6-8 MM PANJANG 3M TIDAK MUDAH MELENDUT
ACUAN DIPASANG DIATAS LAPISAN PONDASI / PERKERASAN YANG RATA
KERATAAN BIDANG ATAS ACUAN < 3 MM, LENDUTAN ACUAN < 6 MM DAN
DILENGKAPI PASAK UNTUK SETIAP 3 M
PENGECORAN DAN PEMADATAN DILAKSAKAN DIANTARA ACUAN
SISI DALAM ACUAN DIBERI BAHAN ANTI LENGKET
ACUAN DIBONGKAR SEKURANG KURANGNYA 8 JAM SETELAH PENGECORAN
60. 60
TINGGI JATUH ADUKAN BETON 0,9 – 1,5
METER :
•BETON DAPAT DITUANGKAN DIATAS
PERMUKAAN YANG TELAH SIAP DIDEPAN
MESIN PENGHAMPAR
•PENUMPAHAN ADUKAN BETON SECARA
BERKESINAMBUNGAN ANTARA SATU ADUKAN
DENGAN KE ADUKAN LAINNYA SEBELUM
TERJADI IKATAN AWAL
•BILA TEMPERATUR BETON BASAH > 24
DERAJAT C, DIUPAYAKAN PENCEGAHAN
PENGUAPAN DIPAKI ATAP
•BILA TEMPERATUR SAAT DITUANGKAN > 32
DERAJAT C, PENGECORAN DIHENTIKAN
(menghindari penguapan yang terlalu cepat)
•BERKURANGNYA KADAR AIR YANG SANGAT
CEPAT, HARUS DIIMBANGI DENGAN
PENGKABUTAN, TIDAK BOLEH DISEMPROTKAN
AIR DI ATAS PELAT
PERSYARATANPENGHAMPARAN
61. 61
Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai
dengan SNI 1972 : 2008. Penyedia Jasa harus mengusulkan slump
untuk setiap campuran beton dengan rentang :
20 – 50 mm untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan berjalan
(slipform).
50 – 75 mm untuk beton yang akan dihampar secara manual (acuan-
tetap)
SLUMP TEST
62. 62
QUALITY CONTROL DI LAPANGAN
Pengambilan sample beton di
lapangan dari Truck Mixer untuk
benda uji benda uji :
1.Test keenceran Slump
2. Test tekan Selinder
3. Test lentur Balok
63. 63
VIBRASI UNTUK PEMADATAN
• Pemadatan pada slipform paver, vibrasi dapat
alirkan beton dan membuang rongga.
• Vibrasi yang diperlukan antara 5000 sampai
8000 per menit dengan kecepatan paver tidak
melebihi 0,9 m per menit dapat memadatkan
beton tanpa terjadi segregasi.
• Bila operator lambatkan penghamparan, perlu
penurunan frequensi vibrasi untuk hasilkan
extrusion pressure yg konsisten.
• Pemadatan dengan Paver Manual dengan
tangan Jarum Penggetar.
• Untuk proyek besar agar disediakan
penghampar jenis auger
• Mesin penghampar masinal dengan acuan
gelincir, auger, pemadat sudah menyatu.
Vibrasi dari luar berupa vibrator atau rolled screed menghasilkan pemadatan yg memadai
pada permukaan plat.
• Internal vibrasi tambahan diperlukan dgn spud vibrator pada beton lebih tebal 75 cm.
• Biarkan vibrator tercelup kira-kira 5 sampai 15 detik supaya pemadatan memadai.
• Tidak boleh menyeret spud vibtrator untuk memindahkan beton mendatar bisa segregasi
64. 64
FINISHING / PERATAAN PERMUKAAN BETON
• Setelah beton dicor, dibentuk dan diratakan
dengan mesin pembentuk (finishing machine).
Mesin harus melintas setiap bagian permukaan
jalan.
• Bila perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya
tidak beraturan dengan tangan tanpa segregasi
atau pra-pemadatan.
• Bagian yang ambles harus diisi dengan beton
baru, dibentuk, padatkan dan dan lokasi yang
menonjol harus dipotong diselesaikan (finishing)
lagi
65. 65
Alur Grooves/ Pembentukan Texture
• Pengkasaran ini menggunakan sikat kawat dengan lebar tidak kurang 450
mm. Sikat dari dua baris kawat panjang kawat 100 mm dan ukuran kawat
per 32 gauge serta jarak kawat dari as ke as adalah 25 mm.
• Dibuat dengan menekankan sikat ke beton yang masih plastis.
• Sikat harus tetap di tempat sampai dengan beton mencapai tahap
pengerasan awal
66. Perawatan / Curing
66
• Memperbaiki kualitas beton dan menjadikan beton lebih
awet terhadap agresi kimia
• Menjadikan beton lebih tahan terhadap aus karena lalu
lintas dan lebih kedap air
• Reaksi kimia pada beton terjadi pada pengikatan dan
pengerasan beton tergantung pada pengadaan airnya,
sehingga perlu adanya jaminan bahwa air masih tertahan
atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan reaksi kimia
• Penguapan menyebabkan beton kehilangan air sehingga
terhenti proses hidrasi dengan konsekuensi berkurangnya
peningkatan kekuatan
• Penguapan menyebabkan penyusutan kering yang terlalu
awal dan cepat, sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik
yang dapat menyebabkan retak.
68. 68
PERAWATAN DENGAN CURING COMPOUND
Permukaan Perkerasan Beton Semen yang
terekspos harus segera dirawat dengan
penyemprotan bahan perawatan setelah selesai
dikasarkan dengan sikat :
•Bahan perawatan lapisan yang menerus dan tak
terputus, disemprotkan merata 2 kali
•Pertama-dalam waktu 15 menit setelah kondisi
air permukaan “tidak begitu mengkilap”,
•Kedua 10 sampai 30 menit setelah itu atau
disarankan pabrik pembuatnya.
•Pada permukaan dengan acuan tetap / Fixed
form, penyemprotan pertama haruslah dalam 30
menit setelah penggarukan dan yang kedua 15
sampai 45 menit sesudahnya.
•Penyemprotan penahan penguapan
(evaporation retarder) segera dilakukan setelah
finishing dan sebelum semua air bebas menguap
pada permukaan, akan membantu mencegah
terbentuknya retak
69. 69
• Waktu yang tepat
jam ke 4– jam
ke 24 (spek
menyarankan
pada jam ke 12)
• Kedalaman ¼
tebal plat
• Lebar saw cutting
6–10 mm
• Tepat lokasi saw
cutting hrs
benar benar
tepat pd 1/2
panjang dowel
(peranan
surveyor)
Cutting
memanjang
Cutting
melintang
Cutting
melintang
W CUTTING
SAW CUTTING
70. 70
Untuk melindungi beton yang belum
cukup keras terhadap pengaruh hujan,
maka setiap saat harus tersedia bahan
untuk melindungi beton tersebut,
seperti lembar goni, terpal, kertas
perawat atau lembar plastik/ geotextile
non woven.
Apabila diperkirakan akan segera turun
harus tersedia Tenda guna memberikan
perlindungan menyeluruh kepada beton
yang belum keras.
Perlindungan terhadap hujan
72. 5.4. Stabilisasi Tanah
• Merupakan lapisan base yg terdiri dari campuran tanah
setempat dgn semen portland.
• Bahan : # Portland cemen biasa type I
# Air
# Tanah (dalam arti luas)
• Tanah yg cocok untuk soil cemen base :
Ukuran maksimum butiran batuan 75 mm
Maksimum lolos saringan No.200 = 50 %
Tanah dgn plastisitas rendah sangat cocok.
Tanah harus bebas dari bahan organis
74. PERKIRAAN KADAR SEMEN
KLASIFIKASI TANAH (%) BERAT
SEMEN
GW,GP,SW,SP,GM atau SM………………………. 3 - 5
SP,GM,SM atau GP …………………………………….. 5 - 8
SM,SC, beberapa GM atau GC ………………. 5 – 9
SP ………………………………………………………………………. 7 – 11
CL atau ML …………………………………………………….. 7 – 12
ML,MH, atau OH ………………………………………… 8 – 13
CL atau CH …………………………………………………… 9 – 15
OH , MH, atau beberapa CH ………………….. 10 - 16
75. Campuran biasanya mengandung kadar semen 3 – 12 %.
Mix disain dilakukan dengan dua cara yaitu :
# UCS (Unconfined Compression Test)
# CBR (California Bearing Ratio)
Persyaratan dan spesifikasi :
> Tebal rata-rata +/- 10 % dari tebal rencana
> Kekuatan campuran di lapangan dgn DCP
> Toleransi kerataan 2 cm dgn mistar penyipat
76. PELAPORAN MELIPUTI HAL-HAL
• Contoh material yg akan digunakan disimpan sebagai
rujukan.
• Catatan jumlah semen yg dikirim ke lapangan.
• Catatan harian jumlah semen yg dipakai.
• Data semua elevasi tinggi permukaan yg akan digelar.
• Catatan pengujian DCP lapangan.
• Penyimpanan benda uji dan pelabelannya.
• PEMBATASAN CUACA: Tanah untuk soil cemen tidak
boleh dihampar, dihaluskan selama turun hujan,
penghalusan tidak diizinkan setelah hujan atau kadar air
masih tinggi.
77. PERBAIKAN PEK YG TIDAK MEMUASKAN
• Yang tidak memenuhi toleransi kualitas harus diperbaiki :
> perubahan perbandingan campuran.
> penghalusan ulang lapisan yg telah di hampar/diaduk
ulang bila memungkinkan.
> pembuangan dan penggantian bagian yg tidak
memuaskan.
> penambalan lapisan soil cemen yg tidak memenuhi
syarat.
• Jika terjadi retak yg lebar karena penyusutan selama curing
time maka dapat dilakukan penggilasan tambahan untuk
mempersempit retak.
78. JADWAL KERJA & PENGATURAN LALU LINTAS
• Maksimum 14 hari setelah soil semen lapisan
atas selesai, maka harus dilapis hot mix.
• Stab Tanah yg baru dibuat tidak boleh dilalui
oleh kendaraan.
• Perlu pengendalian lalu lintas yg baik.
79. MIX DISAIN SEMEN TANAH
1). Buat proctor disain, untuk hubungan kadar semen
tertentu dengan OMC dan MDD yang diperoleh.
2). variasikan kadar semen dan plot pada grafik I.
3). Plot MDD dan OMC pada grafik II sebagai fungsi dari
kadar semen.
4). Uji masing masing kadar semen untuk mendapatkan
nilai UCS atau CBR, dan plot pada grafik III sebagai fungsi
dari kadar semen.
5). masukan target kekuatan yg diminta pada gafik III,
untuk mendapatkan kadar semen.
6). Masukan nilai kadar semen dari grafik III pada grafik II,
untuk mendapatkan OMC dan MDD.
80. Sifat-sifat Yang Disyaratkan untuk Stabilisasi Tanah
PENGUJIAN
BATAS-BATAS SIFAT
(Setelah Perawatan 7 Hari)
METODE
PENGUJIAN
Minimum Target Maksimum
Unconfined Compressive Strength
(UCS) kg/cm2
20 24 35 SNI 03-6887-2002
California Bearing Ratio (CBR) % 100* 120* 200* SNI 1744 : 2012
Rata-rata Scala Penetration
Resistance (SPR) melampaui 2/3
tebal (pukulan/cm)
1,0* (1,0+) 1,3*
(0,8+)
2,5* (0,4+) Lampiran 5.4.A,
Spesifikasi
Scala Penetration Resis-tance
(SPR) yang menen-tukan batas
minimum tebal efektif
(pukulan/cm)
0,8* (1,3+) - - Lampiran 5.4.A,
Spesifikasi
Pengujian Wetting & Drying
(i) % Kehilangan Berat
(ii) % Perubahan Volume
-
-
-
-
7
2
SNI 13-6427-2000
81. PERCOBAAN LAPANGAN( FIELD TRIALS)
Percobaan sepanjang 200 m, dgn tebal, peralatan dan
prosedur yg ditentukan.
Hal-hal yang dievaluasi adalah :
kecocokan, efisiensi efektifitas alat yg dipakai.
Derajat kahalusan tanah dan jumlah lintasan
penghalusan
Kadar air optimum pada saat penghalusan
Keseragaman campuran secara visual
Pemeriksaan kepadatan dgn variasi penggilasan
Bulking ratio, antara tanah gembur dan tanah setelah
dipadatkan
Pengujian campuran dgn CBR atau UCS
82. Lanjutan
Penentuan syarat kepadatan dan kadar air optimum
lapangan
Pengujian CBR atau UCS dari job mix untuk waktu curing
1, 7 dan 28 hari
Pengujian DCP lapangan umur 7 dan 28 hari
Pengendalian retak dgn pengilasan yg sesuai
Penggunaan curing membrane yg paling tepat dan cara
curing dgn visual dan pengujian kadar air
Perhitungan tebal efektif dgn uji DCP
Jumlah tebal lapisan yg diperlukan sesuai hasil
percobaan lapangan dan rencana tebal
83. PENGADUKAN DAN PENGHAMPARAN
• Persiapan tanah dasar meliputi :
Persiapan tanah dasar seperti ketentuan 3.3 penyiapan
badan jalan
Permukaan tanah dasar dibersihkan dan dilakukan
“proof rolling”
Tanah 20 cm dibawah subgrade kepadatan harus
minimum 95 %
Minimum CBR subgrade 6 % pada kepadatan 100 %
Toleransi permukaan subgrade sesuai pasal 3.31.
84. Petunjuk Untuk Pemilihan Alat-alat Yang Cocok
Petunjuk
Jenis Peralatan
Indeks Plastisitas
Tanah Dikalikan
Persen Lolos
Ayakan No.40
Tebal Perkiraan
Maksimum Yang
Mampu Dilakukan
Dalam Satu Lapis (cm)
Mesin Pencampuran Pusat < 500 Tak Dibatasi
Penggaru Piringan, Luku
Piringan, dsb, dan motor grader
< 1000 12 s/d 15
Rotovator Ringan ( < 100 PK ) <2000 15
Rotovator untuk Pekerjaan
Berat ( > 100 PK )
< 3500 20 s/d 30
tergantung jenis tanah
dan PK mesin yang
tersedia
Mesin Stabilisasi Tanah Satu
Lintasan
< 2000 s/d 3000
tergantung PK
mesin
20
85. Pencampuran dan Penghamparan Menggunakan Cara
Mesin Terpusat (Central-Plant) (Mix in Place)
• Tanah dari borrow pit disebar pada subgrade dan
dihaluskan dgn pulvimixer
• Kadar air pada kondisi optimum
• Setelah dihaluskan tanah diperiksa kehalusannya, lolos
saringan 25 mm = 100 % dan lolos saringan # 4 = 75 %
• Penyebaran tanah yg telah dihaluskan sesuai ketebalan
hasil trial
• Penyebaran semen secara merata diatas tanah sesuai
kadar yg disyaratkan
• Campurkan tanah dan semen secara merata, kadar air 2
% diatas kadar air optimum
86. Lanjutan
• Mesin pengaduk dgn cara batching atau continous
• Alat pencampur dapat berupa paddle mixer atau pan
mixer
• Campuran dihampar dengan alat Paving Machine atau
Spreader Box
87. PEMADATAN
• Pemadatan dilaksanakan secepat mungkin setelah
pengadukan dan seluruh operasi termasuk
pembentukan finishing harus selesai dalam waktu 60
menit, sejak semen kontak dgn tanah.
• Panjang maksimum penghamparan sesuai hasil trial,
dan tidak lebih dari 200 m
• Pemadatan awal dgn sheepfoot, pneumatic tyred atau
smooth-wheeled roller
• Pembentukan dan perataan permukaan dgn grader
sebelum pemadatan akhir dilaksanakan, kepadatan min
97 %.
88. Lanjutan
• Sambungan memanjang dan melintang lapisan
soil semen ini dikerjakan seperti pada
penghamparan hot mix (harus ada keyed).
• Setelah pemadatan awal dan pembentukan
lapis terakhir soil semen, disebar batuan chip
ukuran 13 mm (single size) dengan takaran 1,2
kg/m2
89. PERAWATAN (CURING)
• Setelah selesai pemadatan, dan penyebaran batuan
chip, lapisan soil semen harus ditutup dgn curing
membrane selama 24 jam.
• Curing membrane dapat berupa, lembaran plastik untuk
menjaga kehilangan air, karung goni basah atau material
lain yg dapat berfungsi baik
• Curing membrane dipasang 7 hari, dan dipindahkan bila
akan dipasang lapisan aspal
• Bila diinginkan maka setelah 24 jam lapisan soil semen
dapat di prime coat.
• Kendaraan tidak diizinkan lewat diatas soil semen
sebelum umur 7 hari
90. PENGENDALIAN MUTU
• Pengujian kapadatan subgrade dilaksanakan setiap jarak
200 m dgn sand cone, pengujian kepadatan lab
maksimum setiap 10 pengujian kepadatan lapangan.
• Paling tidak satu pengujian CBR untuk setiap jenis tanah
subgrade yang dipakai.
• Pengambilan contoh tanah yg telah dihaluskan, paling
sedikit lima contoh pada daerah dari 200 m, kalau ada
satu contoh yg tidak memenuhi, penghaluan harus
diteruskan utk seluruh bagian pekerjaan.
91. Pengendalian Pemadatan Pada Lapis
Stabilisasi Tanah
• Segera setelah tanah, air dan semen diaduk masih
dalam keadaan gembur, diambil contoh dgn rentang
jarak maksimum 200 m.
• Contoh diambil dalam kantong plastik dua sampel utk
pengujian kepadatan dan empat sampel utk pengujian
kekuatan (CBR atau UCS).
• Satu pengujian kepadatan dilapangan dgn sand cone,
dilakukan pada lokasi dimana dua samel kepadaan lab
diambil utk membandingkan hasil pemadatan lapangan.
92. Pengendalian Kekuatan dan Kehomogenan dari
Lapis Stabilisasi Tanah
• Empat sampel tanah yg diambil dipadatkan di lab, dan di
cure didalam kantong plastik. Dua sampel diambil
setelah umur 3 hari lalu direndam didalam air selama 4
hari.
• Semua benda uji di test pada umur 7 hari, angka rata-
rata hasil benda uji yg direndam dinyatakan sebagai
kekuatan soil semen di lab, dan dibandingkan dgn tabel
spesifikasi.
• Dari kekuatan lab ini, kekuatan soil semen dilapangan
dapat dipekirakan dari kepadatan yg dicapai.
93. Lanjutan
• Angka rata-rata kekuatan sampel yg tidak direndam,
dipakai untuk kalibrasi dgn hasil DCP yg dilakukan pada
lokasi pengambilan sampel tsb (bila diperlukan).
• Apabila terjadi perselisihan mengenai kekuatan yg
sebenarnya dilapangan, maka dapat diambil sampel dgn
core dilapangan dan dilakukan pengujian UCS hasil core
tsb.
• Monitoring Ketebalan, diambil selang jarak tiap 50 m,
dgn cara pengukuran level dan pengujian DCP.
94. Nomor Mata
Pembayaran
Uraian Satuan
Pengukuran
5.4.(1a) Stabilisasi Tanah Dasar dengan Semen Meter Kubik
5.4.(1b) Stabilisasi Tanah Dasar dengan Kapur Meter Kubik
5.4.(2) Lapis Pondasi Semen Tanah Meter Kubik
• Pembayaran Stabilisasi Tanah
105. E. (5.5) LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CTB
DAN CTSB)
Semen Portland :
•Semen Portland Type I yang memenuhi ketentuan SNI
15-2049-2004 atau semen tipe lain yang disetujui.
Gradasi Agregat :
•LPAS Kelas A(CTB) = Lapis Pondasi Agregat Kelas A
•LPAS Kelas B (CTSB) = Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Kuat Tekan (UCS) :
• CTB = 45 – 55 kg/m2 & CTSB = 35 – 45 kg/m2
Kadar Air:
Kadar Air = 70 – 100% OMC
Kepadatan:
Jika Tebal Padat > 20 cm, 2 x Sand Cone Test
Pengujian 20 cm bagian atas & 15 cm bagian bawah
106. Peralatan :
Pencampuran harus dilakukan dengan alat
pencampur yang berpenggerak sendiri (self
propelled rotary mixer)atau reclaimer/mixerdengan
lebar pencampuran ≥ 1,8 m dan kedalaman
pencam-puran ≥ 30 cm.
Pemadatan harus dilakukan dengan pemadat kaki
kambing bervibrasi (vibratory padfoot roller) dengan
berat statis ≥ 19 ton dan lebih disukai yang
mempunyai tonjolan ≥ 12,5 cm
107. Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat Semen
Yang Tidak Memenuhi Ketentuan:
Apabila terjadi kegagalan dalam memenuhi ketentuan
kualitas dan dimensi, maka harus
mengkompensasikannya dengan penambahan tebal
lapisan di atasnya (Asphalt Base Course, Binder Course
atau Wearing Course).
Apabila karena kualitas atau ketebalan Lapis Pondasi
Agregat Semen tidak dimungkinkan keberadaannya
sebagai lapisan konstruksi, maka harus melakukan
pembongkaran dan penggantiannya
108. BAHAN
Semen yang digunakan adalah Semen Portland
Type I yang memenuhi ketentuan SNI 15-2049-
2004 .
Air harus sesuai dengan SNI 03-6817-2002
Agregat Kelas A, Agregat Kelas B.
109. Penghamparan Lapis Pondasi Agregat Semen
Lapis Pondasi Agregat Semen harus dihampar
dan ditempatkan di atas permukaan yang telah
disiapkan, dengan metode mekanis,
menggunakan alat high density screed paver
dengan dual tamping rammer
110. Pemadatan
Pemadatan Lapis Pondasi Agregat Semen dimulai
dilaksanakan paling lambat 30 menit semenjak
pencampuran material dengan air.
Campuran yang telah dihampar tidak boleh
dibiarkan tanpa dipadatkan lebih dari 30 menit
Kepadatan Lapis Pondasi Agregat Semen
pemadatan harus mencapai kepadatan kering
lebih dari 98% kepadatan kering maksimum.
111. Lanjutan
Kadar air pada waktu pemadatan haruslah 70 –
100% kadar air optimum
Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 60
menit semenjak semen dicampur dengan air
untuk PC Tipe I.
Pemadatan harus dilakukan dengan pemadat
kaki kambing bervibrasi (vibratory padfoot roller)
dengan berat statis ≥ 19 ton dan lebih disukai
yang mempunyai tonjolan ≥ 12,5 cm
112. Perawatan (Curing)
Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga
penguapan air dalam campuran
Penyemprotan dengan Aspal Emulsi CSS-l dengan
batasan pemakaian antara 0,35 -0,50 liter per
meter persegi
Metode lain yang bertujuan melindungi Lapis
Pondasi Agregat Semen adalah dengan karung
goni yang dibasahi air selama masa perawatan
(curing)
113. PENGENDALIAN MUTU
Kepadatan campuran harus diperiksa dengan
pengujian paling sedikit 2 lokasi per hari sesuai
dengan SNI 03-2828-1992 (pengujian kerucut
pasir). Untuk lapisan yang lebih dalam dari 20 cm,
maka harus dilakukan 2 pengujian untuk masing-
masing lokasi dengan bagian atas 20 cm dan
bagian bawah 15 cm.
Pengujian Unconfined Compressive Strength
(UCS) dan kadar air harus dilakukan paling sedikit
2 kali per hari.
114. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Nomor Mata
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
5.5.(1) Lapis Pondasi Agregat Semen Kelas A (Cement
Treated Base)(CTB)
Meter kubik
5.5.(2) Lapis Pondasi Agregat Semen Kelas B (Cement
Treated Sub-Base)(CTSB)
Meter kubik
How presentation will benefit audience: Adult learners are more interested in a subject if they know how or why it is important to them.
Presenter’s level of expertise in the subject: Briefly state your credentials in this area, or explain why participants should listen to you.